LAP,PEN WW
-
Upload
robbi-gaspar -
Category
Documents
-
view
44 -
download
2
Transcript of LAP,PEN WW
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Absorpsi adalah proses penyerapan pada seluruh permukaan bahan atau zat
yang berlangsung dalam suatu kolom atau absorber. Zat yang diserap disebut fase
terserap sedangkan yang menyerap disebut absorben kecuali zat padat. Absorben
dapat pula berupa zat cair karena itu absorpsi dapat terjadi antara zat cair dengan
zat cair atau gas dengan zat cair. Terjadinya proses absorpsi dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu:
1) kemampuan pelarut yang digunakan sebagai absorben
2) laju alir dari pelarut
3) jenis atau tipe kolom yang digunakan
4) kondisi operasi yang sesuai, dll
Di dalam suatu kolom absorber, gas yang akan diserap dialirkan pada
bagian bawah kolom, sedangkan likuid atau pelarut dialirkan pada bagian atas
kolom. Hal ini disebabkan karena gas lebih ringan dan mudah menyebar daripada
likuid, sehingga kontak antara likuid dan gas akan berlangsung dengan baik dan
juga mempengaruhi banyaknya gas yang diserap oleh pelarut atau likuid.
Absorpsi dikelompokan menjadi:
1) Proses absorpsi yang berlangsung secara fisika terdiri dari absorpsi dan
dekripsi.
2) Proses absorpsi yang berlangsung secara kimia, proses ini biasanya disertai
oleh reaksi kimia.
Perpindahan massa merupakan perpindahan satu unsur dari konsentrasi
yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Misalnya kita masukan gula
ke dalam secangkir kopi, dimana gula akan larut dan kemudian berdifusi secara
seragam ke dalam secangkir kopi tersebut.
Perpindahan massa merupakan proses penting dalam proses industri,
misalnya dalam penghilangan polutan dari suatu aliran keluaran pabrik dengan
absorpsi, pemisahan gas dari air limbah, difusi neutron dalam reaktor nuklir.
Absorpsi gas merupakan operasi dimana campuran gas dikontakan dengan likuid
yang bertujuan untuk melewatkan suatu komposisi gas atau lebih dan
menghasilkan larutan gas dalam likuid.
Pada operasi absorpsi gas terjadi perpindahan massa dari fase gas ke fase
likuid. Kecepatan larut gas dalam absorben likuid tergantung pada kesetimbangan
yang ada, karena itu diperlukan karakteristik sistem gas likuid.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
1) Untuk mengetahui berapa banyak konsentrasi O2 yang terserap
2) Untuk menghitung koefisien perpindahan massa dalam fase likuid (kl)
3) Untuk mengetahui dan memahami proses kerja alat Wetted Wall Absorption
Column.
1.3. Permasalahan
Masalah dari percobaan ini adalah :
1) Bagaimanakah menentukan Re dan Sh dari data percobaan?
2) Bagaimanakah menentukan koefisien perpindahan massa dalam likuid?
3) Membandingkan nilai Sh vs Re pada masing-masing laju alir udara yaitu 2000
cc/min, 3000 cc/min, dan 4000 cc/min.
1.4. Hipotesis
Jika dilihat dari data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa
besarnya O2 yang terserap dipengaruhi oleh kecepatan laju alir udara dan laju alir
air itu sendiri. Hal ini disebabkan karena semakin banyak udara yang masuk,
maka makin mudah penyerapan O2, juga dengan makin banyaknya air yang
disuplai akan menyebabkan luas bidang penyerapan bertambah sehingga
memudahkan terjadinya penyerapan.
1.5. Manfaat
Manfaat dari penggunaan Wetted Wall Absorption Colomn dalam industri
diantaranya adalah :
1) Dapat mengetahui cara kerja alat wetted wall absorption secara lebih jelas.
2) Dapat menentukan nilai Sh dan nilai Re dari suatu senyawa dengan
menggunakan metode wetted wall absorption.
3) Dapat mengetahui hubungan antara Sh number dengan Re number dengan
melihat grafik.
