Lapsus Ansal

35
Laporan Kasus Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya (F.19) Oleh M. Rizky Triaditya I4A011082 Herly Maulida .S I4A011025 Novitrawati I4A010084 Pembimbing dr. H. Achyar Nawi Husein, Sp.KJ

description

hsjh

Transcript of Lapsus Ansal

Page 1: Lapsus Ansal

Laporan Kasus

Gangguan Mental dan Perilaku Akibat

Penggunaan Zat Multipel dan Penggunaan Zat

Psikoaktif Lainnya (F.19)

Oleh

M. Rizky Triaditya I4A011082

Herly Maulida .S I4A011025

Novitrawati I4A010084

Pembimbing

dr. H. Achyar Nawi Husein, Sp.KJ

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

Fakultas Kedokteran UNLAM/RSUD Ulin

Banjarmasin

Agustus, 2015

Page 2: Lapsus Ansal

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. Kaspul Anwar

Usia : 30 tahun

Jenis Kelamin : Pria

Alamat : Jl. Ternate 22A RT.18 Pasar Lama

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Suku : Banjar

Bangsa : Indonesia

Status Perkawinan: Belum Menikah

Tanggal Berobat : 03 Agustus 2015

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari autoanamnesa pada tanggal 3 Agustus 2015 pukul 11.12

WITA di Poli Jiwa RSUD Ansari Saleh.

A. KELUHAN UTAMA :

Sulit Tidur karena Kehabisan Obat

2

Page 3: Lapsus Ansal

KELUHAN TAMBAHAN:

Pusing, mata terasa panas, kurang fokus untuk berpikir.

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Autoanamnesis:

Os mengaku sulit tidur selama 2 minggu terakhir. Tidur rata-rata

hanya berkisar 1-3 jam. Os memang sudah lama mengalami keluhan sulit

tidur sejak 1,5 tahun yang lalu. Selama 1,5 tahun os mengkonsumsi 2 obat

yaitu obat alprazolam 1mg 2x1 (pagi dan malam) dan obat diazepam 5mg

1x2 tablet (pagi). Namun dalam 4 hari terakhir os kehabisan obat tersebut

sehingga keluhan sulit tidurnya muncul kembali.

Os bercerita bahwa ia juga merasakan kurang fit dan badan terasa

lemas karena kurang tidur. Os juga merasakan pusing yang timbul sejak Os

sulit tidur dan mata Os yang terasa panas juga dikarenakan kurangnya waktu

tidur.

Os mengaku sulit untuk memulai tidur kemudian juga mudah

terbangun tanpa tidur lagi.sehingga waktu tidur tidur Os menjadi berkurang

setiap harinya.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Os pernah tidak sadarkan diri secara tiba-tiba dan dirawat di bagian saraf

RSUD Dr.Moch Anshari Saleh pada tahun 2012 (3 tahun yang lalu) selama 3

hari dan dinyatakan membaik. Riwayat trauma kepala disangkal.

3

Page 4: Lapsus Ansal

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat Antenatal dan Prenatal

Os lahir cukup bulan dengan berat badan normal.

2. Infancy (0 - 1,5 tahun) Basic Trust vs. Mistrust

Os diberikan ASI hingga usia 2 tahun. Tumbuh kembang baik. Os

diasuh oleh ibunya. Hubungan ayah dan ibu rukun.

3. Early Childhood (1,5 – 3 tahun) Autonomy vs. Shame & Doubt

Os berperilaku seperti anak normal seusianya. riwayat tumbuh

kembang Os baik seperti anak seusianya. Tidak ada keterlambatan dalam

tumbuh kembangnya, gizi cukup.

4. Preschool Age (3 – 6 tahun) Inisiative vs. Guilt

Ayah Os termasuk tokoh agama yang disegani di daerahnya. Ayah Os

mengajarkan agama kepada anak-anaknya namun tidak pernah bersikap

keras. Os berteman baik dengan teman di lingkungan rumah os. Os sering

bermain dengan mainan. Hubungan Os dengan saudara rukun dan tidak

sering bertengkar.

5. School Age (6 – 12 tahun) Industry vs. Inferiority

Os mulai bersekolah di SD pada usia 6 tahun. saat sekolah prestasi Os

biasa-biasa saja dan tidak pernah tinggal kelas.

