Lapsus Psikiatri Ira

32
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA NASKAH LAPORAN KASUS GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT MULTIPEL GANGGUAN SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK OLEH : Zakiyyatun Humairah H1A 008 030 PEMBIMBING : dr. Yolly Dahlia, Sp.KJ 0

description

lapsus

Transcript of Lapsus Psikiatri Ira

Page 1: Lapsus Psikiatri Ira

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU PENYAKIT JIWA

NASKAH LAPORAN KASUSGANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT MULTIPEL

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK

OLEH :

Zakiyyatun Humairah

H1A 008 030

PEMBIMBING :

dr. Yolly Dahlia, Sp.KJ

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU PENYAKIT JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NTB

TAHUN 2014

0

Page 2: Lapsus Psikiatri Ira

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. ID

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 23 tahun

Agama : Islam

Suku : Sasak

Pendidikan : Tidak tamat SD

Pekerjaan : Tukang parkir

Status Pernikahan : Belum Menikah

Alamat : Pagesangan Barat, Mataram.

Pasien masuk rumah sakit tanggal 11 Juni 2014, diantar oleh kelima orang temanya. Ini

merupakan ketiga kalinya pasien dirawat inap di RSJP

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Data diperoleh dari:

Autoanamnesis pada tanggal 14, 15, dan 17 Juni 2014

Alloanamnesis dari:

o Tn.A, teman dekat pasien, berusia 26 tahun, tamat SD, seorang tukang

parkir, teman sekampung, pada tanggal 11 dan 12 Juni 2014

Catatan Rekam Medik

A. Keluhan Utama :

Menari-nari di depan toko niaga

B. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien dibawa ke IGD RSJ Provinsi NTB dengan keluhan menari-nari sendiri

didepan umum didepan toko Niaga dua hari sebelum MRS. Pasien mengatakan

dirinya dibawa oleh temannya ke RSJ karena perilakunya yang menari-nari didepan

toko niaga. Manurut pasien ia menari didepan toko niaga karena merasa sangat

senang berhasil mengalahkan musuhnya ketika ia berkelahi. Pada waktu itu pasien

juga baru saja mengkonsumsi sabu-sabu yang didapatkan dari temannya yang baru

1

Page 3: Lapsus Psikiatri Ira

keluar dari penjara. Sehingga sebenarnya menurut pasien dirinya tidak perlu dibawa

ke RSJ karena perbuatannya tersebut merupakan hal yang wajar.

Pasien dikeluhkan mulai beperilaku aneh sejak ± 3 minggu terakhir. Pasien

sering berbicara sendiri seolah-olah sedang berbicara dengan orang lain. Menurut

teman yang mengantarnya, apa yang dibicarakan oleh pasien tidak nyambung. Pasien

sering bercerita hal aneh atau hal yang tidak mungkin, seperti berbicara tentang

kemampuannya ‘berjalan di atas air, dapat membaca pikiran, kebal terhadap pukulan,

mendengar suara Allah SWT, dan sering bertemu dan berbicara dengan bidadari.

Pasien juga dikeluhkan sering keluyuran di sekitar kampung, bahkan kadang-

kadang keluyuran ke tempat yang lebih jauh dari kampungnya dan tidak pulang-

pulang. Dua minggu terakhir pasien tidak bisa tidur. Pasien lebih banyak mondar-

mandir dan kalaupun berada di dalam kamar, kebanyakan berbicara sendiri, tertawa

sendiri atau menari-nari sendiri di dalam kamar.

Menurut teman pasien, pasien tidak pernah terlihat menyendiri, mengurung

diri, tampak sedih, dan murung sebelumnya.Teman pasien menyangkal jika pasien

sering mengamuk, ataupun berusaha mencelakakan anggota keluarganya. Hanya saja,

pasien terkadang lebih cepat tersinggung dan marah. Terakhir kali pasien berkelahi

dengan pemuda disekitar pasien bekerja. Beberapa hari terakhir, pasien tidak bisa

mengurus dirinya sendiri seperti mandi sendiri, namun makan dan minum sendiri

masih bisa.

Pasien juga mengaku terkadang dapat mendengar suara Allah yang

mengajarkan kepadanya ilmu dan menasehatinya untuk tidak sombong dengan ilmu

yang dimilikinya, suara tersebut biasanya pasien dengar menjelang tidur. Pasien juga

dapat melihat bidadari yang menggunakan baju adat sasak yang seringkali muncul

terutama ketika pasien akan tidur dan ketika pasien sedang sendirian. Bidadari

tersebut sering menasehati pasien agar ‘tidak sombong karena memiliki ilmu yang

tidak dimiliki orang lain’. Bidadari tersebut juga selalu melindungi pasien dari niat

jahat orang dan bencana yang dapat menimpa pasien.

