Latihan Swot Manajemen keperawatan

download Latihan Swot Manajemen keperawatan

of 14

description

Latihan Swot Manajemen keperawatan

Transcript of Latihan Swot Manajemen keperawatan

  • BAB I

    METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)

    DI RUANG PERAWATAN INTERNA WANITA RSUD Y

    1.1 Latar Belakang

    Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

    menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan

    supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen

    keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuhan

    keperawatan secara profesional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan

    keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara

    profesional, sehingga diharapkan keduanya saling menopang.

    Adanya tuntutan pengembangan pelayanan kesehatan oleh masyarakat umum,

    termasuk di dalamnya keperawatan, merupakan salah satu faktor yang harus dicermati dan

    diperhatikan oleh tenaga perawat, sehingga perawat mampu berkiprah secara nyata dan

    diterima dalam memberikan sumbangsih bagi kemanusiaan sesuai ilmu dan kiat serta

    kewenangan yang dimiliki. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi

    perawat dalam pelayanan keperawatan adalah melakukan manajemen keperawatan dengan

    harapan adanya faktor kelola yang optimal mampu meningkatkan keefektifan pembagian

    pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan

    keperawatan.

    Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan

    merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan kiatnya

    secara optimal. Namun perlu disadari, tanpa tanpa adanya tata kelola yang memadai,

    kemauan, dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari semua pihak, maka pelayanan

    keperawatan profesional hanyalah akan menjadi teori semata. Untuk itu, maka perawat

    perlu mengupayakan kegiatan penyelenggaraan Model Metode Asuhan Keperawatan

    Profesional (MAKP) khususnya di Ruang Perawatan Interna Wanita RSUD Y.

    Dasar pertimbangan penerapan model sistem pemberian asuhan keperawatan adalah:

    1. Sesuai visi dan misi rumah sakit.

    2. Ekonomis

    3. Menambah kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat.

  • 4. Menambah kepuasan kkerja perawat karena dapat melaksanakan perannya dengan

    baik.

    5. Terpenuhinya kebutuhan dasar klien secara komprehensif.

    6. Terlaksananya proses keperawatan yang sesuai dengan Standar Praktek Keperawatan

    (SPK)

    7. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya.

    Penerapan MAKP harus mampu memberikan asuhan keperawatan profesional,

    untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama, yakni:

    1. Ketenagaan keperawatan

    2. Metode pemberian asuhan keperawatan

    3. Dokumentasi keperawatan

    1.2 Tujuan

    1. Tujuan Umum

    Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan model

    Keperawatan Tim dapat diterapkan di Ruang Perawatan Interna Wanita RSUD Y.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengatur kebutuhan tenaga perawat.

    b. Mengatur tugas dan kewenangan perawat dalam pemberian asuhan keperawatan.

    c. Melakukan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

    d. Melakukan sistem pendokumentasian.

    e. Meningkatkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi

    kepuasan kepada anggota tim.

    f. Meningkatkan komunikasi yang adekuat antar perawat dan tim kesehatan lain.

    1.3 Visi, Misi, dan Motto

    VISI

    Mampu memberikan palayanan kesehatan dalam meningkatkan dan menjaga derajat

    kesehatan bagi masyarakat umum terutama di ruang interna wanita sesuai dengan standar

    pelayanan yang berlaku.

  • MISI

    1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional dan bermutu, berdaya

    saing kuat serta terjangkau oleh masyarakat umum.

    2. Menyelenggarakan pengelolaan pelayanan kesehatan secara mandiri dengan memiliki

    SDM, sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan tekhnologi.

    3. Menyelenggarakan manajemen rumah sakit berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan

    rumah sakit yang professional sehingga mampu tumbuh dan berkembang tanpa

    meninggalkan fungsi sosial rumah sakit.

    MOTTO

    Kepercayaan, kesehatan dan kepuasan anda adalah kebanggan kami.

