TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

61
TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNHAS DEVY FEBRIANTI P1805216014 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Transcript of TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

Page 1: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

TESIS

POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNHAS

DEVY FEBRIANTI P1805216014

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 2: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TYPE 2 DI RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNHAS

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Kesehatan Masyarakat

Disusun dan di ajukan oleh :

DEVY FEBRIANTI

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 3: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …
Page 4: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

1

Page 5: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

2

ABSTRAK

DEVY FEBRIANTI. Pola Makan Pasien Rawat Jalan Penderita DM Type 2 di

Rumah Sakit Pendidikan Unhas (Dibimbing oleh Ridwan M Thaha dan Healty

Hidayanty).

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang akan diderita

seumur hidup yang dikenal dengan penyakit kencing manis, dan dijuluki “the

mother of disease” penyakit ini disebut penyakit metabolic yang ditandai

hyperglekemia kronik dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan

protein yang berkaitan dengan kelainan sekresi insulin. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pola makan penderita DM type 2 berdasarkan Health Belief

Model.

Sebuah penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional. Wawancara

dilakukan pada 58 penderita DM type 2 dari 98 total penderita DM di poli interna

RSP Unhas. Untuk melihat pola makan pendeita DM type 2 berdasarkan Health

Belief Model, data dianalisis dengan menggunakan aplikasi Nutrisuvery

Indonesia dan uji chi-square pada aplikasi SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan hubungan pengetahuan dengan ancaman

yang dirasakan dengan nilai signifikan (p value=0.391), hubungan manfaat yang

dirasakan dengan asupan energy dengan nilai signifikan (p value=0.001),

hubungan manfaat yang dirasakan dengan asupan karbohidrat nilai signifikan (p

value=0.003), hubungan manfaat yang dirasakan dengan asupan protein dengan

nilai signifikan (p value=0.012), dan hubungan manfaat yang dirasakan dengan

asupan lemak dengan nilai signifikan (p value=0.019), hubungan ancaman yang

dirasakan dengan asupan energi dengan nilai signifikan (p value=0.342),

hubungan ancaman yang dirasakan asupan karbohidrat dengan nilai signifikan (p

value=0.012), hubungan ancaman yang dirasakan asupan protein dengan nilai

signifikan (p value=0.005), dan hubungan ancaman yang dirasakan asupan

lemak dengan nilai signifikan (p value=0.015). Berdasarkan hasil analisis

diketahui bahwa ada hubungan manfaat yang dirasakan dengan pola makan.

Kepada pihak RSP Unhas agar melakukan edukasi kepada penderita DM type 2

tentang pola makan dan asupan zat gizi.

Kata Kunci : Diabetes Melitus Type 2, Health Belief Model, Pola Makan, Asupan

Zat Gizi Makro

Page 6: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

3

ABSTRACT

DEVY FEBRIANTI. The Diet of Patients Suffering Type 2 Diabetes Mellitus in

Ambulatory Care Settings at Hasanuddin University Academic Hospital

(Supervised by Ridwan M Thaha and Healty Hidayanty)

Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease which will be suffered for a

lifetime, also known as diabetes and nicknamed “the mother of disease”. It is

called a metabolic disease characterised by chronic hyperglycaemia with a

disturbance in carbohydrate, fat and protein metabolism associated with

abnormal insulin secretion. This study aims to determine the diet of type 2 DM

patients.

The study is a quantitative research with cross sectional method.

Interviews are conducted to 58 out of 98 DM type 2 patients at UNHAS Academic

Hospital internal poly. To find out the diet of type 2 DM patients based on Health

Belief Model, the data is analysed with Nutrisuvery Indonesian version and tested

with chi-square test in SPSS.

The findings show the relationship between knowledge and perceived

threats with significant value 0.391, the relationship between the perceived

benefits and energy intake with significant value 0.001, the relationship between

the perceived benefits and carbohydrate intake with significant value 0.003, the

relationship between the perceived benefits and protein intake with significant

value 0.012, the relationship between the perceived benefits and fat intake with

significant value 0.019, the relationship of the perceived threats with energy

intake with significant value 0.342, the relationship of the perceived threats with

carbohydrate intake with significant value 0.012, the relationship of the perceived

threats with protein intake with significant value 0.005, and the relationship of the

perceived threats with fat intake with significant value 0.015. Based on the

analysis, it is found out that there is a relationship between the perceived benefits

and the diet. To Hasanuddin University Academic Hospital, it is essential that

giving such comprehensive education to those type 2 DM patients regarding diet

and nutrient intake be taken into account.

Keywords: Type 2 Diabetes Mellitus, Health Belief Model, Diet, Macro Nutrient

Intake

Page 7: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

4

PRAKATA

مألرحينحمراللهأل١بسم

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala puji bagi ALLAH SWT atas

segala pertolongan yang diberikan-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat

selesai tepat waktu. Tak lupa shalawat dan salam penulis kirimkan kepada

Rasulullah Muhammad SAW, beserta sahabat dan keluarga beliau.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kata

sempurna. Keterbatasan dan kekurangan yang ada dalam tesis ini

merupakan refleksi dari ketidaksempurnaan penulis sebagai manusia.

Namun denga segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis

memberanikan diri mempersembahkan tesis ini sebagai hasil usaha dan

kerja keras yang telah penulis lakukan selama ini.

Penyusunan tesis ini juga tidak lepas dari dukungan banyak pihak.

Terima kasih kepada kedua orang tua saya dan ke empat saudara

kandung saya, bapak UDIN dan ibu BACHNUR LIDJA atas cinta, kasih

sayang, kesabaran, motivasi dan doa yang tak putus, yang

menghantarkan penulis hingga sampai ke tahap ini.

Ucapan terima kasih dari lubuk hati yang dalam penulis haturkan

kepada Bapak Dr. Ridwan M. Thaha, M.Sc yang telah bersedia menjadi

ketua komisi penasihat dan Ibu Dr. Healthy Hidayanty, SKM.,M.Kes

sebagai anggota komisi penasihat yang senantiasa memberikan arahan,

dorongan dan bimbingan selama proses penyusunan tesis ini. Terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada dewan penguji yang terhormat atas

Page 8: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

5

masukan, saran dan koreksinya dalam pembuatan tesis ini yakni, Bapak

Dr. Mappeaty Nyorong, MPH., Ibu Rahayu Indriasari, SKM, MPHCN,

PH.D dan bapak Prof. Dr. Ridwan Amiruddin,SKM, M.Kes, M.Sc.PH

Semoga apa yang diberikan akan dibalas oleh yang Maha Kuasa dengan

limpahan rahmat dan karunia-Nya.

Melalui kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan terima

kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Ridwan M. Thaha, M.Sc Selaku Ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas

Hasanuddin.

2. Dekan FKM UNHAS Periode 2014-2018, Prof. Dr. drg. A.Zulkifli,

M.Kes dan Dekan FKM UNHAS Periode 2018-2022, Dr. Aminuddin

Syam, SKM, M.Kes., M.Med.Ed

3. Seluruh dosen berserta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin atas ilmu berharga, bimbingan, dan segala

bantuan sarana dan prasarana selama menempuh pendidikan di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

4. Penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih setinggi-

tingginya kepada Direktur Rumah Sakit Pendidikan Unhas dan seluruh

staf staff/ pegawai di poli interna yang sangat membantu dan bersedia

bekerjasama dengan memberikan waktunya selama proses

penyusunan tesis ini.

5. Sahabat dan teman-teman penulis yang teristimewa Kak Lia, Kak

Yani, Nurhikmah, Kak Serly, Kak Ica, Rara, Ikit, Ady, Pak Jaslin,

Pak Jusman, Kak Charles, Kak Zulfikar, Kak Jufri, Bu Nurmayanti,

Page 9: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

6

Kak Rifka,Pak Aswar dan banyak lagi. Yang telah membuat hidup

penulis berwarna dengan segala dukungan, canda tawa, dan

kebersamaan selama menempuh pendidikan di Pasca Sarjana

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

6. Sahabat dan teman-teman penulis yang teristimewa Kiki, Ryani,

Wana, Belia, Rara, Teman-teman Enumerator Risnakes 2017

khususnya Posko Rumah Pengayoman, Teman-teman

Enumertaor Riskesdas 2018 khususnya Tim 5 , yang telah

membuat hidup penulis berwarna dengan segala dukungan, canda

tawa, dan kebersamaan selama ini.

7. Kepada keluarga, kerabat dan handai taulan serta seluruh teman-

teman yang tidak dapat sebutkan satu persatu, terima kasih atas

bantuan dan doanya.

Semoga tesis ini memberikan sumbangan pikiran yang bermanfaat

bagi kita semua. Amin ya Robbal Alamin.

