Ptkjasorkes Pen

55
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang salah menafsirkan bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah sama dengan proses penciptaan prestasi di bidang olah raga. Kesalahan tafsir ini menimbulkan kesalahan juga dalam metode atau cara mengajarkan pendidikan jasmani di sekolah. Padahal, antara pendidikan jasmani dan prestasi olah raga sama-sama memiliki metode dan target namun metode dan targetnya agak berbeda. Meski begitu, pendidikan jasmani bisa dijadikan sebagai awal dari dimulainya metode atau proses penciptaan sebuah prestasi olah raga di sekolah, yang boleh jadi bisa dilanjutkan menjadi sebuah proses penciptaan prestasi secara nasional. Pendidikaii jasmani, atau kesehatan sesungguhnya memiliki target dan tujuan yang lebih berkaitan pada kesehatan jasmani dan rohani. Melalui pendidikan jasmani, siswa diharapkan dapat tumbuh berkembang

description

“ Upaya Pengembangan Prestasi Olah Raga di Kelas…………………………………. ……………………………………………….. Melalui Metode Eksperimen Tahun Pelajaran …………………………….

Transcript of Ptkjasorkes Pen

Page 1: Ptkjasorkes Pen

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak orang salah menafsirkan bahwa mata pelajaran pendidikan

jasmani dan kesehatan di sekolah sama dengan proses penciptaan prestasi di

bidang olah raga. Kesalahan tafsir ini menimbulkan kesalahan juga dalam metode

atau cara mengajarkan pendidikan jasmani di sekolah. Padahal, antara pendidikan

jasmani dan prestasi olah raga sama-sama memiliki metode dan target namun

metode dan targetnya agak berbeda. Meski begitu, pendidikan jasmani bisa

dijadikan sebagai awal dari dimulainya metode atau proses penciptaan sebuah

prestasi olah raga di sekolah, yang boleh jadi bisa dilanjutkan menjadi sebuah

proses penciptaan prestasi secara nasional.

Pendidikaii jasmani, atau kesehatan sesungguhnya memiliki target dan

tujuan yang lebih berkaitan pada kesehatan jasmani dan rohani. Melalui

pendidikan jasmani, siswa diharapkan dapat tumbuh berkembang secara

proporsional, terutama pada aspek jasmani dan rohaninya. Targetnya adalah ingin

menciptakan generasi unggul. Yang disiplin, datang tepat waktu, rapi dan santun,

bekerja keras, sportif dan kerja sama.

Pendidikan jasmani juga dapat dijadikan proses awal sebagai media

penciptaan prestasi olah raga. Karena pendidikan jasmani juga menciptakan siswa

yang cekatan dan terampil, salah satu modal untuk menciptakan prestasi sesuai

dengan minat serta potensinya. Dalam hal ini, guru harus mengelompokkan

potensi-potensi yang ada dari kelompok-kelompok siswa di sekolah tertentu.

Page 2: Ptkjasorkes Pen

Kelompok-kelompok ini dapat dibina di luar jam pelajaran pendidikan jasmani

atau biasa disebut ekstrakurikuler. Melalui kegiatan ekstrakurikuler ini tidak

menutup kemungkinan akan melahirkan atlet - atlet berprestasi yang mampu

berkiprah di tingkat nasional maupun internasional.

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan a hidup

sehat yang bertujuan untuk mengembangkan diri siswa (jasmani dan rohani)

secara proporsional pada aspek keterampilan gerak (psikomotor), pengetahuan

(kognitif), dan sikap (afektif). Pendidikan jasmani juga bisa menjadi media

penting untuk pengembangan life skill atau kecapakan hidup. Karena di sini siswa

dididik disiplin, mengerjakan sesuatu dengan tertib, pekerja keras, sportif,

menghargai peraturan, dan bekerja sama dengan baik.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak yang

mengabaikan pentingnya penyelenggaraan pendidikan jasmani disekolah.

