Lapsus Ansal

download Lapsus Ansal

of 20

description

kkkkk

Transcript of Lapsus Ansal

Laporan Kasus

Gangguan Waham Menetap (F.22)

OlehM. Irfan Hidayat I4A011018Olivia Dewi Rianti I4A011037Hanum Nasiha I4A011054

Pembimbingdr. H. Achyar Nawi Husein, Sp.KJ

Bagian Ilmu Kedokteran JiwaFakultas Kedokteran UNLAM/RSUD UlinBanjarmasinJuni, 2015

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIENNama: Tn. RolliantoUsia: 38 tahun Jenis Kelamin: PriaAlamat: Jl. Pengambangan No.68 RT 04, Banjarmasin TimurPendidikan: SMEAPekerjaan: Tidak bekerjaAgama: Kristen ProtestanSuku: DayakBangsa: Indonesia Status Perkawinan: CeraiTanggal Berobat: 08 Juni 2015

II. RIWAYAT PSIKIATRIDiperoleh dari autoanamnesa pada tanggal 8 Juni 2015 pukul 11.12 WITA di Poli Jiwa RSUD Ansari Saleh dan alloanamnesa dengan Ny. Yersiana, ibu kandung pasien pada tanggal 8 Juni 2015, pukul 10.16 WITA di Poli Jiwa RSUD Ansari Saleh.

A. KELUHAN UTAMA : Curiga makanan dan minuman mengandung racun

KELUHAN TAMBAHAN:Tidur terganggu B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGAlloanamnesisMenurut ibu Os, sejak bulan Maret 2015, os tidak mau makan karena berpikiran bahwa setiap makanan dan minuman yang dikonsumsi mengandung racun. Os bercerita bahwa sebelumnya ada meminum es teh di warung dekat tempat kerja yang dicurigai Os mengandung racun. Setelah itu untuk meredakan gejala keracunan, Os meminum susu beruang dan air yang bercampur asam kamal. Sejak saat itu, Os bercerita kepada ibunya bahwa di dalam tubuhnya masih ada racun yang belum keluar. Os juga tidak mau makan, hanya mau makan dari masakan sendiri atau ibunya dengan porsi yang sangat sedikit. Ibu Os mengatakan bahwa Os tidak mau makan makanan yang diberikan oleh orang lain, bahkan saudara sendiri karena Os curiga makanan atau minuman tersebut mengandung racun.Sebelum bekerja menjadi buruh di kebun kelapa sawit, Os merupakan pekerja di sebuah tambang batubara di Tamiang Layang. Os adalah pekerja kantoran saat di tambang batubara tersebut. Pada tahun 2014, Os mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) karena perusahaan tersebut yang mulai bangkrut dan melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja. Setelah itu Os bekerja di kebun kelapa sawit sebagai buruh.Selama bekerja, Os hidup sendiri di Kalimantan Tengah dengan status duda sejak 7 tahun yang lalu. Os baru saja membangun rumah di Kalimantan Tengah.Autoanamnesis:Os mengaku saat ini badan terasa lemas. Keluhan ini dirasakan sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu. Os bercerita pernah minum es teh di warung dekat tempat kerjanya. Setelah itu Os merasa badan terasa lemas dan berat di punggung serta Os merasa seperti sudah mau mati. Os meyakini bahwa air yang diminumnya telah diberi racun, karena teman Os yang bernama Lambeng yang merupakan teman kerja Os, bercerita bahwa makanan dan minuman tersebut telah diberikan racun. Karena merasa dirinya keracunan, Os segera minum susu beruang dan air asam kamal yang diyakini sebagai penghilang racun dalam tubuh. Namun sampai saat ini Os masih mencurigai dan merasa was-was semua makanan dan minuman yang akan dikonsumsi mengandung racun.Os bercerita bahwa ia baru saja menyelesaikan pembangunan rumah di Kalimantan Tengah dna Os merasa keluarga Os banyak yang iri dengan rumah tersebut. Sehingga Os meyakini bahwa saat keluarganya berkunjung dan membawa makanan atau minuman untuk Os, telah diberi racun. Namun saat di Banjarmasin Os mengaku makan dan minum dengan lancer dan tidak curiga.Os mengaku tidur terganggu saat malam hari. Os sering terbangun saat malam hari karena merasa racun dalam tubuhnya belum hilang sempurna. Os juga mengaku ia takut mati.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULUTidak ada