Pasien mengaku memiliki beberapa keahlian yang tidak dimiliki oleh orang

lain, yaitu dapat berjalan diatas air dengan menggunakan baju serba putih. Pasien juga

dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, teman-teman sekamar pasien banyak

yang sembuh dari penyakitnya karena keahlian pasien tersebut. Pasien juga memiliki

ilmu kebal, ketika beberapa kali ia berkelahi dengan temannya dia tidak terluka

2

Page 4: Lapsus Psikiatri Ira

sedikitpun. Ilmu kebal tersebut pasien miliki sejak kecil, waktu kecil pasien pernah

ditusuk dengan pisau namun pasien masih hidup dan tidak terluka sedikitpun.

Pasien juga memiliki keinginan apabila gajinya sebagai ‘bodyguard’ yang

berupa emas sudah mencair sebanyak 10 juta, ia akan membantu orang-orang

disekitarnya yang membutuhkan, karena pasien yakin, suatu saat ketika ia mengalami

kesulitan ia akan mendapat bantuan juga dari orang-orang yang telah dibantunya

tersebut.

Selama dibangsal perawatan pasien mengaku merasa senang, namun

terkadang pasien merasa sedih karena selama pasien di rawat, kedua orangtua dan

saudara tirinya tidak ada yang datang untuk menjenguknya. Hanya teman-teman yang

pertama kali membawa pasien ke UGD yang sesekali menjunguk pasien. Pasien

merasa keluarganya tidak peduli terhadap pasien.

Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 11 Juni 2014, selama 5 hari pertama

perawatan, pasien masih sering menunjukkan sikap yang kooperatif, gelisah, banyak

bicara, merasa diri paling hebat, emosinya cepat tersulut dan meningkat, mudah

tersinggung, dan bahkan pernah memukul beberapa pasien lain yang berada di

bangsal perawatan yang sama dengan pasien. Pasien juga tidak dapat memusatkan

perhatian pada saat wawancara.

Riwayat Penyakit Dahulu :

1) Riwayat Gangguan Psikiatri

Pasien mengalami keluhan serupa sejak tahun 2012 dan sempat dibawa

berobat ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB pada bulan Agustus tahun 2013

dengan keluhan suka menari-nari sendiri, berbicara dan tertawa sendiri, telanjang,

mengamuk dan mengatakan bahwa dirinya memiliki kemampuan berjalan diatas

air dan dapat berbicara dengan Allah SWT. Pasien waktu itu dirawat selama 2

bulan dan kemudian dipulangkan dan berobat jalan.

Tujuh bulan kemudian karena putus berobat selama 1 bulan pasien kembali

dibawa ke RSJ Provinsi NTB pada bulan Maret 2014 dengan keluhan yang sama,

pasien dirawat selama satu bulan kemudian dipulangkan dan berobat jalan.

Tiga bulan kemudian pasien kembali MRS yang ketiga (sekarang). Satu bulan

sebelum MRS pasien mengkonsumsi obat dari puskesmas dalam jumlah yang

lebih banyak dari semestinya, tiap satu jenis obat pasien konsumsi sebanyak 5

3

Page 5: Lapsus Psikiatri Ira

butir, menurut teman pasien hal itulah yang menyebabkan kekambuhan

(perubahan perilaku) pada pasien.

2) Riwayat Gangguan Medis

Pasien belum pernah menderita penyakit medik berat yang mengharuskannya

dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis berhubungan dengan keadaan

pasien saat ini. Riwayat tekanan darah tinggi (-), sesak napas atau asma (-),

trauma kepala (-), epilepsi (-).

3) Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat Lain

Pasien adalah seorang pengguna zat psikoaktif sejak kelas 5 SD. Sebelum

kelas 5 SD pun pasien sudah mulai mencoba-coba, namun menjadi rutin

menggunakan zat tersebut sejak kelas 5 SD. Menurut pengakuan pasien, zat yang

digunakan antara lain adalah shabu, ganja, tramadol dan dekstros (DMP), triheks,

haloperidol, jamur sapi, dan zat lainnya yang disuntikkan (“nyipet”). Pasien

mengatakan hampir setiap hari mengkonsumsi zat-zat tersebut. Ia

mendapatkannya dengan membeli pada teman-temannya dan kadang juga

diberikan gratis oleh teman-teman yang juga menggunakan. Ia membeli dengan

harga sekitaran Rp.10.000. Uang untuk membelinya ia dapatkan dari menodong

teman-temannya dan kadang-kadang mencuri.

Pasien mengatakan awalnya mengkonsumsi sekitar 10 tablet obat (DMP,

Tramadol) dan 1 gram shabu untuk mendapatkan efek dari zat-zat tersebut,

namun semakin lama dan beberapa bulan terakhir, pasien mengkonsumsi lebih

banyak dari biasanya. Pasien menambah 10 tablet jika efek belum dirasakan,

begitu seterusnya hingga terkahir pasien mengkonsumsi 100 tablet DMP ataupun

tramadol. Pasien merasa puas, berenergi dan senang jika sudah mengkonsumsi

obat-obatan tersebut, dan sangat gelisah, gemetar atau pusing jika tidak

menggunakan. Selain penggunaan zat-zat tersebut, pasien juga merupakan

perokok aktif dan peminum alkohol.