Pendidikan jasmani hanya dipandang hanya sebagai bagian mata pelajaran yang

perlu disampaiakan di sekolah. Kebanyakan di dunia pendidikan lebih

mengutamakan pengembangan mata pelajaran lain terutama mata pelajaran yang

menjadi materi UAN/ UNAS. Mereka menilai pendidikan jasmani kurang

memiliki nilai yang prospektif ke depan. Hal ini mengakibatkan perkembangan

pendidikan jasmani di Indonesia tersendat - sendat.

Berdasarkan uraian diatas, bahwa pendidikan jasmani di sekolah

sesungguhnya memiliki potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Oleh

sebab itu penulis ingin memilih judul penelitian, “ Upaya Pengembangan Prestasi

Olah Raga di Kelas………………………………….

Page 3: Ptkjasorkes Pen

……………………………………………….. Melalui Metode Eksperimen Tahun

Pelajaran …………………………….

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan suatu masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana peningkatan prestasi belajar pendidikan jasmani bagi siswa

kelas ........... tahun Pelajaran ..................... dengan diterapkannya metode

eksperimen ?.

2. Bagaimanakah pengaruh metode eksperimen terhadap motivasi belajar

pendidikan jasmani pada siswa kelas.......... ........... tahun Pelajaran ………..

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar pendidikan jasmani pada siswa

kelas……. ………………………………….. tahun Pelajaran

…………….. setelah diterapkan metode eksperimen.

2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar pendidikan jasmani khususnya

cabang Bola Voly pada siswa kelas…………….……….. tahun

Pelajaran………… setelah diterapkan metode eksperimen.

D. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat :

Page 4: Ptkjasorkes Pen

1. Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan

mata Pelajaran Penjaskes.

2. Meningkatkan motivasi pada pelajaran Penjaskes.

3. Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan mata

Pelajaran Penjaskes.

E. Asumsi

Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa :

1. Siswa mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh dari awal sampai

akhir pelajaran.

2. Siswa menerima semua penjelasan yang disampaikan guru dengan

baik.

3. Dalam mengerjakan soal tes tanpa dipengaruhi orang lain.

F. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang

meliputi

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas............ ................. Tahun

Pelajaran ....................

2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Semester Ganjil tahun

Pelajaran ...............

3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Bola Volly.

Page 5: Ptkjasorkes Pen

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam

kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan

jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total,

daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik

dan mentalnya.

Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang

sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus

lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah

pendidikan lainnya. Hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan

jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah

pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang

menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani

yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.

Pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat.

Namun esensinya sama, yang jika dikumpulkan bermakna jelas, bahwa

pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangkan keutuhan

aktifitas manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental

dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup

dalam. berbeda dengan bidang lain : misalnya pendidikan moral, yang

Page 6: Ptkjasorkes Pen

penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak

turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung.

Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya

terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi penjaskes

tidak banyak menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus

melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak,

sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.

Pendidikan jasmani ini harus menyebabkan perbaikan dalam ”pikiran dan

tubuh” yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan sehari-hari seseorang.

Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain

kependidikan, yaitu : psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam

ungkapan Robert Gerisiimer, penjaskes diistilahkan sebagai proses menciptakan ”

tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang sehat

”diharapkan” pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi

Kuno: Men sana in corporesano

B. Kesatuan Jiwa Raga

Salah satu pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah pemisahan. antara

jiwa dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum menyatakan bahwa jiwa dan raga

terpisah, dengan penekanan berlebihan pada satu sisi tertentu, disebut dualisme,

yang mengarah pada penghormatan lebih pada jiwa, dan menempatkan kegiatan

fisik secara lebih interior.

Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme, yaitu suatu

kepercayaan yang memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa melacak

Page 7: Ptkjasorkes Pen

pandangan ini dari pandangan Athena Kuno, dengan konsepnya “ jiwa yang baik

di dalam raga yang baik “ Motto tersebut sering dipertimbangkan sebagai

pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional. Aktivitas fisik

mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit. Tepatlah

ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah aktivitas

fisik yang mengembangkan, bukan sermata-mata aktivitas fisik itu sendiri,

melainkan juga keterlibatan jiwa dalam aktifitasnya. Untuk itu selalu terdapat

tujuan pengembangan manusia secara menyeluruh dalam program pendidikan

jasmani.

