Aplikasi Uv Vis

25
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Benda bercahaya seperti matahari atau bohlam listrik memancarkan spektrum yang lebar terdiri atas panjang gelombang. Panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya tampak itu mampu mempengaruhi selaput pelangi mata manusia dan karenanya menimbulkan kesan subyektif akan ketampakan (vision). Dalam analisis secara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200 – 380 nm), daerah visible (380 – 700 nm), daerah inframerah (700 – 3000 nm) (Khopkar 1990). Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam spektrofometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat

description

kimia instrumentasi

Transcript of Aplikasi Uv Vis

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangSpektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Benda bercahaya seperti matahari atau bohlam listrik memancarkan spektrum yang lebar terdiri atas panjang gelombang. Panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya tampak itu mampu mempengaruhi selaput pelangi mata manusia dan karenanya menimbulkan kesan subyektif akan ketampakan (vision). Dalam analisis secara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200 380 nm), daerah visible (380 700 nm), daerah inframerah (700 3000 nm) (Khopkar 1990).Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam spektrofometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron yang ada pada atom ataupun molekul yang bersangkutan.Para kimiawan telah lama menggunakan bantuan warna sebagai bantuan dalam mengenali zat-zat kimia. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai suatu perluasan pemeriksaan visual yang dengan studi lebih mendalam dari absorpsi energi radiasi oleh macam-macam zat kimia memperkenankan dilakukannya pengukuran ciri-ciri serta kuantitatifnya dengan ketelitian lebih besar.

BAB IIPEMBAHASAN

Aplikasi Instrumen Spektrofotometri UV-Vis1. Penetapan kadar parasetamol dalam tablet Kombinasi parasetamol dengan kafein Secara spektrofotometri ultraviolet-sinar tampakSpektrofotometri ultra violet-visible dengan menggunakan metode zero crossing merupakan metode alternatif dalam mengatasi penetapan kadar campuran dua komponen atau lebih senyawa yang spektrumnya saling tumpang tindih. Dalam penelitian ini dilakukan dengan membuat spektra serapan normal, spektra serapan derivat pertama, dan spektra serapan derivat kedua dari parasetamol dan kafein dengan perbandingan konsentarsi 6:0,5. Berdasarkan spektra tersebut ditentukan panjang gelombang zero crossing. Hasil penelitian menunjukkan tablet kombinasi parasetamol dan kafein dengan per-bandingan konsentrasi 6:0,5, hanya penetapan kadar parasetamol yang dapat ditentukan. Nilai panjang gelombang zero crossing parasetamol adalah 245 nm, rentang recovery adalah 80,19 96,52%, dan nilai presisi pada tiga konsentrasi masing-masing 1,32%, 1,07%, dan 0,07%. Berdasarkan penelitian tersebut, menghasilkan bahwa penetapan kadar parasetamol cara ini terhadap tablet kombinasi parasetamol dan kafein memiliki akurasi dan presisi yang baik.a. Pembuatan Spektra Serapan NormalSebanyak 1 mL larutan parasetamol baku (600 bpj) dicukupkan volumenya dengan etanol hingga 10 mL (60 bpj), lalu dipipet sebanyak 1 mL dan diencerkan hingga 10 mL (6 bpj). Serapan diukur pada panjang gelombang 200 - 400 nm, dan dibuat spektra serapan normal.Sebanyak 1 mL larutan kafein baku (50 bpj) dicukupkan volumenya hingga 10 mL dengan etanol (5 bpj), lalu dipipet sebanyak 1 mL dan diencerkan hingga 10 mL (0,5 bpj). Serapan diukur dengan pada panjang gelombang 200 - 400 nm, dan dibuat spektra serapan normal.b. Penentuan Zero Crossing Parasetamol (p.a.) dan kafein (p.a) ditim-bang seksama masing-masing sebanyak 600 mg dan 50 mg, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL, ditambah etanol hingga 100 mL (6000 bpj dan 500 bpj). Dari larutan tersebut, sebanyak 1 mL dipipet ke dalam labu tentukur 10 mL, ditambah etanol hingga 10 mL (600 bpj dan 50 bpj), lalu dipipet sebanyak 1 mL dan diencerkan hingga 10 mL (60 bpj dan 5 bpj), dipipet 1 mL dan diencerkan kembali hingga 10 mL (6 bpj dan 0,5 bpj). Dari larutan baku 600 bpj dan 50 bpj, dipipet 2 mL ke dalam labu tentukur 10 mL, ditambah etanol hing-ga 10 mL (120 bpj dan 10 bpj), lalu dipipet 1 mL dan diencerkan hingga 10 mL (12 bpj dan 1 bpj.) c. Pembuatan Kurva Baku Sebanyak 50 mg parasetamol (p.a.) yang ditimbang teliti dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, ditambah etanol hingga 50 mL (1000 bpj), lalu dipipet 1 mL ke dalam labu tentukur 10 mL, ditambah dengan etanol hingga 10 mL (100 bpj), dipipet sebanyak 5 mL dan diencerkan hingga 50 mL (10 bpj), kemudian dipipet kembali sebanyak 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 mL, masing-masing dicukupkan volumenya dengan etanol hingga 10 mL, hingga diperoleh konsentrasi 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 bpj. Serapan masing-masing diukur pada gelombang 245 nm.Dari larutan-larutan tersebut di atas dibuat kurva serapan derivat pertama. Kurva serapan derivat pertama dari berbagai konsentrasi ditum-pangtindihkan untuk masing-masing larutan zat. Dari spektra derivat tersebut ditentukan zero cross-ing parasetamol oleh panjang gelombang yang memiliki serapan nol.d. Penetapan Kadar Sampel Dua puluh tablet merek dagang ditimbang satu persatu dan dihitung bobot rata-ratanya. Tablet diserbukkan lalu ditimbang seksama 472,0 mg, dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer yang berisi 25 mL etanol, dikocok, lalu disaring, diulangi sebanyak 3 kali, kemudian dicukupkan volumenya hingga 100 mL. Dari larutan tersebut dipipet 1 mL ke dalam labu tentukur 10 mL, ditambah etanol hingga 10 mL, kemudian dipipet sebanyak 1 mL dan diencerkan hingga 10 mL, dipipet lagi 1 mL dan diencerkan kembali hingga 10 mL, lalu diukur serapannya pada gelombang 245 nm. e. Pengujian Akurasi dan Presisi (13) Akurasi dievaluasi dengan metode penam-bahan bahan baku (standard addition method), dengan membuat 3 konsentrasi dengan rentang spesifik 80, 100 dan 120%, dengan 3 replikasi dan setiap rentang spesifik mengandung 70% sampel dan 30% baku pembanding.f. Hasil Penelitian Serapan maksimum dari parasetamol dan kafein berada pada panjang gelombang yang ber-dekatan yaitu 249 nm dan 272 nm. Hal ini menye-babkan terjadinya tumpang tindih (overlapping) spektrum secara total. Spektrum yang tumpang tindih menyebabkan kesulitan dalam penetapan kadar kedua senyawa ini. Metode spektrofotometri ultra violet-visibel tertentu dapat digunakan untuk meningkatkan pemecahan puncak yang saling tumpang tindih. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah tablet kombinasi parasetamol dengan kafein dengan perbandingan konsentrasi 6:0,5. Pada konsentrasi ini hanya penetapan kadar parasetamol yang dapat ditentukan, karena serap-an yang dihasilkan oleh kafein sangat kecil yaitu 0,021172. Penetapan kadar secara simultan untuk kedua senyawa ini hanya dapat dilakukan pada konsentrasi 5 : 5.