Terakhir kali pasien mengkonsumsi sabu-sabu pada dua hari sebelum masuk

rumah sakit.

C. Riwayat Kehidupan Pribadi :

1) Masa Prenatal dan Perinatal

Pasien merupakan anak tunggal. Pasien merupakan anak yang diharapkan dan

kelahirannya membawa kegembiraan dalam keluarga. Kondisi ibu pada saat 4

Page 6: Lapsus Psikiatri Ira

mengandung pasien dalam keadaan sehat, tidak mengalami masalah emosional

yang bermakna, penyakit fisik yang serius, dan tidak mengkonsumsi obat-obatan

yang bersifat toksik pada saat kehamilan dan saat nifas. Pasien lahir cukup bulan

dengan berat badan cukup dan langsung menangis. Kelahirannya ditolong oleh

bidan desa. Proses kelahiran pasien normal dan tidak ada komplikasi. Setelah

lahir, pasien tinggal dan dibesarkan oleh orang tuanya hingga masa anak-anak

kemudian tidanggal bersama ayah, ibu tiri dan saudara tirinya setelah orang

tuanya bercerai.

2) Masa Kanak Awal (0-3 tahun)

Pasien tumbuh dan berkembang sehat seperti anak lain. Pasien diasuh oleh

kedua orangtuanya sampai kedua orang tuanya bercerai. Pasien ditinggalkan oleh

ibu kandungnya saat pasien berusia 8 bulan. Setelah nya pasien dirawat oleh ibu

tirinya.

3) Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)

Pasien tampak sebagai pribadi yang ceria, memiliki banyak teman. Pasien

tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lain. Pasien dapat bermain dan

bersekolah seperti anak-anak yang lain hingga kelas 5 SD sebelum pasien

dikeluarkan dari sekolah akibat menggunakan narkoba. Pasien sebelumnya tidak

pernah tinggal kelas. Pergaulan dengan teman seusianya cukup baik. Pasien

memiliki banyak teman. Hubungan pasien dengan ayahnya serta ibu tiri dan

saudara tirinya cukup baik, walaupun menurut tetangga pasien, pasien kurang

mendapat perhatian dari keluarganya tersebut, sehingga pasien lebih banyak

menghabiskan waktunya diluar rumah bersama teman-temanya dijalanan atau pun

dirumah temannya. Pasien pulang kerumah hanya dua kali sebulan.

4) Masa Kanak Akhir dan Remaja

Selama masih bersekolah hingga kelas 5 SD, pasien dapat bergaul dengan

baik, memiliki cukup banyak teman sebaya dan memiliki beberapa teman akrab.

Pasien termasuk anak yang cukup tertutup. Dan saat kelas 5 SD itu, pasien

dikeluarkan dari sekolah karena ketauan menggunakan narkoba. Pasien mengaku

beberapa kali pernah berpacaran. Hubungan pasien dengan bapak, ibu tiri dan

saudara tirinya baik. Pasien dapat bertemu dengan ibu kandungnya pada saat

pasien berusia 18 tahun. Namun setelahnya pasien jarang menghubungi ibu

5

Page 7: Lapsus Psikiatri Ira

kandungnya, karena ibu kandungnya sudah memiliki keluarga baru dan suami

baru.

5) Masa Dewasa

a. Riwayat Pendidikan

Pasien tidak tamat SD karena dikeluarkan dari sekolah saat kelas 5 SD akibat

menggunakan narkoba.

b. Riwayat Pekerjaan

Pasien pernah bekerja sebagai TKI di Malaysia selama satu tahun yaitu dari

tahun 2010-2011. Pasien mengaku pasien senang bekerja di Malaysia karena

gajinya cukup besar dan selalu dibayarkan. Pasien juga menggunakan narkoba

selama di Malaysia yang diperolehnya dari teman dari Indonesia. Kemudian

sepulang dari Malaysia, pasien sempat nganggur sebelum kemudian menjadi

tukang parkir di Toko Niaga.

c. Riwayat Perkawinan

Pasien belum pernah menikah.

d. Riwayat Agama

Pasien beragama Islam, pendidikan agama didapatkan dari orang tua dan guru

Selama ini, pasien kadang-kadang beribadah dan menjalankan kewajiban

agamanya.

e. Riwayat Psikoseksual

Pendidikan seksual tidak pernah diberikan oleh orangtuanya. Pengetahuan

tentang pendidikan seksual didapat dari teman-temannya dan televisi. Pasien

belum menikah. Sepengatahuan teman dan tetangganya, pasien pernah

memiliki hubungan dekat dengan lawan jenis (pacaran), namun sudah lama

putus.

f. Aktivitas Sosial

Pasien dapat bergaul dengan cukup baik di lingkungan rumahnya, sering

mengikuti beberapa kegiatan yang pernah diadakan di lingkungan rumahnya.

Pergaulan dengan tetangganya cukup baik, walaupun pasien adalah orang yang

agak pendiam.