Akan tetapi, pertanyaan nyata yang harus dikedepankan di sini bukanlah “

apakah kita percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan jasmani, tetapi

apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau di

antara pengemban tugas penjas sendiri ? “

Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan

dualisme di atas masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga pada sebagian besar

guru penjaskes sendiri, barangkali pandangan demikian masih kuat mengakar,

entah akibat dari kurangnya pemahaman terhadap falsafah penjaskes sendiri,

maupun karena kuatnya kepercayaan itu. Yang pasti, masih banyak guru

penjaskes yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi

pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjaskes

di sekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang itu berat sebelah

pada aspek fisik semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang

berat itu masih dipandang lebih baik dari pada pandangan tentang pentingnya

pendidikan jasmani secara keseluruhan. Hal ini sangat ironis, karena justru

Page 8: Ptkjasorkes Pen

program pendidikan jasmani di dunia pendidikan kita malahan tidak ditekankan

ke mana-mana artinya tidak diarahkan ke pencapaian prestasi juga tidak pada

penekanan kesehatan sebagai sebuah paradigma yang memang diperlukan. Itu

karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program

penjas dipandang tidak penting sama sekali.

Nilai-nilai yang dikandung penjaskes untuk mengembangkan manusia

utuh menyeluruh, sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat

kita. Ini bersumber dan disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di

lapangan. Teramat banyak kasus atau contoh di mana orang menolak manfaat atau

nilai positif dari penjaskes dengan menunjuk pada kurang bernilai dan tidak

seimbangnya program pendidikan jasmani di lapangan seperti yang dapat mereka

lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa yang kita

praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang

pendidikan jasmani kita.

C. Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga

Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga

mempertimbangkan hubungan antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai

islilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam konteks

kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau

masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih

konseptual.

Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan.

Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak

Page 9: Ptkjasorkes Pen

kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah

berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat

ditemukan di dalam keduanya.

Di pihak lain olahraga dikatakan sebagai suatu bentuk bermain yang

terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga

semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya

lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih

cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas

kompetitif.

Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang

terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah di sempurnakan dan

diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses

tetap yang terlibat. Peraturan misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis,

digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut

tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua

prhak yang terlibat.

Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita

tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa

kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi.

Oleh karena itu pada satu saat nanti bermain/ suatu permainan menjadi

olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain /

suatu permainan karena pada hakekatnya aspek kompetitif teramatlah penting.

Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain

maupun dan olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga

Page 10: Ptkjasorkes Pen

harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-

katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan

kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan

penjaskes dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain

dan olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.

Bermain adalah sebuah olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan

bentuk-bentuk gerakan dan aktifitas kejiwaan secara serempak, ketiganya dapat

melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan

kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan

pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan.

Misalnya, olahraga profesional ( di Amerika umumnya disebut athletics )

dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai

olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk

kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi

keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif,

keduanya dapat dan harus beriringan bersama.

D. Metode Eksperimen

Metode Eksperimen adalah metode mengajar dengan cara memperagakan

barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik sccara

langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan

pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbiri Syah ( 2000).

Page 11: Ptkjasorkes Pen

Metode eksperimen adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan

sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan

pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).

Manfaat psikologis pedagogis dari metode eksperimen adalah :

a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.

b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.

c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri

siswa ( Daradjat, 1985 ).

Kelebihan metode eksperimen sebagai berikut :

a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses

atau kerja suatu benda.

b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.

c. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui

pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan obyek sebenarnya

( Syaiful Bahri Djarnarah, 2000 ).

Kelemahan metode eksperimen sebagai berikut :

a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan

dipertunjukkan.

b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.

c. Sukar dimengerti, hal ini terjadi apabila sesuatu itu didemonstrasikan oleh

guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri

Djamarah, 2000).

Page 12: Ptkjasorkes Pen

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) Karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan

bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang

diinginkan agar dapat dicapai dengan cara yang ditemukan.

