Referat Radiology Barium Enema

39
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya kepada lami sehingga referat yang berjudul “ TEKNIK PEMERIKSAAN BARIUM ENEMA PADA ANAK“ dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Penyusunan referat ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas kepanitraan klinik bagian Radiologi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Nataliandra, Sp.Rad atas pemberian tugas ini supaya penulis dapat menambah wawasan mengenai topik ini dan dapat membagikannya kepada rekan yang lain. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan lain atas bantuannya dan atas kritik dan saran yang diberikan. Penulis juga berharap semoga dengan referat yang telah dibuat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca baik di masa sekarang maupun dalam perkembangan ilmu pengetahuan di masa mendatang. Tentunya, penulis menyadari bahwa pembuatan referat ini belumlah sempurna, karena itu penulis mohon maaf bila masih banyak kekurangan dalam penulisan dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan referat selanjutnya. Akhir kata, semoga segala daya dan upaya, bimbingan KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGI PERIODE 28 JUNI – 19 JULI 2014 1

description

gambaran barium enema

Transcript of Referat Radiology Barium Enema

24

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya kepada lami sehingga referat yang berjudul TEKNIK PEMERIKSAAN BARIUM ENEMA PADA ANAK dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Penyusunan referat ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas kepanitraan klinik bagian Radiologi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot SoebrotoPenulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Nataliandra, Sp.Rad atas pemberian tugas ini supaya penulis dapat menambah wawasan mengenai topik ini dan dapat membagikannya kepada rekan yang lain. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan lain atas bantuannya dan atas kritik dan saran yang diberikan.Penulis juga berharap semoga dengan referat yang telah dibuat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca baik di masa sekarang maupun dalam perkembangan ilmu pengetahuan di masa mendatang. Tentunya, penulis menyadari bahwa pembuatan referat ini belumlah sempurna, karena itu penulis mohon maaf bila masih banyak kekurangan dalam penulisan dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan referat selanjutnya. Akhir kata, semoga segala daya dan upaya, bimbingan dan pengorbanan yang telah diberikan Bapak, Ibu dan Saudara sekalian akan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Atas perhatian pembaca, penulis ucapkan terimakasih.

Jakarta, 9 Juli 2014Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1DAFTAR ISI 2BAB 1 PENDAHULUAN 3BAB II TINJAUAN PUSTAKAI. Anatomikolon ------------------------------------------------------------- 4II. Definisi Barium Enema ---------------------------------------------------8III. Indikasi-----------------------------------------------------------------------9IV. Kontraindikasi--------------------------------------------------------------9V. Media kontras dan alat yang digunakan---------------------------------10VI. Persiapan --------------------------------------------------------------------11VII. Teknik pemeriksaan -------------------------------------------------------12VIII. Efek Samping --------------------------------------------------------------14IX. Penilaian Hasil -------------------------------------------------------------15BAB III PENUTUP25KESIMPULAN -----------------------------------------------------------------------25DAFTAR PUSTAKA 26

BAB IPENDAHULUAN

I.1Latar BelakangPemeriksaan radiologi yang umum dapat dilakukan pada kasus gangguan pencernaan anak-anak adalah barium enema. Barium enema merupakan suatu pemeriksaan radiografik kolon dengan menggunakan bahan kontras (yang lazim digunakan adalah barium sulfat) yangdimasukan ke dalam kolon pada pasien neonatus/bayi. Tujuan pemeriksaan barium enema sendiri adalah untuk mendapatkangambaran anatomis dari kolon sehingga dapat membantu menegakkandiagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada kolon. Karena pasiendalam pemeriksaan ini merupakan neonatus/bayi maka banyak hal yang perlumendapat perhatian dan pemahaman khusus dalam pelaksanaannya.

I.2TujuanI.3.1Tujuan UmumMengetahui teknik pemeriksaan barium enema pada anakI.3.2Tujuan Khususa. Mengetahui definisi teknik pemeriksaan barium enema pada anak.b. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan barium enema pada anakc. Mengetahui persiapan dan prosedur pemeriksaan barium enema pada anak.

