LAPSUS I

download LAPSUS I

of 15

description

laporan kasus

Transcript of LAPSUS I

Bagian Ilmu Kedokteran JiwaPalu, Agustus 2015FKIK Universitas TadulakoRumah Sakit Umum Daerah Anutapura

LAPORAN KASUS

Nama: Muhammad HafidzStambuk : N 101 10 069Pembimbing Klinik: dr. Andi Soraya, M. Kes, Sp.KJ

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS TADULAKOPALU2015

LAPORAN KASUSIDENTITAS PASIENNama : Tn. AcilUmur :21 TahunJenis Kelamin : laki - lakiAlamat: Desa WatusampuPekerjaan : Pekerja BangunanAgama: IslamStatus Perkawinan: belum MenikahTanggal Pemeriksaan: 24 Agustus 2015

I. DESKRIPSI KASUSAnamnesis a. Keluhan Utama: Mengamuk dirumah

b. Riwayat Penyakit Sekarang:Pasien laki laki umur 21 tahun diantar keluarganya ke poli jiwa RSU Anutapura dengan keluahn sering mengamuk dengan melempar barang - barang di rumahnya, selain mengamuk, pasien juga menjadi pendiam serta sulit diajak berkomunikasi. Dari pengakuan keluarga, pasien terkadang terlihat gelisah setelah mengamuk. Perubahan perilaku ini terjadi kurang lebih 2 minggu yang lalu. Sebelumnya dari pengakuan ayah pasien, pasien sempat mengkonsumsi obat obatan yang keluarga tidak tahu manfaatnya, obat obatan tersebut didapatkan dari teman teman anaknya. Konsumsi obat tersebut pertama kali diketahui saat kurang lebih 3 tahun yang lalu. Keluarga mengaku, setelah mengkonsumsi obat obatan itu, pasien menjadi lebih emosional dan semakin sering pergi bersama teman temannya.Perubahan sikap pasien terlihat semakin berubah ketika pasien meminta dibelikan motor namun belum disetujui oleh keluarga. Pasien sempat mencoba bunuh diri, namun tertolong dan dilarikan kerumah sakit dan dirawat sekitar seminggu.

AUTOANAMNESA DM:Selamat pagi Bu.Perkenalkan bu,nama saya dokter muda Hafidz, mau mewawancara ibu mengenai anak ibu, nama anak ibu siapa?P:Tn. IcalDM:Berapa umurnya bu?P:21 tahun.DM:Ibu dan anak ibu tinggal dimana?P:desa watusampuDM:Maaf bu, pendidikan terakhir anak ibu apa?P:SMP, dok.DM:Pekerjaan anak ibu apa?P:dia kerja sembarang, apa dia bisa dia kerja, terkahir ini di kerja bangunan.DM:Bisa diceritakan keluhan apayang membawa anak ibu datang ke RS?P:dia sering mengamuk di rumah, baru jadi pendiam sekali, susah di ajak bicara, dok.DM: Bisa ibu gambarkan bagaimana mengamuknya bu?P:Begini dok, dia itu kalau mengamuk, di buang semua apa yang dia dapat, jadi takut kita kalau dia dirumah, maunya kita, ini anak dirawat inap, supaya cepat sembuh, baru kalau sudah mengamuk dia, ba diam lagi.DM: Sejak kapan anak ibu seperti itu?P:kurang lebih 2 minggu yang lalu sebelum kemari, dia juga sempat di rawat di anutapura ini, gara gara mau bunuh diri.DM: kalau menurut ibu kenapa anak ibu bisa melakukan itu?P: Begini dok, dia ini orangnya tidak pernah bilang kalau ada masalah, dia simpan sendiri, jarang dia cerita sama orang. Tapi terakhir ini ada permitaannya belum bisa dipenuhi, dia minta dibelika motor, tapi belum bisa papanya belikan.DM: apakah anak ibu sudah pernah mengalami ini sebelumnya?P:tidak pernah, dia ini biasa biasa saja orang, suka bergaul sama teman temannya. DM:pernah tidak ibu dengar dia punya masalah sama orang orang disekitar rumahnya ibu?P:tidak ada, dia ini juga orang tidak suak cari cari masalah dengan orang.DM:bagaimana dia kalau dirumah sebelum sakit begini bu?P:biasa saja, sering memang dia keluar sama temannya kalau sore.DM: kalau disekolah bagaimana bu dia?P: biasanya agak lambat pulang, bias susah sore baru pulang soalnya main sama teman temannya.Heteroanamnesis dengan ayah pasien.DM: maaf sebelumnya pak, saya dokter muda hafidz, yang tadi pagi wawancara anak bapak pas dia ke poli, boleh saya wawancara sebentar?P: iya boleh.DM:apakah ada perubaha setelah anak bapak dibawa kerumah sakit?P: Tidak dok, dia masih mengamuk mengamuk ini, jadi mau dibawa ke madani ini, tapi masih tunggu keluarga yang lain.DM:maaf pak, sebelumnya anak bapak pernah tidak konsumsi obat obatana atau minuman keras? P:kalau minuman keras tidak ada kyknya, tpi kalau obat pernah saya dapat di baju sekolah nya waktu dia masih SMPDM:seperti apa itu obatnya pak?P: tablet tablet kecil, warna putih, tidak terlalu saya perhatikan Cuma saya buang saja.DM:pernah bapak tanya dari mana dia dapat?P:cuma dia bilang dari temannya, tpi saya tidak tahu, teman sekolahnya kayaknya.DM: ada tidak perubahan dari anaknya bapak setelah didapat konsumsi oabt itu?P:dia lebih cepat marah, kalau disuruh suruh suka marah marah, baru sering sekali keluar dengan teman temanya.DM : kapan terakhir kali bapak tahu dia konsumsi obat bgtu pak?