Menurut Oja dan Sumarjan ( dalam Titik Sugiarli, 1997:8 ) ada empat

macam bentuk penelilian tindakan, yaitu (1) penelitian tindakan guru sebagai

peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simulatif

terinteratif dan (4) penelitian tindakan social eksperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk penelitian kolaboratif

dengan guru mata pelajaran dan di dalam proses belajar mengajar di kelas yang

bertindak sebagai pengajar adalah guru mata diklat sedangkan peneliti bertindak

sebagai pengamat sekaligus sebagai penanggung jawab penuh penelitian tindakan

kelas ini / sebagai peneliti. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah

meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana peneliti secara penuh terlibat

dalam penelitian, mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Dalam penelitian ini peneliti bekerja sama dengan guru mata pelajaran,

kehadiran peneliti sebagai guru di tengah-tengah proses belajar mengajar sebagai

pengamat dibcritahukan kepada siswa. Dengan cara ini diharapkan adanya kerja

Page 13: Ptkjasorkes Pen

sama dari seluruh siswa dan bisa mendapatkan data yang seobjektif mungkin demi

kevalidan data yang diperlukan.

A. Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat

di SDN……ABC Jakarta Pusat……………….

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April

Semester Genap.

3. Subyek penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas………….

………….tahun pelajaran ………………….

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut

tim Pelatih Proyek PGSM, PK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif

oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional

dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman

terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana

praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2003:3)

Page 14: Ptkjasorkes Pen

Sedangkan menurut Mukhlis (2003:5) PTK adalah suatu bentuk kajian

yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi

pembelajaran yang sedang dilaksanakan.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/ meningkatkan

praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan

penyertaannnya adalah menumbuhkan budaya meneliti dikalangan guru

(Mukhlis, 2003:5).

PTK terdiri atas empat tahap, yaitu planning (Rencana), action (tindakan),

observasi (pengumatan) dan reflection (refleksi). Siklus spiral dari tahap-tahap

PTK dapat dilihat pada gambar berikut :

1. Rancangan / rencana awal, sebelum mengadakan penelitian ; peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk

di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil

atau dampak dari ditetapkannya metode demonstrasi.

3. Refleksi, peneliti mengkaji melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang

diisi oleb pengamat.

4. Rancangan / rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya

Observasi terbagi dalam dua putaran, dimana pada masing-masing putaran

dikenal perilaku yang sama ( alur kegiatan yang sama dan membahas satu

Sub Pokok Bahasan yang diakhiri dengan tes praktek di akhir masing-masing

Page 15: Ptkjasorkes Pen

putaran. Dibuat dalam dua putaran dimaksudkan untuk memperbaiki system

pembelajaran yang sedang dan / akan dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran

pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelaksanaan Permbelajaran (RPP)

Yaitu merupakan perangkat pernbelajaran yang digunakan sebagai pedoman

guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP

berisi Standart Kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, materi

Pembelajaran, kegiatan pembelajaran serta Evaluasi hasil belajar .

3. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

a. Lembar observasi pengelolahan metode eksperimen, untuk mengukur

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, dapat dibuktikan

dengan hasil yang dicapai siswa.

b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru untuk mengamati aktivitas

siswa dan guru selama proses pembelajaran

4. Tes praktik

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman materi yang diajarkan.

Tes praktek ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan

adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 30 soal

Page 16: Ptkjasorkes Pen

yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes

yang telah diuji validitasnya dan reliabilitasnya pada tiap soal. Analisis ini

digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan

untuk mengambil data.

D. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi pengolahan metode eksperimen, observasi aktivitas siswa dan guru,

angket motivasi siswa dan tes praktek.

