Layang PRB edisi 7

8

Click here to load reader

description

Informasi seputar pengurangan risiko bencana di Jogja dan Jateng

Transcript of Layang PRB edisi 7

Page 1: Layang PRB edisi 7

LAYANG PRB

sudah menempati hunian tetap (huntap).YOGYAKARTA-Partisipasi warga dinilai menjadi Dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi, lanjut dia, kunci guna menjamin keberhasilan program-program

data menunjukkan bahwa sumberdaya yang tersedia pemulihan pascaerupsi Merapi. Menginjak tahun ketiga sebagian besar digunakan untuk memperbaiki fasilitas pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascaerupsi hunian, infrastruktur, dan ekonomi masyarakat. Merapi, ruang-ruang yang menampung partisipasi Pemerintah telah membelanjakan 89 persen sumber warga perlu diperluas.dayanya untuk penanganan darurat di wilayah Eko Teguh Paripurno, Direktur Pusat Studi terdampak langsung dan terdampak lahar, sementara Manajemen Bencana (PSMB) UPN Veteran Yogyakarta organisasi non-pemerintah telah membelanjakan 97 menilai, secara umum pelaksanaan rehabilitasi dan persen untuk wilayah yang sama. rekonstruksi pascaerupsi Merapi selama dua tahun

Selama ini, program pemerintah dalam pemulihan terakhir sudah berjalan baik. “Membangun hunian pascaerupsi Merapi didasarkan pada Rencana Aksi sementara (huntara) adalah salah satu bagian relung Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pascabencana rehabilitasi dan rekonstruksi kita. Kita telah berhasil Erupsi Gunung Merapi di Wilayah Daerah Istimewa membangun huntara tersebut sesuai kebutuhan,” Yogyakarta dan Jawa Tengah 2011 - 2013. katanya, Jumat (4/1).

Dokumen Renaksi RR Merapi disusun sebagai Para penyintas telah menempati huntara yang rencana program dan kegiatan guna membangun disediakan dan telah menyelesaikan masa tinggal di kesepahaman dan komitmen huntara itu. Hingga akhir 2012, sebagian besar penyintas

IOM/Intan

Sebuah poster tentang pentingnya partisipasi perempuan dalam upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pascaerupsi Merapi tampak ditempel di salah satu tembok bangunan di Hunian Tetap Pagerjurang, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman.

(bersambung ke hlm. 7)

Eling lan waspada ngadhepi bebaya

Halaman 6

Opini

Pembelajaran Tematik bagi Anak-anak di Wilayah Bencana

Edisi Desember 2012 - Januari 2013

Halaman 3

Info Forum PRB

Forum PRB DIY Gelar Kongres II

Halaman 2

Urun Rembug

Gatot Saptadi : Pemulihan Ekonomi Menjadi Fokus 2013

Ruang Partisipasi Warga

Perlu Diperluas

Ruang Partisipasi Warga

Perlu Diperluas

Sriyono merasa beruntung, meski terkadang juga merasa heran. Lelaki 40 tahun itu mengaku beruntung karena lokasi rumah baru atau hunian tetap (huntap) miliknya cukup strategis. Ia juga merupakan satu dari sedikit warga yang sudah bisa merasakan aliran air bersih di dalam rumah barunya.

Di Huntap Pagerjurang, Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, tempat Sriyono kini tinggal, rumahnya berdiri persis di depan rumah produksi yang berada di barisan depan kompleks. Rumah itu berada di deretan rumah bagi warga dari Dusun Manggong, Pagerjurang, dan Kepuharjo.

Dari segi spesifikasi, rumah itu sebenarnya sama saja dengan rumah lain di sekitarnya. Akan tetapi, rumah Sriyono saat ini terlihat paling mencolok dibanding rumah lainnya.

Dinding depan rumahnya sudah dipoles cantik dengan warna hijau muda. Lantai ruang tamunya berselimut keramik cokelat. Di dalam ruang tamunya, dipajang sejumlah poster pembangunan huntap dan sertifikat huntap yang berbingkai kaca.

Rumah itu kerap dipakai sebagai lokasi kunjungan. Bagi Sriyono dan keluarganya, kunjungan berbagai pihak itu kadang terasa merepotkan. Akan tetapi, kunjungan demi kunjungan itu pulalah yang membuat rumahnya kerap mendapat prioritas dalam realisasi prasarana huntap.

Pada Oktober 2012 lalu, misalnya, Sriyono sudah dapat merasakan segarnya air bersih. Pipa dan meteran air yang ada di rumahnya sudah bisa berfungsi dengan baik.

Akan tetapi, ia mengaku heran karena aliran air tidak selalu lancar. Padahal air sangat diperlukan untuk keperluan sehari-hari seperti memasak dan mencuci. Namun setiap kali rencana ada kunjungan, aliran air ke rumahnya kembali lancar. “Menjelang kunjungan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat pekan lalu, saluran air lancar,” ujarnya, Rabu (16/1).

Meski air di rumahnya tak selalu lancar mengalir, Sriyono termasuk lebih beruntung dibanding warga yang menempati bagian belakang Huntap Pagerjurang. Sekitar 140 kepala keluarga dari Dusun Kaliadem dan 90 kepala keluarga dari Dusun Petung di Huntap Pagerjurang, misalnya, sampai kini belum merasakan fasilitas air bersih. Menurut warga, pipa dan meteran air untuk kawasan tersebut baru dipasang pada awal 2013 lalu.

Suminah (45), salah seorang warga pindahan dari Dusun Kaliadem, mengandalkan dua tangki berkapasitas 500 liter air untuk menampung air hujan di belakang rumahnya. Air tampungan itu ia gunakan untuk keperluan mencuci pakaian maupun peralatan rumah tangga.

Bersiasat demi Air

(bersambung ke hlm. 7)

Page 2: Layang PRB edisi 7

2URUN REMBUG

Tahun 2012 telah berakhir. Tak terasa kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pemulihan pascaerupsi Merapi 2011 - 2013 sudah berjalan selama lebih dari dua tahun.

P e m e r i n t a h m e l a l u i B a d a n N a s i o n a l Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyusun rencana aksi (Renaksi) rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai upaya pemulihan pascaerupsi Merapi 2010. Ada lima sektor yang menjadi prioritas Renaksi RR Merapi, yakni sektor perumahan, pembangunan infrastruktur, pemulihan ekonomi produktif, sektor sosial termasuk di dalamnya kesehatan, dan lintas sektor. Harus diakui pemulihan sektor perumahan merupakan program yang begitu rumit dan kompleks. Pemulihan perumahan tidak hanya menyangkut pembangunan fisik rumah, tetapi juga relokasi warga yang berada di zona merah rawan bencana erupsi ke daerah yang dianggap aman.

