digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · lari sprint lm)orunners dr....

82
i SKRIPSI 2017 HUBUNGAN TINGGI ARCUS PEDIS DENGAN KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER PADA KOMUNITAS LARI INDORUNNERS MAKASSAR DENGAN INDEKS MASSA TUBUH OVERWEIGHT DisusunOleh : IQRA C 111 14 022 Pembimbing: Dr. dr. Muhammad Sakti, Sp.OT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Transcript of digilib.unhas.ac.iddigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · lari sprint lm)orunners dr....

i

SKRIPSI2017

HUBUNGAN TINGGI ARCUS PEDIS DENGAN KECEPATANLARI SPRINT 100 METER PADA KOMUNITAS LARI

INDORUNNERS MAKASSAR DENGAN INDEKS MASSATUBUH OVERWEIGHT

DisusunOleh :

IQRAC 111 14 022

Pembimbing:

Dr. dr. Muhammad Sakti, Sp.OT

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

ii

HUBUNGAN TINGGI ARCUS PEDIS DENGAN KECEPATANLARI SPRINT 100 METER PADA KOMUNITAS LARI

INDORUNNERS MAKASSAR DENGAN INDEKS MASSATUBUH OVERWEIGHT

Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin

Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran

Iqra

C111 14 022

Pembimbing :

Dr. dr. Muhammad Sakti, Sp.OT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERAN

MAKASSAR

2017

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Ruang Pertemuan

departemen orthopedi Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin (Lt.3)

dengan judul :

“HUBUNGAN TINGGI ARCUS PEDIS DENGAN KECEPATANLARI SPRINT 100 METER PADA KOMUNITAS LARI

INDORUNNERS MAKASSAR DENGAN INDEKS MASSATUBUH OVERWEIGHT

Hari/Tanggal : Rabu, 21 November 2017

Waktu : 10.00 wita – selesai

Tempat : Ruang Pertemuan departemen othopedi RS. UNHAS

(Lt.3)

Makassar, 21 November 2017

Dr. dr. Muhammad Sakti, Sp.OT

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Ruang Pertemuan

departemen orthopedi Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin (Lt.3)

dengan judul :

“HUBUNGAN TINGGI ARCUS PEDIS DENGAN KECEPATANLARI SPRINT 100 METER PADA KOMUNITAS LARI

INDORUNNERS MAKASSAR DENGAN INDEKS MASSATUBUH OVERWEIGHT

Hari/Tanggal : Rabu, 21 November 2017

Waktu : 10.00 wita – selesai

Tempat : Ruang Pertemuan departemen othopedi RS. UNHAS

(Lt.3)

Makassar, 21 November 2017

Dr. dr. Muhammad Sakti, Sp.OT

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Ruang Pertemuan

departemen orthopedi Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin (Lt.3)

dengan judul :

“HUBUNGAN TINGGI ARCUS PEDIS DENGAN KECEPATANLARI SPRINT 100 METER PADA KOMUNITAS LARI

INDORUNNERS MAKASSAR DENGAN INDEKS MASSATUBUH OVERWEIGHT

Hari/Tanggal : Rabu, 21 November 2017

Waktu : 10.00 wita – selesai

Tempat : Ruang Pertemuan departemen othopedi RS. UNHAS

(Lt.3)

Makassar, 21 November 2017

Dr. dr. Muhammad Sakti, Sp.OT

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Iqra

NIM : C111 14 022

Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Pendidikan Dokter

Judul Skripsi :

“Hubungan Tinggi Arcus Pedis Dengan Kecepatan Lari Sprint 100 Meter PadaKomunitas Lari Indorunners Makassar Dengan Indeks Massa Tubuh Overweight”

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana

kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr.dr.Muhammad Sakti, Sp.OT

(.....................................)

Penguji 1 : dr.Jainal Arifin M.Kes., Sp.OT(K)Spine

(.....................................)

Penguji 2 : dr. Andi Dhedie Prasatia, Sp.OT

(.....................................)

Ditetapkan di : Makassar

Tanggal : 21 November 2017

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Iqra

NIM : C111 14 022

Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Pendidikan Dokter

Judul Skripsi :

“Hubungan Tinggi Arcus Pedis Dengan Kecepatan Lari Sprint 100 Meter PadaKomunitas Lari Indorunners Makassar Dengan Indeks Massa Tubuh Overweight”

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana

kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr.dr.Muhammad Sakti, Sp.OT

(.....................................)

Penguji 1 : dr.Jainal Arifin M.Kes., Sp.OT(K)Spine

(.....................................)

Penguji 2 : dr. Andi Dhedie Prasatia, Sp.OT

(.....................................)

Ditetapkan di : Makassar

Tanggal : 21 November 2017

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Iqra

NIM : C111 14 022

Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Pendidikan Dokter

Judul Skripsi :

“Hubungan Tinggi Arcus Pedis Dengan Kecepatan Lari Sprint 100 Meter PadaKomunitas Lari Indorunners Makassar Dengan Indeks Massa Tubuh Overweight”

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana

kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr.dr.Muhammad Sakti, Sp.OT

(.....................................)

Penguji 1 : dr.Jainal Arifin M.Kes., Sp.OT(K)Spine

(.....................................)

Penguji 2 : dr. Andi Dhedie Prasatia, Sp.OT

(.....................................)

Ditetapkan di : Makassar

Tanggal : 21 November 2017

v

BAGIAN ILMU ORTHOPEDI

RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017

TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK

Judul Skripsi :

HUBUNGAN TINGGI ARCUS PEDIS DENGAN KECEPATANLARI SPRINT 100 METER PADA KOMUNITAS LARI

INDORUNNERS MAKASSAR DENGAN INDEKS MASSATUBUH OVERWEIGHT

Makassar, 21 November 2017

Dr.dr.Muhammad Sakti, Sp.OT

v

BAGIAN ILMU ORTHOPEDI

RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017

TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK

Judul Skripsi :

HUBUNGAN TINGGI ARCUS PEDIS DENGAN KECEPATANLARI SPRINT 100 METER PADA KOMUNITAS LARI

INDORUNNERS MAKASSAR DENGAN INDEKS MASSATUBUH OVERWEIGHT

Makassar, 21 November 2017

Dr.dr.Muhammad Sakti, Sp.OT

v

BAGIAN ILMU ORTHOPEDI

RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017

TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK

Judul Skripsi :

HUBUNGAN TINGGI ARCUS PEDIS DENGAN KECEPATANLARI SPRINT 100 METER PADA KOMUNITAS LARI

INDORUNNERS MAKASSAR DENGAN INDEKS MASSATUBUH OVERWEIGHT

Makassar, 21 November 2017

Dr.dr.Muhammad Sakti, Sp.OT

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua dengan segala

keterbatasan yang penulis miliki, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Hubungan Tinggi Arcus Pedis dengan Kecepatan Lari Sprint 100

Meter pada Komunitas Lari Indorunners Makassar dengan Indeks Massa

Tubuh Overweight” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada

program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudddin.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT atas kekuatan dan nikmat yang tak terhingga sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.

2. Orang tua penulis yang senantiasa membantu dalam memotivasi, mendorong

dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr.dr.Muhammad Sakti Sp.OT selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan skripsi ini dan

membantu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

4. Teman-teman kelompok belajar penulis (glomerulus) yang senantiasa

memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Teman-teman dan kakak-kakak yang sudah membantu melalui sumbangsih

pikiran maupun bantuan fisik dan moril secara langsung maupun tidak

langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

vii

6. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan secara satu per satu yang terlibat

dalam memberi dukungan dan doanya kepada penulis

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

sehingga dengan rasa tulus penulis akan menerima kritik dan saran serta koreksi

membangun dari semua pihak.

Makassar, 21 November 2017

Penulis

viii

SKRIPSIFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDINOktober 2017

IqraDr.dr.Muhammad Sakti Sp.OTHubungan Tinggi Arcus Pedis dengan Kecepatan Lari Sprint 100 Meter padaKomunitas Lari Indorunners Makassar dengan Indeks Massa TubuhOverweight

ABSTRAK

Pendahuluan: Salah satu yang memengaruhi kecepatan seseorang adalah arcuspedis. Fungsi arcus pedis adalah sebagai penopang berat tubuh dan sebagai peredamkejut ketika kaki berkontak dengan tanah. Dengan adanya arcus pedis ini maka berattubuh akan terbagi dua secara seimbang ke depan dan belakang telapak kaki. Denganadanya arcus pedis ini juga seseorang bisa berpindah dengan cepat dalam keadaanberlari dari satu posisi ke posisi lain karena fungsinya sebagai peredam kejut.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik denganpendekatan cross sectional menggunakan data primer melalui pengambilan sampellangsung berupa pengukuran berat badan, tinggi badan, kecepatan lari dan tinggiarcus pedis yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2017. Data dianalisi denganmenggunakan program statistik komputer.

Hasil: Sampel yang diteliti sebanyak 32 orang dari komunitas lari IndorunnersMakassar. Usia terdiri dari berbagai macam usia mulai dari 18-31 tahun. Hasil uji chisquare memperlihatkan nilai p = 0.253.

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara tinggi arcus pedis dengan kecepatan larisprint 100 meter pada komunitas lari Indorunners Makassar dengan indeks massatubuh overweight.

Kata kunci : Arcus pedis, kecepatan lari, sprint, komunitas lari Indorunners, indeksmassa tubuh overweight.