E. Teknik Analisa Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran

perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisa

deskrlptif kuatitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan

kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk

mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon

siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses

pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau prosentase keberhasilan

siswa, setiap usai satu kali proses pembelajaran ( satu putaran ) dilaksanakan

evaluasi berupa tes praktek. Analisa ini dihitung dengan menggunakan statistic

sederhana yaitu :

1. Untuk menilai tes praktek

Page 17: Ptkjasorkes Pen

P = ∑ Siswa yang Tuntas Belajar∑ Siswa

X 100%

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa yang selanjutnya

dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperlukan

rata-rata tes praktek dapat dirumuskan

Dengan = Nilai rala-rala

= Jumlah semua nilai siswa

= J umlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kalegori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara

klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994

(Depdikbud, 1994) yaitu siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor

65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar apabila rata — rata nilai

yang diperoleh seluruh siswa mencapai 65% atau lebih.

Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai

berikut :

3. Untuk lembar observasi

a. Lembar observasi penelitian metode eksperimen dan eksperimen

Untuk menghitung lembar observasi pengolahan metode eksperimen dan

eksperimen digunakan rumus sebagai berikut :

Page 18: Ptkjasorkes Pen

Dimana : P1 = pengamatan 1 dan P2 = pengamat. 2

b. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa

Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan

rumus sebagai berikut :

Dengan

Dimana: % = persentase angket

= Rata-rata

= Jumlah rata-rata

P1 = Pengamat 1

P2 = Pengamat 2

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Χ = Jumlah hasil Pengamatan = P1 + P2 Jumlah Pengamat 2

Page 19: Ptkjasorkes Pen

A. Analisis Data Penelitian Persklus

1. Siklus l

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri dari

rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pembelajaran yang

mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan

pembelajaran metode eksperimen dan lembar observasi aktifitas siswa.

b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada

tanggal 8 Agustus 2007 di kelas.................... jumlah siswa 36 anak.

Adapun proses pembelajaran berpedoman pada Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran yang telah dipersiapkan

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

pembelajaran. Sebagai pengamat adalah peneliti dibantu oleh seorang

guru.

Pada akhir proses pembelajaran, siswa diberi tes formatif I dengan tujuan

untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang telah

dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus 1 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Pengelolaan Pembelajaran pada siklus 1

No Aspek yang diamatiPenilaian Rata-

rataP1 P2

I Pengamatan KBM

A. Pendahuluan

Page 20: Ptkjasorkes Pen

1. Memotivasi siswa

2. Menyampaikan tujuan

pembelajaran

2

2

2

3

3

2,5

B. Kegiatan Inti

1. Mendiskusikan langkah-langkah

kegiatan bersama siswa.

2. Membimbing siswa melakukan

kegiatan

3. Membimbing siswa

mendiskusikan hasil kegiatan

dalam kelompok

4. Memberikan kesempatan pada

siswa untuk mempresentasikan

hasil kegiatan belajar mengajar

5. Membimbing siswa merumuskan

kesimpulan / menemukan konsep

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

C. Penutup

1. Membimbing siswa membuat

rangkuman

2. Memberikan evaluasi

3

3

3

3

3

3

II Pengelolaan Waktu 2 2 2

III Antusiasme Kelas

1. Siswa Antusias 3 3 2,5

Page 21: Ptkjasorkes Pen

2. Guru Antusias 3 3 3

Jumlah 33 33 33

Keterangan : Nilai : Kriteria

1 : Tidak Baik

2 : Kurang Baik

3 : Cukup Baik

4 : Baik

Berdasarkan tabel diatas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang

baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan

waktu dan siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat penilaian kurang baik di

atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus 1. dan akan dijadikan

bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.

Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada

tabel berikut

Tabel 4.2 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I

No Aktivitas guru yang diamati Persentase

1

2

3

4

5

6

Menyampaikan tujuan

Memotivasi siswa / merumuskan masalah

Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya

Menyampaikan materi /

langkah-langkah/strategi

Menjelaskan materi yang sulit

Membimbing dan mengamati siswa dalam

5,0

8,3

8,3

6,7

13,3

21,7

Page 22: Ptkjasorkes Pen

7

8

9

menemukan konsep

Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan

hasil kegiatan

Memberikan umpan balik

Membimbing siswa merangkum pelajaran

10,0

18,3

8,3

No Aktivitas siswa yang diamati

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Mendengarkan / memperhatikan penjelasan

