Lapsus Pasien Dm
-
Upload
ras-emil-sazura -
Category
Documents
-
view
29 -
download
5
description
Transcript of Lapsus Pasien Dm
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Millitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif. Pada umumnya ada 2 tipe diabetes, yaitu diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin), tetapi ada pula diabetes dalam kehamilan yang biasa disebut diabetes gastointestinal. Kasus diabetes dilaporkan mengalami peningkatan di berbagai negara berkembang termasuk di indonesia.
Menurut World Health Organitation (WHO) pada tahun 2012, jumlah penderita DM mencapai 194 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 333 juta jiwa di tahun 2025 mendatang, dan setengah dari angka tersebut terjadi di negara berkembang, termasuk negara Indonesia. Angka kejadian DM di Indonesia menempati urutan keempat tertinggi di dunia yaitu 8,4 juta jiwa. Distribusi penyakit DM juga menyebar pada semua tingkatan masyarakat dari tingkat sosial ekonomi rendah sampai tinggi, pada setiap ras, golongan etnis dan daerah geografis. Gejala DM yang bervariasi dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang lebih banyak, buang air kecil lebih sering, mudah lapar, serta berat badan menurun. Gejala tersebut berlangsung lama tanpa memperhatikan diet, olahraga, dan pengobatan sampai orang tersebut memeriksakan kadar gula darahnya.
Seperti yang dialami oleh warga Puskesmas Bulurokeng, mereka baru menyadari bahwa dirinya menderita DM setelah dilakukan pemeriksaan gula darah atas indikasi dari keluhannya datang ke Puskesmas. Jumlah penderita DM di Puskesmas tersebut diperkirakaan akan meningkat akibat faktor genetik, pola hidup yang tidak sehat, prevalensi obesitas meningkat dan kurangnya kegiatan fisik atau olahraga serta kurangnya pengetahuan warga mengenai penyakit DM. Jika DM tidak segera ditangani akan menimbulkan berbagai komplikasi organ tubuh seperti pada mata, ginjal, jantung, pembuluh darah, syaraf dan lain lain. Penderita DM dibandingkan dengan penderita non DM mempunyai kecenderungan 25 kali terjadi buta, 2 kali terjadi penyakit jantung koroner, 7 kali terjadi gagal ginjal kronik, dan 5 kali menderita ulkus diabetikum.
Diabetes Militus merupakan salah satu penyakit yang dapat meyebabkan kerusakan organ tubuh seperti kerusakan pada mata, ginjal,
jantung, dan ekstremitas serta dapat meyebabkan kematian. Karena semakin banyaknya penderita DM di Indonesia dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit tersebut khususnya di Puskesmas Kassi-Kassi, maka dianggap penting untuk membuat laporan kasus ini.
B. Rumusan Masalah
Melihat banyaknya penderita Diabetes Mellitus yang terjadi Indonesia dan kurangnya pemahaman warga di Puskesmas Kassi-Kassi mengenai penyakit tersebut, penulis merumuskan masalah yaitu bagaimana memberikan edukasi serta penatalaksanaan penyakit DM dengan metode pendekatan keluarga kepada warga di wilayah Puskesmas Kassi-kassi, khususnya Tn. K yang merupakan salah satu penderita DM di wilayah Puskesmas tersebut.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penulisan laporan kasus ini yaitu penulis
mampu memahami konsep penatalaksanaan penyakit DM dengan metode pendekatan kedokteran keluarga
2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penulisan laporan kasus ini yaitu
penulis mampu menggambarkan, mengetahui, menentukan, memahami, menjelaskan, dan mendiskripsikan : a.Pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus. b. Penentuan diagnosa atau masalah yang muncul pada pasien dengan
Diabetes Mellitus. c.Penyusunan penatalaksanaan secara tepat pada pasien dengan Diabetes
Mellitus dengan metode pendekatan kedokteran keluarga. d. Implementasi penatalaksanaan pasien Diabetes Mellitus dengan
metode pendekatan kedokteran keluarga.e.Evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien dengan Diabetes
Mellitus
D. Manfaat Laporan Kasus
1. Manfaat Teoritis
Meningkatkan pengetahuan bagi penulis dan pembaca agar dapat melakukan pencegahan untuk diri sendiri dan orang disekitarnya agar tidak terkena DM. Penulisan laporan kasus ini juga berfungsi untuk mengetahui antara teori dan kasus nyata yang terjadi dilapangan sesuai atau tidak, karena dalam teori yang sudah ada, kadang-kadang ada hal yang tidak sesuai dengan kasus yang terjadi, sehingga disusunlah laporan kasus ini.