6

Page 8: Lapsus Psikiatri Ira

g. Riwayat Pelanggaran Hukum

Menurut pengakuan pasien, pasien pernah masuk penjara setelah terbukti

mengguakan shabu dan obat-obatan lain yang sering digunakannya.

D. Riwayat Keluarga :

Pasien adalah anak tunggal. Ayah dan ibu pasien bercerai saat berusia delapan bulan.

Setelah itu ayah pasien menikah lagi, begitu juga ibu kandung pasien menikah lagi

dengan orang lain. Sejak saat itu, pasien tinggal bersama ayahnya dan ibu tirinya.

Hingga saat ini, pasien memiliki 3 saudara tiri dari hasil pernikahan ayahnya dengan

ibu tirinya saat ini. Hubungan pasien dengan orang tua dan saudaranya yang lain

diakui pasien cukup baik. Pasien tidak pernah bertengkar dengan kakak ataupun

anggota keluarganya yang lain. Menurut tetangga pasien yang cukup dekat dengan

keluarga pasien, namun pasien jarang pulang kerumah, pasien lebih sering menginap

dirumah teman-temannya. Tidak terdapat anggota keluarga inti yang mengalami

gangguan jiwa.

Genogram Keluarga

Keterangan

Laki-laki

Perempuan

Pasien

Tinggal serumah

Sudah berpisah

7

Page 9: Lapsus Psikiatri Ira

F. Situasi Kehidupan Sekarang :

Pasien tinggal di rumah ayah pasien bersama ibu tiri dan saudara tiri pasien.

Kebutuhan hidup sehari-hari pasien dipenuhi ayah pasien yang bekerja sebagai tukang

gali sumur. Penghasilan ini dirasa belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok

sehari-hari. Namun pasien jarang pulang kerumah, pasien hanya pulang kerumah 2

kali sebulan. Pasien lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman-temannya

dan menginap dirumah teman-temannya.

G. Persepsi dan Harapan Keluarga :

Dari keterangan yang didapatkan dari teman sekaligus tetangga yang dekat

dengan keluarga pasien, orang tua dan keluarga berharap pasien dapat sembuh,

sehingga pasien dapat menjalani hidupnya dengan baik dan tidak kembali kambuh

lagi. Keluarga tidak mengerti dengan baik penyakit pasien. Faktor penyebab pasien

mengalami keluhan ini pertama kali masih belum diketahui jelas. Menurut keluarga,

pasien kumat lagi karena pasien masih mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

E. Persepsi dan Harapan Pasien :

Pasien merasa dirinya tidak mengalami gangguan ataupun sakit. Pasien merasa

tidak perlu mendapat pengobatan karena ia merasa sehat.

III. STATUS MENTAL

Berdasarkan pemeriksaan tanggal 14 Juni 2014.

A. Deskripsi Umum :

1) Penampilan

Pasien seorang laki-laki, tampak sesuai usia, perawakan sedang, penampilan rapi,

rawat diri kesan baik, baju bersih dan ekspresi wajah tampak ceria.

2) Psikomotor

Normoaktif. Saat wawancara, pasien dapat mengikuti wawancara sampai akhir,

perhatian mudah teralihkan.

3) Sikap terhadap Pemeriksa

Kooperatif, pasien dapat mengikuti wawancara dengan cukup baik.

B. Pembicaraan

Spontan, lancar, banyak (loghorea), volume sedang, intonasi cukup dan artikulasi

jelas, menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan pemeriksa.8

Page 10: Lapsus Psikiatri Ira

C. Mood dan Afek

Mood : elasi

Afek : luas

Keserasian : serasi

D. Gangguan Persepsi

Halusinasi visual (+) dan halusinasi auditorik (+) halusinasi penghidu (-),

halusinasi pengecapan (-), halusinasi taktil (-).

E. Pikiran

Proses pikir : asosiasi longgar

Isi pikir : waham kebesaran (+), waham bizzare (+).

Bentuk : tidak realistis

F. Kesadaran dan Kognisi

a. Taraf Kesadaran dan Kesiagaaan : compos mentis, baik.

b. Orientasi :

Orang kesan baik. Pasien mengenali dokter muda yang

memeriksanya, dan beberapa pasien lainnya yang berada dibangsal

Tempat kesan baik. Pasien mengetahui bahwa saat ini dia berada di

RS Jiwa Provinsi NTB.

Situasional kesan baik. Pasien dapat mengetahui saat dilakukan

wawancara dan saat itu adalah pagi hari.

c. Daya Ingat :

Jangka pendek baik. Pasien dapat mengingat menu sarapan tadi pagi

dan kemarin pagi.

Jangka panjang baik. Pasien mengingat tahun kelahirannya.

Segera baik. Pasien dapat menyebutkan kembali 3 buah benda yang

disebutkan oleh pemeriksa.

d. Konsentrasi dan Perhatian : cukup baik, pasien mampu mengikuti

wawancara dengan baik, perhatiannya tidak mudah teralih.

e. Kemampuan Membaca dan Menulis : kesan baik, pasien dapat membaca

tulisan yang ditunjukkan pemeriksa. Kemampuan menulis kesan baik, pasien

dapat menuliskan namanya dan beberapa kalimat.