guru

Membaca buku siswa

Bekerja dengan sesama anggota kelompok

Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru

Menyajikan hasil pembelajaran

Mengajukan / menanggapi pertanyaan / ide

dari siswa

Menulis hal-hal yang relevan dengan KBM

Merangkum pembelajaran

Mengerjakan tes evaluasi

22,5

11,5

18,8

14,4

2,9

5,2

8,9

6,9

8,9

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling

dominan pada siklus I adalah menjelaskan materi yang sulit, membimbing dan

mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 21,7 %. Aktivitas lain yang

prosentasenya cukup besar adalah memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab,

menjelaskan materi yang sulit dan membimbing siswa merangkum pelajaran

yaitu masing-masing sebesar 18,3 % dan 13,3 %. Sedangkan aktivitas siswa yang

paling dominan adalah mengerjakan / memperhatikan penjelasan guru yaitu

Page 23: Ptkjasorkes Pen

22,5 %. Aktivitas lain yang prosentasenya cukup besar adalah bekerja dengan

bersama anggota kelompok, diskusi antar siswa dengan guru, dan membaca buku

pelajaran / buku siswa yaitu masing-masing 18,8 % dan 1 1,5 %.

Pada siklus I, secara garis besar kegialan belajar mengajar dengan metode

eksperimen sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup

dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih

dirasakan baru oleh siswa.

Hasil berikutnya adalah tes praktik siswa seperti terlihat pada label berikut

:

Tabel 4.3 Hasil Tes Praktik Siswa Pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Prosentase ketuntasan belajar

72,31

19

51,00

Dari label di alas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode

Eksperimen diperoleh nilai rata-rata prosentasi belajar siswa adalah 72,31 dan

ketuntasan belajar mencapai 51,00 % atau ada 19 siswa dari 39 siswa sudah tuntas

belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal

siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya

sebesar 51,00 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu

sebesar 65%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum

mengerti apa yang dimaksud dari digunakan guru dengan menerapkan model

pembelajaran metode eksperimen tersebut.

c. Refleksi

Page 24: Ptkjasorkes Pen

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh inforrnasi dari

hasil pengamatan sebagai berikut :

1. Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan

tujuan pembelajaran.

2. Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu dalam proses

pembelajaran.

3. Siswa kurang bisa antusias selama pembelajaran berlangsung.

d. Revisi

Pelaksanaan kegiatan pembelajan pada siklus I ini masih terdapat

kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilaksankan pada siklus

berikutnya.

1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas

dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, dimana siswa diajak

untuk terlibat langsung dalarn setiap kegiatan yang akan dilakukan.

2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan

menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi

catatan.

3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa

sehingga siswa bisa lebih antusias.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat. pembelajaran yang

terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2, soal tes formatif 2 dan

alat-alat pembelajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan

Page 25: Ptkjasorkes Pen

lembar observasi pengelolaan pembelajaran metode eksperimen dan

lembar observasi siswa.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada

tanggal 15 Agustus 2008 di kelas………. dengan jumlah siswa 39 siswa.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses

pembelajaran mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan

pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

pembelajaran. Sebagai pengamat adalah peneliti dibantu oleh seorang guru

mata pelajaran lain sebagai kolaboris.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar

mengajar yang dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes praktek

II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II

No Aspek yang diamatiPenilaian

Rata-rataP1 P2

I Pengamatan KBM

A Pendahuluan

1. Memotivasi siswa

2. Menyampaikan tujuan

3

3

3

4

3

3,5

Page 26: Ptkjasorkes Pen

pembelajaran

B. Kegiatan Inti

1. Mendiskusikan langkah-

langkah kegiatan bersama

siswa.