Penentuan Zero Crossing Penentuan zero crossing parasetamol di-lakukan dengan membuat kurva serapan derivat pertama masing-masing larutan dalam berbagai konsentrasi. Spektrum derivat pertama dibuat dengan memplot nilai d /d dengan panjang gelombang. Nilai d /d diperoleh dengan membagi delta absorbansi ( 2- 1) dengan delta panjang gelombang , yang digunakan pada derivat pertama adalah 1 nm. Hasil penentuan menunjukan bahwa nilai yang mendekati zero crossing parasetamol pada kurva serapan derivat pertama adalah 244 nm 245 nm (Tabel 4), maka yang dipilih untuk dijadikan analisis adalah zero crossing yaitu : 1) serapan senyawa pasangannya dan campurannya persis sama, karena pada tersebut dapat secara selektif mengukur serapan senyawa pasangannya, dan 2) memiliki serapan yang paling besar, karena pada serapan yang paling besar, serapannya lebih tepat sehingga kesalahan analisis dapat diperkecil. Berdasarkan uraian diatas maka zero crossing parasetamol adalah 245 nm.

setelah ditentukan zero crossing, dilaku-kanlah penetapan kadar parasetamol dalam tablet kombinasi parasetamol kafein dengan tiga kali replikasi. Kadar terukur parasetamol rata-rata 98,17%. Kadar parasetamol dalam tablet kombinasi parasetamol dengan kafein, memenuhi persyaratan kadar yang tertera dalam Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Penetapan kadar parasetamol dengan spektrofotometri ultra violet-visibel aplikasi metode zero crossing ini dapat digunakan dengan melihat parameter akurasi dan presisi yang dihasilkan.