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI.................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 3

1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Arcus Pedis ........................................... 5

2.2 Tinjauan Umum Tentang Lari Sprint 100 Meter ........................... 16

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ......................................... 29

3.2 Kerangka Teoridan Kerangka Konsep ........................................... 30

3.3 Definisi Operasional....................................................................... 32

3.4 Hipotesis......................................................................................... 34

x

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian............................................................................... 35

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................... 35

4.3Variabel ........................................................................................... 35

4.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...................... 36

4.5 Kriteria Sampel .............................................................................. 36

4.6 Instrumen Penelitian....................................................................... 37

4.7 Prosedur Penelitian......................................................................... 38

4.8 Cara Pengumpulan Data................................................................. 40

4.9 Pengolahan dan Penyajian Data ..................................................... 40

4.10 Etika Penelitian ............................................................................ 41

BAB 5 HASIL DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 42

5.2 Analisis Univariat........................................................................... 42

5.3 Analisis Bivariat ............................................................................. 48

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1 Pengaruh Tinggi Arcus Pedis Terhadap Kecepatan Lari Sprint 100

Meter............................................................................................... 49

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan..................................................................................... 52

7.2 Saran .............................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 53

LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 IOTF-Proposed Classification of BMI Categories for Asia ..... 21

Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................. 32

Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Berat Badan ........................... 42

Tabel 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Tinggi Badan ......................... 44

Tabel 5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur ...................................... 45

Tabel 5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Panjang Tungkai .................... 46

Tabel 5.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Tinggi Arcus Pedis ................ 47

Tabel 5.6 Hubungan Tinggi Arcus Pedis Terhadap Kecepatan Lari ........ 48

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi Ossa Tarsalia, Metatarsal, Dan Phalanx Pedis ........... 7

Gambar 2.2. Tulang-Tulang Yang Menyusun Arcus Longitudinalis Medialis,

Arcus Longitudinalis Lateralis, dan Arcus Transverses Pedis ... 9

Gambar 2.3. Windlass Effect........................................................................... 11

Gambar 2.4. Penilaian AHI Dengan Visual Depiction Berdasarkan Tiga

Pengukuran Yaitu Total Foot Length, Truncated Foot Length, Dan

Arch Height................................................................................. 14

Gambar 2.5. Wet Foot Print Test ..................................................................... 15

Gambar 2.6. Interpretasi Footprint................................................................... 16

Gambar 2.7. Siklus Melangkah........................................................................ 19

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Permohonan Penelitian

2. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik

3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

4. Data Hasil Peneltian

5. Hasil Uji Statistik

6. Foto Dokumentasi

7. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

8. Biodata Peneliti

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan fisik yang dapat meningkatkan

kebugaran jasmani. Dalam olahraga tidak hanya melibatkan sistem

muskuloskeletal semata, namun juga mengikutsertakan sistem lain seperti sistem

kardiovaskular, sistem respirasi, sistem ekskresi, sistem saraf dan masih banyak

lagi. Olahraga mempunyai arti penting dalam memelihara kesehatan dan

menyembuhan tubuh yang tidak sehat (Mutohir & Maksum, 2007).

Olahraga merupakan kegiatan jasmani yang dilakukan dengan maksud

untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot - otot tubuh. Kegiatan ini

dalam perkembangannya dapat dilakukan sebagai kegiatan yang menghibur,

menyenangkan atau juga dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi

(Ramadhani, 2008)

Salah satu olahraga yang diminati di Kota Makassar adalah olahraga lari.

Olahraga lari dinilai sebagai olahraga yang mudah dilakukan dimana saja dan

kapan saja sehingga peminat dari olahraga ini beragam usia mulai dari kalangan

muda hingga orangtua.

Olahraga lari sendiri tergolong kedalam olahraga salah satu cabang atletik.

Lari terbagi menjadi beberapa cabang yaitu lari jarak pendek, lari jarak menengah,

dan lari jarak jauh. Dalam penelitian ini penulis lebih membahas tentang olahraga

lari jarak pendek yang disebut sprint.

2

Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

meter sampai dengan 400 meter (Yoyo Bahagia, Ucup Y, Adang S, 2000: 9-10).

Penelitian kali ini akan mengambil sampel yaitu dengan menetapkan sampel pada

lari 100 meter sebagai bentuk lari dengan rute terpendek sehingga lebih mudah

diamati dan faktor ketahanan fisik yang biasa berpengaruh pada lari jarak

menengah keatas dapat dihilangkan. Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari

jarak pendek, dimana pelari harus berlari dengan sekencangkencangnya dalam

jarak 100 meter. Kunci pertama yang harus 10 dikuasai oleh pelari cepat atau

spint adalah start. Keterlambatan atau ketidaktelitian pada waktu melakukan start

sangat merugikan seorang pelari cepat atau sprinter. Oleh sebab itu, cara

melakukan start yang baik harus benar-benar diperhatikan dan dipelajari serta

dilatih secermat mungkin. Kebutuhan utama untuk lari jarak pendek adalah

kecepatan, yang dihasilkan dari dorongan badan ke depan.

Salah satu yang memengaruhi kecepatan seseorang adalah arcus pedis.

Fungsi arcus pedis adalah sebagai penopang berat tubuh dan sebagai peredam

kejut ketika kaki berkontak dengan tanah. Dengan adanya arcus pedis ini maka

berat tubuh akan terbagi dua secara seimbang ke depan dan belakang telapak kaki.

Dengan adanya arcus pedis ini juga seseorang bisa berpindah dengan cepat dalam

keadaan berlari dari satu posisi ke posisi lain karena fungsinya sebagai peredam

kejut (Winata, 2009).

Dalam penelitian lain yang mencoba mengkaji tentang hubungan arcus

pedis dalam hal ini panjang pedis dan bentuk arcus pedis dengan kecepatan di

dapatkan hasil yang negatif. Sehingga penulis mencoba mencari bagian lain dari

3

arcus pedis yang yaitu ketinggian arcus pedis yang diharapkan berhubungan

dengan kecepatan lari.

Pada penelitian penulis mengambil sampel berupa orang yang tergolong

kedalam kategori indeks massa tubuh overweight karena indeks massa tubuh

merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kecepatan dari seseorang.

Dari banyaknya peminat dari olahraga lari ini diharapkan dengan adanya

penelitian ini akan semakin mudah dalam seleksi atlet khususnya dalam cabang

sprint, penulis merasa sangat perlu untuk mengkaji lebih dalam mengenai hal

tersebut sehingga nantinya dapat dijadikan bahan acuan para atlet untuk lebih

mengembangkan kemampuannya dalam rangka meraih prestasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dirumuskan suatu masalah yaitu apakah terdapat

hubungan antara tinggi arcus pedis dengan kecepatan lari sprint 100 meter pada

komunitas lari indorunners makassar dengan indeks massa tubuh overweight

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui adanya hubungan tinggi arcus pedis dengan kecepatan lari

sprint 100 meter pada komunitas lari indorunners makassar dengan indeks massa

tubuh overweight

4

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang

hubungan antara tinggi arcus pedis dengan kecepatan lari

2. Bagi peneliti dan ilmu pengetahuan, penelitian ini akan menjadi acuan dan

sumber bacaan untuk penelitian-penelitian berikutnya.

3. Untuk departemen kesehatan dan instansi terkait lainnya, dapat dijadikan

sebagai bahan informasi tentang struktur anatomi berupa arcus pedis.

4. Bagi peneliti sendiri, dapat dijadikan bahan masukan dan pembelajaran yang

bermanfaat untuk perkembangan keilmuan peneliti.

5. Bagi dunia olahraga atletik khususnya cabang olahraga lari dapat digunakan

untuk pemilihan atlet dan tentunya untuk peningkatan prestasi kedepannya

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Arcus Pedis

2.1.1 Anatomi

A. Ossa Tarsalia

Tarsusataupangkal kakitersusunoleh:

1. Talus

Os talus bersendi diatas dengan tibia dan fibula, dibawah dengan os

calcaneus, dan didepan dengan os naviculare. Tulang ini mempunyai

caput, collum dan corpus.

2. Calcaneus

Adalah tulang besar dari kaki dan membentuk tumit yang menonjol.

Tulang ini bersendi dengan talus di atasnya dan dengan os

cuboideum didepannya. Calcaneus memiliki enam fascies.

3. Naviculare

Tuberositas ossis navicularis bisa dipalpasi pada pinggir medial kaki

lebih kurang 1 inci di inferomedial malleolus medialis dan

merupakan tempat perlekatan tendo m. tibialis posterior.(Moore KL,

Agur AMR, Dalley AF, 2010)

4. Cuneiforme

Ketiga tulang berbentuk baji yang bersendi dengan os naviculare pada

bagian proksimalnya dan pada bagian distal bersendi dengan ketiga

ossa metatarsalia yang pertama.

6

5. Cuboideum

Terdapat alur yang dalam pada aspek inferior-nya sebagai tempat

untuk perlekatan m. peroneus longus.

6. Ossa metatarsalia

Ossa metatarsalia dan phalanges masing-masing mempunyai caput di

distal, corpus dan basis di proksimal. Kelima ossa metatarsalia diberi

nomor dari sisi medial kelateral.

a. Ossa Metatarsale I

Paling pendek dan paling tebal. Pada basis dari aspek plantar kita

jumpai tonjolan yang disebut tuberositas ossis metatarsalis I.

Corpus-nya berisi tiga.

b. Ossa Metatarsale II, III, IV

Corpus disini pipih dari sisi ke sisi.

c. Ossa Metatarsale V

Pipih dari atas ke bawah. Pada sisi ke arah lateral kita jumpai

penonjolan disebut tuberositas ossismetatarsalis V. (Gray H, 2016)

7

Gambar1. Anatomiossatarsalia,metatarsal,dan phalanxpedis. (Netter

FH, 2011)

B. Arcus Pedis

Arcus pedis adalah bangunan bersegmen yang berfungsi sebagai gaya

pegas, dimana akan berfungsi apabila dibangun dalam bentuk lengkungan.

Secara anatomi kaki memiliki 3 arcus pedis yaitu arcus longitudinalis

medialis, arcus longitudinalis lateralis, dan arcus transversalis. (Snell,

Richard S, 2006)

1. Arcus longitudinalis medialis

Arcus longitudinalis medialis dibentuk dari calcaneus, talus, Os

naviculare, Os cuneiforme mediale, Os cuneiforme intermedium, Os

8

cuneiforme laterale, dan ketiga ossa metatarsalia pertama. Puncak pada

arcus ini adalah talus dan biasa disebut keystone atau pusat dari arcus

ini. Arcus ini akan membentuk tepi medial kaki dan secara normal

arcus ini tidak pernah sampai menyentuh tanah. (Snell, Richard S,

2006). Arcus longitudinalis medialis didukung ligament spring, tibialis

anterior, tibialis posterior, fleksor hallucis longus, fleksor digitorum

brevis, peroneus longus, plantar apeneurosis, dan abduktor hallucis.

(McRae, Ronald, 1998)

2. Arcus longitudinalis lateralis

Arcus longitudinalsi lateralis dibentuk dari calcaneus, cuboideum, Os

metatarsale keempat, dan Os metatarsale kelima. Puncak pada arcus ini

adalah cuboideum dan biasa disebut keystone atau pusat dari arcus ini.