  • BAB 2

    PENGUMPULAN DATA

    2.1 Sumber Daya Manusia (M1-Man)

    1) Struktur Organisasi

    Ruangan interna wanita dipimpin oleh kepala ruangan dan dibantu oleh wakil

    kepala ruangan dan 3 ketua tim, dan 8 perawat pelaksana, tata usaha bersama 5 POS

    atau yang difungsikan sebagai pembantu perawat serta tiga orang yang bertugas

    sebagai cleaning service. Adapun struktur organisasinya adalah :

    Struktur Karyawan Perawatan Di Ruang Interna Wanita Rumah Sakit Y.

    2) Jumlah Tenaga Di Ruang Interna Wanita Rumah Sakit Y

    a. Keperawatan

    No Kualifikasi Jmlh Masa Kerja Jenis

    1. S1 Keperawatan 2 5 tahun: 1 orang

    3 tahun: 1 orang

    PNS

    PNS

    2. D3

    Keperawatan

    4 < 5 tahun: 2 orang

    5-10 tahun:1 orang

    4 bulan: 1 orang

    PNS

    PNS

    Honorer

    3. SPK 7 >25 tahun: 7 orang PNS

    4. Mahasiswa

    PSIK

    10 1 bulan: 10 orang

    Kepala Ruangan

    Wakil Karu

    POS

    Perawat 3 Perawat 2

    POS

    Perawat 3

    POS

    Katim 2

    Tata Usaha

    Katim 3

    CS CS CS

    Katim 1

    4

  • b. Non-Keperawatan

    No Kualifikasi Jumlah Jenis

    1. Tata Usaha 1 orang PNS

    2. Cleaning service 3 orang honorer

    3. Ahli gizi 2 orang PNS

    4. POS 5 orang bervariasi

    3) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat

    Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga

    Tingkat ktg Jml Pasien PAGI SORE MALAM

    Minimal 12 12x0,17= 2,04 12x0,14= 1,68 12x0,07= 0,84

    Parsial 5 5x0,27= 1,35 5x0,15= 0,75 5x0,10= 0,5

    Total 3 3x0,36= 1,08 3x0,36= 1,08 3x0,2 = 0,6

    Jumlah 20 4,47

    4

    3,51

    4

    1,94

    2

    Total Tenaga Perawat :

    Pagi : 4 orang

    Sore : 4 orang

    Malam : 2 orang

    +

    10 orang

    Jumlah tenaga lepas dinas perhari :

    389,2297

    860

    297

    1086

    Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan :

    10 orang + 2 orang struktural (kepala ruangan, wakil kepala ruangan) + 3 orang lepas

    dinas

    = 15 orang

    4) BOR Pasien

    Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur ruang Interna

    Wanita, yaitu 25 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut:

    No Shift Kelas II Kelas III BOR

    1. Pagi 4 bed (2 kosong) 21 bed (3 kosong) 20/25x100= 80%

    2. Sore 4 bed (2 kosong) 21 bed (3 kosong) 20/25x100= 80%

    3. Malam 4 bed (2 kosong) 21 bed (3 kosong) 20/25x100= 80%

  • Pengumpulan data dalam hal ketenagaan di ruang interna wanita RSUD Y dilakukan

    melalui observasi dan wawancara secara langsung dengan perawat ruangan maupun melalui

    kuesioner. Berdasarkan hasil angket maupun kuesioner di ruangan dengan responden adalah

    perawat di ruangan, didapatkan data bahwa: 69,2% perawat puas dengan struktur organisasi

    yang telah ada di ruangan, 65% perawat menyatakan bahwa pembagian tugas di ruangan

    secara structural sudah baik namun dalam pelaksanaanya masih belum jelas. Hasil wawancara

    dengan kepala ruangan menyatakan bahwa 60% kinerja perawat di ruangan sudah cukup baik

    namun 54% perawat masih berlatar pendidikan SPK. Setelah diberikan kuesioner didapatkan

    data bahwa ternyata 60% perawat merasa membutuhkan kesempatan dan beasiswa untuk

    melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan mengikuti seminar tentang pelatihan

    keperawatan. Kepala ruangan juga menyatakan bahwa R.S telah memberikan kebijaksanaan

    kepada perawat untuk mendapat beasiswa dan kesempatan untuk kuliah maupun seminar

    pelatihan keperawatan. Namun disisi lain menurut Kepala ruangan pemerintah telah

    mengeluarkan kebijakan tentang profesionalisme perawat mengingat tuntutan masyarakat

    akan kesehatan semakin meningkat, masyarakat juga membutuhkan pelayanan yang baik, dan

