Lea-Tugas Ekonomi Pembangunan

download Lea-Tugas Ekonomi Pembangunan

of 32

Transcript of Lea-Tugas Ekonomi Pembangunan

RINGKASANEKONOMI PEMBANGUNAN

Ria Mewoh 100611020 Kelas A2 (Semester IV)

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SAMRATULANGI

BAB I PEMBANGUNAN EKONOMI DAN EKONOMI PEMBANGUNAN

Ekonomi Pembangunan dan Pembangunan ekonimi memiliki arti yang berbeda. Ekonomi pembangunan adalah suatu bidang studi ilmu ekonomi yang mempelajari masalah-masalah Ekonomi dinegara berkembang dan kebijakan-kebijakan yang perlu di lakukan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi. Sedangkan

pembanungunan ekonomi di artikan sebagai sebagai serangkaian usaha dalam satu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan semakian banyak dan berkembang, taraf pendidikan semakin tinggi dan teknologi semakin menigkat.

Kaitan>>

Ekonomi Pembangunan dan Pembangunan EkonomiEvolusi Makna Pembangunan Pandangan tradisional beranggapan yang membedakan antara negara maju dengan Negara Sedang Berkembang (NSB) adalah pendapatan rakyatnya. Dengan ditingkatkannya pendapatan per kapita diharapkan masalah-masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan distribusi pendapatan yang dihadapi NSB dapat terpecahkan, misalkan melalui apa yang dikenal dengan dampak merembes ke bawah (trickle down effect). Indikator berhasil tidaknya pembangunan semata-mata dilihat dari meningkatnya pendapatan nasional (GNP) per kapita riel, dalam arti tingkat pertumbuhan pendapatan nasional harus lebih tinggi dibanding tingkat pertumbuhan penduduk. Kecenderungan di atas terlihat dari pemikiran-pemikiran awal mengenai pembangunan, seperti teori Harrod Domar, Arthur Lewis, WW Rostow, Hirschman, Rosenstein Rodan, Nurkse, Leibenstein. Perkembangan selanjutnya, banyak NSB mulai menyadari bahwa pertumbuhan (growth) tidak identik dengan pembangunan (development). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, setidaknya melampaui negara-negara maju pada tahap awal pembangunan

mereka, memang dapat dicapai, namun dibarengi dengan masalah-masalah, seperti pengangguran, kemiskinan di pedesaan, distribusi pendapatan yang timpang, dan ketidakseimbangan struktural. Inilah yang menandai dimulainya masa pengkajian ulang tentang arti pembangunan. Maka, muncul paradigma baru dalam pembangunan seperti pertumbuhan dengan distribusi, kebutuhan pokok (basic needs), pembangunan mandiri (self-reliant development), pembangunan berkelanjutan dengan perhatian terhadap alam (ecodevelopment), pembangunan yang memperhatikan ketimpangan pendapatan menurut etnis (ethnodevelopment). Indikator Pembangunan Indikator pembangunan diperlukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembangunan yang dilakukan berdasarkan ukuran-ukuran tertentu. Indikator-indikator kunci pembangunan secara garis besar pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi (1) indikator ekonomi; (2) indikator sosial. Sedangkan yang termasuk sebagai indikator ekonomi adalah GNP (GNI) per kapita, laju pertumbuhan ekonomi, GDP per kapita dengan Purchasing Power Parity, sedangkan yang termasuk indikator sosial adalah Human Development Index (HDI) dan PQLI (Physical Quality Life Index) atau Indeks Mutu Hidup. Untuk tujuan operasional dan analitikal, kriteria utama Bank Dunia dalam mengklasifikasikan kinerja perekonomian suatu negara adalah Gross National Income (GNI) atau Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita yang merupakan pendapatan nasional bruto dibagi jumlah populasi penduduk. Bank Dunia (2003) mengklasifikasikan negara berdasarkan tingkatan GNI per kapitanya, yaitu (1) negara berpenghasilan rendah (lowincome economies), (2) negara berpenghasilan menengah (middle-income economies). Dalam kelompok negara berpenghasilan menengah dapat dibagi menjadi negara berpenghasilan menengah papan bawah (lower-middle-income economies) dan negara berpenghasilan menengah papan atas (upper-middle-income economies), (3) negara berpenghasilan tinggi (high-income economies), (4) dunia (world) meliputi semua negara di dunia, termasuk negara-negara yang datanya langka dan dengan penduduk lebih dari 30.000 jiwa.

Jenis-jenis Kemiskinan dan Indikatornya Kemiskinan tidak hanya menjadi permasalahan bagi negara berkembang, bahkan negaranegara maju pun mengalami kemiskinan walaupun tidak sebesar negara Dunia Ketiga. Secara umum, jenis-jenis kemiskinan dapat dibagi menjadi dua, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Pertama, kemiskinan absolut, di mana dengan pendekatan ini diidentifikasi jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan tertentu. Kedua, kemiskinan relatif, yaitu pangsa pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing golongan pendapatan. Berbeda dengan kemiskinan absolut, kemiskinan relatif bersifat dinamis dan tergantung di mana seseorang tinggal. Untuk lebih mengetahui secara pasti tingkat kemiskinan suatu masyarakat maka diciptakan indikator kemiskinan atau garis kemiskinan. Di Indonesia, garis kemiskinan BPS menggunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) dan pendekatan Head Count Index. Selain itu, terdapat garis kemiskinan lainnya, yaitu garis kemiskinan Sajogyo dan garis kemiskinan Esmara. Sajogyo mendefinisikan batas garis kemiskinan sebagai tingkat konsumsi per kapita setahun yang sama dengan beras. Kelemahan dari metode ini adalah hanya menggunakan acuan satu harga komoditi dan porsinya dalam anggaran keluarga, bahkan dalam keluarga miskin, menurun secara cepat. Berdasarkan kelemahan tersebut Esmara mencoba untuk menetapkan suatu garis kemiskinan pedesaan dan perkotaan yang dipandang dari sudut pengeluaran aktual pada sekelompok barang dan jasa esensial, seperti yang diungkapkan secara berturut-turut dalam Susenas.

Penyebab Kemiskinan Kemiskinan, menurut Sharp et al., dapat disebabkan oleh ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya, perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia dan disebabkan oleh perbedaan akses dalam modal. Sedangkan lingkaran setan kemiskinan versi Nurkse sangat relevan dalam menjelaskan fenomena kemiskinan yang terjadi di negara-negara terbelakang. Menurutnya negara miskin itu miskin karena dia miskin (a poor country is poor because it is poor).