Arcus ini letaknya lebih rendah dibandingkan arcus longitudinalis

medialis sehingga normalnya arcus ini dapat menyentuh tanah apabila

dalam keadaan weightbearing/menumpu berat badan.(Snell, Richard S,

2006). Arkus longitudinal lateralis didukung ligamen plantar,

plantaraponeurosis, fleksor digitiminimi,fleksor digitorum

brevis,peroneus tertius, peroneus longus, peroneus brevis, dan

abduktor digitiminimi. (McRae, Ronald, 1998)

3. Arcus transversalis

Arcus transversalis dibentuk dari basis ossa metatarsalia, Os

cuboideum, Os cuneiforme laterale, Os cuneiforme intermedium, dan

Os cuneiforme mediale. Puncak pada arcus ini adalah Os cuneiforme

9

intermedium dan biasa disebut keystone atau pusat dari arcus ini.

Gerakan salah satu arcus akan mempengaruhi gerakan arcus lainnya

sehingga tulang dan sendi pada pedis akan cenderung melakukan

fungsinya secara bersama-sama.(Snell, Richard S, 2006)

Gambar 2. Tulang-tulang yang menyusun arcus longitudinalis medialis,

arcus longitudinalis lateralis, dan arcus transverses pedis

dextra. (Snell, Richard S, 2006)

C. Penyokong Arcus Pedis

Jones memperkirakan bahwa ligamentum plantaris dan aponeurosis

plantaris menanggung tekanan terbesar . Fungsi utama otot adalah untuk

mempertahankan konsistensi relatif dalam rasiodistribusi berat antara kepala

metatarsal. (Snell, Richard S, 2006)

10

Ketinggian arcus bervariasi sesuai postur tubuh masing-masingindividu.

Bayi tidak memiliki arcus sama sekali, arcus mereka berkembang seiring

dengan pertambahan usia. Setiap kegagalan pembentukan arcus berkaitan

dengan jenis dan durasi stres yang dikenakan pada pedis; misalnya, atlet dan

pelari yang bergantung pada arcus mereka untuk menghadapi tekanan

besaryang sekejap dan berulang akan menyebabkan inflamasi pada

tulang,sendi dan tendon, sedangkan mereka yang berdiri diam sering

menimbulkan keluhan pada arcus-nya. Keadaan ini diakibatkan oleh berat

tubuh yang membebani tulang-tulang dan ligamen-ligamen pada kaki secara

berlebihan dan akan menyebabkan turunnya arcus pedis atau kaki

datar.(Snell, Richard S, 2006)

Studi elektromiografi menunjukkan bahwa m. tibialis anterior, m.

peroneus longus, dan otot-otot intrinsik kaki tidak mempunyaiperan penting

dalam menyokong arcus pada keadaan statis. Umumnya otot-otot ini tidak

aktif sama sekali. Bahkan dengan penambahan bobot normal besar untuk

arcus statis, otot-otot tetap relatif tidak aktif. Selama bergerak otot-otot ini

menjadi aktif, otot-otot intrinsik kaki kemudian menjadi sangat aktif sebagai

kesatuan pada saat mengangkat jari-jari kaki (hal ini membutuhkan

penguatan otot pada tekanan yang lebih besar).(Snell, Richard S, 2006)

D. Fungsi Pegas pada Pedis

Ketika kaki dalam posisi berjinjit, calcaneus berada dalam posisi

vertikal, tegak lurus dengan caput metatarsal yang horizontal.Metatarsal

11

tetap berada sejajar dengan lantai, karena memiliki fungsi untuk menopang

berat tubuh. Hubungan posisi metatarsal dengan calcaneus menjadikan

bentuk dari Arcus Longitudinalis Medialis terkontrol oleh aponeurosis

plantar. Hicks menemukan bahwa aponeurosis plantar menyerap sekitar

60% dari tekanan akibat distribusi berat tubuh. Ketika jari kaki memanjang

selama fase pushoff dari berjalan. Peningkatan tekanan dari plantar

aponeurosismengangkat Arcus Longitudinalis Medialis dengan cara supinasi

dari pedis. Mekanisme ini dikenal sebagai windlass effect. Pronasi yang

terjadi secara langsung pada penumpuan berat badan sedikit mendatarkan

Arcus Longitudinalis Medialis bertujuan untuk menyerap tekanan akibat

berat tubuh dan dapat memberikan bantuan tolakan kaki terhadap tanah pada

saat berlari, hal ini menunjukkan fungsi pedis sebagai pegas. (Franco a H,

1987)

Gambar 3. Windlass Effect. Menegangkan plantar aponeurosispadafase push-off yang meningkatkan ArcusLongitudinalis Medialis. Peningkatan ini menstabilkankaki selamapergerakan ketika berat tubuh distribusikanke caput metatarsal.(Franco a H, 1987)

12

2.1.2 Klasifikasi Arcus Pedis

A. Normal foot

Normal foot adalah kondisi dimana kaki memiliki bentuk dan fungsi

yang normal. Pada kaki yang normal terdapat suatu segmen tulang yang

membentuk lengkungan yang disebut arcus pedis. Secara anatomis kaki

memiliki tiga Arcus pedis yaitu arcus longitudinalis medialis, arcus

longitudinalis lateralis, dan arcus tranversalis yang akan membantu kaki

dalam melakukan tugasnya sebagai gaya pegas. arcus longitudinalis medialis

pada normalnya akan tetap tidak menyentuh tanah ketika weightbearing dan

akan sangat terlihat ketika non-weightbearing, sedangkan untuk

arcuslongitudinalis lateralis pada normalnya akan menyentuh tanah ketika

weightbearing dan dapat terlihat lengkungannya ketika nonweightbearing.

Normal foot juga tidak terdapat varus dan valguspada calcaneus serta tidak

terdapat abduksi dan adduksi pada kaki bagian depannya.(Snell, Richard S,

2006)

B. Flat foot

Flat foot/ pes planus adalah kondisi dimana lengkung kakimenghilang

yang ditandai dengan bentuk kaki yang rata. Flat footdapat terlihat disaat

kaki mendapatkan beban dari tubuh, sehinggapada beberapa flat foot masih

tampak bentuk arcus longitudinalismedialis disaat kaki tidak diberikan

beban. Pada flat foot terdapattiga kerusakan dimensial, yaitu keadaan valgus

pada calcaneus,kolapsnya bagian arcus longitudinalis dan abduksinya kaki

13

bagiandepan. Penyebab terjadinya flat foot ada beberapa yaitu: (Giovanni

CD, Greisberg J, 2007)

1) Kongenital, yang dikarenakan kelainan bawaan sejak lahir dan

mungkin genetik.

2) Terdapat ruptur pada tendon tibialis posterior, yang biasanya

disebabkan karena aktivitas yang berlebih.

3) Kelemahan pada otot-otot kaki.

4) Post-trauma, seperti fraktur pada pergelangan kaki yang

biasanya ada kegagalan dalam penyambungan.

5) Obesitas.

6) Penyakit neuropatik.

7) Penyakit neuromuskular.

8) Penyakit inflamasi.

C. Cavus foot

Cavus foot/ pes cavus adalah kondisi dimana lengkung kakitampak

berlebih yang ditandai dengan tidak menyentuhnya arcuslongitudinalis

lateralis ke tanah ketika diberi beban oleh tubuh,yang biasanya pada orang

normal arcus longitudinalis lateralistampak menyentuh tanah. Hal ini

disebabkan karena terjadinyavarus pada calcaneus dan adduksinya kaki

bagian depan, sehinggaarcus pedis tampak lebih tinggi. Penyebab cavus foot

masih belumdiketahui tetapi diduga terdapat faktor genetik

yangmempengaruhinya. (Jahss MH, 1983)

14

2.1.3 Penentuan Bentuk Arcus Pedis

a. Inspeksi (observasi)

Pada pemeriksaan ini dilakukan pengamatan arcus pedisatau lengkung

kaki secara langsung, baik pada saat nonweightbearing/tidakmenumpu

berat badan maupunweightbearing/menumpu berat badan.(Giovanni CD,

Greisberg J, 2007)

b. Radiografi, MRI, CT scan, dan bone scan

Hasil dari pemeriksaan Radiografi, MRI, CT scan, dan bone scan akan

Memberikan gambaran mengenai anatomi bentuk kaki serta akan

membantu mendiagnosa kelainan pada pergelangan kaki dan kaki.

(Giovanni CD, Greisberg J, 2007)

c. AHI (the arch height index)

AHI (the arch height index) berguna untuk mengukur tinggiarcus pedis.

AHI dihitung dengan cara membagi ketinggian dorsum pedis(punggung

kaki)dengan panjang kaki (jarak tumit ke kepala metatarsal pertama).

(Giovanni CD, Greisberg J, 2007)

.

Gambar 4. Penilaian AHI dengan visual depiction berdasarkan tigapengukuran yaitu total foot length, truncated foot length,dan arch height. (Richards CJ, Card K, Song J, Hillstrom

H, 2003)

15

d. Pemeriksaan sidik tapak kaki (footprint)

Pemeriksaan sidik tapak kaki (footprint) dapat menentukantinggi

rendahnya arcus longitudinal dengan memperhatikan batasmedial kaki.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan denganmenggunakan media tinta

ataupun air biasa yang nantinya akandicetak di selembar kertas dengan

cara membasahi kaki dengan airatau tinta, lalu menapakkannya pada

selembar kertas sehingga akantercetak sidik tapak kaki. Aksis kaki

didapat dengan cara menarikgaris lurus dari pertengahan tumit sampai ke

bagian tengah jarikedua, sehingga akan tercetak sidik tapak kaki. Aksis

kaki didapatdengan cara menarik garis lurus dari pertengahan tumit

sampai kebagian tengah jari kedua. (Giovanni CD, Greisberg J, 2007)

1. Isi wadah dengan air / tinta2. Masukkan kaki ke dalam

wadah yang berisi air / tinta

3. Tapakkan kaki pada selembar kertas 4. Angkat kaki, sehingga

tertinggal jejak kaki

Gambar 5. Wet Foot Print Test (Miller C, 2010)

15

d. Pemeriksaan sidik tapak kaki (footprint)

