Latar belakang (2)

6
Spondylolisis dan spondylolitesis ismik: Implikasi dari hypoplasia pada vertebra dalam pemakaian klasifkasi Meyerding Latar Belakang : Spondilolisis dan spondilolitesis ismik merupakan kelainan multiaktorial yang umum terjadi. Pemanjangan pergeseran dari vertebra spondilolisis merupakan prediktor utama untuk prognosis dan ollow up lebih lanjut. Hipoplasia vertebera merupakan penemuan yang sering dihubungkan dengan spondilolisis. ujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi dari insidensibadan vertebra hipoplastik pada pasien dengan spondololisis di populasi umum dan menganalisis hasil dari penemuan pada pengukuran dan grading dari spondilolistesis. Metode : !"# pasien dengan !"! spondilolisis diidentifkasi dengan M$I dimana termasuk dalam penelitian ini . Pergeseran dari badan vertebra pada spondilolisis dan ukuran dari garis tengah sagittal dalam pen%itraan diukur dan dikorelasikan.Sebagai tambahan& sebuah kelompok a%ak terkontrol dievaluasi untuk dilakukan tes pada hipotesis pemendekan& badan vertebra hipoplastik juga dapat ditemukan pada populasi yang umum. Hasil : Pemendekan& hipoplastik vertebra ditemukan pada '# pasien dengan spondilolisis dan tidak satupun ditemukan pada kelompok kontrol. Pemendekan vertebra sama dengan spondilolistesis dan pada !( pasien pergeseran ini sama dengan pemendekannya& sehingga mirip dengan spondilolitesis& meskipun hanya Kesimpulan : Pemendekan se%ara sagittal dari vertebra spondilolitik sering terjadi dan sama dengan spondilolistesis. )ntuk menentukan dan mengukur spondilolistesis pemendekan dari vertebra harus dimasukan kedalam hitungan. Spondilolisis didefnisikan sebagai deek dari pars interati%ularis& dimana spondilolistesis berearti pergeseran dari verbera dengan vertebra yang berhubungan. Spondolistesis dapat terjadi karena komplikasi dari spondilolisis karena rusaknya stabilisasi posterior pada segmen yang terkena. *emudian hal ini dihubungkan dengan ismik spondilolistesis dan seharusnya tidak membingungkan dengan bentuk lain dari spondilolistesis& seperti spondilolistesis degenerati. Pengukuran dari spondilolistesis berdasarkan dari metode yang sudah dikelan luas yang diperkenalkan oleh Meyerding.Meyerding mendefnisikan pergeseran pada oto + polos dalam bentuk vertebra.,ertebra bagian %audal dibagi menjadi empat bagian. -rade I berarti translasi dari vertebra

description

jurnal

Transcript of Latar belakang (2)

Spondylolisis dan spondylolitesis ismik: Implikasi dari hypoplasia pada vertebra dalam pemakaian klasifikasi Meyerding

Latar Belakang : Spondilolisis dan spondilolitesis ismik merupakan kelainan multifaktorial yang umum terjadi. Pemanjangan pergeseran dari vertebra spondilolisis merupakan prediktor utama untuk prognosis dan follow up lebih lanjut. Hipoplasia vertebera merupakan penemuan yang sering dihubungkan dengan spondilolisis.Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi dari insidensi badan vertebra hipoplastik pada pasien dengan spondololisis di populasi umum dan menganalisis hasil dari penemuan pada pengukuran dan grading dari spondilolistesis.Metode : 140 pasien dengan 141 spondilolisis diidentifikasi dengan MRI dimana termasuk dalam penelitian ini . Pergeseran dari badan vertebra pada spondilolisis dan ukuran dari garis tengah sagittal dalam pencitraan diukur dan dikorelasikan.Sebagai tambahan, sebuah kelompok acak terkontrol dievaluasi untuk dilakukan tes pada hipotesis pemendekan, badan vertebra hipoplastik juga dapat ditemukan pada populasi yang umum.Hasil : Pemendekan, hipoplastik vertebra ditemukan pada 50 pasien dengan spondilolisis dan tidak satupun ditemukan pada kelompok kontrol. Pemendekan vertebra sama dengan spondilolistesis dan pada 19 pasien pergeseran ini sama dengan pemendekannya, sehingga mirip dengan spondilolitesis, meskipun hanya Kesimpulan :Pemendekan secara sagittal dari vertebra spondilolitik sering terjadi dan sama dengan spondilolistesis. Untuk menentukan dan mengukur spondilolistesis pemendekan dari vertebra harus dimasukan kedalam hitungan.

