lbm 2

46
Refleks Fisiologi dan refleks Patologi REFLEK FISIOLOGI DAN PATOLOGI A. Pemeriksaan reflek Reflek motorik merupakan kontraksi yang tidak disadari dari respon otot atau kelompok otot yang meregang tiba-tiba dekat daerah otot yang di ransang. Tendon terpengaruh langsung dengan palu reflek atau secara tidak langsung melalui benturan pada ibu jari penguji yang ditempatkan rekat pada tendon. Uji reflek ini memungkinkan orang yang menguji dapat mengkaji lengkung reflek yang tidak disadari, yang bergantung pada adanya reseptor bagian aferen, sinap spinal, serabut eferen motorik dan adanya beberapa pengaruh perubahan yang bervariasi pada tingkat yang lebih tinggi. Biasanya reflek yang dapat diuji mencakup reflek bideps, brakhioradialis triseps, patela, dan pergelangan kaki (atau Achiles). B. Tehnik reflek Palu reflek digunakan untuk menimbalkan reflek tendon profunda (RTP). Batang palu dipegang longgar antara ibu jari dan jari telunjuk, yang memberikan getaran. Gerakan pergerakan tangan sama seperti pada saat digunakan selama perkusi. Ekstremitas diposisikan sehingga tendon sedikit meregang. Hal ini membutuhkan pengetahuan tentang lokasi otot, dan tendong yang melengkapinya. Tendon yang bergerak cepat yang berhubungan dengan reflek dibandingkan dengam sisi yang berlawanan. C. Derajat reflek Hilangnya reflek adalah sangat lah berarti, walaupun sentakanpergelangan kaki (reflek Achilles) yang tidak ada, terutama pada lansia. Respon reflek sering dikelaskan antara 0 sampai 4. 4+-hiperaktif dengan klonus terus-menerus 3+-hiperaktif

description

lbm2

Transcript of lbm 2

Page 1: lbm 2

Refleks Fisiologi dan refleks Patologi

REFLEK FISIOLOGI DAN PATOLOGI

A.    Pemeriksaan reflek Reflek motorik merupakan kontraksi yang tidak disadari dari respon otot atau kelompok

otot yang meregang tiba-tiba dekat daerah otot yang di ransang. Tendon terpengaruh langsung dengan palu reflek atau secara tidak langsung melalui benturan pada ibu jari penguji yang ditempatkan rekat pada tendon. Uji reflek ini memungkinkan orang yang menguji dapat mengkaji lengkung reflek yang tidak disadari, yang bergantung pada adanya reseptor bagian aferen, sinap spinal, serabut eferen motorik dan adanya beberapa pengaruh perubahan yang bervariasi pada tingkat yang lebih tinggi. Biasanya reflek yang dapat diuji mencakup reflek bideps, brakhioradialis triseps, patela, dan pergelangan kaki (atau Achiles).

B.     Tehnik reflek Palu reflek digunakan untuk menimbalkan reflek tendon profunda (RTP). Batang palu

dipegang longgar antara ibu jari dan jari telunjuk, yang memberikan getaran. Gerakan pergerakan tangan sama seperti pada saat digunakan selama perkusi. Ekstremitas diposisikan sehingga tendon sedikit meregang. Hal ini membutuhkan pengetahuan tentang lokasi otot, dan tendong yang melengkapinya. Tendon yang bergerak cepat yang berhubungan dengan reflek dibandingkan dengam sisi yang berlawanan.

C.     Derajat reflek Hilangnya reflek adalah sangat lah berarti, walaupun sentakanpergelangan kaki (reflek

Achilles) yang tidak ada, terutama pada lansia. Respon reflek sering dikelaskan antara 0 sampai 4.

4+-hiperaktif dengan klonus terus-menerus3+-hiperaktif 2+-normal 1+-hipoaktif0+-tidak ada reflek

 A.    Jenis-jenis reflek1.      Reflek biseps

Reflek biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat siku pada keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah dengan satu tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan palu reflek. Respon normal dalam fleksi pada siku dan kontraksi binseps.

2.      Reflek triseps

Page 2: lbm 2

Untuk menimbulkan reflek triseps, lengan pasien difleksikan pada siku dan diposisikan depan dada. Pemeriksaan menyokong lengan pasien dan mengindetifikasi tendon triseps dengan mempalpasi 2,5 sampai 5 cm diatas siku. Pemukulan langsung pada tendon normalnya menyebabkan kontraksi otot triseps dari ekstensi siku.

3.      Reflek brakhioradialis Pada saat pengkajian reflek brakhioradialis, penguji meletakkan lengan pasien di atas meja

laboratorium atau disilangkan di atas perut. Ketukan palu dengan lembut 2,5  sampai 5 cm di atas siku. Pengkajian ini dilakukan dengan lengan dalam keadaan fleksi dan supinasi.    

4.      Reflek patella Reflek patella ditimbulkan dengan cara mengetok tendon patella tepat di bawah patella.

Pasien dalam keadaan duduk atau tidur telentang. Jika pasien telentang, pengkaji menyokong kaki untuk memudahkan refleksasi otot. Kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut adalah respon normal. 

5.      Reflek ankleBuat pergelangan kaki dalam keadaan reflek, kaki dalam keadaan dorsi fleksi pada

pergelangan kaki dan palu diketok pada bagian tendon Achilles. Reflek normal yang muncul adalah fleksi pada bagian plantar. Jika penguji tidak dapat menimbulkan reflek pergelangan kaki dan kemungkinan tidak dapat rileks, pasien diinstruksikan untuk berlutut pada sebuah kursi atau tingginya sama dengan penguji. Tempatkan pergelangan kaki dengan posisi dorsi fleksi dan kurangi tegangan otot gastroknemeus. Tendon Achilles digores menurun dan terjadi fleksi plantar.    

6.      Klonus Bila terjadi rileks yang sangat hiperaktif, maka keadaaan ini di sebut klonus. Jika kaki dibuat

dorsi fleksi dengan tiba-tiba, dapat mengakibatkan dua atau tiga kali “gerakan” sebelum selesai pada posisi istirahat. Kadang-kadang pada penyakit SSP terdapat aktivitas ini dan kaki tidak mampu istirahat di mana tendon menjadi longgar tetapi aktivitas menjadi berulang-ulang. Tidak terus-menerus klonus dihubungkan dengan keadaan normal tetapi reflek hiperaktif tidak dipertimbangkan sebagai keadaan patologis. Klonus yang teru-menerus indikasi adanya penyakit SSP dan membutuhkan evaluasi dokter.

7.      Reflek kontraksi abdominal Reflek superfisial yang ada ditimbulkan oleh goresan pada kulit dinding abdomen atau pada

sisi paha untuk pria. Hasil yang didapat adalah kontraksi yang tidak di sadari oleh otot abdomen dan selanjutnya menyebabkan skrotum tertarik.

8.      Respons babinsky Reflek yang diketahui jelas, sebagai indikasi adanya penyakit SSP yang mempengaruhi

traktus kortikospinal, disebut respon babinski. Bila bagian lateral telapak kaki seseorang dengan SSP utuh digores, maka terjadi kontraksi jari kaki dan menarik bersama-sama. Pada pasien yang mengalami penyakit SSP pada sistem motorik, jari-jari kaki menyebar dan menjauh. Keadaan ini normal pada bayi tetapi bila ada pada orang dewasa keadaan ini abnormal. Beberapa variasi refleks-refleks lain memberi informasi. Dan yang lainnya juga perlu diperhatian tetapi tidak memberi informasi yang teliti

Page 3: lbm 2

GEJALA

LESI L.M.N. LESI U.M.N.