2. Membimbing siswa

melakukan kegiatan

3. Membimbing siswa

mendiskusikan hasil

kegiatan dalam kelompok

4. Memberikan kesempatan

pada siswa untuk

mempresentasikan hasil

kegiatan belajar mengajar

5. Membimbing siswa

merumuskan

kesimpulan / menemukan

konsep

3

4

4

4

3

4

4

4

4

3

3,5

4

4

3

3

C. Penutup

1. Membimbing siswa

membuat rangkuman

2. Memberikan evaluasi

3

4

4

4

3,5

4

II Pengelolaan Waktu 3 3 2

Page 27: Ptkjasorkes Pen

III Antusiasme Kelas

1. Siswa Antusias

2. Guru Antusias

4

4

3

4

3,5

4

Jumlah 41 43 42

Keterangan : Nilai : Kriteria

1 : Tidak Baik

2 : Kurang Baik

3 : Cukup Baik

4 : Baik

Dari tabel diatas tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan

belajar mengajar ( siklus II ) yang dilaksanakan oleh guru dengan

menerapkan metode pembelajaran metode eksperimen mendapatkan

penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari seluruh

penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian

tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa

aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk menyempurnakan

penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek terrsebut adalah

memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan /

menemukan konsep dan pengolahan waktu.

Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dalam penerapan

metode eksperimen diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah

Page 28: Ptkjasorkes Pen

mereka pelajari dan mampu mengemukakan pendapatnya sehingga mereka

akan lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan.

Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa

Tabel 4.2 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II

No Aktivitas guru yang diamati Persentase

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Menyampaikan tujuan

Memotivasi siswa / merumuskan masalah.

Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya

Menyampaikan materi / langkah-

langkah/strategi

Menjelaskan materi yang sulit

Membimbing dan mengamati siswa dalam

menemukan konsep

Meminta siswa menyajikan dan

mendiskusikan hasil kegiatan

Memberikan umpan balik

Membimbing siswa merangkum pelajaran

6,7

6,7

6,7

10,7

11,7

25,0

8,2

16,6

6,7

No Aktivitas siswa yang diamati

1

2

3

4

Mendengarkan / memperhatikan

penjelasan guru

Membaca buku siswa

Bekerja dengan sesama anggota kelompok

Diskusi antar siswa/antara siswa dengan

guru

17,9

12,1

21,8

13,8

Page 29: Ptkjasorkes Pen

5

6

7

8

9

Menyajikan hasil pembelajaran

Mengajukan / menanggapi pertanyaan /

ide dari siswa

Menulis hal-hal yang relevan dengan

KBM

Merangkum pembelajaran

Mengerjakan tes evaluasi

4,6

5,4

7,7

6,7

10,8

Berdasarkan label diatas tarnpak bahwa aktivitas guru yang paling

dominari pada sikhus II adalah rnembimbing dan mengamati siswa

melakukan latihan yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I aktivitas

ini rnengalami peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan

adalah memberi umpan balik (16,6%), menjelaskan / melatih

menggunakan alat (11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan

hasil kegiatan (8,2%) dan membimbing siswa mernperbaiki kesalahan

(6,7%).

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus

II adalah praktik menggunakan alat yaitu (21%). Jika dibandingkan dengan

siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitss sisws yang

mengalami penurunan adalah mendengarkan / memperhatikan penjelasan

guru (17,9%). Diskusi antar siswa / antara siswa dengan guru (13,8%),

mempraktikkan gerakan yang relavan dengan KBM (7,7%) dan

rnerangkum pembelajaran (6,7%). Adapun aktivitas aiswa yang

mengalami peningkatan adalah memperhatikan peragaan (12,1%)

Page 30: Ptkjasorkes Pen

menyajikan hasil pembelajaran (4,6%), menanggapi / mengajukan

pertanyaan / ide (5,4%) dan berlatih bersama siswa lain (10,8%).

Hasil tes praktik siswa terlihat pada label berikut :

Tabel 4.3 Hasil Tes Praktik Siswa Pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus I

1

2

3

Nilai rata-rata tes formatif

Jumlah siswa yang tuntas belajar

Prosentase ketuntasan belajar

79,48

34

87,18

Berdasarkan tubel di atas diperoleh nilai rata-rata tes praktek

sebesar 79,48 dan dari 39 siswa yang telah tuntas sebanyak 34 siswa dan 5

siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan

belajar yang lelah tercapai sebesar 87,18 % (termasuk kategori tuntas)

sebab standar. Minimum ketuntasan kelas adalah 65 %.. Hasil pada siklus

II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus 1. Adanya peningkatan

hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan

kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran metode eksperimen

sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini

sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

c. Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik

maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar

dengan penerapan pembelajaran rnetode eksperirnen. Dari data-data

yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut :

Page 31: Ptkjasorkes Pen

l. Selama proses pembelajaran guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna, tetapi persentasae pelaksanaannya untuk

masing-masing aspek cukup besar.