4) Dapat membuktikan secara langsung bahwa memang benar terjadi peristiwa
absorpsi bila suatu gas dilewatkan pada suatu cairan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Absorpsi
Absorpsi adalah proses penyerapan gas melalui seluruh permukaan zat cair
(absorbent). Secara umum absorpsi dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Absorpsi fisika
Absorpsi fisika disebabkan oleh gaya Van der Wall yang ada di permukaan
absorbent. Panas absorpsinya rendah dan lapisan yang terbentuk pada
permukaan absorbent lebih dari satu lapis
2. Absorpsi kimia
Absorpsi kimia terjadi karena reaksi antara zat yang diserap dengan
absorbent. Panas penyerapannya tinggi dan lapisan yang terbentuk pada
permukaan absorbent hanya satu lapis.
Suatu proses dimana terjadi suatu perpindahan suatu unsur pokok dari
daerah yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dinamakan perpindahan
massa. Perpindahan massa yang terjadi dari suatu unsur yang berkonsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah dipengaruhi oleh ciri aliran likuid, seperti pada kasus
heat transfer, mekanisme perpindahan massa terjadi dengan cepat. Jika sejumlah
campuran gas yang terdiri dari dua jenis molekul atau lebih, di mana konsentrasi
masing-masing berbeda, maka masing-masing molekul ini cenderung menuju ke
komposisi yang sama ( seragam ). Proses ini terjadi secara alami. Perpindahan
massa makroskopis ini tidak tergantung pada konveksi dalam sistem. Proses ini
didefinisikan sebagai difusi molekul.
Pada persamaan perpindahan massa ditunjukkan hubungan antara flux dari
substant yang terdifusi dengan gradient konsentrasi.
JA,Z = -DAB
dτ A
dZ
dimana :
JA,Z = molar flux pada Z
dτ A
dZ = perubahan konsentrasi
DAB = difusitas massa atau koefisien difusitas komponen A yang terdifusi
melalui komponen B.
Karena perpindahan massa atau difusi hanya terjadi dalam campuran, maka
pengaruh dari tiap komponen harus diperhitungkan. Misalnya untuk mengetahui
laju difusi dari setiap komponen relatif terhadap kecepatan campuran. Kecepatan
campuran harus dihitung dari kecepatan rata-rata tiap komponen.
Persamaan di atas dikenal dengan persamaan Hukum Frek’s, dimana DAB
adalah koefisien difusivitas. Koefisien difusivitas tergantung pada :
1) Tekanan
2) Temperatur
3) Komposisi sistem
Koefisien difusivitas masing-masing fase berbeda-beda. Koefisien
difusivitas untuk gas lebih tinggi, yaitu antara 5.10-6 – 10-5 m2/s ; untuk liquid 10-10
– 10-9 m2/s dan untuk solid 10-14 – 10-10 m2/s.
Perpindahan massa konvektif termasuk perpindahan antara fluida yang
bergerak atau dua fluida yang bergerak yang tidak tercampur. Model ini
tergantung pada mekanisme perpindahan dan karakterisitk gerakan fluida.
Persamaan laju perpindahan massa konvektif sebagai berikut:
NA = k . A
dimana :
NA = Perpindahan massa molar zat A
A = Perbedaan konsentrasi antara permukaan dengan konsentrasi rata-rata
fluida.
k = Koefisien perpindahan massa konvektif
Mekanisme perpindahan massa antara permukaan dan fluida termasuk
perpindahan massa molekul melalui lapisan tipis fluida stagnan dan aliran
laminer. Beberapa operasi perpindahan massa yang termasuk difusi suatu
komponen gas ke suatu komponen yang tidak berdifusi antara lain adalah absorpsi
dan humidifikasi. Persamaan yang digunakan untuk menggambarkan koefisien
perpindahan massa konvektif adalah :
N A ,Z=DAB . P
RT (Z2−Z1 )PA 1−PA 2
LnPB
dimana :
NAZ = laju perpindahan molar
DAB = difusivitas
P = tekanan
R = konstanta gas
T = temperatur
Z = jarak
Persamaan ini diperoleh dari teori lapisan atau film theory, di mana gas
melewati permukaan likuid. Teori lapisan ini didasarkan pada model dimana
tahanan untuk berdifusi dari permukaan likuid ke aliran gas diasumsikan terjadi
dalam suatu lapisan stagnant atau lapisan laminer tebal . Dengan kata lain
menunjukkan tebal lapisan likuid. Transfer Massa dari gas ke film falling liquid.