Pemeriksaan sidik tapak kaki (footprint) dapat menentukantinggi

rendahnya arcus longitudinal dengan memperhatikan batasmedial kaki.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan denganmenggunakan media tinta

ataupun air biasa yang nantinya akandicetak di selembar kertas dengan

cara membasahi kaki dengan airatau tinta, lalu menapakkannya pada

selembar kertas sehingga akantercetak sidik tapak kaki. Aksis kaki

didapat dengan cara menarikgaris lurus dari pertengahan tumit sampai ke

bagian tengah jarikedua, sehingga akan tercetak sidik tapak kaki. Aksis

kaki didapatdengan cara menarik garis lurus dari pertengahan tumit

sampai kebagian tengah jari kedua. (Giovanni CD, Greisberg J, 2007)

1. Isi wadah dengan air / tinta2. Masukkan kaki ke dalam

wadah yang berisi air / tinta

3. Tapakkan kaki pada selembar kertas 4. Angkat kaki, sehingga

tertinggal jejak kaki

Gambar 5. Wet Foot Print Test (Miller C, 2010)

15

d. Pemeriksaan sidik tapak kaki (footprint)

Pemeriksaan sidik tapak kaki (footprint) dapat menentukantinggi

rendahnya arcus longitudinal dengan memperhatikan batasmedial kaki.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan denganmenggunakan media tinta

ataupun air biasa yang nantinya akandicetak di selembar kertas dengan

cara membasahi kaki dengan airatau tinta, lalu menapakkannya pada

selembar kertas sehingga akantercetak sidik tapak kaki. Aksis kaki

didapat dengan cara menarikgaris lurus dari pertengahan tumit sampai ke

bagian tengah jarikedua, sehingga akan tercetak sidik tapak kaki. Aksis

kaki didapatdengan cara menarik garis lurus dari pertengahan tumit

sampai kebagian tengah jari kedua. (Giovanni CD, Greisberg J, 2007)

1. Isi wadah dengan air / tinta2. Masukkan kaki ke dalam

wadah yang berisi air / tinta

3. Tapakkan kaki pada selembar kertas 4. Angkat kaki, sehingga

tertinggal jejak kaki

Gambar 5. Wet Foot Print Test (Miller C, 2010)

16

Penilaian bentuk arcus pada sidik tapak kaki (footprint)yaitu dikatakan flat

foot dengan derajat tigaapabila batas medialkonveks, dikatakan flat foot

derajat dua apabila batas medialmenurut garis lurus (rectilinier), dikatakan

flat foot derajat satu/flatfoot ringan apabila lekukan batas medial berbentuk

konkaf sertatidak melewati sumbu kaki, dikatakan kaki normal apabila

bentukgambaran tapak berkelanjutan dan lekukan batas medial konkaf

kearah lateral melewati sumbu kaki, dan dikatakan Cavus foot

apabilabentuk gambaran tapaknya terputus pada sisi lateralnya.(Lutfie SH,

2007)

Gambar 6. Interpretasi footprint(Idris FH, 2010)

2.2 Tinjauan Umum Tentang Lari Sprint 100 m

2.2.1 Pengertian berlari

Lari adalah frekuensi langkah yang dipercepat sehingga pada

waktu berlari ada kecenderungan badan melayang. Artinya pada waktu lari

kedua kaki tidak menyentuh tanah sekurang-kurangnya satu kaki tetap

menyentuh tanah. (Mochamad Djuminar A. Widya, 2004: 13)

17

2.2.2 Biomekanika Berlari (Teori Gait Cycle)

Batasan antara berjalan dan berlari terjadi ketika periodedouble

support saat stance phase dari gait cycle menghilang menjadi dua periode

double float pada awal dan akhir dari swing phase dari gait cyle. Pada

umumnya, seiring dengan kecepatan yang makin bertambah kontak awal

kaki berubah dari hindfootmenjadi forefoot. Hal ini secara khusus

membedakan antara berlari dan berlari sprint. Pada prakteknya, perbedaan

antara berlari danberlari sprint terdapat di tujuan yang akan dicapai.

Berlari dilakukan pada jarak yang lebih jauh untuk ketahanan dan untuk

melatih metabolisme aerob. Jogging, road-racing dan marathon adalah

contoh dari berlari. Sekitar 80% dari pelari jarak jauh adalah rearfoot

striker. Sebagian besar sisanya dicirikan sebagai midfoot striker. Kegiatan

berlari dilakukan melalui jarak pendek dan pada kecepatan yang lebih

cepat, dengan tujuan menutupi jarak yang relatif pendek di periode waktu

sesingkat mungkin tanpa memperhatikan mempertahankan metabolisme

aerobik. Pelari elit melakukan dengan kaki kontak awal forefoot, dan pada

kenyataannya, hindfoot mungkin tidak pernah menyentuh tanah.

Untuk berlari, secepat mungkin tubuh dan segmen digerakkan

diseluruh balapan. Di sisi lain untuk gerakan berjalan, tubuh akan

digerakkan pada tingkat lebih terkontrol dalam kaitannya dengan energi

yang dibutuhkan saat lomba. Gait cycle merupakan unit dasar pengukuran

dalam analisis Gait. Gait cycle dimulai ketika satu kaki menyentuh tanah

dan berakhir ketika kaki yang sama menyentuh tanah lagi. Pada keadaan

18

ini disebut dengan innitial contact. Stance phase berakhirketika kaki tidak

lagi bersentuhan dengan tanah. Toe off menandai awal dari swing phase

dari gait cycle. Setiap fase berjalan dan berlari dibagi lebih lanjut seperti

yang terlihat pada Gambar 7. Karena stance phase dalam berjalan lebih

lama 50% dari gait cycle, ada dua periode dukungan ganda ketika kedua

kaki berada di tanah, pada saat dimulai dan pada akhir stance phase.

Saat berjalan, toe off terjadi sebelum 50% dari gait cycleselesai.

Tidak ada periode ketika kedua kaki berada dalam keadaan kontak dengan

tanah. Sebaliknya, kedua kaki berada di udara duakali selama gait cycle,

pada saatdimulai dan pada akhir ayunan disebut sebagai double float.

Waktu toe off tergantung pada kecepatan. Pelari sprint dan pelari elit

menghabiskan waktu lebih sedikit dalam sikap itu. Pelari kelas dunia

melakukan toe off kurang dari 22% Gait cycle.

Terlepas dari kecepatan, periode alternatif dari percepatan dan

perlambatan terjadi selama berjalan disebut sebagai absorption dan

generation. Seperti yang dapat dilihat, fase ini tidak bertepatan dengan

waktu innitial contact dan toe off. Selama periode absorption, pusat tubuh

massa jatuh dari ketinggian puncaknya selama double float. Periode ini

dibagi dengan innitial contact (IC) menjadi swing phase absorption dan

stance phase absorption. Kecepatan dari pusat massa berkurang secara

horizontal selama periode ini. Setelah stance phase reversal, pusat massa

didorong ke atas dan ke depan selama stance phase generation. Energi

kinetic dan potensial meningkat. Tungkai kemudian didorong ke swing

19

phase setelah toe off. Pada swing phase reversal, periode absorption

berikutnya dimulai. (Amin AA, 2014)

Gambar7. Siklus Melangkah

(gaitcycle).(a)gerakandasarsaatberjalan(b) siklus melangkah

saatberjalan : *IC,InitialContact;LR,Loading Response;

*TO,Toeoff;MS,MidStance;TS,TerminalStance;PS,PreSwing;IS,Initial

Swing;MS,MidSwing;TS,TerminalSwing.(c)Gerakan dasarsaatberlari :

1) StancePhaseAbsorption,2)StancePhaseGeneration,3)SwingPhase

Generation,4)SwingPhaseReversal,dan 5)SwingPhaseAbsorption(d)

siklus melangkahsaat berlari:*untuk berlaridan

19

phase setelah toe off. Pada swing phase reversal, periode absorption

berikutnya dimulai. (Amin AA, 2014)

Gambar7. Siklus Melangkah

(gaitcycle).(a)gerakandasarsaatberjalan(b) siklus melangkah

saatberjalan : *IC,InitialContact;LR,Loading Response;

*TO,Toeoff;MS,MidStance;TS,TerminalStance;PS,PreSwing;IS,Initial

Swing;MS,MidSwing;TS,TerminalSwing.(c)Gerakan dasarsaatberlari :

1) StancePhaseAbsorption,2)StancePhaseGeneration,3)SwingPhase

Generation,4)SwingPhaseReversal,dan 5)SwingPhaseAbsorption(d)

siklus melangkahsaat berlari:*untuk berlaridan

19

phase setelah toe off. Pada swing phase reversal, periode absorption

berikutnya dimulai. (Amin AA, 2014)

Gambar7. Siklus Melangkah

(gaitcycle).(a)gerakandasarsaatberjalan(b) siklus melangkah

saatberjalan : *IC,InitialContact;LR,Loading Response;

*TO,Toeoff;MS,MidStance;TS,TerminalStance;PS,PreSwing;IS,Initial

Swing;MS,MidSwing;TS,TerminalSwing.(c)Gerakan dasarsaatberlari :

1) StancePhaseAbsorption,2)StancePhaseGeneration,3)SwingPhase

Generation,4)SwingPhaseReversal,dan 5)SwingPhaseAbsorption(d)

siklus melangkahsaat berlari:*untuk berlaridan

20

sprint;IC,InitialContact;TO, Toe off;StR, StancephaseReversal;SwR,

SwingPhaseReversal;Absorption,dari SwR melaluiIC menuju StR;

Generation,dariStR melalui TO menuju SwR. (Novacheck T, 1998)

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Berlari

Faktor yang mempengaruhi kecepatan lari dapatdikelompokkan

menjadi 2 yaitu, faktor internal dan factor eksternal. Berikut uraian dari

faktor-faktor tersebut:

1. Faktor Internal

a) Genetik

Genetik manusia, unit yang kecil yang tersusun atassekuen

Deoxyribonucleic Acid (DNA) adalah bahan palingmendasar dalam

menentukan hereditas. Keunggulan genetic yang bersifat pembawaan

atau genetik tertentu diperlukan untuk berhasil dalam cabang

olahraga tertentu. Beberapa komponen dasar seperti proporsi tubuh,

karakter, psikologis, otot merah, otot putih dan suku, sering menjadi

pertimbangan untuk pemilihan atlet. Tubuh seseorang secara genetik

rata rata tersusun oleh 50% serabut otot tipe lambat dan 50% serabut

otot tipe cepat pada otot yang digunakan untuk bergerak.

b) Umur

Massa otot semakin besar seiring dengan bertambahnyaumur

seseorang. Pembesaran otot ini erat sekali kaitannya dengan

kekuatan otot, dimana kekuatan otot merupakan komponen penting

dalam peningkatan kecepatan lari. Kekuatan otot akan meningkat

21

sesuai dengan pertambahan umur. Selain ditentukan oleh

pertumbuhan fisik, kekuatan otot ini ditentukan oleh aktivitas

ototnya. Kekuatan otot akanterus meningkat sesuai dengan

pertambahan umur hingga mencapai puncaknya pada umur 20-30

tahun, setelah itu kekuatan otot akan menurun mencapai 20% pada

umur 65 tahun. Pelatihan olahraga atletik termasuk lari cepat 100

meter mulai dilatih dari umur 10-12 tahun, dan pelatihan spesialisasi

pada umur 13-24 tahun, sehingga puncak prestasinya pada umur 18-

23 tahun.

c) Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh adalah nilai yang diambil dariperhitungan

antara berat badan dan tinggi badan seseorang. Rumus menghitung

IMT adalah, IMT = Berat Badan (kg) /[Tinggi Badan (m)]2. IMT

normal sebesar 18,5-22,9 kg/m2.