2. Manfaat Praktisi Bagi Teman Sejawat
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wacana keilmuan bagi teman sejawat dalam memberikan penatalaksanaan pada pasien Diabetes Mellitus.
Bagi Puskesmas Laporan kasus ini dapat dijadikan salah satu contoh hasil dalam
melakukan penatalaksanaan pada pasien khususnya pasien Diabetes Mellitus.
Bagi Institusi Pendidikan Manfaat praktis bagi instansi akademik yaitu dapat digunakan
sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang pentalaksanaan pasien Diabetes Mellitus dengan metode pendekatan kedokteran keluarga.
Bagi Pasien dan Keluarga Manfaat laporan kasus ini bagi pasien dan keluarga yaitu agar
pasien dan keluarga mengetahui tentang penyakit Diabetes Mellitus serta penatalaksanaan yang benar dan tepat agar pasien mendapat perawatan yang tepat.
Bagi Pembaca Manfaat penulisan laporan kasus ini yaitu menjadi sumber
referensi dan informasi bagi orang yang membaca laporan kasus ini serta menjadi lebih mengetahui dan memahami bagaimana cara penatalaksanaan yang benar dan tepat pada pasien Diabetes Mellitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Diabetes MellitusDiabetes Mellitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan sekresi insulin atau kedua-duanya.
B. Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan
1. Polifagia 2. Poliuri 3. Polidipsi 4. Penurunan Berat badan
Keluhan tidak khas DM : 1. Lemah, 2. Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung ekstremitas) 3. Gatal, 4. Mata kabur, 5. Disfungsi ereksi pada pria, 6. Pruritus vulvae pada wanita. 7. Luka yang sulit sembuh.
Faktor risiko DM tipe 2: 1. Berat badan lebih dan obese (IMT ≥ 23 kg/m2) 2. Riwayat DM dalam keluarga dekat 3. Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat, atau BB lahir bayi ≥
4.000 gram 4. Riwayat DM gestasional 5. Penggunaan Steroid jangka panjang
C. Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik
- Tanda Patognomonis - Penurunan Berat badan yang tidak jelas penyebabnya - Faktor Predisposisi
1. Usia > 45 tahun,
2. Diet tinggi kalori dan lemak 3. Aktifitas fisik yang kurang 4. Hipertensi ( TD > 140/90 mmHg ) 5. Riwayat TGT (Toleransi Glukosa Tergaggu) atau GDPT (Gula
Darah Puasa Terganggu)6. Penderita penyakit jantung koroner, tuberkulosis, hipertiroidisme 7. Dislipidemia
Pemeriksaan Penunjang 1. Gula Darah Puasa 2. Gula Darah 2 jam Post Prandial 3. HbA1C
D. Penegakan Diagnosis (Assessment) Diagnosis Klinis
Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa: 1. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa plasma
sewaktu ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L). Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir, atau
2. Gejala Klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam, atau
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO > 200 mg/dL (11.1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standard WHO, menggunakan beban glukosa anhidrus 75 gram yang dilarutkan dalam air, atau
4. HbA1C - Penentuan diagnosis DM berdasarkan HbA1C ≥ 6.5 % belum dapat
digunakan secara nasional di Indonesia, mengingat standarisasi pemeriksaan yang masih belum baik.
- Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung dari hasil yang diperoleh
- Kriteria gangguan toleransi glukosa: 1. GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa
didapatkan antara 100–125 mg/dl (5.6–6.9 mmol/l) 2. TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO kadar glukosa plasma
140–199 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram (7.8 -11.1 mmol/L)
3. HbA1C 5.7 -6.4%*
E. Klasifikasi DM: I. DM tipe 1
- DM pada usia muda, < 40 tahun - Insulin dependent akibat destruksisel :
a. Immune-mediated b. Idiopatik
II. DM tipe 2 (bervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin dengan defisiensi insulin relatif – dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin)
III. Tipe lain: a. Defek genetik pada fungsi sel β
b. Defek genetik pada kerja insulin c. Penyakit eksokrin pankreas d. Endokrinopati e. Akibat obat atau zat kimia tertentu misalnya pentamidine, nicotinic
acid, glukokortikoid, hormone tiroid, diazoxide, agonis adrenergik, thiazid, phenytoin, interferon, protease inhibitors, clozapine
f. Infeksi g. Bentuk tidak lazim dari immune mediated DM h. Sindrom genetik lain, yang kadang berkaitan dengan DM
IV. DM gestasional
F. Diagnosis Banding Diabetes insipidus
G. Komplikasi A. Akut:
1. Ketoasidosis diabetik 2. Hiperosmolar non ketotik 3. Hipoglikemia
B. Kronik: 1. Makroangiopati: 2. Pembuluh darah jantung 3. Pembuluh darah perifer 4. Pembuluh darah otak
C. Mikroangiopati: 1. Pembuluh darah kapiler retina 2. Pembuluh darah kapiler renal
D. Neuropati E. Gabungan:
1. Kardiomiopati 2. Rentan infeksi 3. Kaki diabetik 4. Disfungsi ereksi
H. Penatalaksanaan komprehensif (Plan) Penatalaksanaan
Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan modifikasi gaya hidup dan pengobatan (algoritma pengelolaan DM tipe 2)
Catatan: Pemilihan jenis OHO dan insulin bersifat individual tergantung kondisi pasien dan sebaiknya mengkombinasi obat dengan cara kerja yang berbeda.
- Cara Pemberian OHO, terdiri dari: 1. OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahapsesuai
respons kadar glukosa darah, dapat diberikansampai dosis optimal. 2. Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan. 3. Repaglinid, Nateglinid: sesaat sebelum makan. 4. Metformin : sebelum/pada saat/sesudah makan. 5. Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan suapan pertama.6. Tiazolidindion: tidak bergantung pada jadwal makan. 7. DPP-IV inhibitor dapat diberikan bersama makan dan atau sebelum
makan. - Pemeriksaan Penunjang Lanjutan (bila diperlukan)
Urinalisis (proteinuri dan mikroalbuminuria), funduskopi, ureum, kreatinin, lipid profil, EKG, foto thorak.
- Rencana tindak lanjut: Tindak lanjut adalah untuk pengendalian kasus DM berdasarkan parameter berikut:
- Konseling & Edukasi o Edukasi
Meliputi pemahaman tentang : 1. Penyakit DM. 2. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM. 3. Penyulit DM. 4. Intervensi farmakologis. 5. Hipoglikemia. 6. Masalah khusus yang dihadapi.
7. Cara mengembangkan sistem pendukung dan mengajarkan keterampilan.
8. Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan. 9. Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur setiap 2
minggu/1 bulan. Perencanaan Makan - Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi:
1. Karbohidrat 45 – 65 % 2. Protein 15 – 20 % 3. Lemak 20 – 25 %
- Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA = Mono Unsaturated Fatty Acid), dan membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat + 25 g/hr, diutamakan serat larut.
- Jumlah kalori basal per hari: 1. Laki-laki: 30 kal/kg BB ideal 2. Wanita: 25 kal/kg BB ideal
- Penyesuaian (terhadap kalori basal / hari): 1. Status gizi:
- BB gemuk - 20 % - BB lebih - 10 % - BB kurang + 20 %
2. Umur > 40 tahun : - 5 % 3. Stres metabolik (infeksi, operasi,dll): + (10 s/d 30 %) 4. Aktifitas:
- Ringan + 10 % - Sedang + 20 % - Berat + 30 %
5. Hamil: - trimester I, II + 300 kal - trimester III / laktasi + 500 kal
Rumus Broca:* Berat badan ideal = ( TB – 100 ) – 10 % *Pria < 160 cm dan wanita < 150 cm, tidak dikurangi 10 % lagi.
BB kurang: < 90 % BB idealBB normal: 90 – 110 % BB idealBB lebih: 110 – 120 % BB ideal Gemuk: > 120 % BB ideal
Latihan JasmaniKegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit). Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun, harus tetap dilakukan.