Yang Baru

Yang Lama Yang baru Yang lama

1. Tenaga

Menurun Menurun Menurun Menurun

2. Tonus

Menurun Menurun Menurun Meningkat

3. Trofik

Normal Atrofi Normal Normal

4. Refleks

- Fisiologik

- Patologik

- / ±-

- / ±-

- / ±- /+

++ / ++++

5. Fasikulasi

- + - -

6. Klonus

- - - +

2.1.1  Pengertian Gerak Refleks

            Refleks adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada rute yang disebut lengkung refleks. Sebagian besar proses tubuh involunter (misalnya, denyut jantung, pernapasan, aktivitas pencernaan, dan pengaturan suhu) dan respons somatis (misalnya, sentakan akibat suatu stimulus nyeri atau sentakan pada lutut) merupakan kerja refleks.[2]

           

2.1.2  Lengkung Refleks

               Unit dasar aktivitas refleks terpadu adalah lengkung refleks. Lengkung refleks ini terdiri atas alat indra, neuron aferen, satu sinaps atau lebih yang umumnya terdapat di pusat integrasi sentral, neuron eferen, dan efektor. Pada mamalia, hubungan (sninaps) antara neuron somatik aferen dan eferen biasanya terdapat di otak atau medulla spinalis. Serat neuron aferen masuk susunan saraf pusat melalui radiks dorsalis medulla spinalis atau melalui nervus kranialis,

Page 4: lbm 2

sedangkan badan selnya akan terdapat di ganglion dorsalis atau di ganglion-ganglion homolog nervi kranialis. Serat neuron eferen keluar melalui radiks ventralis atau melalui nervus cranial yang sesuai. Kenyataan radiks dorsalis medulla spinalis bersifat sensorik dan radiks ventralis bersifat motorik dikenal sebagai hukum Bell-Magendie. [1]

               Semua lengkung (jalur refleks) terdiri dari komponen yang sama.

1. Reseptor adalah ujung distal dendrit, yang menerima stimulus.2. Jalur aferen melintas sepanjang sebuah neuron sensorik sampai ke otak atau medulla

spinalis.3. Bagian pusat adalah sisi sinaps, yang berlangsung dalam substansi abu-abu SSP. Impuls

dapat ditransmisi, diulang rutenya atau dihambat pada bagian ini.4. Jalur eferen melintas disepanjang akson neuron motorik sampai ke efektor, yang akan

merespons impuls eferen sehingga menghasilkan aksi yang khas.5. Efektor dapat berupa otot rangka, otot jantung, atau otot polos, atau kelenjar yang

merespon. [2]

 

Gb.1 Lengkung Refleks

 

2.1.3  Sifat Umum Refleks

1. Rangsangan Adekuat

                    Rangsangan yang memicu terjadinya refleks umumnya sangat tepat (presisi). Rangsangan ini dinamakan rangsangan adekuat untuk refleks tersebut. Suatu contoh yang jelas adalah refleks menggaruk pada anjing. Refleks spinal ini timsbul akibat rangsangan yang adekuat melalui rangsangan raba linier multiple, yang misalnya karena terdapat serangga yang merayap di kulit. Respons yang timbul adalah garukan hebat pada daerah yang terangsang (sementara itu, ketepatan gerakan kaki yang menggaruk ke tempat yang teriritasi itu merupakan contoh sinyal local yang baik). Bila rangsangan raba multiple itu terpisah jauh atau tidak dalam satu garis, rangsangan yang adekuat tidak akan timbul dan tidak terjadi garukan. Lalat merayap, tetapi juga dapat melompat dari satu tempat ke tempat lain. Lompatan ini memisahkan rangsangan raba tersebut sehingga tidak terbentuk rangsangan adekuat untuk refleks menggaruk. [1]

2. Jalur Bersama Akhir

Page 5: lbm 2

                    Neuron motorik yang mempersarafi serabut ekstrafusal otot rangka merupakan bagian eferen dari berbagai lengkung refleks. Seluruh pengaruh persarafan yang memengaruhi kontraksi otot pada akhirnya akan tersalur melalui lengkung refleks ke otot tersebut, dank arena itu dinamakan jalur bersama akhir (final common path). Sejumlah besar masukan impuls bertemu di tempat tersebut. Memang, permukaan neuron motorik dan dendritnya rata-rata menampung sekitar 10.000 simpul sinaps. Sedikitnya terdapat lima masukan dari segmen spinal yang sama untuk neuron motorik spinal tertentu. Di samping yang umumnya dipancarkan melalui interneuron, dari berbagai bagian medulla spinalis lain dan traktus descendens yang panjang dan multipel dari otak. Seluruh jaras ini berkumpul dan menentukan aktivitas jalur bersama akhir. [1]

3. Berbagai Keadaan Eksitasi dan Inhibisi Sentral

                 Istilah keadaan eksitasi sentral dan keadaan inhibisi sentral digunakan untuk menggambarkan keadaan berkepanjangan yang memperlihatkan pengaruh eksitasi mengalahkan pengaruh inhibisi atau sebaliknya. Bila keadaan eksitasi sentral kuat, impuls eksitasi tidak saja menyebar ke berbagai daerah somatic medulla spinalis melainkan juga ke daerah otonom. Pada orang yang mengalami paraplegia kronis, misalnya, rangsangan noksius yang lemah dapat menimbulkan refleks kencing, defekasi, berkeringat, dan tekanan darah yang fluktuatif. [1]

1.  Habituasi dan Sensitisasi Respon Refleks

                 Kenyataan bahwa respon refleks bersifat stereotipik tidak menghilangkan kemungkinan bahwa respons tersebut dapat berubah melalui pengalaman. [1]

 

2.1.4  Proses Terjadinya Gerak Refleks

         Aktivitas di lengkung reflex dimulai di reseptor sensorik, berupa potensial reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor membangkitkan potensial aksi  yang bersifat gagal atau tuntas disaraf aferen. Jumlah potensial aksi sebanding dengan besarnya potensial generator. Di sistem saraf pusat terjadi respons bertahap berupa potensial pascasinaps eksitatorik dan potensial pasca sianaps inhibitorik yang kemudian bangkit di saraf tertaut-taut sinaps.  Respon yang kemudian bangkit di saraf eferen adalah respon yang bersifat gagal atau tuntas. Bila potensial aksi ini mencapai efektor, akan terbangkit lagi respons bertahap. Di efektor yang berupa otot polos, responnya akan bergabung untuk kemudian mencetuskan potensial aksi di otot polos. Tetapi bila efektornya berupa otot rangka, respons bertahap tersebut selalu cukup besar untuk mencetuskan potensial aksi yang mampu menimbulkan kontraksi otot.

Page 6: lbm 2

               Perlu ditekankan bahwa hubungan antara neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di susunan saraf pusat, dan aktivitas di lengkung reflex merupakan aktivitas yang termodifikasi oleh berbagai rangsangan yang terkumpul (konvergen) di neuron eferen. [1]

 

2.2  Macam-macam Gerak Refleks

Gerak refleks terdiri dari 2 macam, yaitu refleks fisiologis dan refleks patologis.

2.2.1     Refleks Fisiologis

1. a.      Refleks Somatik.