Transfer massa dalam wetted wall column.
Koefisien film likuid lebih rendah 10 sampai 20% dari pada persamaan
secara teoritis untuk absorpsi dalam aliran laminer.
Pada wetted wall columns, likuid murni yang mudah menguap dialirkan ke
bawah di dalam permukaan pipa ciecular sementara itu gas ditiupkan dari atas
atau dari bawah melalui pusat inti pengukuran kelajuan penguapan likuid ke
dalam aliran gas diatas permukaan.
Untuk menghitung koefisien perpindahan massa untuk fase gas, gunakan
perbedaan gas-gas dan likuid menghasilkan variasi untuk . Untuk itu, Sherwood
dan Gilland menetapkan nilai-nilai untuk i dari 2000 sampai 35000, Sc dari 0,6
sampai 2,5 dan tekanan gas 0,1 sampai 3 atm.
Hubungan data-data tersebut secara empirik adalah :
shav=0 , 023 Re0, 83 sc13
dimana :
Sh = Sherwood number
Re = Reynold number
Sc = Schmidt number
Dalam beberapa operasi perpindahan massa, massa berubah antara dua fase.
Contohnya dalam peristiwa absorpsi. Salah satu alat yang digunakan untuk
mempelajari mekanisme yang terjadi dalam operasi perpindahan massa adalah
wetted wall column. Pada wetted-wall column, area kontak antara dua fase dibuat
sedemikian rupa. Dalam operasi ini aliran lapisan tipis likuid ( Thin Liquid Film)
sepanjang dinding kolom kontak dengan gas. Dalam percobaan ini gas yang
digunakan adalah udara biasa. Lama waktu kontak dengan gas dan likuid ini
relatif singkat selama operasinya normal. Karena hanya sejumlah kecil massa
yang terserap sedangkan likuid diasumsikan constant ( tidak berubah ). Kecepatan
falling film sebenarnya tidak dipengaruhi oleh proses difusi. Pada proses ini
terjadi perpindahan massa dan perpindahan momentum.
Persamaan differensial untuk perpindahan momentum;
dτ yx
dy+ρg=0
dimana :
= shear stress
= density
g = gravitasi
y = jarak
Persamaan untuk profil kecepatan :
V x=ρgδ2
μ [ y6−1
2 ( yδ )
2 ]dimana :
Vx = kecepatan arah x
= tebal lapisan
= viskositas
Kecepatan maksimum :
V max=ρgδ 2
2 μ
dimana:
Vmax = kecepatan maximum
= density
g = gravitasi
= tebal lapisan
= viskositas
Absorpsi gas adalah operasi di mana campuran gas dikontakkan dengan
likuid untuk tujuan melewatkan suatu komposisi gas atau lebih dan menghasilkan
larutan gas dalam likuid. Pada operasi absorpsi gas terjadi perpindahan massa dari
fase gas ke likuid. Kecepatan larut gas dalam absorbent liquid tergantung pada
kesetimbangan yang ada, karena itu diperlukan karakteristik kesetimbangan
sistem gas-likuid.
2.1.1 Sistem Dua Komponen
Bila sejumlah gas tunggal dikontakkan dengan likuid yang tidak mudah
menguap, yang akan larut sampai tercapai keadaan setimbang. Konsentrasi gas
yang larut disebut kelarutan gas pada kondisi temperatur dan tekanan yang ada.
Pada T tetap, kelarutan gas akan bertambah bila P dinaikkan pada absorben yang
sama. Gas yang berbeda mempunyai kelarutan yang berbeda. Pada umumnya
kelarutan gas akan menurun bila T dinaikkan.