P: aduh saya kurang tahu, soalnya sudah lama juag kita dapat itu obat, baru tidak pernah lagi saya liat.

DM: kalau begitu, terima kasih atas informasinya pak.

P: iyaaa sama sama.

c. Riwayat Penyakit SebelumnyaRiwayat Gangguan PsikiatrikTidak ada keluhan psikiatri sebelumnya

Riwayat Gangguan MedikTidak ada riwayat gangguan medik sebelumnya

Riwayat Penggunaan Zat PsikoaktifKeluarga psien mengaku, menemukan obat obatan yang tidak diketahui tujuannya. Pasien juga diberhentikan dari sekolah menengah atas karena membawa obat obatan tersebut ke sekolahnya.

d. Riwayat HidupPrenatalPasien anak pertama dari 4 bersaudara, lahir normal dibantu oleh bidan.

Masa Kanak-KanakKeluarga pasien mengungkapkan tidak ada masalah dan merasa kehidupan anak mereka biasa saja waktu direntang usia sekolah dasar.

Masa RemajaPada masa remaja pasien mengungkapkan bahwa pasien tidak pernah terlibat masalah dengan teman bermainnya dan keluarganya. Pada saat pasien bersekolah di SMP, pasien didapati membawa obat obatan yang fungsinya tidak diketahui oleh keluarga.

Masa DewasaPasien menjadi pekerja bangunan setelah diberhentikan di SMA, pasien juga bekerja sebagai petani dan serta melakuakn pekejaan pekerjaan lain. Pasien dikenal suka bergaul dengan tetangga dan orang orang dilingkuangannya. Dikeluarga, menjadi anak tertua, dan tinggal bersama orang tua, nenek, serta 3 adiknya. Keluarga mengatakan pasien jarang mengutarakan masalah yang dihadapinya, sehingga keluarga tidak begitu mengetahui penyebab perubahan sikap yang terjadi pada anak mereka.

II. PEMERIKSAAN FISIKInternikusNadi: 72x/menitTekanan Darah: 110/70 mmHg

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTALa. Deskripsi Umum Penampilan: tampak sesuai umur, memakai kemeja, jaket dan celana jeans. Kesadaran : berubah Perilaku dan aktivitas psikomotor: melambat Pembicaraan: pasien sangat pendiam, tidak ingin berbicara. Sikap terhadap pemeriksa: kurang terbuka.

b. Keadaan Afektif Mood : Anhedonia Afek : menumpul Empati : tidak dapat di raba rasakan.