Berdasarkan jumlah neuron yang terlibat dibagi menjadi:

1. 1.      Refleks Monosinaptik (refleks renggang)

Lengkung reflex yang paling sederhana, mempunyai sinaps tunggal diantara neuron aferen dan eferen. Hanya ada satu sinaps yang terjadi antaraneuron sensorik dan neuron motorik.

Bila otot rangka dengan persyarafan yang utuh direnggangkan, otot ini akan berkontraksi. Respons seperti ini disebut refleks renggang.   Rangsangan yang menimbulkan efek regang adalah regangan pada otot, dan responnya adalah kontraksi otot yang diregangkan tersebut. Alat indranya adalah kumparan otot. Impuls yang tercetus di kumparan otot dihantarkan ke SSP (Sistem Saraf Pusat) melalui serabut saraf sensorik penghantar cepat. Impuls kemudian secara langsung akan diteruskan ke neuron motorik yang mempersarafi otot yang teregang. Neurotransmitter di sinaps adalah glutamate. Reflex regang merupakan reflex monosinaptik di dalam tubuh yang paling banyak diketahui dan dipelajari. Contoh klinis:

                                    Refleks Patella (knee jerk)

Ketukan pada tendon patella akan membangkitkan reflex patella, karena ketukan pada tendon akan meregangkan otot kuadriceps femoris.

Ketika patella diberi ketukan secara refleks kaki akan bergerak ke depan seakan menendang. Perubahan postur/gerak pada kaki tersebut karena adanya mekanisme pengatur postur atau gerak pada kaki tersebut.

Perubahan postur atau gerak pada kaki tersebut karena adanya mekanisme pengatur postur yang terdiri dari rangkaian nukleus dan berbagai struktur seperti medulla spinalis, batang otak dan korteks serebrum. Sistem ini tidak saja berperan dalam postur statik tetapi juga bersama sistem

Page 7: lbm 2

kortikospinalis dan kortikobulbaris, berperan dalam pencetusan dan pengendalian gerakan. Penyesuaian postur dan gerakan volunter tidak mungkin di pisahkan secara tegas, tetapi dapat di ketahui serangkaian refleks postur yang tidak saja mempertahankan posisi tubuh tetapi tegak dan seimbang tapi juga penyesuaian untuk mempertahankan latar belakang postur yang stabil untuk aktivitas volunter. Penyesuaian ini mencakup 2 refleks yaitu :

1. Refleks tatik : mencakup konstraksi menetap otot2. Refleks fasik : melibatkan gerakan – gerakan sesaat

Keduanya terintegrasi di dalam sistem saraf pusat, dari medulla spinalis sampai korteks serebrum.

Faktor utama dalam kontrol postur adalah adanya variasi ambang refleks regang spinal, yang di sebabkan oleh perubahan tingkat keterangsangan neuron motorik dan secara tidak langsung merubah kecepatan lepas muatan oleh neuron eferen -ɣ ke kumparan otot. Sehingga makin keras ketukan yang di berikan maka refleks regang yang terjadi semakin kuat dan terjadi gerak sesaat yang lebih tegas (pada refleks patella kaki akan bergerak menendang lebih keras atau sesuai dengan besar rangsang yang di berikan). [1] 

                                                Mekanismenya adalah:

Tendon patella diketuk > serabut tendon tertarik > otot dan serabut kumparan teregang > mengaktifkan refleks regangan.

 

Gb. 2 Refleks Patella (knee jerk)

 

1. 2.      Refleks Polisinaptik (Refleks Menarik Diri)

Lengkung refleks yang mempunyai lebih dari satu interneuron diantara neuron aferen dan eferen dan jumlah sarafnya beragam antara dua sampai beberapa ratus.

Refleks menarik diri merupakan jawaban terhadap rangsangan noxius dan biasanya rangsangan nyeri di kulit atau jaringan subkutan serta otot. Respon yang timbul adalah kontraksi otot flexor dan penghambatan otot ekstensor sehingga bagian yang terangsang mengalami fleksi dan menarik diri dari rangsangan tersebut. Bila diberikan rangsangan yang kuat pada ekstremitas, respon yang timbul bukan hanya berupa fleksi dan menarik diri pada ekstremitas tersebut, melainkan juga ekstensi pada ekstremitas kontralateral. Respon ekstensor silang ini merupakan refleks menarik diri. Pada dasarnya adalah refleks potensi untuk menjauhi rangsangan yang

Page 8: lbm 2

membahayakan artinya refleks untuk menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan atau membahayakan.

Gb. 3 Diagram hubungan polisinaps antara neuron aferen dan eferen di medulla spinalis

Gb. 4 Refleks Menarik Diri

 Contoh klinis:

Sensasi panas atau tajam mengenai tungkai kiri

            Mekanismenya adalah: stimuli merangsang serabut nyeri > kolateral ikut terangsang > interneuron teraktivasi > eksitasi neuron motorik > otot fleksor tungkai kiri kontraksi.

            Sedangkan otot fleksor tungkai kanan mengalami hambatan penghambatan (crosswed extensor reflex). Dalam kejadian nyata kita melihat tungkai kiri diangkat, tungkai kanan tegak kuat berpijak agar tubuh tidak jatuh.

1. b.      Refleks Otonomik

Contoh Klinis

1. Refleks batuk

Refleks batuk penting sekali bagi kehidupan, karena batuk merupakan cara dengan mana saluran udara paru-paru dipertahankan bebas dari benda asing.

            Bronkus dan trakea sedemikian peka sehingga benda asing apapun atau sebab iritasi lain menimbulkan refleks batuk. Larink dan karina sangat peka, dan bronkiolus terminalis serta alveolus terutama peka terhadap rangsnag kimia korosif seperti gas sulfur dioksida dan klor. Impuls aferen dari saluran pernapasan terutama berjalan melalui nervus vagus ke medulla oblongata. Di sana, suatu rangkaian peristiwa otomatis digerakkan oleh sirkuit neuron medulla oblongata, sehingga menyebabkan efek-efek sebagai berikut: pertama, kira-kira 2,5 L udara dihirup. Kedua, epiglottis menutup, dan pita suara menutup erat untuk menjerat udara di dalam paru-paru. Ketiga, otot peut berkontraksi dengan kuat. Sebagai akibatnya tekanan di dalam paru-paru meningkat menjadi 100 mmHg atau lebih. Keempat, pita suara dan epiglottis tiba-tiba terbuka lebar sehingga udara bertekanan tinggi di dalam paru-paru meletus keluar. [3]

1. Refleks bersin

Rangsang yang memulai refleks bersin adalah iritasi pada saluran hidung, impuls aferennya berjalan di dalam saraf kelima ke medulla oblongata dimana refleks ini digerakkan. Terjadi

Page 9: lbm 2

serangkaian reaksi yang mirip dengan yang terjadi pada refleks batuk, tetapi uvula tertekan sehingga sejumlah besar udara mengalir dengan cepat melalui hidung, dan juga melalui mulut sehingga membantu membersihkan saluran hidung dari benda asing. [3]

2.2.2     Refleks Patologis

Refleks patologis adalah refleks – refleks yang tidak dapat di bangkitkan pada orang sehat, kecuali pada bayi dan anak kecil. Refleks – refleks patologis sebagian besar bersifat refleks dalam dan sebagian lainnya bersifat refleks superfisial. Reaksi yang di perlihatkan oleh refleks patologis sebagian besar adalah sama tetapi mempunyai nama bermacam – macam karena di bangkitkan dengan cara yang berbeda – beda. Contoh klinis:

Refleks Babinski

Lakukan goresan di ujung palu refleks pada telapak kaki pasien. Goresan di mulai pada tumit menuju ke atas dengan menyusuri bagian lateral telapak kaki, setelah sampai pada pangkal kelingking, goresan di belokan ke medial sampai akhir pada pangkal jempol kaki. Refleks babinski positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang di sertai pemekaran jari – jari yang lain.