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI1. Riwayat Antenatal dan PrenatalOs lahir cukup bulan dengan berat badan normal.2. Infancy (0 - 1,5 tahun) Basic Trust vs. MistrustOs diberikan ASI hingga usia 2 tahun. Tumbuh kembang baik.3. Early Childhood (1,5 3 tahun) Autonomy vs. Shame & DoubtOs berperilaku seperti anak normal seusianya. 4. Preschool Age (3 6 tahun) Inisiative vs. GuiltOs berteman baik dengan teman di lingkungan rumah os. Os sering bermain dengan mainan os.5. School Age (6 12 tahun) Industry vs. InferiorityOs mulai bersekolah di SD pada usia 6 tahun. 6. Adolescence (12 20 tahun) Identity vs. Role DiffusionOs bersekolah di Banjarmasin dan bergaul dengan baik dengan teman sekolahnya.

7. Young Adulthood (20-29 tahun) Intimacy vs. IsolationOs mulai bekerja di perusahaan tambang batubara tahun 2013, setelah itu mengalami pemutusan hubungan kerja. Setelah itu os bekerja sebagai buruh di kebun kelapa sawit. Os pernah menikah dan bercerai tahun 2008.

C. RIWAYAT KELUARGADi keluarga Os, tidak ada yang menderita penyakit gangguan jiwa.

D. RIWAYAT SITUASI SEKARANGOs saat ini tinggal dengan ibu Os di Banjarmasin. Saat di Kalimantan Tengah, Os tinggal sendirian. Os sekarang tidak bekerja.

PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYAOs menunjukkan respon yang baik saat diwawancara. III. STATUS MENTALA. Deskripsi Umum1. PenampilanOs tampak terawat. Os datang dengan menggunakan kemeja bermotif kotak-kotak dan celana jeans panjang. 2. KesadaranCompos mentis (E4 V5 M6)3. Perilaku dan aktivitas psikomotorNormoaktif4. Pembicaraan Os berbicara jelas namun terbata-bata5. Sikap terhadap pemeriksaKooperatif6. Kontak psikisKontak ada, wajar (+) dapat dipertahankan

Keadaan Afektif, Perasaan, Ekspresi Afektif serta Empati7. Afek: Datar8. Ekspresi Afektif: Euthym9. Keserasian: Appropriate10. Empati: Dapat dirabarasakan

Fungsi Kognitif11. Kesadaran: kompos mentis12. Orientasi: Waktu: baik Tempat: baik Orang: baik13. Daya Ingat: Segera: baik Jangka Pendek: baik Jangka Panjang: baik14. Intelegensia dan Pengetahuan Umum: sesuai dengan taraf pendidikan15. Kemampuan menolong diri sendiri: dapat menolong diri sendiri

Gangguan PersepsiHalusinasi auditorik/visual/olfaktorik/gustatorik/taktil: (-/-/-/-/-)Ilusi: (-)Depersonalisasi / derealisasi : -/-

B. Proses Pikir1. Arus Pikira. Produktivitas: Spontanb. Kontinuitas : Koherenc. Hendaya berbahasa: tidak ada2. Isi Pikir: a. Preokupasi: (+)b. Waham: (+)

C. Pengendalian ImpulsNormal

D. Daya Nilai1. Daya nilai sosial: baik2. Uji daya nilai: baik3. Penilaian realitas: terganggu

E. TilikanTilikan 1 : Penyangkalan total terhadap penyakitnya.

F. Taraf dapat dipercayaDapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LANJUT1. Status InternusKeadaan Umum: Tampak sehat, kesadaran kompos mentisTanda Vital: Tekanan Darah: 110/80 mmHg Nadi: 98 X/menit Respirasi: 20 X/menit Suhu: -Bentuk badan: IdealKulit : Kecoklatan, tidak sianosis, tidak anemis.Kepala: NormosefaliMata : Palpebra tidak edema, sklera tidak ikterikHidung : Bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada sekretMulut : Bentuk normal dan simetrisLeher: Tidak ada pembesaran kelenjar getah beningThoraks: Inspeksi: SimetrisPalpasi: -Perkusi: Cor : - Pulmo : -Auskultasi: Cor : -Pulmo : -Abdomen:Inspeksi: -Auskultasi: -Palpasi : -Perkusi: - Ektremitas Superior : Edema -/- parese -/- tremor -/-Inferior : Edema -/- parese -/- tremor -/-2. Status Neurologis :Nervus I-XII: -Gejala rangsang meningeal: -Gejala TIK meningkat: -Refleks fisiologis: -Refleks patologis: -