Wassalam

Makassar, Desember 2018

Penulis

Page 10: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

7

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 7

DAFTAR TABEL .................................................................................................. 8

A. LATAR BELAKANG ................................................................................ 1

B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................... 7

C. TUJUAN PENELITIAN ........................................................................... 7

D. MANFAAT PENELITIAN ........................................................................ 8

BAB II .................................................................................................................. 10

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 10 A. Tinjauan Umum tentang Diabetes Melitus ........................................ 10

B. Tinjauan Umum tentang perilaku ........................................................... 27

C. Tinjauan Umum tentang pola makan ................................................ 31

D. Kesimpulan Hasil Penelitian Sebelumnya ......................................... 34

E. Tinjauan Teori dan Konsep .................................................................. 35

G. Sintesa Hasil Penelitian ........................................................................ 46

Kualitatif .......................................................................................................... 47

Grounded Theory .......................................................................................... 47

BAB III ................................................................................................................. 50 A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................................... 50

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................... 50

C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 51

D.Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 52

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 52

F. Penyajian Data ....................................................................................... 54

BAB IV ................................................................................................................. 55 A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 55

B. Pembahasan .......................................................................................... 74

BAB V .................................................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 92

Page 11: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

8

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

1 Tabel Sintesa Penelitian 46

2 Distribusi responden berdasarkan karakteristik umum 54

3 Distribusi responden berdasarkan DM type 2 berdasarkan pengetahuan

55

4 Distribusi responden berdasarkan DM type 2 berdasarkan pengetahuan

56

5 Distribusi responden berdasarkan DM type 2 berdasarkan manfaat yang di rasakan

57

6 Uraian pernyataan tentang manfaat yang dirasakan terhadap pola makan penderita DM type 2

58

7 Distrubusi Responden DM type 2 Berdasarkan Ancaman yang dirasakan

59

8 Uraian pertanyaan tentang ancaman yang dirasakan terhadap pola makan penderita DM type 2

60

9 Distribusi responden DM type 2 berdasarkan Energi 61

10 Ditribusi responden DM type 2 Berdasarkan asupan karbohidrat

62

11 Ditribusi responden DM type 2 Berdasarkan asupan lemak

62

12 Ditribusi responden DM type 2 Berdasarkan asupan Protein

63

13 Hubungan pengetahuan dengan ancaman yang dirasakan penderita DM type 2

64

Page 12: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

9

LANJUTAN DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

14 Hubungan Manfaat yang dirasakan dengan pola makan (Asupan Energi) penderita DM type 2

65

15 Hubungan Manfaat yang dirasakan dengan pola makan (Asupan Karbohidrat) penderita DM type 2

66

16 Hubungan Manfaat yang dirasakan dengan pola makan (Asupan Protein) penderita DM type 2

67

17 Hubungan Manfaat yang dirasakan dengan pola makan (Asupan Lemak) penderita DM type 2

68

18 Hubungan Ancaman yang dirasakan dengan pola makan (Asupan Energi) penderita DM type 2

69

19 Hubungan Ancaman yang dirasakan dengan pola makan (Asupan Karbohidrat) penderita DM type 2

70

20 Hubungan Ancaman yang dirasakan dengan pola makan (Asupan Lemak) penderita DM type 2

71

21 Hubungan Ancaman yang dirasakan dengan pola makan (Asupan Protein) penderita DM type 2

72

Page 13: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini di hadapkan

pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah

penyakit menular dan kurang gizi, terjadi pula peningkatan kasus

penyakit tidak menular (PTM) dan obesitas (gizi lebih) yang

merupakan faktor risiko terjadinya PTM seperti diabetes mellitus,

kardiovaskular, stroke, hypertensi dan lain-lain. Faktor sosial

ekonomi, serta adanya perubahan gaya hidup di duga telah

menyebabkan peningkatan kasus penyakit tidak menular dalam hal

ini Diabetes Melitus di Indonesia khususnya Kota Makassar.

Perilaku makan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, konsumsi

alkohol, stress dan kurangnya aktifitas fisik merupakan faktor risiko

penyakit degenerative, selain dari beberapa faktor tersebut ada

beberapa faktor risiko lain seperti usia, jenis kelamin, dan

keturunanan (Konsensus, 2015).

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang akan

di derita seumur hidup. Dalam pengelolaan penyakit tersebut,

selain dokter perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainnya,

peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting. Edukasi

Page 14: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

2

kepada pasien dan keluarganya bertujuan dengan memberikan

pemahaman tentang perjalanan penyakit dan pencegahannya.

Penyakit diabetes mellitus (DM) di kalangan masyarakat di kenal

dengan penyakit kencing manis juga di juluki “the mother of

disease”. Diabetes mellitus juga disebut penyakit metabolic yang

ditandai hyperglekemia kronik dengan gangguan metabolism

karbohidrat, lemak dan protein yang berkaitan dengan kelainan

sekresi insulin. Hal ini tentu sangat berpengaruh dan dapat

menyebar ke system tubuh yang lain, disfungsi atau kegagalan

beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan

pembuluh darah.(Primadatu,2017).

Diabetes telah muncul sebagai masalah kesehatan masyarakat

yang utama pada abad ke-21. Di Amerika Serikat, diperkirakan 26

juta orang(8% dari seluruh penduduk) menderita diabetes, 7 juta

dari mereka bahkan tidak menyadari bahwa mereka menderita

penyakit diabetes. Selama beberapa decade terakhir, prevalensi

diabetes telah meningkat 5 sampai 7 kali lipat di Amerika Serikat.

Pada tahun 2010 1,9 juta kasus baru yang terdiagnosisi pada ornag

dewasa. Kejadian DM tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-

laki. Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik

wanita memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh yang

lebih besar. (Lawrence W Green, et al, 2012).

Page 15: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

3

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang

prevalensinya tiap tahun semakin meningkat. Di Asia Pasifik,

Indonesia menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita

Diabetes terbanyak setelah tiongkok (IDF,2014). Sedangkan di

dunia Indonesia menempati urutan ketujuh dengan jumlah

terbanyak setelah Tiongkok, India, USA, Brazil, Rusia dan Mexico

(IDF, 2013).

Jenis DM yang paling banyak diderita dan prevalensinya terus

meningkat adalah DM tipe 2 dengan kasus terbanyak yaitu 90%

dari seluruh kasus DM di dunia (WHO 2013).

Kejadian DM tipe 2 menjadi tantangan global dengan semua

dampak negative dalam hal morbiditas dan mortalitas. Risikio DM

tipe 2 terus meningkat diseluruh dunia karena pertumbuhan

penduduk, penuaan, urbanisasi dan meningkatnya prevalensi dari

aktifitas fisik dan obesitas (Javanbakht,2012). International

Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa prevalensi diabetes

melitus di Indonesia sekitar 4,8% dan lebih dari setengah kasus DM

(58,8%) adalah diabetes melitus tidak terdiagnosis. IDF juga

menyatakan bahwa sekitar 382 juta penduduk dunia menderita

diabetes melitus pada tahun 2013 dengan kategori diabetes melitus

tidak terdiagnosis adalah 46%, diperkirakan prevalensinya akan

terus meningkat dan mencapai 592 juta jiwa pada tahun 2035 (IDF,

2011). Laporan International Diabetes Federation (IDF) bahwa 382

Page 16: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

4

juta orang diseluruh dunia mangalami DM dan 5,1 juta orang

meninggal akibat penyakit ini (IDF,2013).

Pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat ketujuh di

dunia untuk prevalensi diabetes tertinggi di dunia bersama dengan

China, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko dengan

jumlah estimasi orang dengan menderita diabetes sebesar 10 Juta

(IDF, 2015)

Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030

prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta

orang. Kali ini Indonesia disebut-sebut telah bergeser naik, dari

peringkat ke 7 menjadi peringkat ke 5 teratas di antara negara-

negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia.

Menurut National Diabetes Fact Sheet 2014, total prevalensi

diabetes di Amerika tahun 2012 adalah 29,1 jutajiwa (9,3%). Dari

data tersebut 21 juta merupakan diabetes yang terdiagnosis dan

8,1 juta jiwa atau 27,8% termasuk kategori diabetes melitus tidak

terdiagnosis.

Pada tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia yang berusia

≥15 tahun dengan DM adalah 6,9%. Prevalensi diabetes yang

terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI

Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), dan Kalimantan Timur

(2,3%). Prevalensi diabetes terdiagnosis dokter atau berdasarkan

gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi

Page 17: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

5

Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur

(3,3%) (Riskesdas, 2013). Dibetes dengan komplikasi merupakan

penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia (SRS, 2014).

Berdasarkan data dari kementrian kesehatan diketahui, tingkat

PTM di Makassar melampaui prevalensi rata-rata nasional untuk

kasus DM sendiri mencapai 5,3% sementara nasionalnya hanya

2,1 persen. Data surveilans Penyakit tidak menular bidang P2PL

dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2015 terdapat

DM 17.843 kasus dikota Makassar. Prevalensi DM, di perkotaan

cenderung lebih tinggi daripada di pedesaan dan pada masyarakat

dengan pendidikan tinggi serta berpenghasilan lebih (Profil Dinkes

Prov Sul-sel,2015).

