Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin
-
Upload
sivafauziah -
Category
Documents
-
view
35 -
download
1
description
Transcript of Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin
LAPORAN PRAKTIKUM
INSTRUMENTASI KIMIA
MATERI :
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
Disusun Oleh :
Nama : Guntur Sodikin
NIM : 011100288
Jurusan : Teknokimia Nuklir 3
Kelompok : G
Rekan Kerja : 1. NurAzizah Putrisetya
Tanggal Praktikum : 27 November 2012
Asisten : Kartini Megasari, S.ST
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2012
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
I. TUJUAN
I.1. Dapat memahami cara kerja spektrofotometri UV-VIS
I.2. Dapat menentukan kandungan Fe dalam cuplikan
II. DASAR TEORI
Secara umum spektrofotometri adalah studi mengenai spectra secara kualitatif
dan kuantitatif. Spektrofotometri merupakan bagian spektroskopi elektromagnetik
yang lebih bersifat spesifik. Spektrofotometri berkaitan dengan sinar tampak, sinar
ultraviolet dekat dan sinar inframerah dekat. Dalam spektrofotometri juga tidak di
bahas teknik-teknik waktu resolusi spektroskopik. (Chritina,2006)
Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang di transmisikan
atau yang di absorpsi. (http://www.khusnul.blogspot.com)
Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu :
A = log ( Io / It ) = a b c
Keterangan : Io = Intensitas sinar datang
It = Intensitas sinar yang diteruskan
a = Absorptivitas
b = Panjang sel/kuvet
c = konsentrasi (g/l)
A = Absorban
Spektrofotometri merupakan bagian dari fotometri dan dapat dibedakan dari filter fotometri
sebagai berikut :
1. Daerah jangkauan spektrum
Filter fotometr hanya dapat digunakan untuk mengukur serapan sinar tampak (400-
750 nm). Sedangkan spektrofotometer dapat mengukur serapan di daerah tampak, UV (200-
380 nm) maupun IR (> 750 nm).
2. Sumber sinar
Sesuai dengan daerah jangkauan spektrumnya maka spektrofotometer menggunakan
sumber sinar yang berbeda pada masing-masing daerah (sinar tampak, UV, IR). Sedangkan
sumber sinar filter fotometer hanya untuk daerah tampak.
3. Monokromator
Filter fotometere menggunakan filter sebagai monokrmator. Tetapi pada spektro
digunakan kisi atau prisma yang daya resolusinya lebih baik.
4. Detektor
- Filter fotometer menggunakan detektor fotosel
- Spektrofotometer menggunakan tabung penggandaan foton atau fototube.
(http://www.chem-is-try.org)
Pada umumnya ada beberapa jenis spektrofotometri yang sering digunakan dalam analisis
secara kimiawi, antara lain:
a. Spektrofotometri Vis (visibel)
b. Spektrofotometri UV (ultra violet)
c. Spektrofotometer UV-VIS
1. Spektrofotometri Visibel
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya tampak
(visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata
manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga semua sinar yang
dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru, hijau, apapun.. selama ia dapat dilihat oleh mata,
maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak(visible).
Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten.
Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia dengan simbol W dan no
atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422 ºC) dibanding logam lainnya. karena
sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu.Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini
hanya sample yang memiliki warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode
spektrofotometri visible.
Oleh karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna dengan
menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagent yang digunakan
harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk
senyawa berwarna yang dihasilkan stabil.
(http://wwkhusnul.blogspot.com)
2. Spektrofotometri UV
Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan
interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm.
Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium.Deuterium disebut juga heavy
hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan
daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen
hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa
Yunani, deuteros, yang berarti ‘dua’, mengacu pada intinya yang memiliki dua pertikel.
Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat
menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan
transparan.Oleh karena itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan
penambahan reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa
preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau
centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut
sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi.Spektrofotometri UV memang lebih
simple dan mudah dibanding spektrofotometri visible, terutama pada bagian preparasi
sample. Namun harus hati-hati juga, karena banyak kemungkinan terjadi interferensi dari
senyawa lain selain analat yang juga menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini
berpotensi menimbulkan bias pada hasil analisa.
salah satu analisa yang menggunakan UV sebagai detektornya adalah penetapan
Thiamin ( vit B1).(http://zaidanalrazi.blogspot.com)
3. SpektrofotometriUV-VIS
Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible.
Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya
visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar
sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.
Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer
digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga
untuk sample tak berwarna. Spektroskopi ultraviolet-visible atau spektrofotometri ultraviolet-
visible (UV-Vis atau UV / Vis) melibatkan spektroskopi dari foton dalam daerah UV-
terlihat. Ini berarti menggunakan cahaya dalam terlihat dan berdekatan (dekat ultraviolet
(UV) dan dekat dengan inframerah (NIR)) kisaran. Penyerapan dalam rentang yang terlihat
secara langsung mempengaruhi warna bahan kimia yang terlibat. Di wilayah ini dari
spektrum elektromagnetik, molekul mengalami transisi elektronik. Teknik ini melengkapi
fluoresensi spektroskopi, di fluoresensi berkaitan dengan transisi dari ground state ke eksited
state.
Penyerapan sinar uv dan sinar tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu :
a. Penyerapan oleh transisi electron ikatan dan electron anti ikatan.
b. Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks
c. Penyerapan oleh perpindahan muatan.
Interaksi antara energy cahaya dan molekul dapat digambarkan sbb :
E = hv
Dimana , E = energy (joule/second)
h = tetapan plank
v = frekuensi foton
(http://wwkhusnul.blogspot.com)
3.1. Prinsip kerja spektrofotometri UV-VIS
Spektrofotometri uv-vis mengacu pada hukum Lambert-Beer. Apabila cahaya
monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut akan diserap,
sebagian dipantulkan dan sebagian lagi akan dipancarkan.
(http://pangestu-ayupangestu.blogspot.com)
3.2. Bagian-bagian Spektrofotometer UV-Vis
1. Sumber cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang stabil
dan intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometer UV-Vis ada dua
macam:
a. Lampu Tungsten (Wolfram)
Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak. Bentuk
lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang antara
350-2200 nm. Spektrum radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki
waktu 1000jam pemakaian.
b. Lampu Deuterium
Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum energy
radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah
uv. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.
2. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi cahaya
tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-
bagian monokromator, yaitu :
a. Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya
di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.
b. Grating (kisi difraksi)
Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi
sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih
baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.
c. Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan
dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi akan
dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.
d. Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang
diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang
dipilih.
3. Kompartemen sampel
Kompartemen ini digunakan sebagai tempat diletakkannya kuvet. kuvet merupakan
wadah yang digunakan untuk menaruh sampel yang akan dianalisis. Pada
spektrofotometer double beam, terdapat dua tempat kuvet. Satu kuvet digunakan sebagai
tempat untuk menaruh sampel, sementara kuvet lain digunakan untuk menaruh blanko.
Sementara pada spektrofotometer single beam, hanya terdapat satu kuvet.
Kuvet yang baik harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :
a. Permukaannya harus sejajar secara optis
b. Tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat di transmisikan
c. Tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia
d. Tidak rapuh
e. Bentuknya sederhana
Terdapat berbagai jenis dan bentuk kuvet pada spektrofotometer. Umumnya pada
pengukuran di daerah UV, digunakan kuvet yang terbuat dari bahan kuarsa atau
plexiglass. Kuvet kaca tidak dapat mengabsorbsi sinar uv, sehingga tidak digunakan
pada saat pengukuran di daerah UV. Oleh karena itu, bahan kuvet dipilih berdasarkan
daerah panjang gelombang yang digunakan. Gunanya agar dapat melewatkan daerah
panjang gelombang yang digunakan.
• UV : fused silika, kuarsa
• Visible : gelas biasa, silika atau plastik
• IR : KBr, NaCl, IRTRAN atau kristal dari senyawa ion
Bahan Panjang gelombang
Silika 150-3000
Gelas 375-2000
Plastik 380-800
Tabel 1 Bahan Kuvet Sesuai Panjang Gelombang
4. Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian diubah
menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam bentuk
angka-angka pada reader (komputer).