Upaya relokasi membutuhkan waktu panjang karena terkait dengan negosiasi dengan warga yang akan direlokasi. Warga harus diajak bermusyawarah agar proses relokasi tidak berjalan sepihak. Selain itu, pemerintah juga harus mencari lahan yang dapat digunakan sebagai lokasi perumahan bagi warga yang bersedia direlolaksi. Setelah mendapatkan lahan, lokasi tersebut juga harus disiapkan dengan baik agar kontur tanahnya sesuai untuk dibangun perumahan.

Hingga akhir 2012, sebagian besar rumah bagi warga yang direlokasi sudah dibangun. Akan tetapi masih ada warga yang belum bersedia direlokasi dengan berbagai alasan. Pemerintah pun tidak memaksa mereka untuk mengikuti relokasi, sambil tetap memberikan kesempatan apabila di kemudian hari mereka bersedia direlokasi.

Selain itu pendidikan kesiapsiagaan, sistem peringatan dini serta pembangunan fasilitas jalur evakuasi telah disiapkan. Ketika suatu saat terjadi erupsi, warga yang tidak bersedia direlokasi dapat segera mengungsi melalui jalur-jalur evakuasi yang telah ditetapkan.

Semua pihak harus bersikap terbuka dengan kebijakan yang diterapkan. Bagaimanapun kita sesungguhnya menghendaki agar ketika terjadi erupsi di kemudian hari tidak akan ada korban jiwa lagi. Semua pihak juga harus menyadari bahwa ancaman erupsi Gunung Merapi akan terjadi secara rutin sebagaimana yang disampaikan oleh Badan Penelitian dan Penyelidikan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta.

Di tahun 2013, kita sangat berharap hal-hal detail yang berkaitan dengan hak-hak warga bisa dipenuhi. Semua pihak diharapkan berperan aktif mendukung upaya pemulihan yang dilakukan pemerintah sehingga hasilnya bisa sesuai harapan.

Keberhasilan pemulihan pascaerupsi Merapi akan menjadi keberhasilan semua pihak. Upaya pemulihan itu akan dicatat sehingga bisa menjadi pembelajaran berharga baik bagi warga di lereng Merapi, maupun masyarakat luas.

Edisi Desember 2012 - Januari 2013

LAYANG PRB

TAJUKCatatan Renaksi RR Merapi 2011 - 2012

Pemulihan Ekonomi Menjadi Fokus 2013

dana sekitar Rp 470 miliar pada 2013.Partisipasi warga

Guna menyukseskan pelaksanaan Renaksi Merapi 2013, lanjut Gatot, koordinasi dan kerjasama seluruh instansi terkait baik di tingkat provinsi maupun kabupaten perlu ditingkatkan. Ini karena pemulihan ekonomi, sosial, maupun lintas sektor tidak bisa dikerjakan oleh satu lembaga saja.

Ia juga menegaskan bahwa BPBD tidak memiliki kompetensi teknis untuk memulihkan ekonomi, sosial, ataupun membangun infrastruktur. BPBD akan lebih berperan untuk mengkoordinasikan upaya pemulihan dengan instansi terkait yang memang memiliki kompetensi di bidang-bidang tersebut.

Untuk pemulihan ekonomi, misalnya, peran Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi maupaun Dinas Pertanian sangat dibutuhkan. Di bidang sosial, Dinas Sosial, Pelaksanaan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dinas Kesehatan, maupun Dinas Kebudayaan juga perlu (Renaksi RR) Wilayah Pascabencana Erupsi Gunung Merapi di berperan aktif.Provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah 2011 – 2013 telah

Ia menambahkan, selama 2012, upaya pemulihan berjalan selama dua tahun. Menginjak tahun terakhir ekonomi dan sektor-sektor lainnya sebenarnya sudah mulai pelaksanaan Renaksi RR Merapi, Pemerintah Provinsi DI dirintis. Salah satu contohnya berupa bantuan ternak sapi Yogyakarta akan fokus pada upaya pemulihan kehidupan dan penyediaan kandang, bekerjasama dengan salah satu warga terdampak, terutama dengan mendorong pemulihan perusahaan produsen susu. Kegiatan semacam itulah yang ekonomi warga.jangkauannya akan diperluas pada 2013.Kepala Pelaksana Harian BPBD DIY Gatot Saptadi saat

Menurut Gatot, selain koordinasi antarinstansi terkait, ditemui Jumat (4/1) menuturkan, setelah pembangunan salah satu modal utama bagi keberhasilan program rumah dilaksanakan pada 2012, fokus pada 2013 bergeser ke pemulihan pascaerupsi Merapi adalah partisipasi warga. Ia pemulihan ekonomi. “Relokasi itu bukan sekadar menilai, kultur masyarakat di wilayah DIY selama ini sangat memindahkan orang, tapi juga kehidupannya. Intinya adalah mendukung pelaksanaan berbagai program pemulihan. build back better, jadi tujuan dari upaya ini adalah agar “Warga perlu dilibatkan dalam pelaksanaan program kehidupan warga bisa kembali pulih, dan bahkan lebih baik pemulihan. Selama ini warga sudah terlibat aktif sehingga dari sebelumnya,” tuturnya. program-program pemerintah bisa berjalan dengan baik,” Menurut Gatot, secara umum pelaksanaan Renaksi 2011 – jelasnya. 2012 sudah berjalan dengan baik. Fokus pemerintah pada

Selain itu, ia juga menekankan bahwa upaya pemulihan kurun waktu tersebut terutama adalah penyediaan rumah juga harus bisa memberikan manfaat bagi warga yang tinggal bagi warga yang direlokasi serta perbaikan tinggal di sekitar kawasan hunian tetap. Hal itu penting guna infrastruktur. Meski begitu, ia mengakui ada sejumlah menghindari munculnya gesekan sosial yang justru akan kendala yang membuat pembangunan rumah tidak sesuai menimbulkan persoalan baru. “Jadi program pemulihan juga target. Dari target 2.170 rumah, misalnya, hingga akhir 2013 harus dialokasikan bagi warga di luar huntap,” rumah yang dibangun mencapai 2.083 unit. Itu belum

termasuk penyediaan sekitar 500 unit rumah bagi warga yang belum bersedia direlokasi.

Oleh karena itu, pada 2013, Pemprov DIY juga masih tetap berupaya menyelesaikan program-program yang belum selesai pada 2012. “Hal-hal yang belum selesai di 2012 tetap akan diselesaikan, sambil fokus ke sektor lain terutama ekonomi, juga sosial, penyediaan infrastruktur lingkungan, maupun lintas sektor,” terangnya.