Dari data rekam medic Rumah Sakit Pendidikan Unhas Kota

Makassar pada tahun 2015-2017 terjadi peningkatan dengan

rincian jumlah pasien 2015 sebanyak 1.058 penderita, 2016

sebanyak 1.148 penderita dan di tahun 2017 sebanyak 1.213

penderita. Dengan jumlah kunjungan pada tahun 2015 sebnyak

2.343 kunjungan, 2016 sebanyak 2.563 kunuungan, dan di tahun

2017 sebnyak 2.687 kunjungan.

Ancaman diabetes dapat dihadapi dengan pencegahan

terutama yang berkaitan dengan pencegahan primer. Pencegahan

primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki

faktor risiko, yakni mereka yang belum pernah terkena, tetapi

Page 18: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

6

berpotensi untuk mendapat diabetes mellitus. Perilaku pencegahan

terutama terhadap faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu pola

makan dan aktivitas fisik.

Berkaitan dengan modifikasi perilaku, pengetahuan dan sikap

merupalkan faktor yang sangat penting bagi perubahan perilaku

seseorang. Dengan demikian, pengetahuan dan sikap yang baik

tentang diabetes mellitus dan pencegahannya sangat diperlukan

guna terbentuknya perilaku pencegahan dalam pola makan dan

aktifitas fisik yang baik.

Tentang perilaku makan, penduduk terutama daerah perkotaan

telah berubah dari pola tradisional ke pola modern dengan

mengkonsumsi makanan apa yang di inginkan tanpa

memperhatikan kandungan nilai zat gizi makanan mulai dari

kandungan lemak,gula, garam dan disisi lain tidak cukup

mengkonsumsi sayur dan buah sebagai sumber serat. Disamping

itu kebiasaan minum minuman berkafein turut melengkapi perilaku

makan berisiko ini.

Berdasarkan uraian diatas peneliti bermaksud untuk meneliti

tentang perilaku pola makan penderita DM dengan berdasarkan

teory Health Belief Model yang berdasarkan pada proses terjadinya

perubahan perilaku dalam Health Belief Model (HBM), perilaku

akan berubah salah satunya yaitu individu diberikan pemahaman

tentang keuntungannya. Dicari dulu penyebab dari suatu perilaku

Page 19: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

7

yang kurang baik, lalu diberikan penyuluhan serta informasi yang

terinci tentang keuntungan dari perbaikan perilakunya.

B. RUMUSAN MASALAH

Tentang perilaku pola makan, penduduk terutama daerah

perkotaan telah berubah dari pola tradisional ke pola modern

dengan mengkonsumsi makanan apa yang di inginkan tanpa

memperhatikan kandungan nilai zat gizi makanan mulai dari

kandungan lemak,gula, garam, dan disisi lain tidak cukup

mengkonsumsi sayur dan buah sebagai sumber serat.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik

untuk mengetahui bagaimana perilaku pola makan penderita DM

type 2 pada pasien rawat jalan DM type di Rumah Sakit Pendidikan

Unhas dengan berdasarkan teory Health Belief Model terhadap

pola makan.

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu :

1. Tujuan Umum

Untuk melihat pola makan penderita diabetes mellitus Type 2

berdasarkan Health Belief Model pada pasien rawat jalan penderita

DM type 2 di Rumah Sakit Pendidikan Unhas.

Page 20: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

8

2. Tujuan Khusus

- Untuk mengetahui hubungan pengetahuan mengenai pola makan

dengan ancaman yang dirasakan pasien rawat jalan penderita

DM type 2

- Untuk mengetahui hubungan manfaat yang dirasakan terhadap

pola makan pasien rawat jalan penderita DM type 2

- Untuk mengetahui hubungan ancaman penyakit yang dirasakan

terhadap pola makan pasien rawat jalan penderita DM type 2

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

menjadi bahan masukan untuk penanganan dan penecegahan

Diabetes mellitus dengan pendeketan Promkes.

2. Manfaat Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu

pengetahuan, sebagai bahan bacaan dan referensi bagi peneliti lain

yang ingin meneliti di bidang yang sama terkait perilaku keluarga

untuk mencegah kejadian diabates melitus.

Page 21: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

9

3. Manfaat pada Peneliti

Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman

peneliti terkait dengan perilaku pola makan penderita DM type 2

serta untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama menempuh

pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Hasanuddin.

4. Manfaat pada Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan masyarakat utamanya bagi penderita diabetes sendiri

mengenai penatalaksanaan DM dengan memperhatikan perilaku dan

pola makan.

Page 22: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Diabetes Melitus

1. Defenisi

Diabetes adalah penyakit kronis yang kompleks yang

membutuhkan perawatan berkelanjutan dengan strategi

pengurangan risiko multifactorial di luar control glikemik. Pasien yang

sedang menjalani pengobatan dan dukungan manajemen mandiri

sangat penting untuk mencegah komplikasi akut dan risiko

komplikasi jangka panjang (Diabetes Care, 2017)

Diabetes mellitus atau disebut diabetes saja merupakan

penyakit gangguan metabolik menahun akibat pancreas tidak

memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan

insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang

mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi

peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (hiperglikemia)

(Infodatin,2016). Hiperglikemia, atau gula darah yang meningkat,

merupakan efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol dari waktu

ke waktu dan menyebabkan kerusakan serius pada beberapa

system tubuh, khususnya saraf dan pembulu darah (WHO, 2013).

Dalam hal ini kadar gula darah seseorang melebihi normal karena

tidak lagi memiliki insulin atau insulin tidak dapat bekerja dengan

Page 23: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

11

baik. Insulin merupakan hormon yang bekerja memasukkan gula dari

peredaran darah ke dalam sel dan di produksi oleh kelenjar pancreas

yang berada di dalam perut.

Diabetes adalah penyakit metabolik yang ditandai oleh gula

darah tinggi atau kadar glukosa memburuk akibat dari resistensi

insulin (ADA, 2013).

Berdasarkan perkeni tahun 2011 Diabetes mellitus adalah

penyakit gangguan metabolism yang bersifat kronis dengan

karakteristik hipergikemia. Berbagai komplikasi dapat timbul akibat

kadar gula darah yang tdak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi,

jantung coroner, retinopati, nefropati, dan gangrene.

Diabetes mellitus adalah penyakit metabolism yang merupakan

suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

peningkatan kadar glukosa darah diatas normal. Penyakit ini

disebabkan gangguan metabolism glukosa akibat kekurangan insulin

baik secara absolut maupun relatif (Riskesdas, 2013).

Diabetes mellitus tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula

darah dapat dikendalikan melalui diet, olaraga dan obat-obatan.

Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronis , diperlukan

pengendalian DM yang baik (Perkeni, 2011).

Kesimpulannya diabetes mellitus adalah gangguan metabolism

karbohidrat, protein dan lemak yang ditandai oleh hiperglikemia,

Page 24: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

12

eterosklerotik, mikroangiopati dan neuripoati. Hiperglikemia terjadi

akbiat dari kekurangan insulin atau menurunnya kerja insulin.

2. Epidemiologi

Prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosis dokter dan

gejala meningkat sesuai dengan bertambahnya umur. Prevalensi DM

cenderung lebih tinggu pada masyarakat denan tingkat pendidikan

tinggi dan dengan kauntil indeks kepemilikan tinggi Berdasarkan

hasil wawancara riskesdas dari tahun 2007 terjadi peningkatan 1,1%

menjadi 2,1% pada tahun 2013

Pada tahun 2012 gula darah tinggi bertanggung jawab atas 3,7

juta kematian di dunia; dari angka ini 1,5 juta kematian disebabkan

oleh diabetes. Pada tahun 2013, salah saru beban pengeluaran

kesehatan terbesar di dunia adalah diabetes yaitu sekitar 612 miliar

dollar, diestimasikan sekitar 11 % dari total pembelanjaan untuk

langsung kesehatan dunia. Pada tahun 2012, diabetes merupakan

penyebab kematian ke delapan pada laki-laki dan perempuan serta

merupakan penyebab kematian kelima bagi kalangan perempuan.

(WHO,2016).

Hampir 80 % orang diabetes ada di Negara berpenghasilan

rendah dan menengah. Pada tahun 2015, $15 Juta orang dewasa

dengan diabetes kenaikan 4kali lipat dari jumlah 108 juta di tahun

1980an. Pada tahun 20040 diperkirakan jumlahnya akan menjadi 642

juta (IDF, 2015).

Page 25: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

13

Prevalensi diabetes diantara orang dewasa diwilayah regional

Asia Tenggara meningkat dari 4,1% di tahun 1980an menjadi 8,6% di

tahun 2014. Pada tahun 2012, sekitar 1 juta orang dewasa diwilayah

regional Asia Tenggara meninggal karena konsekuensi dari gula

darah tinggi. Termasuk didalamnya kematian akibat langsung dari

diabetes (contoh koma diabetikum), maupun kematian karena

komplikasi dan konsekuensi dari diabetes, seperti gagal ginjal

maupun tuberculosis.