 

                                    Gb. 5 Cara Pemeriksaan Babinski

Kerusakan traktus kortikospinalis lateral pada manusia menimbulkan tanda babinski; fleksi dorsal jempol kaki dan mekarnya jari-jari kaki lainnya sewaktu bagian lateral telapak kaki digores. Kecuali pada bayi, respon normal terhadap rangsangan ini adalak fleksor plantar semua jari kaki. Tanda babinski dianggap merupakan refleks menarik  pada fleksor yang secara normal ditahan oleh sistem kortikospinalis lateral. Tanda ini berguna dalam mencari tempat proses penyakit, tetapi makna fisiologisnya tidak diketahui. [1]

Gb. 6 Jaras Kortikospinalis pada kasus babinski 

Pemeriksaan Radiologi Penyakit Stroke

Diagnosis stroke

            Dilakukan anamnesis, pemeriksaan keadaan umum dan pemeriksaan neurologis secepat mungkin, untuk segera mendapatkan diagnosis pasti stroke.

            Untuk menegakkan diagnosis stroke perlu dilakukan anamnesis (untuk mendapatkan gejala-gejala klinis akibat stroke), dan pemeriksaan neurologis (untuk mendapatkan kelainan neurologis akibat stroke).

Page 10: lbm 2

            Gejala-gejala klinis stroke yang sering terjadi, yang perlu ditanyakan, adalah (salah satu atau bersama-sama); (1) tiba-tiba perot, kelumpuhan satu sisi anggota gerak, (2) tiba-tiba semutan, gringgingan di muka, satu sisi anggota gerak, (3) tiba-tiba bingung, sulit bicara atau bicaranya sulit dimengerti, (4) tiba-tiba terjadi gangguan penglihatan satu atau ke dua mata, (5) tiba-tiba sulit untuk berjalan, sempoyongan, kehilangan keseimbangan atau koodinasi, (6) tiba-tiba nyeri ke pala yang sangat, tanpa diketahui sebab, dan (7) tiba-tiba terjadi penurunan kesadaran atau tidak sadar (koma).

            Gejala-gejala klinis tersebut sangat tergantung dari jenis patologis stroke, sisi otak dan bagian otak yang terganggu, dan bagaimana severitas dari gangguan otak tersebut.

Pola gangguan neurlogis pada penderita stroke akut, sesuai dengan letak lesinya, adalah sebagai berikut;

1. Lesi di hemisfer kiri (dominan), dengan gejala-gejala; afasi, hemiparesis kanan, hemiastesia kanan, hemianopsia homonymous kanan,dan gangguan gerakan bola mata kanan

2. Lesi di hemisfer kanan (nondominan), dengan gejala-gejala; hemiparesis kiri, hemiastesia kiri, hemianopsia homonymous kiri, dan gangguan gerakan bola mata kiri

3. Lesi di subkortikal atau batang otak, dengan gejala-gejala; hemiplegia berat dan hemiastesis berat, disartria, termasuk dysarhtria-clumsy hand, hemiparesis-ataksia, dan tidak ada gangguan kognisi, bahasa dan penglihatan

4. Lesi di batang otak, dengan gejala-gejala; tetrapelgia dan tetraastesia total, crossed signs (signs on same side of face and other side of body), dysconjugate gaze, nygstagmus, ataxia, disartria, dan disphagia

5. Lesi di serebelum, dengan gejala-gejala ataksia tungkai ipsilateral dan ataksia gait.

Pemeriksaan Radiologi yang Digunakan

1. CT Scan

Untuk membedakan jenis patologis stroke (perdarahan atau iskemik atau infark), dapat dilakukan segera mungkin pemeriksaan CT-Scan kepala (sebagai pemeriksaan baku emas). Apabila pemeriksaan CT-Scan tidak memungkin dengan berbagai alasan, dapat dipakai Algoritma Stroke Gadjah Mada (ASGM) yang telah diuji reliabilitas dan validitasnya (grade I).[5]  ASGM terdiri dari 3 variabel, yaitu, nyeri kepala pada waktu saat serangan, penurunan kesadaran pada waktu saat serangan dan refelks Babinski. Apabila ada tiga atau dua variable tersebut, maka jenis patologis stroke adalah stroke perdarahan. Apabila ada ada nyeri kepala atau penurunan kesadaran pada saat serangan, maka jenis patologis stroke adalah stroke perdarahan. Stroke iskemik atau infark, apabila tidak ada ketiga variable tersebut pada saat serangan.

Page 11: lbm 2

 

Gb. 7 CT Scan Kepala Indikasi Intracerebral Hemorrhage

2. MRI (Magnetic Resonance Imajing)

Pemeriksaan CT-Scan adalah mutlak dilakukan apabila akan dilakukan pengobatan dengan pengobata  trombolitik (rtPA intravenus).[4] Kalau keadaan memungkinkan dapat dilakukan pemeriksaan MRI. Dengan pemeriksaan MRI dapat dilihat lesi kecil (yang tidak terlihat dengan pemeriksaan CT-Scan) di kortikal, subkortikal, batang otak dan serebelum. Juga dapat terlihat lesi teritori vaskuler dan iskemik akut lebih awal.

BAB III

PENUTUP

Refleks adalah respon motorik sederhana, involunter, stereotipik, terpogram, terhadap stimuli sensorik spesifik. Refleks dioperasikan melalui arkus (lengkung) refleks. Sebuah lengkung refleks terdiri atas (1) reseptor sensori yang menterjemahkan stimuli, (2) serabut sensori aferen, yang masuk medulla spinalis melalui akar dorsal, membawa sinya ke SSP, (3) pusat integrasi (sinap dan interneuron), yang menganalisis masukan sensori, membawa sinyal ke neuron motorik. Serabut neuron motorik terdiri atas jaras eferen dari lengkung tersebut mmedula spinalis melalui (akar ventral), menginervasi otot skelet (5) (efektor).

Gerak refleks dibedakan menjadi dua, yaitu refleks fisiologi dan refleks patologis. Refleks fisiologis dibagi menjadi refleks somatis dan otonom. Berdasarkan jumlah neuronnya refleks somatis dibedakan menjadi refleks monosinaptik dan polisinaptik.