2.1.2 Sistem Multikomponen
Bila campuran gas dikontakkan dengan likuid pada kondisi tertentu,
kelarutan setimbang, gas tidak akan saling mempengaruhi kelarutan gas, yang
dinyatakan dalam tekanan parsiil dalam campuran gas. Bila dalam campuran gas
ada gas yang sukar larut maka kelarutan gas ini tidak mempengaruhi kelarutan gas
yang mudah larut. Pada beberapa komponen dalam campuran gas mudah larut
dalam likuid, kelarutan masing-masing gas tidak saling mempengaruhi bila gas
tidak dipengaruhi oleh sifat likuid. Ini hanya terjadi pada larutan ideal.
Karakteristik larutan ideal yaitu:
1) Gaya rata-rata tolak menolak dan tarik menarik dalam larutan tidak berubah,
dalam campuran bahan, volume larutan berubah secara linear.
2) Pada pencampuran bahan tidak ada panas yang diserap maupun yang
dilepaskan.
3) Tekanan uap total larutan berubah secara linear dengan komposisi.
Suatu alat yang banyak digunakan dalam absorpsi gas dan beberapa operasi
lain ialah menara isian. Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk sekunder atau
menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian
bawah, pemasukan zat cair dan distributornya pada bagian atas, sedang
pengeluaran gas dan zat cair masing-masing pada bagian atas dan bagian bawah
serta tower packing. Penyangga itu harus mempunyai fraksi ruang terbuka yang
cukup besar untuk mencegah terjadinya pembanjiran pada piring penyangga itu.
Zat cair yang masuk disebut weak liquor berupa pelarut murni atau larutan encer
zat terlarut di dalam pelarut, didistribusikan di atas isian itu dengan distributor,
sehingga pada operasi yang ideal membebaskan permukaan isian secara seragam.
Gas yang mengandung zat terlarut disebut fat gas, masuk ke ruang pendistribusian
yang terdapat di bawah isian dan mengalir ke atas melalui celah-celah antara isian
berlawanan arah dengan aliran zat cair. Isian itu memberikan permukaan yang
luas untuk kontak zatcair dan gas serta membantu terjadinya kontak antara kedua
fase.
Persyaratan pokok yang diperlukan untuk isian menara ialah:
1) Harus tidak bereaksi kimia dengan fluida di dalam menara
2) Harus kuat, tetapi tidak terlalu berat.
3) Harus mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu
banyak zat cair yang terperangkap atau menyebabkan penurunan tekanan
terlalu tinggi.
4) Harus memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair
dengan gas.
5) Harus tidak terlalu mahal.
Prinsip-prinsip absorpsi tergantung pada banyaknya gas atau zat cair yang
akan diolah sifat-sifatnya, rasio antara kedua arus itu, tingkat perubahan
konsentrasi dan pada laju perpindahan massa persatuan volume isian. Laju
optimum zat cair untuk absorpsi didapatkan dengan menyeimbangkan biaya
operasi untuk kedua unit dan baiaya tetap untuk peralatan. Bila gas hanya
diumpankan ke dalam menara absorpsi, suhu di dalam menara itu berubah secara
menyolok dari dasar menara ke puncaknya. Kalor absorpsi zat terlarut
menyebabkan naiknya suhu larutan, penguapan pelarut cenderung menyebabkan
suhu turun. Efeknya secara menyeluruh ialah peningkatan suhu larutan, tetapi di
dekat dasar kolom suhu itu bisa sampai melewati maksimum. Bentuk profil suhu
bergantung pada laju penyerapan zat terlarut, penguapan dan kondensasi pelarut,
serta perpindahan kalor antara kedua fase.