Populasi dari wilayah regional Asia Tenggara secara genetic

memamng rentan terhadap faktor diabetogenik lingkungan sehingga

memiliki ambang lebih rendah terhadap faktor risiko seperti usia,

kelebihan berat badan, dan distribusi kemak tubuh. Diabetes terjadi

10 tahun lebih cepat diwilayah regional Asia Tenggara daripada

orang-orang dari wilayah Eropa, pada usia dimana merupakan masa

paling produktif. Lebih dari 60% laki-laki dan 40 % perempuan

dengan diabetes meninggal sebelum berusia 70 tahun diwilayah

regional Asia Tenggara.

Persentase kematian akibat diabetes di Indonesia merupakan

yang tertinngi kedua setelah Srilanka. Prevalensi orang dengan

diabetes di Indonesia menunjukkan kecendrungan meningkat yaitu,

dari 5,7% (2007) menjadi 6,9% (2013). Prevalensi berat badan

berlebih atau overweight dan obesitas meruapakan salah saru faktor

Page 26: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

14

risiko terbesar diabetes terus meningkat dibandingkan Riskesdas

2007 dan 2013.

3. Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi etiologi diabetes mellitus menurut Amrican Diabetes

Assiciation 2016 (ADA,2016) adalah sebagai berikut :

a. Diabetes type 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke

defisensi insulin absolut) pada diabetes type 1 ini kebih sering

ternayata pada usia remaja. Lebih dari 90% dari sel pancreas

yang memproduksi insulin mengalami kerusakan secara

permanen. Oleh karena itu, insulin yang diproduksi sedikit atau

tidak langsung dapat diproduksikannya. Hanya sekitar 10% dari

semua penderita diabetes mellitus menderita tipe 1. Diabetes tipe

1 kebanyakan pada usia di bawah 30 tahun.

Diabetes tipe 1 dulu disebut insulin dependent atau

juvenile/childhood-onset diabetes, ditandai dengan kurangnya

produksi insulin (Infodatin, 2014).

b. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai yang terutama dominan

resistensi insulin disertai defesiensi insulin relative sampai ayng

terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin) .

Diabetes tipe 2 ini tidak ada kerusakan pada pankreasnya dan

dapat terus menghasilkan insulin, bahkan kadang-kadang insulin

pada tingkat tinggi dari normal. Akan tetapi tubuh manusia

resisten terhadap efek insulin, sehingga tidak ada insulin yang

Page 27: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

15

cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes tipe ini sering

terjai pada orang dewasa yang berumur lrbih dari 30 tahun dan

menjadi lebih umum dengan peningkatan usia. Obesitas menjadi

faktor risiko utama pada penderita diabetes tipe 2. Sebanyak 80%

sampai 90% dari penderita diabetes tipe 2 mengalami obesitas.

Obesitas dapat menyebabkan sensitivitas insulin menurun, maka

dari itu orang obesitas memerlukan insulin berjumlah sangat

besar untuk mengawali kaar gula darah normal.

Diabetes tipe , dulu disebut non-insulin-dependent atau adult-

onset diabetes, disebabkan penggunaan insulin yang kurang

efektif oleh tubuh. Diabetes tipe 2 merupakan 90% dari seluruh

diabetes (Infodatin, 2014).

c. Diabetes Melitus tipe lain, diabetes tipe ini terjadi karena etologi

lain, misalnya efek genetic fungsi sel beta, defek genetic kerja

insulin, penyakit eksokrin pancreas, penyakit metabolic endokrin

lain, iatrogenic, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan

genetic lain. Penyebab diabetes tipe lain adalah defek genetic

dari fungsi sel beta, defek genetic kerja insulin, penyakit eksokrine

pancreas, endokrinopati, imbas obat atau zat kimia, infeksi, jenis

umum dari diabetes yang diperantai imun, dan sindrom genetic

lainnya yang kadang berhubungan dengan DM

d. Diabetes Melitus gestasional, diabetes tipe ini terjadi selama

masa kehamilan, dimana toleransi glukosa didapati pertama kali

Page 28: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

16

pada masa kehamilan, biasanya pada trisemester kedua dan

ketiga.Diabetes Melitus Gestasional berhubungan dengan

meningkatnya koplikasi perinatal. Penderita diabetes gestasional

memiliki risikolebih besar untuk menderita diabetes mellitus yang

menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan.

4. Komplikasi diabetes mellitus,

Komplikasi pada diabetes mellitus menjadi dua yaitu komplikasi

akut dan komplikasi kronis. Komplikasi akut meliputi : ketoasidosis

diabetic, hyperosmolar non ketotik, dan hiperglikemia. Sedangkan

yang termasuk komplikasi kronik adalah, maroangiopati,

mikroangopati dan neuropati. Makroengiopati terjadi pada pembuluh

darah besar (makrovaskular) seperti jantung, darah tepi dan otak.

Mikroangipati terjadi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskular)

seperti kapiler retina mata, dan kapiler ginjal (perkeni, 2011).

Pada diabetes yang tidak terkendali dapat terjadi komplikasi

metabolic akut maupun komplikasi vaskuler kronik, baik

mikroangiopati maupun makroangiopati. Di Amerika Serikat, diabetes

mellitus merupakan penyabab utama dari end-stage renaldisease

(ESRD), nontraumatic lowering amputation, dan adult blindness.

Page 29: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

17

5. Patofisiologi Diabetes Melitus

Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta

pankreas telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari

DM tipe-2 Belakangan diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi

lebih dini dan lebih berat daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Selain otot, liver dan sel beta, organ lain seperti: jaringan lemak

(meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi incretin), sel

alpha pancreas (hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi

glukosa), dan otak (resistensi insulin), kesemuanya ikut berperan

dalam menimbulkan terjadinya gangguan toleransi glukosa pada DM

tipe-2. Delapan organ penting dalam gangguan toleransi glukosa ini

(ominous octet) penting dipahami karena dasar patofisiologi ini

memberikan konsep tentang :

a. Pengobatan harus ditujukan guna memperbaiki gangguan

patogenesis, bukan hanya untuk menurunkan HbA1c saja

b. Pengobatan kombinasi yang diperlukan harus didasari atas

kinerja obat pada gangguan multipel dari patofisiologi DM tipe 2.

c. Pengobatan harus dimulai sedini mungkin untuk mencegah atau

memperlambat progresivitas kegagalan sel beta yang sudah

terjadi pada penyandang gangguan toleransi glukosa.

DeFronzo pada tahun 2009 menyampaikan, bahwa tidak hanya

otot, liver dan sel beta pankreas saja yang berperan sentral dalam

patogenesis penderita DM tipe-2 tetapi terdapat organ lain yang

Page 30: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

18

berperan yang disebutnya sebagai the ominous octet. Secara garis

besar Secara garis besar patogenesis DM tipe-2 disebabkan oleh

delapan hal (omnious octet) berikut :

1. Kegagalan sel beta pancreas: Pada saat diagnosis DM tipe-2

ditegakkan, fungsi sel beta sudah sangat berkurang. Obat anti

diabetik yang bekerja melalui jalur ini adalah sulfonilurea,

meglitinid, GLP-1 agonis dan DPP-4 inhibitor.

2. Liver: Pada penderita DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang

berat dan memicu gluconeogenesis sehingga produksi glukosa

dalam keadaan basal oleh liver (HGP=hepatic glucose

production) meningkat. Obat yang bekerja melalui jalur ini adalah

metformin, yang menekan proses gluconeogenesis.

3. Otot: Pada penderita DM tipe-2 didapatkan gangguan kinerja

insulin yang multiple di intramioselular, akibat gangguan

fosforilasi tirosin sehingga timbul gangguan transport glukosa

dalam sel otot, penurunan sintesis glikogen, dan penurunan

oksidasi glukosa. Obat yang bekerja di jalur ini adalah metformin,

dan tiazolidindion.

4. Sel lemak: Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis

dari insulin, menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan

kadar asam lemak bebas (FFA=Free Fatty Acid) dalam plasma.

Penigkatan FFA akan merangsang proses glukoneogenesis, dan

mencetuskan resistensi insulin di liver dan otot. FFA juga akan

Page 31: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

19

mengganggu sekresi insulin. Gangguan yang disebabkan oleh

FFA ini disebut sebagai lipotoxocity. Obat yang bekerja dijalur ini

adalah tiazolidindion.

5. Usus: Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih

besar dibanding kalau diberikan secara intravena. Efek yang

dikenal sebagai efek incretin ini diperankan oleh 2 hormon GLP-

1 (glucagon-like polypeptide-1) dan GIP (glucose-dependent

insulinotrophic polypeptide atau disebut juga gastric inhibitory

polypeptide). Pada penderita DM tipe-2 didapatkan defisiensi

GLP-1 dan resisten terhadap GIP. Disamping hal tersebut

incretin segera dipecah oleh keberadaan ensim DPP-4, sehingga

hanya bekerja dalam beberapa menit. Obat yang bekerja

menghambat kinerja DPP-4 adalah kelompok DPP-4 inhibitor.

