LAPORAN KKN GUNTUR

48
LAPORAN INDIVIDU KULIAH KERJA NYATA (KKN) UNIVERSITAS BENGKULU PERIODE 63 TANGGAL 1 Maret 2011 sampai dengan 30 April 2011 KELURAHAN : KANDANG MAS KECAMATAN : KAMPUNG MELAYU KOTA : BENGKULU OLEH: NAMA : GUNTUR PARMONANGAN P NPM : E1C007010 FAKULTAS : PERTANIAN JURUSAN : PETERNAKAN

Transcript of LAPORAN KKN GUNTUR

LAPORAN INDIVIDU KULIAH KERJA NYATA (KKN) UNIVERSITAS BENGKULU PERIODE 63 TANGGAL 1 Maret 2011 sampai dengan 30 April 2011 KELURAHAN KECAMATAN KOTA : KANDANG MAS : KAMPUNG MELAYU : BENGKULU

OLEH: NAMA NPM FAKULTAS JURUSAN : GUNTUR PARMONANGAN P : E1C007010 : PERTANIAN : PETERNAKAN

LEMBAGA PENGABDIAN PADA MASYARAKAT UNIVERSITAS BENGKULU 2011

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... KATA PENGANTAR........................................................................................... DAFTAR ISI......................................................................................................... DAFTAR TABEL................................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... DAFTAR GAMBAR............................................................................................. PERTEMUAN. I A. Topik diskusi PERKENALAN JENIS BIBIT UNGGUL............................... B. Justifikasi kegiatan............................................................................................ C. Pembahasan...................................................................................................... D. Kesimpulan dan saran....................................................................................... E. Lampiran........................................................................................................... PERTEMUAN. II A. Topik diskusi PERKENALAN PAKAN HIJAUAN BERKUALITAS TINGGI 7 B. Justifikasi kegiatan............................................................................................ C. Pembahasan...................................................................................................... D. Kesimpulan dan saran....................................................................................... E. Lampiran........................................................................................................... PERTEMUAN. III A. Topik diskusiPEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI SUBTITUSI ................................................................................................. 10 B. Justifikasi kegiatan............................................................................................ C. Pembahasan...................................................................................................... D. Kesimpulan dan saran....................................................................................... E. Lampiran........................................................................................................... PERTEMUAN. IV A. Topik diskusi SISTEM PERKANDANGAN .................................................. B. Justifikasi kegiatan............................................................................................ C. Pembahasa.............................................................................................. 17 19 D. Kesimpulan dan saran....................................................................................... 14 16 10 11 12 13 PAKAN 7 7 8 8 1 1 1 4 4 i ii iii iv v vi

E. Lampiran........................................................................................................... PERTEMUAN. V A. Topik diskusi SISTEM REPRODUKSI ....................................................... B. Justifikasi kegiatan............................................................................................ C. Pembahasan...................................................................................................... D. Kesimpulan dan saran....................................................................................... E. Lampiran........................................................................................................... PERTEMUAN. VI A. Topik diskusi PENYAKIT PENYAKIT SAPI................................................ B. Justifikasi kegiatan............................................................................................ C. Pembahasan...................................................................................................... D. Kesimpulan dan saran....................................................................................... E. Lampiran........................................................................................................... PETA DESA ........................................................................................................ PENETAPAN MASALAH PROGRAM KERJA................................................. RENCANA KERJA PERORANGAN DAN KALENDER KERJA .................. RENCANA KERJA KELOMPOK ..................................................................... KALENDER KERJA ........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA

19 21 21 23 24 25 28 28 30 31 32

RENCANA PROGRAM KERJA PERORANGAN MAHASISWA KKN UNIB PERIODE 61 TAHUN 2010

NAMA NPM DESA KECAMATAN KOTA RENCANA KEGIATAN :

: : : :

GUNTUR PARMONANGAN P E1C007010 KANDANG MAS KAMPUNG MELAYU BENGKULU

N O 1 2

TOPIK DISKUSI

ALOKASI WAKTU KEGIATAN MARET(Minggu) APRIL (Minggu) I II III IV I II III IV

Pengenalan jenis bibit unggul dan Kriteria penilaian ternak Perkenalan hijauan Berkualitas Tinggi

3

Pemanfaatan

limbah

pertanian

sebagai pakan subtitusi 4 5 6 Sistem Perkandangan Sapi Potong Sistem Reproduksi Dan Inseminasi Buatan Penyakit-Penyakit Sapi

PERTEMUAN I

PENGENALAN JENIS BIBIT UNGGUL DAN KRITERIA PENILAIAN TERNAK

A. B.

TOPIK DISKUSI JUSTIFIKASI KEGIATAN Latar Belakang Setelah melakukan survey di lokasi peternakan Kelurahan Kandang Mas yang cukup