Tabel1..( IOTF-proposed classification of BMIcategories for Asia)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat kegemukanmemiliki

pengaruh yang besar terhadap performa empat komponen fitness dan

22

tes-tes kemampuan atletik. Kegemukan tubuh berhubungan dengan

keburukan performa atlet pada tes-tes speed (kecepatan), endurance

(daya tahan), balance(kesimbangan) agility (kelincahan) serta power

(daya ledak).

d) Jenis kelamin

Kekuatan otot laki-laki sedikit lebih kuat daripadakekuatan otot

perempuan pada usia 10-12 tahun. Perbedaan kekuatan yang

signifikan terjadi seiring pertambahan umur, di mana kekuatan otot

laki-laki jauh lebih kuat daripada wanita. Pengaruh hormon

testosteron memacu pertumbuhan tulang dan otot pada laki-laki,

ditambah perbedaan pertumbuhan fisik dan aktivitas fisik wanita

yang kurang juga menyebabkan kekuatan otot wanita tidak sebaik

laki-laki. Bahkan pada umur 18 tahun ke atas, kekuatan otot bagian

atas tubuh pada laki-laki dua kali lipat daripada perempuan,

sedangkan kekuatan otot tubuh bagian bawah berbeda sepertiganya.

e) Metabolisme Energi

Penampilan seorang atlet sangat tergantung daripenampilan

mengeksploitasi energi yang dihasilkan melalui proses metabolisme

energi. Nomor lari cepat dibawah 400 meter membutuhkan daya

tahan yang singkat 4-2 menit dan sumber energi utamanya anaerobik,

oleh sistem fospagen dan sistem laktat. Untuk lari 100 meter sistem

energi anaerobic berkontribusi sebesar 80%, sisanya aerobik.

23

Semakin tinggi intensitas semakin besar kontribusi sumber energi

anaerobik.

f) Faktor medis (kesehatan)

1) Penyakit kardiovaskular

Menurut definisi kardiovaskuler dari WHO, penyakit

kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi

jantung dan pembuluh darah.

2) Penyakit saluran napas

Sistem pernapasan manusia yang terdiri atas beberapa organ dapat

mengalami gangguan. Gangguan ini biasanya dapat berupa

kelainan, penyakit, atau karena ulah dan perilaku manusia itu

sendiri (seperti merokok). Penyakit atau gangguan yang

menyerang sistem pernapasan ini dapat menyebabkan

terganggunya proses pernapasan atau bahkan merusak saluran

pernafasan.

3) Penyakit neurologis

Kegagalan untuk memiliki fungsi neurologis yang seharusnya

dimiliki, yang disebabkan oleh adanya lesi (defek) dari otak.

4) Gangguan psikiatri

Gangguan jiwa merupakan gejala yang dimanifestasikan melalui

perubahan karakteristik utama dari kerusakan fungsi perilaku atau

psikologis yang secara umum.

24

g) Panjang tungkai

Panjang tungkai merupakan proporsi tubuh yang dapat mendukung

langkah lari cepat khususnya lari 100 meter. Yusup Hadisasmita &

Aip Syarifudin (1996:73) menyatakan bahwa keuntungan kaki yang

panjang adalah dimungkinkan bertambahnya panjang langkah.

Pendapat lain dikemukakan Soedarminto (1996:40) yang

menyatakan bahwa makin panjang pengungkit makin besar pula

usaha yang digunakan untuk mengayun.

Ukuran panjang tungkai yang dimiliki pelari memberikan

sumbangan bagi pelari khususnya untuk mendapatkan panjang

langkah. Kecepatan lari sangat tergantung pada frekuensi dan

panjang langkah. Menurut Hay (1985:395) bahwa, "faktor utama

yang menentukan kecepatan lari adalah panjang langkah dan

frekuensi langkah". Kecepatan lari dapat ditingkatkan melalui

peningkatan panjang langkah dan frekuensi langkah. Ukuran tungkai

yang panjang memberikan keuntungan bagi pelari cepat.

Dengan tungkai yang panjang maka jangkauan langkah kaki lebih

panjang sehingga larinya lebih cepat. Pelari yang memiliki tungkai

panjang akan memperoleh keuntungan terhadap prestasi lari. Makin

panjang langkah kaki pelari maka prestasi lari 100 meter akan makin

baik. Tungkai yang panjang memungkinkan memiliki ayunan kaki

yang lebih jauh dan panjang, sehingga akan mempengaruhi

kecepatan lari yang dilakukan. Bagi seorang atlet lari yang memiliki

25

tungkai pendek akan memiliki jangkauan dan ayunan kaki yang

pendek juga, sehingga yang bersangkutan tidak mampu lari secara

maksimal dibanding dengan pelari bertungkai panjang. Oleh karena

itu untuk memperoleh kecepatan yang maksimal dalam lari 100

meter, seorang pelari bertungkai panjang harus mampu

memanfaatkan tungkainya untuk menghasilkan kecepatan lari yang

maksimal.

2. Faktor Eksternal

a) Suhu dan kelembaban relatif

Suhu sangat berpengaruh terhadap performa otot. Suhuyang terlalu

panas menyebabkan seseorang akan mengalami dehidrasi saat

latihan. Dan suhu yang terlalu dingin menyebabkan seorang atlet

susah mempertahankan suhu tubuhnya, bahkan menyebabkan kram

otot. Pada umumnya upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi

orang Indonesia terhadap suhu tropis sekitar 290-300C dan

kelembaban relative antara 85%-95%.b).

b) Arah dan kecepatan angina

Arah dan kecepatan angin berpengaruh karena pelatihan berlangsung

di lapangan terbuka. Arah angin diukur dengan bendera

angin/kantong angin sedangkan kecepatannya dengan anemometer.

Dalam penelitian ini, arah dan kecepatan angina berada dalam batas

toleransi, diharapkan pengaruhnya dapat ditekan sekecil-kecilnya

26

atau tempat pengambilan data berada pada kondisi yang sama atau

satu tempat.

c) Ketinggian tempat

Tempat yang percepatan gravitasinya rendah akan lebihmudah

mengangkat tubuh karena beratnya berkurang sebanding dengan

penurunan percepatan gravitasi. Keuntungan ini dibayar dengan

kerugian yang lebih besar yaitu setiap ketinggian 100 meter diatas

permukaan laut akan terjadipenurunan tekanan udara sebesar 6-10

mmHg. Penurunan tekanan udara ini akan menurunkan kadar O2

(oksigen), sehingga bila atlet biasa berlatih di dekat permukaan laut

kemudian bertanding di tempat tinggi dengan kadar O2(oksigen)

rendah, maka frekuensi pernafasannya akan lebih tinggi karena

konsumsi O2 sama dengan saat berlatih sedangkan banyaknya O2

(oksigen) yang dihirup sekali nafas berkurang.

d) Asupan makanan

Asupan makanan juga berpengaruh pada kecepatan lari,ketersediaan

nutrisi dalam tubuh akan mempengaruhi kinerja otot. Hasil penelitian

Sumosarjono menyatakan bahwa para atlet lari sebaiknya makan

makanan yang terakhir 3-4 jam sebelum lomba. (Winata IPGA,

2015)

27

e) Latihan

Latihan adalah gerakan tubuh yang terencana danterstruktur dan

dilakukan berulang-ulang untuk menyempurnakan atau

mempertahankan komponen kebugaran.

Menurut Moeloek latihan fisik adalah suatu kegiatan fisikmenurut

cara dan aturan tertentu yang mempunyai sasaran meningkatkan

efisiensi faal tubuh dan sebagai hasil akhir adalah peningkatan

kesegaran jasmani. Latihan yang teratur dapat mencegah kematian

dini pada umumnya, kematian karena penyakit jantung, tekanan

darah tinggi, kanker usus, derajat kolesterol tinggi. Latihan yang

dilakukan lebih dari 30 menit akan memberikan efek ganda, disatu

pihak akan meningkatkan aliran darah, dilain pihak akan

membantumemecahkan metabolisme lemak dan kolesterol. Bila

tujuan dari latihan hanya untuk membina atau meningkatkan

kesegaran jasmani bukan untuk meningkatkan prestasi olahraga,

maka frekuensi latihan cukup 3-5 kali seminggu. Setiap berlatih

waktu yang digunakan antara 15- 60 menit untuk latihan intinya.

(Novelia A, 2010)

2.2.4 Lari Sprint 100 m

Lari termasuk pada kategori keterampilan gerak siklis

(cyclicmovement). Struktur gerakkan lari secara utuh merupakan rangkaian

gerakyang meliputi: start, gerakan lari, dan finish. Tujuan utama lomba

lariadalah menempuh jarak tertentu (lari tanpa rintangan atau

28

denganrintangan) dengan waktu yang secepat mungkin.Lari cepat atau sprint

adalah semua perlombaan lari yangpesertanya berlari dengan kecepatan

maksimal sepanjang jarak yang harusditempuh, sampai dengan jarak 400

meter masih dapat digolongkan dalamlari cepat. Menurut Muhajir (2007)

sprint atau lari cepat yaitu, perlombaanlari dimana peserta berlari dengan

kecepatan penuh yang menempuh jarak100 m, 200 m, dan 400 m.