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNAAlloanamnesis:

Os sulit makan karena curiga makanan dan minuman yang dikonsumsi mengandung racunAutoanamnesis Os merasa badannya lemas. Os was-was terhadap makanan dan minuman yang akan dikonsumsi karena takut mengandung racun. Os sering terbangun pada malam hari karena merasa tubuhnya masih dipenuhi dengan racun.

VI. EVALUASI MULTIAKSIALAksis I: F 22. Gangguan waham menetapAksis II: noneAksis III: none Aksis IV : Masalah berkaitan dengan keluarga Masalah berkaitan dengan pekerjaanAksis V: GAF SCALE 90 81 (Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa).

VII. DAFTAR MASALAH1. OrganobiologikNone2. PsikologikOs tampak terawatt, kontak psikis wajar dan dapat dipertahankan, afek eutim, empati dapat dirabarasakan, daya ingat jangka panjang dan pendek baik, tidak terdapat halusinasi, terdapat preokupasi dan waham, pengendalian impuls tidak terganggu, tilikan derajat 1 dan dapat dipercaya.3. Sosial keluargaOs menyangkal keterangan Ibu yang menceritakan bahwa Os mengada-ada tentang racun dalam makanan dan minuman yangan Os konsumsi.

VIII. RENCANA TERAPIPsikoterapi: Support terhadap Os dan memberikan motivasi agar Os mau merubah bentuk pemikiran yang negatif menjadi pikiran positif.Terapi Religi: pasien harus diajarkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan menambah ilmu keagamaan.Rehabilitasi : memberi kegiatan pada penderita yang sesuai bakat dan minatnya agar membantu mempercepat penyembuhan.Psikofarmaka: Clobazam 10mg (1/2-1/2-0). Stelosi 5mg (0-0-1/2) Arkine 2mg (0-0-1/2)IX. PROGNOSISDiagnosis penyakit: dubia ad bonamPerjalanan penyakit: dubia ad bonamCiri kepribadian: dubia ad bonamRiwayat herediter: dubia ad bonamUsia saat menderita: dubia ad bonamPola keluarga: dubia ad bonamPendidikan: dubia ad bonamAktivitas pekerjaan: dubia ad bonamEkonomi: dubia ad bonamLingkungan sosial: dubia ad bonamOrganobiologi: dubia ad bonamPengobatan psikiatri: dubia ad bonamKesimpulan: dubia ad bonam