    R.S mempunyai kebijakan untuk menerima pasien ASKESKIN dan memberi kesempatan

    perawat asing untuk masuk ke R.S.

    Berdasarkan hasil observasi, didapatkan data bahwa Ruangan interna wanita dipimpin

    oleh kepala ruangan dan dibantu oleh wakil kepala ruangan dan 3 ketua tim, dan 8 perawat

    pelaksana, tata usaha bersama 5 POS atau yang difungsikan sebagai pembantu perawat serta

    tiga orang yang bertugas sebagai cleaning service. 60% pasien di ruangan interna wanita

    dengan tingkat ketergantungan minimal, 25% dengan tingkat ketergantungan parsial dan 15%

    dengan tingkat ketergantungan total. Jumlah tenaga lepas dinas per hari di ruangan adalah 3

    dan total jumlah perawat adalah 13 orang dengan 2orang berpendidikan S1, 4 orang DIII dan

    7 orang SPK yang dibagi menjadi 3 shift kerja yakni, shift pagi (07.00-15.00), shift sore

    (15.00-23.00) dan shift malam (23.00-06.30). perawat mendapatkan kesempatan untuk

    mengambil cuti 1x dalam seminggu. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan, BOR pasien

    di ruangan adalah 80%.

  • 2.2 Sarana dan Prasarana (M2-Material)

    1. Lokasi dan Denah

    Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan ini dilakukan pada ruang Interna

    Wanita Rumah Sakit Y dengan uraian denah sebagai berikut (gambar denah ada pada

    lamiran):

    Sebelah Utara berbatasan dengan Ruang Bedah.

    Sebelah Selatan berbatasan dengan Ruang Syaraf.

    Sebelah Barat merupakan arah belakang ruangan.

    Sebelah Timur merupakan arah pintu masuk ke dalam ruangan.

    2. Peralatan dan Fasilitas

    a. Fasilitas untuk pasien

    No. Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    Tempat Tidur

    Meja Pasien

    Kipas Angin

    Kursi Roda

    Branchart

    Jam Dinding

    Timbangan

    Kamar Mandi

    dan WC

    Dapur

    Wastafel

    25 bed

    25 buah

    7 buah

    3 buah

    2 buah

    2 buah

    1 buah

    4 buah

    1 buah

    2 buah

    Cukup baik

    Cukup baik

    Cukup baik

    Cukup baik

    Cukup baik

    Baik

    Baik

    Cukup baik

    Cukup baik

    Baik

    1 :1

    1:1

    4/ruangan

    2-3/ruangan

    1/ruangan

    2/ruangan

    1/ruangan

    Kls 2= 1:2

    Kls 3= 1:5

    1/ruangan

    2/ruangan

    -

    -

    Perlu dikurangi

    -

    Perlu dikurangi

    -

    -

    Perlu ditambah

    1 kamar mandi

    -

    -

    b. Fasilitas untuk petugas kesehatan

    Ruang kepala ruangan menjadi satu dengan ruang pertemuan perawat.

    Kamar mandi perawat/ WC ada 1.

    Ruang staff dokter ada di sebelah barat nursing station.

    Nursing station berada di tengah ruangan di sebelah ruang staff dokter dan ruang pasien kelas dua.

    Gudang berada di sebelah selatan ruang ganti.

    Ruang ganti berada di sebelah utara, didekat gudang.

  • c. Fasilitas dan bahan kesehatan yang ada di ruang Interna Wanita Rumah Sakit Y

    No Nama barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    12.