Menurut Thorbecke, kemiskinan dapat lebih cepat tumbuh di perkotaan dibandingkan dengan perdesaan karena, pertama, krisis cenderung memberi pengaruh terburuk kepada beberapa sektor ekonomi utama di wilayah perkotaan, seperti konstruksi, perdagangan dan perbankan yang membawa dampak negatif terhadap pengangguran di perkotaan; kedua, penduduk pedesaan dapat memenuhi tingkat subsistensi dari produksi mereka sendiri. Hasil studi atas 100 desa yang dilakukan oleh SMERU Research Institute memperlihatkan bahwa pertumbuhan belum tentu dapat menanggulangi kemiskinan, namun perlu pertumbuhan yang keberlanjutan dan distribusi yang lebih merata serta kemudahan akses bagi rakyat miskin. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Strategi penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di Jepang, solusi yang diterapkan adalah dengan menerapkan pajak langsung yang progresif atas tanah dan terbatas pada rumah tangga petani pada lapisan pendapatan yang tinggi, sedangkan Cina melakukannya melalui pembentukan kerangka kelembagaan perdesaan dengan kerja sama kelompok dan brigades di tingkat daerah yang paling rendah (communes). Di sisi lain, solusi pemberantasan kemiskinan di Taiwan melalui mobilisasi sumber daya dari sektor pertanian dengan mengandalkan mekanisme pasar. Selain strategi di atas, ada juga Model Pertumbuhan Berbasis Teknologi atau Rural-Led Development yang menyoroti potensi pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian yang dibuka dengan kemajuan teknologi dan kemungkinan sektor pertanian menjadi sektor yang memimpin. Di Indonesia, salah satu strategi penanggulangan kemiskinan ditempuh melalui pemberdayaan partisipatif masyarakat melalui P2KP. Sasaran dari program ini adalah kaum miskin perkotaan yang sangat rentan terhadap krisis dibandingkan dengan masyarakat perdesaan. Pertumbuhan versus Pemerataan Pada beberapa kasus memang dijumpai adanya studi empiris yang mendukung hipotesis kurva U terbalik (hipotesis Kuznets), namun hal ini perlu disikapi hati-hati tergantung dari

jenis data yang dipakai, apakah data silang atau runut waktu. Hal ini penting karena keduanya memberikan kesimpulan yang berbeda. Ketimpangan Distribusi Pendapatan: Indikator dan Trend Pada umumnya ada 3 macam indikator distribusi pendapatan yang sering digunakan dalam penelitian. Pertama, indikator distribusi pendapatan perorangan. Kedua, kurva Lorenz. Ketiga, koefisien gini. Masing-masing indikator tersebut mempunyai relasi satu sama lainnya. Semakin jauh kurva Lorenz dari garis diagonal maka semakin besar ketimpangan distribusi pendapatannya. Begitu juga sebaliknya, semakin berimpit kurva Lorenz dengan garis diagonal, semakin merata distribusi pendapatan. Sedangkan untuk koefisien gini, semakin kecil nilainya, menunjukkan distribusi yang lebih merata. Demikian juga sebaliknya. Studi empiris menunjukkan bahwa bentuk kurva Lorenz untuk kasus negara berkembang pada umumnya semakin menjauhi dibandingkan dengan negara maju. Apabila dilihat koefisien gini, negara maju mempunyai nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan negara berkembang. Masalah Dualisme Pembangunan Industrialisasi di dunia sangat erat kaitannya dengan revolusi industri yang terjadi di Inggris pada abad ke-18. Revolusi industri yang terjadi di negara maju ternyata mendorong negara-negara lain untuk bereaksi dengan 2 cara. Pertama, berusaha untuk meniru model revolusi industri. Kedua dengan melakukan kontak dagang. Usaha untuk meniru tersebut banyak dilakukan oleh negara-negara di kawasan Amerika Utara dan Eropa Barat. Hal tersebut menjadi titik tolak mulainya pembagian dunia menjadi negara industri dan nonindustri. Revolusi industri menyebar dengan cepat di negara-negara yang melakukan revolusi pertanian khususnya di Eropa Barat dan Amerika Utara, sedangkan di negara dengan produktivitas pertanian yang rendah, seperti Eropa Tengah dan Eropa Selatan atau Amerika Latin dan Cina kemajuan industrinya berjalan relatif lambat. Teori dualisme Boeke amat populer pada pertengahan 1950-an karena menerangkan mengapa perekonomian daerah jajahan (Eastern/Colonial Economy) amat berbeda secara

fundamental dengan perekonomian negara-negara Barat yang berdasarkan mekanisme pasar. Oleh karena itu, Boeke berpendapat bahwa teori ekonomi konvensional dari Barat jelas tidak dapat diterapkan di negara-negara Timur. Ia mengusulkan perlunya disusun teori dengan kerangka yang sama sekali baru. Teori baru ini jelas lebih kompleks karena harus memperhitungkan kondisi dualistik dengan 2 sistem sosial yang berbeda, saling mempengaruhi, dan saling berbenturan. Meskipun banyak kritikus Belanda yang mengkaji seluruh ataupun sebagian teori Boeke bertahun-tahun sejak Perang Dunia II, namun boleh dikatakan tidak ada pemikiran yang muncul menentang Boeke (Mackie, 1980). Boeke tetap merupakan ilmuwan yang berpengaruh dari tahun 1929 hingga kematiannya pada tahun 1956. Kritik yang paling gencar terhadap teori Boeke datang dari Benjamin Higgins (1955). Kritik yang lain datang dari Sadli (1957) dan Mackie (1980). Dualisme vs Segmentasi Pasar Studi yang dilakukan oleh Chris Manning, Hal Hill, Ross McLeod, dan Howard Dick menunjukkan bahwa struktur ekonomi Indonesia bukan dualisme, melainkan mengandung banyak segmentasi pasar. Keempat pakar ini memberikan kontribusi yang amat berharga terhadap pemahaman mengenai struktur ekonomi mikro Indonesia. Studi Hal Hill (1980) agaknya lebih condong mendukung adanya dualisme teknologi, bukan dualisme sosial, yang dilontarkan oleh Higgins. Hill menunjukkan relevansi konsep dualisme teknologi dalam industri tenun Indonesia. Kendati demikian, Hill menunjukkan bahwa konsep dualisme teknologi kurang tepat diterapkan dalam kasus industri tenun Indonesia. Ia melihat dualisme teknologi memiliki relevansi untuk industri pemintalan Indonesia. Manning mencatat terdapat banyak perbedaan upah dan praktik-praktik di pasar tenaga kerja di berbagai segmen industri manufaktur Indonesia. Berbeda dengan dikotomi prakapitalis-kapitalis versi Boeke, ia menekankan yang terjadi di pasar tenaga kerja bukan dualisme melainkan diferensiasi akibat perbedaan teknologi.

McLeod mendefinisikan dualisme sebagai koeksistensi yang berlanjut antara sektor modern dan tradisional dalam ekonomi domestik NSB. Dalam sektor keuangan, dualisme finansial terjadi antara pasar uang formal dan pasar uang informal. McLeod mengidentifikasi perbedaan utama dalam pasar keuangan sebagai perbedaan harga, perbedaan dalam jenis peminjam, dan perbedaan dalam lokasi geografis. Dick menyimpulkan bahwa kondisi dualisme yang tidak berubah hanyalah ilusi. Ia mencatat adanya 3 gelombang teknologi baru yang melanda kepulauan Indonesia dalam teknologi alat pelayaran yang mengakibatkan adanya dualisme teknologi. Kependudukan dan Pengangguran Strategi pembangunan berdimensi manusia menawarkan konsep yang lebih luas dan menyeluruh yang meliputi semua pilihan-pilihan kebutuhan manusia pada semua tingkatan masyarakat dan semua tahapan pembangunan. Konsep ini meletakkan pembangunan di sekitar manusia, bukan manusia di sekitar pembangunan. Elemen penting dari pembangunan manusia adalah tersedianya pilihan-pilihan bagi masyarakat untuk dapat hidup sehat dan panjang umur, memperoleh pendidikan, dan memperoleh akses bagi sumber daya yang diperlukan untuk standar hidup yang layak, dan memperoleh kebebasan politik sebagai warga negara untuk berpartisipasi dalam kehidupan bernegara. Besarnya investasi suatu negara dalam pembangunan manusia yang terlihat dalam proporsi pengeluaran publik untuk sektor pendidikan dan kesehatan dalam anggaran belanja negaranya dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana sebuah negara memperhatikan pembangunan manusianya. Pada tahun 2000 penduduk Indonesia berada pada tahap transisi antara penduduk muda menjadi penduduk tua. Hasil pembangunan di bidang kependudukan di Indonesia terlihat dari perubahan komposisi penduduk menurut umur yang tercermin dari semakin rendahnya proporsi penduduk tidak produktif dan semakin rendahnya angka beban tanggungan.