I.3ManfaatPenulisan referat ini diharapkan dapat membantu menambah wawasan kepada semua pihak yang membacanya mengenai teknik pemeriksaan barium enema pada anak.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAI. Anatomi Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalisani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus diameternya semakin Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar adalah selaput lendir, lapisan otot yang memanjang, dan jaringan ikat. Ukurannya lebih besar daripada usus halus, mukosanya lebih halus daripada usus halus dan tidak memiliki vili. Serabut otot longitudinal dalam muskulus ekterna membentuk tiga pita, taenia coli yang menarik kolon menjadi kantong-kantong besar yang disebut dengan haustra. Dibagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup antara usus halus dan usus besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk merespon gelombang peristaltik sehingga memungkinkan kimus mengalir 15 ml masuk dan total aliran sebanyak 500 ml/hari. Bagian-bagian usus besar terdiri dari Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung vermiform, suatu tabung buntu yang sempit yang berisi jaringan limfoit, menonjol dari ujung sekum. Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki bebebrapa divisi, yaitu i. Kolon ascenden : merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.ii. Kolon transversum: merentang menyilang abdomen di bawah hati dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah fleksura splenik. iii. Kolon desenden : merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum. Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-13 cm. iv. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus. Sekum pada anak berbentuk kerucut dan apendik berasal dari bagian apek kiri. Selama masa anak-anak dinding lateral sekum membesar, sehingga apendiks terletak pada bagian posterior dinding medial. Mukosa apendiks kaya akan jaringan limfoid pada masa anak-anak dan akan berkurang setelah dewasa.

Gambar anatomi usus besar

Arteri

Mesokolon transversum adalah duplikatur peritoneum yang memfiksasi colon transversum sehingga letak alat ini intraperitoneal. Pangkal mesokolon transversa disebut radix mesokolon transversa, yang berjalan dari flexura coli sinistra sampai flexura coli dextra. Lapisan cranial mesokolon transversa ini melekat pada omentum majus dan disebut ligamentum gastro (meso) colica, sedangkan lapisan caudal melekat pada pankreas dan duodenum, didalamnya berisi pembuluh darah, limfa dan syaraf.Karena panjang dari mesokolon transversum inilah yang menyebabkan letak dari colon transversum sangat bervariasi, dan kadangkala mencapai pelvis.

Arteri Mesenterica Inferior

Colon descendens panjangnya sekitar 25 cm, dimulai dari flexura coli sinistra sampai fossa iliaca sinistra dimana dimulai colon sigmoideum. Terletak retroperitoneal karena hanya dinding ventral saja yang diliputi peritoneum, terletak pada muskulus quadratus lumborum dan erat hubungannya dengan ren sinistra.Arterialisasi didapat dari cabang-cabang arteri colica sinistra dan cabang arteri sigmoid yang merupakan cabang dari arteri mesenterica inferior.Colon sigmoideum mempunyai mesosigmoideum sehingga letaknya intraperi toneal, dan terletak didalam fossa iliaca sinistra. Radix mesosigmoid mempunyai perlekatan yang variabel pada fossa iliaca sinistra. Colon sigmoid membentuk lipatan-lipatan yang tergantung isinya didalam lumen, bila terisi penuh dapat memanjang dan masuk ke dalam cavum pelvis melalui aditus pelvis, bila kosong lebih pendek dan lipatannya ke arah ventral dan ke kanan dan akhirnya ke dorsal lagi. Colon sigmoid melanjutkan diri kedalam rectum pada dinding mediodorsal pada aditus pelvis di sebelah depan os sacrum. Arterialisasi didapat dari cabang- cabang arteri sigmoidae dan arteri haemorrhoidalis superior cabang arteri mesenterica inferior. Aliran vena yang terpenting adalah adanya anastomosis antara vena haemorrhoidalis superior dengan vena haemorrhoidalis medius dan inferior, dari ketiga vena ini yang bermuara kedalam vena porta melalui vena mesenterica inferior hanya vena haemorrhoidalis superior, sedangkan yang lain menuju vena iliaca interna. Jadi terdapat hubungan antara vena parietal (vena iliaca interna) dan vena visceral (vena porta) yang penting bila terjadi pembendungan pada aliran vena porta misalnya pada penyakit hepar sehingga mengganggu aliran darah portal. Mesosigmoideum mempunyai radix yang berbentuk huruf V dan ujungnya letaknya terbalik pada ureter kiri dan percabangan arteri iliaca communis sinistra menjadi cabang-cabangnya, dan diantara kaki-kaki huruf V ini terdapat reccessus intersigmoideus.