2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4. Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan.

d. Refisi Pelaksanaan

Pada siklus II guru telah menerapkan pembelajaran metode

eksperirnen dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil

belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan

dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang

perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah

memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan

tujuan agar pada pelaksanaan proses pembelajaran selanjutnya,

penerapan pembelajaran metode eksperimen dapat meningkatkan

proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Page 32: Ptkjasorkes Pen

13. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran

pertemuan terbimbing memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa

terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari

siklus I, dan II) untuk ranah psikomotor yaitu 48,72 %,87,18 % sedangkan

untuk ranah afektif yaitu 69,23% dan 94,87%. Pada siklus II ketuntasan

belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran.

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalarn proses belajar

mengajar dengan menerapkan metode eksperimen dalam setiap siklus

mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar

siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada

setiap siklus.

3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Berdasarkan analysis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran, dengan model pembelajaran metode eksperimen paling

dominan adalah belajar dengan sesama anggota kelompok,

mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dan diskusi antara siswa /

antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat

dikategorikan aktif.

Page 33: Ptkjasorkes Pen

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah metode eksperimen dengan baik. Hal ini

terlihat dari aktivitas guru yang muncul diantaranya aktivitas membimbing

dan mengamati siswa dalam mempraktikkan hasil pembelajaran,

menjelaskan / melatih menggunakan alat, memberi umpan balik dalam

prosentase untuk aktivitas di atas, cukup besar.

4. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran metode eksperirnen.

Berdasarkan analisis angket siswa, dapat diketahui bahwa tanggapan

siswa terrnasuk positif. Ini ditunjukkan dengan rata-rata jawaban siswa yang

menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan model pembelajaran

metode eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memberikan respon

positif terhadap model pembelajaran metode eksperimen, sehingga siswa

menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat. Jadi dapat disimpulkan bahwa

dengan diterapkannya metode eksperimen dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa kelas......................................... Tahun Pelajaran ……………….

Page 34: Ptkjasorkes Pen

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus

dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat.

disimpulkan sebagai berikut :

1. Pembelajaran dengan metode eksperimen memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus 1 (51,00 %),

siklus II (87,18%), sedangkan untuk ranah afektif yaitu siklus 1 (69,23%),

siklus II. (94,87%).

2. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen

mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan

bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode eksperimen yang

dipergunakan dalam proses pembelajaran sehingga mereka menjadi

termotivasi untuk belajar.

B. Saran

Dari hasil penelilian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses

pembelajaran lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi

siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut :

1. Untuk melaksanakan metode eksperimen memerlukan persiapan yang

cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih

Page 35: Ptkjasorkes Pen

topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode eksperimen dalam

proses pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam

taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menentukan

pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa

berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3 Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian

ini hanya dilakukan di kelas……………………………… tahun

pelajaran………………

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan

agar diperoleh hasil yang lebih baik.

Page 36: Ptkjasorkes Pen

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : PT. Rineksa Cipta

Engkos, S.R. 1994. Penjaskes. Jakarta : Erlangga

Husni, Agusta.dkk. 1987. Buku Pintar Olahraga. Jakarta : CV Mawar Gempita.

Muhajir. 1998. Pendidiktan Jasmani dan Kesehatan. Untuk SMU Kelas 2.

Jakarta : Erlangga

Slamet, S.R. 1994. Panjaskes. Jakarta : Tiga Serangkai

Suharno. 1986. llmu Kepelatihan Olah Raga. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta

Syarifuddin, Aib. 1997, Penjaskes 1, 2, 3, Jakarta ; PT. Gramedia Widiasmara

Indonesia