Proporsi penduduk usia kerja dalam angkatan kerja mengalami peningkatan pada tahun 1999-2001. TPAK di Indonesia menunjukkan jumlah yang lebih tinggi di daerah perdesaan dibandingkan di perkotaan karena tingkat partisipasi sekolah untuk SLTP dan SLTA lebih tinggi di daerah perkotaan. Wanita dalam Pembangunan Kesenjangan gender yang terjadi di negara berkembang disebabkan oleh adanya norma sosial yang mempengaruhi pilihan-pilihan dan perilaku rumah tangga dan faktor lembaga legal formal yang mempengaruhi kegiatan ekonominya Salah satu indikator integrasi wanita dalam pembangunan adalah akses terhadap pendidikan dalam hal ini digunakan ukuran tingkat partisipasi sekolah yang menunjukkan seberapa banyak penduduk usia sekolah yang telah memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada. Perbandingan antara indeks pembangunan yang berhubungan dengan gender (GDI) dan indeks pembangunan manusia (HDI) dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kesenjangan gender (gender disparity) di suatu daerah. Migrasi Urbanisasi secara luas didefinisikan dengan perpindahan penduduk desa yang menuju kota sehingga mengakibatkan semakin besarnya proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan. Tingkat urbanisasi di Indonesia cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu. Perkembangan kota yang lebih cepat mengakibatkan terjadinya urbanisasi yang bersifat prematur. Artinya, urbanisasi desa kota terjadi sebelum industri di kota mampu berdiri sendiri. Migrasi dari desa ke kota ini diyakini merupakan faktor utama penyumbang pertumbuhan kota. Alasan orang untuk melakukan migrasi, menurut Survei Penduduk Antarsensus (SUPAS) 1995 adalah (1) perubahan status perkawinan dan ikut saudara kandung/famili lain sebesar, (2) karena pekerjaan sebesar, (3) karena pendidikan sebesar, (4) karena perumahan, dan (5) lain-lain.

Pendatang baru di kota karena tidak memperoleh pekerjaan mencoba mengadu nasibnya dengan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi kota sebagai self employment yang akhir akhir ini dikenal sebagai sektor informal. Posisi dan Kondisi Hutang Dunia Utang menjadi fenomena umum bagi negara-negara berkembang. Namun demikian, dalam kenyataannya negara-negara maju pun juga mempunyai utang luar negeri yang tidak kalah banyaknya dengan negara dunia ketiga. Salah satu faktor yang membedakan antara keduanya adalah sering kali negara berkembang tidak mampu mengelola utang secara profesional. Hal ini menyebabkan utang yang semula digunakan untuk membiayai pembangunan beralih menjadi beban pembangunan. Secara umum, alasan mengapa negara berkembang harus berutang adalah tingkat tabungan dalam negeri yang rendah sehingga harus mencari dana lain untuk membiayai investasi dan minimnya persediaan devisa untuk mengimpor barang-barang, seperti mesin-mesin pabrik atau bahan baku. Hal tersebut berkaitan erat dengan Likuiditas Nasional, yaitu ketersediaan baik mata uang lokal maupun asing untuk kebutuhan pembayaran impor ataupun membayar utang. Atas dasar inilah muncul konsep Guidotti Rule bahwa setidaknya negara dapat dikatakan aman apabila mempunyai persediaan devisa yang cukup untuk kebutuhan pembiayaan satu tahun ke depan. Timbulnya Krisis Utang Beban utang yang berlebihan apalagi bila dikelola dengan buruk, dapat menjerumuskan negara ke dalam krisis. Hal ini sudah ditunjukkan dengan fenomena krisis baik yang terjadi di Amerika Latin maupun di Asia. Dilihat dari faktor penyebabnya, Faktor penyebabnya bukan semata-mata negara peminjam tetapi juga disebabkan dari aspek internasional. Misalnya, saja kekurang hati-hatian bank internasional dalam memberikan dana pinjaman ke negara berkembang. Sering kali krisis utang disertai dengan pelarian modal ke luar negeri (capital flight) sehingga makin memperburuk perekonomian negara tersebut. Capital flight menyebabkan turunnya investasi dalam negeri, yang berakibat pada rendahnya output

nasional. Rendahnya output nasional berakibat meningkatnya tingkat DSR. Tingginya tingkat DSR menimbulkan adanya spekulasi yang mendorong adanya modal yang mengalir ke luar negeri. Demikian seterusnya sehingga proses yang berjalan merupakan vicious circle. Setidaknya terdapat lima dampak negatif dari beban utang luar negeri bagi negara tersebut, yaitu pertama, menimbulkan efek negatif terhadap tingkat tabungan di dalam negeri (domestic saving rate); kedua, mempertahankan overvalued currency sehingga mempermudah impor untuk tujuan-tujuan yang tidak produktif; ketiga, sebagian besar dana utang luar negeri sektor pemerintah dibelanjakan di negara pemberi utang, bukan di negara penerima utang; keempat, pembayaran cicilan dan bunga utang luar negeri jelas mengalihkan dana yang dapat digunakan sebagai investasi domestik; dan kelima, membuat pemerintah negara berkembang pengutang besar untuk mengintensifkan penerimaan pajak sehingga dapat menyebabkan kondisi investasi yang tidak kondusif dan pelarian modal ke luar negeri (capital flight). Solusi Krisis Utang Krisis utang di luar negeri tidak saja membuat negara berkembang menderita, tetapi juga negara dan institusi donor yang selama ini memberi pinjaman. Mereka kuatir bahwa negara kreditor tidak mampu membayar kembali utang-utangnya. Pada perkembangannya timbul beberapa solusi krisis ini, di antaranya pendirian institusi pengelolaan utang, HIPC Initiative, dan Debt for Nature Swap. Beberapa negara-negara yang termasuk HIPC mendapat pengurangan utang melalui prakarsa yang disebut HIPC Initiative yang dalam perkembangannya muncul HIPC Enhanced Initiative. Namun, Indonesia tidak dapat bantuan pengurangan utang ini karena masih dianggap mampu untuk membayar cicilan utang dan bunganya. Selanjutnya Indonesia mengajukan program debt for nature swap kepada beberapa negara kreditor yang tergabung dalam CGI. Hasilnya beberapa negara menerima dan sebagian menolak. Dalam perkembangannya, konversi utang ini tidak saja berlaku untuk pembiayaan pelestarian lingkungan, namun juga melebar ke bidang pendidikan dan kesehatan.