4

Page 5: Lapsus Ansal

6. Adolescence (12 – 20 tahun) Identity vs. Role Diffusion

Os bersekolah di Palangkaraya dan bergaul dengan baik dengan

teman sekolahnya.

7. Young Adulthood (20-29 tahun) Intimacy vs. Isolation

Os mulai bekerja sebagai wiraswasta sejak tahun 2013, Os bekerja

di sebuah toko daerah pasar lama. Os mulai mengonsumsi alkohol dan

memakai narkotika sejak umur 25 tahun. Os kurang bergaul dengan

tetangga sekitarnya.

8. Riwayat Pendidikan

Os mulai bersekolah di Sekolah Dasar masuk pada usia 6 tahun.

Melanjutkan SMP dan SMA di Palangkaraya.

9. Riwayat Pekerjaan

Os bekerja sebagai wiraswasta.

10. Riwayat Perkawinan

Os belum menikah

5

Page 6: Lapsus Ansal

F. RIWAYAT KELUARGA

Genogram:

Di keluarga Os, kaka Os juga punya gangguan tidur dan konsumsi obat yang

sama.

G. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

Os saat ini tinggal dengan ibu Os di Banjarmasin. Saat di Kalimantan

Tengah, Os tinggal bersama orangtuanya. Os sekarang bekerja.

6

Page 7: Lapsus Ansal

H. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA

Os menunjukkan respon yang baik saat diwawancara. Os menganggap

dirinya tidak apa-apa dan dalam kondisi baik jika memiliki obat yang selalu

dikonsumsinya untuk mengatasi keluhan sulit tidur yang dirasakannya selama

ini. Os mengaku tidak akan berhenti mengkonsumsi obat tersebut. Tidak ada niat

dari Os untuk berhenti konsumsi obat. Os sempat mengelak ketika ditanyakan

apakah Os mengonsumsi alkohol dan narkotika, namun ketika digali lebih lanjut

akhirnya Os mengaku.

III. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Os merupakan seorang pria, memakai kaos berwarna putihdisertai jaket

berwarna biru malam, celana jins belang tentara, slayer yang disampirkan di

lehernya dan tampak terawat. Os tampak kurus. Tampak kurang bertenaga dan

dengan wajah terlihat gelisah.

Os menjabat tangan pemeriksa dengan kuat saat bersalaman. Os dapat

menyebutkan nama dan usianya dengan tepat. Os menyebutkan dirinya datang

bersama ibu. Os dapat menyebutkan alamat rumahya dengan tepat dan dapat

meunjukan arah untuk menuju ke sana. Os dapat mengenali peran pemeriksa dan

dapat melakukan perhitungan.

Os juga sering menggerak-gerakan tangan dan kakinyaa saat duduk. Os juga

seakan-akan ingin cepat mengakhiri pembicaraan.

7

Page 8: Lapsus Ansal

2. Kesadaran

Compos mentis (E4 V5 M6)

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Normoaktif

4. Pembicaraan

Os berbicara jelas namun terbata-bata dan cepat.

5. Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif

6. Kontak psikis

Kontak ada, wajar (+) dapat dipertahankan

B. Keadaan Afektif, Perasaan, Ekspresi Afektif serta Empati

1. Afek (mood) : Eutym

2. Ekspresi afektif : Datar

3. Keserasian : Serasi

4. Empati : Dapat dirabarasakan.

5. Stabilitas : Stabil

6. Pengendalian : Cukup

7. Arus Emosi : Cukup

8. Sungguh/tidak : Sungguh

9. Skala diferensiasi : Luas

C. Fungsi Kognitif

1. Kesadaran : kompos mentis

8

Page 9: Lapsus Ansal

2. Orientasi : Waktu : baik

Tempat : baik

Orang : baik

3. Daya Ingat : Segera : baik

Jangka Pendek : baik

Jangka Panjang : baik

4. Intelegensia dan Pengetahuan Umum : sesuai dengan taraf

pendidikan

5. Kemampuan menolong diri sendiri : dapat menolong diri sendiri

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi :

Auditorik : Tidak ada

Visual : Tidak ada

Olfaktorik : Tidak ada

Gustatorik : Tidak ada

Taktil : Tidak ada

2. Ilusi : Tidak ada

3. Depersonalisasi dan derealisasi : Tidak ada

E. Proses Pikir

1. Arus Pikir

a. Produktivitas : Spontan

b. Kontinuitas : Koheren

9

Page 10: Lapsus Ansal

c. Hendaya berbahasa : Tidak ada

1. Flight of idea : tidak ada

2. Circumstantialy : tidak ada

3. Inkoherensi : tidak ada

4. Asosiasi longgar : tidak ada

5. Jawaban irrelevant : tidak ada

6. Blocking : tidak ada

7. Retardasi : tidak ada

8. Perseverasi : tidak ada

9. Verbigerasi : tidak ada

2. Isi Pikir :

a. Preokupasi : Tidak ada

b. Gangguan pikiran : Tidak ada

1. Over valued idea : tidak ada

2. Fobia : tidak ada

3. Obsesi : tidak ada

4. Waham : tidak ada

5. Konfabulasi : tidak ada

6. Rasa bermusuhan : tidak ada

F. Pengendalian Impuls

Normal terkendali

10

Page 11: Lapsus Ansal

G. Daya Nilai

1. Daya nilai sosial : baik

2. Uji daya nilai : baik

3. Penilaian realitas : baik

H. Tilikan

Tilikan 1 : Penyangkalan total terhadap penyakitnya.

I. Taraf dapat dipercaya

Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LANJUT

1. Status Internus

Keadaan Umum : Tampak sehat, kesadaran kompos mentis

Tanda Vital : Tekanan Darah : 100/70 mmHg

Nadi : 88 X/menit

Respirasi : 20 X/menit

Suhu : -

Bentuk badan : Ideal

Kulit : Kecoklatan, tidak sianosis, tidak anemis.

Kepala : Normosefali

Mata : Palpebra tidak edema, sklera ikterik dan memerah.

11

Page 12: Lapsus Ansal

Hidung : Bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada

sekret

Mulut : Bentuk normal dan simetris

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thoraks :

Inspeksi : Simetris

Palpasi : -

Perkusi :

Cor : -

Pulmo : -

Auskultasi :

Cor : -

Pulmo : -

Abdomen :

Inspeksi : -

Auskultasi : -

Palpasi : -

Perkusi : -

Ektremitas Superior : Edema -/- parese -/- tremor +/+

Inferior : Edema -/- parese -/- tremor +/+

2. Status Neurologis :

Nervus I-XII : -

Gejala rangsang meningeal : -

12

Page 13: Lapsus Ansal

Gejala TIK meningkat : -

Refleks fisiologis : -

Refleks patologis : -

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Autoanamnesis

Os merasa sulit untuk memulai tidur dan mudah terganggu saat tidur

sehingga terbangun lebih cepat dan memiliki waktu tidur yang minimal

setiap harinya (1-3 jam)

Os mulai merasakan gangguan tidur saat obat untuk mengobati keluhan

susah tidur Os sejak 1,5 tahun yang lalu sudah habis.

Obat yang dikonsumsi Os setiap hari adalah alprazolam 2 mg 2x1 dan

diazepam 1x2.

Os juga mengonsumsi alkohol dan narkotika sejak 5 tahun yang lalu.

Jenis Zat Awal

Penggunaan

Cara

Penggunaan

Frekuensi Jumlah

Konsumsi

Terakhir

Menggunakan

Diazepam 1,5 tahun yang

lalu (awal tahun

2014)

Ditelan 2 x sehari 1 tablet 20 Juli 2015

Alprazolam 1,5 tahun yang

lalu (awal tahun

2014)

Ditelan 1 x sehari 2 tablet 20 Juli 2015

Alkohol 5 tahun yang

lalu

Diminum 1-2x sebulan 2-3 botol Januari 2015

Sabu 5 tahun yang

lalu

Dihisap 5x - Mei 2011

13

Page 14: Lapsus Ansal

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : F.19 (gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan

zat multiple dan penggunaan zat psikoaktif lainnya.

Aksis II : Gangguan kepribadian dissosial

Aksis III : None

Aksis IV : None

Aksis V : 70 – 61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas

ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

VII. DAFTAR MASALAH

1. Organobiologik

None

2. Psikologik

Os tampak terawat, kontak psikis wajar dan dapat dipertahankan, afek

hipertym, empati dapat dirabasakan, daya ingat jangka panjang dan

pendek baik, tidak terdapat halusinasi, tidak terdapat preokupasi dan

waham, pengendalian impuls tidak terganggu, tilikan derajat 1 dan

dapat dipercaya.