X. DISKUSIWaham merupakan keyakinan tentang suatu isi pikiran pribadi yang tidak sesuai dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan inteligensi dan latar belakang kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilan hal itu. Waham banyak jenisnya : (1)a. Waham kejaran, umpamanya pasien yakin bahwa ada orang atau komplot yang sedang mengganggunya atau bahwa dia sedang ditipu, dimata-matai atau kejelekannya sedang dibicarakan orang banyak. b. Waham somatik atau hipokhondrik, yaitu keyakinan mengenai (sebagian tubuhnya yang tidak mungkin benar, umpamanya bahwa ususnya sudah busuk, otaknya sudah cair, ada seekor kuda dalam perutnya.c. Waham kebesaran, yakni bahwa ia mempunyai kekuatan, kedudukan, kepandaian atau kekayaan yang luar biasa, umpamanya: bahwa dialah Ratu Adil, dapat membaca pikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah atau mobil.d. Waham keagamaan, waham dengan tema keagamaan.e. Waham dosa, yaitu keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar, yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung-jawab atas suatu kejadian yang tidak baik,umpamanya kecelakaan keluarga, karena pikirannya yang tidak baik.f. Waham pengaruh, yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau suatu kekuasaan yang aneh.g. Waham nihilistik, yakin bahwa dunia ini sudah hancur atau bahwa ia sendiri dan/atau orang lain sudah mati.Mayer-Gross membagi waham dalam 2 kelompok; yaitu waham primer dan waham sekunder. Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar. Menurut Mayer-Gross hal ini hampir patogonomonik buat skizofrenia. Misalnya waham bahwa istrinya sedang berbuat serong sebab ia melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali, atau seorang penderita berkata dunia akan kiamat sebab ia melihat seekor anjing mengangkat kaki terhadap sebatang pohon untuk kencing. Waham sekunder biasanya logis kedengarannya: dapat diikuti dan merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain.(2)Gangguan waham menetap merupakan suatu kelompok gangguan psikiatri yang meliputi serangkaian gangguan dengan waham-waham yang berlangsung lama, sedikitnya tiga bulan, sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau yang paling mencolok dan tidak dapat digolongkan sebagai gangguan mental organik, skizofrenik, atau gangguan afektif. Waham atau delusi itu sendiri didefinisikan sebagai suatu keyakinan palsu yang didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang realitas eksternal yang tetap bertahan meskipun sudah terbukti sebaliknya dan keyakinan ini biasanya tidak diterima oleh anggota lain dari budaya atau subkultur seseorang. Waham yang dialami pada gangguan waham menetap adalah waham yang bersifat nonbizzare, dalam artian bahwa tipe delusi ini merupakan suatu kejadian yang mungkin terjadi dalam dunia nyata, seperti misalnya merasa diikuti, merasa dicintai oleh seseorang, dan merasa dikhianati serta curiga terhadap pasangan.(3)Prevalensi gangguan waham menetap di dunia sangat bervariasi, berdasarkan beberapa literatur, prevalensi gangguan waham menetap pada pasien yang dirawat inap dilaporkan sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang dirawat jalan, berkisar antara 0,83-1,2%. Onset gangguan waham menetap paling banyak ditemukan pada kelompok umur 40 tahun, dan dapat diderita oleh kelompok usia 18-90 tahun. Gangguan ini lebih banyak diderita oleh wanita dibandingkan pria, dengan angka rasio yang bervariasi, berkisar antara 1,18-3:1. Dimana pria biasanya lebih banyak mengalami waham curiga/paranoid, sedangkan wanita umumnya mengalami waham erotomania/merasa dicintai oleh seseorang. Kemunculan waham dapat terjadi semata-mata akibat gangguan kejiwaan yang sifatnya idiopatik ataupun yang diinduksi oleh suatu kondisi medis maupun penggunaan zat.(3)Berdasarkan hasil anamnesa serta pemeriksaan status mental, dan merujuk pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus ini mengarah kepada diagnosa Gangguan Waham Menetap (F22). Penegakan diagnosis ini sesuai dengan pedoman diagnosis DSM-V yang mendefinisikan gangguan waham menetap berdasarkan beberapa kriteria, yakni terdapat suatu waham nonbizarre yang terjadi selama minimal tiga bulan, kriteria pasien tidak memenuhi diagnosis skizofrenia (tidak terdapat halusinasi yang simultan, bicara kacau, serta gejala negatif seperti afek datar atau perilaku kacau lainnya), selain akibat dari waham pasien fungsi dan perilaku pasien cenderung normal dan wajar, jika terdapat gangguan mood biasanya berlangsung singkat, dan gangguan yang terjadi tidak diakibatkan oleh suatu efek fisiologis langsung dari suatu zat (penyalahgunaan zat atau pengobatan) atau suatu kondisi medis. Gangguan waham memiliki beberapa subtipe yaitu erotomania, grandiose, curiga, persecutory, somatis, campuran, dan tidak spesifik. Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan selalu merasa curiga pada semua makanan dan minuman yang didapatnya baik dari keluarga ataupun dari luar rumah, yang diyakininya mengandung racun sejak bulan Maret. Keluhan pasien memenuhi kriteria diagnosis gangguan waham menetap dengan subtipe curiga, dimana pasien selalu mencurigai makanan dan minuman yang ada semuanya mengandung racun walaupun tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung kecurigaan pasien.Hingga saat ini penyebab pasti dari gangguan waham menetap belum diketahui. Namun beberapa faktor telah diketahui berkaitan dengan gangguan waham menetap, diantaranya faktor genetik, faktor biokimia, dan faktor psikologis. Hubungan faktor genetik dengan gangguan waham menetap memang belum terlalu jelas. Belum didapatkan suatu gen yang berkaitan langsung dengan kejadian gangguan ini, namun suatu riwayat gangguan kepribadian paranoid diketahui lebih sering ditemukan pada kerabat tingkat pertama dari pasien dengan gangguan waham (4,8%) dibandingkan dengan pasien kontrol (0%) dan pasien dengan skizofrenia (0,8%). Kondisi hiperdopaminergik merupakan suatu faktor biokimia yang telah diketahui turut berperan dalam pembentukan delusi/waham. Sebuah penelitian menunjukkan peningkatan kadar homovanilic acid (HVA) yang merupakan metabolit dopamin pada plasma darah pasien dengan gangguan waham. Kajian pada bidang psikologi menunjukkan bahwa pasien dengan delusi secara selektif memilah informasi yang tersedia. Pasien biasanya membuat suatu kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak adekuat, mengkaitkan kejadian buruk yang terjadi dengan kesalahan orang lain, dan memiliki kesulitan dalam memahami niat dan maksud orang lain.Pasien dengan gangguan waham juga umumnya membuat suatu keputusan berdasarkan data yang lebih sedikit dibandingkan orang normal. Meskipun menggunakan data yang lebih sedikit, pasien dengan gangguan ini sama yakinnya dengan orang normal mengenai ketepatan keputusannya.(3) Pada kasus ini, pasien tidak memiliki riwayat adanya gangguan psikiatri pada keluarganya. Berdasarkan hasil wawancara, pasien terlihat sangat mempercayai hal buruk mengenai dirinya yang telah diracuni pertama kalinya oleh penjual es teh di warung tempat os bekerja, meskipun tidak ada bukti yang mendukung informasi tersebut.Dari riwayat keluarga (aksis IV), os mencurigai bahwa keluarga di Kalimantan Tengah iri dengan os karena os baru saja menyelesaikan pembangunan rumahnya. Os mengaku terbuka dengan saudara kandungnya. Dari riwayat pekerjaan (aksis IV), os mengalami pemutusan hubungan kerja namun setelah itu menjadi buruh di kebun kelapa sawit. Os mengalami perubahan beban kerja yang awalnya pekerja kantoran menjadi buruh.Dilihat dari penilaian fungsi secara global, gangguan yang dialami os tergolong dalam skala GAF scale 90 81, yaitu gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa. Os mendapat terapi psikofarmako anti anxietas golongan benzodiazepine yaitu pemberian Clobazam 10 mg (1/2-1/2-0). Clobazam yang bereaksi dengan reseptor benzodiazepine akan meng-reinforce the inhibitory action of GABA-ergic neuron, sehingga hiperaktivitas dari system limbic SSP yang terdiri dari dopaminergic, noradrenergic, serotoninergic neurons mereda. Selain itu pasien juga mendapat terapi psikofarmaka anti psikotik golongan obat anti-psikosis tipikal yaitu pemberian Stelosi 5 mg (0-0-1/2). Stelosi mengandung Trifluperazine yang bekerja dengan cara mem-blokade Dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya di system limbic dan system ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonist) sehingga efektif untuk gejala POSITIF. Selain itu pasien juga mendapat terapi psikofarmaka yaitu pemberian Arkine 2 mg (0-0-1/2). Arkine mengandung Triheksifenidil yang merupakan obat anti kolinergik yang menghambat pelepasan asetilkolin. Indikasi pemberian obat ini adalah Parkinson dan gangguan ekstrapiramidal yang disebabkan oleh obat SSP.Prognosis untuk penderita ini adalah dubia ad bonam artinya bisa sembuh asal ada kemauan dari os. Selain terapi psikofarmaka dilakukan psikoterapi berupa motivasi dan dukungan. Dengan psikoterapi dan dengan bimbingan, dapat membantu penderita menghilangkan atau paling sedikit mengurangi gangguannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis WF. Petunjuk Pemeriksaan Psikiatrik. Surabaya : Airlangga University Press, 1976.

2. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press, 2009.3. Ariawan IMD, Nyoman R, Wayan W. Gangguan waham menetap pada pasien dengan riwayat penyalahgunaan ganja: sebuah laporan kasus. E-journal medika udayana 2014; 3: 1-10.

20