Investasi Luar Negeri Peranan investasi asing langsung mempunyai peranan penting bagi perekonomian negara khususnya negara berkembang yang memiliki stok tabungan yang minim. Namun demikian, survei yang dilakukan oleh UNCTAD menunjukkan bahwa negara maju pun sebenarnya memerlukan investasi asing. Hal tersebut dapat dilihat dari aliran FDI yang berasal dari negara maju menuju ke negara maju lainnya. Pada umumnya investasi asing dapat berupa FDI atau investasi portofolio. Perbedaannya adalah FDI lebih bersifat jangka panjang dan biasanya terjadi transfer teknologi dan manajerial yang dapat diadopsi oleh negara tuan rumah (host country). Sebaliknya, investasi portofolio bersifat jangka pendek dan implikasinya adalah modal tersebut dapat bergerak pindah dari suatu negara ke negara lain (mobilitas ini disebut juga uang panas). Oleh karena itu, suatu negara sangat rentan terhadap keberadaan investasi portofolio ini. Anggito Abimanyu (1994) dalam studinya mengenai TNC di Indonesia menyimpulkan beberapa hal yang menarik berdasarkan analisis data industri tahun 1986-1991 dari Badan Pusat Statistik. Pertama, peningkatan masuknya TNC ke Indonesia, terutama PMA penuh pada akhir tahun 1980-an, bukan merupakan industri unggulan, namun justru yang sudah buangan. Kedua, kinerja TNC umumnya cenderung berorientasi pada pasar dalam negeri meskipun produk yang dihasilkan memiliki keunggulan komparatif untuk ekspor. Ketiga, TNC cenderung memanfaatkan tenaga kerja yang relatif terlalu tinggi dan boros karena upah yang rendah. Dengan kata lain, kondisi upah rendah adalah daya tarik utama masuknya TNC ke Indonesia. Perusahaan Transnasional (TNC ) Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan TNC di beberapa negara memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan produktivitas ekonomi negara tersebut. Dalam skala global, besarnya peranan TNC dapat dilihat dari besarnya tenaga kerja yang diserap, jumlah penjualan di dunia serta aliran FDI yang meningkat dari tahun ke tahun (World Investment Report 2002). Pada umumnya TNC terkemuka di dunia di dominasi oleh

negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Jepang dan Eropa. Namun, dalam perkembangannya, terdapat 5 TNC yang berasal dari negara berkembang, seperti Venezuela (Petroleos de Venezuela) dan Malaysia (Petronas). Menurut Dicken (1992), peranan TNC dapat dijelaskan (1) TNC dapat mengendalikan ekonomi di lebih satu negara; (2) kemampuan TNC untuk memanfaatkan perbedaan geografis antarnegara dan daerah khususnya dalam segi faktor endowments (termasuk kebijakan pemerintah); (3) kemampuan TNC untuk memindahkan sumber daya dan operasi lintas lokasi dalam skala global. Kontribusi TNC bagi host country adalah bertambahnya stok modal, transfer pengetahuan, dan praktik manajerial dan organisasi. Dalam perkembangannya, terdapat beberapa pihak yang menganggap bahwa TNC membawa manfaat positif bagi negara berkembang. Namun, di lain pihak berargumen bahwa TNC justru lebih membawa dampak negatif daripada dampak positif bagi suatu negara. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya pro-kontra bagi keberadaan TNC. Strategi Pembangunan Industri Strategi pembangunan industri yang umum digunakan di suatu negara adalah substitusi impor (inward-looking) dan promosi ekspor (outward-looking). Strategi substitusi impor identik dengan proteksionisme yang dilakukan pemerintah untuk melindungi industri yang masih muda agar dapat bersaing, sedangkan strategi promosi ekspor identik dengan usaha peningkatan ekspor untuk meningkatkan pendapatan nasional. Strategi substitusi impor diminati oleh banyak negara berkembang setidaknya karena 2 alasan berikut. Pertama, strategi substitusi impor yang pada dasarnya diterapkan untuk memenuhi permintaan domestik akan barang-barang konsumsi tidak selalu memerlukan teknologi maju untuk memproduksinya. Kedua, bagian yang paling menarik dari strategi substitusi impor adalah kemungkinan penghematan devisa melalui penurunan belanja negara dalam bentuk valuta asing yang pada gilirannya akan menurunkan defisit perdagangan. Keuntungan penerapan strategi promosi ekspor adalah meningkatnya nilai ekspor sebuah negara yang dapat meningkatkan pemasukan negara berupa mata uang asing sehingga

meningkatkan cadangan devisa. Namun, penerapan strategi ini berpotensi menyebabkan kenaikan pengeluaran untuk impor seiring dengan kenaikan pendapatan suatu negara yang pada akhirnya menimbulkan pengaruh negatif pada neraca perdagangan negara yang bersangkutan. Kinerja dan Daya Saing Industri Permasalahan struktural pada industri Indonesia adalah (1) tingginya tingkat konsentrasi dalam perekonomian dan banyaknya monopoli, baik yang terselubung maupun terangterangan pada pasar yang diproteksi, (2) dominasi kelompok bisnis pemburu rente (rentseeking) ternyata belum memanfaatkan keunggulan mereka dalam skala produksi dan kekuatan finansial untuk bersaing di pasar global, (3) lemahnya hubungan intra industri, sebagaimana ditunjukkan oleh minimnya perusahaan yang bersifat spesialis yang mampu menghubungkan klien bisnisnya yang berjumlah besar secara efisien, (4) struktur industri Indonesia terbukti masih dangkal, dengan minimnya sektor industri menengah, (5) masih kakunya BUMN sebagai pemasok input maupun sebagai pendorong kemajuan teknologi, (6) investor asing masih cenderung pada orientasi pasar domestik (inward oriented), dan sasaran usahanya sebagian besar masih pada pasar yang diproteksi. Struktur industri Indonesia cenderung oligopolistik karena (1) adanya proteksi (tata niaga), (2) besarnya modal yang diperlukan untuk investasi, (3) tingginya teknologi yang digunakan, (4) adanya preferensi terhadap produk. Daya saing negara amat berlainan dengan daya saing perusahaan karena setidaknya 2 alasan (1) dalam realitas, yang bersaing bukan negara, tetapi perusahaan dan industri. Kebanyakan orang menganalogkan daya saing negara identik dengan daya saing perusahaan. Apabila negara Indonesia memiliki daya saing, belum tentu seluruh perusahaan dan industri Indonesia memiliki daya saing di pasar domestik maupun internasional, (2) mendefinisikan daya saing negara lebih problematik daripada daya saing perusahaan. Apabila suatu perusahaan tidak dapat membayar gaji karyawannya, membayar pasokan bahan baku dari para pemasok, dan membagi dividen, maka perusahaan itu akan bangkrut dan terpaksa ke luar dari bisnis yang digelutinya. Perusahaan memang bisa bangkrut, namun negara tidak memiliki bottom line alias tidak

akan pernah ke luar dari arena persaingan. Pengembangan Usaha Kecil Ada 2 definisi usaha kecil yang dikenal di Indonesia. Pertama, menurut UU No 9 Tahun 1995 adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp1 miliar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp200 juta. Kedua, menurut BPS mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjanya, yaitu (1) industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2) industri kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah dengan pekerja 20-99 orang; (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih (BPS, 1999: 250). Usaha kecil pada umumnya memiliki karakteristik (1) tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi, (2) rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal, (3) sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan hukum, (4) dilihat menurut golongan industri tampak bahwa hampir sepertiga bagian dari seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri makanan, minuman dan tembakau, kelompok industri barang galian bukan logam, industri tekstil, dan industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya termasuk perabotan rumah tangga. Masing-masing berkisar antara 21% hingga 22% dari seluruh industri kecil yang ada. Perhatian untuk menumbuhkembangkan industri kecil dan rumah tangga (IKRT) setidaknya dilandasi oleh 3 alasan, yaitu (1) IKRT menyerap banyak tenaga kerja, (2) IKRT memegang peranan penting dalam ekspor nonmigas, (

PRIVATISASI BUMN Gelombang Privatisasi Dunia BUMN didirikan dengan tujuan memobilisasi tabungan masyarakat, menciptakan kesempatan kerja, menyediakan barang-barang publik, dan menjaga industri atau sektor yang dianggap strategis tetap di bawah kendali pemerintah.