DAFTAR PUSTAKA

 

1. Ganong, F. William. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:Penerit Buku Kedokteran EGC

2. Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta:Penerit Buku Kedokteran EGC

3. Guyton, C. Arthur. 1990. Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Jakarta:Penerit Buku Kedokteran EGC

Page 12: lbm 2

1. Fife TD, Tusa RJ, Furman JM, et al. Assessment, vestibular testing techniques in adults and children: report of the Therapeutics and Technology Assessment Subcommittee of the Ameircan Academic of Neurology. Neurology 2000;55:1431-1441

impuls dapat dikatakan sebagai ”aliran listrik” yang merambat pada serabut saraf. Jika sebuah serabut saraf tidak menghantarkan impuls, dikatakan bahwa serabut saraf tersebut dalam keadaan istirahat. Impuls dapat dihantarkan melalui sel saraf dan sinapsis.a. Impuls Melalui Sel Saraf      Impuls dapat mengalir melalui serabut saraf karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam serabut saraf. Pada saat sel saraf istirahat, sebelah dalam serabut saraf bermuatan negatif, kira-kira –60 mV, sedangkan di sebelah luar serabut saraf bermuatan positif. Keadaan muatan listrik tersebut diberi nama potensial istirahat, sedangkan membran serabut saraf dalam keadaan polarisasi. Jika sebuah impuls merambat melalui sebuah akson, dalam waktu singkat muatan di sebelah dalam menjadi positif, kira-kira +60 mV, dan muatan di sebelah luar menjadi negatif. Perubahan tiba-tiba pada potensial istirahat bersamaan dengan impuls disebut potensial kerja. Pada saat ini terjadi depolarisasi pada selaput membran akson. Proses depolarisasi merambat sepanjang serabut saraf bersamaan dengan merambatnya impuls. Akibatnya, muatan negatif di sebelah luar membran merambat sepanjang serabut saraf.      Apabila impuls telah lewat, maka sementara waktu serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls karena terjadi perubahan dari potensial kerja menjadi potensial istirahat. Agar dapat berfungsi kembali, diperlukan waktu kira-kira 1/500 sampai 1/1.000 detik untuk pemulihan.      Kecepatan merambatnya impuls pada mamalia tertentu dapat lebih dari 100 meter per detik sedangkan pada beberapa hewan tingkat rendah kira-kira hanya 0,5 meter per detik. Ada dua faktor yang mempengaruhi kecepatan rambatan impuls saraf, yaitu selaput myelin dan diameter serabut saraf. Pada serabut saraf yang bermyelin, depolarisasi hanya terjadi pada nodus ranvier sehingga terjadi lompatan potensial kerja, akibatnya implus saraf lebih cepat merambat. Semakin besar diameter serabut saraf semakin cepat rambatan impuls sarafnya.b. Impuls Melalui Sinapsis      Sinapsis merupakan titik temu antara ujung neurit dari suatu neruron dengan ujung dendrit dari neuron lainnya. Setiap ujung neurit membengkak membentuk bonggol yang disebut bonggol sinapsis. Pada bonggol sinapsis tersebut terdapat mitokondria dan gelembung-gelembung sinapsis. Gelembung-gelembung sinapsis tersebut berisi zat kimia neurotransmitter yang berperan penting dalam merambatkan impuls saraf ke sel saraf lain. Ada berbagai macam neurotransmitter, antara lain asetilkolin yang terdapat pada sinapsis di seluruh tubuh, noradrenalin  yang terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin serta serotonin  yang terdapat di  otak.       Antara ujung bonggol sinapsis dengan membran sel saraf berikutnya terdapat celah sinapsis yang dibatasi oleh membran prasinapsis dan membran postsinapsis dari sel saraf

Page 13: lbm 2

berikutnya atau membran efektor. Apabila impuls saraf sampai pada bonggol sinapsis, maka gelembung-gelembung sinapsis akan mendekati membran prasinapsis, kemudian melepaskan isinya, yaitu neurotransmitter, ke celah sinapsis. Impuls saraf dibawa oleh neurotransmitter ini. Neurotransmitter menyeberang celah sinapsis menuju membran postsinapsis. Zat kimia neurotransmitter  mengakibatkan terjadinya depolarisasi pada membran postsinapsis dan terjadilah potensial kerja. Ini berarti impuls telah diberikan ke sarabut saraf berikutnya. Dengan demikian impuls saraf menyeberangi celah sinapsis dengan cara perpindahan zat-zat kimia, untuk kemudian dilanjutkan pada sal saraf berikutnya dengan cara rambatan potensial kerja.  Apabila neurotransmitter sudah melaksanakan tugas, neurotransmitter  akan diuraikan oleh enzim yang dihasilkan oleh membran postsinapsis, Misalnya, apabila neurotransmitter berupa asetikolin maka enzim yang menguraikannya adalah enzim asetilkolinesterase.

STRUKTUR SINAPSIS

Pada setiap neuron, terminal aksonnya membengkak membentuk suatu tonjolan kecil yang disebut tombol sinapsis. Permukaan membran tombol sinapsis ini dinamakan membran prasinapsis yang menghantarkan impuls dari terminal sinapsis menuju dendrit atau badan sel berikutnya. Impuls tersebut akan diterima oleh permukaan membran dendrit atau badan sel yang dituju. Membran yang demikian dinamakan membran pascasinapsis. Di antara kedua membran ini dipisahkan oleh suatu celah yang disebut celah sinapsis.

Di dalam tombol sinapsis terdapat suatu zat kimia yang dapat menghantarkan impuls ke neuron berikutnya. Zat yang demikian dinamakan neurotransmiter. Saat menghantarkan implus, dalam sitoplasma neurotransmiter dibawa oleh banyak kantung dalam sitoplasma, yang disebut vesikula sinapsis. Ada berbagai macam jenis neurotransmiter, contohnya asetilkolin, dopamine, noradrenalin, dan serotonin. Asetilkolin berada pada seluruh sistem saraf; sementara noradrenalin berada pada sistem saraf simpatik; sementara dopamine dan serotonin terdapat pada otak. Asetilkolin dan noradrenalin merupakan salah dua neurotransmiter utama yang terdapat pada mammalia.

B.     PENGHANTARAN IMPULS MELALUI SINAPS

Anda telah mengetahui bahwa rangsang yang diterima sel saraf dapat berasal dari dalam tubuh maupun luar tubuh. Rangsang yang merambat disebut impuls. Perhatikan Gambar 9.5. Impuls diterima oleh reseptor kemudian akan dihantarkan oleh dendrit menuju badan sel saraf. Saat impuls sampai pada akson, impuls akan diteruskan ke dendrit neuron lain. Jadi, ada berapa macamkah penghantaran impuls?Dalam sel saraf terjadi proses penghantaran impuls secara konduksi. Apabila tidak ada rangsang maka sel saraf disebut dalam keadaan istirahat. Dalam keadaan ini saraf tidak menghantarkan

Page 14: lbm 2

impuls. Membran luar sel saraf bermuatan positif karena kelebihan kation atom Na+. Membran dalam sel saraf bermuatan negatif karena banyak ion K+ yang keluar akson.Keadaan seperti ini disebut polarisasi. Terjadinya kondisi demikian karena peran pompa Na– K dan sifat membran akson yang lebih permeabel terhadap K+ dan kurang permeabel terhadap Na+. Na+ dipompa ke luar. K+ dipompa ke dalam karena sifat membran akson yang permeabel terhadap K, maka K + dapat keluar lagi.

Jika terjadi rangsang kuat, permeabilitas membran akan berubah. Akibatnya polarisasi membran juga berubah. Polarisasi mengalami pembalikan pada lokasi tertentu yang disebut depolarisasi. Selanjutnya proses pembalikan polarisasi diulang hingga menyebabkan rantai reaksi. Dengan demikian, impuls berjalan sepanjang akson. Setelah impuls berlalu, membran neuron memulihkan keadaannya seperti semula. Selama masa pemulihan ini, impuls tidak bisa melewati neuron tersebut. Waktu ini disebut waktu refraktori.Proses penghantaran impuls yang kedua adalah penghantaran impuls antarsel saraf. Perhatikan gambar 9.6 berikut.

Titik - titik (celah) pertemuan antara neuron satu dengan neuron lain disebut sinapsis. Akson pada setiap neuron berakhir membentuk tonjolan kecil yang disebut tombol sinapsis. Permukaan tombol sinapsis disebut membran pre-sinapsis. Membran pre-sinapsis berfungsi meneruskan rangsang.