Laju absorpsi dapat dinyatakan dengan 4 cara yang berbeda yaitu :
1) Menggunakan koefisien individual
2) Menggunakan koefisien menyeluruh atas dasar fase gas atau zat cair
3) Menggunakan koefisien volumetrik
4) Menggunakan koefisien persatuan luas
2.2 Tipe-tipe Kolom Absorpsi
Dalam perhitungan ukuran Tower Absorpsi, satu faktor yang sangat penting
adalah nilai koefisien transfer atau tinggi unit transfer. Sementara itu kecepatan
aliran total gas dan cairan akan ditentukan oleh proses, hal ini penting untuk
menentukan aliran yang cocok per unit area yang melalui kolom. Aliran gas
dibatasi dengan tidak boleh melebihi kecepatan flooding, dan akan ada hasil drop
jika kecepatan cairan sangat rendah. Hal ini cocok untuk menguji pengaruh
kecepatan aliran gas dan cairan pada koefisien transfer, dan juga dalam
menyelidiki pengaruh variable, seperti: temperatur, tekanan, dan diffusitivity.
Operasi perpindahan massa dilaksanakan di dalam tower yang di desain
untuk kotak dua fase peralatan ini diklasifikasi ke dalam 4 tipe utama yang
metodenya digunakan untuk menghasilkan kontak interfase, yaitu :
1. Spray tower
Spray tower terdiri dari chamber besar dimana gas mengalir dan masuk
serta kontak dengan likuid di dalam spray nozzles. Spray nozzles didesain untuk
aliran likuid yang mempunyai bilangan pressure drop besar maupun kecil, untuk
aliran likuid yang mempunyai laju alir yang kecil maka cross area kontaknya
harus besar. Laju aliran yang mempunyai drop falls menentukan waktu kontak
dan sirkulasinya. Serta influensasi mass transfer antara dua fase dan harus kontak
terus-menerus. Hambatan pada transfer yaitu pada fase gas dikurangi dengan
gerakan swirling dari falling liquid droplets.
Spray tower digunakan untuk transfer massa larutan gas yang tinggi
dimana dikontrol laju perpindahan massa secara normal pada fase gas. Untuk
ketinggian yang rendah, efisiensi ruang spray kira-kira mendekati packed tower,
tetapi untuk ketinggian yang melebihi 4 ft efisiensi spray tower turun dengan
cepat. Sedangkan kemungkinan berlakunya interfase aktif yang sangat besar
dengan terjadinya sedikit penurunan, pada prakteknya ditemukan
ketidakmungkinan untuk mencegah hubungan ini, dan selama permukaan
interfase efektif berkurang dengan ketinggian, dan spray tower tidak digunakan
secara luas.
2. Bubble Tower
Pada bubble tower ini gas terdispersi menjadi fase likuid didalam fine
bubble. Small gas bubble menentukan luas area. Kontak perpindahan massa
terjadi didalam bubble formation dan bubble rise up melalui likuid. Gerakan
bubble mengurangi hambatan liquid-phase. Bubble tower digunakan dengan
sistem dimana pengontrolan laju dari perpindahan massa pada phase liquid yang
absorpsinya adalah relatif fase gas. Gambar ini menunjukkan panjang kontak dan
aliran fase mengalir didalam Bubble tower.
Gambar Buble Cap Tray pada Diameter Column yang Besar
Mekanisme dasar perpindahan massa terjadi didalam bubble tower dan juga
alirannya counter didalam tank bubble batch dimana gas ini terdispensi didalam
bottom tank.
3. Packed Column
Keuntungan dari penggunaan packed column :
1) Pressure drop aliran gas rendah.
2) Dapat lebih ekonomis dalam operasi cairan korosif karena ditahan untuk
packing keramik.
3) Biaya column dapat lebih murah dari phase column pada ukuran diameter yang
sama.
4) Cairan hold up kecil.
4. Plate column
Penggunaan plate column lebih luas bila dibandingkan dengan packed
column secara khusus untuk destilasi. Keuntungan dari plate column adalah:
1) Menyiapkan kontak lebih positif antara dua phase liquid.
2) Dapat mengatur cairan lebih besar tanpa terjadi floading.
3) Lebih mudah dibersihkan.
5. Wetted-Wall Coloumn
Dalam laboratorium, Wetted-Wall Coloum telah digunakan oleh sejumlah
pekerja dan mereka telah membuktikan pentingnya menentukan berbagai faktor,
dan mengadakan basis dari hubungan yang telah dikembangkan untuk Packed
Tower.