Lari 100 m merupakan salah satu nomor sprint dalam atletik yangjuga

memerlukan pembinaan yang serius agar dapat berprestasi. Dalam

pembinaan atlet lari 100 m, komponen biomotor, yaitu kekuatan, dayatahan,

kecepatan, kelentukan dan koordinasi (keseimbangan) merupakan

komponen kemampuan lari yang optimal, komponen tersebut harus saling

mendukung. Lari 100 m berbeda dengan lari 200 m dan 400 m, karena lari

100m harus dilakukan dengan kecepatan maksimal sepanjang atau

sepenuhjarak itu. Menurut IAAF (2001) lari 100 m dilakukan secepat

mungkin sejak dari start sampai finish, tetapi bukan tanpa suatu model

lomba. (IAAF, 2001)

29

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Dari sekian banyak penelitian tentang peran arcus pedis, yang telah diteliti

hanya berkaitan dengan bentuk arcus dan panjang arcus terhadap kecepatan lari.

Menurut penelitian dari Amirullah pada tahun 2016 di SMA negeri 3 Semarang,

yang dilakukan pada 61 siswa didapatkan hasil korelasi negatif yang tidak

bermakna antara bentuk arcus pedisdengan kecepatan lari 60 meter dan terdapat

korelasi positif yang tidak bermakna antara panjang pedis dengan kecepatan lari

60 meter.

Penelitian tentang peran tinggi arcus dalam kecepatan lari pun belum

didapatkan sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

hubungan tinggi arcus dengan kecepatan lari sprint 100 meter. Pengukuran tinggi

arcus akan dilakukan dengan metode Arch High Index ( AHI ).

30

Anatomi Arcuspedis

Panjang Tungkai

3.2 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

3.2.1 Kerangka Teori

Suhu dan kelembaban relatif Latihan Arah kecepatan angin

KetinggianTempat AsupanMakanan

Faktor eksternal

Kecepatan lari

Faktor internal

Genetic metabolisme energi Faktor Medik IMT umur dan jenis kelamin

31

Kecepatan Lari Sprint 100 m

3.2.2 Kerangka Konsep

Tinggi Arcus Pedis

Keterangan: Variabel yang diteliti: Variabel yang tidak diteliti

Faktor MedisLatihanIMTPanjang TungkaiUsiaJenis Kelamin

GenetikMetabolisme EnergiAsupan Makanan

32

3.3 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur Hasil

TinggiArcus

Ketinggian arcuslongitudinalis medialis

Mistar 30 cm metode ArchHigh Index (AHI )

Numerical sesuai hasilpengukuran(dalam satuanmilimeter)

KecepatanLari

Hasil perhitungan antarajarak tempuh(100 m)dibagi dengan torehanwaktu mulai dari garisstart sampai garis finish

Stopwatch

Peluit

Starblok

Mengukurkecepatan laridandimasukkankedalamrumuskecepatan

V = s / t

Numerical sesuai hasilperhitungan(dalam satuanm/s)

FaktorMedis

Atlet yang tidak memilikikelainan kardiovaskular,saluran nafas, penyakitneurologis, dan gangguanpsikiatri yangmemberikan defisitterhadap motorik kasaryang berhubungandengan berlari

Kuisioner Wawancara Nominal Ada/Tidak

Latihan Keaktifan partisipandalam mengikuti latihanrutin komunitas lariIndorunners Makassar(1x/Minggu) dengandurasi 15-60 menit

Kuisioner Wawancara Nominal Aktif atau

Tidak Aktif

IMT(Over

weight)

Partisipan dengan IMT :

23,0 – 24,9 Kg/m2

Weight Scale

Height Scale

Mengukurberat badandan tinggibadan dan dimasukkankedalamrumusperhitunganIMT :

Berat Badan(kg) /[Tinggi

Numerical sesuai hasilperhitungan(dalam satuanKg/m2)

33

Badan (m)]2

PanjangTungkai

Panjang Tungakai mulaidari Trochanter Mayordengan menarik garistegak lurus sampaiplantar pedis

Meteran Mengukurpanjangtungkai secaralangsungdenganmeteran secarategak lurus

Numerical sesuai hasilpengukuran(dalam satuancentimeter)

Usia Umur partisipan padasaat pengambilan databerada dalam rentangumur 18-30 tahun

Kuisioner Wawancara Nominal Ya/Tidak

JenisKelamin

Semua partisipanberjenis kelamin laki-laki

Kuisioner Wawancara Nominal Ya/Tidak

34

3.4 Hipotesis

Terdapat hubungan antara tinggi arcus pedis dengan kecepatan lari sprint

100 meter pada komunitas lari indorunners makassar dengan indeks massa tubuh

overweight

35

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain analitik observational. Pada penelitian

ini, peneliti akan melihat ada hubungan tinggi arcus pedis dengan kecepatan lari

sprint 100 meter pada komunitas lari indorunners makassar dengan indeks massa

tubuh overweight

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di salah satu club lari terbesar di Kota

Makassar, Sulawesi Selatan yaitu Indorunners dan analisis sampel dilakukan di

Universitas Hasanuddin. Penelitian ini dilakukan dalam waktu 3 bulan.

4.3 Variabel

4.3.1 Variabel dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah tinggi arcus pedis

4.3.2 Variabel independen

Variabel independen pada penelitian ini adalah kecepatan lari sprint 100

meter pada komunitas lari indorunners makassar dengan indeks massa tubuh

overweight

36

4.4 Populasi dan Sampel

4.4.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah komunitas lari Indorunners di Kota

Makassar, Sulawesi Selatan.

4.4.2 Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah 10 orang atlet lari Indorunners di

Kota Makassar yang dipilih dengan melihat kriteria inklusif dan ekslusi,

yang dianggap mewakili populasinya.

4.4.3 Teknik Sampling

Cara pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik total

sampling.

4.5 Kriteria Sampel

4.5.1 Kriteria Inklusi

a. Atlet lari Indorunner di Kota Makassar, Sulawesi Selatan yang bersedia

mengikuti penelitian

b. Indeks massa tubuh overweight

c. panjang tungkai berada dalam nilai normal yaitu 83-105 cm

d. jenis kelamin laki-laki.

e. Umur 18-30 tahun

37

4.5.2 Kriteria Eksklusi

a. Atlet yang tidak aktif mengikuti kegiatan latihan

b. Atlet yang mempunyai gangguan struktur anatomi pada ekstremitas

bawah

c. Atlet berjenis kelamin wanita

d. Atlet yang memiliki kelainan kardiovaskular, saluran nafas, penyakit

neurologis, dan gangguan psikiatri

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Sampel berupa tinggi arcus pedis atlet lari Indorunners di Kota Makassar,

Sulawesi Selatan

2. Sampel berupa kecepatan lari sprint 100 meter atlet lari Indorunners di

Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

3. Sampel berupa indeks massa tubuh dari setiap atlet

4. Sampel berupa panjang tungkai dari setiap atlet

5. Instrumen yang akan digunakan dalam pengambilan sampel tinggi arcus :

a. 2 buah mistar dengan panjang 30 cm

b. 1 buah spidol hitam

6. Instrumen yang akan digunakan dalam pengambilan sampel kecepatan

lari :

a. Stopwatch

b. Peluit

38

c. Star Blok

7. Instrumen yang akan digunakan dalam pengambilan sampel indeks

massa tubuh :

a. Weight Scale

b. Height Scale

8. Instrumen yang akan digunakan dalam pengambilan sampel panjang

tungkai :

a. Meteran

9. Peralatan penunjang lainnya :

a. LintasanLari

b. Alat dokumentasi

c. Bingkisan hadiah

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan penelitian, dilakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Peneliti menyusun proposal penelitian.

2. Peneliti mengajukan proposal kepada pembimbing.

3. Peneliti mengusulkan perizinan berupa izin etik penelitian dan perizinan

pengambilan sampel penelitian di lokasi pengambilan sampel.

4. Peneliti mempersiapkan instrumen penelitian untuk pengambilan

sampel penelitian.

39

5. Peneliti mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam

analisis sampel penelitian.

4.7.2 Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Peneliti mengunjungi komunitas lari yang telah ditetapkan sebagai

subjek pengambilan sampel.

2. Peneliti melakukan sosialisasi dan pengambilan data identitas dari atlet

yang akan dilakukan penelitian.

3. Peneliti menjelaskan prosedur pengambilan sampel yang benar

4. Peneliti meminta kesediaan partisipan untuk mengambil sampel data

berupa tinggi arcus pedis,indek massa tubuh,panjang tungkai dan

kecepatan lari secara beruntun.

5. Mencacat hasil observasi dan melakukan analisis data.

4.7.3 Tahap Pelaporan

Pada tahap pelaporan penelitian, dilakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Peneliti mengumpulkan data hasil pemeriksaan

2. Peneliti melakukan pengolahan dan penyajian data hasil penelitian

3. Peneliti melakukan evaluasi dan pembahasan hasil data penelitian

bersama pembimbing.

4. Penulis melakukan penarikan kesimpulan dan saran dari penelitian

40

5. Peneliti menyusun laporan penelitian

6. Peneliti mencetak hasil penelitian

7. Peneliti membuat publikasi penelitian

4.8 Cara Pengumpulan Data

Berdasarkan cara memperoleh data, jenis data yang dikumpulkan pada

penelitian ini adalah data primer, yaitu berupa hubungan tinggi arcus pedis dengan

kecepatan lari sprint 100 meter pada komunitas lari indorunners makassar dengan

indeks massa tubuh overweight

4.9 Pengolahan dan Penyajian Data

4.9.1 Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

bantuan komputer memakai program software IBM SPSS Statistik 21.

4.9.2 Penyajian Data

Data yang telah diolah, disajikan dalam bentuk tabel distribusi disertai

penjelasan yang disusun dalam bentuk narasi.

41

4.10 Etika Penelitian

1. Sebelum melakukan penelitian maka peneliti akan meminta izin pada

beberapa institusi terkait.

2. Setiap subjek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh

dari hasil tes dengan tidak menuliskan nama pasien, tetapi hanya berupa

inisial.

42

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pengambilan data untuk penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2017

di Komunitas Indorunners Kota Makassar, dengan mengambil sampel pria usia

18-30 tahun sebanyak 9 orang. Kemudian dilakukan pengukuran IMT, panjang

tungkai,tinggi arcus pedis, dan uji sprint 100 meter kepada setiap sampel.