Pengenalan Jenis Bibit Unggul Dan Kriteria Penilaian Ternak

memprihatinkan. Pemahaman masyarakat masih kurang dalam memanajemen usaha peternakannya terlebih dalam cara pemeliharaan sesuai dengan jenis ternak sapi itu sendiri. Sapi potong adalah jenis sapi khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi-sapi ini umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan, dipelihara secara intensif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh pertambahan bobot badan ideal untuk dipotong (Abidin, 2006). Setiap jenis sapi mempunyai kelebihan dan kelemahan berbeda. Hal ini tergantung pada kemampuan adaptasi ternak terhadap lingkungannya dan juga kemampuan pencernaan ternak terhadap jenis pakan yang diberikan. Masalah 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kelemahan dan keunggulan setiap jenis sapi potong (pedaging) 2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kriteria penilaian ternak yang bagus untuk dijadikan pedet atau indukan. Tujuan 1. Masyarakat peternak mengenal dan memahami jenis ternak sapi potong, terkhusus sapi yang sedang mereka pelihara. 2. Masyarakat paham dalam pemilihan pedet untuk digemukkan dan juga indukan untuk mendapatkan bibit unggu C. PEMBAHASAN

Adapun beberapa jenis jenis sapi yakni antara lain : a. Sapi Limousin

Secara genetik Sapi Limousin adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi di luar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan lebih teratur. b. Sapi PO (singkatan dari Peranakan Ongole), Bobot hidup Sapi Peranakan Ongole (PO) bervariasi mulai 220 kg hingga mencapai sekitar 600 kg. Sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi lingkungan, memiliki tenaga yang kuat dan aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah beranak, jantannya memiliki kualitas semen yang baik. c. Sapi Bali Sapi Bali jantan bertanduk dan berbulu warna hitam kecuali kaki dan pantat. Berat sapi Bali dewasa berkisar 350 hingga 450 kg, dan tinggi badannya 130 sampai 140 cm. Keunggulan sapi Bali ini antara lain : Daya tahan terhadap panas tinggi; Pertumbuhan tetap baik walau pun dengan pakan yang jelek; Prosentase karkas tinggi dan kualitas daging baik; Reproduksi dapat beranak setiap tahun. d. Sapi Brahman Sapi Brahman relatif tahan terhadap penyakit dan mempunyai variasi wana kulit yang beragam dari yang berwarna putih, coklat sampai yang kehitaman, Brahman memiliki kualitas karkas yang bagus. Sapi ini adalah tipe sapi potong terbaik untuk dikembangkan. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas. e. Sapi Simmental Sapi ini merupakan tipe sapi perah dan pedaging. Sapi jantan dewasanya mampu mencapai berat badan 1150 kg sedang betina dewasanya 800 kg. Secara genetik, sapi Simmental adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur. f. Sapi BX (Brahman Cross),

Sapi BX adalah ternak sapi hasil domestikasi/penjinakan Sapi Brahman disilangkan dengan berbagai jenis sapi lainnya, seperti sapi Shorthorn, sapi Santa Gertrudis, Droughmaster, Hereford, Simmental, dan sapi Limousin. Hasil silangan ini kemudian disilangkan lagi dengan sapi Brahman sehingga campuran darah dalam setiap keturunan sangat bervariasi. Model yang diterapkan dalam pelaksanaan pengembangan sapi Brahman Cross adalah menghasilkan ternak sapi yang memiliki pertumbuhan baik dan tahan terhadap iklim tropis serta tahan terhadap penyakit/hama penyebab penyakit, kutu dan tunggau. Dengan pemeliharaan secara intensif yaitu dengan kandang yang sesuai dan pakan yang berkualitas serta iklim yang menunjang, sapi ini sangat bagus pertumbuhannya yakni berkisar antara 1,0 - 1,8 kg/hari. Bahkan dalam kondisi tertentu bisa mencapai 2 kg/hari. Dibandingkan dengan sapi lokal seperti sapi Bali dan PO (Peranakan Ongole) yang pertambahan bobot badannya (PBB) hanya berkisar 0,4 - 0,8 kg/hari tentunya sapi ini lebih menguntungkan untuk fattening (penggemukan). Pemeliharaan ideal untuk fattening adalah selama 60-70 hari untuk sapi betina, sedangkan untuk jantannya antara 80-90 hari, karena apabila digemukkan terlalu lama maka perkembangannya akan semakin lambat dan akan terjadi perlemakan dalam daging. Jenis sapi diatas merupakan jenis sapi yang umum kita jumpai di Indonesia khususnya daerah Bengkulu. Jenis sapi Bali dan juga sapi PO adalah jenis sapi populasi terbanyak yang saya jumpai di daerah Kelurahan Kandang Mas Kecamatan Kampung Melayu yang sekaligus peternaknya menjadi anggota kelompok binaan saya. Selain itu juga ada sebagian dari kelompok peternak yang sudah ada sebelumnya yakni Kelompok Tani Ternak Tunggal Ika di kelurahan itu juga menjadi anggota binaan. Sapi Brahman Cross persilangan Brahman dengan Simental milik Kelompok Tani Ternak Tunggal Ika cukup memprihatinkan. Pemberian pakan dengan mengandalkan hijauan Rumput Gajah tidaklah sesuai dengan jenis sapi potong ini. Disamping nutrisi untuk kebutuhan ternaknya sangat kurang, pencernaan sapi brahman cross kurang toleran dengan terhadap Rumput Gajah karena sifat fisik rumput yang terlalu keras sehingga daya cernanya tidak maksimal. Kondisi makanan yang jelek akan mengakibatkan stres pada ternak khususnya jenis ternak sapi Brahmah cross yang mana seharusnya diperlakukan lebih baik dibandingkan sapi Bali dan juga sapi PO. Sapi Brahman cross sebaiknya diberikan pakan dengan tekstur yang