I. Kriteria Rujukan Sistem rujukan perlu dilakukan pada seluruh pusat pelayanan kesehatan
yang memungkinkan dilakukan rujukan. Rujukan meliputi: Rujukan ke bagian mata Rujukan untuk terapi gizi medis sesuai indikasi Rujukan untuk edukasi kepada edukator diabetes Rujukan kepada perawat khusus kaki (podiatrist), spesialis perilaku
(psikolog) atau spesialis lain sebagai bagiandari pelayanan dasar. Konsultasi lain sesuai kebutuhan
Selain itu, untuk penanganan tindak lanjut pada kondisi berikut: 1. DM dengan komplikasi 2. DM dengan kontrol gula buruk 3. DM dengan infeksi berat 4. DM dengan kehamilan 5. DM type 1
J. Sarana Prasarana 1. Alat Pemeriksaan Gula Darah Sederhana 2. Alat Pengukur berat dan tinggi badan anak serta dewasa 3. Skala Antropometri
K. Prognosis Vitam: Dubia ad bonam Fungsionam: Dubia ad malam Sanationam: Dubia ad malam
BAB III
PROFIL PUSKESMAS
A. Sejarah Puskesmas
Puskesmas Kassi Kassi merupakan salah satu Puskesmas Pemerintah Kota Makassar dan merupakan unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kota Makassar. Puskesmas Kassi Kassi berdiri sejak tahun 1978/1979. Puskesmas Kassi Kassi merupakan Puskesmas Perawatan ke-VI (Rumah Sakit Pembantu VI) di Makassar. Puskesmas Kassi Kassi / RSP-VI terletak di jalan Tamalate I no.43 Kelurahan Kassi Kassi Kecamatan Rappocini Kota Makassar. Adapun letak atau batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kassi Kassi sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bara Baraya Karuwisi- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Panaikang Tamangapa- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Mangasa Jongaya- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Maricaya Parangtambung
B. Keadaan GeografisPuskesmas Kassi Kassi terletak di Kelurahan Kassi Kassi Kecamatan
Rappocini Kota Makassar dengan luas wilayah kerja ±7,32 Kha. Dari 9 kelurahan terdapat 76 RW dan 409 RT. Pemanfaatan potensi lahan dan alih fungsi lahan terjadi sedemikian rupa, yang akan membawa pengaruh terhadap kondisi dan perkembangan social ekonomi dan keamanan masyarakat. Lahan yang berbentuk rawa-rawa di beberapa bagian Kecamatan Rappocini beralih fungsi menjadi pemukiman sementara atau darurat. Alih fungsi lahan juga banyak terjadi pada sektor pemukiman dan perumahan yang menjamur beberapa tahun terakhir sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat.
C. Keadaan PendudukBerdasarkan data yang diperoleh di Puskesmas Kassi Kassi, kepadatan
penduduknya adalah 145.090 jiwa per km2. Jumlah kepala keluarga (KK) pada tahun 2011 di wilayah kerja Puskesmas Kassi Kassi jumlah rumah tangga adalah 22.181
D. Visi dan MisiVisi
Terwujudnya Kemandirian Masyarakat Untuk SehatMisi
1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Puskesmas2. Meningkatkan Pembinaan Program yang Berbasis Masyarakat3. Lebih Meningkatkan Kerjasama dengan Lintas Sektor
4. Meningkatkan Kualitas Pelayanan di Puskesmas5. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Puskesmas6. Meningkatkan Promosi dan Pencegahan Penyakit
BAB IV
PRESENTASI KASUS
A. AnamnesisI. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. Kb. TTL : Makassar , 31 Desember 1970c. Umur : 45 tahund. Jenis Kelamin : Laki-lakie. Agama : Islamf. Pekerjaan : Penjual Ikang. Alamat : h. Asuransi : BPJSi. Tanggal kunjungan puskesmas : 5 April 2016j. Tanggal kunjungan rumah : 11 April 2016
II. Keluhan UtamaPasien datang ke Puskesmas Kassi-Kassi dengan keluhan badan sering
terasa lemas setiap bangun tidur sejak 1 minggu terakhir.
III. Riwayat Penyakit SekarangSaat ini pasien mengaku mudah merasa lelah tiap pagi hari setiap
bangun tidur, selain itu pasien merasa mudah haus, banyak minum, nafsu makan berkurang dan sering buang air kecil.
IV. Riwayat Penyakit DahuluBerdasarkan pernyataan pasien, pasien sudah menderita penyakit DM
sejak tahun 2008 dan tidak rutin kontrol.
V. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat keluarga menderita penyakit yang sama disangkal
B. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Umum
o Keadaan Umum : Baik, Compos Mentiso Tinggi badan : 160 cmo Berat Badan : 45 kgo Status Gizi : BMI = 17,57o Tanda Vital :
TD : 100/70 mmHg
N : 88 x/menit RR : 20 x/menit T : 36.7oC
Pemeriksaan Khususa. Kepala- Bentuk : bulat, simetris- Rambut : hitam, keriting, tebal, tidak mudah dicabut- Mata : konjungtiva anemis : -/-
sklera ikterus : -/- eksoftalmus : -/- refleks cahaya : +/+
- Hidung : sekret (-), bau (-), pernapasan cuping hidung (-)- Telinga : sekret (-), bau (-), perdarahan (-)- Mulut : sianosis (-), bau (-),
b. Leher- KGB : tidak ada pembesaran- Tiroid : tidak ada pembesaran- JVP : tidak meningkat
c. Thorax1. Cor :
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak - Palpasi : ictus cordis tidak teraba - Perkusi : redup di ICS IV MCL D s/d ICS V MCL S- Auskultasi : S1-S2 reguler, suara tambahan (-)
2. Pulmo :DEXTRA SINISTRA
Inspeksi: Retraksi (-) Gerak nafas tertinggal (-)
Inspeksi: Retraksi (-) Gerak nafas tertinggal (-)
Palpasi: Fremitus raba (n) Deviasi trakea (-) Nyeri tekan (-)
Palpasi: Fremitus raba (n) Deviasi trakea (-) Nyeri tekan (-)
Perkusi: Sonor
Perkusi: Sonor
Auskultasi: Vesikuler (+) Ronkhi (-) Wheezing (-)
Auskultasi: Vesikuler (+) Ronkhi (-) Wheezing(-)
d. Abdomen
- Inspeksi : cembung- Auskultasi : peristaltik (+), kesan normal- Perkusi : tympani- Palpasi : nyeri tekan (-), organomegali (-)
e. Ekstremitas- Superior : akral hangat +/+, tonus baik, edema -/-, tremor (+)- Inferior : akral hangat +/+, tonus baik, edema -/-, tremor (-)-
C. Pemeriksaan PenunjangTanggal 5 April 2016GDP : 455 mg/dl
D. DiagnosisDiabetes Melitus Tipe 2,
E. TerapiFarmakologi
Terapi dari PuskesmasMetformin 500mg 2 x 1 tablet
Usulan TerapiMetformin 500mg 2 x 1 tabletVit B 12 2 x 1 tabletKonsul Sp.Pd
Non-Farmakologi1. Kebutuhan kalori
BB : 45 Kg TB : 160 cm BMI : 17,25 (Gizi Kurang) BB ideal = 0.9 x (160-100) = 54 kg
Koreksi Kebutuhan kalori basal (laki-laki) = 30 kkal x 54 = 1620 kkal Kepala Rumah Tangga, dan jarang berolahraga, maka dikoreksi
dengan +20% dari kalori basal = 20% x 1620 = 324 kalori Usia lebih dari 40 tahun, maka dikoreksi dengan -5% dari
kalori basal : 5 % x 1620 = 81 kalori Karna tergolong kurus, maka dikoreksi dengan +20% dari
kalori basal : 20% x 1620 = 324 kalori
Total Kebutuhan Kalori = 1620 + 324 – 81 + 324 = 2187 kkal ( dibulatkan 2200 kkal)
Kebutuhan Karbohidrat : 1320 (60%) Kebutuhan Protein : 440 (20%) Kebutuhan Lemak : 440 (20%)
2. Diet Total Kalori 1100 kkalori.
Waktu Makan Menu Kcalori
Pagi
Nasi 1 1/2 gelas (200gr)Tempe 4 potong (100gr)Tahu 2 biji besar (220gr)Sayur 1 gelas (100gr)
36015015025
Selingan Pepaya 2 potong besar (380gr) 100
Siang
Nasi 2 gelas (260gr)Tempe 4 potong (100gr)Tahu 3 biji besar (330gr)Sayur 1 gelas (100gr)Apel 2 buah (170gr)
46015022525100
Selingan Pepaya 2 potong besar (380gr) 100
MalamNasi 1 gelas (130gr)Ikan 2 potong sedang (80gr)Sayur 1 gelas (100gr)
23010025
Total 2190
3. MonitoringKontrol rutin kadar gula darah, baik Gula Darah Sewaktu atau Gula Darah Puasa.
4. EdukasiEdukasi dilakukan kepada pasien dan keluarga, edukasi yang
diberikan meliputi tentang:1. Gaya hidup sehat: menjaga makan, olahraga atau aktifitas fisik tiap
hari.2. Ketaatan pengobatan.3. Komplikasi-komplikasi yang dapat timbul.4. Pentingnya peran keluarga dalam mencapai tujuan pengobatan pasien.