Terdapat beberapa jenis detector pada spektrofotometer :
Jenis detector λ range (nm) Sifat pengukuran Penggunaan
Phototube 150 – 1000 arus listrik UV
Photomultiplier 150 – 1000 arus listrik UV/Vis
Solid state 350 – 3000
Thermocouple 600 – 20.000 arus listrik IR
Thermistor 600 – 20.000 hambatan listrik IR
Tabel 2 Jenis-jenis detektor berdasarkan panjang gelombang
Syarat-syarat ideal sebuah detector adalah :
- Mempunyai kepekaan tinggi
- Respon konstan pada berbagai panjang gelombang
- Waktu respon cepat dan sinyal minimum tanpa radiasi
- Sinyal listrik ayng dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi
5. Visual display
Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan
dalam bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.
(http://pangestu-ayupangestu.blogspot.com)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-Vis
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri
UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis dengan
spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi
senyawa yang berwarna.
Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diperhatikan :
Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut.
Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan
pereaksi tertentu. Pereaksi yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu :
1. Reaksinya selektif dan sensitif.
2. Reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusibel.
3. Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama.
4. Waktu operasional
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan warna.
Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu operasional
ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan.
Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang
yang mempunyai absorbansi maksimal. Ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan
panjang gelombang maksimal, yaitu :
1. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang
gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi
adalah yang paling besar.
2. Disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada
kondisi tersebut hukum lambert-beer akan terpenuhi.
3. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan
ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang
maksimal (Rohman, Abdul, 2007).
(http://catatankimia.com)
III. BAHAN DAN ALAT
III.1. BAHAN
1. Cuplikan bayam
2. Larutan FeCl3 1000 ppm
3. Aquadest
4. HNO3 pekat
5. H2SO4 pekat
6. HNO3 0,1 N
7. Larutan tiosianat (NH4SCN) 2M
III.2. ALAT
1. Pipet tetes
2. Pipet gondok
3. Pipet ukur
4. Statif
5. Bulb pipet
6. Gelas arloji
7. Neraca analitik
8. Labu ukur
9. Gelas beker
10. Batang pengaduk
11. Kompor listrik
12. Beker Teflon
13. Botol semprot
14. Kuvet
15. Spektrofotometri UV-VIS
IV. CARA KERJA
IV.1. Penyiapan larutan cuplikan
1. Sampel yang berupa serbuk bayam ditimbang 0,4 gram.
2. Serbuk bayam dimasukkan kedalam beker Teflon, kemudian ditambahkan
2 ml H2SO4 pekat dan 2 ml HNO3 pekat. Beker Teflon ditutup dengan
gelas arloji, kemudian dipanaskan dengan hati-hati diatas kompor listrik.
3. Setelah semua sampel bayam larut dan larutan berubah warna menjadi
bening, beker Teflon kemudian diangkat dari kompor listrik dan
didinginkan.
4. Larutan sampel diencerkan kedalam labu takar 100 ml. Kemudian,
diencerkan kembali kedalam labu takar 50 ml dengan ditambahkan 2 ml
larutan tiosianat 2M.
4.2. Penyiapan larutan standar
1. Larutan standar FeCl3 100 ppm sebanyak 50 ml dengan cara dipipet
larutan standar FeCl3 1000 ppm sebanyak 5 ml kemudian ditandabataskan
sampai 50 ml.
2. Dari larutan standar Fe 100 ppm kemudian dibuat larutan standar Fe
dengan konsentrasi 50 ppm dalam 50 ml, 25 ppm dalam 25 ml, dan 10
ppm dalam 100 ml. Sedangkan larutan standar 10 ppm kemudian dibuat
larutan standar Fe dengan konsentrasi 5 ppm dalam 25 ml dan 1 ppm
dalam 25 ml.
3. Larutan standar Fe ditambahkan 2 ml larutan tiosianat dan 2 ml HNO3 0,1
N terlebih dahulu, kemudian ditandabataskan.