Akurasi (ketepatan) Hasil pengujian akurasi menunjukkan bah-wa nilai rentang recovery keseluruhan adalah 80,19 96,52%. Nilai perolehan kembali ini memenuhi per-syaratan persen perolehan kembali pada analit de-ngan konsentrasi 1 - 10 bpj, yaitu berkisar antara 80 - 110% (13). Hal ini menunjukkan bahwa pene-tapan kadar parasetamol dengan spektrofotometri derivatif metode zero crossing memiliki akurasi yang baik.

Presisi (ketelitian) Hasil pengujian presisi menunjukkan nilai RSD (Relative standard deviation atau simpangan baku relatif) pada sampel dalam 3 konsentrasi adalah 1,32%, 1,07%, dan 0,07%. Nilai RSD ini memenuhi p s a ata pada a alit aitu 3 . Hal i i menunjukkan bahwa penetapan kadar parasetamol secara spektrofotometri derivatif metode zero crossing memiliki presisi yang baik.

2. Pengaruh Uranium Terhadap Analisis Thorium Menggunakan Spektrofotometer Uv-VisTelah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh uranium terhadap analisis thorium menggunakan metoda spektrofotometer uv-vis. Analisis dilakukan dengan pengomplek arsenazo III, karena sifat kimia thorium dan uranium hampir sama sehingga diduga uranium berpengaruh terhadap analisis thorium dengan menggunakan metoda spektrofotometri uv-vis. Untuk mengetahui pengaruh uranium tersebut digunakan thorium standar 2 ppm yang ditambahkan dengan uranium standar dengan variasi konsentarsi 0 ppm; 0.05 ppm; 0.1 ppm, 0.3 ppm, 1.0 ppm, 2.0 ppm dan 3.0 ppm, untuk pengkondisian keasaman ditambahkan asam oksalat 5%, dan sebagai pemgomplek ditambahkan 2 ml Arsenazo III 0.2%.. Untuk mengetahui konsentrasi dari thorium terlebih dahulu dibuat kurva kalibrasi dengan variasi konsentrasi 0 ppm, 0.2 ppm; 0.5 ppm, 1.0 ppm; 1.5 ppm; 2.0 ppm; 3.0 ppm; 4.0 ppm; 5.0 ppm dan 6.0 ppm. Setelah didapatkan kurva kalibrasi dihitung persen penyimpangan sampel campuran uranium dan thorium yaitu 5.64%; 8.24%; 19.69%; 34.85% dan 50,18%. Semakin besar konsentrasi uranium di dalam sampel maka akan menaikan serapan dan panjang gelombang akan bergeser kearah panjang gelombang uranium arsenazo. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa uranium sangat mempengaruhi analisis thorium dengan metoda spektrofotometri uv-vis dengan pengomplek arsenazo III, maka apabila dalam larutan yang mengandung thorium dan uranium.a. Pembuatan kurva linieritasDeret standar uranium dibuat dengan konsentrasi uranium bervariasi : Blanko ; 0,5 ppm ; 1,0 ppm ; 1,5 ppm ; 2,0 ppm ; 2,5 ppm ; 3,0 ppm ; 4,0 ppm dan 5,0 ppm dan 6.0 ppm dalam labu ukur 25 ml. Selanjutnya pada masing-masing standar tersebut ditambahkan 1 ml asam oksalat dan 2 ml larutan arsenazo III 0.2%. Masing-masing deret standar tersebut ditambahkan aquades hingga volume 25 ml, dan didiamkan selama 30 menit agar pembentukan senyawa komplek yang sempurna, larutan standar siap diukur dengan spektrofotometer uv-vis.b. Pembuatan larutan sampelKe dalam 5 piala gelas 25 ml dimasukkan masing-masing thorium standar 2 ppm, dan ditambahkan variasi konsentrasi uranium standar 0,0 ppm; 0,05 ppm; 0.1 ppm, 0,3 ppm, 1,0 ppm; 2..0 ppm; 3.0 ppm ke dalam masingmasing labu ukur 25 ml, selanjutnya ditambahkan 1 ml asam oksalat dan 2 ml larutan arsenazo III 0,2%. Masing-masing larutan sample tersebut ditambahkan aquades hingga volume 25 ml, didiamkan selama 30 menit, larutan ini siap diukur dengan spektrofotometer uv-vis.c. Penentuan panjang gelombang optimumAlat diseting pada posisi nol dengan cara larutan blanko dimasukkan ke dalam dua buah cuvet lalu ditekan tombol back corect dan tombol run, setelah alat pada kondisi nol salah satu blanko tersebut di keluarkan, kemudian masukkan standar uranium 2 ppm pada posisi metoda scan maka display akan menampilkan spektrum panjang gelombang optimum untuk uranium dengan pengomplek arsenazo III.d. Pengukuran standard dan sampelAnalisis larutan standar dengan variasi konsentrasi diukur untuk membuat kurva kalibrasi yaitu hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi, dan analisis kandungan sampel ditentukan dari nilai absorbansi yang diukur dan disubtitusikan ke dalam persamaan regresi yang dihasilkan dari kurva kalibrasi.e. Hasil Dan PembahasanPenentuan panjang gelombang optimumHasil scanning larutan kompleks thorium-arsenazo(III) pada konsentarsi thorium 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm dan 4 ppm didapatkan bahwa panjang gelombang maksimum serapan terjadi pada panjang gelombang 664.9 nm, selanjutnya pada panjang gelombang tersebut dipakai untuk pengukuran konsentrasi thorium dalam larutan standar dan sampel.