Membran pre-sinapsis akson neuron satu akan bertemu dengan dendrit neuron yang lain. Permukaan dendrit neuron itu disebut membran post-sinapsis. Fungsi membran post-sinapsis sebagai penerima rangsang. Di antara kedua membran tersebut terdapat suatu celah yang disebut celah sinapsis.

Bila impuls telah berada di ujung akson, ujung akson akan mengeluarkan neuro hormon yang disebut juga neurotransmiter. Zat ini bersifat memacu dan menghantarkan impuls ke ujung dendrit neuron yang lain. Ada beberapa neurotransmiter yang dikenal yaitu asetilkolin, serotonin, dan dopamin. Keduanya merupakan neurotransmiter yang terdapat di seluruh sistem saraf.

Page 15: lbm 2

Jika impuls tiba di tombol membran pre-sinapsis, akan terjadi peningkatan permeabilitas membran pre-sinapsis terhadap ion Ca2+. Akibatnya ion Ca2+ masuk dan gelembung sinapsis melebur dengan membran pre-sinapsis sambil melepaskan neurotransmiternya ke celah sinapsis. Neurotransmiter ini membawa impuls ke membran post-sinapsis. Setelah menyampaikan impuls, selanjutnya neurotransmiter dihidrolisis oleh enzim yang dikeluarkan oleh membran post-sinapsis, misalnya asetilkolinesterase.Jika neurotransmiternya dihidrolisis menjadi kolin dan asam etanoat, kedua senyawa hasil hidrolisis ini akan disimpan di gelembung sinapsis untuk dipergunakan lagi. Simaklah penghantaran impuls antarsel saraf pada Perhatikan Gambar 9.6 !.

Apabila tubuh Anda mendapatkan rangsang dari luar, dengan melakukan 2 macam proses penghantaran tersebut, impuls akan melalui jalur perjalanan sebagai berikut untuk menanggapinya.Selain gerakan melalui jalur itu, ada juga gerakan yang melalui jalur perjalanan berbeda yang disebut gerak refleks. Berikut adalah penjelasan mengenai gerak refleks.

C.     GERAK REFLEKS

Mungkin Anda pernah memeriksakan kesehatan Anda di rumah sakit. Salah satu hal yang dilakukan dokter adalah menyuruh duduk dengan posisi kaki dapat bergerak bebas di atas tanah, dokter juga menyuruh menutup mata. Tiba-tiba tanpa sepengetahuan Anda, dokter memukul lutut Anda menggunakan martil. Apa yang terjadi? Ya, tungkai kaki bawah Anda bergerak ke depan. Itu adalah salah satu contoh gerakan refleks.

Gerak refleks adalah gerakan spontan yang tidak melibatkan kerja otak. Gerak ini dilakukan tanpa kesadaran. Gerak ini berguna untuk mengatasi kejadian tiba-tiba misalnya menarik kaki dengan segera setelah menginjak puntung rokok yang masih menyala. Jalur perjalanan gerak refleks sebagai berikut.

Berdasarkan tempat konektornya, refleks dibedakan menjadi dua yaitu refleks spinalis dan refleks kranialis.

a.      Refleks tulang belakang (refleks spinalis) yaitu jika konektor terdapat di sumsum tulang belakang. Contoh: gerakan menarik tangan saat menyentuh benda panas atau kaki terkena duri. Perhatikan Gambar 9.7.

b.      Refleks otak (refleks kranialis) yaitu jika konektornya terdapat di otak. Contoh: gerakan mata terpejam karena kilat.

D.    KESIMPULAN MEKANISME KERJA SINAPSIS

Apabila impuls sampai pada tombol sinapsis, segera neuron mengirimkan neurotransmiter. Selanjutnya, neurotransmiter dibawa oleh vesikula sinapsis menuju membran prasinapsis.

Page 16: lbm 2

Kedatangan impuls tersebut membuat permeabilitas membran prasinapsis terhadap ion Ca2+ meningkat (terjadi depolarisasi). Sehingga, ion Ca2+ masuk dan merangsang vesikula sinapsis untuk menyatu dengan membran prasinapsis.Bersama kejadian tersebut, neurotransmiter dilepaskan ke dalam celah sinapsis melalui eksositosis. Dari celah sinapsis, neurotransmiter ini berdifusi menuju membran pascasinapsis. Setelah impuls dikirim, membran pascasinapsis akan mengeluarkan enzim untuk menghidrolisis neurotransmiter. Enzim tersebut misalnya senzim asetilkolineterase yang menghidrolisis asetilkolin menjadi kolin dan asam etanoat. Oleh vesikula sinapsis, hasil hidrolisis (kolin dan asam etanoat) akan disimpan sehingga sewaktu-waktu bisa digunakan kembali.

Fisiologi penjalaran impuls pada saraf *iseng-iseng review blok saraf

Blok sistem saraf dan muskuloskeletal merupakan blok yang sangat panjang dan berat. Namun, Alhamdulillah semua telah berhasil dilewati dengan sangat baik. Oleh karena itu, untuk mengingat-ingat dan kebetulan juga saat ini saya sedang tidak ada kerjaan maka saya ingin mencoba menjelaskan kembali bagaimana Allah menciptakan suatu sistem yang rumit tanpa cacat bagi manusia sehingga sekarang ini manusia bisa bergerak dan  merasakan sensasi-sensasi dalam kehidupan.

sel saraf itu terdiri dari 3 bagian pada umumnya, 1. Dendrit :juluran badan sel; 2. Badan sel; 3. akson (juluran panjang tempat terjadi potensial aksi).Sebenarnya suatu gerakan dan sensasi itu dapat kita rasakan karena adanya proses potensial aksi di sel saraf/neuron. Suatu sistem saraf ini pada dasarnya merupakan kerjasama antara sel-sel saraf yang ada dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa saraf atau unit fungsional penjuluran informasi/impuls ini dilakukan oleh SEL/Neuron. Contohnya, ketika kita disentuh maka kita dapat merasakan sentuhan tersebut dan dipersepsikan oleh otak sebagai suatu sentuhan biasa misalnya. Proses tersebut diawali oleh suatu stimulus adekuat,kalau tidak cukup kuat menimbulkan potensial aksi(penjalaran impuls sepanjang akson) maka bukan stimulus adekuat namanya. Stimulus adekuat disini adalah berupa sentuhan, lalu stimulus ini menyebabkan membran plasma neuron yg terdapat pintu Na+ terbuka dan Na+ masuk. Dengan masuknya Na+ ini maka terjadilah depolarisasi atau penjalaran impuls listrik sepanjang neuron. Panjang neuron bermacam-macam hingga 1 meter bahkan.Perlu ditekankan dengan masuknya Na+ ke dalam Neuron atau Cairan intrasel neuron maka pola muatan di dlm membran tersebut berubah menjadi lebih positif. Itulah yang menyebabkan penjalaran informasi yg pd dasarnya adalah sebuah penjalaran impuls listrik itu terjadi. 