    13.

    14.

    15.

    16.

    17.

    18.

    19.

    20.

    21.

    22.

    23.

    24.

    25.

    26.

    27.

    28.

    29.

    30.

    31.

    32.

    33.

    34.

    Stetoskop

    Hb meter

    Urometer

    Lemari Es

    Com stenlist

    Tabung O2 Senter

    Bak injeksi

    Ember sampah pasien

    Papan tulis/white board

    Lemari kaca

    Lemari besi

    Tensimeter

    Pinset anatomis

    Pinset cirurgis

    Gunting nekrotomi

    Gunting verban

    Korentang dan tempat

    Bengkok

    Suction

    Telepon

    Komputer

    Alat pemadam kebakaran

    Lemari obat

    Lampu darurat

    Spuit gliserin

    Kereta obat

    Standard baskom

    Standard infus

    Ambu bag

    Kursi Lipat

    Manometer O2 lengkap

    Standard O2

    Termometer

    5 buah

    2 buah

    2 buah

    1 buah

    4 buah

    5 buah

    2 buah

    8 buah

    3 buah

    2 buah

    2 buah

    1 buah

    5 buah

    10 buah

    10 buah

    10 buah

    3 buah

    5 buah

    10 buah

    2 buah

    1 buah

    1 set

    1 buah

    1 buah

    2 buah

    1 buah

    4 buah

    5 buah

    10 buah

    1 buah

    10 buah

    2 buah

    1 buah

    5 buah

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    Baik

    2 rusak

    Baik

    Baik

    1 rusak

    2/ruangan

    2/ruangan

    2/ruangan

    1/ruangan

    3/ruangan

    2/ruangan

    2/ruangan

    2/ruangan

    1:1

    1/ruangan

    1/ruangan

    1/ruangan

    2/ruangan

    2/ruangan

    2/ruangan

    2/ruangan

    2/ruangan

    2/ruangan

    2/ruangan

    2/ruangan

    1/ruangan

    1/ruangan

    1/ruangan

    2/ruangan

    2/ruangan

    2/ruangan

    1/ruangan

    2/ruangan

    1:1

    1/ruangan

    5/ruangan

    2/ruangan

    2/ruangan

    5/ruangan

    dikurangi

    -

    -

    -

    dikurangi

    dikurangi

    dikurangi

    dikurangi

    ditambah 22

    dikurangi

    dikurangi

    -

    dikurangi

    dikurangi

    dikurangi

    dikurangi

    dikurangi

    dikurangi

    dikurangi

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    ditambah 1

    dikurangi

    dikurangi

    ditambah 15

    -

    dikurangi

    -

    ditambah 1

    ditambah 1

    3. Administrsi Penunjang

    a. Buku Injeksi

    b. Buku Observasi

    c. Lembar Dokumentasi

    d. Buku Observasi Suhu dan Nadi

    e. Buku Timbang Tarima

  • Sarana dan prasarana di ruang rawat inap Interna Wanita RSUD Y sudah cukup baik.

    Fasilitas penunjang seperti 4 kamar mandi, 1 tempat parkir, dan 1 kantin kondisinya cukup

    baik. Tetapi idealnya kamar mandi Kls 2= 1:2 dan Kls 3= 1:5,1 tempat parkir/ruangan,

    1kantin/ruangan, sehingga perlu ditambah 1 kamar mandi. Ventilasi udara terdapat 10 jendela

    kondisinya cukup baik. Setiap pagi dan sore ruangan dibersihkan oleh petugas cleaning

    service dan kondisi ruangan cukup tenang. Jumlah tabung O2 ada 5 buah, perlu dikurangi 3,

    sebab idealnya hanya ada 2/ruangan. Semua perawat ruangan mampu menggunakannya

    dengan baik. Kondisi administrasi penunjang cukup baik, yang terdiri dari: 1 buah buku

    injeksi, 1 buah buku observasi, 20 lembar dokumentasi, 1 buah buku observasi suhu dan nadi,

    dan 1 buah buku timbang terima. Nurse Station ada 1 diruangan biasanya digunakan sebagai

    ruang pertemuan perawat, kadang-kadang perawat mengobrol dan menggosip di Nurse

    Ststion. Tempat ruang Karu tersendiri di sebelah ruang staff dokter sebaiknya dipindah jadi

    satu dengan Nurse Station sebab idealnya Ruang Karu jadi satu dengan Nurse Station.