4.3. Pengukuran
1. Panjang gelombang kerja atau panjang gelombang maksimum dicari.
2. Pengukuran standar dilakukan dan absorbansinya dicatat.
3. Pengukuran pada sampel dilakukan dan absorbansinya dicatat.
4. Kurva kalibrasinya dibuat dan cuplikan diintderpolasi dalam kurva
kalibrasi.
V. DATA PENGAMATAN
V.1. Penyiapan larutan cuplikan
1. Massa cuplikan bayam = 0,4 gram
2. Volume cuplikan awal = 100 ml
3. Pengenceran
0,4 gram100 ml
x1 ml
50 ml
V.2. Penyiapan larutan standar
Pembuatan larutan standar FeCl 100 ppm
V1 C1 V2 C2
5 ml 1000 ppm 50 ml 100 ppm
Pembuatan larutan standar 50 ppm,25 ppm, 10 ppm, 5 ppm, dan 1
ppm.
No
.
C1 V1 C2 V2
1. 100 ppm 25 ml 50 ppm 50 ml
2. 100 ppm 6,5 ml 25 ppm 25 ml
3. 100 ppm 10 ml 10 ppm 100 ml
4. 10 ppm 12,5 ml 5 ppm 25 ml
5. 10 ppm 2,5 ml 1 ppm 25 ml
V.3. Pengukuran
Larutan standar
λ = 472,0 nm
No. Konsentrasi Absorbansi
1. 0 ppm 0,015
2. 1 ppm 0,020
3. 5 ppm 0,200
4. 10 ppm 0,587
5. 25 ppm 0.891
6. 50 ppm -0,010
Sampel
No. Λ Absorbansi
1. 472,0 nm 0,054
VI. PERHITUNGAN
VI.1. Penyiapan larutan standar FeCl3
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 1000 ppm = 50 ml . 100 ppm
V1 = 5 ml
Jadi, untuk membuat larutan standar FeCl3 100 ppm sebanyak 100 ml
diperlukan larutan standar FeCl3 1000 ppm sebanyak 5 ml yang
kemudian diencerkan kembali.
VI.2. Larutan FeCl3 100 ppm diencerkan menjadi 50 ppm dalam 50 ml
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 100 ppm = 50 ml . 50 ppm
V1 = 25 ml
Jadi, untuk membuat larutan standar FeCl3 50 ppm sebanyak 50 ml
diperlukan larutan FeCl3 100 ppm sebanyak 25 ml kemudian
diencerkan menjadi 50 ml.
Dengan cara yang sama, diperoleh :
No. V1 (ml) C1 (ml) V2 (ml) C2 (ml)
1. 25 100 50 50
2. 6,5 100 25 25
3. 10 100 100 10
4. 12,5 10 25 5
5. 2,5 10 25 1
VI.3. Penentuan kurva kalibrasi
λ = 472,0 nm
No. konsentrasi Absorbansi
1. 0 ppm 0,015
2. 1 ppm 0,020
3. 5 ppm 0,200
4. 10 ppm 0,587
5. 25 ppm 0,891
6. 50 ppm -0,010
0 5 10 15 20 25 300
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
f(x) = 0.0364474445515911 x + 0.0437309546769528R² = 0.930472693585854
Grafik Konsentrasi VS Absorbansi
konsentrasi (ppm)
Abso
rban
si
VI.4. Penentuan kadar Fe dalam Bayam
Berdasarkan grafik konsentrasi vs absorbansi pada panjang gelombang 472,0
nm diperoleh persamaan garis :
y = 0,036x + 0,043
dimana y adalah absorbansi dan x adalah konsentrasi
Dari hasil pengukuran diperoleh Absorbansi pada sampel bayam
Sebesar 0,054
y = 0,054
y = 0,036x + 0,043
x = y−0,043
0,036
x=0,054−0,0430,036
x = 0,305 ppm
Faktor pengenceran = 50 ml1 ml
= 50
Kandungan Fe dalam cuplikan bayam = 0,305 ppm x 50
= 15,25 ppm
Jadi, kandungan Fe dalam cuplikan bayam sebesar 15,25 ppm
VII. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini bertujuan untuk memahami cara kerja spektrofotometri uv-
vis dan menentukan kandungan Fe dalam cuplikan. Spektrofotometri ini
merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua
buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible.
Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga
untuk sample tak berwarna.
Pada praktikum kali ini, sampel cuplikan yang digunakan yaitu bayam dengan
massanya sebesar 0,4 gram.spektrofotometri uv-vis tidak dapat digunakan untuk
menganalisis sampel padat. Oleh karena itu, Salah satu cara untuk mengubah
partikel padat menjadi partikel cair adalah dengan cara destruksi. Proses destruksi
dikatakan selesai apabila larutan yang di destruksi terlihat jernih hal ini
menandakan semua partikel padat bahan telah terdestruksi menjadi bentuk partikel
yang larut tanpa ada partikel padat yang tersisa. Untuk itu, bayam harus didestruksi
karena bayam partikel padat.proses destruksinya dengan cara melarutkan sampel bayam
dengan asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat secara bertetes tetes hingga larut masing-
masing sebanyak 2 ml. Sampel dikatakan larut apabila serbuk bayamnya sudah benar-
benar tidak ada (larut semua) dan tidak ada lagi warna hijau dari bayam tersebut
melainkan berwarna agak kekuningan. ketika selesai destruksi dilakukan pengenceran
dari 100 ml menjadi 50 ml dimana 1 ml dari 100 ml sampel yang telah diencerkan dan
ditambahkan larutan tiosianat sebanyak 2 ml . larutan sampel diencerkan dengan factor
pengenceran sebesar 50 kali. Larutan sampel perlu diencerkan karena konsentrasi yang
terlalu tinggi akan memberikan hasil yang tidak linier karena pengaruh hamburan.
Namun, larutan sampel juga tidak boleh terlalu encer karena akan memberikan serapan
yang tidak linier karena pengaruh background. Pada praktikum ini, prinsip
spektofotometri yang digunakan,yaitu hukum lambert beer . Dimana, konsentrasi dari
analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang
gelombang tertentu. Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara
absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan.
Dalam praktikum, larutan sampel dan larutan standar ditambahkan larutan asam nitrat
0,1 N dan larutan tiosianat 2 M sebelum ditandabataskan. Karena pada asam nitrat
berfungsi untuk mencegah terjadinya hidrolisis Fe3+ menjadi Fe(OH)3.
Fe3+ + 3H2O Fe(OH)3 + 3H+
Sedangkan penambahan larutan tiosianat digunakan untuk memantapkan warna
larutan karena larutan yang akan dianalisis harus merupakan larutan yang berwarna.
Larutan tiosianat yang ditambahkan kedalam larutan akan bereaksi dengan besi (III)
membentuk kompleks yang berwarna merah tua.
Fe3+ + SCN- Fe(SCN)2+
Merah tua
Larutan tiosianat dipilih sebagai pereaksi pembuat warna karena stabil dalam
larutan, serta tidak menyerap cahaya dalam spectrum dimana ketika akan
melakukan pengukuran dan proses pembentukan warna dengan sampel atau
cuplikan dapat berlangsung cepat.
Pada pembuatan standar, standar dibuat dengan 5 variasi konsentrasi dengan
menggunakan larutan FeCl3 1000 ppm yang kemudian diencerkan menjadi 100
ppm, 5 variasi tersebut, yakni 50 ppm, 25 ppm, 10 ppm, 5 ppm, dan 1 ppm.
Pembuatan larutan standar dibuat dengan berbagai konsentrasi
dikarenakan,metode analisis yang digunakan adalah metode multipoint standar
dimana dari beberapa titik pada larutan standar tersebut dapat dibuat kurva
kalibrasi yang linier dan dari kurva atau grafik tersebut dapat diperoleh persamaan
garis yang kemudian dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi Fe dalam
sampel bayam.
Spektofotometri uv-vis harus dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan.