II. DefinisiTeknik Pemeriksaan Collon In Loop (barium enema) pediatrik adalah Pemeriksaan radiologi konvensional dengan kontras intralumen (barium sulfat) yang dimasukkan melalui anus untuk melihat kondisi dari saluran cerna bagian bawah atau teknik pemeriksaan secara radiologis dari usus besar (collon) dengan menggunakan media kontras secara retrograde pada pasien pediatrik (anak-anak). Sedangkan Enema adalah tindakan memasukkan cairan kedalam rectum dan kolon melalui lubang anus. Jadi dapat dikatakan bahwa teknik pemeriksaan barium enema adalah suatu teknik pemeriksaan secara radiologis usus besar (collon) dengan menggunakan media kontras barium (kontras positif) yang dimasukan melalui lubang anus.

Barium enema kontras tunggal merupakan teknik barium enema yang hanya menguunakan kontras barium saja dan umumnya memperlihatkan lumen kolon yang terisi oleh kontras dengan sedikit detail dari mukosa/dinding lumen kolon.Barium enem kontras ganda (air-contrast barium enema) merupakan teknik barium enema yang menggunakan kontras barium dan udara sehingga kolon akan terisi oleh barium yang hanya melapisi mukosa kolon dan memperlihatkan dinding kolon sebagai lapisan tipis barium. Tujuan pemeriksaan colon in loop sendiri adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis dari colon sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada kolon yang tidak terlihat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Karena pasien dalam pemeriksaan ini merupakan anak-anak maka banyak hal yang perlu mendapat perhatian dan pemahaman khusus dalampelaksanaannya. Misal mengalihkan perhatian anak, dengan cara mengajak bicara saat pemeriksaan serta membawa teman atau orang-orang terdekat dari anak tersebut. Menjelaskan jalannya pemeriksaan pada anak tersebut agar pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar.

III. IndikasiUntuk pemeriksaan Collon In Loop ini indikasi yang biasa terjadi meliputi :1. Colitis : Penyakit2 inflamasi pada colon2. Karsinoma jarang pada anak-anak 3. Diverticulum : Merupakan kantong yg menonjol pada dinding kolon, terdiri lapisanmukosa dan muskularis mukosa4. Polip: Penonjolan pada selaput lender5. Volvulus : Penyumbatan isi usus karena terbelitnya usus ke bagian yang lain6. Invagination: Melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri7. Intussusception8. Stenosis: Penyempitan saluran usus besar9. Mega colon: Suatu kelainan kongenital yang terjadi karena tidak adanya sel ganglion di pleksus mienterik dan submukosa pada segmen colondistal menyebabkan feses sulit melewati segmen ganglionik.IV. Kontra IndikasiUntuk kontra indikasinya yaitu:1. Perforasi2. Obstruksi akut atau penyumbatan3. Diare berat

V. Media Kontras dan Alat yang digunakan Pada pemeriksaan barium enema kontras tunggal maupun kontras ganda digunakan media kontras berupa barium sulfat. Barium sulfat merupakan senyawa anorganik yang memiliki formula kimia BaSO4. Senyawa ini merupakan senyawa padat kristal yang tidak memilik bau. Barium sulfat merupakan agen radio-opak yang digunakan untuk menghalangi sinar X sehingga bagian yang terisi oleh senyawa ini akan berwarna putih, berbeda dari organ dan jaringan lainnya. Cara kerja barium sulfat adalah dengan melapisi mukosa usus.Barium sulfat memiliki beberapa efek samping pada pasien yang memiliki alergi pada media kontras antara lain nyeri abdomen, diare, mual, muntah, konstipasi, kulit pucat, berkeringat dan tinnitus. Efek samping yang lebih serius meliputi urticaria, eritema, edema pada tenggorokan, sulit bernapas, disfagia, suara serak, agitasi, kebingungan, takikardia, sianosis.