lebih halus seperti hijauan Setaria, tanaman Leguminosa dan juga ditambahkan konsentrat untuk melengkapi kebutuhan nutrisinya. Peternakan sapi bali dan sapi PO juga masih kurang baik karena pemberian pakannya yang hanya mengandalkan Rumput Gajah saja. Pemberian satu jenis pakan secara terus mengakibatkan tingkat palabilitas ternak sapi menurun dan hal ini juga bisa mengakibatkan stres pada sapi sekalipun jenis rumput ini mampu dicerna secara maksimal akan tetapi pengaruh stres mengakibatkan terhambatnya pertambahan bobot badan ternak. D. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dalam penilaian sapi yang unggul yakni tergantung jenis sapi dan juga kemampuan adaptasi sapi itu sendiri 2. Sapi memerlukan makanan yang lebih bervariasi dan juga tambahan makanan berupa konsentrat untuk melengkapi kebutuhan nutrisi dan mengindari stres. 3. Sapi Saran Sebaiknya pemilihan sapi disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan juga kondisi perekonomian peternak. LAMPIRAN Gambar 1.1. Sapi PO (Peranakan Ongole) Brahman cross mempunyai kemampuan adaptasi yang lebih rendah dibandingakan sapi lokal (sapi Bali dan PO ).

Gambar 1.2. Sapi Brahman cross

Gambar 1.3. Sapi Brahman

Gambar 1.4 Sapi Bali

Gambar 1.5 Penyuluh sedang menjinakkan Sapi Brahman cross

1. Notulensi Pertanyaan Sapi potong yang bagus untuk digemukkan itu kayak gimana ya? Jawab: Kriteria pemilihan sapi potong yang baik adalah : sapi dengan jenis kelamin jantan atau jantan kastrasi, umur sebaiknya 1,5-2,5 tahun, mata bersinar, kulit lentur,sehat, nafsu makan baik, bentuk badan persegi panjang, dada lebar dan dalam,temperamen tenang, dari bangsa yang mudah beradaptasi dan berasal dari keturunan genetik yang baik(Ngadiyono, 2007) Kenapa sapi Brahman persilangan saya pertumbuhannya lambat sementara saya kasih terus Rumput Gajah banyak. Katanya pertumbuhan sapi Brahman lebih cepat dari pada sapi Bali ? Jawab : Memang benar pertumbuhan sapi brahman persilangan lebih cepat daripada sapi Bali, tapi untuk jenis sapi brahman cocoknya diberikan hijauan yang lebih halus contohnya rumput setaria dan juga tanaman legum seperti daun indigo,dan lamtoro. Sapi brahman tidak mampu maksimal mencerna rumput yang teksturnya lebih kasar karena pencernaannya lebih

lemah dibandingkan sapi bali dan PO,dan kalau ingin pertumbuhannya lebih cepat lagi sebaiknya ditambahkan konsentrat. PERTEMUAN II PERKENALAN PAKAN HIJAUAN BERKUALITAS TINGGI A. TOPIK DISKUSI Perkenalan Pakan Hijauan Berkualitas Tinggi B. JUSTIFIKASI KEGIATAN

B.1 Latar Belakang Sudah menjadi budaya masyarakat Peternak Kelurahan Kandang Mas mengandalkan rumput liar sebagai sumber bahan makanan ternak, sekalipun sebgaian peternak sudah mulai membudidayakan rumput jenis Rumput Gajah sebagai andalan untuk makanan ternaknya. Melihat kondisi kelurahan yang masih banyak lahan tidur milik peternak itu sendiri menjadi alasan bagi saya untuk mengajak masyarakat peternak untuk membudayakan pembudidayaan hijauan berkualitas tinggi sebagai sumber bahan pakan ternak. B.2 Masalah 1. Budaya masyarakat yang mengandalkan rumput liar sebagai sumber bahan pakan ternak. 2. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang hijauan berkualitas tinggi. 1. Memperkenalkan hijauan pakan berkualitas tinggi. 2. Mengajak masyarakat untuk bisa memanfaatkan lahan tidur mereka. C. PEMBAHASAN B.3 Tujuan

Hijauan pakan ternak yang ditanam sebanyak tiga jenis, rumput setaria ,rumput gajah dan juga tanaman legum seperti indigofera. Rumput gajah yang ditanam merupakan hijauan berkualitas tinggi yang diperoleh dari kebun masyarakat peternak yang sudah membudidayakannya sebelumnya. Sedangkan untuk jenis rumput setarian dan juga tanaman legum indigofera saya bawakan dari CZAL (Comersial zone Animal Laboratory ) Universitas Bengkulu. Sebelum pelaksanaan penanaman rumput dimulai, terlebih dahulu peternak mendapatkan penjelasan teknis tentang budidaya rumput dari saya sendiri sebagai penyuluh.