Ada beberapa alasan dilakukannya privatisasi BUMN. Pertama, meningkatkan kinerja berupa efisiensi ekonomis BUMN yang ditunjukkan dengan harga jual yang rendah dan meningkatnya kualitas produk. Kedua, mengurangi defisit keuangan. Ketiga, mencapai keseimbangan antara sektor publik dan sektor swasta. Keempat, privatisasi bertujuan untuk menciptakan investasi baru, termasuk investasi asing, kepemilikan saham yang lebih besar dan pendalaman sistem keuangan dalam negeri. Privatisasi di negara-negara Amerika Latin ternyata bukan hanya keputusan ekonomi. Di negara-negara ini, privatisasi dikaitkan dengan tarik menarik kekuatan politik dan bukan hanya sekadar rasionalitas pasar. Namun, privatisasi dilakukan akibat tekanan bankbank internasional, konsultan dan lembaga pemerintah yang mendesain program privatisasi. Reformasi BUMN di Cina diawali dengan eksperimen Deng Xiaoping pascaKongres Partai ke-11 pada tahun 1978. Di hampir semua daerah, 70% BUMN skala kecil dan menengah diprivatisasi terutama melalui skema pemegang saham oleh para karyawan.

Privatisasi BUMN di Indonesia Beberapa alasan mengapa pemerintah Indonesia melakukan privatisasi terhadap BUMN, yaitu (1) untuk menutupi defisit APBN, (2) tidak memiliki dana segar menyubsidi BUMN agar terus berkembang demi kepentingan masyarakat, (3) banyak BUMN yang tidak dapat menghasilkan keuntungan maksimal untuk dikontribusikan bagi kemakmuran rakyat melalui APBN, (4) maraknya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang menyebabkan BUMN bekerja tidak efisien. Di Indonesia, pemerintah baru sejak 1988 memberlakukan upaya privatisasi secara bertahap, yakni dengan dikeluarkannya Inpres No. 5 (Oktober 1988), 3 Keputusan Menteri Keuangan (740/KMK.00/1989; 741/KMK.99/1989; 1232/KMK.013/1989), dan surat Edaran S-648/MK013/1990. Selama tahun 1989-1993 ternyata baru tujuh BUMN yang telah diprivatisasi. Jumlah ini 5 buah lebih sedikit dari pada BUMN baru yang didirikan dalam periode yang sama, dan 45 lebih sedikit dari pada yang pernah dinyatakan oleh Menteri Keuangan akan diprivatisasi setelah 1989. Jumlah saham yang dijual ke investor

swasta juga masih relatif kecil. Dari enam BUMN yang diprivatisasi melalui pasar modal antara tahun 1991 sampai 1997, sebagian besar kepemilikan saham BUMN masih dikuasai oleh pemerintah. Pemerintah hanya menjual sebagian sahamnya yang berkisar antara 25% sampai 35%.

Kinerja dan Strategi Reformasi BUMN Proses privatisasi BUMN tidak saja dalam terjadi di negara berkembang, namun juga di negara-negara maju. Kebijaksanaan privatisasi baik di negara maju maupun negara berkembang dalam rangka untuk membebaskan pemerintah dari campur tangan dalam bidang ekonomi yang merupakan bidang yang semestinya dilakukan oleh sektor swasta. Reformasi BUMN mengandung makna yang lebih luas dan memerlukan sebuah grand strategi reformasi BUMN. Reformasi seharusnya mencakup setidaknya 2 dimensi utama, yaitu internal korporat BUMN dan positioning BUMN dalam konfigurasi sistem ekonomi nasional (Kuncoro, 2002). Tanri akhirnya memutuskan program privatisasi dilakukan melalui penjualan lewat mitra strategik (strategic partner) di banding lewat penawaran publik melalui bursa saham. Yang dikarenakan: pertama, pasar modal baru mengalami depresi akibat krisis moneter. Kedua, penjualan lewat mitra strategik dianggap lebih baik daripada penawaran publik terutama dalam memperbaiki manajemen BUMN maupun peningkatan akses mereka terhadap pasar dan teknologi.

Perkembangan Perhatian Terhadap Pembanguanan EKonomi 1. Penjajahan masih berlangsung secarah meluas, pembangunan dilakukan di daerah-daerah jajahan umumnya mempunyai 3 tujuan yaitu: a. Mengeksploitasi kekayaaan daerah yang di jajah b. Menyediakan bahan mentah untuk industri negara penjajah c. Menyediakan pasar untuk barang industri di hasilkan di Negara penjajah

2. Kekurangan perhatian dalam masyarakat yang terjajah 3. Kekurangan perhatian di kalangan cendekiawan 4. Berkembang keinginan untuk membantu Negara berkembang Perbedaan Antara Pertumbuhan Dan Pembangunan Ekonomi Pengertian Pertumbuhan Ekonomi yaitu sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam satu tahun tertentu apabila di bandingkan dengan tahun sebelumnya pada tahun 2005 pertumbuhan suatu negara (misalnya Indonesia) mencapai 5%. Maksud pernyataan itu adalah pada tahun 2005 pendapatan nasional rill Negara itu telah mengalami kenaikan sebanyak 5% apabila di bandingkan dengan tahun 2004. Dengan demikian untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi akan selalu di gunakan Y= GDP1 GDP0 X 100 GDP0 arti unsure diatas: g adalah tinkat (presentase) pertumbuhan ekonomi GDP 1 (gross domestic product) atau produk domestic bruto atau dengan ringkasan PDB adalah pendapatan nasional rill yaitu pendapatan nasional yang di hitung pada harga tetap yang di capai dalam satu tahun. GDP0 adalah pendapatan nasional rill pada tahun sebelumnya (tahun 0) pendapatan nasional adalah nilai barang dan jasa yang di produksikan dalam satu negara dalam suatu tahun tertentu maksdunya produk domestik bruto (PDB) Ciri-Ciri Umum Negara Berkembang 1. Tingkat kemakmuran relatif rendah Masalah-masalah yang di hadapi a. Masalah kekurangan gizi dan taraf kesehatan yang rendah b. Kemiskinan masih meluas 2. Taraf pendidkan masih rendah Produktivitas pekerja masih rendah a. Sebagian besar penduduk di Negara berkembang berada di sector pertanian tradisional yang sering menghadapi masalah pengangguran terselubung

b. Kebanyakan usaha disektor manufaktur terdiri dari usaha keluarga, yang menggunakan mesin yang masih tradisional dan bersifat padat karya (Labor Intensive) c. Sektor jasa, seperti sector pertanian, menghadapi masalah

pengangguran terselubung dan menurunkan tingkat produktivitas d. Di berbagai sector ekonomi taraf pendidikan dan kesehatan pekerja belum mencapai tahap yang di inginkan dan cederung mengurangi tingkat produktivitas. Kegiatan Ekonomi Bersifat Dualistis Ekonomi bersifat Dualistis adalah cirri-ciri dalam suatu kegiatan ekonomi tertentu atau dalam suatu sector tertentu yang menggunakan teknologi yang sangat berbeda. Dan hal ini pertama kali di kemukakan oleh H. Boeke dalam bukunya Economics And Economics Policy In Dual Societies, di terbitkan 1953. Dia mengemukakan bahwa dalam masyarakat terdapat system social yang berbeda pertama relative lebih modern berasl dari negara barat. Kegiatan ekonomi tetap terpusat di sector pertanian sebagian penduduknya yaitu pada umumnya lebih dari setengah penduduknya masih bergantung kepada kegiatan pertanian, pendapatan nasional yang berasal dari sector pertanian masih merupakan bagian terbesar dari GDP, dan produk pertanian merupakan ekspor yang cukup penting. Bahan mentah Bahan Mentah Merupakan Ekspor Terpenting Ciri umum dari ekspor hasil sector primer tersebut adalah: beberapa jenis bahan mentah merupakan bagian terbesar dari keseluruhan ekspor