    2.3 Metode Asuhan Keperawatan (M3- Method)

    a. Penerapan MAKP

    Dari hasil wawancara dan angket tentang model asuhan kepera-watan yang

    digunakan saat ini didapatkan bahwa model asuhan keperawatan yang digunakan tim. 11

    dari 13 perawat (84,6%) menyatakan mengerti/memahami model yang digunakan. 100%

    menyatakan cocok dengan model yang ada. Model yang digunakan sesuai dengan visi

    dan misi ruangan.

    Dari hasil wawancara dan angket dan observasi serta dari data sekunder tentang

    efektifitas dan efisiensi model asuhan kepera-watan saat ini didapatkan bahwa dengan

    menggunakan model yang sekarang ini digunakan rata-rata pasien rawat inap 7 14

    hari. Perawat mengatakan bahwa kepercayaan pasien tidak ada penurunan ini dilihat dari

    banyaknya jumlah pasien rujukan dari puskesmas maupun klinik-klinik lain. 9 dari 11

    perawat (81,8%) menyatakan bahwa model yang digunakan saat ini tidak terlalu

    membebani kerja. Masalah pembiayaan terpusat langsung, jadi bisa dikatakan

    tergantung dari alokasi anggaran yang disediakan rumah sakit untuk tiap-tiap ruangan.

    Kritikan yang diterima oleh ruangan terkait dengan masalah kurangnya sumber daya

    tenaga yang ada jadi pelayanan kurang optimal.

    Data yang diperoleh dari pengkajian tentang mekanisme pelaksanaan model askep

    didapatkan bahwa 7 dari 11 perawat (63,6%) mengatakan bahwa komunikasi antar

  • profesi terlaksana cukup baik. Sedangkan rencana askep antar shift berkelanjutan. Hal

    ini didukung dengan adanya data dokumentasi. Semua perawat mengatakan bahwa

    pernah mendapat teguran dari ketua Tim tentang kinerja yang telah dilakukan. Hanya

    saja teguran tersebut berupa masukan-masukan. 8 dari 11 perawat (72,7%) mengatakan

    bahwa merasa telah melakukan tugasnya sesuai standart yang telah ditetapkan.

    Adapun data yang diperoleh dari pengakajian tentang tanggung jawab dan

    pembagian tugas didapatkan bahwa 8 dari 11 perawat (72,7%) mengatakan bahwa 6 dari

    11 perawat (54,5%) mengatakan bahwa mendapatkan job yang kadang-kadang tidak

    berbeda dengan lulusan akademik yag berbeda tingkatannya. 5 dari 11 perawat

    (45,45%) memberikan jawaban yang kurang sesuai dengan metode TIM yang telah

    digunakan. 6 dari 11 perawat (54,5%) mengatakan bahwa kurang mengertahui

    kebutuhan perawatan keseluruhan pasien yang sedang dialami.

    b. Timbang Terima

    Timbang terima dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pergantian shift malam

    ke pagi (07.00) dan pagi ke sore (14.00). Selalu diikuti oleh semua perawat yang telah

    dan akan dinas, tetapi dari kuesioner yang telah dibagikan, diperoleh data, 100%

    perawat menyatakan, pelaksanaan timbang terima kadang-kadang tepat waktu dengan

    alasan 7 perawat (63,63%) mengatakan anggota tim belum lengkap, 4 perawat (36,36%)

    mengatakan data belum disalin. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kepala ruangan.