Kegiatan penanaman rumput tersebut sangat direspon positif oleh masyarakat peternak. Menurut Bapak Dahlan Ketua RW 04 Kelurahan Kandang Mas, penanaman hijauan pakan sangat penting D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Budidaya hijauan pakan sangat penting dilakukan bagi setiap rumah tangga peternak untuk mendukung ketahanan pakan dalam pengembangan usaha sapi potong. 2. Rumput Gajah,Setaria dan Indigofera adalah hijauan yang sangat cocok untuk dibudidayakan karena selain kualitasnya tinggi, hijauan ini juga mudah untuk ditanam. D.2. Saran Sebaiknya disini harus ada yang membimbing dan memberikan informasi sehingga mereka dapat mengolah potensi lahan yang ada.

D.1. Kesimpulan

Lampiran Gambar 2.1. Rumput gajah di panen untuk dijadikan bibit

Gambar 2.2. Batang Rumput Gajah ditanam

Rumput Gajah pada umur 45 hari

Induk indigofera Notulensi Pertanyaan Apakah Setaria dan Indigofera ini disukai oleh ternak sapi? Jawaban: setaria indigofera pada dasarnya sangat disukai oleh sapi akan tetapi kemungkinan pada pemberian pertama sapi akan mengkonsumsi hijauan ini dalam jumlah sedikit karena butuh penyesuaian karena kebiasaannya dengan jenis rumput yang biasa diberikan.Biasanya masa penyesuaiannya paling lama 3 hari.

PERTEMUAN III PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN SUBTITUSI A. TOPIK DISKUSI PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN SUBTITUSI B.JUSTIFIKASI KEGIATAN B.1. Latar Belakang Limbah pertanian memiliki potensi yang cukup besar sebagai sumber pakan ternak ruminansia. Limbah yang memiliki nilai nutrisi relatif tinggi digunakan sebagai pakan sumber energi atau protein, sedangkan limbah pertanian yang memiliki nilai nutrisi relatif rendah digolongkan sebagai pakan sumber serat. Beberapa kendala dalam memanfaatkan bahan pakan lokal diantaranya tidak adanya jaminan keseragaman mutu dan kontinuitas produksi. Disamping itu jumlah produksi bahan pakan lokal pada umumnya berskala kecil dan lokasinya terpencar.Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan pakan diantaranya, ketersediaan bahan, kadar gizi, harga, kemungkinan adanya faktor pembatas seperti zat racun atau anti nutrisi serta perlu tidaknya bahan tersebut diolah sebelum digunakan sebagai pakan ternak. B. 2 Rumusan Masalah Ketersediaan pakan yang masih terbatas B. 3 Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah : Untuk membukja wawasan masyarakat peternak akan potensi yang ada di lingkungan sekitar khususnya limbah pertanian sebagai bahan pakan pelengkap nutrisi pada ternaknya. Adapun manfaat yang hendak dicapai adalah : Mengatasi permasalahan keterbatasan pakan ternak serta meminimalisir kekurangan nutrisi pada ternak .

C. PEMBAHASAN Perlu dipahami bersama bahwa tidak ada strategi dankomposisi pakan terhebat yang dapat diterapkan pada semua sistem usaha peternakan sapi potong yang tersebar di berbagai lokasi usaha. Yang terhebat adalah strategi untuk mengungkap dan mengolah bahan pakan potensial setempat menjadi produk ekonomis yang aman, sehat, utuh, halal dan berkualitas. Pakan utama ternak ruminansia adalah hijauan yaitu sekitar 60-70%; namun demikian karena ketersediaan pakan hijauan sangat terbatas maka pengembangan peternakan dapat diintegrasikan dengan usaha pertanian sebagai strategi dalam penyediaan pakan ternak melalui optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian. Hijauan identik dengan sumber serat. Warna tidak selalu hijau, tidak selalu berbentuk rumput yang sudah umum dikenal (rumput gajah, rumput lapangan, dll.); namun dapat berupa jerami kering (jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, dll.), daundaunan (nangka, pisang, kelapa sawit, dll), limbah industri (bagase tebu, kulit kacang, tumpi jagung, kulit kopi, dll). Pakan yang baik adalah murah, mudah didapat, tidak beracun, disukai ternak, mudah diberikan dan tidak berdampak negatif terhadap produksi dan kesehatan ternak serta lingkungan. D. KESIMPULAN DAN SARAN D.1 Kesimpulan Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pengganti pakan ternak merupakan salah satu cara mengatasi krisis pakan ternak . D.2 Saran Pertanyaan : Apa ternaknya gak mati kalau diberikan jerami kering Jawab : Tidak, karena pada dasarnya ternak mengharapkan serat dari hijauan tersebut, mungkin hanya terkendala dalam penelanan makanan sehingga ternak butuh minum yang lebih banyak dari biasanya. Perlunya penyuluhan tentang teknologi pakan. 1. Notulensi