KEBUTUHAN UNTUK MENGEMBANGKAN TEORI EKONOMI PEMBANGUNAN Faktor-faktor yang mendorong perkembangan analisis mengenai

pembanguanan (Ekonomi Pembangunan). Perang dunia II telah menghancurkan perekonomian di Negara-negara Eropa barat seperti Prancis, Jerman, Italia, Negeri Belanda, dan Beberapa Negara lainnya. Hal tersebut menyebabkan Negara-negara Eropa Timur merombak system ekonominya dan memperhatikan system di Negara-

negara Eropa Barat. Melalui program bantuan Marshall atau Marshall Plan telah membiayai pemulihan ekonomi di Negara-negara Eropa barat. Teori Ekonomi Konvensional Bentuk Analisis Dan Relevanship Di Negara Berkembang Relevansi teori Mikroekonomi. Berhubungan dengan memilih system ekonomi yang paling baik untuk mengatur kegiatan ekonomi yang di lakukan dalam suatu Negara Relevansi Teori Makroekonomi. Teori makroekonomi sangat relevan dalam analisis penbanguanan ekonomi relevansinya terutama adalah memahami factorfaktor yang menentukan kegiatan dan kestabilan ekonomi dalam jangkah pendek dan bentuk-bentuk kebijakan pemerintah dalam mewujudkan ke stabilan seperti menghindari inflasi, mengukur nilai valuta asing dan menghindari fluktuasi yang besar dalam kegiatan ekonomi. Kebutuhan Ekonomi Studi mengenai pertumbuhan Dan pembanguanan ekonomi merupakan analisis jangkah panjang. Analisis mengenai keadaan ekonomi dalam jangkah panjang sebenarnya sudah lama berkembang. Ekonomi pembangunan meliputi: 1. Memahami cirri-ciri kegiatan dan keadaan ekonomi di Negara berkembang dan masalah-masalah yang di timbulkannya 2. Melihat hambatan dan tantangan yang perlu di hadapi dalam usaha untuk mempercepat lajunya pertumbuhan ekonomi 3. Mempelajari cirri-ciri perubahan yang berlaku dalam perekonomian yang mengalami pertumbuhan dan pembangunan 4. Merumuskan kebijakan yang di jalankan agar pembangunan ekonomi yang pesat dan adil dapat di wujudkan, yaitu pembangunan yang menaikan kesejahteraan rakyat, mertakan pendapatan dan mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Untuk Mengembangkan Analisis Mengenai Pembanguanan

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA DAN JURANG PEMBANGUNAN

Dalam bab ini akan di perhatikan proses dan pola pembangunan ekonomi dunia yang dimulai sejak permulaan abad ke-19 dan implikasinya terhdap perbedaan tingkat pembangunan di berbagai Negara. Semenjak tahun 1820-an Negara-negara di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan New Zealand, secara terusmenerus telah mengalami tingkat pertubuhan penduduk yang melebihi tingkat pertambahan penduduk. Sebagai akibatnya pendapatan per kapita Negara-negara tersebut, yang tergolong semakin sebagai negara maju, semakin perang menigkat dunia II dan taraf

perekonomiaanya

berkembang.

Sesudah

kemakmuran mereka telah mencapai tingkat yang sangat tinggi. Dikebanyakan Negara Asia Afrika yang pada periode 1820 hingga perang Dunia II sebagian merupakan daerah tejajah (seperti India, Negara kita, dan Ghana) dan sebagian lainnya mempunyai pemerintahan sendiri (seperti China Dan Thailland) pembanguanan ekonomi hamper tidak ada. Perekonomian berkembang dengan sangat lambat dan taraf hidup masyarakat tidak banyak berkembang. Dikebanyakan Negara Amerika Latin lebih pesat pertumbuhan ekonominya dari pada Asia dan Afrika, tetapi tidak secepat di Negara maju. Keadaan ini menyebabkan taraf hidup di Negara Amerika Latin tidak banyak berbeda dengan yang dicapai di Asia dan Frika yang relatif kaya. Selanjutnya, pola pertumbuhan yang berbeda antara dua kelompok antar Negara maju dan Negara berkembang menjadi semakin melebar. Dengan menggunakan databyang di perbolekan dari bebagai studi empiris mengenai sejarah perkembngan ekonomi di berbagai Negara.

PROSES PEMBANGUNAN EKONOMI DUNIA: GAMBARAN UMUM Peradaban manusia telah mulai berkembang berpulu-puluh abad tahun yang lalu. Pada zaman keemasan kerajaan Mesir purba dan Romawi, pembangunan ekonomi telah ada. Aakan tetapi, ini tidak terus berlanjut karena Negara-negara

yang telah mengalami pembangunan pada masa lalu akhirnya mengalamin kehancuran atau kemunduran. Embrio dari proses pembangunan ekonomi dunia yang berkelanjutan di mulai pada masa penduduk berbagai Negara Eropa yang dipelopori oleh orang Spanyol dan Portugis mulai menjelajahi daerah-deaerah di Timur Jauh, Asia Tenggara dan Benua Amerika. Kegiatan ini bermula di bad ke 15 hasil kegiatan ini segolongan masyarakat mulai menikmati kekyaan yang lebih tinggi dan mendorong peningkatan permintaan terhadap barang pertanian dan industry. Pada abad ke-16 dan 17 mulai berkembang industri yang bersifat pesanan, yaitu membuat barang industry yang dipesan para pedagang dan dijual kepada pelanggannya. Kemajuan sector industry mulai berkembang lebih cepat apabila terdapat kemajuan teknologi dalam teknik memproduksi. Hal ini mendorong terjadinya episode dalam perkembangan ekonomi dunia yang dikenal sebagai Revolusi indusri yang dimulai di Inggris pada akhir abad ke-18 Namun demikian, walaupun kegiatan perdagangan dan industry telah tercipata dalam abad ke 18 hingga abad ke-18, taraf kehidupan masyarakat pada umumnya belum mengalami kenaikan yang berarti yaitu pendapatan per kapita berjalan sangat lambat. Studi yang dilakukan oleh Angus Maddison menunjukan bahwa pembangunan ekonomi dunia atau kenaikan pendapan per kapita yang semakin cepat baru dimulai pada decade 1820-an. Dengan menggunakan penemuan studi Angus Madisson dalam bagian ini akan di tunjukan perkembangan ekonomi dunia dan perbedaan pertumbuhan antara berbagai Negara sejak abad awal Ke-19.

Perkembangan Penduduk, Pendapatan Nasional, Dan Per Kapita Tabel 2.1 Pertumbuhan Pendudk, Pendapatan Nasional (PDB), dan Pendapatan Per Kapita Tahun 0-1995Pendudk Dunia (Juta) PDB (Dollar 1990, Miliar) Pendapatan Per Kapita Penduduk Dunia (Dollar 1990)

