Ptkjasorkes Pen
-
Upload
m-fithri-isnaini -
Category
Documents
-
view
14 -
download
0
description
Transcript of Ptkjasorkes Pen
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyak orang salah menafsirkan bahwa mata pelajaran pendidikan
jasmani dan kesehatan di sekolah sama dengan proses penciptaan prestasi di
bidang olah raga. Kesalahan tafsir ini menimbulkan kesalahan juga dalam metode
atau cara mengajarkan pendidikan jasmani di sekolah. Padahal, antara pendidikan
jasmani dan prestasi olah raga sama-sama memiliki metode dan target namun
metode dan targetnya agak berbeda. Meski begitu, pendidikan jasmani bisa
dijadikan sebagai awal dari dimulainya metode atau proses penciptaan sebuah
prestasi olah raga di sekolah, yang boleh jadi bisa dilanjutkan menjadi sebuah
proses penciptaan prestasi secara nasional.
Pendidikaii jasmani, atau kesehatan sesungguhnya memiliki target dan
tujuan yang lebih berkaitan pada kesehatan jasmani dan rohani. Melalui
pendidikan jasmani, siswa diharapkan dapat tumbuh berkembang secara
proporsional, terutama pada aspek jasmani dan rohaninya. Targetnya adalah ingin
menciptakan generasi unggul. Yang disiplin, datang tepat waktu, rapi dan santun,
bekerja keras, sportif dan kerja sama.
Pendidikan jasmani juga dapat dijadikan proses awal sebagai media
penciptaan prestasi olah raga. Karena pendidikan jasmani juga menciptakan siswa
yang cekatan dan terampil, salah satu modal untuk menciptakan prestasi sesuai
dengan minat serta potensinya. Dalam hal ini, guru harus mengelompokkan
potensi-potensi yang ada dari kelompok-kelompok siswa di sekolah tertentu.
Kelompok-kelompok ini dapat dibina di luar jam pelajaran pendidikan jasmani
atau biasa disebut ekstrakurikuler. Melalui kegiatan ekstrakurikuler ini tidak
menutup kemungkinan akan melahirkan atlet - atlet berprestasi yang mampu
berkiprah di tingkat nasional maupun internasional.
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan a hidup
sehat yang bertujuan untuk mengembangkan diri siswa (jasmani dan rohani)
secara proporsional pada aspek keterampilan gerak (psikomotor), pengetahuan
(kognitif), dan sikap (afektif). Pendidikan jasmani juga bisa menjadi media
penting untuk pengembangan life skill atau kecapakan hidup. Karena di sini siswa
dididik disiplin, mengerjakan sesuatu dengan tertib, pekerja keras, sportif,
menghargai peraturan, dan bekerja sama dengan baik.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak yang
mengabaikan pentingnya penyelenggaraan pendidikan jasmani disekolah.
Pendidikan jasmani hanya dipandang hanya sebagai bagian mata pelajaran yang
perlu disampaiakan di sekolah. Kebanyakan di dunia pendidikan lebih
mengutamakan pengembangan mata pelajaran lain terutama mata pelajaran yang
menjadi materi UAN/ UNAS. Mereka menilai pendidikan jasmani kurang
memiliki nilai yang prospektif ke depan. Hal ini mengakibatkan perkembangan
pendidikan jasmani di Indonesia tersendat - sendat.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa pendidikan jasmani di sekolah
sesungguhnya memiliki potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Oleh
sebab itu penulis ingin memilih judul penelitian, “ Upaya Pengembangan Prestasi
Olah Raga di Kelas………………………………….
……………………………………………….. Melalui Metode Eksperimen Tahun
Pelajaran …………………………….
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan suatu masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana peningkatan prestasi belajar pendidikan jasmani bagi siswa
kelas ........... tahun Pelajaran ..................... dengan diterapkannya metode
eksperimen ?.
2. Bagaimanakah pengaruh metode eksperimen terhadap motivasi belajar
pendidikan jasmani pada siswa kelas.......... ........... tahun Pelajaran ………..