Lampiran

JERAMI PADI KERING

PERTEMUAN IV SISTEM PERKANDANGAN A. TOPIK : SISTEM PERKANDANGAN B. JUSTIFIKASI KEGIATAN B.1. Latar belakang Pekarangan merupakan sebidang tanah yang luasnya tidak terlalu besar yang ada disekitar rumah dan mempunyai fungsi jasmani dan rohani. Fungsi rohani dari pekarngan yaitu adanya perefleksian diri setelah lelahnya melakukan aktifitas kerja sehari-hari, yang ditunjukkan dalam penataan pekarangan yang teratur dan rapi, sehingga dapat menimbulkan keasrian dan ketenangan. Sedangkan pekarangan memiliki fungsi jasmani yaitu pekarangan dapat memberikan nilai ekonomi bagi pemilliknya serta dapat memenuhi kebutuhan hidup seharihari, seperti penanaman sayur-sayuran, bunga, dan tanaman obat. Pemanfaatan lahan pekarangan dapat digunakan untuk penanaman tanaman obat keluarga yang akan dapat mengurangi biaya yang digunakan oleh masyarakat untuk berobat, dan dapat juga dijadikan sebagai saranan peningkatan pendapatan masyarakat disamping pendapatan utama dari produksi pertanian yang dikelola oleh masyarakat tersebut. Pada umunya setiap rumah memiliki pekarangan dengan luas yang berbeda-beda. B.2. Masalah Dalam hal ini penulis mencoba merumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya kesadaran dalam membuat tanaman obat-obatan keluarga (TOGA) dipekarangan rumah. 2. Kurangnya pengetahuan masyarakat desa dalam mengetahui jenis-jenis tanaman apa saja ynag merupakan tanaman obat keluarga (TOGA). B.3. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan jenis TOGA yaitu : 1. Melestarikqan sumber daya alam yang ada sehingga dapat digunakan sebagai sumber obat-obatan tradisional. 2. Pelestarian palsma nutfa untuk keragaman hayati. 3. Memberikan contoh bagi masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan dimana kita membuat pekarangan menjadi lebih bermanfaat yaitu dengan menanaminya dengan tanaman yang bermanfaat.

C. PEMBAHASAN Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang. Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan. Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya. Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 2540 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m). Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang. 1) Konstruksi dan letak kandang Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang.Maksudnya adalah agar air

yang tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering. Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar. Termasuk bersih. Air dalam rangkaian minum diberikan penyediaan secara ad pakan sapi adalah artinya air minum tersedia yang dan libitum, harus

tidak boleh kehabisan setiap saat. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang. 2) Ukuran Kandang Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapiyang akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5x1 m. 3) Perlengkapan Kandang Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai. Dengan demikian kotoran dan urine tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi. D. Kesimpulan Dan Saran 1. Kesimpulan Kondisi perkandangan (konstruksi,letak dan kebersihan ) sangat mempengaruhi kesehatan ternak sapi. 2. Saran Perlu dilakukan pelatihan secara praktek tentang pembuatan kandang oleh tim penyuluh dari Dinas Peternakan. 2. Notulensi Pertanyaan : Boleh gak atapnya dibuat dari rumbia ?

Jawab : boleh , justru dari rumbia lebih baik dari pada atap seng, karena seng menyerap panas matahari pada saat terik sehingga kemungkinan suhu kandang naik. Hal ini mengakibatkan terjadinya stress panas pada sapi, sedangkan rumbia tidak menyerap panas sehingga suasananya tetap teduh sekalipun terkena terik matahari. LAMPIRAN Gambar 3.1 Kandang dalam keadaan terbuka agar sirkulasi udara lancar untuk menghindari stress panas

Gambar 3.2 . Atap kandang berbentuk kuncup

PERTEMUAN V SISTEM REPRODUKSI A. TOPIK KEGIATAN B. JUSTIFIKASI KEGIATAN B.1. 1. Latar Belakang Keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi sapi potong. Namun kondisi sapi potong diusaha peternakan rakyat, hingga saat ini sering dijumpai adanya kasus gangguan reproduksi yang ditandai dengan rendahnya fertilitas induk, akibatnya berupa penurunan angka kebuntingan dan jumlah kelahiran pedet, sehingga mempengaruhi penurunan populasi sapi dan asokan penyediaan daging secara nasional. Perlu dicarikan solusi untuk meningkatkan populasi sapi potong dalam rangka mendukung kecukupan daging sapi secara nasional tahun 2014.Gangguan reproduksi yang umum terjadi pada sapi diantaranya: (1) retensio sekundinarium (ari-ari tidak keluar), (2)distokia (kesulitan melahirkan) (3) abortus (keguguran), dan (4) kelahiran prematur/sebelum waktunya. Gangguan reproduksi tersebut menyebabkan kerugian ekonomi sangat besar bagi petani yang berdampak terhadap penurunan pendapatan peternak; umumnya disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : 1). penyakit reproduksi, (2) buruknya sistem pemeliharaan, (3) tingkat kegagalan kebuntingan dan (4) masih adanya pengulangan inseminasi, yang kemungkinan salah satu penyebabnya adalah adanya gangguan reproduksi; Penanganan gangguan reproduksi ditingkat pelaku usaha peternakan masih kurang, bahkan beberapa peternak terpaksa menjual sapinya dengan harga yang murah karena ketidaktahuan cara menangani. Perlu pemasyarakatan teknologi inovatif untuk penanggulangan gangguan reproduksi sapi potong, khususnya pada sapi induk usaha perbibitan rakyat dengan harapan sapi induknya produktif sehingga memacu semangat untuk berusaha. B.1.2. Masalah