Untuk Anak lebih dari 1 tahun : Kantung enema sekali pakai diisi dengan barium sulfat Tabung Penjepit Air hangat digunakan untuk melarutkan barium sulfat. Beberapa diantaranya, kateter di design agar tidak dapat keluar rectum setelah disisipkan, sehingga tidak bocor.Catatan: Penggunaan latex tidak boleh, karena dapat mengakibatkan alergi. Penggunaan jenis balon juga tidak boleh digunakan, karena dpat mengakibatkan perforasi pada rectum.

Untuk bayi dan anak anak : Menggunakan kateter silicon 10 french dan sebuah spuit 60 ml, barium diinjeksi secara manual dan perlahan.

Untuk semua pasien : Jelly Hypoallergenic tape Sarung Tangan Lap pel atau Tissue

VI. Persiapan Sebelum Prosedur Pasien dan orang tua harus masuk ke dalam ruang pemeriksaan, Dijelaskan bagaimana prosedur pemeriksaan kepada pasien, bagaimana teknik media kontras itu dimasukan dan alasannya ,mengapa dilakukan itu, tunjukan ketika barium masuk ke dalam colon. Katakan dengan bahasa dan teknik yang dimengerti anak kecil, agar tidak takut bahwa nanti akan disentuh pada bagian genitalnya. Orang tua pasien mendampingi selama pemneriksaan Tanyakan riwayat penyakit pasien. Hal ini sangat penting untuk mengevaluasi keadaan anak yang akan diperiksa. Karena ini akan membantu radiolog dalam memutuskan instruksi dan prosedur pemeriksaan yang akan diambil. Untuk bayi sampai 2 tahun : Tidak ada persiapan khusus yang diperlukan. Untuk anak 2 tahun sampai 10 tahun : Pada malam hari sebelum pemeriksaan hanya makan-makan yang rendah serat.Malam sebelum pemeriksaan minum satu tablet bisacodyl atau laxative atau sejenisnya.Persiapan yang harus dilakukan oleh pasien sebelum melakukan pemeriksaan bertujuan untuk membersihkan kolon dari kotoran. Untuk membersihkan kolon dari kotoran ini pasien memerlukan beberapa persiapan seperti :1) 1. Mengubah jenis makanan pasien menjadi makanan berkonsistensi lunak, mudah dicerna, low residue, dan tidak banyak mengandung lemak dan serat (contoh : bubur nasi dengan kecap). Hal ini dilakukan agar tidak terbentuk bongkahan tinja yang keras pada kolon. Pada pasien dengan obstipasi kronik, pola makan ini harus dilakukan minimal 2 hari sebelum pemeriksaan dilakukan, sedangkan pada pasien yang tidak mengalami obstipasi atau pasien yang sedang mengalami diare, hal ini harus dilakukan minimal 1 hari sebelum pemeriksaan dilakukan. 2) Minum air sebanyak-banyaknya agar tinja di kolon tetap lembek. Untuk memenuhi kebutuhan kalori dan keseimbangan elektrolit maka dapat diberi oral enteral feeding berupa bubuk yang dilarutkan dalam air.3) Pemberian pencahar merupakan pelengkap saja dan tidak perlu diberikan jika kedua hal di atas sudah dilakukan dengan benar. Pencahar mutlak diberikan kepada pasien lanjut usia, rawat baring yang lama, dan sembelit kronis. Sebaiknya dipilih pencahar yang mempunyai sifat melembekkan tinja, meningkatkan peristalsis, mempunyai cita rasa yang enak, dan mempunyai kemasan yang menarik.Jenis pencahar yang diberian harus disesuaikan dengan keadaan pasien. Jika pasien mempunyai obstipasi maka dapat digunakan pencahar yang bersifat kuat seperti castor oil, garam Inggris, dan lemonade purgative. Jika keadaan pasien normal atau tidak mengalami obstipasi maka digunakan pencahar ringan seperti laksadine dan dulcolax (bisacodyl).4) Puasa makan minimal 8 jam sebelum pemeriksaan dilakukan.