9

Page 11: Lapsus Psikiatri Ira

f. Kemampuan Visuospasial : kesan baik, pasien dapat mengikuti bentuk

gambar yang dicontohkan oleh pemerksa (segitiga dan bujursangkar).

g. Pikiran Abstrak : baik, mengetahui persamaan dari beberapa benda,

misalnya jeruk, pisang, apel, dan rambutan termasuk kelompok buah-buahan.

h. Intelegensi dan kemampuan informasi: baik, pasien mengetahui siapa

presiden Indonesia dan beberapa nama ibukota di Indonesia.

G. Pengendalian Impuls

Selama wawancara, pasien dapat mengendalikan diri dengan baik, namun ada

riwayat pengendalian impuls yang terganggu saat sebelum dibawa ke RS.

H. Daya Nilai dan Tilikan

Daya Nilai Sosial : cukup baik.

Uji Daya Nilai: baik

Penilaian Daya Realita (RTA): terganggu, dengan adanya ide-ide waham

kebesaran dan waham bizzare.

Tilikan: Derajat 1. Pasien menyangkal bahwa dirinya mengalami gangguan

dan tidak membutuhkan pengobatan.

I. Taraf dapat dipercaya

Secara umum dapat dipercaya.

J. Status Internus :

Keadaan : baik

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital

o Tekanan darah : 110/70 mmHg

o Frekuensi nadi : 84 x/menit

o Frekuensi napas : 20 x/menit

o Suhu aksila : afebris

Kepala/Leher : dalam batas normal

Thorax : cor/pulmo dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Extremitas : atas dan bawah dalam batas normal

10

Page 12: Lapsus Psikiatri Ira

K. Status Neurologis :

Tanda Rangsang Meningeal : tidak ditemukan

Tanda Efek Ekstrapiramidal

o Tremor tangan : negatif

o Bradikinesia : negatif

o Cara berjalan : normal

o Keseimbangan : baik

o Rigiditas : negatif

Motorik : baik

Sensorik : baik

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Telah diperiksa seorang laki-laki berusia 23 tahun, agama Islam, suku Sasak,

saat ini bekerja sebagai tukang parkir, status belum menikah, datang dengan keluhan

utama menari-nari sendiri. Ini merupakan kali ketiga pasien rawat inap di RS Jiwa

Provinsi NTB. Pasien datang diantar oleh teman sekampungnya ke IGD RS Jiwa

Provinsi NTB dengan keluhan menari-nari sendiri didepan umum sekitar dua hari

sebelum MRS. Pasien dikeluhkan mulai beperilaku aneh sejak ± 3 minggu terakhir.

Pasien sering berbicara sendiri seolah-olah sedang berbicara dengan orang lain.

Menurut yang mengantarkannya, apa yang dibicarakan oleh pasien tidak nyambung.

Pasien sering bercerita hal aneh atau hal yang tidak mungkin, seperti berbicara

tentang ‘berjalan di atas air, membaca pikiran seseorang, melihat dan berbicara

dengan bidadari dan dapat mendengar suara Allah SWT.

Pasien juga dikeluhkan sering keluyuran di sekitar kampung, bahkan kadang-

kadang keluyuran ke tempat yang lebih jauh dari kampungnya dan tidak pulang-

pulang. Satu minggu terakhir pasien tidak tidur. Pasien lebih banyak mondar-mandir

dan kalaupun berada di dalam kamar, kebanyakan berbicara sendiri, tertawa sendiri

atau menari-nari sendiri di dalam kamar.

Menurut tetangga pasien, sebelum-sebelumnya pasien tidak pernah terlihat

menyendiri, mengurung diri, tampak sedih, dan murung. Tetangga pasien menyangkal

jika pasien sering mengamuk, ataupun berusaha mencelakakan anggota keluarganya.

Hanya saja, pasien terkadang lebih cepat tersinggung dan marah. Beberapa hari 11

Page 13: Lapsus Psikiatri Ira

terakhir, pasien tidak bisa mengurus dirinya sendiri seperti mandi sendiri, namun

makan dan minum sendiri masih bisa.

Pasien tidak mengetahui alasan pasti mengapa ia dibawa ke RSJ. Pasien

mengatakan bahwa ia dibawa oleh temannya untuk berobat, padahal ia merasa ia

baik-baik saja. Pasien menari-nari karena merasa sangat bahagia berhasil menang

ketika berkelahi dengan lawannya.

Pasien bisa berbicara dengan Tuhan, pasien mengatakan memiliki kekuatan

bisa berjalan di atas air. Ia berjalan di atas air bersama banyak bidadari-bidadari

cantik. Pasien mengatakan dapat melihat semua bidadari-bidadari tersebut dan dapat

berbicara dengan bidadari tersebut. Selain itu, pasien juga memiliki kekuatan dapat

membaca pikiran orang lain hanya dengan melihat orang tersebut.

Pasien mengatakan bahwa saat ini ia bekerja sebagai pekerja “swasta”.