Kurangnya pemahaman masyarakat tentang penanganan kendala-kendala reproduksi ternak sapi B.1.3. Tujuan dan Manfaat Tujuan pembuatan petunjuk teknis ini adalah: 1. memberikan informasi kepada pelaku usaha peternakan tentang usaha penanggulangan dan cara menangani gangguan reproduksi pada induk sapi potong secara mandiri dengan peralatan yang sederhana. 2. Diketahuinya cara mengatasi gangguan reproduksi pada sapi potong diharapkan pelaku usaha peternakan dapat melaksanakan dengan mudah sehingga mengurangi tingkat kemajiran dan memperlancar proses beranak serta dapat meningkatkan jumlah kelahiran pedet dan jumlah induk berkualitas yang akhirnya dapat meningkatkan nilai tambah petani dari usaha sapi potong. C. PEMBAHASAN C.1. Penyebab Gangguan Reproduksi Gangguan reproduksi pada sapi potong disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: a. Cacat anatomi saluran reproduksi (defek kongenital). b. Gangguan fungsional. c. Kesalahaan manajemen. d. Infeksi organ reproduksi. C.2. Macam Gangguan Reproduksi dan Penanggulangannya 1. Cacat anatomi saluran reproduksi Abnormalitas yang berupa cacat anatomi saluran reproduksi ini dibedakan menjadi dua yaitu cacat kongenital (bawaan) dan cacat perolehan.a. Cacat Kongenital

Gangguan karena cacat kongenital atau bawaan lahir dapat terjadi pada ovarium (indung telur) dan pada saluran reproduksinya. Gangguan pada ovarium meliputi: Hipoplasiaovaria (indung telur mengecil) dan Agenesis ovaria (indung telur tidak terbentuk). Hipoplasia ovaria merupakan suatu keadaan indung telur tidak berkembang karena keturunan. Sapi betina nampak kejantanan seperti tumbuh rambut kasar di sekitar vulva, pinggul ramping dengan hymen persisten. Sedangkan Atresia Vulva merupakan suatu kondisi pada sapi induk

dengan vulva kecil dan ini membawa resiko padakelahiran sehingga sangat memungkinkan terjadi distokia (kesulitan melahirkan). Penanganannya dengan pemilihan sapi induk dengan skor kondisi tubuh (SKT) yang baik (tidak terlalu kurus atau gemuk serta manajemen pakan yang baik

Gambar 1. Induk sapi dengan SKT yang baikb. Cacat perolehan

Cacat perolehan dapat terjadi pada indung telur maupun pada alat reprodukinya. Cacat perolehan yang terjadi pada indung telur, diantaranya: Ovarian Hemorrhagie (perdarahan pada indung telur) dan Oophoritis (radang pada indung telur).Perdarahan indung telur biasanya terjadi karena Sedangkan Oophoritis merupakan keradangan pada indung telur yang disebabkan oleh manipulasi yang traumatik/ pengaruh infeksi dari tempat yang lain misalnya infeksi pada oviduk (saluran telur) atau infeksi uterus (rahim). Gejala yang terjadi adalah sapi anestrus. Cacat perolehan pada saluran reproduksi, diantaranya: Salphingitis, trauma akibat kelahiran dan tumor. Salphingitis merupakan radang pada oviduk. Peradangan ini biasanyamerupakan proses ikutan dari peradangan pada uterus dan indung telur. Cacat perolehan ini dapat terjadi secara unilateral maupun bilateral. Sedangkan trauma akibat kelahiran dapat terjadi pada kejadian distokia dengan penanganan yang tidak benar (ditarik paksa), menimbulkan trauma/ kerusakan pada saluran kelahiran dan dapat berakibat sapi menjadi steril/ majir. Tumor ovarium yang umum terjadi adalah tumor sel granulosa. Pada tahap awal sel- sel tumor mensekresikan estrogen sehingga timbul birahi terus menerus (nympomania) namun akhirnya menjadi anestrus. Penanganan cacat perolehan disesuaikan dengan penyebab primernya. Jika penyebab primernya adalah infeksi maka ditangani dengan pemberian antibiotika. Perlu hindari trauma fisik penanganan reproduksi yang tidak tepat.

c. Gangguan fungsional

Salah satu penyebab gangguan reproduksi adalah adanya gangguan fungsional (organ reproduksi tidak berfungsi dengan baik). Infertilitas bentuk fungsional ini disebabkan oleh adanya abnormalitas hormonal. Berikut adalah contoh kasus gangguan fungsional, diantaranya : Sista ovarium Subestrus dan birahi tenang Anestrus Ovulasi tertunda