Dari dana pemulihan sebesar Rp 770 miliar yang dialokasikan selama 2011 – 2013, DIY baru menggunakan dana sekitar Rp 300 miliar. Dengan begitu, masih ada sisa

Gatot SaptadiKepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DIY

IOM/Idha

Relokasi itu bukan sekadar memindahkan orang, tapi juga

kehidupannya. Intinya adalah build back better, jadi tujuan dari upaya ini

adalah agar kehidupan warga bisa kembali pulih, dan bahkan lebih baik

dari sebelumnya.- Gatot Saptadi-

Page 3: Layang PRB edisi 7

Yogyakarta

30-31 Januari 2013

GEDUNG UC UGMMemperkokoh Penguatan Kapasitas Lokal

Dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana di DI Yogyakarta

Selamat & Sukses

K O N G R E S I I Forum Pengurangan RisikoBencanaDI Yogyakarta

3INFO FORUM PRB Edisi Desember 2012 - Januari 2013

LAYANG PRB

Reduction (AMCDRR) ke-5 yang diselenggarakan di Deklarasi Yogyakarta hasil AMCDRR ke-5.YOGYAKARTA - Forum Pengurangan Risiko Bencana DI Yogyakarta, Oktober 2012 lalu. AMCDRR melahirkan Selain itu, FPRB DIY juga menggelar workshop kajian Yogyakarta (F-PRB DIY) menggelar Kongres II pada akhir Deklarasi Yogyakarta yang memuat tujuh poin penting internal terkait dengan rencana strategi (renstra) dan Januari 2013. Kongres tersebut diadakan guna memilih terkait dengan upaya pengurangan risiko bencana. Statuta Forum PRB. Hasil workshop Pra-kongres tersebut pengurus baru setelah berakhirnya masa bhakti

Mengawali rangkaian Kongres II, sejak November 2012 akan dibahas kembali dalam Kongres, lalu ditetapkan kepengurusan periode 2009 – 2012.FPRB DIY telah menyelenggarakan Workshop Pra-kongres menjadi pedoman pengurus dan anggota untuk jangka Selain memilih pengurus baru, Kongres II juga bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana waktu tiga tahun mendatang.bertujuan meningkatkan kapasitas anggota serta Daerah (BPBD) DIY. organisasi F-PRB DIY dalam mengadvokasi upaya

Workshop tersebut diadakan guna mengkaji secara pengurangan risiko bencana (PRB) di semua level Pertamamendalam topik-topik penting di bidang PRB, seperti UU pembuatan kebijakan. Terkait dengan itu, Kongres F-PRB II Forum PRB DIY merupakan Forum PRB pertama di No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, mengambil tema “Memperkokoh Penguatan Kapasitas Indonesia. Forum PRB DIY mengadakan Kongres I pada Perda Penanggulangan Bencana DIY, Rencana Aksi Daerah Lokal dalam Pengurangan Risiko Bencana di DIY”. Oktober 2009. Kongres tersebut menghasilkan PRB DIY, Rencana Penanggulangan Bencana DIY, Hasil Tema tersebut dipilih guna menindaklanjuti kepengurusan periode pertama (2009-2012).Longitudinal Study Pemulihan Merapi, maupun poin-poin pertemuan Asian Ministerial Conference on Disaster Risk FPRB DIY adalah wadah yang menyatukan berbagai

pemangku kepentingan di Provinsi DI Yogyakarta dalam mendukung pengarusutamaan PRB. Sesuai amanat Undang-Undang Penanggulangan Bencana No. 24 Tahun 2007 dan Perda DIY No.8 tahun 2010 tentang Penanggulangan Bencana, dalam aktivitasnya selama ini FPRB DIY telah melibatkan berbagai pihak mulai dari pemerintahan, perguruan tinggi, lembaga non pemerintah, INGO, organisasi masyarakat, media, dan pihak swasta.

Keberadaan Forum PRB DIY sejauh ini cukup efektif dalam memfasilitasi berbagai kepentingan dalam melaksanakan upaya PRB dan mengadvokasi kebijakan PRB di tingkat daerah dan pusat. FPRB DIY aktif terlibat dalam Penyusunan Peraturan Daerah Penanggulangan Bencana DIY, Penyusunan Rencana Aksi Daerah PRB DIY, Koordinasi Tanggap Darurat Merapi, kampanye PRB, advokasi, pameran-pameran PRB dan lain-lain.

Upaya penanggulangan bencana membutuhkan kerjasama dari semua pihak. Keberadaan FPRB DIY perlu dipertahankan agar dapat membantu pemerintah DIY dalam mengkoordinasikan seluruh upaya pengurangan risiko bencana.

Oleh karena itu, Kongres II FPRB DIY yang akan mengundang semua anggota terdaftar, maupun yang baru mendaftar, diharapkan bisa berjalan dengan baik. Kongres II juga diharapkan bisa menghasilkan rumusan strategi dan kebijakan yang dapat berkontribusi bagi upaya PRB di DIY maupun Indonesia. (AS)

Forum PRB DIY Gelar Kongres II

Suasana Workshop Pengkajian Statuta dan Rencana Strategis Forum PRB DIY dalam rangka menyambut Kongres Forum PRB DIY II, Kamis (12/12).

Doc. FPRB DIY

Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) DI Yogyakarta

Page 4: Layang PRB edisi 7

4INFO BUKU Edisi Desember 2012 - Januari 2013

LAYANG PRB

bertahan hidup maupun memulihkan kehidupan pascabencana (Enarson, 2000).

Hanya saja sekalipun kelompok rentan kerap menjadi korban dalam jumlah banyak, bukan berarti mereka dilihat sebagai korban yang menjadi objek penderita semata. Mereka justru bisa dilihat sebagai penyintas dengan kapasitas dan ketangguhan menghadapi situasi krisis atau bencana.

Pada Bab II, penulis memaparkan konteks bencana yang terjadi baik dalam skala global dengan menyuguhkan banyak data kualitatif sebagai referensi historis. Profil kerentanan di Indonesia, serta perkembangan manajemen risiko bencana termasuk dalam menjawab isu gender dalam bencana juga dipaparkan di bab ini.