c. Proses Berpikir : Arus pikiran : Minim Ide Produktivitas : Berkurang Kontinuitas : Bloking, Mutisme Hendaya berbahasa : tidak ada

d. Isi Pikiran Proeokupelasi : sedang diobservasi Isi pikir: delusi(-), obsesi (-), kompulsi (-), fobia(-), waham (-)

e. Persepsi Halusinasi (+), auditori, kadang - kadang Ilusi (-) Depersonalisasi (-) Derealisasi (-)

f. Fungsi Intelektual Daya ingat : sulit dinilai karena pasein tidak ingin bicara Taraf pendidikan, pengetahuan, dan kecerdasan : sulit dinilai Orientasi waktu, tempat, dan orang : baik Bakat kreatif : tidak ada Konsentrasi dan perhatian : berkurang Pikiran abstrak : kurang

g. Pengendalian Impuls: terganggu

h. Daya Nilai Norma sosial: terganggu Uji daya nilai: terganggu. Penilaian realitas : terganggu

i. Tilikan Tilikan: tilikan 1 pasien tidak ingin kalau dirinya dikatakan sakit, atau tidak ingin dikatakan telah terjadi sesuatu padanya. Taraf dapat dipercaya: dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGTidak ada pemeriksaan penunjang

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNAPasien laki laki umur 21 tahun diantar keluarganya ke poli jiwa RSU Anutapura dengan keluahn sering mengamuk dengan melempar barang - barang di rumahnya, selain mengamuk, pasien juga menjadi pendiam serta sulit diajak berkomunikasi. Dari pengakuan keluarga, pasien terkadang terlihat gelisah setelah mengamuk. Perubahan perilaku ini terjadi kurang lebih 2 minggu yang lalu. Sebelumnya dari pengakuan ayah pasien, pasien sempat mengkonsumsi obat obatan yang keluarga tidak tahu manfaatnya, obat obatan tersebut didapatkan dari teman teman anaknya. Konsumsi obat tersebut pertama kali diketahui saat kurang lebih 3 tahun yang lalu. Keluarga mengaku, setelah mengkonsumsi obat obatan itu, pasien menjadi lebih emosional dan semakin sering pergi bersama teman temannya.Perubahan sikap pasien terlihat semakin berubah ketika pasien meminta dibelikan motor namun belum disetujui oleh keluarga. Pasien sempat mencoba bunuh diri, namun tertolong dan dilarikan kerumah sakit dan dirawat sekitar seminggu. Pada pemeriksaan status mental ditemukan pasien ditemukan bahwa kadang kadang pasien mengalami halusinasi auditori. Aspke intelektual sulit dinilai karena pasien tidak ingin berbicara, dan tidak terbuka. Dari aspek daya nilai pesien terganggu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg dan nadi 72x/menit. diagnosis pasien ini merujuk pada gangguan psikotik.

VI. EVALUASI MULTIAXIAL:Axis I : Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativ atau hipnotika predominan halusinasi (F13.52) Axis II : Tidak ada diagnosis aksis II (Z 03.2)Axis III : Tidak Ada (None)Axis IV : pasien putus sekolahAxis V : (GAF Scale 21 30) Perilaku sangat dipengaruhi oleh delusi atau halusinasi ATAU gangguan yang serius, dalam komunikasi atau penilaian (misalnya, kadang-kadang membingungkan, bertindak terlalu tidak tepat, keasyikan bunuh diri) ATAU ketidakmampuan untuk berfungsi dalam hampir semua bidang (misalnya, tetap di tempat tidur sepanjang hari, tidak ada pekerjaan, rumah, atau teman

VII. DAFTAR PROBLEM: Biologik : pasien sulit tidur, sering mengamuk dirumahnya. Psikologik: Menjadi lebih pendiam Sosial: semenjak terjadi perubahan pada sikap pasien, pasien sering dilarang untuk keluar rumah. Pasien juga sering mengamuk sehingga orang orang dilingkungan takut untuk bertemu dengan pasien.

VIII. PENATALAKSANAANa. Farmakoterapi Risperidon, dengan sediaan 1,2,3 mg, dengan dosis anjuran 2 6 mg. Pemberian Risperidon. dimulai dari dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respon terapi. Mekanisme kerja obat dengan memblokade dopamine dan sistem ekstrapiramidal sehingga efektif untuk gejala negatif. Trihexyphenidyl, digunakan untuk mengatasi gejala ekstrapiramidal akibat penggunaan obat anti psikosis. Dosis 3 4 x 2mg/hari. Dizepam, tablet 2 5 mg, akan bereaksi dengan reseptor benzodiazepin dan menginhibisi aktivitas GABA sehingga hiperaktivitas mereda.