Sebelumnya ia pernah bekerja sebagai TKI di Malaysia. Ia bekerja sebagai buruh di

kelapa sawit. Ia bekerja hanya satu tahun dan pulang kembali ke Indonesia. Pasien

mengatakan selama di Malaysia gajinya selalu dibayarkan.

Pasien mengalami keluhan serupa sejak tahun 2012 dan sempat dibawa berobat

ke RS Jiwa Provinsi NTB pada tahun 2013 (tidak ingat bulan apa) dengan keluhan

yang sama, tujuh bulan kemudian kembali dirawat selama satu bulan dan tiga bulan

kemudian kembali dirawat.

Sampai saat ini, keluarga pasien tidak mengetahui dengan pasti apa yang

menyebabkan pasien bisa seperti itu. Menurut sepengetahuan tetangga dan keluarga,

pasien tidak pernah punya masalah dengan orang-orang atau teman-teman di sekitar

lingkungan rumahnya selama ini. Pasien pasien mulai berperilaku aneh sejak pasien

pulang bekerja sebagai TKI di Malaysia. Pasien bekerja sebagai TKI di Malaysia

selama satu tahun yaitu dari tahun 2010-2011.

Pasien belum pernah menderita penyakit medik berat yang mengharuskannya

dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis berhubungan dengan keadaan

pasien saat ini. Riwayat tekanan darah tinggi (-), sesak napas atau asma (-), trauma

kepala (-), epilepsi (-).

Pasien adalah seorang pengguna zat psikoaktif sejak kelas 5 SD. Sebelum kelas

5 SD pun pasien sudah mulai mencoba-coba, namun menjadi rutin menggunakan zat

tersebut sejak kelas 5 SD. Menurut pengakuan pasien, zat yang digunakan antara lain

adalah shabu, ganja, tramadol, Pil Triheks, Haloperidol, dekstros (DMP), dan zat lain

12

Page 14: Lapsus Psikiatri Ira

dengan cara disuntikkan (“nyipet”). Pasien mengatakan hampir setiap hari

mengkonsumsi zat-zat tersebut. Ia mendapatkannya dengan membeli pada teman-

temannya dan kadang juga diberikan gratis oleh teman-teman yang juga

menggunakan. Ia membeli dengan harga sekitaran Rp.10.000. Uang untuk

membelinya ia dapatkan dari menodong teman-temannya dan kadang-kadang

mencuri.

Pasien mengatakan awalnya mengkonsumsi sektar 10 tablet obat (DMP,

Tramadol) dan 1 gram shabu untuk mendapatkan efek dari zat-zat tersebut, namun

semakin lama dan beberapa bulan terakhir, pasien mengkonsumsi lebih banyak dari

biasanya. Pasien menambah 10 tablet jika efek belum dirasakan, begitu seterusnya

hingga terkahir pasien mengkonsumsi 100 tablet DMP ataupun tramadol. Pasien

merasa puas dan senang jika sudah mengkonsumsi obat-obatan tersebut, dan sangat

gelisah, gemetar atau pusing jika tidak menggunakan. Selain penggunaan zat-zat

tersebut, pasien juga merupakan perokok aktif dan peminum alkohol.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan vital sign dalam batas normal, pemeriksaan

fisik umum dalam batas normal, status mental didapatkan mood elasi, halusinasi

auditorik (+), halusinasi visual (+) serta adanya waham berupa waham kebesaran dan

waham bizzare, RTA terganggu dengan tilikan derajat 1. Pemeriksaan fisik lainnya

dalam batas normal.

V. FORMULASI DIAGNOSTIK

Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik serta

status mental, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang

secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya

(disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III

dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.

Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah mengalami

trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi

otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental

organik dapat disingkirkan (F00-F09).

Pada anamnesis juga didapatkan adanya riwayat penggunaan zat psikoaktif maupun

alkohol. Zat atau obat-obatan yang digunakan antara lain shabu, ganja, pil Triheks,

Haloperidol, Dekstro (DMP), Tramadol, dan beberapa zat yang digunakan dengan cara

13

Page 15: Lapsus Psikiatri Ira

disuntikkan ke pembuluh darah (“nyipet”). Pola penggunaan zat psikoaktif benar-benar

kacau dan sembarangan sehingga diagnosis untuk aksis I adalah Gangguan mental dan

perilaku akibat penggunaan zat multipel (F19)

Dari anamnesis juga ditemukan bahwa pasien mengalami gejala manik selama dua

minggu yang bersamaan dengan gejala psikosis. Pada pemeriksaan status mental

ditemukan adanya peningkatan suasana perasaan yaitu mood elasi, serta pembicaraan yang

banyak, adanya waham kebesaran, halusinasi auditorik dan halusinasi visual sehingga

juga dapat ditegakkan diagnosis untuk aksis I adalah F25.0 Gangguan skizoafektif tipe

manik

Gangguan kepribadian yang bermakna secara klinis saat ini belum dapat

ditentukan, sehingga untuk aksis II tidak ada diagnosis

Pada pasien ini juga tidak ditemukan kondisi medis umum yang bermakna, sehingga

pada pasien ini Aksis III Tidak Ada Diagnosis.