Panjang gelombang yang dipilih yaitu, panjang gelombang yang mempunyai
nilaio absorbansinya paling besar. Sehingga setelah dicari dengan menggunakan
salah satu larutan standar terlebih dahulu, diperoleh panjang gelombang
maksimumnya sebesar 472,0 nm. Selanjutnya setelah didapatkan panjang
gelombang maksimumnya diukur panjang gelombang larutan standar. Namun
sebelumnya diukur nilai absorbansi dari aquadest. Disini untuk melihat adanya Fe
didalam aquadest yang tidak mempunyai konsentrasi atau dianggap 0 ppm.
Berdasarkan pengukuran ternyata adanya kandungan Fe didalam aquadest
wlaupun sangat kecil dibandingkan dengan larutan standar dan sampel pada nilai
absorbansinya.
Berdasarkan pengukuran larutan standar, didapat nilai absorbansinya dan
dibuat grafik, sehingga diperoleh persamaan garis, yakni y = 0,036x + 0,043
dengan R2 = 0,930. Nilai R2 didapat kurang dari 1 sehingga grafik yang didapatkan
kurang linier, yang dikatak linier yaitu ketika nilai R2 sama dengan 1. Kurva ini
juga menunjukkan bahwa y merupakan fungsi dari x, dimana nilai y akan berubah
jika x juga berubah.
0 5 10 15 20 25 300
0.10.20.30.40.50.60.70.80.9
1f(x) = 0.036447444552 x + 0.043730954677R² = 0.930472693585854
Grafik Konsentrasi VS Absorbansi
konsentrasi (ppm)Ab
sorb
ansi
Berdasarkan pengukuran didapatkan hasil absorbansi sampel pada panjang
gelombang 472,0 nm sebesar 0,054. Ketika nilai absorbansi dimasukkan kedalam
persamaan garis yang didapat, yakni y = 0,036x + 0,043 dan diperoleh konsentrasi
sampel sebesar 0,305 ppm. Namun, konsentrasi harus dikalikan dengan faktor
pengenceran, hal ini dikarenakan pada percobaan dilakukan pengenceran
sebanyak 50 kali. Jadi, konsentrasi Fe dalam sampel bayam setelah dikali factor
pengenceran sebesar 15,25 ppm.
VIII. KESIMPULAN
VIII.1. Spekttrofotrometri uv-vis , merupakan metode pengukuran radiasi
sinar uv dekat samapi pada sinar tampak. Spektrofotometer uv-vis merupakan
alat analisis yang digunakan untuk menentukan kadar suatu sampel dalam
bentuk cairan dan berdasarkan perbedaan warnanya. Spektrofotometri uv-vis
mengacu pada hukum Lambert-Beer. Apabila cahaya monokromatik melalui
suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut akan diserap, sebagian
dipantulkan dan sebagian lagi akan dipancarkan.
VIII.2. Konsentrasi Fe pada sampel bayam sebesar 15,25 ppm.
IX. DAFTAR PUSTAKA
IX.1. Christina, Maria.2006. Instrumentasi Kimia I. Yogyakarta : STTN-
BATAN
IX.2. http://www.khusnul.blogspot.com/2012/06/spektrofotometri.html
diakses pada tanggal 26 November 2012, pukul 19.12 WIB
IX.3. http://catatankimia.com/catatan/tipe-dan-analisis-spektrofotometri-uv-
vis.html diakses pada tanggal 26 November 2012, pukul 19.38 WIB
IX.4. http://pangestu-ayupangestu.blogspot.com/2011/12/spektrofotometer-
uv-vis-dan.html diakses pada tanggal 26 November 2012, pukul 20.15 WIB
IX.5. http://zaidanalrazi.blogspot.com/2012/04/spectrofotometer-uv-vis.html
diakses pada tanggal 26 November 2012, pukul 20.50 WIB
IX.6. http://catatankimia.com/catatan/spektrofotometri-uv-vis.html diakses
pada tanggal 26 November 2012, pukul 21.14 WIB
IX.7. http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/
spektofotometri/ diakses pada tanggal 26 November 2012, pukul 21.30 WIB
Yogyakarta, 05 Desember 2012
Asisten, Praktikan,
Kartini Megasari,S.ST Guntur Sodikin