    Untuk hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam timbang terima, semua perawat dapat

    menyebutkan dengan benar & menyiapkan hal-hal yang akan dibutuhkan dalam

    timbang terima, meliputi catatan perkembangan kondisi pasien, buku timbang terima,

    dll. Sedangkan untuk hal-hal yang perlu disampaikan selama timbang terima, dari 11

    perawat, hanya 5 perawat (45,45%) yang mencantumkan masalah keperawatan 6

    perawat lainnya (54,54%) menyatakan agar lebih efisien mereka langsung

    menggunakan diagnosa dokter.Dalam setiap timbang terima selalu ada klarifikasi

    langsung, tanya jawab dan validasi terhadap semua hal yang ditimbang terimakan.

    100% perawat mengetahui hal-hal prinsip tentang teknik penyampaian timbang

    terima ketika di depan pasien yang meliputi: penggunaan volum suara yang cukup

    sehingga tidak mengganggu pasien di sebelahnya, sesuatu yang dianggap rahasia

    disampaikan dengan bahasa medis, dll. Selalu ada interaksi dengan pasien saat timbang

    terima berlangsung, minimal menanyakan apa yang dirasakan pasien saat ini, semalam

  • bisa tidur atau tidak, dll. Lama timbang terima bervariasi tergantung kondisi pasien,

    semakin banyak yang akan dilaporkan, semakin lama waktunya, menurut hasil

    kuesioner, biasanya tidak lebih dari lima menit untuk tiap pasien.

    Pelaporan timbang terima dicatat dalam buku khusus yang akan ditandatangani oleh

    perawat yang melaporkan, perawat yang menerima laporan dan kepala ruangan. Setelah

    pelaksanaan timbang terima, kepala ruangan mengadakan diskusi singkat untuk

    mengetahui sekaligus mengevaluasi kesiapan shift selanjutnya. Kemudian timbang

    terima akan ditutup oleh kepala ruangan. Adapun hambatan yang dikeluhkan perawat

    adalah 4 perawat (36,36%) mengaku kesulitan dalam mendokumentasikan laporan

    timbang terima (3 perawat (75%) mengeluhkan tentang proses pendokumentasian yang

    kurang sistematis dan efisien, 1 perawat (25%) menjawab lebih suka menulis data pada

    secarik kertas), sedangkan 5 perawat lainnya (45,45%) menyatakan, hambatan dalam

    timbang terima adalah ketidakdisiplinan. 2 perawat lainnya (18,18%) menyatakan,

    dokumentasi masih terbatas sehingga rencana tindakan belum spesifik.

    c. Ronde Keperawatan

    Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan, pelaksanaan ronde keperawatan di

    ruang interna wanita belum optimal (dari 81,8% perawat ruangan dan karu), hal ini

    dikarenakan jumlah pasien yang lebih banak dari jumlah perawat. Dan hanya 81,8%

    perawat yang tahu tentang ronde keperawatan. Tim yang dibentuk dalam pelaksanaan

    ronde keperawatan cukup mampu dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini dikarenakan

    81,8% perawat ruangan mau dan ingin berubah dalam pelaksanaan ronde yang lebih

    optimal. Tim yang dibentuk berkisar 3-4 orang atau perawat yang dipimpin oleh karu.

    Topic dan kasus yang dibahs dalam ronde keperawatan sesuai dengan masalah yang ada

    di ruangan dan yang lebih memerlukan perhatian khusus, misalnya gangrene. Pelatihan

    dan diskusi yang berkaitan dengan masalah yang terjadi di ruangan telah dilksanakan

    tetapi hanya dilaksanakan oleh sebagian perawat sekitar 54,5%. Hal ini dikarenakan

    kegiatan ruangan yang cukup padat sehingga kesempatan yang ada hanya terbatas.

    Dari hasil observasi, ronde keperawatan dilaksanakan dan diikuti hampir 72,7%

    perawat ruangan dan 50% dari keluarga pasien yang terlibat. Ronde dilaksanakan sekitar

    15-30 menit sekitar pukul 09.00 dan dibuka oleh karu.