Gambar 1. Scaning Panjang Gelombang Optimum

Kurva Kalibrasi ThoriumPada tabel-1 tercantum data nilai rata-rata absorbansi dari masing-masing larutan standar, nilai standar deviasi, presisi pengukuran cukup bagus seperti yang ditunjukkan dari perolehan nilai RSD secara keseluruhan berada dibawah 5%. Kurva kalibrasi dibuat dari hubungan antara konsentrasi masing-masing larutan deret standar dengan nilai absorbansinya dan diperoleh seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Persamaan dan koefisien regresi kurva kalibrasi ditentukan menggunakan metoda Least quare dan didapatkan y = 0,1652 x + 0,0118 R = 0,9939. Dengan menggunakan persamaan tersebut maka konsentrasi thorium dalam larutan sampel yang mengandung uranium dapat dihitung

Pengaruh uranium terhadap pengukuran ThoriumPada Table-2 terlihat bahwa pengukuran thorium dalam sampel tanpa keberadaan unsur uranium menghasilkan akurasi yang baik yaitu 97.633% atau dengan penyimpangan 2,367%. Bila dalam sampel ditambahkan unsur uranium sebesar 0,05 ppm penyimpangan dari pengukuran masih dibawah 5%, sedangkan uranium diatas 0.1 ppm ternyata memberikan efek yang cukup signifikan terhadap penyimpangan pengukuran. Dan semakin besar kandungan uranium yang ditambahkan ke dalam larutan sampel maka penyimpangan pengukuran yang terjadi semakin besar.

Pada gambar-3 terlihat persen penyimpangan dari variasi konsentrasi uranium didalam sampel thorium, semakin banyak keberadaan uranium didalam sampel akan menaikan konsentrasi dari thorium dan akan mengakibatkan semakin besar penyimpangan dari analisa thorium.

Gambar -4. Scaning Panjang Gelombang terhadap penambahan variasi uraniumPada Gambar-4 terlihat puncak thorium 2 ppm dengan penambahan variasi uranium akan menaikan puncak thorium, semakin banyak uranium didalam sampel thorium semakin tinggi pula puncak yang didapatkan.

Pada Tabel-4 tercantum data scaning panjang gelombang dan absorbansi dari masing-masingsampel campuran thorium. Adanya uranium didalam sampel mempengaruhi panjang gelombang thorium, dimana semakin banyaknya keberadaan uranium didalam sampel, panjang gelombang thorium akan bergeser ke arah panjang gelombang uranium. Hal ini disebabkan karena sifat kimia uranium dan thorium hampir sama dan termasuk dalam unsur aktinida.