VII. Teknik PemeriksaanSebelum dilakukan pemberian kontras dilakukan dahulu pemotretanpolos abdomen untuk melihat apakah ada tinja. Selain itu dari foto polos abdomen ini kita dapat menilai ada tidaknya kontraindikasi relative seperti adanya sisa media kontras pada kolon dan kontraindikasi absolut seperti adanya udara bebas pada abdomen (tanda adanya perforasi).a) Teknik Kontras Tunggal Setelah kontras masuk ke rectum dan sigmoid, buat foto oblik atau lateral agar rectum dan sigmoid tidak saling tumpang tindih Kontras dimasukkan terus sampai sekum, appendiks, dan ileum terminal Dibuat foto besar (ikhtisar) post evakuasi Foto dengan KV besar digunakan untuk melihat kelainan intraluminal misalnya polip.

b) Teknik Kontras Ganda(1) Tahap PengisianKontras dimasukkan ke dalam lumen. Umumnya dikatakn cukup jika kontras sudah mencapai fleksura lienaslia atau pertengahan kolon transversum. Bagian kolon yang belum terisi dapat diisi dengan merubah posisi pasien dari telentang (supine) menjadi miring kanan (right decubitus)(2) Tahap PelapisanKontras didiamkan selama 1-2 menit untuk dapat melapisi mukosa kolon. Pemberian kontras dikatakna cukup jika sekitar sepertiga dari diameter lumen kolon terisi oleh barium.(3) Tahap Pengosongan / EvakuasiSetelah yakin mukosa kolon terlapisi sempurna, sisa larutan barium dalam lumen kolon perlu dibuang sebanyak yang dapat dikeluarkan melalui irrigator ke dalam kantong. Cara pengosongannya adalah dengan memiringkan pasien ke kiri (left decubitus) dan menegakkan meja pemeriksaan (upright).(4) Tahap PengembanganDilakukan pemompaan udara ke dalam lumen kolon. Udara ruangan dipompakan dengan pelan dan sesekali agar tidak menimbulkan rasa tidak nyaman dan spasme rektosigmoid. Jangan sampai ada pengembangan yang berlebihan (overdistended) agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.(5) Tahap PemotretanSetelah seluruh kolon mengembang sempurna, dilakukan pemotretan atau eksposure radiografi. Umumnya dilakukan pemotretan dengan metode lapangan-terbatas (spot-view) terhadap bagian-bagian kolon tertentu dan lapangan menyeluruh (overall-view) dari kolon.

Bagian kolonPosisi Pasien

Seluruh KolonTelentang (supine) anteroposterior (AP)

Proksimal Sigmoidposisi telungkup (prone) atau oblik posterior kiri (left oblique posterior)

Distal SigmoidTelentang (supine) atau oblik posterior kanan (right posterior oblique)

Fleksura lienalisOblik posterior kanan (right posterior oblique)

Fleksura HepatisOblik posterior kiri (left posterior oblique)

CecumOblik posterior kiri (left posterior oblique)

Jika bagian apendiks, katup ileocecal, dan ileum terminal terlihat dengan baik maka bagian kanan kolon sudah tergambar dengan sempurna.Foto postevakuasi tidak rutin dilakukan dan hanya dilakukan jika ada keterlambatan pengisian barium pada pasien ana suspek fistula.Tahapan dalam pemotretan dilakukan dengan fluoroskopi. Peranan fluoroskopi hanya untuk mengetahui posisi akhir dari larutan kontras pada tahap pengisian dan pengembangan kolon pada tahap pengembangan. Fluroroskopi tidak digunakan untuk mencari kelainan patologis karena hanya akan menambah dosis radiasi pada pasien dan gambar yang didapat kurang jelas disbanding dengan radiografi.Lama tindakan adalah 30-45 menit.