  • d. Pengelolaan Logistik dan Obat

    Data yang diperoleh tentang pengadaaan sentralisasi obat adalah semua perawat

    mengemukakan jawaban mengerti tentang sentralisasi obat. Di ruangan tersebut sudah

    ada sentralisasi obat. ini bisa dilihat adanya ruangan khusus obat. Sedangkan

    pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal. Penugasan SO didapatkan data 8 dari 11

    perawat (72,7%) memberi jawaban pernah mengurusi sentralisasi obat. Dan selama ini

    format yang ada masih obat oral dan injeksi. dan yang lain tercampur pada salah satu

    dari keduanya.

    Adapun data tentang alur penerimaan obat yang didapat obat yang diperoleh dari

    keluarga langsung dibawa ke ruang SO dan selama ini belum ada format persetujuan

    sentralisai obat untuk pasien.

    Data tentang cara penyimpanan obat meliputi adanya ruangan khusus obat

    sedangkan alat-alat kesehatan hanya sebagian ada dengan jumlah terbatas. Selama ini

    obat-obatan bagi pasien sendiri dengan etiket kepemilkikan. akan tetapi proses keluar

    masuknya tidak didokumentasikan. Dan semua perawat mengatakan bahwa selalu

    memberi etiket kepemilikan pada obat-obat yang ada.

    Adapun data yang diperoleh tentang cara penyiapan obat menunjukkan bahwa 8

    dari 11 perawat (72,7%) memberi jawaban bahwa tidak menginformasikan jumlah

    kepemilikian sisa obat yang belum diberikan. Dan format yang ada hanya obat oral dan

    injeksi selain itu tidak ada.

    e. Discharge Planning

    Dari hasil observasi yang dilakukan, discharge planning sudah dilakssanakan, akan

    tetapi hanya dilaksanakan oleh sebagian perawat dan hanya dilaksanakan saat pasien

    akan pulang dan isinya hanye bpenjelasan tentang penyakit yang diderita pasien dan

    cara mengatasi penyakitnya jika kambuh. Dalam melakukan discharge planning perawat

    ridak pernah memberikan brosur maupun leaflet pada pasien, sehingga pasien kadang

    lupa tentang penjelasan yang sudah diberikan oleh para perawat.

    Dari hasil angket yang sudah disebarkan dan wawancara ytang sudah dilakukan

    pada perawat diruangan, didapatkan hasil bahwa 8 perawat (72,7%) mengatakan sudah

    memahami discharge planning dan sisanya belum memahami apa sebenarnya discharge

    planning yang benar, kemudian hanya 6 perawat (54,5%) yang bersedia melakukan

    discharge planning dan 8 perawat (72,7%) mengatakan bahwa discharge planning hanya

    dilakukan saat pasien akan pulang. Kemudian 7 perawat (63,6%) mengatakan bahwa

  • mereka pernah diberi tugas untuk melakukan discharge planning, akan tetapi perintah

    untuk melakukan discharge planning hanya dilakukan berupa perintah lisan oleh kepala

    ruangan. Dari 7 perawat (63,6%) mengatakan mereka melakukan discharge planning

    dengan hanya menggunakan media lisan, yaitu hanya berbicara dengan pasien dan

    keluarga pasien. Sedangkan bahasa yang digunakan oleh perawat tersebut kebanyakan

    adalah bahasa Indonesia dalam memberikan discharge planning dan sisanya

    menggunakan bahasa jawa dalam memberikan discharge planning. Kemudian ada 8

    perawat (72,7%) mengatakan bahwa mereka tidak pernah melakukan pendokumentasian

    setelah melakukan discharge planning. Sedangkan dari hasil wawancara dengan kepala

    ruangan, didapatkan bahwa memang selama ini tidak pernah diberikan brosur maupun

    leaflet saat melakukan discharge planning dan juga tidak disediakan anggaran khusus

    dalam pelaksanaan discharge planning.

    f. Supervisi

    Dari observasi yang dilakukan mahasiswa PSIK saat melakukan praktek

    manajemen keperawatan, didapatkan data bahwa kelengkapan supervisi di ruangan

    belum memenuhi standar yang telah ditetapkan. Saat supervisi injeksi IV dengan Kepala