3. Sosial keluarga

Pasien tidak mempunyai masalah keluarga.pasien bukan orang yang

mudah bergaul di kalangan sosial.

14

Page 15: Lapsus Ansal

VIII. RENCANA TERAPI

Psikofarmako :

- Alprazolam 1mg 2x1 (1-0-1)

- Diazepam 5mg 1x1 (1-0-0)

Psikoterapi : Support terhadap penderita dan keluarga

Religius : Bimbingan/ceramah agama dan ibadah

Rehabilitasi : Sesuai bakat dan minat

Usul pemeriksaan penunjang:

- Laboratorium darah dan urine napza

- Tes psikologi

IX. PROGNOSIS

Diagnosis penyakit : dubia ad malam

Perjalanan penyakit : dubia ad malam

Ciri kepribadian : dubia ad bonam

Riwayat herediter : dubia ad bonam

Usia saat menderita : dubia ad malam

Pola keluarga : dubia ad bonam

Pendidikan : dubia ad bonam

Aktivitas pekerjaan : dubia ad bonam

Ekonomi : dubia ad bonam

Lingkungan sosial : dubia ad bonam

Organobiologi : dubia ad bonam

Pengobatan psikiatri : dubia ad bonam

Kesimpulan : dubia ad bonam

15

Page 16: Lapsus Ansal

X. DISKUSI

Dalam PPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

Indonesia III), Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif

dikelompokkan dalam F1. Kelompok ini berisi gangguan yang bervariasi luas dan

berbeda keparahannya (dan intoksikasi tanpa atau dengan komplikasi, penggunaan

yang merugikan, sindrom ketergantungan, keadaan putus zat, sampai gangguan

psikotik yang jelas dan demensia), dan semua itu diakibatkan oleh karena

penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif (dengan atau tanpa resep dokter) (1).

Zat psikoaktif yang digunakan dinyatakan oleh karakter ketiga (yaitu dua digit

pertama setelah huruf F), sedangkan karakter keempat dan kelima khusus untuk

keadaan klinis. Untuk praktisnya, semua zat psikoaktif disebutkan lebih dahulu,

baru diikuti oleh karakter keempat dan kelima, namun dengan catatan tidak semua

kode pada karakter keempat dan kelima dapat digunakan untuk semua jenis zat.

Adapun ikhtisar dari F1 ini adalah sebagai berikut (1): 

F10,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol

F11,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan oploida

F12,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoida

F13,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotika

F14,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain

F15,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain termasuk

kafein

F16,- Gangguan mental dan perilaku akibatpenggunaan halusinogenika

16

Page 17: Lapsus Ansal

F17,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau

F18,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah menguap

F19,- Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan

zat psikoaktif lainnya

Karakter keempat dan kelima dapat digunakan untuk menentukan kondisi klinis

sebagai berikut:

F1x.0 intoksikasi akut

00 Tanpa komplikasi

01 Dengan trauma atau cedera tubuh lainnya

02 Dengan komplikasi medis lainnya

03 Dengan delirium

04 Dengan distorsi persepsi

05 Dengan koma

06 Dengan konvulsi

07 Intoksikasi patologis

F1x.1 Penggunaan yang merugikan (harmful)

F1x.2 Sindrom Ketergantungan

20 Kini abstinen

21 Kini abstinen tetapi dalam lingkungan terlindung

22 Kini dalam pengawasan kiinis atau dengan pengobatan pengganti

17

Page 18: Lapsus Ansal

(ketergantungan terkendali)

23 Kini abstinen tetapi mendapat terapi aversi atau obat penyekat(“blocking

drugs”)