Efek Samping Vagal reflex karena distensi yang berlebihan atau terlalu cepat Meteorismus/bloating Perforasi usus Extraluminasi ke venous Intoksikasi air Intramural barium karena adanya ruptur dari mukosa sehingga barium masuk ke dinding kolon Aritmia jantung Transien bakterisemia Efek samping obat-obatan yang digunakan (buskopan, dll)

VIII. Penilaian Hasila) Foto polos abdomenDilakukan sebelum pemberian kontras untuk melihat keaadaan sebelum kontras, adanya feses pada kolon dan juga ada tidaknya kontraindikasi . Foto polos abdomen yang dilakukan adalah foto abdomen polos AP supine

Gambar Foto X-ray polos abdomen AP supineHal yang dapat dinilai dari foto polos abdomen ini adalah persebaran udara dan anatomi secara umum .

b) Barium enema pada kolon normal

Gambar Barium enema kontras tunggal AP supine kolon normalPada kolon normal akan terlihat bangunan haustrae sepanjang kolon. Mulai dari dital kolon desenden sampai sigmoid, haustrae semakin tampak berkurang. Dalam keadaan normal garis-garis haustrae harus dapat diikuti dan berkesinambungan.

Gambaran haustrae pada kolon normal. Pada kolon transversal haustrae nampak jelas (A) sedangkan haustrae tidak tampak jelas pada kolon desendenKaliber kolon berubah secara perlahan mulai dari sekum ( 8,5 cm) samapi ke sigmoid ( 2,5 cm). Panjang kolon bervariasi pada masing-masing individu, beriksar antara 91-125 cm.

Mukosa kolon terlihat sebagai garis-garis tipis, halus, melingkar, teratur yang dinamakan linea inominata. Usus halus berakhir di ileum terminal dan memasuki kolon pada daerah yang disebut ileosekal, dan terdapat penonjolan muara ke dalam sekum yang sering diduga polip.

Sekum terletak di bawah regio ileosekal. Sekum berukuran sepanjang 6,5 cm dan lebar 8,5 cm. Sekum normal menunjukkan kontur yang rata dan licin. Apendiks merupakan saluran mirip umbai cacing dengan panjang antara 2,5 22,5 cm. Kadang-kadang terlihat penonjolan muaranya ke dalam lumen sekum.

Kolon asenden dimulai dari bagian proksimal ilesekal sampai ke fleksura hepatica. Kolon transversum merupakan bagian yang bebas bergerak (mobile) dan melintasi abdomen dari fleksura hepatica ke fleksura lienalis. Kolon desenden dimulai daari flekseura lienalis ke bawah sampai ke persambungannya dengan sigmoid. Batas yang tegas anara kolon desenden dengan sigmoid sukar ditentukan namun krista iliaka mungkin dapat dianggap sebagai batas peralihannya.Sigmoid merupakan bagian kolon yang panjang dan berkelok-kelok membentuk huruf S. Sigmoid seringkali menyukarkan dalam penilaina radiografik proyeksi antero-posterior sehingga cara terbaik untuk menilainya adalah dengan proyeksi oblik dan lateral.

Rektum dimulai setinggi S3, lumennya berbentuk fusiform, dan bagian tengahnya disebut ampula. Dinding posteriornya mengikuti kelengkungan sakrum.

Gambar Region ileosekal dan apendiks

c) Barium enema pada colitisPerubahan yang terjadi pada inflamasi kolon sangat beraneka ragam pada mukosa dan dindingnya sehingga tidak ada gambaran radiologi yang khusus pada penyakit ini. Beberapa bentuk perubahan pada colitis adalah : Perubahan mukosa : hilangnya struktur linea inominata, granuler atau timbulnya ulsera Perubahan dinding : hilangnya atau berkurangnya haustrae, kekakuan dan keracunan dinding, lumen menyempit dan pemendekan kolonPada dasarnya colitis dibedakan menjadi dua yaitu colitis uleratif dan colitis Crohn. Kolitis ulseratif dimulai dari rectum kearah proksimal. Mukosanya memperlihatkan gambar granuler dengan bintik-bintik hakus barium di antaranya. Perubahan mukosa ini bersifat merata dan simetris. Komplikasi tersering pada colitis ulseratif adalah fecal impaction, striktura, dan dysplasia.