Saluran pencernaan juga mempunyai peran dalam penyerapan

karbohidrat melalui kinerja ensim alfa-glukosidase yang

memecah polisakarida menjadi monosakarida yang kemudian

diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa darah

setelah makan. Obat yang bekerja untuk menghambat kinerja

ensim alfa-glukosidase adalah akarbosa.

6. Sel Alpha Pancreas: Sel-α pancreas merupakan organ ke-6 yang

berperan dalam hiperglikemia dan sudah diketahui sejak 1970.

Sel-α berfungsi dalam sintesis glukagon yang dalam keadaan

puasa kadarnya di dalam plasma akan meningkat. Peningkatan

Page 32: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

20

ini menyebabkan HGP dalam keadaan basal meningkat secara

signifikan disbanding individu yang normal. Obat yang

menghambat sekresi glucagon atau menghambat reseptor

glukagon meliputi GLP-1 agonis, DPP- 4 inhibitor dan amylin.

7. Ginjal: Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam

pathogenesis DM tipe-2. Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram

glukosa sehari. Sembilan puluh persen dari glukosa terfiltrasi ini

akan diserap kembali melalui peran SGLT-2 (Sodium Glucose

co- Transporter) pada bagian convulated tubulus proksimal.

Sedang 10% sisanya akan di absorbsi melalui peran SGLT-1

pada tubulus desenden dan asenden, sehingga akhirnya tidak

ada glukosa dalam urine. Pada penderita DM terjadi peningkatan

ekspresi gen SGLT-2. Obat yang menghambat kinerja SGLT-2

ini akan menghambat penyerapan kembali glukosa di tubulus

ginjal sehingga glukosa akan dikeluarkan lewat urine. Obat yang

bekerja di jalur ini adalah SGLT-2 inhibitor. Dapaglifozin adalah

salah satu contoh obatnya.

8. Otak: Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada

individu yang obes baik yang DM maupun non-DM, didapatkan

hiperinsulinemia yang merupakan mekanisme kompensasi dari

resistensi insulin. Pada golongan ini asupan makanan justru

meningkat akibat adanya resistensi insulin yang juga terjadi di

Page 33: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

21

otak. Obat yang bekerja di jalur Ini adalah GLP-1 agonis, amylin

dan bromokriptin.

6. Pengelolaan diabetes mellitus tipe 2

Diagnosis DM ditegakkan atas dasr pemerikasaan kadar

glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah

pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah

vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan

menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan

glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya

glukosuria. Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang

DM. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan

seperti:

1. Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan

berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

2. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.

Kriteria diagnosis Diabetes Melitus ; Pemeriksaan glukosa

plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondis tidak ada asupan

kalori minimal 8 jam, atau Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl

2-jam setelah tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan beban

glukosa 75 gram, atau Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu

≥200mg/dl dengan keluhan klasik atau pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5%

Page 34: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

22

dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh National

Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau

kriteria DM digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang

meliputi: toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa

terganggu (GDPT).

a. Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan

glukosa plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan

TTGO glukosa plasma 2-jam <140 mg/dl;

b. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa

plasma 2 -jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa

plasma puasa <100 mg/dl

c. Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT

d. Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil

pemeriksaan HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4%.

7. Penatalaksanaan Diabetes Mlitus

Menurut Perkeni (2011), penataksanaan diabetes melitus terdiri dari :

1) Edukasi

Diabetes melitus tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola hidup

dan perilaku telah terbentuk dengan mapan.Pemberdayaan

penyandang diabetes melitus memerlukan partisipasi aktif pasien,

keluarga, masyarakat.Tim kesehatan mendampingi pasien dalam

menuju perubahan perilaku. Edukasi yang di berikan meliputi:

Page 35: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

23

a. Edukasi untuk pencegahan primer yaitu edukasi yang

ditunjukkan untuk kelompok resiko tinggi.

b. Edukasi untuk pencegahan skunder yaitu edukasi yang

ditunjukkan untuk pasien baru. Materi edukasi beruapa

penegrtian diabetes, gejala, penatalaksanaan, mengenal

dan mencegah komplikasi akut dan kronik.

c. Edukasi untuk penceghan tersier yaitu edukasi yang

ditunjukkan pada pasien tingkat lanjut, dan materi yang

diberikan meliputi : cara pencegahan komplikasi dan

perawatan, upaya untuk rehabilitasi, dll.

2) Terapi gizi medik atau perencanaan makan, dahulunya dikenal

dengan istilah terapi diet (dietary treatment). Diet sendiri berarti

"pengaturan jumlah serta jenis makanan dan jadual makan setiap

hari." Jika dirancang bersama pasien dengan bimbingan dietisien,

terapi diet juga dapat dinamakan Perencanaan Menu atau

Makan/PM (Menu Planning). PM ini mempertimbangkan pula

faktor-faktor nonnutrisi seperti adat istiadat, habit, kultur,

psikologi, dan ekonomi. Istilah TGM digunakan karena terapi diet

dapat pula disertai terapi gizi lain seperti suplementasi. Karena

beberapa formula enteral misalnya formula susu diabetes

(diabetasol, dianeral, nutren diabetes, glucerna) atau

nutraceuticals misalnya kombinasi vitamin B, asam folat dgn zink

dan kromium (diabetone, glucobion) atau fitokimia pangan

Page 36: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

24

misalnya antosianin/zeaxanthin serta bahan berkhasiat lain

misalnya cinnulin sering digunakan sebagai suplemen lewat

penulisan resep yang merupakan priviledge medis, maka

digunakan istilah terapi gizi medik atau TGM (Perkeni, 20111)

3) Latihan Jasamani, sangat penting dalam pelaksanaan diabetes

karena dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi

faktor resiko kardiovaskuler. Latihan menurunkan kadar glukosa

darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan

memperbaiki pemakaian insulin. Latihan jug adapt meningkatkan

kadar HDL kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta

trigliserida (ADA, 2012).

Menurut ADA (2012), ada beberapa pedoman umum untuk

melakukan latihan jasmani pada pasien diabetes yaitu:

a. Gunakan alas kaki yang tepat, dan bila perlu alat pelindungan

kaki lainnya.

b. Hindari latihan dalam udara yang sangat panas atau dingin

c. Periksa kaki setelah melakukan latihan.

d. Hindari latihan pada saar pengendalian metabolik buruk

Latihan Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam

pengelolaan DMT2 apabila tidak disertai adanya nefropati.

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan

secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar

30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar

Page 37: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

25

latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut .Dianjurkan untuk

melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan jasmani.

Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dL pasien harus

mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dL

dianjurkan untuk menunda latihan jasmani. Kegiatan sehari-hari

atau aktivitas seharihari bukan termasuk dalam latihan jasmani

meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari (Perkeni, 2015)

4) Terapi Farmakologis, Pengobatan diabetes secara menyeluruh

mencakup diet yang benar, olah raga yang teratur, dan obat-

obatan yang diminum atau suntikan insulin.Pasien diabetes

melitus tipe 1 mutlak diperlukan suntikan insulin setiap hari.pasien

diabetes melitus tipe 2, umumnya pasien perlu minum obat

antidiabetes secara oral atau tablet. Pasien diabetes memerlukan

suntikan insulin pada kondisi tertentu, atau bahkan kombinasi

suntikan insulin dan tablet (ADA, 2012).

8. Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2

1. Pencegahan Primer Diabetes Melitus Tipe 2

a. Pencegahan primer DM Tipe 2 dilakukan dengan tindakan

penyuluhan dan pengelolaan yang ditujukan untuk kelompok

masyarakat yang mempunyai risiko tinggi dan intoleransi

glukosa/

Page 38: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

26

b. Sasaran pencegahan primer Pencegahan primer adalah

upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor

risiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi berpotensi

untuk mendapat DM dan kelompok intoleransi glukosa. Faktor

Risiko Diabetes Melitus sama dengan faktor risiko untuk

intoleransi glukosa yaitu :

1. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi, ras dan etnik.

Riwayat keluarga dengan DM, dan usia (risiko untuk

menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan

meningkatnya usia, usia >45 tahun harus dilakukan

pemeriksaan DM.

2. Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes mellitus,

penderita Polycys Syndrome (PCOS) atau keadaan klinis

lain yang terkait dengan resistensi insulin, Penderita

sindrom metabolic yang memiliki riwayat toleransi glukosa

terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu

seblumnya, penderita yang memiliki riwayat penyakit

kardiovaskular, seperti stroke, PJK, atau PAD (Peripheral

Arterial Diseases).