3. Analisis Kadar -Karoten Pada Buah Pare (Momordica charantia L.) Asal ternate secara spektrofotometri uv-vis.Telah dilakukan Analisis Kadar -Karoten Pada Buah Pare (Momordica charantia L.) Secara Spektrofotometri UV-Vis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar -Karoten Pada Buah Pare (Momordica charantia L.) Asal Ternate secara spektrofotometri UV-Vis. Sampel buah pare (Momordica charantia L.) diekstraksi dengan pelarut aseton. Ekstrak yang diperoleh diekstraksi kembali dengan pelarut petroleum eter, kemudian disaponifikasi dengan pelarut KOH 15% dalam metanol. Ekstrak tersebut dibebas basakan dengan air suling. Ekstrak yang diperoleh dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat. Ekstrak yang diperoleh dianalisis kualitatif dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis, dan analisis kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 450 nm diperoleh kadar rata-rata -karotenpada buah pare asal Ternate 0,7822 mg/100 g.a. Analsis Kadar -karoten Larutan -karoten murni sebagai pembanding dan larutan sampel ditotolkan bersama-sama pada lempeng KLT. Setelah kering lempeng KLT dimasukkan ke dalam chamber kemudian dielusi dengan menggunakan cairan pengelusi petroleum eter-benzen (9:1), selanjutnya lempeng KLT dikeluarkan kemudian diamati dengan lampu UV dan dengan penyemprotan H2SO4 10 %. Sebanyak 25 mg -karoten murni yang diitimbang teliti dilarutkan dalam 30 ml petroleum eter di dalam labu tentukur 50 ml lalu dicukupkan volumenya hingga 50 ml, sehingga diperoleh larut-an stok dengan konsentrasi 500 ppm. Dari larutan tersebut dipipet masing-masing berturut-turut sebanyak 0,5 ml, 1 ml, 2 ml, 2,5 ml, dan 3 ml, dan dimasukkan ke dalam labu tentukur dan dan volume dicukupkan hingga 50 ml diperoleh seri larutan baku dengan kosentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm. Salah satu dari seri konsentrasi bahan baku -karoten diukur serapannya dengan spektrofotometer pada beberapa panjang gelombang untuk menentukan panjang gelombang serapan maksimum. Selanjutnya seri larutan baku dengan kosentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm masing-masing diukur serapannya pada panjang gelombang serapan maksimum. Sampel yang telah disiapkan, diukur pula serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum 450 nm.

b. Hasil Dan Pembahasan Tanaman pare merupakan tanaman sayur-an yang mempunyai nilai kegunaan yang cukup tinggi bagi kesehatan manusia. Tingkat kesesuai-an tumbuh tanaman pare yang cukup tinggi ini mangakibatkan tanaman pare dapat tumbuh di mana saja. Kandungan gizi buah pare adalah Kalori 29,00 kal, Protein 1,10 g, Lemak 0,30 g, karbo-hidrat 660 g, kalsium 45,00 mg, fosfor 64,00 mg, zat besi 1,40 mg, vitamin A 180,00 SI, vitamin B 0,08 mg, vitamin C 52,00 mg, air 91,20 g. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah buah pare (Momordica charantia L.) yang berasal dari Ternate dengan tujuan untuk mengetahui kadar -karoten yang dianalisis secara spektrofotometri UV-Vis. Sampel buah pare diekstraksi dengan menggunakan alat soxhlet dengan cairan penyari aseton untuk menarik senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam sampel. Selanjutnya senyawa karotenoid dalam ekstrak aseton dieks-traksi dengan menggunakan petroleum eter, kemu-dian disaponifikasi dengan menambahan larutan KOH 15 % dalam metanol yang bertujuan untuk melepaskan ikatan esternya, karena sebagaimana diketahui bahwa senyawa karotenoid dari bahan alam biasanya dalam bentuk ester. Reaksi penyabunan menghasilkan sabun yang bersifat basa, sehingga sebelum dilakukan analisis lebih lanjut, ekstrak tersebut harus dibebasbasakan dengan cara mencuci ekstrak tersebut dengan air suling sehingga rantai hidrokarbon yang bersifat hidrofob akan larut ke dalam petroleum eter sedangkan ion karbon yang bersifat hidrofilik larut dalam lapisan air. Setelah dicuci ekstrak petroleum eter tersebut dikeringkan dengan cara menambahkan Na2SO4 anhidrat yang bertujuan untuk menarik air agar ekstrak yang diperoleh tersebut bebas dari air se-hingga didapatkan hasil analisis yang lebih baik. Pada analisis kualitatif, ekstrak petroleum eter buah pare diuji dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan pembanding -karoten murni, menggunakan cairan pengelusi petroleum eter - benzen (9:1), dan diperoleh bercak berwarna kuning untuk sampel buah pare dengan nilai Rf 0,4 dan warna bercak serta nilai Rf yang diperoleh juga sama dengan untuk senyawa pembanding -karoten murni yang juga berwarna kuning dengan nilai Rf 0,4. Hal ini menunjukkan bahwa sampel buah pare mengandung senyawa -karoten,dapat dilihat pada tabel 1. Setelah diperoleh hasil dari analisis kualitatif, lalu dilanjutkan dengan analisis kuantitatif untuk melihat kadar pada buah pare (Momordica charantia L.) asal Ternate.

Pada analisis kuantitatif, digunakan alat spektrofotometri UV-Vis, dan diperoleh kadar -karoten pada buah pare (Momordica charantia L.) asal Ternate 0,7822 mg/100 g dapat dilihat pada tabel 2.