Bab III berisi penjelasan tentang kaitan antara gender dengan kerentanan dalam peristiwa bencana. Ada tiga analisis yang dipakai untuk mengelaborasikan persoalan kerentanan yang dihadapi, yaitu kerentanan fisik dan Ini mencakup gangguan terhadap kehidupan, YOGYAKARTA – Kelompok yang dianggap rentan ekonomi, kerentanan sosial dan politik, serta kerentanan sumberdaya material, kehancuran ekonomi ataupun ternyata bisa berkontribusi signifikan dalam upaya motivasi dan pelaku.lingkungan yang melebihi kapasitas komunitas yang pemulihan pascabencana. Kelompok rentan, khususnya bersangkutan untuk mengatasi dampak bencana dengan perempuan, bisa dilihat sebagai penyintas yang memiliki Punya kapasitassumberdaya yang mereka miliki (UN-ISDR). kapasitas dan ketangguhan menghadapi situasi krisis atau

Pada Bab IV, penulis memaparkan dengan jelas Pengertian tersebut menandaskan bahwa semua bencana.temuan-temuannya tentang kelompok rentan yang ancaman bencana tidak akan secara otomatis berujung Hal itu terungkap dalam bedah buku berjudul “Menolak memiliki kapasitas menjadi penyelamat komunitasnya menjadi bencana karena akan ditentukan oleh beberapa Pasrah : Gender, Keagenan, dan Kelompok Rentan dalam dalam bencana. Bagian ini mengupas kapasitas kelompok hal, mulai dari cakupan ancamannya, kerentanan dan Bencana”, Jumat (7/12), di Pusat Studi Kependudukan dan rentan, baik untuk peran reproduktif, produktif, maupun kapasitas, serta ketangguhan yang dimiliki suatu Kebijakan Universitas Gadjah Mada (PSKK) UGM. Bedah komunitas, serta upaya mengelola risiko dan mengatasi komunitas.buku karya Dati Fatimah ini diselenggarakan berkat tekanan dalam bencana.kerjasama PSKK UGM, AKSARA, Gender Working Froup Akses rendah

Bab tersebut juga disertai dengan testimoni dari (GWG) dan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) DIY. Pada aspek kerentanan, penulis memaparkan beberapa penyintas dari kelompok rentan yang Dati Fatimah, pegiat isu gender dan pekerja beberapa peristiwa di berbagai negara yang menunjukkan menunjukkan ketangguhannya dalam situasi bencana. kemanusian yang aktif di lembaga Perkumpulan AKSARA dampak bencana terhadap kelompok rentan seperti Mereka memiliki peran signifikan dalam pengelolaan Yogyakarta, menulis buku tersebut dari hasil kajian empiris perempuan, anak-anak, lanjut usia (lansia) dan difabel. dapur umum, menjaga dan merawat yang sakit ketika terhadap tiga peristiwa bencana di Indonesia. Bencana itu Berdasarkan pengalaman di berbagai negara, kelompok bencana, dan sebagainya. adalah gempa bumi di DIY dan Jateng tahun 2006, gempa perempuan, anak-anak, lanjut usia dan difabel umumnya

Peranan informal semacam itu kerap dilupakan oleh bumi di Padang 2009, dan erupsi Gunung Merapi 2010. lebih rentan menjadi korban bencana.banyak kalangan. Padahal dengan peran-peran tersebut, Penulis melihat bahwa kelompok yang dianggap Ketika badai topan melanda Bangladesh pada 1991, kelompok rentan memiliki fungsi yang sangat signifikan rentan, khususnya perempuan, ternyata bisa melakukan misalnya, 90 persen dari jumlah korban adalah perempuan dalam situasi darurat pascabencana, terutama ketika tindakan yang berkontribusi signifikan terhadap upaya (Ikeda, 1995). Saat tsunami Samudra Hindia menerjang bantuan dari lembaga-lembaga formal terlambat datang. pemulihan pascabencana. sejumlah wilayah pada 2004, 77 persen korban meninggal

Berdasarkan temuannya tersebut, pada Bab V penulis Buku setebal 61 halaman itu dibagi menjadi 5 Bab adalah perempuan(Oxfam, 2005). menyarankan agar semua pihak yang bergerak di bidang berdasarkan topik bahasannya. Pada Bab I, penulis Data tersebut mengindikasikan bahwa kelompok penanggulangan bencana lebih memperhatikan kapasitas memaparkan tentang bencana, kerentanan, dan rentan berada dalam keterpaparan bencana yang lebih dan ketangguhan kelompok rentan. Dengan keterbatasan keagenan. Ketiga sub tema tersebut dielaborasi tinggi karena sebelum bencanapun mereka telah yang dimiliki, mereka ternyata menolak untuk pasrah berdasarkan pengalaman empiris penulis dalam kegiatan diposisikan dalam situasi yang timpang. Dengan kata lain, dalam menghadapi bencana. Mereka justru melakukan respons bencana. dalam berbagai bencana, kelompok rentan dihadapkan sesuatu yang bermanfaat, meskipun peran mereka kerap Sering kali bencana diartikan sebagai gangguan serius pada dampak bencana yang lebih berat karena mereka tidak tampak di permukaan. (AS)terhadap berfungsinya peran komunitas atau masyarakat. memiliki akses dan kontrol yang lebih rendah, baik untuk

Kelompok Rentan Berperan dalam Pemulihan Pascabencana

DETAIL BUKU

Judul Menolak Pasrah : Gender, Keagenan, dan Kelompok Rentan dalam Bencana

Penulis

Penerbit

Tebal

Dati Fatimah

AKSARA Yogyakarta, dengan dukungan dari Oxfam dan The SasakawaPeace Foundation.

61 halaman

Tahun Terbit 2012

Page 5: Layang PRB edisi 7

5INFO JOGJA & JATENG

Malioboro, Bakpiapia Djogja, Mirota Batik, Pedagang Souvenir Rotowijayan, Via-via Café, YOGYAKARTA – IOM (International Organization for Migration) menyelenggarakan Phia Deva, Jejamuran, serta Paguyuban Pedagang Warung Kuningan (PPWK). Selain itu, Forum Sharing Pencapaian dan Peningkatan Jejaring (SHAPE Forum), Kamis (20/12) di forum ini juga mempertemukan mereka dengan instansi pemerintah, antara lain Badan Phoenix Hotel, Yogyakarta. Forum ini diadakan guna menyediakan ruang jejaring, promosi, Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, REKOMPAK, Dinas Kebudayaan dan sekaligus untuk memperkaya wawasan Tim Promosi Desa di empat desa dampingan IOM Pariwisata Sleman, serta Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Sleman.di Lereng Merapi, yakni Desa Umbulharjo, Kepuharjo, Wukirsari dan Argomulyo, di

Salah satu anggota Tim Prodes dari Desa Kepuharjo, Saraswati, mengaku sangat senang Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY.bisa mendapat kesempatan untuk bertemu dengan berbagai pihak dalam forum ini. Ia SHAPE Forum diselenggarakan dalam rangka Program Pemulihan Mata Pencaharian berharap dari forum ini kelompok usaha terdampak erupsi Merapi di Kecamatan Pascaerupsi Merapi, di bawah naungan The Indonesia Multi Donor Fund Facility for Disaster Cangkringan bisa membangun jejaring untuk memasarkan produk dan memajukan Recovery (IMDFF-DR). Acara ini sekaligus menjadi media promosi untuk semua produk usahanya. (RAS)industri rumahan yang dalam beberapa bulan terakhir mendapatkan dukungan teknis dari

IOM. Peserta forum ini adalah Tim Promosi Desa atau Tim Prodes yang anggotanya

merupakan perwakilan dari sejumlah kelompok usaha terdampak erupsi Merapi penerima manfaat program IMDFF-DR, serta perwakilan Tim Siaga Desa di keempat desa tersebut.