Gambar Diagram khusus Wetted-Wall Coloumn 1 in.
2.3 Penggunaan Absorpsi
Absorpsi gas oleh zat padat digunakan pada gas masker. Alat ini berisi
arang halus, yang berfungsi menyerap gas-gas yang tidak diinginkan, misalnya
gas racun. Arang halus juga dipakai untuk membuat vakum, dengan temperature
yang rendah dapat dibuat vakum sampai 10-4 mm.
Grafit banyak dipakai sebagai pelumas karena molekulnya yang pipih
hingga mudah bergeser terhadap satu sama lain. Namun ternyata, bahwa pada
temperatur yang tinggi sifat pelumas grafit sangat berkurang dan kembali lagi bila
temperatur direndahkan. Dalam analisis kimia kadang-kadang diperoleh
kesukaran karena adanya daya serap dari beberapa endapan terhadap ion-ion
dalam larutan.
2.4 Absorbsi Dengan Reaksi Kimia
Proses absorbsi di berbagai industri diikuti dengan reaksi kimia. Reaksi di
dalam komponen absorbsi dengan reagent dalam cairan absorben secara umum.
kadang-kadang reagent dan produk dari reaksi keduanya dapat larut seperti
absorbsi pada karbondioksida dalam pelarut etanol atau pelarut alkalin yan lain.
Sebaliknya pembakaran gas yang terdiri dari sulfur dioksin dapat dikontakkan
dengan batu kapur untuk membentuk kalsium sulfat yang tidak dapat larut.
2.5. Perpindahan Massa di dalam Wetted – Wall Columns
Data yang paling baik mass-transfer antara luas permukaan pipa dan aliran
fluida sebaiknya digunakan wetted-wall column, alasan prinsip penggunaan kolom
ini adalah pengamatan perpindahan massa yaitu kontak luas permukaan antara dua
fase yang hasilnya bisa akurat.
Koefisien perpindahan massa untuk aliran gas ditunjukkan oleh persamaan :
Kc .DDAB
x P B . I MP
= = 0,023 Re0,83 SC
0,44
dan koefisien perpindahan massa untuk lapisan ditunjukkan oleh persamaan
Vivian dan Peacemen:
KT . ZDAB
= 0,433 (SC)0,5 (gz/2)1/6 (Re)0,4
dimana:
DAB = massa difusivitas komponen A yang menjadi liquid
Z = panjang kotak
P = densitas liquid B
g = gravitasi.
Re = Renold Numbers.
µ = viskositas liquid B
Sc = bilangan number Schmidt
Lapisan likuid terletak antara 10 – 20% lebih rendah dari persamaan teoristis
untuk absorpsi didalam aliran laminar film.
2.6. Persamaan Dasar Wetted Wall Absorption Column
1) Koefisien Perpindahan Massa Untuk Aliran Gas
KC⋅D
D AB
ρB⋅I M
ρ = 0,23 Re0,83 Sc
0,44
2) Koefisien Perpindahan Massa Untuk Lapisan (Persamaan Vivian dan
Peaceman)
k L⋅ZDAB =
0 ,433⋅Sc0,5⋅( g⋅z3
μ2 )16⋅R
e0,4
dimana :
kL = konsentrasi likuid
kC = konsentrasi cairan
Z = panjang
DAB = difusivitas massa antara komponen A dan B
= densitas likuid B
= viskositas likuid B
g = gravitasi
Sc = schmidt number
Re = reynold number
2.7. Sistem Dua Komponen
Jika kualitas dari gas tunggal dan hubungan cairan non volatil di dalam
ekuilibrium, hasil konsentrasi gas dalam likuid dikenal dengan nama gas
solubility, pada temperatur dan tekanan yang umum. Beberapa gas yang dapat
larut dipengaruhi oleh temperatur yang digambarkan oleh hukum Van’hoff, yaitu
jika temperatur di dalam sistem equilibrium naik, perubahan yang akan terjadi
berupa penyerapan panas.