Pada pasien ini, untuk Aksis IV ditemukan adanya beberapa masalah, antara lain

masalah keluarga, lingkungan sosial, pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi. Pasien tinggal

bersama ayah dan ibu tirinya yang menurut tetangga dekat pasien, pasien kurang mendapat

perhatian.keadaan lingkungan sosial dimana pasien bergaul bersama teman-temannya yang

juga menggunkan NAPZA, dimana hal ini dapat mempengaruhi pasien. Pasien juga

dengan tingkat pendidikan yang rendah serta pekerjaan yang termasuk dalam kategori

pekerjaan yang tidak tetap, dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan pasien tetang

bahaya zat yang digunkannya. Ditambah lagi dengan masalah ekonomi, dimana pasien

tergolong dalam keadaan ekonomi yang rendah dapat menjadi pemicu stress pada pasien

sehingga pasien memutuskan untuk menggunakan zat-zat tersebut. Masalah-masalah ini

dapat di jadikan sebagai hal yang dapat meningkatkan resiko penggunaan zat-zat

psikoaktif pada pasien ini.

Pada Aksis V GAF HLPY (highest level past year) 80-71, GAF pada saat ini adalah

60-51, gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

VI. EVALUASI MULTI AKSIAL

Aksis I : Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel (F19)

Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)

Aksis II : Tidak Ada Diagnosis

14

Page 16: Lapsus Psikiatri Ira

Aksis II : Tidak Ada Diagnosis

Aksis IV : Masalah keluarga, lingkungan sosial, pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi

Aksis V : GAF HLPY 80-71

GAF Current 60-51

VII. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologik : Ketidakseimbangan neurotransmitter.

B. Psikologis/Perilaku: Bicara sendiri, menari-nari sendiri, halusinasi auditorik (+),

halusinasi visual (+), waham (+), RTA terganggu, tilikan derajat 1.

C. Lingkungan dan Sosioekonomi :

Keluarga yang memiliki pengetahuan yang kurang serta perhatian yang kurang

terhadap penyakit atau gangguan yang diderita oleh pasien serta pengobatan yang

harus diberikan kepada pasien.

Tingkat pendidikan yang rendah serta lingkungan sosial (pergaulan) yang

tergolong kurang baik, dimana pasien diajak dan mendapatkan zat psikoaktif

tersebut dari teman-temannya.

VIII. RENCANA PENATALAKSANAAN

A. Psikofarmaka :

□ Risperidone 2 x 2 mg

□ Trihexylphenidyl 2x2 mg

□ Asam Valproate 2x250 mg

B. Psikoterapi

Kepada pasien dilakukan psikoterapi suportif berupa membina rapport, menunjukkan

empati, reassurance.

C. Psikoedukasi

Edukasi terhadap pasien :

o Memberi informasi dan edukasi pada pasien mengenai gangguan yang

diderita, dari gejala, dampak, faktor resiko, pemicu, tingkat kekambuhan,

dan tatacara dan manfaat pengobatan agar pasien tetap taat meminum obat,

dan segera berobat bila mulai timbul gejala serupa.

15

Page 17: Lapsus Psikiatri Ira

o Memberi edukasi mengenai keuntungan pengobatan sehingga pasien

termotivasi untuk minum obat secara teratur.

o Memberi edukasi pada pasien mengenai hendaya pada dirinya agar pasien

dapat menerima keadaannya.

o Memberi penjelasan pada pasien mengenai kemampuan yang dimiliki agar

pasien dapat memaksimalkan kemampuan dirinya.

o Memberi penjelasan pada pasien mengenai bahaya yang ditimbulkan oleh

penggunaan zat psikoaktif dan pentingnya usaha untuk menghentikan

penggunaan zat-zat tersebut.

Kepada keluarga dilakukan psikoedukasi :

o Memberikan penjelasan tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan

antara gejala dengan perilaku, perjalanan penyakit, serta prognosis). Pada

akhirnya diharapkan keluarga bisa menerima dan memahami keadaan pasien

serta mendukung proses penyembuhannya dan mencegah kekambuhan.

o Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien

(kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek samping yang mungkin

muncul pada pengobatan). Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien

kontrol dan minum obat secara teratur.

o Memberikan perhatian dan dukungan lebih banyak kepada pasien, serta

memotivasi pasien untuk berusaha mengehentikan dan menghindari

penggunaan zat-zat psikoaktif.

IX. PROGNOSIS

Hal yang meringankan prognosis :

1. Faktor pencetus jelas

2. Fungsi kognitif pasien masih baik

Hal yang memperburuk prognosis :

1. Insight derajat 1

2. Kurangnya pengetahuan dan perhatian keluarga pasien mengenai gangguan yang

dialami pasien.