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar pendidikan jasmani pada siswa
kelas……. ………………………………….. tahun Pelajaran
…………….. setelah diterapkan metode eksperimen.
2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar pendidikan jasmani khususnya
cabang Bola Voly pada siswa kelas…………….……….. tahun
Pelajaran………… setelah diterapkan metode eksperimen.
D. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat :
1. Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan
mata Pelajaran Penjaskes.
2. Meningkatkan motivasi pada pelajaran Penjaskes.
3. Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan mata
Pelajaran Penjaskes.
E. Asumsi
Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa :
1. Siswa mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh dari awal sampai
akhir pelajaran.
2. Siswa menerima semua penjelasan yang disampaikan guru dengan
baik.
3. Dalam mengerjakan soal tes tanpa dipengaruhi orang lain.
F. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang
meliputi
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas............ ................. Tahun
Pelajaran ....................
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Semester Ganjil tahun
Pelajaran ...............
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Bola Volly.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan
jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total,
daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik
dan mentalnya.
Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang
sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus
lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah
pendidikan lainnya. Hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan
jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah
pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang
menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani
yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.
Pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat.
Namun esensinya sama, yang jika dikumpulkan bermakna jelas, bahwa
pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangkan keutuhan
aktifitas manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental
dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup
dalam. berbeda dengan bidang lain : misalnya pendidikan moral, yang
penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak
turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung.
Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya
terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi penjaskes
tidak banyak menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus
melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak,
sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.
Pendidikan jasmani ini harus menyebabkan perbaikan dalam ”pikiran dan
tubuh” yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan sehari-hari seseorang.
Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain
kependidikan, yaitu : psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam
ungkapan Robert Gerisiimer, penjaskes diistilahkan sebagai proses menciptakan ”
tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang sehat
”diharapkan” pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi
Kuno: Men sana in corporesano
B. Kesatuan Jiwa Raga
Salah satu pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah pemisahan. antara
jiwa dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum menyatakan bahwa jiwa dan raga
terpisah, dengan penekanan berlebihan pada satu sisi tertentu, disebut dualisme,
yang mengarah pada penghormatan lebih pada jiwa, dan menempatkan kegiatan
fisik secara lebih interior.
Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme, yaitu suatu
kepercayaan yang memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa melacak
pandangan ini dari pandangan Athena Kuno, dengan konsepnya “ jiwa yang baik
di dalam raga yang baik “ Motto tersebut sering dipertimbangkan sebagai
pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional. Aktivitas fisik
mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit. Tepatlah
ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah aktivitas
fisik yang mengembangkan, bukan sermata-mata aktivitas fisik itu sendiri,
melainkan juga keterlibatan jiwa dalam aktifitasnya. Untuk itu selalu terdapat
tujuan pengembangan manusia secara menyeluruh dalam program pendidikan
jasmani.
Akan tetapi, pertanyaan nyata yang harus dikedepankan di sini bukanlah “
apakah kita percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan jasmani, tetapi
apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau di
antara pengemban tugas penjas sendiri ? “
Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan
dualisme di atas masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga pada sebagian besar
guru penjaskes sendiri, barangkali pandangan demikian masih kuat mengakar,
entah akibat dari kurangnya pemahaman terhadap falsafah penjaskes sendiri,
maupun karena kuatnya kepercayaan itu. Yang pasti, masih banyak guru
penjaskes yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi
pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjaskes
di sekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang itu berat sebelah
pada aspek fisik semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang
berat itu masih dipandang lebih baik dari pada pandangan tentang pentingnya
pendidikan jasmani secara keseluruhan. Hal ini sangat ironis, karena justru
program pendidikan jasmani di dunia pendidikan kita malahan tidak ditekankan
ke mana-mana artinya tidak diarahkan ke pencapaian prestasi juga tidak pada
penekanan kesehatan sebagai sebuah paradigma yang memang diperlukan. Itu
karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program
penjas dipandang tidak penting sama sekali.
Nilai-nilai yang dikandung penjaskes untuk mengembangkan manusia
utuh menyeluruh, sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat
kita. Ini bersumber dan disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di
lapangan. Teramat banyak kasus atau contoh di mana orang menolak manfaat atau
nilai positif dari penjaskes dengan menunjuk pada kurang bernilai dan tidak
seimbangnya program pendidikan jasmani di lapangan seperti yang dapat mereka
lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa yang kita
praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang
pendidikan jasmani kita.
C. Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga
Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga
mempertimbangkan hubungan antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai
islilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam konteks
kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau
masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih
konseptual.
Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan.
Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak
kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah
berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat
ditemukan di dalam keduanya.
Di pihak lain olahraga dikatakan sebagai suatu bentuk bermain yang
terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga
semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya
lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih
cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas
kompetitif.
Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang
terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah di sempurnakan dan
diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses
tetap yang terlibat. Peraturan misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis,
digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut
tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua
prhak yang terlibat.
Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita
tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa
kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi.
Oleh karena itu pada satu saat nanti bermain/ suatu permainan menjadi
olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain /
suatu permainan karena pada hakekatnya aspek kompetitif teramatlah penting.
Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain
maupun dan olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga
harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-
katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan
kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan
penjaskes dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain
dan olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.
Bermain adalah sebuah olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan
bentuk-bentuk gerakan dan aktifitas kejiwaan secara serempak, ketiganya dapat
melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan
kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan
pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan.
Misalnya, olahraga profesional ( di Amerika umumnya disebut athletics )
dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai
olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk
kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi
keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif,
keduanya dapat dan harus beriringan bersama.
D. Metode Eksperimen
Metode Eksperimen adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik sccara
langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan
pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbiri Syah ( 2000).
Metode eksperimen adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan
sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan
pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).
Manfaat psikologis pedagogis dari metode eksperimen adalah :
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri
siswa ( Daradjat, 1985 ).
Kelebihan metode eksperimen sebagai berikut :
a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses
atau kerja suatu benda.
b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
c. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui
pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan obyek sebenarnya
( Syaiful Bahri Djarnarah, 2000 ).
Kelemahan metode eksperimen sebagai berikut :
a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan
dipertunjukkan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
c. Sukar dimengerti, hal ini terjadi apabila sesuatu itu didemonstrasikan oleh
guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri
Djamarah, 2000).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) Karena
penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan
bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang
diinginkan agar dapat dicapai dengan cara yang ditemukan.
Menurut Oja dan Sumarjan ( dalam Titik Sugiarli, 1997:8 ) ada empat
macam bentuk penelilian tindakan, yaitu (1) penelitian tindakan guru sebagai
peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simulatif
terinteratif dan (4) penelitian tindakan social eksperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk penelitian kolaboratif
dengan guru mata pelajaran dan di dalam proses belajar mengajar di kelas yang
bertindak sebagai pengajar adalah guru mata diklat sedangkan peneliti bertindak
sebagai pengamat sekaligus sebagai penanggung jawab penuh penelitian tindakan
kelas ini / sebagai peneliti. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah
meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana peneliti secara penuh terlibat
dalam penelitian, mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti bekerja sama dengan guru mata pelajaran,
kehadiran peneliti sebagai guru di tengah-tengah proses belajar mengajar sebagai
pengamat dibcritahukan kepada siswa. Dengan cara ini diharapkan adanya kerja
sama dari seluruh siswa dan bisa mendapatkan data yang seobjektif mungkin demi
kevalidan data yang diperlukan.
A. Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat
di SDN……ABC Jakarta Pusat……………….
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April
Semester Genap.
3. Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas………….
………….tahun pelajaran ………………….
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
tim Pelatih Proyek PGSM, PK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif
oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional
dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana
praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2003:3)
Sedangkan menurut Mukhlis (2003:5) PTK adalah suatu bentuk kajian
yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/ meningkatkan
praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan
penyertaannnya adalah menumbuhkan budaya meneliti dikalangan guru
(Mukhlis, 2003:5).
PTK terdiri atas empat tahap, yaitu planning (Rencana), action (tindakan),
observasi (pengumatan) dan reflection (refleksi). Siklus spiral dari tahap-tahap
PTK dapat dilihat pada gambar berikut :
1. Rancangan / rencana awal, sebelum mengadakan penelitian ; peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk
di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil
atau dampak dari ditetapkannya metode demonstrasi.
3. Refleksi, peneliti mengkaji melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang
diisi oleb pengamat.
4. Rancangan / rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya
Observasi terbagi dalam dua putaran, dimana pada masing-masing putaran
dikenal perilaku yang sama ( alur kegiatan yang sama dan membahas satu
Sub Pokok Bahasan yang diakhiri dengan tes praktek di akhir masing-masing
putaran. Dibuat dalam dua putaran dimaksudkan untuk memperbaiki system
pembelajaran yang sedang dan / akan dilaksanakan.
C. Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran
pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelaksanaan Permbelajaran (RPP)
Yaitu merupakan perangkat pernbelajaran yang digunakan sebagai pedoman
guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP
berisi Standart Kompetensi, kompetensi dasar, indikator pembelajaran, materi
Pembelajaran, kegiatan pembelajaran serta Evaluasi hasil belajar .
3. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a. Lembar observasi pengelolahan metode eksperimen, untuk mengukur
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, dapat dibuktikan
dengan hasil yang dicapai siswa.
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru untuk mengamati aktivitas
siswa dan guru selama proses pembelajaran
4. Tes praktik
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman materi yang diajarkan.
Tes praktek ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan
adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 30 soal
yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes
yang telah diuji validitasnya dan reliabilitasnya pada tiap soal. Analisis ini
digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan
untuk mengambil data.
D. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
observasi pengolahan metode eksperimen, observasi aktivitas siswa dan guru,
angket motivasi siswa dan tes praktek.
E. Teknik Analisa Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisa
deskrlptif kuatitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau prosentase keberhasilan
siswa, setiap usai satu kali proses pembelajaran ( satu putaran ) dilaksanakan
evaluasi berupa tes praktek. Analisa ini dihitung dengan menggunakan statistic
sederhana yaitu :
1. Untuk menilai tes praktek
P = ∑ Siswa yang Tuntas Belajar∑ Siswa
X 100%
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa yang selanjutnya
dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperlukan
rata-rata tes praktek dapat dirumuskan
Dengan = Nilai rala-rala
= Jumlah semua nilai siswa
= J umlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kalegori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara
klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994
(Depdikbud, 1994) yaitu siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor
65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar apabila rata — rata nilai
yang diperoleh seluruh siswa mencapai 65% atau lebih.
Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai
berikut :
3. Untuk lembar observasi
a. Lembar observasi penelitian metode eksperimen dan eksperimen
Untuk menghitung lembar observasi pengolahan metode eksperimen dan
eksperimen digunakan rumus sebagai berikut :
Dimana : P1 = pengamatan 1 dan P2 = pengamat. 2
b. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa
Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan
rumus sebagai berikut :
Dengan
Dimana: % = persentase angket
= Rata-rata
= Jumlah rata-rata
P1 = Pengamat 1
P2 = Pengamat 2
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Χ = Jumlah hasil Pengamatan = P1 + P2 Jumlah Pengamat 2
A. Analisis Data Penelitian Persklus
1. Siklus l
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pembelajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan
pembelajaran metode eksperimen dan lembar observasi aktifitas siswa.
b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada
tanggal 8 Agustus 2007 di kelas.................... jumlah siswa 36 anak.
Adapun proses pembelajaran berpedoman pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang telah dipersiapkan
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
pembelajaran. Sebagai pengamat adalah peneliti dibantu oleh seorang
guru.
Pada akhir proses pembelajaran, siswa diberi tes formatif I dengan tujuan
untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang telah
dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus 1 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Pengelolaan Pembelajaran pada siklus 1
No Aspek yang diamatiPenilaian Rata-
rataP1 P2
I Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan
pembelajaran
2
2
2
3
3
2,5
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah
kegiatan bersama siswa.
2. Membimbing siswa melakukan
kegiatan
3. Membimbing siswa
mendiskusikan hasil kegiatan
dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada
siswa untuk mempresentasikan
hasil kegiatan belajar mengajar
5. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan / menemukan konsep
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat
rangkuman
2. Memberikan evaluasi
3
3
3
3
3
3
II Pengelolaan Waktu 2 2 2
III Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias 3 3 2,5
2. Guru Antusias 3 3 3
Jumlah 33 33 33
Keterangan : Nilai : Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik
Berdasarkan tabel diatas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang
baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan
waktu dan siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat penilaian kurang baik di
atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus 1. dan akan dijadikan
bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.
Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada
tabel berikut
Tabel 4.2 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I
No Aktivitas guru yang diamati Persentase
1
2
3
4
5
6
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa / merumuskan masalah
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
Menyampaikan materi /
langkah-langkah/strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam
5,0
8,3
8,3
6,7
13,3
21,7
7
8
9
menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan
hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
10,0
18,3
8,3
No Aktivitas siswa yang diamati
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Mendengarkan / memperhatikan penjelasan
guru
Membaca buku siswa
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
Menyajikan hasil pembelajaran
Mengajukan / menanggapi pertanyaan / ide
dari siswa
Menulis hal-hal yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi
22,5
11,5
18,8
14,4
2,9
5,2
8,9
6,9
8,9
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling
dominan pada siklus I adalah menjelaskan materi yang sulit, membimbing dan
mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 21,7 %. Aktivitas lain yang
prosentasenya cukup besar adalah memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab,
menjelaskan materi yang sulit dan membimbing siswa merangkum pelajaran
yaitu masing-masing sebesar 18,3 % dan 13,3 %. Sedangkan aktivitas siswa yang
paling dominan adalah mengerjakan / memperhatikan penjelasan guru yaitu
22,5 %. Aktivitas lain yang prosentasenya cukup besar adalah bekerja dengan
bersama anggota kelompok, diskusi antar siswa dengan guru, dan membaca buku
pelajaran / buku siswa yaitu masing-masing 18,8 % dan 1 1,5 %.
Pada siklus I, secara garis besar kegialan belajar mengajar dengan metode
eksperimen sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup
dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih
dirasakan baru oleh siswa.
Hasil berikutnya adalah tes praktik siswa seperti terlihat pada label berikut
:
Tabel 4.3 Hasil Tes Praktik Siswa Pada Siklus I
No Uraian Hasil Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Prosentase ketuntasan belajar
72,31
19
51,00
Dari label di alas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode
Eksperimen diperoleh nilai rata-rata prosentasi belajar siswa adalah 72,31 dan
ketuntasan belajar mencapai 51,00 % atau ada 19 siswa dari 39 siswa sudah tuntas
belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal
siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya
sebesar 51,00 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 65%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum
mengerti apa yang dimaksud dari digunakan guru dengan menerapkan model
pembelajaran metode eksperimen tersebut.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh inforrnasi dari
hasil pengamatan sebagai berikut :
1. Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran.
2. Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu dalam proses
pembelajaran.
3. Siswa kurang bisa antusias selama pembelajaran berlangsung.
d. Revisi
Pelaksanaan kegiatan pembelajan pada siklus I ini masih terdapat
kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilaksankan pada siklus
berikutnya.
1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, dimana siswa diajak
untuk terlibat langsung dalarn setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan
menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi
catatan.
3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa
sehingga siswa bisa lebih antusias.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat. pembelajaran yang
terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2, soal tes formatif 2 dan
alat-alat pembelajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan
lembar observasi pengelolaan pembelajaran metode eksperimen dan
lembar observasi siswa.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada
tanggal 15 Agustus 2008 di kelas………. dengan jumlah siswa 39 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses
pembelajaran mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan
pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
pembelajaran. Sebagai pengamat adalah peneliti dibantu oleh seorang guru
mata pelajaran lain sebagai kolaboris.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes praktek
II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II
No Aspek yang diamatiPenilaian
Rata-rataP1 P2
I Pengamatan KBM
A Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan
3
3
3
4
3
3,5
pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-
langkah kegiatan bersama
siswa.
2. Membimbing siswa
melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa
mendiskusikan hasil
kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan
pada siswa untuk
mempresentasikan hasil
kegiatan belajar mengajar
5. Membimbing siswa
merumuskan
kesimpulan / menemukan
konsep
3
4
4
4
3
4
4
4
4
3
3,5
4
4
3
3
C. Penutup
1. Membimbing siswa
membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi
3
4
4
4
3,5
4
II Pengelolaan Waktu 3 3 2
III Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias
4
4
3
4
3,5
4
Jumlah 41 43 42
Keterangan : Nilai : Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik
Dari tabel diatas tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan
belajar mengajar ( siklus II ) yang dilaksanakan oleh guru dengan
menerapkan metode pembelajaran metode eksperimen mendapatkan
penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari seluruh
penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian
tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa
aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk menyempurnakan
penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek terrsebut adalah
memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan /
menemukan konsep dan pengolahan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dalam penerapan
metode eksperimen diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah
mereka pelajari dan mampu mengemukakan pendapatnya sehingga mereka
akan lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan.
Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa
Tabel 4.2 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II
No Aktivitas guru yang diamati Persentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa / merumuskan masalah.
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
Menyampaikan materi / langkah-
langkah/strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam
menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan
mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
6,7
6,7
6,7
10,7
11,7
25,0
8,2
16,6
6,7
No Aktivitas siswa yang diamati
1
2
3
4
Mendengarkan / memperhatikan
penjelasan guru
Membaca buku siswa
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan
guru
17,9
12,1
21,8
13,8
5
6
7
8
9
Menyajikan hasil pembelajaran
Mengajukan / menanggapi pertanyaan /
ide dari siswa
Menulis hal-hal yang relevan dengan
KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi
4,6
5,4
7,7
6,7
10,8
Berdasarkan label diatas tarnpak bahwa aktivitas guru yang paling
dominari pada sikhus II adalah rnembimbing dan mengamati siswa
melakukan latihan yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I aktivitas
ini rnengalami peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan
adalah memberi umpan balik (16,6%), menjelaskan / melatih
menggunakan alat (11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan
hasil kegiatan (8,2%) dan membimbing siswa mernperbaiki kesalahan
(6,7%).
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus
II adalah praktik menggunakan alat yaitu (21%). Jika dibandingkan dengan
siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitss sisws yang
mengalami penurunan adalah mendengarkan / memperhatikan penjelasan
guru (17,9%). Diskusi antar siswa / antara siswa dengan guru (13,8%),
mempraktikkan gerakan yang relavan dengan KBM (7,7%) dan
rnerangkum pembelajaran (6,7%). Adapun aktivitas aiswa yang
mengalami peningkatan adalah memperhatikan peragaan (12,1%)
menyajikan hasil pembelajaran (4,6%), menanggapi / mengajukan
pertanyaan / ide (5,4%) dan berlatih bersama siswa lain (10,8%).
Hasil tes praktik siswa terlihat pada label berikut :
Tabel 4.3 Hasil Tes Praktik Siswa Pada Siklus II
No Uraian Hasil Siklus I
1
2
3
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Prosentase ketuntasan belajar
79,48
34
87,18
Berdasarkan tubel di atas diperoleh nilai rata-rata tes praktek
sebesar 79,48 dan dari 39 siswa yang telah tuntas sebanyak 34 siswa dan 5
siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan
belajar yang lelah tercapai sebesar 87,18 % (termasuk kategori tuntas)
sebab standar. Minimum ketuntasan kelas adalah 65 %.. Hasil pada siklus
II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus 1. Adanya peningkatan
hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan
kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran metode eksperimen
sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini
sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
c. Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar
dengan penerapan pembelajaran rnetode eksperirnen. Dari data-data
yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut :
l. Selama proses pembelajaran guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang
belum sempurna, tetapi persentasae pelaksanaannya untuk
masing-masing aspek cukup besar.
2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4. Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan.
d. Refisi Pelaksanaan
Pada siklus II guru telah menerapkan pembelajaran metode
eksperirnen dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil
belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan
dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang
perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah
memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan
tujuan agar pada pelaksanaan proses pembelajaran selanjutnya,
penerapan pembelajaran metode eksperimen dapat meningkatkan
proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
13. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran
pertemuan terbimbing memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari
siklus I, dan II) untuk ranah psikomotor yaitu 48,72 %,87,18 % sedangkan
untuk ranah afektif yaitu 69,23% dan 94,87%. Pada siklus II ketuntasan
belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran.
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalarn proses belajar
mengajar dengan menerapkan metode eksperimen dalam setiap siklus
mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar
siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada
setiap siklus.
3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Berdasarkan analysis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran, dengan model pembelajaran metode eksperimen paling
dominan adalah belajar dengan sesama anggota kelompok,
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dan diskusi antara siswa /
antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat
dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langkah-langkah metode eksperimen dengan baik. Hal ini
terlihat dari aktivitas guru yang muncul diantaranya aktivitas membimbing
dan mengamati siswa dalam mempraktikkan hasil pembelajaran,
menjelaskan / melatih menggunakan alat, memberi umpan balik dalam
prosentase untuk aktivitas di atas, cukup besar.
4. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran metode eksperirnen.
Berdasarkan analisis angket siswa, dapat diketahui bahwa tanggapan
siswa terrnasuk positif. Ini ditunjukkan dengan rata-rata jawaban siswa yang
menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan model pembelajaran
metode eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memberikan respon
positif terhadap model pembelajaran metode eksperimen, sehingga siswa
menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat. Jadi dapat disimpulkan bahwa
dengan diterapkannya metode eksperimen dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas......................................... Tahun Pelajaran ……………….
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat.
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan metode eksperimen memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus 1 (51,00 %),
siklus II (87,18%), sedangkan untuk ranah afektif yaitu siklus 1 (69,23%),
siklus II. (94,87%).
2. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen
mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan
bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode eksperimen yang
dipergunakan dalam proses pembelajaran sehingga mereka menjadi
termotivasi untuk belajar.
B. Saran
Dari hasil penelilian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
pembelajaran lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut :
1. Untuk melaksanakan metode eksperimen memerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih
topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode eksperimen dalam
proses pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam
taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menentukan
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3 Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian
ini hanya dilakukan di kelas……………………………… tahun
pelajaran………………
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan
agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : PT. Rineksa Cipta
Engkos, S.R. 1994. Penjaskes. Jakarta : Erlangga
Husni, Agusta.dkk. 1987. Buku Pintar Olahraga. Jakarta : CV Mawar Gempita.
Muhajir. 1998. Pendidiktan Jasmani dan Kesehatan. Untuk SMU Kelas 2.
Jakarta : Erlangga
Slamet, S.R. 1994. Panjaskes. Jakarta : Tiga Serangkai
Suharno. 1986. llmu Kepelatihan Olah Raga. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta
Syarifuddin, Aib. 1997, Penjaskes 1, 2, 3, Jakarta ; PT. Gramedia Widiasmara
Indonesia