2.8. Teori Film
Teori film bersifat elementer, semua aliran didalam fluida turbulen
terkonsentrasi dalam suatu stagnant film. Berikutnya terhadap dinding atau batas
stasioner fluida, menurut model ini semua driving force atau konsentrasi untuk
mengurangi stagnant film dan konsentrasi dalam fluida adalah konstan, karena ini
disebabkan oleh gerakan turbulen yang tinggi.
Tebal lapisan khayalan untuk massa pada kecepatan aliran yang sebanding
adalah tidak sama kecuali pada kondisi batas. Dari reynold analogi, koefisien
transfer massa banyak digunakan, tetapi lebih sedikit dibandingkan dengan
koefisien transfer atau koefisien permukaan.
2.9. Teori Dua Film
Dalam berbagai proses pemisahan, bahan-bahan harus mengalami difusi
dari suatu fase ke fase lain, dan laju difusi didalam kedua fase itu mempengaruhi
perpindahan massa menyeluruh. Dalam teori dua film yang diusulkan oleh
Whitman pada tahun 1923 terdapat keseimbangan pada antar muka, dan tahanan
terdapat perpindahan massa pada kedua fase itu lalu dijumlahkan untuk
mendapatkan tahanan menyeluruh, yang lebih muda dipergunakan untuk
perhitungan rancang dari pada koefisien-koefisien individual (tersendiri).
Hal yang membuat perpindahan massa antara fase menjadi lebih rumit ialah
perpindahan kalor dan diskontinuitas (ketaksinambungan) yang terdapat pada
antar muka. Yang terjadi karena konsentrasi atau fraksi mol zat terlarut yang
terdifusi hampir tidak pernah sama kedua sisi antar muka itu. Sebagai contoh,
dalam destilasi campuran biner, Y*A lebih besar dari XA dan gradian di dekat
permukaan gelembung. Untuk absorpsi gas yang sangat mudah larut, fraksi mol di
dalam zat cair pada antar muka akan lebih besar dari fraksi mol di dalam gas.
Suku 1/Ky dapat dianggap sebagai tahanan menyeluruh terhadap
perpindahan massa, sedang suku m/Kx dan 1/Ky adalah tahanan di dalam film zat
cair dan lapisan gas. “Film” ini tidak selalu merupakan lapisan stagnan yang
mempunyai ketebalan tertentu agar teori dua film berlaku. Perpindahan massa di
dalam salah satu lapisan dapat berlangsung melalui difusi melalui lapisan batas
laminar atau melalui difusi keadaan unsteady, seperti dalam teori penetrasi dan
koefisien menyeluruh masih bisa didapatkan. Dalam beberapa masalah tertentu,
misalnya perpindahan melalui film stagnan ke fase dimana teori penetrasi
diperkirakan berlaku, koefisien teori penetrasi mengalami perubahan kecil karena
adanya perubahan konsentrasi pada antar muka, namun efek ini hanya mempunyai
nilai akademis semata-mata.
2.10. Teori Penetrasi
Teori penetrasi dikembangkan oleh Higbie untuk menganalisa fase cair.
Dalam absorpsi gas dimana cairan diasumsi aliran laminar atau stasioner. Higbie
mempertimbangkan bahwa transfer dalam cairan dengan transport molekul
unsteady state. Konsep ini menghasilkan suatu persamaan untuk fluks massa pada
titik pada permukaan cairan yang diekspos untuk absorpsi gas.
Danckwerte menggunakan konsep unsteady state ini untuk absorpsi dalam
suatu cairan turbulen dengan menganggap random surface renewal Marcello,
memperbaiki model film penetrasi, kombinasi dua model diatas pada Sc yang
rendah model lapisan steady state kelihatannya pada Sc yang tinggi. Sedangkan
model unsteady state renewal lebih menggambarkan situasi.
