file · Web viewMengukur kelarutan Barium Iodat dalam larutan KCl dalam berbagai kekuatan...
Transcript of file · Web viewMengukur kelarutan Barium Iodat dalam larutan KCl dalam berbagai kekuatan...
KELARUTAN, AKTIVITAS, DAN KOEFISIEN AKTIVITAS ELEKTROLIT KUAT
A. TUJUAN
1. Mengukur kelarutan Barium Iodat dalam larutan KCl dalam berbagai kekuatan ion.
2. Menghitung kelarutan Barium Iodat pada I= 0 dengan jalan ekstrapolasi.
3. Menghitung kefieien aktifitas rata-rata Barium Iodat pada berbagai nilai I dan menguji
penggunaan hukum pembatas Debye-Huckle
B. WAKTU DAN TEMPAT
Hari/ Tanggal : Rabu/ 27 April 2011
Pukul : 07.00 s/d 09.40 WIB
Tempat :Laboratorium kimia fisika
C. TEORI DASAR
Salah satu cara untuk memperlihatkan bagaimana ketergantungan aktivitas ion pada
kekuatan ion adalah dengan jalan mempelajari perubahan kelarutan elektrolit yang sedikit
larut (misalnya Barium Iodat ) sebagai akibat adanya penambahan elektrolit lain(bukan ion
senama, misalnya KCl). Agar hukum Debye-Huckle dapat digunakan, konsentrasi larutan
elektrolit yang sedikit larut tersebut harusdapat diukur dengan tepat walaupun konsentrasinya
rendah. Selain itu kelarutannya dalam air harus berada dalam batas kisaran hukum Debye-
Huckle (yaitu kelarutan ion <0,01 M untuk elektrolit 1-1)
Barium iodat adalah elektrolit yang memenuhi kriteria diatas dan konsentrasinya
dapat ditentukan dengan menggunakan metoda volumetric yang sederhana. Dengan
menganalisis data yang diperoleh akan didapat koefisien aktivitas rata-rata (ϒ±).
Aktivitas atau koefisien aktivitas suatu ion secara percobaan tidak dapat ditentukan,
karena itu didefinisikan aktivitas rata-rata (α±) dan koefisien aktivitas rata-rata (ϒ±) yang
untuk elektrolit 1-2 (uni-bivalen) didefinisikan sebagai berikut :
α± = (α+α-2)1/3
ϒ±=(ϒ+ϒ-2)1/3
c±=(c+c-2)1/3
Bila nilai konsentrasi (c) dinyatakan dalam mol/liter, maka berdasarkan definisi diatas akan
diperoleh:
α±=ϒ±c±=Kɑ1/3=konstanta
Dalam hal ini, Kɑ adalah hasil kali aktivitas kelarutan yang dapat diturunkan sebagai
berikut :
Ba(IO3)2 Ba2++2IO3-
Kɑ=[Ba2+]ɑ[IO3-]ɑ
2
Misalnya, dalam larutan terdapat elektrolit lain yang tidak mengandung ion senama
dengan Ba(IO3)2 misalnya KCl dan anggap kelarutan Ba(IO3)2 adalah s mol/liter, maka c+
(konsentrasi ion Ba2+ dalam larutan )=S mol/liter dan c- =(konsentrasi ion IO3- dalam larutan =
2s mol/liter.
Dari persamaan (1) akan diperoleh :
c±=1,59S
Dengan menggabungkan persamaan (5) dan (2) akan diperoleh :
K ɑ 1/31,59 x ϒ ± =konstanta=S0
Dimana S0 adalah kelarutan teoritis bila ϒ± mendekati satu (=1) yaitu pada keadaan kekuatan
ion sama dengan nol (I=0). Karena ϒ± selalu menurun dengan meningkatnya kekuatan ion,
maka baik kelarutan (S) dan hasil kali kelarutan (Ksp), dinyatakan dalam konsentrasi bukan
dalam aktivitas. Jika nilai S0 dapat ditentukan dengan jalan ekstrapolasi, kekuatan ion sama
dengan nol, maka ϒ± pada berbagai konsentrasi akan dapat dihitung (ϒ ±=S 0S )
Pada larutan elektrolit, S bergantung pada kekuatan ion yang didefinisikan sebagai :
I=1/2ƩCiZi2
Ci adalah konsentrasi ion ke i dalam mol/liter dan Zi adalah muatan ion ke i.