5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Jenis Kelamin

Dari sampel sebanyak 9 orang, semua sampel tersebut berjenis kelamin

pria.

5.2.2 Berat Badan

Berdasarkan pengambilan data, berat badan dari 9 sampel yang diambil

memiliki berbagai macam variasi nilai yang dicantumkan pada tabel berikut :

NAMA BB(Kg)

DP 63

CCW 64

AIR 64

RI 66,5

AA 68

SW 69

AP 71

AN 74,5

MAR 79,5

43

Tabel 5.1. Distribusi sampel berdasarkan berat badan

Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, dapat diketahui bahwa dari 9 sampel, terdapat

berbagai variasi nilai berat badan dengan nilai terendah 63 Kg dan nilai tertinggi

79,5 Kg.

44

5.2.3 Tinggi Badan

Berdasarkan pengambilan data, tinggi badan dari 9 sampel yang diambil

memiliki berbagai macam variasi nilai yang dicantumkan pada tabel berikut :

NAMA TB(cm)

DP 162,5

CCW 164

RI 164

AIR 165

AA 165,7

AP 169

AN 173

SW 173,5

MAR 179

Tabel 5.2. Distribusi sampel berdasarkan tinggi badan

Berdasarkan Tabel 5.2 di atas, dapat diketahui bahwa dari 9 sampel, terdapat

berbagai variasi nilai tinggi badan dengan nilai terendah 162,5 cm dan nilai

tertinggi 179 cm.

45

5.2.4 Umur

Berdasarkan pengambilan data, umur dari 32 sampel yang diambil memiliki

berbagai macam variasi nilai yang dicantumkan pada tabel berikut :

Tabel 5.3. Distribusi sampel berdasarkan umur

Berdasarkan Tabel 5.3 di atas, dapat diketahui bahwa dari 9 sampel, terdapat

berbagai variasi umur dengan nilai terendah 20 tahun dan nilai tertinggi 30 tahun.

NAMA Umur(tahun)

AP 20

AA 24

AN 24

CCW 25

MAR 25

AIR 26

RI 27

DP 30

SW 30

46

5.2.5 Panjang Tungkai

Berdasarkan pengambilan data, panjang tungkai dari 9 sampel yang diambil

memiliki berbagai macam variasi nilai yang dicantumkan pada tabel berikut :

Tabel 5.4. Distribusi sampel berdasarkan panjang tungkai

Berdasarkan Tabel 5.4 di atas, dapat diketahui bahwa dari 9 sampel,

terdapat berbagai variasi umur dengan nilai terendah 83 cm dan nilai tertinggi 96

cm.

NAMA PT(cm)

CCW 83

RI 83

DP 83

AIR 84

AA 86

AP 90

AN 90

SW 93

MAR 96

47

5.2.6 Tinggi arcus pedis metode AHI

Berdasarkan pengambilan data, panjang tungkai dari 9 sampel yang diambil

memiliki berbagai macam variasi nilai yang dicantumkan pada tabel berikut :

Tabel 5.5. Distribusi sampel berdasarkan tinggi arcus pedis

Berdasarkan Tabel 5.5 di atas, dapat diketahui bahwa dari 9 sampel,

terdapat berbagai variasi nilai ketinggian arcus pedis dengan nilai terendah

0,32967 dan nilai tertinggi 0,423529.

NAMA AHI

AP 0,32967

DP 0,360656

RI 0,368421

SW 0,368421

AA 0,37037

MAR 0,378378

AN 0,388298

AIR 0,411765

CCW 0,423529

48

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Tinggi arcus pedis terhadap kecepatan lari

Hasil analisis hubungan tinggi arcus pedis terhadap kecepatan lari dengan uji

chi square dijelaskan pada Tabel 5.6

Tabel 5.6. hubungan tinggi arcus pedis terhadap kecepatan lari

Didapatkan sampel sebanyak 9 orang yang dilakukan uji lari setelah

pengukuran beberapa variabel lainnya. Hasil analisis chi square didapatkan nilai

p=0,243 yang berarti tinggi arcus pedis tidak memiliki hubungan dengan

kecepatan lari.

48

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Tinggi arcus pedis terhadap kecepatan lari

Hasil analisis hubungan tinggi arcus pedis terhadap kecepatan lari dengan uji

chi square dijelaskan pada Tabel 5.6

Tabel 5.6. hubungan tinggi arcus pedis terhadap kecepatan lari

Didapatkan sampel sebanyak 9 orang yang dilakukan uji lari setelah

pengukuran beberapa variabel lainnya. Hasil analisis chi square didapatkan nilai

p=0,243 yang berarti tinggi arcus pedis tidak memiliki hubungan dengan

kecepatan lari.

48

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Tinggi arcus pedis terhadap kecepatan lari

Hasil analisis hubungan tinggi arcus pedis terhadap kecepatan lari dengan uji

chi square dijelaskan pada Tabel 5.6

Tabel 5.6. hubungan tinggi arcus pedis terhadap kecepatan lari

Didapatkan sampel sebanyak 9 orang yang dilakukan uji lari setelah

pengukuran beberapa variabel lainnya. Hasil analisis chi square didapatkan nilai

p=0,243 yang berarti tinggi arcus pedis tidak memiliki hubungan dengan

kecepatan lari.

49

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Pengaruh Tinggi Arcus Pedis Terhadap Kecepatan Lari Sprint 100

Meter

Lari 100 meter merupakan salah satu nomor sprint dalam atletik yang juga

memerlukan pembinaan yang serius agar dapat berprestasi. Dalam pembinaan

atlet lari 100 m, komponen biomotor, yaitu kekuatan, daya tahan, kecepatan,

kelentukan dan koordinasi (keseimbangan) merupakan komponen kemampuan lari

yang optimal, komponen tersebut harus saling mendukung. Lari 100 m berbeda

dengan lari 200 m dan 400 m, karena lari 100 meter harus dilakukan dengan

kecepatan maksimal sepanjang atau sepenuh jarak itu (IAAF, 2001).

Adapun faktor yang mempengaruhi kecepatan lari dapat dikelompokkan

menjadi 2 yaitu, faktor internal (genetik, umur, indeks massa tubuh, jenis kelamin,

metabolisme energi, faktor medis, panjang tungkai, dan arcus pedis) dan faktor

eksternal (suhu dan kelembapan, arah dan kecepatan angin, ketinggian tempat,

asupan makanan, dan latihan).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan data yang bervariasi mengenai

hubungan tinggi arcus pedis terhadap kecepatan lari. Terbukti dengan adanya data

sampel yang menunjukkan nilai arcus pedis yang tinggi dengan kecepatan lari

yang tinggi namun ada pula yang kecepatan larinya rendah. Selain itu, pada

analisis bivariat dengan uji chi square, terbukti secara statistik tinggi arcus pedis

tidak berpengaruh signifikan terhadap kcepatan lari p = 0,243.

50

Hasil tersebut tidak sejalan dengan tulisan Franco a Hicks “Pes cavus and

pes planus. Analyses and treatment” tentang fungsi arcus pedis sebagai pegas.

Fungsi tersebut ditunjang oleh 3 mekanisme, yaitu:

1. Penyerapan tekanan sekitar 60% dari distribusi berat tubuh

2. Pendataran arcus longitudinalis medialis untuk menyerap distribusi berat

tubuh

3. Daya tolak antara kaki dengan tanah saat berlari

Fungsi inilah yang berpengaruh terhadap kecepatan lari.

Namun pada penelitian lain sebelumnya, ada beberapa faktor lain yang

berperan dalam kecepatan lari, yaitu panjang tungkai dan teknik start.

Yusup Hadisasmita & Aip Syarifudin (1996:73) menyatakan bahwa

keuntungan kaki yang panjang adalah dimungkinkan bertambahnya panjang

langkah. Pendapat lain dikemukakan Soedarminto (1996:40) yang menyatakan

bahwa makin panjang pengungkit makin besar pula usaha yang digunakan untuk

mengayun. Ukuran panjang tungkai yang dimiliki pelari memberikan sumbangan

bagi pelari khususnya untuk mendapatkan panjang langkah. Kecepatan lari sangat

tergantung pada frekuensi dan panjang langkah. Hay (1985:395) menyatakan

bahwa, faktor utama yang menentukan kecepatan lari adalah panjang langkah dan

frekuensi langkah.

Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari jarak pendek, dimana pelari

harus berlari dengan sekencangkencangnya dalam jarak 100 meter. Kunci pertama

yang harus dikuasai oleh pelari cepat atau spint adalah start. Keterlambatan atau

ketidaktelitian pada waktu melakukan start sangat merugikan seorang pelari cepat

51

atau sprinter. Oleh sebab itu, cara melakukan start yang baik harus benar-benar

diperhatikan dan dipelajari serta dilatih secermat mungkin. Kebutuhan utama

untuk lari jarak pendek adalah kecepatan, yang dihasilkan dari dorongan badan ke

depan (Winata, 2009).

52

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

hubungan tinggi arcus pedis terhadap kecepatan lari sprint 100 meter pada

komunitas lari Indorunner Makassar secara statistik tidak memiliki hubungan.

7.2 Saran

1. Perlu adanya waktu yang cukup lama dalam melakukan penelitiaan

selanjutnya mengingat sampel yang di dapatkan masih memiliki IMT

yang bervariasi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang

lebih besar dan faktor-faktor lain yang lebih rinci sehingga bisa

menggambarkan hubungan tinggi arcus pedis terhadap kecepatan lari

yang lebih representatif

53

DAFTAR PUSTAKA

Amin AA. Aspek Kinesiologi Pada Pelari Sprint. 2014;p 10.

Butler RJ, Davis IS, Hamill J. Interaction of arch type and footwear on running

mechanics. Am J Sports Med 2006;34:1998e2005.

Franco a H. Pes cavus and pes planus. Analyses and treatment. Phys Ther.

1987;67(5):p 688–94.

Giovanni CD, Greisberg J. Foot and Ankle: Core Knowledge inOrthopaedics.

Elsevier Mosby. 2007.

Gray H. Gray’s Anatomy . 41st ed. Standring S, editor. The Anatomical Record.

London: Elsevier Health Sciences; 2016. p 1421-39.

Hay, J.G. 1985. The Biomechanics of Sports Techniques. Prentice-Hall :

University of Iowa.

IAAF.(2001). Start, Sprint, Estafet dan Lari Gawang. Monaco: IAAF.