Tahun

0 1000 1500 1820 1870 1913 1950 1973 1995

250 273 425 1.068 1.260 1.772 2.512 3.897 5.672

106 115 240 695 1.128 2.726 5.372 16.064 29.423

425 420 565 651 895 1.539 2.138 4.123 5.188

1. Pada awal tahun Masehi pada ketika kerajaan romawi masih pada puncak kejayan pendapatan nasional dunia (PDB) pada nilai dollar AS tahun 1990 adalah 106 miliar dollar dan pendaptan per kapita (juga pada harga tahun 1990 di Amerika Serikat) adalah 425 dollar AS. Pada tahun itu penduduk dunia 250 juta orang. 2. Seribu tahun kemudian, pendudk Dunia, Pendapatan Nasional dunia, dan pendapatan per kapita tidak banyak mengalami perubahan. Dapat dilihat penduduk dunia hanya mengalami pertambahan sebanyak 23 juta dalam masa 1000 tahun, yaitu 250 juta menjadi 273 juta. PDB dunia mengalami perkembangan yang lebih lambat lagi dan menyebabkan pendapatan per kapita dunia tidak emngalami perubahan. Di dunia Barat, periode ini di kenal dengan The Dark Ages Abad Kegelapan. 3. Lima ratus tahun sesudahnya, pada tahu 1500 penduduk dunia telah mencapai 425 juta, sedangkan pendapatan nasional dunia mencapai 240 miliar dollar US. Dalam periode 1000-1500, pendapatan nasional menigkat lebih cepat dari pertambahan penduduk dan menyebabkan kenaikan pendaptan per kapita menjadi 11/3 kali lipat dalam masa 500 tahun. Juga

dalam periode 1500-1820 pertambahan pendapatan per kapita masih sangat lambat, yaitu 565 dolla AS menjadi 651 dollar AS yang berarti kenaikan sebanyak 15% dalam periode 3 abad 4. Dalam periode 1820-1870 baru terlihat adanya pertambahan yang lebih pesat alam jumlah penduduk (Menigkat sebanyak 192 juta atu hamper 18% dalam periode tersebut), pendapatan nasional meningkat lebih dari 37% yaitu US$651 menjadi US$895. 5. Penduduk dunia, Pendapatan Nasional (PDB) dunia dan pendapatan per kapita dunia menigkat dengan lebih cepat pad abad ke-20. Penduduk dunia menigkat menjadi 2,3 kali lipat dalam periode 1913-95, yaitu 1,77 miliar menjadi 5,67 miliar orang. Pendapatn nasional dunia menigkat dari US$2,726 miliar menjadi US$9.423 miliar ini merupakan perkembangan menjadi hampir 10,8 kali lipat. Kenaikan pendapatan nasional dunia yang jauh lebih cepat daripertambahan penduduk ini menyebabkan pendapatan per kapita dunia mengalami penigktan yang cepat yaitu bertambah dari US$1.539 menjadi US$5.188 atau kenaikan sebanyak 3.37 kali lipat

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA DAN JURANG PEMBANGUANAN Perbedaan tingkat pembangunan yang telah terjadi pada permulaan abad ke19, dan perbedaan kelanjutan perkembangan pendaptan perkapita yang terus berlangsung semenjak masa tersebut, menyebabkan Jurang pembangunan atau perbedaan tingkat pembangunan dan taraf hidup masyarakat. Diantara Negara maju dan Negara berkembang menjadi semakin bertambah lebar. Bagaimanakah citri pelebaran jurang pembanuguanan tersebut Hasil Studi Kuznets Kuznets membuat perbandingan laju pembanguanan ekonomi dari akhir abad yang lalu di empat abad daerah-daerah berikut (i) Negara-negara baru, yaitu Negara-negara yang di ciptakan oleh bangsa-bangsa Eropa Barat seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru, (ii) Eropa Barat yaitu Negara-negara Prancis, Austria, Jerman, Eropa Timur, dan (iii) daerah Eropa lainnya, yaitu Eropa Selatan dan Eropa Timur dan (iv) Rusia.

BAB III MENELUSURI ARTI PEMBANGUNAN

Data pendapatan per kapita bisa digunakan untuk 3 tujuan yaitu a. Menentukan tingkat kesejahteraan yang di capai suatu Negara pada suatu tahun tertentu b. Menggambarkan tingkat kelanjuan atau kecepatan pembanguanan ekonomi dunia dan di berbagai dunia c. Menunjukan jurang pembangunan di bergai Negara. Pendapatan per kapita sebagai indicator tingkat kemakmuran dan pembangunan mempunyai beberapa kelemahan yaitu: a. Kelemahan yang bersumber dan ketidaksesuaian penggunaan pendaptan per kapita untuk menentukan kesejahteraan masyarakat dan tingkat

pembangunan (ekonomi) b. Kelemahan yang bersifat statistic dan metologi dalam menghitung pendapatan per kapita

KELEMAHAN PENDAPATAN PER KAPITA SEBAGAI INDEKS TINGKAT KESEJAHTERAAN Faktor Lain Yang Mempengaruhi Tingkat Kesejahteraan 1. Koposisi Umur Penduduk Di Negara berkembang proporsi penduduk di bawah umur dan orang-orang mudah adalah lebih banyak dari Negara maju. Dengan demikian,

perbandingan pendapatan setiap keluarga di kedua golongan Negara itu tidaklah seburuk seperti yang di gambarkan dengan tingkat pendapatan per kapita.

2. Distribusi Pendapatan Masyrakat Faktor ini diperhatikan dalam membandingkan tingkat kesejahteraan

masyarakat dan perubahabn dari masa ke masa, jika indeks yang di guanakan adalah tingkat pendapatan perkapita. 3. Pola Pengeluaran Masyarakat Perbedaan iklim menimbulkan perbedaan dalam corak perbedaan

pengeluaran masyarakat,di Negara maju dan berkembang . Orang-orang di Negara maju mengeluarkan uang lebih banyak untuk mencapai suatu tingkat kesejatraan sama dengan di Negara berkembang.Kebanyakan Negara maju iklimnya lebih dingin dari pada Negara berkembang 4. Komposis Pendapatan Nasional Suatu masyarakat akan mengecap tingkat kesejatraan yang lebih rendah dari yang dicerminkan oleh pendapatan perkapitanya apabila proposi pendapatan nasional yang berupah pengeluaran untuk pertahanaan dan untuk

membentuk modal lebih tinggi daripada di Negara lain yang sama pendapatan perkapitanya. 5. Perbedaan Masalah Lapang Apabila masalah lapang tersebut di pandang sebagai sesuatu bentuk kesejatraan,maka perbedaan tingkat kesejatraan diantara Negara maju dan berkembang adalah lebih kecil dari yang digambarkan oleh perbedaan dalam pendapatan perkapita mereka. 6. Keadaan Pengangguran Disamping menaikan tingkat pendapatan masyarakat,tujuan penting lain dari pembangunan ekonomi adalah untuk menciptakan kesempatan kerja

DISTRIBUSI PENDAPATAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI Distribusi pendapatan adalah perbandingan jumlah pendapatan yang diterimah oleh berbagai golongan,dan penggolongan ini didasarkan kepada besarnya pendapatan yang diterimah.Pendapatan mutlak adalah persentase jumlah penduduk yang pendapatanya mencapai suatu tingkat pendapatan tertentu atau kurang dari itu.

MASALAH PENGANGGURAN DI NEGARA BERKEMBANG Didaerah-daerah pedesaan pengangguran yang terjadi ada dua yaitu pengangguran terselubung (Tersembunyi) yaitu golongan tenaga kerjanya yang produktivitas marjinalnya adalah O atau sangat rendah sehingga walaupun mereka bekerja usaha tersebut tidak akan menaikan tingkat produksi.Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada masa tertentu yaitu pada bulanbulan di mana kegiatan pertanian atau kegiatan produksi lainya lebih sedikt dilakuakan dibandingkan pada masa lainnya.