24 Kini sedang menggunakan zat (ketergantungan aktif)

25 Penggunaan berkelanjutan

26 Penggunaan episodik (dipsomania)

F1x.3 Keadaan putus zat

30 Tanpa komplikasi

31 Dengan konvulsi

F1x.4 Keadaan putus zat dengan delirium

40 Tanpa konvulsi

41 Dengan konvulsi

F1x.5 Gangguan psikotik

50 Lir-skizofrenia

51 Predominan waham

52 Predominan halusinasi

53 Predominan polimorfik

54 Predominan gejala depresif

55 Predominan gejala manik

56 Campuran

F1x.6 Sindrom amnesik

18

Page 19: Lapsus Ansal

F1x.7 Gangguan psikotik residual dan onset lambat

70 Kilas balik (flashback)

71 Gangguan kepribadian atau perilaku

72 Gangguan afektif residual

73 Demensia

74 Hendaya kognitif menetap lainnya

75 Gangguan psikotik onset lambat

F1x.8 Gangguan mental dan perilaku lainnya

F1x.9 Gangguan mental dan perilaku YTT

Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan psikiatri, dengan berdasarkan

kriteria diagnostik dari PPDGJ III menunjukkan bahwa penderita mengalami

gangguan psikotik akibat penggunaan zat multiple dan penggunaan zat

psikoaktif lainnya (F19). Kriteria diagnostik secara umum telah terpenuhi yaitu

adanya riwayat penderita dalam penggunaan zat yang bercampur baur untuk

mengatasi keluhan susah tidur dari pasien.

Kasus ini dapat didiagnosa banding dengan Insomnia Non- Organik.

Namun pada insomnia non- organik waktu keluhan hanya berkisar hari sedangkan

pada kasus sudah selama 1,5 tahun dengan penggunaan obat yang terus menerus.

Penyalahgunaan zat adalah suatu perilaku mengonsumsi atau

menggunakan zat-zat tertentu yang dapat mengakibatkan bahaya pada diri sendiri

maupun orang lain. Menurut DSM, peyalahgunaan zat melibatkan pola

19

Page 20: Lapsus Ansal

penggunaan berulang yang menghasilkan konsekuensi yang merusak.

Konsekuensi yang merusak bisa termasuk kegagalan untuk memenuhi tanggung

jawab utama seseorang (misalnya: sebagai pelajar, sebagai pekerja, atau sebagai

orang tua), menempatkan diri dalam situasi di mana penggunaan zat secara fisik

berbahaya (contoh mencampur minuman dan penggunaan obat), berhadapan

dengan masalah hukum berulang kali yang meningkat karena penggunaan obat.

Memiliki masalah sosial atau interpersonal yang kerap muncul karena pengunaan

zat (contoh: berkelahi karena mabuk) (2).

Dalam DSM-IV-TR ketergantungan dan penyalahgunaan merupakan

manifestasi fisik dan psikologis dari penyakit akibat penggunaan obat-obatan

yang menyebabkan ketergantungan atau disalahgunakan. Kedua hal tersebut

merupakan masalah perilaku. Dengan kata lain, masalahnya bukan terletak pada

obat-obatan tersebut, tapi pada cara orang yang memakai obat-obatan tersebut (2).

Bahan-bahan yang digunakan dapat disalahgunakan atau menyebabkan

ketergantungan, jika bahan tersebut menjadi masalah dalam hidupnya. Seseorang

dapat dikategorikan mengalami substance dependence / ketergantungan obat-

obatan jika memenuhi 3 kriteria dari 7 kriteria berikut ini (3):

Suatu pola pengguanaan zat yang maladaptif mengarah pada gangguan

atau penderitaan yang bermakna klinis, bermanifestasi sebagai 3 (tiga) atau lebih

hal-hal berikut yang terjadi pada tiap saat dalam periode 12 bulan (3):

1. Toleransi yang didefinisikan sebagai berikut:

a. peningkatan nyata jumlah kebutuhan zat untuk mendapatkan efek yang didamba

atau mencapai intoksikasi.

20

Page 21: Lapsus Ansal

b. Penurunan efek yang nyata dengan penggunaan kontinyu jumlah yang sama

dari zat.

2. Withdrawal, bermanifestasi sebagai salah satu dari:

a. sindroma withdarwal khas untuk zat penyebab ( kriteria A dan B dari gejala

withdrawal zat).

b. Zat yang sama atau sejenis digunakan untuk menghilangkan atau menghindari

gejala-gejala withdrawal.

3. Zat yang dimaksud sering digunakan dalam jumlah yang besar atau melewati

batas pemakaiannya.

4. Adanya hasrat menetap atau ketidakberhasilan mengurangi atau mengendalikan

pemakaian zat.