Yang terjadi setelah depolarisasi atau masuknya Na+ itu adalah keluarnya K+. Lho kok keluar?maksudnya opo to? keluarnya K+ itu disebut repolarisasi (kembali dalam keadaan polar). harus

Page 17: lbm 2

diketahui bahwa pada keadaan normal(tidak ada stimulus) atau polarisasi keadaan luar membran plasma adalah positif & bnyak terdapat ion Na+ sedangkan keadaan di dalam membran adalah negatif & banyak terdapat K+. Dengan masuknya Na+ itu maka muatan membran itu berubah sehingga keadaan di dalam membran itu yang jadi lebih positif, nah setelah Na+ masuk dan di dalam lebih positif seketika K+ yang ada didalam membran itu keluar melalui pintu bervoltase K+ sehingga seketika pula keadaan menjadi kembali polar(repolarisasi) karena muatan membran kembali normal, yaitu diluar membran bermuatan positif dan dalam membran bermuatan negatif kembali. kejadian itu terus terjadi menjalar sepanjang akson dari neuron.

Ketika sampai di ujung saraf atau yang disebut terminal akson, maka penjalaran informasi berupa listrik tadi itu berubah energi nya menjadi proses yang berkaitan dengan kimiawi. Mengapa? karena ujung saraf ini berhubungan dengan saraf lainnya melalui sebuah celah dan yang kita ketahui itu bahwa impuls listrik tidak bisa melewati sebuah celah, oleh karena itu penjalaran informasi ditransmisi melalui suatu substansi kimia yang disebut neurotransmiter. jadi setelah ada penjalaran impuls listrik di akson neuron maka selanjutnya neurotransmiter akan dikeluarkan . Neurotransmiter itu nanti akan menempel di reseptor membran neuron yang selanjutnya. dengan menempelnya neuron di reseptor membran tersebut maka kanal Na+ terbuka dan Na+ masuk ke dalam membran sehingga muatan di dalam membran menjadi lebih positif dan terjadi depolarisasi. Jika muatan ini cukup kuat maka akan diteruskan menjadi potensial aksi di sepanjang akson dan selanjutnya akan dipersepsi informasinya di otak sebagai suatu sentuhan.

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SARAF

Jaringan Saraf terdiri dari: 1. Neuron (sel saraf)Merupakan unit anatomis dan fungsional sistem persarafan 

Page 18: lbm 2

Bagian-bagian dari neuron :- badan sel (inti sel terdapat didalamnya)- dendrit : menghantarkan impuls menuju badan sel- akson : menghantarkan impuls keluar dari badan sel

Klasifikasi neuron berdasarkan bentuk :A Neuron unipolarTerdpt satu tonjolan yg bercabang dua dekat dengan badan sel, satu cabang menuju perifer & cabang lain menuju SSP (neuron sensorik saraf spinal)B Neuron bipolarMempunyai dua tonjolan, 1 akson dan 1 dendritC. Neuron multipolarTerdpt beberapa dendrit dan 1 akson yg dpt bercabang-cabang banyak sekaliSebagian besar organela sel pd neuron terdpt pada sitoplasma badan selFungsi neuron : menghantarkan impuls saraf keseluruh tubuh (somatik dan viseral)Impuls neuron bersifat listrik disepanjang neuron dan bersifat kimia diantara neuron (celah sinap / cleft sinaptik)Zat kimia yg disinteis neuron & disimpan didalam vesikel ujung akson disebut neurotransmiter yg dpt menyalurkan impulsContoh neurotransmiter : asetilcolin, norefineprin, dopamin, serotonin, gama-aminobutirat (GABA)

2. Sel penyokong (Neuroglia pada SSP & sel schwann pada SST). Ada 4 neuroglia- Mikroglia : berperan sbg fagosit- Ependima : berperan dlm produksi CSF- Astrosit : berperan menyediakan nutrisi neuron dan mempertahankan potensial biolelektrik- Oligodendrosit : menghasilkan mielin pd SSP yg merupakan selubung neuron

Page 19: lbm 2

3. Mielin- komplek protein lemak berwarna putih yg menutupi tonjolan saraf (neuron)- menghalangi aliran ion Na & K melintasi membran neural.- daerah yg tidak bermielin disebut nodus ranvier- transmisi impuls pd saraf bermelin lebih cepat dari pada yg tak bermelin, karena adanya loncatan impuls dari satu nodus kenodus lainnya (konduksi saltatorik) 

Pembagian sistem saraf secara anatomi :

1.SSP (Sistem Saraf Pusat)

2. Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (ensephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.

Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:

1. Durameter; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan dari tulang kepala. Di antara tulang kepala dengan duramater terdapat rongga epidural.

2. Arachnoidea mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.

3. Piameter. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan lipatan-lipatan permukaan otak.

Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:

1. badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)2. serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)3. sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem

saraf pusat

Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.

Page 20: lbm 2

OtakOtak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol. 

Otak besar (serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.

Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.

Otak tengah (mesensefalon)

Page 21: lbm 2

Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.

Otak kecil (serebelum)

Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.

Sumsum sambung (medulla oblongata)

Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.

Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.

Jembatan varol (pons varoli)

Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

Berdasarkan letaknya, otak dapat dibagi menjadi lima yaitu:Telensefalon (end brain)Diensefalon (inter brain)Mesensefalon (mid brain)Metensefalon (after brain)Mielensefalon (marrow brain)

Telensefalon(end brain) terdiri dari:à Hemisfer serebrikortek serebrisistem limbik (Bangsal ganglia, hipokampus, Amigdala) Diensefalon (inter brain) terdiri dari:EpitalamusTalamus

Page 22: lbm 2

SubtalamusHipotalamus

Mesensefalon (mid brain) terdiri dari:Kolikulus superiorKolikulus inferiorSubstansia nigra

Metensefalon (after brain) terdiri dari:PonsSerebelumMielensefalonMedula oblongata

Sumsum tulang belakang (medula spinalis)Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor

Suplai darah otakOtak mendapat suplai darah dari 2 arteri besar, yaitu :1. Arteri karotis interna2. Arteri vertebro basiler

Sistem saraf tepi adalah sistem saraf di luar sistem saraf pusat, untuk menjalankan otot dan organ tubuh.

Page 23: lbm 2

Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf tepi tidak dilindungi tulang, membiarkannya rentan terhadap racun dan luka mekanis.

Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadai dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat. 

Gbr. Saraf tepi dan aktivitas-aktivitas yang dikendalikannya

 

1. Sistem Saraf Sadar

Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.

Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:

1. Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 82. lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 123. empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9, dan 10.

Page 24: lbm 2

Gambar 2Otak dilihat dari bawah menunjukkan saraf kranial

Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.

Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.

Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut.

a. Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma.b.Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan. c. Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.

2. Saraf Otonom

Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.

Page 25: lbm 2

Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu.

Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung. 

Parasimpatik

mengecilkan pupil menstimulasi aliran ludah memperlambat denyut jantung

Page 26: lbm 2

membesarkan bronkus menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan  mengerutkan kantung kemih

Simpatik

memperbesar pupil menghambat aliran ludah mempercepat denyut jantung mengecilkan bronkus menghambat sekresi kelenjar pencernaan  menghambat kontraksi kandung kemih 

Mekanisme Penghantaran Impuls

Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel penyokong (neuroglia dan Sel Schwann). Kedua sel tersebut demikian erat berikatan dan terintegrasi satu sama lain sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit. Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis. Sistem saraf tepi terdiri dari neuron aferen dan eferen sistem saraf somatis dan neuron sistem saraf autonom (viseral). Otak dibagi menjadi telensefalon, diensefalon, mesensefalon, metensefalon, dan mielensefalon. Medula spinalis merupakan suatu struktur lanjutan tunggal yang memanjang dari medula oblongata melalui foramen magnum dan terus ke bawah melalui kolumna vertebralis sampai setinggi vertebra lumbal 1-2. Secara anatomis sistem saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf kranial. Suplai darah pada sistem saraf pusat dijamin oleh dua pasang arteria yaitu arteria vertebralis dan arteria karotis interna, yang cabang-cabangnya akan beranastomose membentuk sirkulus arteriosus serebri Wilisi. Aliran venanya melalui sinus dura matris dan kembali ke sirkulasi umum melalui vena jugularis interna. (Wilson. 2005, Budianto. 2005, Guyton. 1997)Membran plasma dan selubung sel membentuk membran semipermeabel yang memungkinkan difusi ion-ion tertentu melalui membran ini, tetapi menghambat ion lainnya. Dalam keadaan istirahat (keadaan tidak terstimulasi), ion-ion K+ berdifusi dari sitoplasma menuju cairan