Spondilolisis didefinisikan sebagai defek dari pars interaticularis, dimana spondilolistesis berearti pergeseran dari verbera dengan vertebra yang berhubungan. Spondolistesis dapat terjadi karena komplikasi dari spondilolisis karena rusaknya stabilisasi posterior pada segmen yang terkena. Kemudian hal ini dihubungkan dengan ismik spondilolistesis dan seharusnya tidak membingungkan dengan bentuk lain dari spondilolistesis, seperti spondilolistesis degeneratif.Pengukuran dari spondilolistesis berdasarkan dari metode yang sudah dikelan luas yang diperkenalkan oleh Meyerding.Meyerding mendefinisikan pergeseran pada foto X polos dalam bentuk vertebra.Vertebra bagian caudal dibagi menjadi empat bagian. Grade I berarti translasi dari vertebra cranialis hingga 25%, grade II lebih dari 50%, grade III lebih dari 75% dan grade IV lebih dari 100%. Grade V ditambahkan kemudian, untuk menggambarkan ptosis dari vertebra cranial. Klasifikasi lain juga ada, namun pengukuran dari pergeseran hamper sama dengan menggunakan klasifikasi lain.Diagnosis umum yang digunakan terdiri dari pencitraan sinar X konvensional pada posisi lateral, anteroposterior, dan oblik.MRI atau CT tidak selalu dilakukan; namun, keunggulan dari potongan melintang untuk spondylolisis dan spondilolistesis juga sudah terkenal. MRI digunakan untuk diagnosis yang reliabel spondilolisis dan spondilolistesis. Defek spondilolitik selalu dapat diidentifikasi dengan MRI.Karakteristik pada istmik spondilolistesis lebih sulit untuk menjadi kanal spinal yang lebar, sering dihubungkan dengan penonjolan dari vertebra cranial. Frank dkk. juga melaporkan bahwa hypoplasia dari vertebra spondilolitik juga sering terlihat pada pencitraan sinar X yang konvensional dan dapat mirip dengan spondilolistesis. Sebuah penelitian MRI terbaru mengkonfirmasi penemuan tersebut melalui gambar potong lintang.Pengukuran dan grading dari spondilolistesis sangat penting karena diagnosis ditegakkan dan follow up bergantung pada gejala klinis, yang terlihat dan yang tidak ada pada spondilolistesis dan tingkatan spondilolistesis. Spondilolisis merupakan kelainan yang tidak memerlukan follow up pencitraan, dimana spondilolistesis biasanya di follow up secara klinis dan dengan pencitraan sinar X.Kami memberikan penelitian MRI dari jumlah pasien paling besar yang belum dilaporkan dengan spondilolisis, dimana menekankan dari peran gambaran potong lintang dalam diagnosis dan grading spondilolistesis.Penelitian menunjukan bahwa hypoplasia memiliki pengaruh pada klasifikasi Meyerding dan mempertanyakan ketidaksengajaan penggunaan klasifikasi Meyerding tanpa menggunakan perhitungan hypoplasia vertebra untuk pergeseran yang terlihat pada MRI.Kami menggunakan cara untuk mengukur pergeseran vertebra dan hypoplasia vertebra dan mengkoreksi grading pasien.BAHAN DAN METODEGambaran MRI dari vertebra lumbal tahun 2008 diperlukan antara Maret 2006 dan Mei 2009 pada fasilitas kami dan diulasi secara retrospektif. 