Tim Prodes dibentuk untuk mempromosikan produk kelompok usaha di desa masing-masing, serta menjalin komunikasi dengan mitra usaha potensial, pemerintah, maupun pemangku kepentingan terkait. Keberadaan Tim Prodes ini sangat penting guna memperluas wilayah pemasaran produk, sehingga usaha masing-masing kelompok bisa semakin berkembang.

Dalam SHAPE Forum, produk kelompok usaha dari empat desa ditampilkan dalam rangkaian product show yang dikemas melalui pertunjukkan seni maupun display produk. Produk tersebut antara lain bakpia telo ungu, Batik Lereng Merapi, kerajinan sulam, aneka minuman dari bahan herbal, aneka makanan olahan dari ikan lele, serta aneka makanan olahan dari jamur, umbi, buah-buahan dan sayuran.

Dalam forum ini, Tim Prodes dipertemukan dengan mitra usaha potensial, antara lain Asosiasi Pengusaha Tour dan Travel (Asita), Paguyuban Malioboro, Paguyuban Angkringan

Edisi Desember 2012 - Januari 2013

LAYANG PRB

Tim Promosi Desa Dihubungkan dengan Mitra Usaha Potensial

Kelud, membenarkan kekacauan dalam sistem informasi saling mendukung satu sama lain dalam rangka KEDIRI – Warga lereng Gunung Merapi di Sleman, DI tanggap bencana di Merapi. Pada 2011 lalu, dirinya sempat mengurangi risiko bencana di daerahnya masing-masing. Yogyakarta berbagi pengalaman dengan warga lereng menyalurkan bantuan satu set pemancar pengulang (LBB)Gunung Kelud, di Kediri, Jawa Timur, Rabu (19/12). Dalam (repeater) ke DIY. Akan tetapi, wilayah Merapi ternyata acara tersebut, warga yang sama-sama tinggal di lereng sudah memiliki terlalu banyak repeater sehingga gunung berapi mendiskusikan berbagai hal terkait upaya pengamat gunung berapi agak terkendala dalam pengurangan risiko serta penanggulangan bencana erupsi menyebarluaskan informasi bencana.gunung berapi.

Kondisi tersebut berbeda dengan pengelolaan Penyebaran informasi tentang bencana menjadi salah informasi di Gunung Kelud. “Kami menerapkan sistem satu satu bahasan dalam pertemuan yang diadakan pintu informasi untuk memantau aktivitas Gunung Kelud, International Organization for Migration (IOM) dan yakni di kanal 222. Semua relawan di kanal tersebut sudah Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) mendapatkan surat izin dan pelatihan mengenai informasi tersebut. Supriyadi, pegiat Saluran Komunikasi Sosial kebencanaan,” jelas Khoirul Huda.Bersama (SKSB) Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman,

Selain berbagi pengalaman tentang penyebaran misalnya, membagikan pengalamannya terkait informasi tanggap bencana di Merapi dan Kelud, penggunaan handy talky (HT) dalam menyebarkan pertemuan itu juga menjadi ajang memahami ancaman informasi. bencana dari aktivitas masing-masing gunung. Untuk itu, Berdasarkan pengalaman erupsi Merapi pada 2006, warga Merapi menyempatkan diri berkunjung ke Pos Supriyadi mengatakan bahwa keterbatasan HT justru Pemantauan Gunung Kelud. Kunjungan ke radio mampu dikelola secara maksimal sehingga warga yang komunitas Sempu Raya 107,7 Mhz juga tak dilewatkan mengungsi tetap bisa berkomunikasi dengan warga yang untuk ber tuk ar pengalaman tentang strategi melakukan ronda di desanya masing-masing. menghidupkan radio komunitas.Akan tetapi, situasi semacam itu berubah total pada

Kunjungan warga Lereng Merapi ke Lereng Kelud itu erupsi Merapi 2010. “Frekuensi terlalu ramai sehingga alur diharapkan bisa menambah pengetahuan warga i n fo r m a s i ny a t i d a k b e r m u t u . K a m i k e s u l i t a n mengenai upaya penanggulangan bencana gunung mengendalikan kekacauan itu,” papar Supriyadi.berapi. Kunjungan itu juga diharapkan bisa mempererat Khoirul Huda, petugas pengamat Gunung Kelud hubungan antarwarga, sehingga ke depan mereka bisa sekaligus pegiat pengurangan risiko bencana Gunung

Warga Lereng Merapi dan Kelud Berbagi Pengalaman

Tim Promosi Desa sedang berdiskusi dengan mitra usaha potensial dalam acara Forum Sharing Pencapaian dan Peningkatan Jejaring (SHAPE), Kamis (20/12) lalu.

Sejumlah warga dari Lereng Merapi, Kabupaten Sleman, DIY berkunjung ke Pos Pengamatan Gunung Api Kelud di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu (19/12).

LPTP/Niam

IOM/Intan

Page 6: Layang PRB edisi 7

Pembelajaran Tematik bagi Anak-anak di Wilayah Bencana

OPINI 6

Budi SOleh :

Koordinator Lingkar Muda Yogyakarta

Edisi Desember 2012 - Januari 2013

LAYANG PRB

Isi dari artikel yang berupa opini dalam Layang PRB ini adalah tanggung jawab

penulis dan tidak mewakili opini lembaga.