BAB V
PEMBAHASAN
Analisis Kasus
Kunjungan rumah pada pasien dilakukan pada tanggal 11 April 2016 (pagi hari), dari hasil anamnesis pada pasien ini, didapatkan keterangan bahwa pasien sudah lama menderita diabetes sejak tahun 2008. Riwayat pertama kali berobat di RS Bhayangkara dan terakhir di RS Labuang Baji. Beberapa hari sebelumnya, ketika datang ke puskesmas dengan keluhan yang sama, dokter puskesmas menyarankan untuk datang lagi dengan kondisi puasa sebelumnya untuk pengecekan kadar gula darah puasa.
Saat ini pasien diminta untuk melakukan kontrol di Puskesmas Kassi-Kassi untuk mendapatkan pengobatan Diabetes agar kondisi kesehatan selalu terkontrol. Pendekatan yang dilakukan adalah penatalaksaan dengan merencanakan asupan makanan sehari-hari, menyarankan untuk melakukan aktifitas jasmani secara teratur. Hal tersebut bertujuan untuk mengontrol kadar gula darah, sedangkan bagi anggota keluarga lainnya untuk lebih memperhatikan pola hidup yang sehat pada pasien.
Analisis Kunjungan Rumah.
1. Kondisi pasien. Saat kunjungan rumah pertama, pasien tampak lemah dan hanya
terbaring di teras rumah. Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan tidak didapatkan kelainan yang memperburuk kondisi pasien.
2. Keadaan rumah. - Alamat : JL. - Kondisi : Kokoh, dinding rumah tembok, tidak bertingkat, lantai dari
semen, atap rumah dari genteng, tidak mempunyai halaman. Dengan luas rumah 5 x 7 meter, dihuni 4 orang.
- Pembagian ruang : di dalam rumah terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang tengah sekaligus sebagai ruang tamu, 1 kamar mandi dan dapur
- Ventilasi : Terdapat jendela pada ruang depan dan kamar mandi, terdapat pula lubang ventilasi pada atas jendela. Akan tetapi diruangan lainnya, tidak terdapat ventilasi, serta jarak antar rumah berdempetan, menyebabkan kesan ventilasi kurang baik.
- Pencahayaan : Pencahayaan di dalam rumah cukup, sehingga keluarga dapat membaca di siang hari tanpa bantuan listrik. Daya listrik pada rumah kontrakan tersebut sebesar 500 watt, dan dirasa cukup untuk keperluan sehari-hari seluruh keluarga.
- Kebersihan : kebersihan di dalam rumah kurang, dengan tata letak barang-barang yang berantakan.
- Sanitasi dasar :
o Sumber air bersih : Sumber air dari PAM.o Jamban keluarga : Terdapat 1 buah kamar mandi dengan 1 jamban
jongkok. Kesan kamar mandi cukup bersih, tidak bau dan terawat. Berukuran sekitar 1,5 m x 2 m. Air dalam bak mandi bersih tidak ada jentik nyamuk.
o Saluran Pembuangan Air Limbah : Limbah rumah tangga dialirkan ke peresapan, tidak ditemukan genangan limbah disekitar rumah. Saluran pembuangan air limbah digunakan bersama dengan warga lainnya.
o Tempat pembuangan sampah : sampah dikumpulkan di keranjang sampah. Jika penuh, dibuang ke depan rumah (TPS umum) untuk diambil oleh petugas sampah. Pembayaran sampah ditanggung bersama oleh warga sekitar.
o Halaman : halaman depan tidak ada. Langsung jalan gang rumah yang terbuat dari tanah, dan digunakan sebagai tempat bermain anak-anak tetangga.
3. Kepemilikan barang.Rumah yang di tempati merupakan rumah kontrakan. Keluarga
tersebut memiliki televisi, lemari, tempat tidur, lemari pakaian, peralatan dapur.
4. Keadaan lingkungan sekitar rumah. Kesan kebersihan di lingkungan tersebut cukup baik, lorong (gang) didepan rumah terkadang ditempati untuk menjemur.