140 pasien dengan spondilolisis atau ismik spondilolistesis diidentifikasi dan dimasukan kedalam kelompok penelitian. Seluruh pasien lain dieksklusi dari kelompok.Menggunakan MRI Fonar Upright Multi-Position dimana MRI tersebut memberikan potongan vertebra lumbal pada posisi duduk dengan dua channel: Sagital T2 [echo time (TE), 140ms; repetition time (TR), 1445ms; matrix, 2566256 or 3206320; field of view, 36636 cm] dan sagittal T1 (TE, 15 ms; TR, 420 ms; matrix, 3206320; field of view, 36636cm) , Axial T2 TE, 120 ms; TR, 1245 ms; matrix, 2566256 or 2886288; field of view, 20620 to 30630 cm). Setelah identifikasi dari spondilolisis, level kemudian dicatat.Pasien dengan segmen transisional dimasukan dalam jalur vertbera bebas yang dilabeli sebagai lumbal 5 (L5) dan vertebra transisional dilabeli sakral 1 (S1).Jika terdapat spondilolistesis, pergeseran dari vertebra spondilolitik diukur dan ditunjukan pada gambar 1.Untuk tujuan ini sebuah garis digambar pada garis tengah sagittal yang digunakan untuk mengukur secara jelas dari struktur yang menghubungkan bagian atas dan bawah dari sudut dorsal vertebra cranial. Garis parallel yang kedua digambar dengan melihat perankat lunak setelah menunjuk pada bagian atas sudut dorsal dari vertebra caudal. Jarak antara dua garis diukur dalam millimeter.Titik potong yaitu 3 mm, artinya pergeseran lebih kecil dari 3 mm tidak dihitung.Titik potong ini dipilih berdasarkan resolusi gambar.Pergeseran dicatat dalam millimeter dan diklasifikasikan menurut klasifikasi Meyerding (Tabel 1).Setelah itu perbedaan dalam panjang antara cranial, vertebra spondilolitik dan tambahan pada vertebra caudal diukur (Gambar 2).Perbedaan panjang antara dua vertebra dicatat. Hanya perbedaan yang sama dengan atau lebih dari 3 yang diukur. Dimasukan kedalam perhitungan hypoplasia, klasifikasi setelah Meyerding dilakukan kembali dalam bentuk modifikasi.Setelah menyingkitkan hypoplasia dari pengukuran pergeseran, pergeseran yang sebenarnya didefinisikan sebagai persentasi dalam hubungannya dengan vertebra dibawah.Untuk membangingkan penemuan pada kelompok penelitian dengan pasien tanpa spondilolisis atau spondilolistesis, sebuah kelompok kontrol dari 121 pasien dibentuk.Untuk kelompok kontrol pasien tanpa spondilolisis atau spondilolistesis dimasukan.Spondilolistesis didefinisikan sebagai gangguan dari alignment bagian ventral dari vertebra lumbal. Kelompok kontrol diambil dari pasien yang secara acak, yang mendapatkan MRI lumbar karena alasan apapun, yang paling sering karena nyeri pinggang bawah tidak spesifik, antara Oktober 2008 dan Mei 2009. Kedua keompok tidak sesuai dengan satu sama lain.Panjang dari margin terendah dari L5 dibandingkan dengan panjang dari margin tertinggi dari S1.Data kemudian dicatat dalam data menggunakan Excel.Analisis statistik digunakan dengan X2 berpasangan.Hipotesis diuji yaitu tidak terdapat perbedaan antara panjang antara cranial, spondilolitik vertebra, dan vertebra caudal pada duda kelompok. Hiooteses dapat ditolak dengan p