3. Pengaruh sosial, dimana pasien dengan mudah bisa mendapatkan zat psikoaktif dari

teman-temannya.16

Page 18: Lapsus Psikiatri Ira

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka prognosis pada pasien ini adalah :

Qua ad vitam : bonam

Qua ad functionam : dubia

Qua ad sanationam : dubia

X. DISKUSI

Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik serta

status mental, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang

secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya

(disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III

dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.

Dari anamnesis juga ditemukan bahwa pasien mengalami gejala manik selama dua

minggu yang bersamaan dengan gejala psikosis. Pada pemeriksaan status mental

ditemukan adanya peningkatan suasana perasaan yaitu mood elasi, serta pembicaraan yang

banyak, adanya waham kebesaran, halusinasi auditorik dan halusinasi visual sehingga

juga dapat ditegakkan diagnosis untuk aksis I adalah F25.0 Gangguan skizoafektif tipe

manik

Pada anamnesis juga didapatkan adanya riwayat penggunaan zat psikoaktif maupun

alkohol. Zat atau obat-obatan yang digunakan antara lain shabu, ganja, pil Triheks,

Haloperidol, Dekstro (DMP), Tramadol, dan beberapa zat yang digunakan dengan cara

disuntikkan ke pembuluh darah (“nyipet”). Dalam satu minggu terakhir, pasien sudah tidak

menggunakan zat atau obat-obatan tersebut. Jadi, gangguan mental dan perilaku akibat

penggunaan zat psikoaktif belum dapat disingkirkan (F10-19).

Antipsikotik yang diberikan adalah risperidon. Risperidon merupakan obat

antipsikosis golongan atipikal. Risperidon bekerja dengan menghambat dopamin di jalur

mesolimbik tetapi tidak di mesokortikal sehingga fungsi kognitif pada pasien tidak

terganggu. Risperidon sebagai obat golongan atipikal dapat memperbaiki gejala positif,

dan tidak memperburuk gejala negative pada skizofrenia. Obat golongan ini bekerja

sebagai antagonis reseptor serotonin dan dopamin. Selain itu obat golongan atipikal juga

merupakan pilihan yang baik untuk terapi pada gangguan afektif. Pada gangguan afektif,

obat golongan atipikal efektif dalam mengontrol gejala hiperaktivitas, impulsivitas serta

mood yang irritable. Saat ini. Antipsikotik atipikal lebih banyak digunakan untuk

pengelolaan fase manik untuk gangguan afektif.

17

Page 19: Lapsus Psikiatri Ira

Obat-obat yang biasa digunakan dalam terapi manik adalah Lithium, Carbamazepine,

Asam Valproat atau Divalproex Na. pada pasien ini dipilih penggunaan asam valproat

karena efek samping yang ringan dan pengaturan dosis yang tidak rumit.

Terapi non farmakologis memegang peranan yang cukup penting pada pasien.

Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini adalah psikoterapi

suportif, psikoedukasi. Dalam psikoterapi suportif, terapis menunjukkan penerimaan

terhadap pasien, dengan cara menunjukkan perilaku yang hangat, ramah, namun tetap

berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima, dan dilindungi.

Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalami gangguan proses

kognitif, gangguan dalam penilaian realita, gangguan proses pikir, serta adanya gangguan

dalam melakukan hubungan dengan orang lain. Selain itu juga, keluarga memegang

peranan penting sebagai primary care-givers atau primary care-support. Pada

psikoedukasi keluarga diberikan penjelasan tentang penyebab, gejala, pentingnya

pengobatan dan keteraturan pengobatan, terapi-terapi pendukung lainnya, hubungan

keluarga dengan pasien.

18

Page 20: Lapsus Psikiatri Ira

XI. RIWAYAT PERJALANAN GANGGUAN JIWA PADA PASIEN

Gambar. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien

Tabel. Riwayat Perjalanan Gangguan pada Pasien

Agustus 2013 Maret 2014 Juni 2014

Gejala semakin terlihat Telanjang didepan umum Bicara sendiri tertawa sendiri Joged-joged sendiri Bicara tidak nyambung Mudah tersinggung.

Gejala muncul kembali Bicara sendiri tertawa sendiri Joged-joged sendiri Bicara tidak nyambung Mudah tersinggung. Waham, Halusinasi.

Kambuh, gejala muncul kembali Bicara sendiri, tertawa sendiri Joged-joged sendiri Bicara tidak nyambung Mudah tersinggung. Waham, Halusinasi. Keluyuran Tidak bisa tidur

19

MRS I Agustus

2013

MRS III Juni 2014

MRS II Maret 2014

Ps minum Haloperidol & THP

Putus berobat 1 bulan

Pasien minum haloperidol dan THP dengan dosis berlebih

Ps minum Haloperidol & THP

2012

Menggunakan NAPZA

Page 21: Lapsus Psikiatri Ira

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993. Penggolongan

dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

FK Unika Atma Jaya.

2. Kaplan HI, Saddock BJ, et al. 2010. Gangguan Berhubungan dengan Zat dalam

Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.. Jakarta : Binarupa

Aksara.

3. Maramis WF, Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya :

Airlangga University Press.

4. Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga.

Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

0