Larutan Dan Kelarutan
Transcript of Larutan Dan Kelarutan
LARUTAN DAN KELARUTAN
A. LARUTAN
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom
ataupun iondari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau
komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu
seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan,
bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat berwujud gas,
padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya
perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut,
larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut
(solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut merupakan komponen yang utama
yang terdapat dalam jumlah yang banyak, sedangkan komponen minornya
merupakan zat terlarut. Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau
lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan
tercampur. Semua gas bersifat dapat bercampur dengan sesamanya, karena itu
campuran gas adalah larutan.
Sifat fisik larutan pada umumnya terbagi menjadi 3 Yaitu:
1. Sifat koligatif. tergantung pada jumlah partikel dalam larutan
2. Sifat aditif. tergantung pada atom total dalam molekul atau pada jumlah sifat
konstituen dalam larutan,
3. Sifat konstitutif, tergantung pada atom penyusun molekuk (pada jenis atom
dan jumlah atom)
Sedangkan larutan nyata, tidak mengikuti hukum Roult,, atau terjadi
penyimpangan, Penyimpangannya dapat positif dan negatif,, Penyimpangan
negatif jika Penyimpangan cukup besar, kurva tekanan uap total memperlihatkan
minimum, mengikuti hukum Roult, kecenderunagn melepaskan diri, Sedangkan
1
untuk penyimpangan positif jikakurva tekanan uap total maksimum, tekanan
parsial lebih besar daripada hukum Roult, kecenderungan melepaskan diri akibat
ketidaksamaan kepolaran atau tekanan dalam dari konstituen
Jenis-jenis Larutan
a. Berdasarkan kemampuannya menghantarkan listrik
Berdasarkan kemampuannya menghantarkan listrik, larutan dapat
dibedakan sebagai larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. Larutan
elektrolit mengandung zat elektrolit sehingga dapat menghantarkan listrik,
sementara larutan non-elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik.
Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus
listrik Zat elektrolit dapat berupa senyawa ion atau senyawa kovalen
polar yang dapat terhidrolisis (bereaksi dengan air). Larutan elektrolit
terbentuk dari suatu zat yang larut atau terurai kedalam bentuk ion-ion
dan membuat larutan menjadi konduktor elektrik. Ion merupakan atom-
atom yang bermuatan elektrik. Contoh : larutan HCl.
Arus listrik adalah aliran muatan. Arus listrik melalui logam adalah aliran
elektron, dan arus listrik melalui larutan adalah aliran ion-ion. Ion-ion ini
berasal dari zat-zat yang terlarut dan terionisasi menjadi atom-atom
bermuatan. Karena itu, larutan elektrolit dapat berupa asam, basa
maupun garam. Larutan asam adalah larutan dimana zat terlarutnya
terdisosiasi melepaskan ion hidrogen (H+) di dalam larutan. Larutan basa
adalah larutan dimana zat terlarutnya terdisosiasi melepaskan ion
hidroksida (OH-) di dalam larutan. Larutan garam adalah larutan dimana
zat terlarutnya bersifat netral dan terdisosiasi menjadi ion-ion
pembentuk garamnya di dalam larutan. Jenis dan konsentrasi
(kepekatan) suatu larutan dapat berpengaruh terhadap daya hantar
2
listriknya. Untuk menunjukkan kekuatan elektrolit digunakan derajat
ionisasi yaitu jumlah ion bebas yang dihasilkan oleh suatu larutan.
Derajat ionisasi (a) didapat dari perbandingan antara jumlah zat yang
mengion dengan jumlah zat yang dilarutkan. Makin besar harga a , makin
kuat keelektrolitan larutan tersebut.
Dari nilai derajat ionisasi tersebut, larutan elektrolit dapat dibedakan
menjadi elektolit kuat dan lemah.
Larutan elektrolit lemah adalah larutan elektrolit dimana zat yang
terlarut tidak terionisasi seluruhnya (ionisasi sebagian 0 < a < 1 ). Sifat
kekonduktorannya buruk karena sedikitnya zat yang mengion. Persamaan
reaksi ionisasi elektrolit lemah ditandai dengan panah dua arah (reaksi
reversible) artinya tidak semua molekul terurai (ionisasi tidak sempurna).
Larutan ini biasanya berupa larutan asam lemah dan basa lemah,
a. Asam Lemah
Asam lemah adalah zat asam yang tidak terionisasi seluruhnya ketika zat
asam tersebut dilarutkan dalam air. Tetapan ionisasinya dituliskan dalam
bentuk Ka. Ka didefinisikan sebagai:
b. Basa Lemah
3
Basa lemah adalah zat basa yang tidak berubah seluruhnya menjadi ion
hidroksida dalam larutan. Tetapan ionisasinya dituliskan dalam bentuk Kb.
Kb didefinisikan sebagai:
Larutan Elektrolit Larutan Non Elektrolit
1.
2.
3.
Dapat menghantarkan listrik
Terjadi proses ionisasi
(terurai menjadi ion-ion)
Lampu dapat menyala terang atau
redup dan ada gelembung gas
Contoh:
Garam dapur (NaCl)
Cuka dapur (CH3COOH)
Air accu (H2SO4)
Garam magnesium (MgCl2)
1.
2.
3.
Tidak dapat menghantarkan
listrik
Tidak terjadi proses ionisasi
Lampu tidak menyala dan
tidak ada gelembung gas
Contoh:
Larutan gula (C12H22O11)
Larutan urea (CO NH2)2
Larutan alkohol C2H5OH
(etanol)
Larutan glukosa (C6H12O6)
4
b. Berdasarkan fase zat terlarut dan pelarutnya.
Tabel berikut menunjukkan contoh-contoh larutan berdasarkan fase
komponen-komponennya.
Contoh larutanZat terlarut
Gas Cairan Padatan
Pelarut
Gas
Udara (oksigen
dan gas-gas lain
dalam nitrogen)
Uap air di udara
(kelembapan)
Bau suatu zat
padat yang
timbul dari
larutnya
molekul
padatan
tersebut di
udara
Cairan
Air terkarbonasi
(karbon dioksida
dalam air)
Etanol dalam air;
campuran berbagai
hidrokarbon (minyak
bumi)
Sukrosa (gula)
dalam air;
natrium klorida
(garam dapur)
dalam air;
amalgam emas
dalam raksa
Padatan
Hidrogen larut
dalam logam,
misalnya platina
Air dalam arang aktif;
uap air dalam kayu
Aloi logam
seperti baja dan
duralumin
5
B. KELARUTAN
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu,
zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan
dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut
pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat
larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah
etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut
miscible.
Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni
ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat.
Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit
terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering
diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada
sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam
beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk
menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang
metastabil.
Kelarutan tergantung pada:
Sifat solvent
Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul solute
mempunyai kesamaan dalam struktur dan sifat-sifat kelistrikan dari
molekul-molekul solvent. Bila ada kesamaan dari sifat-sifat kelistrikan,
misalnya momen dipol yang tinggi, antara solvent-solvent, maka gaya-
gaya tarik yang terjadi antara solute solvent adalah kuat. Sebaliknya, bila
tidak ada kesamaan, maka gaya-gaya terik solute solvent lemah.
Secara umum, padatan ionik mempunyai kelarutan yang lebih tinggi
6
dalam solvent polar daripada dalam pelarut non-polar. Juga, jika solvent
lebih polar, maka kelarutan dari padatan-padatan ionik akan lebih besar.
Suhu
Kelarutan gas dalam air biasanya menurun jika suhu larutan
dinaikkan. Gelembung-gelembung kecil yang dibentuk bila air dipanaskan
adalah kenyataan bahwa udara yang terlarut menjadi kurang larut pada
suhu-suhu yang lebih kecil. Hal yang serupa, tidak ada aturan yang umum
untuk perubahan suhu terhadap kelrutan cairan-cairan dan padatan-
padatan.
Tekanan
Kelarutan dari semua gas naik jika tekanan saham dari gas yang
terletak di atas larutan dinaikkan. Secara kuantitatif, hal ini dinyatakan
dalam hukum Henry, yang menyatakan bahwa pada suhu tetap
perbandingan dari tekanan saham dari solute gas dibagi dengan mol
fraksi dari gas dalam larutan adalah tetap.
Satuan Kelarutan
Kelarutan (khususnya untuk zat yang sukar larut) dinyatakan dalam mol L.
Jadi kelarutan sama dengan kemolaran dari larutan jenuhnya.
S = n/v dimana n adalah jumlah mol dan v = volume (liter)
Sifat Koligatif Larutan Non-elektrolit
7
PA = XA . P0
Sifat larutan berbeda dengan sifat pelarut murninya. Terdapat empat sifat fisika yang
penting yang besarnya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut tetapi tidak
bergantung pada jenis zat terlarutnya. Keempat sifat ini dikenal dengan sifat koligatif
larutan. Sifat ini besarnya berbanding lurus dengan jumlah partikel zat terlarut. Sifat
koligatif tersebut adalah :
tekanan uap
titik didih
titik beku
tekanan osmosis.
Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu
larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut murninya, berbanding
langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut. Larutan yang bisa memenuhi hukum
sifat koligatif ini disebut larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati ideal hanya jika
sangat encer.
a. Tekanan Uap Larutan
Tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarut murninya. Pada
larutan ideal, menurut hukum Raoult, tiap komponen dalam suatu larutan
melakukan tekanan yang sama dengan fraksi mol kali tekanan uap dari pelarut
murni.
PA = tekanan uap yang dilakukan oleh komponen A dalam larutan.
XA = fraksi mol komponen A.
P0 = tekanan uap zat murni A.
Dalam larutan yang mengandung zat terlarut yang tidak mudah menguap (tak-
atsiri atau nonvolatile), tekanan uap hanya disebabkan oleh pelarut, sehingga PA
dapat dianggap sebagai tekanan uap pelarut maupun tekanan uap larutan.
8
Δtb = kb . m
b. Titik Didih Larutan
Titik didih larutan bergantung pada kemudahan zat terlarutnya menguap. Jika
zat terlarutnya lebih mudah menguap daripada pelarutnya (titik didih zat terlarut
lebih rendah), maka titik didih larutan menjadi lebih rendah dari titik didih
pelarutnya, atau dikatakan titik didih larutan turun. Contohnya larutan etil
alkohol dalam air titik didihnya lebih rendah dari 100˚C tetapi lebih tinggi dari
78,3˚C (titik didih etil alkohol 78,3˚C dan titik didih air 100˚C). Jika zat terlarutnya
tidak mudah menguap (tak-atsiri atau nonvolatile) daripada pelarutnya (titik
didih zat terlarut lebih tinggi), maka titik didih larutan menjadi lebih tinggi dari
titik didih pelarutnya, atau dikatakan titik didih larutan naik. Pada contoh larutan
etil alkohol dalam air tersebut, jika dianggap pelarutnya adalah etil alkohol, maka
titik didih larutan juga naik. Kenaikan titik didih larutan disebabkan oleh
turunnya tekanan uap larutan.
Berdasar hukum sifat koligatif larutan, kenaikan titik didih larutan dari titik didih
pelarut murninya berbanding lurus dengan molalitas larutan.
Δtb = kenaikan titik didih larutan.
kb = kenaikan titik didih molal pelarut.
m = konsentrasi larutan dalam molal.
c. Titik Beku Larutan
Penurunan tekanan uap larutan menyebabkan titik beku larutan menjadi lebih
rendah dari titik beku pelarut murninya. Hukum sifat koligatif untuk penurunan
titik beku larutan berlaku pada larutan dengan zat terlarut atsiri (volatile)
maupun tak-atsiri (nonvolatile).
Berdasar hukum tersebut, penurunan titik beku larutan dari titik beku pelarut
murninya berbanding lurus dengan molalitas larutan.
9
Δtf = kf . m
π.V = (n.R.T) : V = M.R.T
Δtf = penurunan titik beku larutan.
kf = penurunan titik beku molal pelarut.
m = konsentrasi larutan dalam molal.
d. Tekanan Osmose Larutan
Peristiwa lewatnya molekul pelarut menembus membran semipermeabel dan
masuk ke dalam larutan disebut osmose. Tekanan osmose larutan adalah
tekanan yang harus diberikan pada larutan untuk mencegah terjadinya osmose
(pada tekanan 1 atm) ke dalam larutan tersebut. Hampir mirip dengan tekanan
pada gas ideal, pada larutan ideal, besarnya tekanan osmose berbanding lurus
dengan konsentrasi zat terlarut.
π= tekanan osmose (atm).
n = jumlah mol zat terlarut (mol).
R = tetapan gas ideal = 0,08206 L.atm/mol.K
T = suhu larutan (K).
V = volume larutan (L).
M = molaritas (M = mol/L).
Jika tekanan yang diberikan pada larutan lebih besar dari tekanan osmose, maka
pelarut murni akan keluar dari larutan melewati membran semipermeabel.
Peristiwa ini disebut osmose balik (reverse osmosis), misalnya pada proses
pengolahan untuk memperoleh air tawar dari air laut.
10