Idris FH. Filogeni dan Ontogeni Lengkung Kaki Manusia, Majalah Kedokteran

Indonesia. Jakarta: Departemen Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik,

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Dr. Cipto

Mangunkusumo. 2010.

Jahss MH. Evaluation of the Cavus Foot for Orthopedic Treatment. Clin Orthop

Relat Res 1983; 181: 52-63

Lutfie SH. Hubungan antara Derajat Lengkung Kaki dengan Tingkat Kemampuan

Endurans pada Calon Jemaah Haji. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, UIN (Universitas Negeri Islam) Syarif Hidayatullah. 2007.

52

54

McRae, Ronald. Clinical Orthopaedic Examination, Edisi 4. Edinburgh: Churchill

Livingstone. 1998.

Miller C. What Type of Shoes do You Wear. 2010.

Mochamad Djuminar. (2004). Gerak-Gerak Dasar Atletik Dalam Bermain.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Moore KL, Agur AMR, Dalley AF. Essential Clinical Anatomy – Fourth Edition.

7th ed. Physical Therapy. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2010. p 647-68.

Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jilid 1. Jakarta:

Erlangga

Mutohir & Maksum, 2007 . Metedologi penelitian dalam

olahraga.Surabaya.Unesa

Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 5th ed. Tharmapalan S, editor. Singapore:

Saunders Elsevier; 2011. p 511.

Novacheck T. Review paper: The biomechanics of running. Gait Posture.1998;7:p

77–95.

Novelia A. Gambaran Pengetahuan Ibu-Ibu Tentang Kesegaran Jasmani Pada

Ikatan Keluarga Besar Ibu-Ibu Kebun Sei Rokan PT Perkebunan Nusantara

V Pekanbaru Riau. 2010;p 4–9.

Purwadi G. Pengaruh Ensefalopati Neonatal Akibat Asfiksia Neonatorum

Terhadap gangguan Neurologis. 2007;p 6–7.

Ramadhani, Y. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Olahraga

Dalam Perencanaan Sport Center di Semarang. Semarang : Universitas

Diponegoro.

55

Richards CJ, Card K, Song J, Hillstrom H. A novel arch height index

measurement system (AHIMS): intra- and inter-rater reliability. Proceedings

of the American Society of Biomechanics meeting Toledo, OH; 2003.

Saddock BJ, Saddock VA. Kaplan & Saddock’s Concise Textbook Of Clinical

Psychiatry. 2nd ed. Muttaqin H, Sihombing RNE, editors. Jakarta: EGC;

2004. p 21-3.

Sevilla, Consuelo G. et. al (2007). Research Methods. Rex Printing Company.

Quezon City.

Slonecker CE. Anatomy Method. 11th ed. Kist K, editor. Baltimore: Williams &

Wilkins; 1989. p 318-27.

Snell RS. Clinical Anatomy. 6th ed. Hartanto H, Listiawati E, Suryono YJ,

Susilawati, Nisa T mahatmi, Prawira J, et al., editors. Jakarta: EGC; 2000.

p 627-43.

Snell, Richard S. Anatomi Klinik. Edisi ke-6. Jakarta: EGC. 2006.

Soedarminto. 1996. Biomenika Olahraga. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Williams III DS, McClay IS. Measurements used to characterize the foot and the

medial longitudinal arch: reliability and validity. Phys Ther

2000;80:864e71.

Winata IPGA. Pemberian Pelatihan Kekuatan Ayunan Lengan (Arm Swing)

Dengan Dumbbell Meningkatkan Kecepatan Lari 100 Meter Pada Atlet

Sprint SMK Negeri 1 Denpasar. 2015;p 6–12.

Winata, Handy. 2009. Kaitan Pemakaian Sepatu Hak Tinggi dengan Lordosis

Lumbal. Jakarta: FK UKRIDA

56

Yulia R. Sistem Pernafasan Pada Manusia. 2015;p 7.

Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin. 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta :

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat JenderalPendidikan

Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Zifchock RA, Davis I, Hillstrom H, Song J. The effect of gender, age, and lateral

dominance on arch height and arch stiffness. Foot Ankle Int

2006;27:367e72.

LAMPIRAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERANKOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN

Sekretariat : Lantai 2 Gedung Laboratorium TerpaduJLJL.PERINTIS KEMERDEKAAN KAMPUS TAMALANREA KM.10, Makassar 90245

Contact Person: dr. Agussalim Bukhari. M.Med, PhD, Sp.GK (HP. 081241850850), email: [email protected]

Lampiran 2. Formulir Persetujuan setelah Penjelasan

SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat:

Setelah mendapatkan penjelasan secukupnya dari peneliti, serta menyadari manfaatdari penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul:

“Hubungan Tinggi Arcus Pedis Dengan Kecepatan Lari Sprint 100 Meter PadaKomunitas Lari Indorunners Makassar Dengan Indeks Massa Tubuh Overweight”

Dengan sukarela dan tanpa paksaan menyetujui untuk ikut serta dalam penelitian inidengan catatan bila suatu saat merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkanpersetujuan ini serta berhak untuk mengundurkan diri.

Makassar, 2017

Responden

( )

Saksi 1 : Saksi 2 :

( ) ( )

Penanggung Jawab, Peneliti UtamaNama : IqraAlamat : BTP Blok M1 No.90No.hp : 085230821012

DATA HASIL PENELITIAN

NAMA Umur BeratBadan TinggiBadan PanjangTungkai 1 2 3 AHI UjiLari IMT

ED 22 56 164 83 25 18.9 6.5 0.343915 17.30 Normal

AA 24 68 165.7 86 25 18.9 7 0.37037 15.74 Overweight

AN 24 74.5 173 90 25 18.8 7.3 0.388298 18.38 Overweight

DP 30 63 162.5 83 24.5 18.3 6.6 0.360656 15.98 Overweight

MA 23 48 160.7 85 24 17.1 6 0.350877 18.49 Normal

CCW 25 64 164 83 23 17 7.2 0.423529 17.14 Overweight

GM 31 71 164 89 25 18.9 6.4 0.338624 18.31 OBES I

JS 27 79 169 87 24.5 18.2 6.8 0.373626 16.43 OBES I

AR 28 56 163.2 85 25 18.8 6 0.319149 15.32 Normal

ZA 21 51 172 91 25.5 18.3 6.5 0.355191 16.06 Underweight

FN 21 51 166.3 92 24.5 18 7 0.388889 13.78 Normal

MR 25 56 163.2 87 24 17.3 7.5 0.433526 16.01 Normal

SW 30 69 173.5 93 27 19 7 0.368421 21.14 Overweight

YB 18 53 161 84 24 17.2 6.5 0.377907 13.97 Normal

RF 25 79 167.5 96 24.5 18 7 0.388889 18.97 OBES I

MAR 25 79.5 179 96 26 18.5 7 0.378378 16.68 Overweight

PA 18 66 176 97 27.5 19.4 7 0.360825 15.31 Normal

AP 20 71 169 90 25.5 18.2 6 0.32967 17.68 Overweight

MN 19 61 168 92 24.5 18 6.5 0.361111 16.06 Normal

IR 25 55 168 93.5 26 18.5 7 0.378378 15.64 Normal

SS 30 66 171 93 26.3 19 7 0.368421 16.08 Normal

AIA 19 54.2 172 97 24.3 18 6.3 0.35 12.85 Underweight

RA 28 53.5 162.6 84 26 18.5 7.5 0.405405 13.42 Normal

RH 21 50.7 171.1 91 24.3 17.5 6.2 0.354286 16.73 Underweight

HS 21 63.8 170.9 91 25.5 18.2 8 0.43956 13.72 Normal

RI 27 66.5 164 83 25 19 7 0.368421 16.88 Overweight

FR 23 79.9 161.1 84 24.7 18.5 6.5 0.351351 15.13 OBES II

SM 19 85.6 164.7 89 24.5 18 7 0.388889 17.30 OBES II

WP 24 62.6 166.7 90 24.5 18 6.5 0.361111 14.49 Normal

KM 24 45 164 84 26 17.2 6.5 0.377907 13.14 Underweight

AIR 26 64 165 84 23 17 7 0.411765 14.56 Overweight

AT 27 77 160 84 24.6 18.4 6.5 0.353261 17.20 OBES II

HASIL UJI STATISTIK

FOTO DOKUMENTASI

SURAT KETERANGAN

TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

a. Nama : Ray Ariyansyah

b. Jabatan : Kapten Komunitas Lari Indorunners

Menerangkan bahwa:

Nama : Iqra

NIM : C111 14 022

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

Benar telah melaksanakan penelitian mulai dari tanggal 14-17 Oktober 2017 diKomunitas Lari Indorunners Makassar untuk menyusun skripsi dengan judul“Hubungan Tinggi Arcus Pedis Dengan Kecepatan Lari Sprint 100 Meter PadaKomunitas Lari Indorunners Makassar Dengan Indeks Massa TubuhOverweight”.

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Makassar, 20 November 2017

Kapten Komunitas Lari Indorunners,

Ray Ariyansyah

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KEDOKTERANKOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN

Sekretariat : Lantai 2 Gedung Laboratorium TerpaduJLJL.PERINTIS KEMERDEKAAN KAMPUS TAMALANREA KM.10, Makassar 90245

Contact Person: dr. Agussalim Bukhari. M.Med, PhD, Sp.GK (HP. 081241850850), email: [email protected]

Lampiran 4. Biodata lengkap peneliti utama

BIODATA PENELITI

I. Identitas Diri

1. Nama lengkap Iqra

2. Jenis kelamin Laki-laki

3. Program studi Pendidikan Dokter

4. NIM C11114022

5. Tempat dan tanggal lahir Palopo, 29 Januari 1996

6. E-mail [email protected]

7. Nomor Telepon/HP 085230821012

8. Alamat BTP blok M1 No.90

II. Riwayat pendidikan

SD SMP SMA

Nama instansi SD Negeri 80Lalebbata Kota

Palopo

SMP Negeri 1Kota Palopo

SMA Negeri 1 KotaPalopo

Jurusan - - International

Tahun masuk-lulus 2002-2008 2008-2011 2011-2014

III. Pengalaman organisasi

No Nama organisasi

1. Medical Muslim Family FK Unhas

2. Medical Basketball Club FK Unhas

3. Hipocrates Football Club FK Unhas

4. UKM catur Universitas Hasanuddin