Gambar Kolitis ulseratif

Kolitis Crohn terletak paling banyak di kolon sisi kanan dan ileum terminal. Ulkus aptosa memperlihatkna perubahan khas pada mukosanya di samping kerancuan dinding kolon. Perubahan pada Crohn bersifat terbatas dan asimetris. Gambaran khas pada penyakit Crohn adalah gambaran cobblestone yang disebabkan oleh ulkus yang dipisahkan oleh daerah yang meninggi pada edema10. Komplikasi tersering pada colitis Crohn adalah fistulasi, abses dan massa tumor.

Gambar Kolitis Crohn dengan beberapa ulkus besar di belakang mukosa pada kolon descending

d) Barium enema pada VolvulusVolvulus adalah keadaaan pemelintiran usus di tempat penempelan mesenteriknya. Volvulus dapat terjadi di berbagai tempat di sepnajang saluran cerna; lambung, usus halus, cecum, kolon transversal, dan sigmoid. Tanda khas pada kelainan ini yang dilihat pada barium enema adalah bentuk paruh burung (birds beak).Gambar Tanda bird's beak pada volvulus

e) Barium enema pada penyakit HirschrsprungPenyakit Hirschsprung adalah penyakit megakolon kongenital yang ditandai dengan hilangnya sel ganglion myenteric dan submukosa (plexus Auerbach dan Meissner) sepanjang saluran cerna distal. Penyakit ini mengakibatkan menurunnya motilitas di daerah yang aganglion, berkurangnya peristalsis di daerah tersebut, dan abnormal atau hilangnya relaksasi bagian tersebut dan juga sfingter ani internal.Tanda penyakit Hirschsprung setelah administrasi barium enema adalah: Zona transisi yag merupakan daerah di mana perubahan caliber kolon terlihat, yaitu antara kolon normal dam kolon aganglion yang menyempit. Ini merupakan tanda yang utama, tetapi tidak terlihatnya zona ini tidak langsung menyingkirkan penyakit Hirschprung. Biasanya terlihat kurang jelas pada minggu pertama kehidupan. Kontraksi yang irregular dan abnormal dari segmen aganlionik (jarang) Penebalan dan nodularitas dari mukosa kolon proksimal dari zona transisi Perlambatan evakuasi barium Pola campuran barium-feses pada radiografi Usus yang terdistensi pada foto polos abdomen setelah kontras enema Kolon yang berbentuk tanda Tanya pada aganglionik kolon total

Gambar Hirschprung pada anak umur 3 tahun dengan segment aganglion yang menyempit disertai distensi pada bagian atasnyaf) Barium enema pada Intususepsi (invaginasi kolon)Intususepsi adalah masuknya (invaginasi) bagian proksimal usus ke dalam bagian usus yang lebih distal. Ini merupakan salah satu penyebab obstruksi usus yang paling umum pada bayi dan anak-anak.

GambarInsususepsi pada kolon transversus menggambarkan gambaran"coiled spring"

g) Polip KolonPolip kolon merupakan lesi massa terlokalisasi yang berasal dari mukosa kolon dan menonjol ke dalam lumen. Polip ini dapat memiliki dasar yang luas (sessile) atau bertangkai (pedunculated) dan dapat terjadi di mana saja pada kolon. Sebagian besar polip merupakan adenoma jinak, terutama yang memiliki tangkai. Pemeriksaan dengan barium enema kontras ganda dapat memperlihatkan polip sebagai defek pengisian pada proyeksi daerah yang terisi barium, atau polip dapat dibatasi oleh barium pada proyeksi bagian yang terisi udara.