Page 39: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

27

2. Pencegahan Sekunder Terhadap Diabetes Melitus Tipe2

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau

menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah

terdiagnosis DM. Tindakan pencegahan sekunder dilakukan

dengan pengendalian kadar glukosa sesuai target terapi serta

pengendalian faktor risiko penyulit yang lain dengan pemberian

pengobatan yang optimal. Melakukan deteksi dini adanya penyulit

merupakan bagian dari pencegahan sekunder. Tindakan ini

dilakukan sejak awal pengelolaan penyakit DM. Program

penyuluhan memegang peran penting untuk meningkatkan

kepatuhan pasien dalam menjalani program pengobatan

sehingga mencapai target terapi yang diharapkan. Penyuluhan

dilakukan sejak pertemuan pertama dan perlu selalu diulang pada

pertemuan berikutnya

B. Tinjauan Umum tentang perilaku

1. Definisi Perilaku

Suatu kegiatan yang dilakukan makhluk hidup dari aspek

biologis disebut sebagai perilaku (Notoatmodjo, 2012). Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perilaku berarti

tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

lingkungan. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan

Page 40: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

28

oleh Skinner, seorang ahli psikologi, bahwa perilaku makhluk

hidup dapat terjadi saat ada stimulus dari luar.

Berkaitan dengan kesehatan, perilaku merupakan salah satu

hal yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Perilaku

kesehatan ialah segala aktivitas yang dilakukan seseorang untuk

mempertahankan atau meningkatkan kesehatannya, baik itu

efekti ataupun tidak (Sarafino, 2011). Dalam bukunya, Sarafino

(2011) membagi perilaku kesehatan ke dalam tiga tingkatan, yaitu

well-behavior, symptom-based behavior, dan sick-role behavior.

a. Well-behavior ialah segala aktivitas yang dilakukan seseorang

dalam rangka menjaga dan meningkatkan status kesehatan

dirinya, serta menghindari penyakit yang dapat menyerang

dirinya.

b. Symptom-based behavior ialah segala aktivitas yang

dilakukan seseorang untuk mencari tahu masalah penyakit

dan pemecahannya saat merasa dirinya sakit.

c. Sick-role behavior ialah segala aktivitas yang dilakukan

seseorang untuk menyembuhkan penyakitnya saat ia telah

mengetahui dengan pasti bahwa dirinya sakit dan seperti apa

penyakit yang dideritanya.

Page 41: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

29

Perilaku pada dasarnya adalah totalitas hasil pengamatan

yang terjadi pada orang yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2003).

Bloom (1908) pada Notoatmodjo (2012) mengembangkan ranah

perilaku pada tiga domain, yaitu kognitif (cognitive), afektif

(affective), dan psikomotor (psychomotor). Dalam

perkembangannya, ketiga domain tersebut diukur melalui:

1. Pengetahuan (Knowledge)

Hasil pengindraan manusia atau hasil penyelidikan

seseorang terhadap suatu objek melalui indera yang

kemudian menjadi tahu akan objek tersebut disebut

pengetahuan. Tingkat pengetahuan setiap orang berbeda-

beda. Hal itu sangat bergantung terhadap kemampuan otak

seseorang dalam mengolah hasil yang telah diselidiki oleh

indera masing-masing. Secara garis besar, tingkat

pengetahuan dibagi enam yakni mengetahui (know),

memahami (comprehension), mengaplikasikan (aplication),

menganalisis (analysis), mensintesis (synthesis), dan

mengevaluasi (evaluation).

Pengetahuan termasuk ke dalam perilaku tertutup (overt

behavior). Pengetahuan seseorang dapat diukur melalui

pertanyaan suatu materi dalam bentuk wawancara atau

pengisian angket/kuesioner.

Page 42: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

30

2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala

dalam merespons stimulus atau objek yang kemudian

melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan

yang lain. Newcomb, seorang ahli psikologi sosial,

menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau

kesediaan seseorang untuk bertindak dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Tingkatan sikap terdiri atas

menerima (receiving), merespon (responding), menghargai

(valuing), dan bertanggung jawab (responsible)

3. Tindakan atau Praktik (Practice)

Tindakan atau praktik merupakan kegiatan yang

dilakukan seseorang yang mencerminkan hasil dari sikap

seseorang dan didukung dengan adanya kondisi lain yang

memungkinkan. Praktik atau tindakan dapat dibedakan

menurut kualitasnya menjadi tiga yakni respon terpimpin

(guided response), praktik secara mekanisme (mecanism),

dan adopsi (adoption).

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara langsung

dan tidak langsung. Secara langsung, tindakan atau praktik

diukur melalui observasi. Secara tidak langsung, tindakan

atau praktik responden diukur melalui wawancara terhadap

kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya (recall).

Page 43: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

31

Untuk mencapai perubahan perilaku manusia untuk hidup

sehat sebagai salah satu syarat adalah bagaimana ia memenuhi

kebutuhan hidupnya. Setiap orang harus meyakini bahwa tiada

penyakit tanpa penyebab tertentu dan perilaku bukanlah penyebab

langsung timbulnya penyakit, dari penulusuran “DOA” (Disablity,

Oriented Approach) penyebab penyakit adalah “agent” (Ngatimin,

2005).

C. Tinjauan Umum tentang pola makan

1. Definisi Pola Makan

Dalam kamus Bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai suatu

system, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu. Dengan

demikian, pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara

atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat.

Pengertian pola makan menurut Lie Goan Hong adalah berbagai

informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis

bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan

mempunyai ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

Pendapat lain mengatakan pola makan adalah gambaran mengenai

jenis makanan dan frekuensi makan yang dikonsumsi dan berlaku

berulang-ulang dan terus menerus.

Pola makan merupakan pilar utama dalam pengelolaan diabetes

mellitus, namun penderita diabetes mellitus sering memperoleh

sumber informasi yang kurang tepat yang dapat merugikan penderita

Page 44: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

32

tersebut, seperti penderita tidak lagi menikmati makanan kesukaan

mereka. Sebenarnya anjuran makan pada penderita diabetes mellitus

sama dengan anjuran makan sehat umumnya yaitu makan menu

seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing

penderita diabetes mellitus.

Pola makan atau perencanaan makan adalah pengaturan untuk

mengurangi komplikasi penyakit (American Diabetes Association,

2015).

Prinsip pengaturan makan paada penyandang diabetes yaitu

makanan yang seimbang, sesuai dengan kebutuhan kalori masing-

masing individu, dengan memperhatikan jadwal, jenis dan jumlah

makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat

45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20% natrium kurang dari 3g,

dan diet cukup serat sekitar 25g/hari. Pada pasien diabetes mellitus

perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal ini jumlah

maknan, jenis makanan dan jadwal makan (Perkeni, 2011). Dapat di

uraikan sebagai berikut :

a. Jumlah makan

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2011,

telah menetapakan standar jumlah pada diet Diabetes melitus,

dimana telah di tetapkan proporsi yang ideal untuk zat makanan

seperti makanan pokok yang mengandung karbohidrat, protein,

lemak, kolesterol, serat, garam dan pemanis dalam satu porsi

Page 45: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

33

makanan yang harus dikosumsi oleh penderita diabetes melitus

adalah karbohidrat, protein, lemak, kolesterol, serat, garam, dan

pemanis, yang terbagi pada makan pagi 20% dari total

kebutuhan kalori dalam sehari, makan ringan pertama 10% dari

total kebutuhan kalori dalam sehari, makan siang 25% dari total

kebutuhan kalori dalam sehari, makan ringan kedua 10% dari

kebutuhan sehari, makan malam 25% dari total kebutuhan kalori

dalam sehari dan makan ringan ketiga 10% dari kebutuhan

kalori sehari.

b. Jenis Makanan

Jenis makan adalah variasi bahan makanan yang kalau

dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit

susunan menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi

makan merupakan salah satu cara untuk mengatasi rasa bosan

yang mengurangi selera makan. Variasi menu tersusun oleh

kombinasi bahan makanan yang diperhitungkan dengan tepat

akan memberikan hidangan sehat baik secara kualitas dan

kuantitas.

c. Jadwal Makan

Penderita diabetes mellitus membiasakan diri untuk makan

tepat pada waktu yang telah ditentukan. Penderita diabetes

mellitus makan sesuai dengan jadwal, yaitu 3 kali makan utama

dan 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Hal ini

Page 46: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

34

di maksudkan agar terjadi perubahan pada kandungan glukosa

darah penderita DM, sehingga diharapkan dengan

perbandingan jumlah makanan dan jadwal yang tepat maka

kadar glukosa darah akan tetap stabil dan penderita DM tidak

merasa lemas akibat kekurangan zat gizi.