5. Adanya aktifitas yang menyita waktu untuk mendapatkan zat (mis. Mendatangi

berbagai dokter atau sampai melakukan perjalan jauh), untuk menggunakan zat

(merokok tiada sela) atau untuk pulih dari efek-efeknya.

6. Kegiatan-kegiatan sosial yang penting, pekerjaan atau rekreasi dilalaikan atau

dikurangi karena penggunaan zat.

7. Penggunaan zat tetap berlanjut meskipun mengetahui bahwa problem-problem

fisik dan fisiologis menetap atau berulang disebabkan oleh penggunaan zat

tersebut.

Santrock (1999) menyebutkan jenis ketergantungan menjadi 2 jenis,

meliputi (4):

a. Ketergantungan psikologis adalah kondisi ketergantungan yang ditandai dengan

stimulasi kognitif dan afektif yang mendorong konatif (perilaku). Stimulasi

21

Page 22: Lapsus Ansal

kognitif tampak pada individu yang selalu membanyangkan, memikirkan dan

merencanakan untuk dapat menikmati zat tertentu. Stimulasi afektif adalah

rangsangan emosi yang mengarahkan individu untuk merasakan kepuasan yang

pernah dialami sebelumnya. Kondisi konatif merupakan hasil kombinasi dari

stimulasi kognitif dan afektif. Dengan demikian ketergantungan psikologis

ditandai dengan ketergantungan pada aspek-aspek kognitif dan afektif.

b. Katergantungan fisiologis adalah kondisi ketergantungan yang ditandai dengan

kecenderungan putus zat. Kondisi ini seringkali tidak mampu dihambat atau

dihalangi pecandu mau tidak mau harus memenuhinya. Dengan demikian orang

yang mengalami ketergantungan secara fisiologis akan sulit dihentikan atau

dilarang untuk mengkonsumsinya. Os termasuk dalam tipe ketergantungan ini,

saat tidak mengonsumsi dekstro Os akan merasa mual, muntah dan gejala putus

zat lainnya.

Os dianjurkan untuk mendapat terapi psikofarmaka dengan Alprazolam 1

mg 2x sehari dan diazepam 5 mg 1x sehari. Alprazolam merupakan obat anti

cemas yang termasuk kelas zat psikotropika benzodiazepine. Alprazolam

memiliki sifat yang sama dengan golongan benzodiazepine lainnya, yaitu

berikatan pada reseptor GABA. Beberapa efek dari Alprazolam adalah anti cemas,

hipnotik (membuat ngantuk), pelemas otot rangka, anti kejang, dan memiliki efek

amnestik (kemampuan membuat orang lupa terhadap sesuatu). Diazepam adalah

obat penenang di kelas benzodiazepin Diazepam termasuk dalam golongan

psikotropika, pada kasus ini indikasinya sebagai obat sedatif-hipnotic.

22

Page 23: Lapsus Ansal

Prognosis untuk Os adalah dubia ad bonam, karena dilihat dari diagnosis

penyakit, perjalanan penyakit, ciri kepribadian, stressor psikososial yang buruk,

pendidikan, pola keluarga, perkawinan, ekonomi, pengobatan psikiatrik, serta

dengan diketahuinya penyebab dari gejala tersebut.

Pada Os ini juga diperlukan psikoterapi dan rehabilitasi bertujuan untuk

menguatkan daya tahan mental, mempertahankan kontrol diri dan mengembalikan

keseimbangan adaptatif berupa terapi keluarga dan masyarakat agar bisa

menerima keadaan penderita dengan tidak menimbulkan stressor-stressor baru,

dengan menciptakan suasana yang kondusif untuk kesembuhan Os.

DAFTAR PUSTAKA

23

Page 24: Lapsus Ansal

1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ-III. Jakarta : PT Nuh Jaya, 2001.

2. Nevid, Jeffreys, Rhatus, Sphencer dan Greene, 2002. Psikologi Abnormal, Jakarta: penerbit Erlangga.

3. Maramis WF. Petunjuk Pemeriksaan Psikiatrik. Surabaya : Airlangga University Press, 1976.

4. John W. Santrock, 1999. Psychology: Paperback, Student Edition of Textbook. Philadelphia: Mc Graw Hill

24