2.11. Aliran di dalam pipa
Korelasi untuk perpindahan massa pada dinding dalam haruslah mempunyai
bentuk yang sama dengan korelasi untuk perpindahan kalor, karena persamaan
dasar untuk difusi dan konduksi itu serupa. Persamaan ini merupakan persamaan
yang paling sederhana yang cukup cocok dengan data publikasi dalam jangkauan
angka Reynolds dan angka Schmidt yang cukup luas. Bentuk alternatif dari
bentuk korelasi itu didapat dengan membagi persamaan diatas dengan NRe x NSc
sehingga menghasilkan faktor jM yang sebagaimana ditunjukkan oleh Chilton dan
Colbum sama dengan jH dan juga f/2. Suku (µ/µw) 0,14 biasa 1,0 untuk
perpindahan massa karena itu ditinggalkan. Analogi untuk persamaan ini berlaku
umum untuk perpindahan kalor dan perpindahan massa dengan pelarutan yang
sama.
Perluasan analogi ini sehingga menutupi rugi gesek yang dilakukan untuk
pipa saja karena semua rugi disini berasal dari gesek kulit saja. Analogi ini tidak
berlaku untuk rugi gesek dimana tidak terdapat seret bentuk dari pemisahan aliran,
sebagaimana terdapat pada aliran seputar benda. Korelasi yang telah disajikan
untuk berbagai kisaran angka Schmidt. Data untuk penguapan beberapa macam
zat cair didalam menara di dinding basah dikorelasi dengan eksponen yang agak
lebih tinggi baik untuk angka Reynold maupun untuk angka Schmidt. Angka
Schmidt berkisar antara 0,60 dan 0,25 dan dalam jangkau yang sempit. Perbedaan
antara eksponen itu mungkin mempunyai makna fundamental, karena perpindahan
ke permukaan zat cair, yang mungkin mempunyai riak dan kegombang mesti
berbeda dari permukaan perpindahan padat yang licin.
Korelasi untuk perpindahan massa dan angka Schmidt yang tinggi (antara
430 – 100.000) didapat dengan mengukur laju kelarutan didalam tabung asam
benzoat didalam air dan zat cair yang kental.
Perbedaan antara eksponen angka Schmidt dan nilai 1/3 yang biasa mungkin
tidak banyak, tapi eksponen angka Reynold jelas lebih besar dari 0,80.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Bahan yang digunakan
1) Air
2) Udara
3.2. Alat-alat yang digunakan
Wetted Wall Absorption Column terdiri dari :
1) Tabung 1 berupa kolom Deoksigenator merupakan tabung bebas O2.
2) Pompa 1 berfungsi untuk mengalirkan ke kolom deoksigenator.
3) Pompa 2 berfungsi untuk menyedot air dan dialirkan ke flowmeter air.
4) Kompressor berfungsi untuk menyedot udara.
5) Tabung 2 berupa wetted wall yang merupakan tempat terjadinya absorpsi dan
adanya aliran film.
6) Sensor probe inlet dan outlet berfungsi untuk mendeteksi O2 yang terserap.
3.3. Prosedur Percobaan
1) Tekan tombol power lalu tekan tombol supply
2) Tekan tombol pump 1untuk mengalirkan air dari bak penampung ke kolom
deoksigenator
3) Atur flowmetter untuk air sesuai dengan laju alir yang ditetapkan
4) Bila kolom deoksigenator penuh dengan air, hidupkan pump 2 yang berfungsi
untuk menyedot air dan dialirkan ke flowmetter dan sensor probe dimana alat
ini digunakan untuk menghitung laju alir air dan O2 yang terserap dari inlet.
5) Kemudian air akan mengalir ke puncak Wetted Wall Absorption Colomn dan
selanjutnya akan turun dari puncak ke dasar kolom secara laminer yang berupa
lapisan tipis (film)
6) Bersamaan dengan itu, O2 mengalir dari dasar kolom setelah terlebih dahulu
dipompakan udara oleh Komperessor melalui cakram yang mendistribusi udara
ke kolom sehingga O2 naik ke atas dan sebaliknya film turun ke bawah secara
counter current. Udara yang dialirkan oleh kompressor sebelumnya masuk
dalam flowmeter udara untuk menghitung laju alir udara.
7) Kemudian air yang sudah bebas O2 masuk ke sensor probe untuk menghitung
O2 outlet. Dimana kedua alat ini dihubungkan dengan DO meter.