Daftar anggota keluarga yang tinggal satu rumah
NamaKedudukan
dalam keluargaL/P Umur Pendidikan Pekerjaan
Tn. K Suami L 45 th Tamat SD Penjual IkanNy. S Istri P 47 th Tamat SD Ibu Rumah TanggaMY Anak 1 P 20 th Tamat SMA Tidak ada
D Anak 2 P 5 th Belum Tidak ada
Genogram Keluarga
Keterangan:
: Laki-laki : Perempuan : Meninggal : Tinggal 1 rumah
: Pisah
Tn.K Ny.S
Nilai Apgar Keluarga.Apgar keluarga adalah suatu penentu sehat / tidaknya keluarga
dikembangkan oleh Rosen, Geymon, dan Leyton dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga / tingkat kesehatan keluarga yaitu :
TABEL NILAI APGAR
KRITERIA PERTANYAAN
Respons
Hampir selalu
KadangHampir
tidak pernah
Adaptasi
Apakah pasien puas dengan keluarga karena masing-masing anggota keluarga sudah menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya
√
Kemitraan
Apakah pasien puas dengan keluarga karena dapat membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi
√
Pertumbuhan
Apakah pasien puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga untuk mengembangkan kemampuan yang pasien miliki
√
Kasih SayangApakah pasien puas dengan kehangatan / kasih sayang yang diberikan keluarga
√
KebersamaanApakah pasien puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk menjalin kebersamaan
√
TOTALSkoring : Hampir selalu=2 , kadang-kadang=1 , hampir tidak pernah=0Total skor8-10 = fungsi keluarga sehat4-7 = fungsi keluarga kurang sehat0-3 = fungsi keluarga sakitDari tabel APGAR keluarga diatas total nilai skoringnya adalah 7, ini menunjukan fungsi keluarga kurang sehat.
SCREEM Keluarga
SCREEM adalah alat yang digunakan untuk menilai sumber daya dalam keluarga.
Aspek Sumber Daya PatologiSosial Pasien dapat berinteraksi dengan
baik dengan tetangga sekitarnyaKultural Pasien dan keluarga tidak
mempercayai mitos-mitos yang tidak jelas kebenarannya
Religius Pasien dan keluarga mengajarkan moral-moral agama dan menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agama dengan rajin dan baik
Ekonomi Pasien sebagai kepala rumah tangga.
Pendidikan . Pendidikan keluarga kurang, pasien dan istri hanya tamatan SD, anak – anak kurang mendapatkan pendidik-an yang cukup.
Kesehatan Masalah kesehatan cukup bagus, dekat dengan akses yankes dan memiliki jaminan BPJS
Kesadaran dari pasien tentang kondisi kesehat-an kurang.
Identifikasi Fungsi Keluarga1. Fungsi Biologis
Istri pasien menderita hipertensi sementara pasien menderita DM. Anak-anak mereka mempunyai faktor resiko untuk menderita hipertensi dan DM.
2. Fungsi Afektif- Hubungan antara pasien dengan istrinya : baik- Hubungan antara pasien dengan anak -anaknya
: baikMeskipun sering berbeda pendapat.
3. Fungsi Sosial dan Budaya
Kedudukan pasien di lingkungan tempat tinggalnya biasa saja, pasien ramah dan selalu menyapa bila bertemu dengan tetangga, dan respon tetanggapun sangat baik. Pasien tidak sungkan-sungkan untuk berbincang-bincang dengan tetangga. Pasien tidak percaya terhadap mitos-mitos yang ada di masyarakat.
4. Fungsi PendidikanPendidikan terakhir pasien adalah SD, istri pasien juga hanya
tamatan SD, anak pertama pasien lulusan SMA tetapi belum lanjut kuliah. anak kedua belum masuk sekolah.
5. Fungsi EkonomiPenghasilan yang didapatkan oleh keluarga berasal dari
penghasilan pasien yang bekerja sebagai penjual ikan, tetapi semenjak pasien sakit, istrinya kadang menggantikan suaminya berjualan ikan.