    Ruangan tidak tersedia alas untuk injeksi IV dan sebagian besar perawat mengabaikan

    persiapan yang harus dilakukan kepada pasien. Sedangkan format untuk supervisi

    ruanganmasih belum baku serta di ruangan hanya terdapat format supervisi untuk injeksi

    IV. Di Ruangan Interna Wanita, supervisi dilakukan setiap bulan oleh kepala ruangan.

    Kepala ruangan secara langsung melakukan supervisi kepada ketua tim dan ketua tim

    secara langsung melakukan supervisi kepada perawat pelaksana. Kemudian ketua tim

    melaporkan hasil supervisi perawat pelaksana kepada kepala ruangan (supervisi tidak

    langsung) dan hasil ini dijadikan dokumentasi untuk ruangan.

    Dari wawancara dan angket dengan Kepal beserta Perawat Ruangan, di dapatkan

    data bahwa 8 orang (62%) perawat telah memahami tentang supervisi dan 4 orang

    (31%) perawat telah mendapat pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi.

    Mengingat perlunya perhatian ekstra untuk ruangan, maka kepala ruangan

    menyampaikan hasil penilaian dari supervisi kepada perawat secara fair sesuai dengan

    hasil yang di dapat. Sedangkan untuk feed back, sebagian perawat mengeluhkan kurang

    puas. Dan untuk pemecahan masalah dari hasil supervisi belum dilaksanakan secara

    optimal. Dari angket yang diberikan mahasiswa didapatkan 7 orang (54%) perawat

    menyatakan kurang mempunyai motivasi untuk berubah.

  • g. Dokumentasi

    Dari Observasi yang dilakukan, model dokumentasi keperawatan yang digunakan

    di ruang interna wanita adalah model dokumentasi POR. Dokumentasi Keperawatan

    yang dilakukan meliputi pengkajian menggunakan system Head to Toe dan ROS, serta

    diagnosa keperawatan sampai dengan evaluasi menggunakan SOAP.

    Format pengkajian sudah ada dan dapat memudahkan perawat dalam pengkajian

    dan pengisiannya. Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara manual (belum ada

    komputerisasi). Catatan keperawatan berisikan jawaban terhadap nasihat dokter dan

    tindakan mandiri perawat, tetapi belum semua tindakan didokumentasikan. Dari hasil

    angket yang sudah disebarkan, didapatkan 8 perawat (72,7%) mengatakan mengerti cara

    pengisian format dokumentasi yang digunakan ruangan dengan benar dan tepat. Namun

    pelatihan-pelatihan tentang cara pendokumentasian keperawatan yang benar masih terus

    diadakan.

    Dokumentasi asuhan keperawatan tidak dilaksanakan segera setelah pasien masuk

    atau terjadi masalah keperawatan, tetapi kadang-kadang dilengkapi saat pasien mau

    pulang atau apabila keadaan ruang memungkinkan. Dan dari hasil angket didapatkan 6

    perawat (54,5%) mengatakan melakukan dokumentasi segera setelah melakukan

    tindakan. Catatan perkembangan pasien kurang berkesinambungan dan kurang lengkap,

    serta respon dari pasien kurang terpantau dalam lembar evaluasi. Dari 20 rekam medis

    pasien yang ada hanya 12 rekam medis yang ditulis dengan lengkap dan tepat waktu.

    Sedangkan untuk efisiensi dan efektifitas model pendokumentasian dapat dilihat dari

    hasil angket yang menyebutkan bahwa 6 perawat (54,5%) mengatakan model

    dokumentasi yang digunakan menambah beban kerja perawat dan 5 perawat (45,4%)

    mengatakan model dokumentasi yang digunakan menyita banyak waktu, tetapi ada 8

    perawat (72,7%) mengatakan format yang digunakan sangat membantu (memudahkan)

    dalam melakukan pengkajian pada pasien