Pendampingan anak-anak di wilayah bencana selalu wilayah rawan bencana. bencana sekunder (banjir lahar dingin), topik pengungsian menjadi program kegiatan relawan. Beberapa bentuk Salah satu alternatif program pendampingan anak di (alasan mengungsi, kawasan aman untuk mengungsi).pendampingan berupa pendampingan belajar anak, trauma wilayah pascabencana adalah pembelajaran tematik. Pada tahap ketiga, anak-anak dibagi ke dalam kelompok healing, dan lain-lain, biasanya berorientasi pada tujuan jangka Konsepnya adalah memfasilitasi anak-anak untuk mempelajari untuk merencanakan riset sederhana. Langkah pertama adalah pendek, yaitu menjaga keberlanjutan kegiatan belajar anak dan hal-hal dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya akibat mengumpulkan sumber belajar yang mungkin dijadikan pemulihan trauma anak akibat bencana yang terjadi di bencana. Anak tidak diajak untuk melupakan pengalamannya, referensi sumber jawaban, misalnya tokoh masyarakat, ahli wilayahnya. tetapi diajak untuk mengenal, memahami, dan memaknai vulkanologi, internet, buku, guru, orang tua, survei lokasi dan

Selain program jangka pendek tersebut, sebenarnya pengalamannya tersebut. lain-lain. Langkah kedua, kelompok-kelompok tersebut terdapat alternatif program pendampingan anak lanjutan yang Metode pembelajaran dilakukan dengan mengajak anak melakukan riset sederhana dengan mewawancarai tokoh berorientasi pada tujuan jangka panjang, yaitu: mengamati , ber tanya, menelit i , menganalisis, dan masyarakat, ahli vulkanologi, orang tua, guru, relawan, mencari

menyimpulkan. Tentunya metode tersebut perlu disesuaikan informasi di internet, buku referensi, maupun survei langsung - memberikan pemahaman tentang kebencanaan dan dengan tingkat kemampuan belajar anak, serta disampaikan ke lokasi bencana.

cara merespons situasi darurat bencana dengan menggunakan media bermain dan belajar yang Untuk melancarkan proses pada tahap kedua ini, - pembekalan tentang cara pengurangan risiko bencana menyenangkan bagi anak. Media tersebut bisa berupa gambar, pendamping perlu memfasilitasi pengadaan sumber-sumber

di masa depan di wilayah tempat tinggal mereka foto, audio visual, dan lain-lain. belajar. Misalnya mengantar anak-anak ke warung internet, ke - penyadaran akan keselarasan hidup manusia dan alam Secara umum metode kegiatan yang terdiri dari dari tiga lembaga vulkanologi untuk bertemu ahli, ke museum terkait, ke - memupuk rasa solidaritas dan kepedulian antarsesama tahapan proses: lembaga pemerintahan terkait, menemui tokoh desa,

manusia - Pertama, mengumpulkan data di sekitar wilayah menyediakan buku-buku sumber referensi, dan lain sebagainya.bencana dan pengalaman anak dalam peristiwa Pada tahap keempat, anak didampingi untuk menyusun

Pendidikan anak usia dini dengan tema-tema praktis kebencanaan. jawaban secara sistematis dan menuangkannya ke dalam media berdasarkan pengalaman peristiwa nyata lebih mudah melekat - Kedua, mengembangkan keingintahuan anak dengan presentasi kreatif. Media presentasi itu bisa menggunakan dalam ingatan. Dari program yang bertujuan jangka panjang mengeksplorasi pertanyaan terkait dengan tema, koran dinding, bermain peran, cerita bergambar, foto cerita, tersebut, saat beranjak dewasa mereka diharapkan bisa misalnya bencana erupsi Merapi. video proses belajar, dan lain-lain. memiliki referensi dan kemampuan untuk menangani situasi - Ketiga, mendampingi anak mencari sumber belajar Pada tahap kelima, anak mempresentasikan hasil belajar darurat bencana dan pengurangan risiko bencana di tempat yang bisa dijadikan acuan jawaban, dan memotivasi tematiknya kepada teman-temannya maupun orang lain. tinggalnya masing-masing dengan didasari nilai-nilai anak untuk melakukan penelitian sederhana. Beberapa hal yang sekaligus dapat dicapai dalam program keselarasan, solidaritas, dan kepedulian. Dengan begitu, - Keempat, mendampingi anak untuk menyusun jawaban kegiatan tersebut adalah pengalaman belajar anak secara mereka mampu menjadi penggerak masyarakat yang hidup di dari pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri. mandiri, yaitu mengamati, mengungkapkan keingintahuan

- Kelima, mempresentasikan hasil penelitian anak. dengan mengumpulkan pertanyaan, menemukan dan memanfaatkan sumber belajar dan mencari jawaban pada

Pada tahap pertama, pengumpulan data bisa dilakukan sumber belajar, merumuskan jawaban, dan mempresentasikan dengan menggunakan media sederhana berupa kamera pocket jawaban kepada teman-teman sebaya.maupun kamera telepon genggam. Anak diajak berkeliling Selain itu, melalui program semacam ini anak juga bisa mendokumentasikan hal dan peristiwa menarik di sekitar mengalami proses trauma healing karena metode yang wilayah bencana atau lokasi evakuasi dan pengungsian. digunakan bersifat menyenangkan dan aktif melibatkan anak. Keunggulan dari media ini adalah peralatan foto dan video Selain itu, program ini melibatkan banyak pihak yang memiliki relatif telah dikenal oleh anak, mudah dioperasionalkan, dan peran penting dalam menyadarkan masyarakat agar siap menarik bagi anak. Selain itu, anak juga diajak untuk belajar menghadapi bencana, seperti pemerintah, tokoh masyarakat, bermedia sejak dini. para ahli, orang tua, guru, relawan, dan lain-lain.

Pada tahap kedua, mereka diajak untuk mengeksplorasi rasa Dari kegiatan semacam ini, anak diharapkan memiliki bekal ingin tahunya dengan mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan untuk belajar secara mandiri dan memiliki referensi tentang apa terkait hal maupun peristiwa yang terekam di foto atau video yang perlu dilakukan dalam situasi tanggap darurat bencana, tersebut. Sebagai ilustrasi, pertanyaan yang muncul dari anak maupun kesadaran tentang pengurangan resiko bencana di misalnya: Apakah hujan abu vulkanik itu? Apakah yang manapun mereka berada.dimaksud dengan gempa vulkanik? Apa yang harus dilakukan saat terjadi letusan Gunung Merapi? Apa wedhus gembel itu? Mengapa saat mengungsi harus berpindah berkali-kali? Mengapa harus mengungsi? Apakah banjir lahar itu? Siapakah relawan itu? Apa arti distribusi logistik?