KESIMPULAN Gangguan reproduksi dapat diantisipasi dengan memperhatikan beberapa faktor diantaranya : Seleksi genetik. Manajemen pakan yang baik sehingga mendukung kesuburan saluran reproduksi. Manajemen kesehatan yang baik meliputi kesehatan sapi (program pengobatan dan vaksinasi) , kebersihan kandang dan lingkungan (sanitasi dan desinfeksi) sehingga dapat meminimalisasi agen patogen (bakteri, virus, jamur, protozoa) yang dapat mengganggu kesehatan sapi. Pertanyaan Bagaimana cara menangani kelahiran sungsang? Jawab : Merupakan suatu kondisi stadium pertama kelahiran (dilatasi cervik) dan kedua (pengeluaran fetus) lebih lama dan menjadi sulit dan tidak mungkin lagi bagi induk untuk mengeluarkan fetus. Sebab sebab distokia diantaranya herediter, gizi, tatalaksana, infeksi, traumatik dan berbagai sebab lain. Penanganan yang dapat dilakukan diantaranya: Mutasi, mengembalikan presentasi, posisi dan postur fetus agar normal dengan cara di dorong (ekspulsi), diputar (rotasi) dan ditarik (retraksi). Penarikan paksa, apabila uterus lemah dan janin tidak ikut menstimulir perejanan. Pemotongan janin (Fetotomi), apabila presentasi, posisi dan postur janin yang abnormal tidak bisa diatasi dengan mutasi/ penarikan paksa dan keselamatan induk yang diutamakan.

Operasi Secar (Sectio Caesaria), merupakan alternatif terakhir apabila semua cara tidak berhasil. Operasi ini dilakukan dengan pembedahan perut (laparotomy) dengan alat dan kondisi yang steril.

Penanganan distokia dengan tarik paksa

Penyuluhan sedang berlangsung

Penyuluhan Sedang Berlangsung

PERTEMUAN VI PENYAKIT PENYAKIT SAPI A. TOPIK DISKUSI Penanaman Tanaman Toga B. JUSTIFIKASI KEGIATAN 1. Latar Belakang Salah satu kendala dalam usaha pengembangan peternakan Sapi di Indonesia, adalah penyakit yang disebabkan parasit terutama parasit interna yaitu helminthiasis (penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing). Penyakit yang cukup sering menyerang sapi ini umumnya disebabkan oleh cara pemeliharaan yang kurang diperhatikan sehingga infeksi yang parah dapat menyebabkan tingkat kematian yang cukup tinggi. Penyakit ini terkadang kurang mendapat perhatian dari peternak terutama jika penyakit masih berlangsung pada tingkat awal disebabkan karena waktu serangan penyakit tersebut sulit diketahui dan gejala klinis yang terjadi masih umum yakni diare, anoreksia (nafsu makan berkurang), penurunan berat badan, kulit kasar dan kusam. Pada sapi penyakit ini sebagian besar disebabkan oleh cacing klas nematoda (cacing gilig) dan dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan meliputi kerugian penurunan produksi daging baik secara kuantitatif maupun kualitatif, terhambatnya pertumbuhan dan produksi serta kematian ternak. Penyakit cacing yang sering menyerang sapi sebagian besar disebabkan oleh jenis cacing sebagai berikut: Bunostomum sp, Oesophagostomum .sp, Trychoslrongylus sp., Trichuris sp., Haemonchus contortus, Taenia sp. Dan masih banyak jenis cacing lain yang merupakan parasit yang cukup patogenik, luas penyebaran dan tingkat infeksinya dapat mencapai 80%, sifat cacing pada umumnya adalah menghisap darah induk semangnya sehingga menimbulkan anemia, kadang-kadang juga di jumpai kebengkakan pada rahang bawah dan menjadi lebih rentan terhadap infeksi penyakit lain. Infeksi kronis dapat berjalan lama karena masih adanya sejumlah cacing dalam tubuh ternak, jika disertai asupan nutrisi yang jelek maka berakibat penurunan berat badan dan disertai penurunan protein dalam tubuh. Untuk itu diperlukan penanganan penyakit yang intensif untuk memberantas penyakit ini. 2. Masalah.