Kekuatan ion harus dihitung berdasarkan semua ion yang ada dalam larutan. Nilai I
terendah yang dapat digunakan untuk mengukur kelarutan dibatasi oleh kelarutan elektrolit
dalam air. Ekstrapolasi ke kekuatan ion sama dengan nol, dilakukan berdasarkan Teori
Debye-Huckle untuk elektrolit kuat.
Teori Debye-Huckle menyatakan bahwa untuk larutan dengan kekuatan ion yang
rendah (<0,01 untuk elektrolit uni-bivalen (1-1)), koefisien aktivitas rata-rata sutu elektrolit
yang berdisosiasi menjadi ion bermuatan Z+ dan Z-, dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
logϒ±=-A(Z+Z-)
A adalah tetapan dan untuk larutan dengan pelarut air pada suhu 250C nilainya adalah 0,509.
Dengan menggabungkan persamaan (6) dan (8) untuk Barium Iodat akan diperoleh,
LogS=logS0+2A√1)
Jadi pada kekuatan ion yang rendah, kurva log S sebagai fungsi √1 akan berupa garis lurus.
D. ALAT DAN BAHAN
ALAT :
1. labu erlenmeyer 250 mL 8 buah
2. Buret
3. Labu takar 250 mL
4. Labu takar 250 mL
5. Pipet 25 mL
BAHAN :
1. KCl 0,1 M
2. Ba(IO3)2
3. Na2S2O3 0,02 M
4. HCl 1 M
5. KI (0,5 gram/L)
6. Larutan kanji 1 %
E. PROSEDUR KERJA
Disiapkan 7 erlenmeyer
No labu 1 2 3 4 5 6 7
larutan
KCl (M)
(50mL)
0,1 0,05 0,02 0,01 0,005 0,002 air
Tambah Ba(IO3)2 ke tiap labu hingga larutan jenuh, kemudian ditutup
Panaskan dalam penangas air bersuhu 500C ± 5 menit
Diamkan selama ± 1 hari
Saring @ larutan
Pipet @ 5 mL larutan, tambah KI 0,5 g/L
Tambah 0,4 mL HCl 1 M
Titrasi @ larutan dengan 0,02 M Na2S2O3 hingga kuning muda
Tambah 2 tetes larutan kanji 1 %
Titrasi lagi hingga larutan jernih
F. DATA PENGAMATAN
No Labu
Erlenmeyer
Konsentrasi
HCl (M)
Jumlah
Na2S2O3(mL)
Konsentrasi
IO3- (M)
S Ba(IO3)2 Log S
1 0.1 2.9 0.0116 5.8 × 10-3 -2.24
2 0.05 1 0.004 2 × 10-3 -2.69
3 0.02 7.6 0,0304 15.2 × 10-3 -1.82
4 0.01 1.9 0.0076 3.8 × 10-3 -2.24
5 0.005 0.2 0.008 4 × 10-3 -2.39
6 0.002 1.2 0.0048 2.4 × 10-3 -2.62
7 0.001 0.8 0.0032 1.6 × 10-3 -2.79
No. Labu I I 1/2 S0/S= γ± Log γ±
1 0.1232 0.35 0.440 0.3563
2 0.058 0.24 0.570 0.244
3 0.0808 0.28 0.518 0.285
4 0.0252 0.158 0.690 0.1608
5 0.021 0.145 0.712 0.147
6 0.0116 0.107 0.778 0.1089
7 0.0064 0.08 0.829 0.081
G. PERHITUNGAN
1. Perhitungan Konsentrasi IO3 untuk masing-masing labu adalah :
Ba(IO3)2 → Ba 2+ + 2IO3-
Na2S2O3 → 2Na+ + S2O32-
S2O32- ~ 2IO3
-
V1 · M1 = V2 ∙ M2
Rumus yang digunakan untuk menentukan konsentrasi [ IO3- ] adalah :
[ IO3- ] =
[ S 2 O 32−]volumeS 2O 32−volumeIO 3−
Untuk Labu 1
[ IO3- ] =
0 , 02 M⋅2,9 mL5 mL = 0.0116 M
Untuk Labu 2
[ IO3- ] =
0 ,02 M⋅1 mL5 mL = 0.004 M
Untuk Labu 3
[ IO3- ] =
0 ,02 M⋅7 . 6mL5 mL = 0.0304 M
Untuk Labu 4
[ IO3- ] =
0 ,02 M⋅1 . 9 mL5mL = 0.0076 M
Untuk Labu 5
[ IO3- ] =
0 , 02 M⋅0 . 2 mL5 mL = 0.008 M
Untuk Labu 6
[ IO3- ] =
0 , 02 M⋅1 .2 mL5mL = 0.0048 M
Untuk Labu 7
[ IO3- ] =
0 ,02 M⋅0 . 8mL5 mL = 0.0032M
2. Perhitungan kelarutan Barium Iodat adalah :
Ba(IO3)2 → Ba 2+ + 2IO3-
S 2S
Sehingga, S Ba(IO3)2 = ½ [IO3-]
Untuk Labu 1
S Ba(IO3)2 = ½ ∙ 0,0116 = 5.8 × 10-3
Untuk Labu 2
S Ba(IO3)2 = ½ ∙ 0,004 = 2 × 10-3
Untuk Labu 3
S Ba(IO3)2 = ½ ∙ 0.0304 = 15.2 × 10-3
Untuk Labu 4
S Ba(IO3)2 = ½ ∙ 0,0076 = 3.8 × 10-3
Untuk Labu 5
S Ba(IO3)2 = ½ ∙ 0.008 = 4 × 10-3
Untuk Labu 6
S Ba(IO3)2 = ½ ∙ 0.0048 = 2.4 × 10-3
Untuk Labu 7
S Ba(IO3)2 = ½ ∙ 0.0032 = 1.6 × 10-3
3. Perhitungan kekuatan ion (I) untuk berbagai konsentrasi KCl adalah :
I = ½ ∑ Ci ∙ Zi2
Ion-ion yang terlibat : KCl → K+ + Cl-
Ba(IO3)2 → Ba 2+ + 2IO3-
I = ½ CiZi2
I = ½ { [K+]ZK+2 +[Cl-]ZCl-
2 + [Ba2+]ZBa2+2 + 2[IO3
-]ZIO3-2}
I = ½ { [K+](+1)2 +[Cl-](-1)2 + [Ba2+](+2)2 + 2[IO3
-](-1)2}
I = ½ { [K+] +[Cl-] + 4[Ba2+]+ 2[IO3-]}
[K+] = [Cl-] = [KCl]
[Ba2+] = ½ [IO3-] = [Ba(IO3)2]
Untuk Labu 1
[K+] = [Cl-] = [KCl] = 0,1 M
[Ba2+] = ½ [IO3-] = ½ (0.0116) = 0.0058
I = ½ { (0,1) + (0,1) + 4 ( 0,0058 ) + 2( 0,0116 ) }= 0,1232
Untuk Labu 2
[K+] = [Cl-] = [KCl] = 0,05 M
[Ba2+] = ½ [IO3-] = ½ (0,004) = 0,002
I = ½ { (0,05) + (0,05) + 4 ( 0,002) + 2( 0,004) }= 0,058
Untuk Labu 3
[K+] = [Cl-] = [KCl] = 0,02 M
[Ba2+] = ½ [IO3-] = ½ (0,0304) = 0,0152
I = ½ { (0,02) + (0,02) + 4 ( 0,0152) + 2( 0,0304 ) }= 0,0808
Untuk Labu 4
[K+] = [Cl-] = [KCl] = 0,01 M
[Ba2+] = ½ [IO3-] = ½ (0,0076 ) = 0,0038
I = ½ { (0,01) + (0,01) + 4 ( 0,0038 ) + 2( 0,0076 ) }= 0,0252
Untuk Labu 5
[K+] = [Cl-] = [KCl] = 0,005 M
[Ba2+] = ½ [IO3-] = ½ (0,008) = 0,004
I = ½ { (0,005) + (0,005) + 4 ( 0,004 ) + 2( 0,008 ) }= 0,021
Untuk Labu 6
[K+] = [Cl-] = [KCl] = 0,002 M
[Ba2+] = ½ [IO3-] = ½ (0,0048 ) = 0,0024
I = ½ { (0,002) + (0,002) + 4 ( 0,0024 ) + 2( 0,0048 ) }= 0,0116
Untuk Labu 7
[K+] = [Cl-] = [KCl] = 0 M
[Ba2+] = ½ [IO3-] = ½ (0,0032 ) = 0,0064
I = ½ { (0) + (0) + 4 ( 0,0016 ) + 2( 0,0032 ) }= 0,0064
4. Perhitungan Koefisoen Aktivitas rata-rata (γ±) :
a. Secara eksperimental
Ba(IO3)2 → Ba 2+ + 2IO3-
Ka = [Ba 2+] [IO3-]2
So =K1 /3
1,59∙ γ ± γ± =
SoS
b. Secara Teoritis
Pada labu 1
log γ± = -0,509 | Z+Z-| (I) ½
log γ± = -0,509 |(+2)(-1)| (0,35)
log γ± = -0,509 (2) ( 0,35)
log γ± = -0,3563
γ± = 0,440
Pada labu 2
log γ± = -0,509 | Z+Z-| (I) ½
log γ± = -0,509 |(+2)(-1)| (0,24)
log γ± = -0,509 (2) (0,24 )
log γ± = -0,244
γ± = 0,570
Pada labu 3
log γ± = -0,509 | Z+Z-| (I) ½
log γ± = -0,509 |(+2)(-1)| (0,28)
log γ± = -0,509 (2) (0,28)
log γ± = -0,285
γ± = 0,518
Pada labu 4
log γ± = -0,509 | Z+Z-| (I) ½
log γ± = -0,509 |(+2)(-1)| (0,158)
log γ± = -0,509 (2) (0,158)
log γ± = -0,1608
γ± = 0,69
Pada labu 5
log γ± = -0,509 | Z+Z-| (I) ½
log γ± = -0,509 |(+2)(-1)| (0,145)
log γ± = -0,509 (2) ( 0,145)
log γ± = -0,147
γ± = 0,712
Pada labu 6
log γ± = -0,509 | Z+Z-| (I) ½
log γ± = -0,509 |(+2)(-1)| (0,107)
log γ± = -0,509 (2) ( 0,107)
log γ± = -0,1089
γ± = 0,778
Pada labu 7
log γ± = -0,509 | Z+Z-| (I) ½
log γ± = -0,509 |(+2)(-1)| (0,08)
log γ± = -0,509 (2) ( 0,08)
log γ± = -0,081
γ± = 0,829
Kurva Log S sebagai fungsi dari I1/2
log γ± = -A | Z+Z-| √I
log S0
S = -A | (+2) (-1) | √I
Log So – Log S = -2 A I1/2
Log S = Log So + 2A √I
Y = a + b x
Slope = 2A
Intersep = Log S0
Persamaan regresi dari Log S vs √I
Log S (y) I ½ (x) xy x2
-2,24 0,35 -0,784 0,1225
-2,69 0,24 -0,6456 0,0576
-1,82 0,28 -0,5096 0,0784
-2,42 0,158 -0,382 0,025
-2,39 0,145 -0,346 0,021
-2,62 0,107 -0,280 0,011
-2,79 0,08 -0,223 0,0064
y = -16,97 x = 1,36 xy = -3,1702 x2=0,3219
X rata-rata = 1.36
7=0,194
Y rata-rata = −16,97
7=−2,424
Persamaan regesi
Y = a+bx
b = n Σ xy – ( Σ x ) ( Σ y )
n Σ x2(Σ x )2
b = 7 ∙−3,1702 – (1,36 ) (−16,97 )
7 ∙0,3219(1,36)2
b = 0,213
a = y - bx
= -2,424 – 0,213 ∙0,194
= -2,465
Sehingga persamaan regresinya adalah
y = a + bx
= -2,465 + 0,213 Â
Atau log S = log So + 2 A√I
Log S0= a = -2,465 (intersep)
Slop(tan α) = yx=b=2 A = 0,213
H. PEMBAHASAN
Pada percobaaan ini kita akan menentukan kelarutan Barium Iodat dalam larutan KCl
dalam berbagai kekuatan ion atau dalam berbagai konsentrasi larutan KCl. Percobaan kali
ini, pada prinsipnya berdasarkan pada ketergantungan aktifitas ion pada kekuata ion
dengan adanya perubahan kelarutan dari larutan Barium Iodat dimana perubahan
kelarutan ini diakibatkan oleh penambahan sejumlah larutan elektrolit lain. Larutan
elektrolit lain yang kita gunakan ( bukan ion senama ) yaitu KCl dimana larutan Barium
IOdat dilarutkan pada larutan KCl dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 0,1 ; 0,05;
0,02; 0,01; 0,005; dan 0,002 M dan dalam air.
Untuk menentukan konsentrasi IO3- yang terlarut dalam KCl kita mentitrasi larutan
Barium Iodat dengan menggunakan larutan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3). Menurut teori,
semakin kecil konsentrasi KCl, akan semakin besar Volume larutan Na2S2O3 yang
dibutuhkan untk proses titrasi larutan Barium Iodat. Tetapi dari hasil percobaan terdapat
sedikit penyimpangan, yaitu pada konsentrasi KCl 0,05M, 0,02M, dan 0,005M dimana
volume Na2S2O3 yang dibutuhkan tidak sesuai dengan teori. Volume Na2S2O3 untuk KCl
0,05M cukup sedikit, untuk KCl 0,02M sangat besar, dan untuk KCl 0,005M sangat
sedikit. Hal ini disebabkan kesalahan dalam menentukan perubahan warna pada saat
proses titrasi.
Kita dapat menentukan konsentari IO3- pada masing-masing Erlenmeyer dengan
menggunakan rumus pengenceran yaitu V1 M1= V2 M2. Dari harga konsentrasi
IO3- inilah, kita juga bisa menntukan kelarutan Barium Iodat pada masing-masing
Erlenmeyer. Dimana kelarutan Ba(IO3)2 = ½ [IO3-]
Berdasarkan data yang telah diperoleh, didapatkan koefisien aktifitas rata-rata (γ±)
bertambah dengan berkurangnya konsentrasi KCL. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa (γ±) senderung menurun dengan meningkatnaya kekuatan ion.
Konsentasi IO3- dan kelarutan Barium Iodat akan semakin besar jika konsentrasi KCl
juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi KCl maka
kekuatan ion juga semakin besar.
Dari semua data yang telah kita peroleh, kita dapat membuat kurva Log S sebagai Fungi
dari I1/2 dan kurva (γ±) sebagai fungsi dari I1/2. seharusnya kurva Log S vs I ½ berupa garis
lurus dengan intersep So dan slope = A. tapi kurva yang kami dapatkan tidak demikian,
melainkan membentuk garis yang naik turun.
Kelarutan teoritis Barium Iodat dapat diketahui secara ekstrapolasi. Dari kurva Log γ±
sebagai fungsi I½. Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin meningkatnya kekuatan
ion, koefisien aktifitas rata-rata cenderung menurun.
I. KESIMPULAN
1. Semakin kecil konsentrasi KCl, maka volume Na2S2O3 yang dibutuhkan semakin
besar.
2. Semakin besar konsentrasi KCl, semakin besar pula kekuatan ion.
3. Ketergantungan aktivitas ion dapat dilihat dengan menggunakan rumus Debye-
Huckle.
4. Harga koefisien aktivitas rata-rata cenderung menurun dengan meningkatnya
kekuatan ion.
DAFTAR PUSTAKA
Bird, Tony. 1987. Penuntun Praktikum Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Sukoharjo. 1989. Kimia Fisika. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Syukri, Hardeli. 1999. Kimia Fisika 1. Padang: UNP
Tim Kimia Fisika. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Fisika 1. Padang: UNP