b. Psikoterapi Bagi korban penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya, pengobatan yang dilakukan dari segi medis, dalam arti melepaskan ketergantungan secara fisik tidak begitu sulit yaitu dengan pengobatan yang disebut dengan detoksifikasi yang memerlukn waktu sedikitnya tiga minggu. Namun terkadang kekambuhan datang kembali dikarenakan faktor psikologis, atau kepribadian si penderita dan faktor lingkungan.Para pecandu narkotika biasanya mempunyai permasalahan sendiri-sendiri. Oleh karena itu, penyembuhan melalui sistem pendekatan kemudian harus lihat dari berbagai segi dan faktor. Sejalan dengan pengobatan medis, pembinaan mental spiritual terus dilakukan. Bimbingan psikiater secara kontinu sangat dibutuhkan untuk menghindari kekambuhan kembali. Selanjutnya partisipasi masyarakat sangat diperlukan teruatama dalam hal penerimaan bekas korban narkotika untuk kembali ke tengah masyarakat untuk memulai hidup dengan wajar. Sedangkan bagi penderita yang sudah kritis secara fisik, hendaknya dibawa ke rumah sakit yang khusus menangani penderita penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif linnya.IX. PROGNOSISTerkadang pasien ketergantungan NAPZA, memilki gangguan mental penyerta lain seperti scizofrenia, ganggaun bipolar, ganggaun axietas, ganggaun panik, atau gangguan obsesif kompulsif. Ini sering disebut ganggaun diagnosa ganda. Dalam terapi dan rahabilitasi ketergangungan NAPZA, hal ini merupakan temuan yang sangat menyulitkan. Dalam beberapa penilitian 21% sampai 39% pasien memilki masalah gangguan ketergantungan obat dan ganguaan mental lain. Untuk itu dibutuhkan peran dari pihak pihak terkiat untuk melakukan intervensi yang maksimal agar mendapatkan prognosis yang lebih baik.

X. FOLLOW UPTidak dilakukan follow up

XII. PEMBAHASAN TINJAUAN PUSTAKAa. DefinisiNAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.b. Etiologia. BiologiZat psikoaktif, khusunya NAPZA, memilliki sifat sifat khusus terhadap jaringan otak. Bersifat menekan aktivitas fungsi otak, merangsang aktivitas otak, dan mendatangkan halusinasi. Karena otak merupakan sentral perilaku manusia, maka interakasi anatara NAPZA dengan sel sel syaraf otak dapat menyababkan terjadinya perunahan perilaku manusia. Ketika didalam otak, NAPZA akan memilki bentuk dan ukuran yang sama dengan natural neurotransmitter. Kemudian akan mengunci dalam reseptor dan mulai membangkitakan reaksi berantai pengisian pesan listrik yang tidak alami sehingga melepaskan sejumlah besar nurotransmitter miliknya.

c. Gejala Kehilangan nafsu makan. Denyut jantung menigkat Gannguan ginjal, emboli paru Perilaku agresif Confusion state, seperti skizofremia Kondisi putus zat : letargy, fatigue, ganguan tidur Depresi berat sampai percobaan bunuh diri Halusinasi Melakukan tindak kekerasan

d. Kriteria DiagnostikBerdasarkan dari PPDGJ III, maka kriteria diagnostik penyalahgunaan NAPZA ditegakkan dengan cara menemukkan 3 atau lebih gejala dibawah ini:1. Adanya keinginan yang kuat untuk untuk menggunakan NAPSA2. Kesulitan untuk mengendalikan perilaku menggunakan NAPSA sejak awal, usaha penghentian atau tingkat penggunaannya.3. Keadaan putus obat, secara fisiologis ketika penghentian penggunaan NAPZA, terbukti orang tersebut menggunakan NAPZAdengan tujuan menghidari atau menghilangkan gejala putus obat.4. Adanya bukti toleransi, berupa peningkatan dosis NAPZA, yang diperlukan guna memperoleh efek yang sama dengan dosis yang lebih rendah. 5. Secara progresif meningkatakan jumlah waktu yang perlukan untuk menggunaka NAPZA.6. Meneruskan penggunaan NAPSA walaupun dia tahu akibat pengguanaan obat obatan tersebut sangat merugikan.

e. Diagnosis Banding Scizofrenia Gangguan afekif Gangguan kepribadian paranoid.

DAFTAR PUSTAKA

Elvira SD, Hadisukanto G, 2010, Buku Ajar Psikiatri, Badan Penerbit FKUI, Jakarta.Kaplan & Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed.2. EGC. Jakarta.Maslim R, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta.

1