D. Kesimpulan Hasil Penelitian Sebelumnya

Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang sejalan dengan

penelitian ini dalam literature review diperoleh informasi bahwa

terjadi peningkatan DM type 2 yang berhubungan dengan gaya

hidup khususnya pola makan. Hal tersebut diakibatkan karena

banyaknya masyarakat yang kurang memperhatikan kesehatannya

sehingga menimbulkan perilaku tidak sehat, dan kemajuan

technologi yang mampu membantu kebutuhan hidup sehari-hari,

dengan alasan tidak merepotkan diri sendiri.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lawrence W Green. Et al

yang melakukan pencegahan dan integrasi primer dengan kesehatan

masyarakat disertai dengan manajemen yang efektif dan sangat

penting untuk mengurangi morbiditas dan kematian dini terkait DM

type 2, namun pencegahan primer sangat tinggi dan atraktif sebagai

pelengkap strategi yang terpadu untuk DM type 2 karena beberapa

alasan, pertama : Beban kesehatan masyarakat yang sangat besar

terhadap DM, yang kedua Perawatan saat ini yang tersedia sangat

Page 47: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

35

mahal dan bias menimbulkan efek samping yang berbahaya

(misalnya hipoglikemia), dan masih memiliki manfaat yang terbatas

dan kemungkinan kecil agar efektif bagi orang-orang yang memiliki

masalah dalam mengakses perawatan medis tersebut, alasan yang

ketiga adalah pencegahan DM type 2 oleh gaya Hidup Modifikasi

cenderung menghasilkan efek samping yang menguntungkan

(Misalnya pengurangan risiko hipertensi, hyperlipidemia, penyakit

jantung dan kanker tertentu),dan yang keempat, sebagaian besar

faktor penentu asupan kalori, manajemen berat badan badan dan

aktifitas fisik di luar jangakauan atau pengaruh praktisi perawatan

kesehatan oleh diri mereka sendri dan cenderung lebih setuju untuk

melakukan uapaya kesehatan masyarakat.

E. Tinjauan Teori dan Konsep

1. Kerangka Teori

Dalam membangun kerangka konsep pada penelitian perilaku

keluarga terhadap Perilaku dan peran keluarga terhadap pola makan

penderita DM Type 2 mengacu pada Health Belief Model (Sheeran &

Abraham, 1995).

Health Belief Model (HBM) adalah salah satu teori perilaku

kesehatan yang pertama, dan tetap menjadi salah satu yang paling

banyak dikenal di lapangan. Ini dikembangkan pada tahun 1950 oleh

sekelompok psikolog sosial Pelayanan Kesehatan AS yang ingin

Page 48: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

36

menjelaskan mengapa hanya sedikit orang yang berpartisipasi dalam

program untuk mencegah dan mendeteksi penyakit.

Health Belief Model adalah teori untuk memahami sautu

perilaku kesehatan dengan alasan-alasan yang mendasari

terbentuknya perilaku atau menghambat perilaku. Teori ini

menyebutkan bahwa kemungkinan seseorang melakukan perilaku

kesehatan jika seorang merasa dapat terkena penyakit tersebut,

merasa penyakit tersebut mengakibatkan konsekuensi serius,

merasa bahwa ada langkah atau cara tertentu yang dapat dilakukan

untuk mengurangi risiko, dan merasa bahwa keuntungan yang

didapat dari melakukan perilaku lebih banyak daripada pengorbanan

atau hambatan yang ada (Bartholomew et al.,2006).

Model kepercayaan kesehatan (HBM) pada awalnya

dikembangkan pada tahun 1950-an oleh sekelompok psikolog sosial

di Pelayanan Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat, dalam usaha

untuk menjelaskan kegagalan secara luas partisipasi masyarakat

dalam program pencegahan atau deteksi penyakit. Kegagalan ini

akhirnya menjadikan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan

penyakit (preventive health behaviour), yang oleh Becker (1974)

dikembangkan dari teori lapangan (Fieldtheory, Lewin 1954) menjadi

model pola pelayanan kesehatan (Health Belief Model). Kemudian,

model diperluas untuk melihat respon masyarakat terhadap penyakit

Page 49: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

37

yang didiagnosa, terutama berhubungan dengan pemenuhan

penanganan medis.

Berikut kerangka teori Health Belief Model :

Gambar 1 : Health Belief Model as a predictor of preventive health

Behaviour

Individual Perceptions

Demographic variables

(age, sex, race,

ethnicity, ets)

Sociopsychological

variables (personality,

social class, peer

and reference group

pressure,etc.)

Structural variables

(knowledge about the

disease,

prior contact with the

disease, etc.)

Modifying Factors Likehood of action

Perceived threat of disease

Cues to action

Mass media campaigns

Advice from others

Reminder postcard from

physician or dentist

Illness of family member or

friend

Newspaper or magazine article

Perceived susceptibility

to disease “X”

Perceived seriousness

(severity) of disease “X”

Likelihood of taking

recommended preventive

health action

Perceived benefits of

preventive action

Minus

Perceived barriers of

preventive action

Page 50: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

38

Model ini menjelaskan suatu konsep yang mengungkapkan alasan

dari individu untuk mau atau tidak melakukan perilaku sehat (Janz &

Becker, 1984). Health Belief Model terdapat enam dimensi yang dapat

menggabarkan bagaimana keyakinan individu terhadap perilaku sehat,

dimensi-dimensi tersebut antara lain :

1. Perceived susceptibility

Perceived susceptibility adalah keyakinan individu mengenai

kerentanan dirinya atas resiko penyakit dalam mendorong orang

untuk mengadopsi perilaku yang lebih sehat. Semakin besar

risiko yang dirasakan, semakin besar kemungkinan individu

terlibat dalam perilaku untuk mengurangi risikonya.

2. Perceived severity

Perceived severity atau kesriuasan yang dirasa.Perasaan

mengenai keseriusan terhadap suatu penyakit, meliputikegiatan

evaluasi terhadap konsekuensi klinis dan medis (sebagai

contoh, kematian, cacat, dan sakit) dan konsekuensi sosial yang

mungkin terjadi (seperti efek pada pekerjaan, kehidupan

keluarga, dan hubungan sosial). Banyak ahli yang

menggabungkan kedua komponen diatas sebagai ancaman

yangdirasakan (perceived threat)

3. Perceived benefitsm

Penerimaan susceptibility sesorang terhadap suatu kondisi yang

dipercaya dapat menimbulkan keseriusan (perceived threat)

Page 51: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

39

adalah mendorong untuk menghasilkan suatu kekuatan yang

mendukung kearah perubahan perilaku. Ini tergantung pada

kepercayaan seseorang terhadap efektivitas dari berbagai

upaya yang tersedia dalammengurangi ancaman penyakit, atau

keuntungan-keuntungan yangdirasakan (perceived benefit)

dalam mengambil upaya-upaya kesehatan tersebut.

4. Perceived barriers

Perceived barriers atau hambatan yang dirasakan untuk

berubah, atau apabila individu menghadapi rintangan yang

ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Sebagai

tambahan untuk empat keyakinan (belief) atau persepsi.

5. Health Action

Health Action dimana konstruk in terkait dengan motivasi

individu untuk selalu hidup sehat

6. Cues to action

Cues to action suatu perilaku dipengaruhi oleh suatu hal yang

menjadi isyarat bagi seseorang untuk melakukan suatu tindakan

atau perilaku. Isyarat yang berupa factor-faktor eksternal

maupun internal. Misalnya pesan-pesan pada media massa.

Page 52: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

40

2. Kerangka Konsep

Perilaku pola makan penderita DM type 2 bisa saja berbeda-

beda untuk jenis penyakit atau keluhan yang sama. Hal tersebut

dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun dari luar individu.

Penyakit Diabets mellitus merupakan masalah perilaku dan gaya

hidup yang berisiko misalnya pola makan yang tidak teratur dan porsi

makan yang tidak seimbang atau sesuai kebuthan perhari, selain

faktor risiko tersebut riwayat keluarga, usia, dan obesitas juga

merupakan fakor risiko terjadinya DM type 2.

Dari penjelasan diatas telah dipaparkan bahwa pola makan dan

gaya hidup merupakan salah satu faktor risiko terbesar yang rentan

terhadap terjadinya Diebets Melitus Type 2 serta adanya faktor risiko

yang lain seperti riwayat keluarga, atas dasar inilah akan dilakukan

penelitian pada penderita DM type 2 dengan memilih perilaku dan

peran keluarga terhadap pola makan penderita DM type 2 yang

pasien tersebut menjadi varibel.

Untuk mengetahui perilaku pola makan Pasien rawat Jalan DM

type 2 di RS Unhas, peneliti merumuskan kerangka konsep yang

berdasarkan dari model Health Belief Model (HBM).

Berdasarkan kerangka teori tersebut maka peneliti membatasi

penelitian in pada skema kerangka konsep sebagai berikut :

Page 53: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

41

Perilaku Pola Makan pasien rawat jalan Diabetes Melitus type 2 di

RS Unhas

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian

= Variabel dependent

= Variabel Independent

= Variabel yang tidak diteliti

Persepsi Individu

tentang kerentanan

dan keparahan

penyakit

Manfaat yang

dirasakan (Kondisi

Membaik dan gula

darah terkontrol

Pengetahuan

tentang DM terkait

pola makan

Ancaman Penyakit

yang di rasakan

(Komplikasi yang

bisa timbul)

Pola Makan

Isyarat untuk

bertindak

Pendidikan, Gejala

Penyakit

Media Informasi

Page 54: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

42

3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Pengukuran dan penilaian ini dapat dipaparkan sebagai berikut :

1. Variabel Independen

Variabel Independen (bebas) dalam penelitian ini adalah

pengetahuan, serta manfaat yang dirasakan,

2. Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah

Tindakan pola makan.

3. Pengetahuan hasil tahu (know) setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu dan

merupakan segala sesuatu yang diketahui tentang DM type

2 baik dari gejala, pencegahan, pengobatan serta pola

makan.

Kriteria Objektif : Pengetahuan seseorang dapat diukur

melalui pertanyaan suatu materi dalam bentuk wawancara

atau pengisian angket/kuesioner, pengetahuan diukur

dengan menggunakan skala Guttman, setiap jawaban YA

diberi nilai 1 (satu) dan jawaban yang TIDAK diberi 0 (nol).

Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75% - 100%, tingkat

pengetahuan cukup bila skor 56% - 75% dan tingkat

pengetahuan kurang bila skor < 55%.

4. Manfaat yang dirasakan merupakan pendapat dari pasien

DM type 2 mengenai manfaat yang akan diperoleh apabila

menerapkan pola makan yang sehat bagi pasien DM

Page 55: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

43

Kriteria objektif : Manfaat ini diukur dengan menggunakan

skala likert. Skala Likert, dengan skala penilaiannya

berjenjang jika jawaban sangat tidak setuju maka diberi

nilai 1(satu), jawaban tidak setuju diberi nilai 2 (dua), jika

jawaban netral diberi nilai 3 (tiga), jika jawaban setuju di beri

nilai 4 (empat), dan jika jawaban sangat setuju diberi nilai 5

(lima)

5. Ancaman penyakit yang di rasakan merupakan Perasaan

mengenai keseriusan terhadap Diabetes Melitus Type 2,

meliputi komplikasi penyakit dan medis (sebagai contoh,

kematian, cacat, dan sakit) dan konsekuensi sosial yang

mungkin terjadi (seperti efek pada pekerjaan, kehidupan

keluarga, dan hubungan sosial) .

Kriteria objektif Ancaman penyakit yang dirasakan dapat

diukur melalui pernyataan dalam bentuk wawancara atau

pengisian angket/kuesioner, yang diukur dengan

menggunakan skala Guttman, setiap jawaban YA diberi nilai

1 (satu) dan jawaban yang TIDAK diberi 0 (nol).

6. Pola Makan merupakan cara atau usaha dalam pengaturan

jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti

mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau

membantu kesembuhan Diabetes Melytus Type 2. Pola

makan memiliki tiga komponen penting, yaitu jenis, jadwal

Page 56: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

44

dan jumlah, pola makan dapat diukur melalui kuesiner Food

Frequensi

Kriteria Objektif :

a. Cukup jika rata-rata konsumsi makanan yang

mengandung energi ≥ 80% AKG.

b. Kurang Jika rata-rata konsumsi makanan yang

mengandung energi < 80% AKG.

c. Cukup jika rata-rata konsumsi yang mengandung

karbohidrat 45-65%, lemak 20-25%, protein 10-20% dari

total asupan energi.

d. Lebih jika rata-rata konsumsi makanan yang

mengandung karbohidrat >65%, lemak >25%, protein

>20% dari total asupan energi.

e. Kurang Jika rata-rata konsumsi makanan yang

mengandung karbohidrat <45%, lemak <20%, protein

<10% dari total asupan energi

Page 57: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

45

F. Hipotesis

H0

- Ada hubungan pengetahuan pola makan penderita DM type 2

dengan ancaman yang dirasakan.

- Ada hubungan manfaat yang dirasakan dengan pola makan

pasien rawat jalan penderita DM type 2

- Ada hubungan ancaman yang dirasakan dengan pola makan

pasien rawat jalan penderita DM type 2.

Ha

- Tidak ada hubungan pengetahuan pola makan penderita DM type

2 dengan ancaman yang dirasakan.

- Tidak ada hubungan manfaat yang dirasakan dengan pola makan

pasien rawat jalan penderita DM type 2

- Tidak ada hubungan ancaman yang dirasakan dengan pola

makan pasien rawat jalan penderita DM type 2.

Page 58: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

46

G. Sintesa Hasil Penelitian

No. Peneliti Tujuan Desain Penelitian Hasil Saran

1. Yuni Dwi

Hastuti

Semarang,

2017

Untuk mengetahui

gambaran health belief

pada penderita

Diabetes Melitus Tipe

II

Kuantitatif

noneksperimental

HAsil penelitian menunjukkan

bahwa lebih dari setengah

responden penderita DM type 2

di wilayah kerja puskesmas

pandanaran memiliki tingkat

HBM yang buruk

- Penelitian selanjutnya

tentang peningkatan

HBM pada penderita

DM

- Lebih mengkaji faktor-

fakto yang

mempengaruhi

kepercayaan (Health

Belief) DM.

Page 59: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

47

No. Peneliti Tujuan Desain Penelitian Hasil Saran

2. Lawrence W

Green, et al

Amerika

Serikat,

2011

Untuk mengetahui

pencegahan dan

integrasi perawatan

primer dengan

kesehatan masyarakat

dalam pencegahan

DM type 2

Kualitatif

Grounded Theory

Strategi perilaku disesuaikan

dengan individu berisiko tinggi

telah terbukti efektif dalam RCT.

Adaptasi dari strategi berbasis

bukti ini untuk digunakan dalam

pengaturan komunitas telah

diselidiki hasil yang menjanjikan

sekarang sedang diambil untuk

skala dan dievaluasi oleh CDC /

DDT dan mitra. Mengingat

ukuran diabetes epidemi dan

jumlah orang dengan

pendekatan risiko tinggi ditujukan

secara eksklusif pada perilaku

individu perubahan dalam

pengaturan klinis kemungkinan

akan terbukti tidak memadai

untuk kontrol diabetes pada

tingkat populasi.

Diperlukan Pengendalian dan

Pencegahan Penyakit untuk

mengimplementasikan atau

memfasilitasi integrasi

perawatan primer dan

kesehatan masyarakat untuk

pencegahan primer

Page 60: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

48

No. Peneliti Tujuan Desain Penelitian Hasil Saran

3. Kusnanto,

Surabaya, 2014

Untuk mengidentifikasi

dan menganalisis

faktor yang

berhubungan dengan

kepatuhan medikas

Desain deskriptif

analitik dengan

pendekatan Cross

Sectional

Berdasarkan hasil penelitian

analisis faktor kepatuhan

medikasi penderita Diabetes

mellitus tipe 2 berdasarkan teori

Health Belief Model (HBM) di

wilayah kerja Puskesmas

Mulyorejo Surabaya yang

dilakukan pada tanggal 4-13 Juli

2014 diperoleh kesimpulan

bahwa faktor yang memiliki

hubungan

signifikan dengan kepatuhan

medikasi penderita Diabetes

mellitus tipe 2 adalah faktor jenis

kelamin, pendapatan,

pengetahuan, persepsi

keseriusan (perceived

seriousness), persepsi manfaat

(perceived benefit), efikasi diri

(self efficacy), dan dukungan

keluarga (family support).

- Perawat perlu meningkatkan

interaksi dengan pasien

karena dengan interaksi

yang baik, komunikasi akan

terjalin dengan baik dan

informasi tentang DM dan

terapi medikasinya akan

tersampaikan dengan baik

pula sehingga pengetahuan

pasien akan meningkat

Page 61: TESIS POLA MAKAN PASIEN RAWAT JALAN DM TIPE 2 DI …

49

No. Peneliti Tujuan Desain Penelitian Hasil Saran

4. Alfiatur Rizqi,

2017

Sebagai upaya untuk

mengeksplorasi suatu

proses bagaimana

health

belief model pada

penderita diabetes

mellitus

Pendekatan

Kualitatif

Seluruh subjek merasa rentan

mengalami keparahan ketika

menderita diabetes, mereka juga

merasa rentan terhadap suatu

ancaman ketika diabetes tidak

segera ditangani. Seluruh subjek

merasakan manfaat ketika

melakukan perilaku sehat, itu

sebabnya keempat subjek mau

melakukan perilaku sehat

- Untuk ke empat subjek

diharapkan dapat tetap

melakukan perilaky sehat

terus menerus sesuai

dengan yang sudah di

jalankan dengan baik,

sehingga kesehatan diri

masing-masing tergaga

dengan baik

5. Seema Mahant

2013

Menunjukkan akhir

dampak konseling

pada DM dengan

kadar glukosa darah.

Kohort Prospektif Hasil akhir dampak konseling

terlihat dalam pemantauan

diabetes dengan kadar glukosa

dara dan hemoglobin menurun.

Dimana Tingkat HbA1C di

mmol/L sebelum konseling 7,4

mmol/L sedangkan pada tingkat

gula darah rata-rata dalam mg%,

sebelum konseling 200mg% dan

sesudah 250mg%