Pertanyaan tersebut kemudian dikelompokkan menjadi topik-topik yang berdekatan, misalnya: topik gunung merapi (hujan abu vulkanik, wedhus gembel, gempa vulkanik), topik

Doc. Pribadi

Page 7: Layang PRB edisi 7

Ruang Partisipasi ... (sambungan hlm. 1)

para pemangku kepentingan terkait dalam perencanaan melaksanakan, mengevaluasi,” tambahnya. bantuan, mulai dari sektor pertanian sampai perumahan, rehabilitasi dan rekonstruksi pascaerupsi Gunung Merapi. Selain itu, ia menegaskan bahwa rehabilitasi dan serta kepada semua penerima bantuan pada setiap sektor. Renaksi RR Merapi fokus ke lima sektor, yakni perumahan, rekonstruksi bukanlah tahap kegiatan yang terpisah dari Hasil dari audit sosial ini nantinya bisa dijadikan sebagai infrastruktur, ekonomi, sosial, dan lintas sektor. tahap kesiapsiagaan. Oleh karena itu, ruang partisipasi ini bahan diskusi publik dengan pihak pemerintah. (LBB/RAS)

Dalam dokumen yang diterbitkan pada 2011 itu, dapat dimulai sebelum masa darurat terjadi, yakni ketika diperkirakan total kebutuhan pendanaan rehabilitasi dan menyusun rencana penanggulangan bencana, rencana rekonstruksi di Provinsi DIY dan Provinsi Jawa Tengah penanganan darurat, dan rencana kontijensi.mencapai Rp. 1,3 Triliun. Rinciannya, pendanaan untuk DIY sebesar Rp.770,90 Miliar dan Jateng Rp.548,31 Miliar. Audit sosial

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Terkait pelaksanaan Renaksi RR Merapi, Koordinator Bencana Daerah (BPBD) DIY Gatot Saptadi menuturkan, Divisi Advokasi Kebijakan Sensitif Pengurangan Risiko dari dana pemulihan sebesar Rp 770 miliar yang Bencana IDEA Sunarja mengungkapkan perlunya aspek dialokasikan, selama 2011 – 2012 DIY telah menggunakan pengelolaan anggaran yang melibatkan masyarakat. dana sekitar Rp 300 miliar. Sisa dana yang ada akan Untuk itu, masyarakat juga perlu dilibatkan dalam dimaksimalkan untuk pelaksanaan Renaksi RR Merapi mengaudit bantuan yang disalurkan pemerintah. selama 2013. Menurut dia, alokasi anggaran untuk bantuan

pemulihan pascaerupsi Merapi selama ini harus melalui Perlu lebih baik tender sehingga penyaluran bantuan memakan waktu

Eko menjelaskan, ada bukti - bukti yang menunjukkan yang panjang. Dikhawatirkan, ujung proses tersebut bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi selama dua tahun adalah masyarakat tidak tahu persis bantuan yang terakhir telah berjalan dengan baik. Meski begitu, ada juga seharusnya diterima, baik dari segi jumlah maupun banyak bukti yang menunjukkan bahwa ke depan semua spesifikasinya. pihak perlu bekerja lebih baik lagi. Melihat hal itu, audit sosial bagi bantuan dari

Ia menilai, program rehabilitasi dan rekonstruksi pemerintah perlu didorong. Audit sosial merupakan selama ini belum diberlakukan secara adil antara bentuk pemantauan secara partisipatif karena dilakukan masyarakat yang terdampak langsung, dengan oleh masyarakat sendiri. “Selama ini, tidak ada audit masyarakat yang tidak terdampak langsung. Tanpa sadar, penerimaan bantuan yang dilakukan oleh masyarakat ketidakadilan itu mendorong munculnya rasa iri di sendiri. Kalau toh ada evaluasi, pemerintah lebih banyak masyarakat. “Oleh karena itu, bukan hanya prinsip build melihat sisi serapan dana bantuan,” kata Sunarja.back better (membangun kembali menjadi lebih baik) yang Audit sosial dapat diterapkan pada semua sektor harus dipegang, tetapi juga prinsip do no harm (tidak menyakiti),” katanya.

Kajian partisipatif terhadap praktik membangun huntara juga menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat belum mendapat ruang memadai. Di sisi lain, masyarakat menilai ruang partisipasi tersebut penting.

Menurut dia, partisipasi dalam program secara langsung maupun tidak langsung dapat mengurangi penyimpangan program. “Mari kita buka ruang peran masyarakat untuk ikut mempersiapkan, merencanakan,

Selain itu, dengan memanfaatkan selang dan pipa seadanya, air dari dalam dua tangki penampungan itu ia salurkan ke dalam bak mandi di samping rumahnya. Ia dan keluarganya mulai terbiasa menggunakan air hujan tampungan itu untuk keperluan mandi dan kakus.

Untuk kebutuhan memasak, Suminah punya tangki khusus yang disimpan di dapur. Tangki khusus itu menampung air bersih yang ia ambil dari rumah warga di desa tetangga. Ia biasa mengambil air bersih setiap lima hari sekali. Namun terkadang ia merasa sungkan untuk terus meminta air bersih sehingga terpaksa memasak menggunakan air hujan yang tersisa di tangki besar.

Akhir-akhir ini hujan terus turun sehingga persediaan air di dua tangki besarnya tidak pernah surut. Meski begitu, ia tetap mengharapkan adanya aliran air yang bersih dan layak konsumsi di rumah barunya. Ketersediaan air bersih dinilai sangat penting untuk menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga.

Ia mengaku masih terus mengingat janji pemerintah tentang kesiapan prasarana di Huntap yang disampaikan akhir tahun lalu. Tetapi sampai kini, untuk sekadar penyediaan tangki air pun ia harus bersiasat sendiri. “Seluruh alat untuk menampung air bersih ini dibawa dari shelter,” ungkapnya. (LBB)

Warga sedang membuat selokan di Huntap Pagerjurang, Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Rabu (9/1).

PENANGGUNG JAWAB PRODUKSI : Diana Setiawati (IOM), Danang Samsurizal (Koordinator Forum PRB DIY) PENYUNTING : Diana Setiawati, Idha Saraswati (IOM ), Aris Sustiyono (Forum PRB DIY), Mariana Pardede (Forum PRB DIY) REPORTER : Idha Saraswati, Lubabun Ni’am LAYOUT : Sampur Ariyanto (IOM) KONTRIBUTOR : Aris Sustiyono.

Alamat Redaksi : Gedung KESBANGLINMAS DIY Lt 2, Jl Sudirman No 5, Yogyakarta email : [email protected]

Redaksi Layang PRB menerima tulisan opini sepanjang 5000 karakter (termasuk spasi) dilengkapi biodata singkat penulis. Bagi tulisan yang dimuat, redaksi akan memberikan honor sepantasnya.