BEBERAPA USAHA UNTUK MENYEMPURNAKAN CARA MEMBANDINGKAN KESEJATRAAN Salah satu usaha lain dalam menentukan dan membandingkan tingkat kesejatraan diantara Negara-negara telah dilakukan oleh Unitet Nations Researth Institute For Social Development yang berpusat di Jenewa berdasarkan kepada sifat-sifat dari delapan belas jenis data berikut 1. Tingkat harapan hidup (Expectation Of Life) pada waktu lahir 2. Konsumsi protein hewani perkapita 3. Presentase anak anak yang belajar di sekolah dasar dan menengah 4. Presentase anak-anak yang belajar disekolah kejuruan 5. Jumlah surat kabar 6. Jumlah televon 7. Jumlah radio 8. Jumlah penduduk di kota-kota yang mempunyai 20 ribu penduduk atau lebih 9. Presentase laki-laki dewasa disektor pertanian 10. Presentase tenaga kerja ( dari keseluruhan tenaga kerja yang mempunya pekerjaan) yang bekerja disektor

listrik,gas,air,kesehatan,penganggkutan,pergudangan dan komunikasi 11. Presentase tenaga kerja (dari keseluruhan tenaga kerja yang mempunyai pekerjaan) 12. Presentase produk domestic bruto yang berasal dari industri-industri pengolahan (Manufacturing) 13. Konsumsi energi per kapita

14. Komsusi listrik per kapita 15. Komsumsi baja per kapita 16. Nilai per kapita perdaganggan luar negri 17. Produksi pertanian rata-rata dari pekerja laki-laki disektor pertanian 18. Pendapatan per kapita produk nasional bruto

Kaitan>> TEORI DAN INDIKATOR PEMBANGUNAN Konsepsi pembangunan sesungguhnya tidak perlu dihubungkan dengan aspek-aspek spasial. Pembangunan yang sering dirumuskan melalui kebijakan ekonomi dalam banyak hal membuktikan keberhasilan. Hal ini antara lain dapat dilukiskan di negara-negara Singapura, Hongkong, Australia, dan negara-negara maju lain. Kebijakan ekonomi di negara-negara tersebut umumnya dirumuskan secara konsepsional dengan melibatkan pertimbangan dari aspek sosial lingkungan serta didukung mekanisme politik yang bertanggung jawab sehingga setiap kebijakan ekonomi dapat diuraikan kembali secara transparan, adil dan memenuhi kaidah-kaidah perencanaan. Dalam aspek sosial, bukan saja aspirasi masyarakat ikut dipertimbangkan tetapi juga keberadaan lembaga-lembaga sosial (social capital) juga ikut dipelihara bahkan fungsinya ditingkatkan. Sementara dalam aspek lingkungan, aspek fungsi kelestarian natural capital juga sangat diperhatikan demi kepentingan umat manusia. Dari semua itu, yang terpenting pengambilan keputusan juga berjalan sangat bersih dari beragam perilaku lobi yang bernuansa kekurangan (moral hazard) yang dipenuhi kepentingan tertentu (vested interest) dari keuntungan semata (rent seeking). Demikianlah, hasil-hasil pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat secara adil melintasi (menembus) batas ruang (inter-region) dan waktu (inter-generation). Implikasinya kajian aspek spasial menjadi kurang relevan dalam keadaan empirik yang telah dilukiskan di atas (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Namun demikian, konsepsi pembangunan yang dikemukakan di atas sejalan dengan kajian terhadapnya maupun implementasi diberbagai negara dan wilayah lain, dikemukakan berbagai kelemahan. Kelemahan tersebut muncul seiring ditemukannya fenomena yang khas, antara lain kesenjangan, kemiskinan, pengelolaan public good yang tidak tepat, lemahnya mekanisme kelembagaan dan sistem politik yang kurang berkeadilan. kelemahan-kelemahan itulah yang menjadi penyebab hambatan terhadap gerakan maupun aliran penduduk, barang dan jasa, prestasi, dan keuntungan (benefit) dan kerugian (cost) di dalamnya. Seluruh sumberdaya ekonomi dan non-ekonomi menjadi terdistorsi alirannya sehingga divergence menjadi makin parah. Akibatnya, hasil pembangunan menjadi mudah diketemukan antar wilayah, sektor, kelompok masyarakat, maupun pelaku ekonomi. implisit, juga terjadi dichotomy antar waktu dicerminkan

oleh ketidakpercayaan terhadap sumberdaya saat ini karena penuh dengan berbagai resiko (high inter temporal opportunity cost). Keadaan ini bukan saja jauh dari nilai-nilai moral tapi juga cerminan dari kehancuran (in sustainability). Ikut main di dalam permasalahan di atas adalah mekanisme pasar yang beroperasi tanpa batas. Perilaku ini tidak mampu dihambat karena beroperasi sangat massif, terus-menerus, dan dapat diterima oleh logika ekonomi disamping didukung oleh kebanyakan kebijakan ekonomi secara sistematis. Kecendrungan globalisasi dan regionalisasi membawa sekaligus tantangan dan peluang baru bagi proses pembangunan di Indonesia. Dalam era seperti ini, kondisi persaingan antar pelaku ekonomi (badan usaha dan/atau negara) akan semakin tajam. Dalam kondisi persaingan yang sangat tajam ini, tiap pelaku ekonomi (tanpa kecuali) dituntut menerapkan dan mengimplementasikan secara efisien dan efektif strategi bersaing yang tepat (Kuncoro, 2004). Dalam konteksi inilah diperlukan strategi berperang modern untuk memenangkan persaingan dalam lingkungan hiperkompetitif diperlukan tiga hal (DAveni, 1995), pertama, visi terhadap perubahan dan gangguan. Kedua, kapabilitas, dengan mempertahankan dan mengembangkan kapasitas yang fleksibel dan cepat merespon setiap perubahan. Ketiga, taktik yang mempengaruhi arah dan gerakan pesaing. A. Pengertian Pembangunan Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua paradigma besar, modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen 1995, Larrin 1994, Kiely 1995 dalam Tikson, 2005). Paradigma modernisasi mencakup teoriteori makro tentang pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial dan teori -teori mikro tentang nilai-nilai individu yang menunjang proses perubahan. Paradigma ketergantungan mencakup teori-teori keterbelakangan (under-development) ketergantungan (dependent development) dan sistem dunia (world system theory) sesuai dengan klassifikasi Larrain (1994). Sedangkan Tikson (2005) membaginya kedalam tiga klassifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi, keterbelakangan dan ketergantungan. Dari berbagai paradigma tersebut itulah kemudian muncul berbagai versi tentang pengertian pembangunan. Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat mengartikan kata pembangunan. Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pendahuluan pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan. Namun, ada tematema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Tema pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua

adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh aspek kehidupan. Ada pun mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan dan hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai moral dan etika umat. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005). Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran yang mengidentikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan, di mana pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-masing mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005). Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap

sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional. Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro (commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah sumua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005). Dengan semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan masyarakat yang menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang modernisasi pun tidak lagi hanya mencakup bidang ekonomi dan industri, melainkan telah merambah ke seluruh aspek yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, modernisasi diartikan sebagai proses trasformasi dan perubahan dalam masyarakat yang meliputi segala aspeknya, baik ekonomi, industri, sosial, budaya, dan sebagainya. Oleh karena dalam proses modernisasi itu terjadi suatu proses perubahan yang mengarah pada perbaikan, para ahli manajemen pembangunan menganggapnya sebagai suatu proses pembangunan di mana terjadi proses perubahan dari kehidupan tradisional menjadi modern, yang pada awal mulanya ditandai dengan adanya penggunaan alat-alat modern, menggantikan alat-alat yang tradisional. Selanjutnya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu-ilmu sosial, para Ahli manajemen pembangunan terus berupaya untuk menggali konsep-konsep pembangunan secara ilmiah. Secara sederhana pembangunan sering diartikan sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan. Seiring dengan perkembangannya hingga saat ini belum ditemukan adanya suatu kesepakatan yang dapat menolak asumsi tersebut. Akan tetapi untuk dapat membedakan keduanya tanpa harus memisahkan secara tegas batasannya, Siagian (1983) dalam bukunya Administrasi Pembangunan mengemukakan, Pembangunan sebagai suatu perubahan, mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang, sedangkan pembangunan sebagai suatu pertumbuhan menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/perluasan (expansion) atau peningkatan (improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat.