Laporan Uv-Vis II

26
UV – VIS II BAB I PENDAHULUAN 1.1TUJUAN PERCOBAAN 1. Memahami prinsip analisa dengan menggunakan UV-VIS 2. Mampu mengoperasikan alat UV-VIS 3. Mampu mempersiapkan sampel dengan cermat 4. Menganalisa sampel seperti kadar besi dalam air 1.2DASAR TEORI 1.2.1 Spektrofotometri Prinsip spektrofotometri didasarkan adanya interaksi dari energi radiasi elektromagnetik dengan zat kimia. Dengan mengetahui interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat-sifat dari interaksi tersebut. Hasil interaksi tersebut menimbulkan suatu atau lebih peristiwa seperti pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi, penyerapan (absorpsi), fluoresensi, dan ionisasi. Dalam analisis kimia, peristiwa absorpsi merupakan dasar dari spektrofotometri karena proses absorpsi tersebut bersifat spesifik untuk setiap zat kimia (aplikasi kulitatif). Disamping itu adalah kenyataan bahwa banyaknya absorpsi berbanding lurus dengan banyaknya zat kimia (aspek kuantitatif). Jadi spektrofotometri adalah salah satu metode dalam kimia analisa yang TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 1

description

Teknik Kimia

Transcript of Laporan Uv-Vis II

Page 1: Laporan Uv-Vis II

UV – VIS II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN PERCOBAAN

1. Memahami prinsip analisa dengan menggunakan UV-VIS

2. Mampu mengoperasikan alat UV-VIS

3. Mampu mempersiapkan sampel dengan cermat

4. Menganalisa sampel seperti kadar besi dalam air

1.2 DASAR TEORI

1.2.1 Spektrofotometri

Prinsip spektrofotometri didasarkan adanya interaksi dari energi radiasi

elektromagnetik dengan zat kimia. Dengan mengetahui interaksi yang terjadi,

dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat-sifat dari

interaksi tersebut. Hasil interaksi tersebut menimbulkan suatu atau lebih

peristiwa seperti pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi, penyerapan

(absorpsi), fluoresensi, dan ionisasi. Dalam analisis kimia, peristiwa absorpsi

merupakan dasar dari spektrofotometri karena proses absorpsi tersebut bersifat

spesifik untuk setiap zat kimia (aplikasi kulitatif). Disamping itu adalah

kenyataan bahwa banyaknya absorpsi berbanding lurus dengan banyaknya zat

kimia (aspek kuantitatif). Jadi spektrofotometri adalah salah satu metode dalam

kimia analisa yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik

secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi

dengan cahaya (wanibesak.wordpress, 2011).

1.2.2 Spektrofotometer UV-VIS

Spektrofotometer UV-Visible adalah alat yang digunakan untuk mengukur

transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang

gelombang. Spektrofotometer sesuai dengan namanya merupakan alat yang

terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari

spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat

pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi

(wideliaikaputri.lecture.ub, 2014).

TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 1

Page 2: Laporan Uv-Vis II

UV – VIS II

1.2.3 Instrumentasi

Gambar 1. Instrumentasi Spektrometer UV-VIS

- Sumber Cahaya

Pada spektrofotometri UV-VIS syarat sumber cahayanya adalah mampu

menghasilkan cahaya yang intensitasnya cukup besar di semua panjang

gelombang pada daerah UV (190 – 380) dan Visible (380 – 780). Sumber

cahaya yang biasa digunakan untuk daerah UV adalah lampu H2/D2 dan untuk

daerah Visible biasa menggunakan lampu tungsten atau yang sering disebut

lampu wolfram. Namun dengan perkembangan zaman dibuat juga sumber

cahaya yang mampu menghasilkan cahaya pada panjang gelombang 185-900

nm yang sekaligus mencakup daerah UV dan Visible.

- Chopper

Chopper adalah sebuah piranti optis yang diletakkan setelah sumber

cahaya dan berguna menghalangi cahaya secara periodik sehingga cahaya

yang masuk sampel seperti terpotong-potong. Akibatnya signal listrik yang

dihasilkan detektor akan menjadi gelombang kotak dengan frekwensi tertentu.

- Monokromator

Monokromator adalah sebuah alat yang digunakan untuk memilih cahaya

monokromatik dengan panjang gelombang tertentu dari cahaya polikromatik.

Jenis monokromator yang saat ini banyak digunakan adalah grating dan

prisma.

TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 2

Page 3: Laporan Uv-Vis II

UV – VIS II

- Tempat Sampel

Pada spektrofotometri tempat sampel disebut juga kuvet. Kuvet biasanya

berbentuk balok dengan sisi yang dapat ditembus cahaya. Kuvet terbuat dari

quartz atau fused silica.

- Detektor

Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan

mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :

Memiliki kepekaan yang tinggi dan noise yang rendah

Respon konstan pada berbagai panjang gelombang

Mempunyai waktu respon yang cepat

Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.

- Signal Processor

Signal processor terdiri dari berbagai rangkaian eletronika yang

berfungsi antara lain :

Amplifier berfungsi sebagai penguatan signal listrik

Filter Listrik berfungsi menyaring hanya signal yang frekwensinya sama

dengan chopper yang dapat lolos

Analog to Digital Converter

Averaging berfungsi untuk meningkatkan signal to noise ratio

1.2.4 Hukum Lambert-Beer dan Penerapan

Analisis dengan spektrofotometri UV-VIS selalu melibatkan pembacaan

absorbansi radiasi elektromagnetik oleh molekul atau radiasi elektromagnetik

yang diteruskan. Keduanya dikenal sebagai absorbansi (A) tanpa satuan dan

transmitan dengan satuan persen (% T ). Apabila suatu radiasi elektromagnetik

dikenakan pada suatu larutan dengan intensitas radiasi semula (Io), maka

sebagian radiasi tersebut akan diteruskan (It), dipantulkan (Ir) dan diabsorpsi

(Ia) sehingga :

I0 = Ir + Ia + It

TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 3

Page 4: Laporan Uv-Vis II

UV – VIS II

Harga Ir ( 4 % ) dengan demikian dapat diabaikan karena pengerjaan dengan

metode spektrofotometri UV – Vis dipakai larutan pembanding sehingga :

I0= Ia+ It

Bouguer, Lambert dan Beer membuat formula secara matematik hubungan

antara transmitan atau absorbansi terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi

zat yang akan dianalisa dan tebal larutan yang mengabsorpsi sebagai :

A = ε b C

T = = 10 –εbC

A = log = ε b C

Dimana:

T = Persen transmitan C = Konsentrasi

I0 = Intensitas radiasi yang datang b = Tebal kuvet

It = Intensitas radiasi yang diteruskan A = Absorbansi

ε = Absorpsivitas molar ( L mol-1cm-1)

Dari persamaan gabungan Hukum Lambert-Beer dapat terlihat bahwa jika kita

melakukan pengukuran suatu unsur yang sama pada panjang gelombang yang

sama dalam kuvet sampel yang sama pula, maka akan tampak hubungan linear

antara absorbansi (A) dan konsentrasi (C), selama absorpsivitas molar (ε) dan

tebal kuvet (b) konstan (Adam dkk, 2007).

Dalam analisa kuantitaif spektrofotometri UV-VIS, pengukuran absorbansi atau

transmitansi dibuat berdasarkan satu rangkaian larutan larutan pada panjang

gelombang yang telah ditetapkan. Panjang gelombang yang paling sesuai ditentukan

dengan membuat spektrum absorbsi dimana panjang gelombang yang paling sesuai itu

adalah yang menghasilkan absorbansi maksimum. Selanjutnya panjang gelombang ini

digunakan untuk pengukuran kuantitatif. Dengan menggunakan panjang gelombang

dari absorbansi maksimum, maka jika terjadi penyimpangan (deviasi) kecil panjang

gelombang dari cahaya masuk hanya akan menyebabkan kesalahan yang kecil dalam

pengukuran tersebut (Adam dkk, 2007).

TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 4

Page 5: Laporan Uv-Vis II

UV – VIS II

BAB II

METODOLOGI

2.1 ALAT DAN BAHAN

2.1.1 Alat yang digunakan :

1. Spektrofotometer UV-Visible cary 50 – Conc Varian

2. Pipet volume 5 ml, 10 ml, 25 ml

3. Gelas kimia 100 ml

4. Pipet tetes

5. Bulp

6. Labu ukur 50 ml, 100 ml

7. Botol semprot

2.1.2 Bahan yang digunakan :

1. Larutan induk Fe3+ 100 ppm

2. Larutan orto phenantroline

3. Larutan hidroksilamin klorida

4. Larutan buffer asetat

5. Aquadest

6. Sampel air

2.2 PROSEDUR PERCOBAAN

A. Pembuatan larutan Fe3+ 10 ppm

1. Memipet 10 ml larutan Fe3+ 100 ppm lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100

ml

2. Menambahkan aquadest sampai tanda batas dan mengocoknya

B. Pembuatan larutan standar Fe2+

TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 5

Page 6: Laporan Uv-Vis II

UV – VIS II

1. Memipet masing-masing 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, dan 6 ml larutan Fe3+ 10

ppm lalu dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml

2. Menambahkan masing-masing larutan dengan 5 ml larutan hidroksilamin

klorida, 5 ml larutan buffer asetat, dan 5 ml larutan orto phenantroline secara

berurutan

3. Menambahkan aquadest sampai tanda batasnya dan mengocoknya

C. Pembuatan blanko

1. Memipet 5 ml larutan hidroksilamin klorida, 5 ml larutan buffer asetat, dan 5

ml larutan orto phenantroline lalu dimasukkan kedalam labu ukur 25 ml secara

berurutan

2. Menambahkan aquadest sampai tanda batasnya dan mengocoknya

D. Pembuatan Sampel

1. Memipet 25 ml sampel air lalu dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml

2. Menambahkan sampel dengan 5 ml larutan hidroksilamin klorida, 5 ml larutan

buffer asetat, dan 5 ml larutan orto phenantroline secara berurutan

3. Menambahkan aquadest sampai tanda batasnya dan mengocoknya

E. Pengoperasian Alat

Penentuan λ maks

1. Menghubungkan alat UV –Visible cary 50 – Conc Varian dan komputer ke

sumber listrik

2. Menghidupkan computer dan alat UV-Visible cary 50 – Conc Varian

3. Pada layar komputer ada tiga icon aplikasi :

Simple Read : Prosedur sama seperti UV-VIS 1

Scan : Penentuan λ maks

Concentration : Penentuan konsentrasi larutan dan membuat kurva standar

4. Mengklik icon scan pada layar komputer

5. Mengklik set up dan melakukan pengaturan parameter

Carry Instrument Mode

- X mode :

Start : 800 nm

TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 6

Page 7: Laporan Uv-Vis II

UV – VIS II

Stop : 400 nm

- Y mode : tidak diubah

Scan control : pilih simple

Selain simple ada advance :

- Ave time

- Data interval

- Scan rate

Report : mengisi nama analis dan comment lalu mengklik OK

6. Muncul kotak prepare to zero lalu masukkan larutan blanko. Setelah itu

mengklik OK

7. Membuat baseline

8. Mengklik zero sampai absorbansi 0,0000 (jika tidak bisa, maksimum toleransi

abs : 0,0002)

9. Mengklik Start

10. Mengklik Save As dan mengisi nama file lalu save

11. Memasukkan larutan standar yang memiliki konsentrasi tertinggi pada UV-

VIS lalu mengisi nama sampel dan mengklik OK

12. Pada layar akan muncul kotak nama sampel lalu mengklik OK

13. Setelah Finish maka akan muncul hasil wavelength dan absorbansi tertinggi

14. Mencatat panjang gelombang pada absorbansi maksimum

Penentuan Konsentrasi Sampel

1. Mengklik icon consentration pada layar computer

2. Mengklik set up dan melakukan pengaturan parameter

3. Mengklik cary instrument mode, mengisi λ maks yang diperoleh

4. Mengklik standar lalu mengisi data larutan standar yang digunakan

Unit (satuan) : ppm (mg/L)

Standar : (jumlah larutan standar dan nilai konsentrasinya)

5. Mengklik sampel lalu mengisi jumlah sampel yang digunakan, dan nama dari

sampel

6. Mengklik report lalu mengisi nama analisis dan comment

TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 7

Page 8: Laporan Uv-Vis II

UV – VIS II

7. Mengklik OK (Jangan lupa mengecek satuan konsentrasi yang ada di kurva.

Jika belum berubah mengklik set up lalu OK)

8. Memasukkan kuvet yang berisi larutan blanko, mengklik zero lalu menunggu

sampai absorbansi 0,0000

9. Mengklik Start, muncul kotak lalu lalu memindahkan ke standar dan sampel

dengan cara mengklik icon <<

10. Pada layar akan muncul dialog box present standar yang diminta, dan

memasukkan larutan yang diminta ke kuvet, kemudian dimasukkan ke alat

UV-VIS. Setelah itu mengklik Read (Ok). Selanjutnya muncul dialog box

untuk larutan berikutnya, hingga larutan standar yang terakhir dan dilanjutkan

larutan sampel

11. Setelah analisa selesai, akan muncul kurva standar dan konsentrasi sampel dari

pembacaan absorbansinya

12. Jika ada data larutan standar yang aneh sehingga kurva tidak muncul maka

bisa dihapus dengan cara mengklik recalculate lalu pilih standar yang mau

dihilangkan. Perhatikan : R2 minimal : 0,9500

13. Terakhir mengeprint data hasil analisa

2.3 SAFETY ALAT DAN BAHAN

2.3.1 Jas lab

Setiap melakukan percobaan di dalam laboratorium diwajibkan

menggunakan jas lab. Jas lab berfungsi untuk melindungi tubuh dan pakaian

yang kita kenakan dari cairan kimia yang berada di dalam lab.

2.3.2 Masker

Masker wajib digunakan untuk menghindari diri menghirup bahan-

bahan kimia berbahaya karena diantara bahan-bahan kimia tersebut ada yang

sangat mudah menguap di udara. Sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia

karena dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit atau iritasi dan

gangguan pada pernafasan.

2.3.3 Sarung tangan

TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 8

Page 9: Laporan Uv-Vis II

UV – VIS II

Sama halnya masker, setiap melakukan percobaan diharap memakai

sarung tangan agar bahan / cairan kimia tidak langsung menyentuh tangan.

Karena ada sifat bahan kimia tergolong cairan keras yang dapabila langsung

menyentuh kulit /tangan akan menimbulkan efek panas bahkan sampai

melepuh.

TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 9

Page 10: Laporan Uv-Vis II

UV – VIS II

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 DATA PENGAMATAN

Tabel 3.1 Data Absorbansi Larutan

No Larutan Konsentrasi (ppm) Absorbansi

1. Blanko 0,0 0,0000

2. Standar 1* 0,2 0,0521

3. Standar 2 0,4 0,0777

4. Standar 3 0,6 0,1236

5. Standar 4 0,8 0,1528

6. Standar 5 1,0 0,2036

7. Standar 6 1,2 0,2305

Tabel 3.2 Data Absorbansi Larutan Sampel

No. Larutan Sampel Absorbansi

1. Air Sungai 0,3008

2. Air Rawa 1 0,1536

3. Air Rawa 2 0,4542

3.2 HASIL PERHITUNGAN

Tabel 3.3 Persamaan Kurva Kalibrasi

Persamaan R2

y = 0,19056x – 0,00344 0,99287

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Konsentrasi Sampel

No. Sampel Fp Konsentrasi Sampel (ppm)

1. Air Sungai 1,25 2

2. Air Rawa 1 1,25 1

TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 10

Page 11: Laporan Uv-Vis II

UV – VIS II

3. Air Rawa 2 2 4,8

3.3 PEMBAHASAN

Pada percobaan UV-VIS II ini bertujuan untuk memahami prinsip analisa

dengan menggunakan UV-VIS kemudian mampu mengoperasikan alat UV-VIS dan

mampu memppersiapkan sampel dengan cermat serta menganalisa kadar besi dalam

air. Prinsip Dasar UV-VIS adalah Spektrofotometri yaitu metode analisa berdasarkan

interaksi cahaya dan materi.

Pada analisa kadar besi pada sampel air spektrofotometri yang digunakan

tepatnya adalah spektrofotometri cahaya tampak (visible) karena logam besi

mempunyai panjang gelombang > 400 nm. Analisa kuantitatif besi dalam sampel

pada percobaan ini menggunakan metode kurva kalibrasi.

Langkah pertama pada percobaan ini adalah membuat larutan baku Fe3+ 10 ppm

dari larutan Fe3+ 100 pp. Selanjutnya adalah membuat larutan standar dengan

konsentrasi 0,2 ppm ; 0,4 ppm ; 0,6 ppm ; 0,8 ppm ; 1,0 ppm ; dan 1,2 ppm. Dalam

pembuatan larutan standar pertama adalah memipet larutan baku sebanyak yg di

tentukan, selanjutnya menambahkan 5 ml Hidroksilamin Klorida yang digunakan

untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Kemudian menambahkan 5 ml buffer asetat untuk

menjaga pH larutan tetap stabil, dan terakhir menambahkan 5 ml Orthophenantroline

yang digunakan untuk reaksi pengomplekskan antara Fe2+ dengan Orthophenantroline

menjadi senyawa kompleks (berwarna orange muda). Senyawa kompleks yang

terbentuk adalah besi phenantroline dan reaksinya adalah sebagai berikut :

Fe2+ + [Fe(C18H8N2)]2+

Selain larutan standar, pada percobaan ini dibuat larutan blangko yaitu larutan

yang hanya terdiri dari pereaksi-pereaksi yang digunakan dan tidak terdapat analit

didalamnya. Larutan blanko digunakan untuk mengnolkan atau membuat agar alat

tidak membaca absorbansi dari pereaksi yang digunakan sehingga basorbansi yang

terukur hanyalah absorbansi Fe2+. Larutan blanko juga umumnya disebut sebagai

TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 11

Page 12: Laporan Uv-Vis II

UV – VIS II

baseline atau penunjuk angka nol. Larutan blanko juga digunakan untuk

mengkalibrasi alat agar dapat meminimalizir kesalahan pada pemakaian instrument

sehingga diperoleh besar absorbansi dan panjang gelombang dengan teliti

Langkah selanjutnya adalah mengoperasikan alat instrument UV-VIS. Ada

beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam mengoperasikan alat UV-VIS.

Yang pertama adalah penempatan larutan pada kuvet. Sebelum kuvet digunakan kuvet

terlebih dahulu dibilas dengan larutan yang sama dengan larutan yang akan

dimasukkan. Pembilasan ini bertujuan agar tidak ada pengotor ( debu, sisa-sisa

pelarut, dll ) yang tersisa pada kuvet. Kuvet yang digunakan harus benar-benar bersih

dari pengotor agar pada proses pengukuran absorbansi tidak terganggu oleh partikel-

partikel pengotor yang mungkin juga menyerap radiasi sinar pada panjang gelombang

tertentu yang digunakan. Setelah itu pemasangan kuvet pada alat UV-VIS juga harus

benar. Kuvet memiliki dua sisi berbeda yaitu ada sisi bagian bening dan sisi lainnya

yaitu bagian buram. Pastikan sisi benang kuvet tegal lurus dengan lintasan sinar

datang dan pastikan memegang kuvet harus pada sisi yang buram karena sisi bening

kuvet tidak boleh terkena kotoran misalnya sidik jari dengan adanya pengotor pada

sisi bening dapat menggangu hasil analisa, karena pengotor juga akan mengabsorbsi

atau mungkin memantulkan radiasi sinar yang datang.

Sebelum pada pengukuran nilai absorbansi dan penentuan konsentrasi sampel,

terlebih dahulu dilakukan pencarian λ maks dari Fe2+. Pada analisa kuantitatif

sebaiknya dilakukan dengan panjang gelombang dengan absorbansi maksimum (λ

maks). Untuk menentukan λ maks digunakan larutan blanko dan larutan standar

dengan konsentrasi tertinggi (1,2 ppm) untuk mendapatkan nilai absorbansi tertinggi.

Dari hasil percobaan λ maks yang diperoleh sebesar 510 nm dan absorbansi tertinggi

sebesar 0,260.

Langkah terakhir pada percobaan adalah pengukuran nilai absorbansi larutan

standard dan larutan sampel serta penentuan konsentrasi pada sampel. Dari hasil

percobaan didapatkan absorbansi larutan standard an sampel seperti yang tertera pada

table hasil percobaan . Selanjutnya juga didapatkan persamaan regresi linier

( Konsentrasi vs Absorbansi) y = 0,01011 + 0,18563x dan R2 = 0,99287. Untuk

menentukan konsentrasi sampel, nilai absorbansi sampel di interapolasi ke persamaan

regresi linier yang didapatkan, setelah itu didapatkan konsentrasi sampel.

TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 12

Page 13: Laporan Uv-Vis II

UV – VIS II

Dari hasil percobaan yang dilakukan didapatkan konsentrasi sampel air sungai,

air rawa 1, dan air rawa 2 seperti tertera pada table hasil percobaan. Namun, untuk

nilai absorbansi pada sampel air sungai dan air rawa 2 terjadi overrange. Lalu nilai

absorbansi pada kedua sampel tersebut di atas nilai absorbansi larutan standar

konsentrasi tertinggi ( 1,2 ppm), sehingga untuk analisa metode kurva kalibrasi hasil

penentuan konsentrasi kedua sampel ini kurang akurat karena seharusnya untuk

analisa metode kurva kalibrasi nilai absorbansi idealnya harus diantara nilai

absorbansi larutan standar konsentrasi terkecil sampai larutan standar konsentrasi

sebesar.

Berdasarkan keputusan Menteri kesehatan RI tahun 2002

(907/MENKES/SK/VII/2002) kadar besi yang diperbolehkan terkandung dalam air

sehingga air dikatakan bersih adalah 0,3 mg/L (0,3 ppm). Maka dapat di simpulkan

ketiga sampel yang dianalisa yaitu air sungai, air rawa 1, air rawa 2 belum memenuhi

syarat air yang dapat dikatakan bersih/perlu pengolahan lebih lanjut untuk dapat

dimanfaatkan sebagai air bersih.

TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 13

Page 14: Laporan Uv-Vis II

UV – VIS II

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

- λ maks yang didapatkan adalah 510 nm untuk penentuan kadar Fe

- Konsentrasi sampel air sungai adalah 2 ppm

- Konsentrasi sampel air rawa 1 adalah 1 ppm

- Konsentrasi sampel air sungai adalah 4,8 ppm

4.2 SARAN

- Pada proses pembuatan larutan sampel, pastikan warna dari larutan sampel harus

berada dikisaran warna terpucat dan warna terpekat larutan standar agar pada

penentuan konsentrasi tidak terjadi over range

- Pada saat peletakan kuvet didalam alat UV-VIS harus pastikan posisi sisi bening

kuvet tepat dengan lintasan cahaya

TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 14

Page 15: Laporan Uv-Vis II

UV – VIS II

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Pengertian dasar spektrofotometer UV-VIS. http:// wanibesak.wordpress. com/2011/07/04/pengertian-dasar-spektrofotometer-vis-uv-uv-vis/ . Diakses pada tanggal 15 Desember 2014. 11:21 WITA

Anonim. 2014. Materi Spektrofometri. http:// wideliaikaputri.lecture.ub.ac.id/ Materi-Spektrofotometri. Diakses pada tanggal 15 Desember 2014. 10:16 WITA

Peraturan Menteri Kesehatan R.I No : 907/MENKES/SK/VII/2003. Tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih.

Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Analisa Instrumen. Samarinda. Polnes

Wiryawan, A. 2007. Kimia Analitik. Malang. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Kejuruan

TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 15

Page 16: Laporan Uv-Vis II

UV – VIS II

TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 16

Page 17: Laporan Uv-Vis II

UV – VIS II

PERHITUNGAN

Pengenceran larutan Fe3+ 100 ppm menjadi Fe3+ 10 ppm

Pembuatan larutan standar

a. Larutan standar Fe3+ 10 ppm dari larutan induk 100 ppm

b. Larutan standar 0,2 ppm e. Larutan standar 0,8 ppm

c. Larutan standar 0,4 ppm f. Larutan standar 1 ppm

d. Larutan standar 0,6 ppm g. Larutan standar 1,2 ppm

TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 17

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 100 ppm = 100 ml x 10 ppm

V1 = 10 ml

V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 100 ppm = 100 ml x 10 ppm

V1 = 10 ml

V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 10 ppm = 50 ml x 0,2 ppm

V1 = 1 ml

V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 10 ppm = 50 ml x 0,4 ppm

V1 = 2 ml

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 10 ppm = 50 ml x 0,8 ppm

V1 = 4 ml

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 10 ppm = 50 ml x 1,0 ppm

V1 = 5 ml

V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 10 ppm = 50 ml x 0,6 ppm

V1 = 3 ml

V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 10 ppm = 50 ml x 1,2 ppm

V1 = 6 ml

Page 18: Laporan Uv-Vis II

UV – VIS II

Berdasarkan kurva standar diperoleh persamaan y = 0,01011 + 0,18563x dengan

R2 = 0,99287

Penentuan konsentrasi sampel

Fp = = 1,25 ml

a. Air Sungai

Konsentrasi sampel = Konsentrasi larutan sampel x fp

= 1,6 x 1,25

= 2 ppm

b. Air Rawa 1

Konsentrasi sampel = Konsentrasi larutan sampel x fp

= 0,8 x 1,25

= 1 ppm

c. Air Rawa 2

Konsentrasi sampel = Konsentrasi larutan sampel x fp

= 2,4 x 2

= 0,5 ppm

TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 18

Page 19: Laporan Uv-Vis II

UV – VIS II

GAMBAR ALAT

TEKNIK KIMIA | POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA 19