LAYANG PRB

7Edisi Desember 2012 - Januari 2013

LAYANG PRB

Bersiasat ... (sambungan hlm. 1)

Warga produsen abon lele di Huntap Pagerjurang, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, sedang mencuci bahan abon lele di belakang rumah mereka, Rabu (9/1). Mereka tetap beraktivitas di tengah pasokan air yang terbatas.

IOM/Intan

IOM/Intan

Page 8: Layang PRB edisi 7

Memanfaatkan berbagai rempah-rempah yang tersedia di lingkungan sekitar, Rumah produksiwarga Lereng Merapi meracik wedang vulkanik instan siap seduh. Bagi wisatawan Usai pelatihan, mereka mulai membuat wedang instan tersebut dengan peralatan yang berkunjung untuk menikmati segarnya udara Lereng Merapi, secangkir wedang sederhana yang tersedia di dapur. Secara kelompok, kini mereka memiliki rumah vulkanik cocok dinikmati untuk menghangatkan tenggorokan dan badan. produksi bersama di Hunian Tetap Pagerjurang. Namun mengingat kesibukan

Produksi wedang vulkanik dimulai ketika sejumlah warga terdampak erupsi anggota, anggota kelompok juga kerap membuat wedang tersebut di rumah masing-Merapi di Desa Kepuharjo, Kecamatan, Cangkringan, Sleman mendapat masing lalu disetorkan ke kelompok untuk dikemas dan dipasarkan. pendampingan dari program Segoro Amarta di Merapi atau SAMI yang dilaksanakan Saat ditemui pertengahan Desember 2012 lalu, anggota kelompok wedang Yayasan Pengembangan dan Peningkatan Sumber Daya Ummat (YP2SU) bekerjasama vulkanik KSSU Sami Raharjo sedang membuat wedang vulkanik di rumah produksi. dengan Merapi Recovery Response (MRR) UNDP. Proses pembuatan wedang vulkanik instan memerlukan waktu setidaknya satu jam.

Di bawah program pendampingan tersebut, pada awal 2012 sejumlah anggota Prosesnya dimulai dengan merebus bahan seperti jahe, kayu secang, daun pala, Koperasi Syariah Serba Usaha (KSSU) Sami Raharjo mendapat pelatihan untuk kayu manis, daun cengkih, serai, serta pandan hingga mendidih. Setelah mendidih, air membuat wedang uwuh. Mereka juga mendapat bantuan berupa bahan mentah dan hasil rebusan rempah-rempah diambil dimasukkan ke dalam wajan. Air itu ditambah peralatan untuk membuat wedang uwuh. dengan gula dan sedikit garam, kemudian dimasak dan diaduk secara terus menerus

Lanjar, salah satu anggota KSSU Sami Raharjo menuturkan, wedang uwuh dipilih hingga mengkristal. karena mereka ingin membuat minuman unik yang nantinya bisa menjadi ikon Bahan yang sudah mengkristal itu kemudian dihaluskan dan disaring dengan Merapi. “Waktu itu kami tahunya wedang uwuh itu ya wedang uwuh dari Imogiri saringan kecil, sehingga menghasilkan bubuk wedang vulkanik siap saji. Bubuk itulah (Bantul) yang menggunakan rempah-rempah. Nah agar berbeda muncul ide yang kemudian dikemas dalam plastik kemasan sachet, untuk kemudian dipasarkan. membuat wedang uwuh instan,” jelasnya, Jumat (4/1). Setiap sachet berisi minuman siap seduh untuk menghasilkan satu gelas wedang

Di sesi pelatihan, anggota KSSU Sami Raharjo langsung dilatih membuat wedang vulkanik yang menghangatkan tenggorokan dan badan.uwuh instan. Mereka juga mendapat pelatihan serta bantuan alat untuk mengemas Sekali produksi dengan bahan 50 kilogram, mereka biasanya menghasilkan sekitar wedang uwuh instan yang sudah jadi secara modern. 2.000 sachet wedang vulkanik instan. Setiap sachet wedang vulkanik instan dijual

Belakangan, untuk memberi ciri khas pada produknya, mereka mulai dengan harga Rp 1.500.menggunakan nama “wedang vulkanik” untuk minuman instan yang pembuatannya dilakukan secara sederhana tersebut. Nama vulkanik merujuk warna minuman yang Pemasarankemerahan, serta sifatnya yang menghangatkan tenggorokan dan badan, layaknya Salah satu pengurus KSSU Sami Raharjo Saraswati menuturkan, mulai Maret 2012, lava vulkanik yang panas. produk wedang vulkanik yang dikemas sachet dipasarkan ke warung-warung di

Menurut Lanjar, sebagian besar bahan wedang vulkanik sebenarnya tersedia di sekitar Desa Kepuharjo dan kawasan wisata Merapi. Mereka berani memasarkan kawasan Lereng Merapi. Namun selama ini warga tidak mengetahui cara mengolah produk tersebut karena sudah mendapat sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga bahan-bahan tersebut. (PIRT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Meski begitu, pemasaran wedang

vulkanik instan baru menjangkau wilayah yang terbatas.Melalui program pendampingan pemulihan mata pencaharian dan pengurangan

risiko bencana yang difasilitasi The Indonesia Multi Donor Fund for Disaster Recovery (IMDFF-DR), IOM berupaya meningkatkan kapasitas anggota “KSSU Sami Raharjo” untuk mengembangkan usahanya. Hal itu antara lain dilakukan dengan menghubungkan kelompok ini dengan mitra bisnis potensial maupun pemerintah guna memperluas akses mereka ke pasar.

Menurut Saraswati, produksi wedang vulkanik selama ini masih kecil karena menyesuaikan dengan permintaan pasar. Oleh karena itu, kelompoknya berharap agar promosi wedang vulkanik bisa semakin gencar guna membuka peluang pasar yang lebih luas. Jika pemasaran meluas, mereka bisa menggenjot produksi dan penjualan sehingga hasilnya bisa digunakan untuk meningkatkan perekonomian anggota. (RAS)

Produksi Layang PRB ini didukung oleh :

NEW ZEALANDMINISTRY OF FOREIGN AFFAIRS & TRADE

ProgrammeAid

NZ

PROFIL Edisi Desember 2012 - Januari 2013

LAYANG PRB 8

Sensasi Hangat dalam SecangkirWedang Vulkanik

Sensasi Hangat dalam SecangkirWedang Vulkanik

Huntap Pagerjurang, Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman

Koperasi Syariah Serba Usaha Sami Raharjo

Contact Person : Saraswati +62 813 265 898 33

IOM/Intan