Gambar Polip pedunculated (bertangkai) (gambar atas) dan Polip sessile pada sigmoid kolon (gambar bawah)

BAB IIIPENUTUP

Pemeriksaan radiologi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang untuk membantu dalam diagnosis penyakit pasien. Salah satu pemeriksaan yang kerap kali digunakan terlebih untuk melihat kelaina pada saluran cerna bawah adalah dengan pemeriksaan barium enema yang menggunakan media kontras. Pemeriksaan ini dilakukan dengan beberapa indikasi yaitu perubahan pola buang air besar, suspek kelainan kongenital (seperti Hirschsprung), suspek diverkulitis, suspek obstruksi kolon, dan sebagainya. Namun, pemeriksaan ini terkontraindikasikan pada pasien dengan perforasi usus, ileus paralitik, colitis berat, alergi media kontras. Adapun beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh pasien salah satunya adalah, mengubah jenis makanan yang dikonsumsi menjadi makanan yang berkonsistensi lunak serta rendah lemak dan serat.Media kontras yang digunakan adalah barium sulfat yang merupakan senyawa anorganik dengan formula kimia BaSO4. Media konras ini merupakan agen radio-opak sehingga bagian yang terlapisi akan berwarna putih karena senyawa ini menghalangi sinar X. Media kontras ini dapat menyebabkan reaksi alergi pada orang yang rentan.Barium enema ini memiliki dua teknik yaitu kontras tunggal dan kontras ganda. Kontras tunggal merupakan teknik yang hanya menggunakan media kontras saja sedangkan kontras ganda menggunakan media kontras dan udara.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bangun RM, Aulia L, Effendi A, Siitepu S. Buku Ajar Anatomi 2 : Kepala, Leher, Thorax, Abdomen, Pelvis. 4th ed. Medan : Bagian Anatomi FK USU; 2006. Hal. 22-28.2. Bontrager, Kenneth. Textbook of Radiologic Positioning and Related Anatomy. Halaman 600 & 649-650. Pageburst : 2007. Avaiable from : http://books.google.co.id/books?id=-7Q8O-4Yq9sC&pg=PA649&dq=barium+enema+in+pediatric&hl=id&sa=X&ei=whO9U9D6J8GgkwWu1oHgAw&ved=0CD4Q6AEwAw#v=onepage&q=barium%20enema%20in%20pediatric&f=false3. Lubis M dan Zain LH. Etiology Profile of Lower Gastrointestinal Bleeding. Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology, and Endocrinology. 2012 [cited 26 April 2014]; Vol. 13 No. 2. Available from: https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&ei=a0ZeU4jiCsaUrgfF54GgCQ&url=http://www.ina-jghe.com/%3Fpage%3Djournal.download_process%26id%3D384&cd=4&ved=0CDEQFjAD&usg=AFQjCNG1hUfAvavg3V01BXRN3nxI4VpRcw&sig2=IIeiRkNoE_NveJ-pHb5lVA4. Drake RL, Fogl AW, Mitchel AWM. Grays Anatomy. 2nd ed. London : Churchill Livingstone. 2009.5. Medline Plus. Barium Sulfate [Internet]. 2011 [updated 27 Mar 2014, cited 26 April 2014]. Availbale from: www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a606010.html6. Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 5th ed. Philadelphia : Saunders; 2010.7. Rasad S. Radiologi Diganostik. 2nd ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2013. Halaman 256-268.8. RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo. Panduan Pelayanan Medis Departemen Radiologi. Jakarta: Komite Media RSCM; 2007. Halaman 184-187.9. Swischuk, Leonard. Imaging of the New Born, Infant and Young Child. Fifth Edition. Halaman 479-500. Available from http://books.google.co.id/books?id=9W0zjcj2lQMC&pg=PA479&dq=barium+enema+in+children&hl=id&sa=X&ei=zyG9U8bBNoS7kQXkzICwBQ&ved=0CCEQ6AEwAQ#v=onepage&q=barium%20enema%20in%20children&f=false10. University of Virginia. Introduction to GI Radiology [Internet]. 2002 [cited on 26 April 2014]. Available from:http://www.meded.virginia.edu/courses/rad/gi/procedures/enema04.html11. Pediatric Gastrointestinal Imaging and Intervention . Available from : http://books.google.co.id/books?id=n6MSJLPKJTsC&pg=PA38&dq=barium+enema+in+children&hl=id&sa=X&ei=zyG9U8bBNoS7kQXkzICwBQ&ved=0CBoQ6AEwAA#v=onepage&q=barium%20enema%20in%20children&f=false

24

3KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN RADIOLOGIPERIODE 28 JUNI 19 JULI 2014