6. Fungsi ReligiusFungsi religius pasien dan keluarganya cukup baik.
Identifikasi PSP (Pengetahuan, Sikap dan Perilaku)2. PSP keluarga tentang kesehatan dasar
o Pencegahan penyakitPasien dan keluarga pasien rajin membersihkan rumah dan kadang-
kadang menguras bak mandi.o Gizi keluarga
Untuk pola konsumsi gizi keluarga, frekuensi makan rata-rata 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk pauk (telur, daging, tempe, tahu), sayuran, buah-buahan.o Higiene dan sanitasi lingkungan
- Halaman rumah dan jalan cukup bersih karena sering disapu- Lingkungan dalam rumah cukup bersih- Kondisi pencahayaan di rumah cukup.
3. PSP keluarga tentang kesehatan laino Penggunaan pelayanan kesehatan
Bila sakit, pasien segera dibawa ke puskesmas.o Perencanaan dan pemanfaatan fasilitas pembiayaan kesehatan
Pasien menggunakan BPJSo Hal-hal lain yang berhubungan dengan keadaan kesehatan keluarga
dan anggota keluargaPasien terdiagnosis DM pertama kali saat kontrol di RS
Bhayangkara tahun 2008.
Pedoman Umum Gizi SeimbangNO PUGS Ya Tidak
1 Keluarga makan beraneka ragam makanan Ya2 Keluarga makan makanan untuk memenuhi
kecukupan energiYa
3 Keluarga makan makanan karbohidrat setengah dari kebutuhan energi sehari
Ya
4 Keluarga membatasi konsumsi lemak dam minyak seperempat dari kebutuhan energi sehari
Tidak
5 Keluarga menggunakan garam beryodium Tidak6 Keluarga makan makanan sumber zat besi Ya7 Ibu memberikan ASI sampai bayi umur 6
bulanTidak
8 Keluarga membiasakan makan pagi Tidak9 Keluarga minum air bersih dan aman yang
cukupYa
10 Keluarga melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur
Tidak
11 Keluarga menghindari minum minuman beralkohol
Tidak
12 Keluarga makan makanan yang aman bagi kesehatan
Tidak
13 Keluarga terbiasa membaca label pada makanan yang dikemas
Tidak
Kesimpulan1. Nilai PUGS keluarga <60%2. Keluarga tidak menerapkan pedoman umum gizi seimbang
Identifikasi Masalah Perilaku Hidup Bersih dan SehatNo.
Kriteria yang dinilai Jawaban Skor
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Ya 12. Memberi ASI ekslusif. Tidak 03. Menimbang balita setiap bulan. Tidak 04. Menggunakan air bersih. Ya 15. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Ya 16. Menggunakan jamban sehat. Ya 17. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu. Tidak 0
8. Makan buah dan sayur setiap hari. Tidak 09. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Tidak 010. Tidak merokok di dalam rumah. Tidak 0Total jawaban ya 4Interpretasi: Total skor adalah 4 yang berarti keluarga Tn. K kurang
menerapkan PHBS dengan baik.
Diagnosis Kesehatan Keluargao Bentuk Keluarga : Keluarga Besar ( Extended Family )o Fungsi yang terganggu : Pendidikan dan Kesehatano Faktor yang mempengaruhi : Pekerjaan, pendidikan pasien dan anggota
keluarga yang sakito Faktor yang dipengaruhi : Jumlah dan macam asupan gizi yang tersedia
serta kesehatano Diagnosis Holistik :
Laki-laki 45 tahun dengan Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gizi kurang dengan fungsi keluarga yang kurang sehat dan sumber daya keluarga yang kurang dibidang pendidikan dan kesehatan.
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
Diagnosis pada pasien ini adalah Diabetes Melitus Tipe 2 dan Obesitas
dengan fungsi keluarga yang kurang sehat dan sumber daya keluarga yang
kurang dibidang pendidikan dan kesehatan. Keberhasilan dalam
penatalaksanaan penyakit sangat bergantung pada motivasi dan perhatian
keluarga terhadap penyakit pasien, pola hidup serta ketaatan pasien untuk
melakukan kontrol ke Puskesmas dan meminum obat secara teratur sesuai
anjuran dokter.
Saran
Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada
masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan
preventif kesehatan masyarakat khususnya penyakit yang tergolong kronis
dan berat.
Pasien
o Membicarakan masalahnya kepada orang terdekat atau orang yang
dipercaya, sehingga mengurangi beban pikirannya.
o Berusaha untuk lebih memahami penyakit yang diderita dan tetap
menjaga kesehatan melalui pola hidup sehat dan minum obat secara
teratur.
o Tetap rajin mengontrol kesehatannya ke pelayanan kesehatan
masyarakat.