Page 27: lbm 2

jaringan melalui membran plasma. Permeabilitas membran terhadap ion K+ jauh lebih besar daripada permeabilitas terhadap Na+ sehingga aliran keluar (efluks) pasif ion K+ jauh lebih besar daripada aliran masuk (influks) Na+. Keadaan ini memngakibatkan perbedaan potensial tetap sekitar -80mV yang dapat diukur di sepanjang membran plasma karena bagian dalam membran lebih negatif daripada bagian luar. Potensial ini dikenal sebagai potensial istirahat (resting potential). (Snell. 2007)Bila sel saraf dirangsang oleh listrik, mekanik, atau zat kimia, terjadi perubahan yang cepat pada permeabilitas membran terhadap ion Na+ dan ion Na+ berdifusi melalui membran plasma dari jaringan ke sitoplasma. Keadaan tersebut menyebabkan membran mengalami depolarisasi. Influks cepat ion Na+ yang diikuti oleh perubahan polaritas disebut potensial aksi, besarnya sekitar +40mV. Potensial aksi ini sangat singkat karena hanya berlangsung selama sekitar 5msec. Peningkatan permeabilitas membran terhadap ion Na+ segera menghilang dan diikuti oleh peningkatan permeabilitas terhadap ion K+ sehingga ion K+ mulai mengalir dari sitoplasma sel dan mengmbalikan potensial area sel setempat ke potensial istirahat. Potensial aksi akan menyebar dan dihantarkan sebagai impuls saraf. Begitu impuls menyebar di daerah plasma membran tertentu potensial aksi lain tidak dapat segera dibangkitkan. Durasi keadaan yang tidak dapat dirangsang ini disebut periode refrakter. Stimulus inhibisi diperkirakan menimbulkan efek dengan menyebabkan influks ion Cl- melalui membran plasma ke dalam neuron sehingga menimbulkan hiperpolarisasi dan mengurangi eksitasi sel. (Snell. 2007) 

Page 28: lbm 2
Page 29: lbm 2
Page 30: lbm 2

1. Fungsi otak yang mengalami gangguan yaitu pada lobus frontalis tepatnya pada bagian gyrus precentralis yang mengendalikan gerakan tubuh (tempat korteks motorik) .Area Brodmann

1, 2, dan 3 - Korteks Somatosensorik (sering disebut area 3, 1, 2).

4 - Korteks Motorik Primer

5 - Korteks Asosiasi Somatosensorik

6 - Korteks Pra-motorik dan Motorik Suplementaris

7 - Korteks Asosiasi Somatosensorik

Page 31: lbm 2

8 - Daerah Mata Frontal

9 - Korteks Prafrontal Dorsolateralis

10 - Area Frontopolar

11 - Area Orbitofrontal

12 - Area Orbitofrontal (sering disebut area 11A)

13 - Korteks Insularis

17 - Korteks Visual Primer

18 - Korteks Asosiasi Visual

19 - Korteks Asosiasi Visual

20 - Gyrus Temporalis Inferior

21 - Gyrus Temporalis Media

22 - Gyrus Temporalis Superior

23 - Korteks Cinguli Posterior Ventral

24 - Korteks Cunguli Anterior Ventral

25 - Korteks Subgenualis

26 - Area Ektosplenialis

28 - Korteks Entorhinalis Posterior

29 - Koreks Cinguli Retrosplenialis

30 - Bagian dari korteks cinguli

31 - Korteks Cinguli Posterior Dorsal

32 - Korteks Cinguli Anterior Dorsal

34 - Korteks Entorhinalis Anterior

Page 32: lbm 2

35 - Korteks Perirhinalis

36 - Korteks Parahippocampalis (di gyrus parahippocampal)

37 - Gyrus Fusiformis

38 - Area Temporopolar39 - Gyrus Angularis (bagian dari Area Wernicke)

40 - Gyrus Supramarginalis (bagian dari Area Wernicke)

41, 42 - Korteks Asosiasi Primer dan Auditorius

43 - Area subcentral

44 - Pars Triangularis dari Area Broca

45 - Pars Opercularis dari Area Broca

46 - Korteks Prefrontalis Dorsolateral

47 - Gyrus Prefrontalis Inferior

48 - Area Retrosubicularis

52 - Area Parainsularis

(Paulsen & Waschke.2002.Sobotta Atlas Anatomi Manusia.Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.)(Eroschenko,Victor.2002.Atlas Histologi Difiore.Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.)

No. Area Penamaan Fungsi1 Area 1, 2 dan 3 Somestetik Primer Bagian ini akan menerima sensasi dari

semua bagian tubuh dan disinilah menggapai kesaadaran. Sensasi umum ini mencakup antara lain: nyeri, suhu, raba, tekan dan proprioseptif.

2 Area 4 Korteks Frontalis Merupakan area motorik primer yang bertanggungjawab untuk gerakan-gerakan voluntar.

3 Area 8 Lapangan pandang frontal

Area 6 dan 8 ini bertanggungjawab untuk gerakan-gerakan menyidik voluntar dan

Page 33: lbm 2

deviasi konjugat dari mata dan kepala. Gerakan mata voluntar mendapat input dari area 4,6,8,9 dan 46.

4 Area 6

5 Area 5 dan 7 Asosiasi Somestetik Bagian ini banyak berhubungan dengan area-area sensorik lain dari korteks sensorik. Korteks asosiasi sensorik menerima dan mnegintegrasi berbagai modalitas sensorik, misalnya mengindentifikasikan mata uang dalam tangan tanpa melihat.

6 Area 9,10,11, dan 12

Korteks Prafrontalis Merupakan area-area yang berkaitan dengan kepribadian seseorang. Fungsi utamanya adalah melakukan kegiatan intelektual kompleks, beberapa fungsi ingatan, rasa tanggungjawab untuk melakukan tindakan dan sikap yang dapat diterima oleh masyarakat, ide-ide, pikiran yang kreatif, penilaian dan pandangan ke masa depan.

7 Area 17 Korteks Visual Primer

Bertanggungjawab untuk menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.

8 Area 18 dan 19 Korteks Asosiasi Visual

Bagian ini menyebabkan informasi-informasi penglihatan menjadi berarti, berperan juga dalam refleks gerakan mata apabila sedang memandang atau mengikuti suatu objek.

9 Area 22 Korteks Asosiasi Auditorik

Bertanggung jawab atas interpretasi dari korteks auditorik primer dan bekerjasama dengan area Wernicke di dekatnya untuk pemahaman bahasa melalui pendengaran tersebut.

10 Area 40 Korteks Parietalis Bertanggungjawab untuk mengenal benda melalui sentuhan.

11 Area 41 dan 42 Korteks Auditorik Primer

Berfungsi sebagai penerima suara.

12 Area 44 dan 45 Area Bicara Motorik Broca

Bertanggungjawab atas pelaksanaan motorik berbicara.