Kebanyakan ternak menunjukkan performans yang begitu jelek yakni kurus,warna kulit kusam dan nafsu makan jelek, disamping itu juga kandang ternaknya kotor sehingga kemungkinan besar terjadi akumulasi penyakit. 3. Tujuan Adapun tujuan dari penyuluhan penyakit ini adalah a. Peternak mampu mengatasi penyakit cacing pada ternaknya tanpa harus mengeluarkan biaya pengobatan ke dokter hewan C .PEMBAHASAN Pengendalian infeksi oleh parasit cacing dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontaminasi oleh parasit serta memberikan pengobatan dengan anthelmentik (obat cacing) yang telah teruji efikasinya untuk mengeluarkan parasit dari tubuh ternak, tetapi pada kondisi krisis seperti sekarang ini harga obat cacing semakin mahal dan mungkin tidak terjangkau oleh peternak di pedesaan karena biaya penggunaan obat cacaing dapat mencapai 50% dari seluruh total anggaran biaya pengobatan. Tanaman-tanaman yang dimaksud antara lain daun/getah pepaya, bawang putih, pinang, kulit nanas dan mengkudu. Nanas merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi cacing pada kambing, khususnya cacing klas Nematoda. Beberapa hasil penelitian telah membuktikan keampuhan nanas sebagai obat cacing (anthelmentik) baik secara in vitro maupun in vivo. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa perasan buah nanas mempunyai efek terhadap cacing Ascaridia galli secara in vitro. Selain itu serbuk buah nanas yang dicampur dengan molasses juga mempunyai fungsi sebagai obat cacing seperti yang dilaporkan di Filipina, cukup efektif untuk menanggulangi infeksi cacing pada sapi, kambing maupun domba, sedangkan dalam bentuk bolus dengan dosis 200 mg/kg berat badan berhasil menurunkan jumlah telur cacing dalam faeces kambing. Sementara itu uji terhadap telur cacing menunjukkan bahwa ekstrak methanol kulit buah nanas tua asal Bogor dengan kepekatan 0,06%, kulit buah tua asal Subang 0,125% dan 0,03% secara bermakna berhasil mencegah telur untuk tidak menetas menjadi larva cacing H. contortus. Kondisi tersebut dapat disiasati dengan penggunaan obat obatan tradisional sebagai alternatif pengobatan infeksi cacing yaitu dengan menggunakan tanaman-tanaman yang dengan mudah didapatkan di sekitar peternakan sapi serta mudah pula pengolahannya.

Nanas Pembuatan obat cacing dari kulit buah nanas cukup mudah, yaitu : Kulit buah nanas dipotong-potong 1 cm, dikeringkan selama 10-14 hari dalam suhu kamar, kemudian digiling hingga menjadi serbuk Serbuk kulit nanas (750 mg-1250 mg) dimasukkan dalam 100 ml air, kemudian diaduk sampai rata lalu diperas dengan menggunakan kain dan hasil perasan diminumkan ke ternak Pepaya (Getah/Perasan Daun/Biji/Akar) 1. Getah pepaya Buah pepaya muda yang masih menggantung di pohon ditoreh membujur sedalam 1-5 mm dengan jarak torehan 1-2 cm Pada tempat torehan, getah yang keluar ditampung dengan wadah dari plastik yang diikatkan pada buah pepaya dengan selotip Tiap 100 ml getah yang tertampung ditambah dengan 2 tetes larutan Natrium Bisulfit 30% untuk mencegah oksidasi Jemur dibawah sinar matahari atau oven pada suhu 30-60oC sampai kering Getah yang sudah kering dihaluskan menjadi serbuk Serbuk getah pepaya dicampur dengan air dengan perbandingan 1:5 Larutan tersebut dimunimkan atau diberikan lewat mulut menggunakan selang yang langsung ditujukan ke rumen . Dosis untuk ternak : 1,2 gram/kg BB, setiap minggu 3 kali pemberian

Daun Pepaya Ambil 2-3 lembar daun pepaya yang tidak terlalu muda atau tua, haluskan dengan menambahkan sedikit air matang/bersih Peras dan saring larutan tersebut Hasil perasan diminumkan ke ternak sebanyak 2-3 sendok makan atau disesuaikan dengan berat badan ternak, setiap minggu 3 kali pemberian

Biji Pepaya Cara 1 : ambil 1 sendok makan biji pepaya, tambahkan sedikit air, haluskan dengan blender, tambahkan 1 sendok makan madu lalu minumkan ke ternak Cara 2 : biji pepaya dikeringkan lalu giling hingga menjadi serbuk, ambil sebanyak 10 gram dan didihkan bersama 150 ml air hingga larutan mendidih dan berkurang setengahnya, lalu minumkan ke ternak. Pemberian larutan sebaiknya 2 jam sebelum diberi pakan. Untuk pengobatan dapat diberikan 1 kali sehari semala 2-3 hari.Akar Pepaya Pinang Biji buah pinang telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai campuran mengunyah sirih, tetapi ternyata biji buah pinang ini juga cukup efektif digunakan sebagai obat cacing. Selain mudah didapat, cara pembuatannya pun cukup mudah diantaranya : Cara 1 : Ambil 10 biji buah pinang yang hampir matang/tua, tumbuk hingga halus dan cairannya diminumkan ke ternak Cara 2 : Ambil 10 biji buah pinang, ditumbuk halus, kemudian digoreng tanpa minyak (disangrai) atau bisa juga dijemur hingga kering lalu tumbuk sampai halus. Ambil 1 sendok makan hasil sangrai tersebut, kemudian campur dengan 250 ml air matang dan minumkan ke ternak Dosis pemberian : 30-50 cc untuk setiap ekor kambing dewasa dengan pemberian 1 bulan sekali. Untuk pengobatan dapat diberikan 1 kali sehari selama 2-3 hari dan biasanya cacing akan keluar dalam waktu 24-48 jam. Yang perlu diperhatikan : - Pengobatan ini dilakukan untuk kambing yang sedang bunting - Sebelum pemberian obat, kambing dipuasakan dahulu selama 12 jam - Setelah diobati kambing jangan diberi makan dahulu sampai 6 jam 4. Bawang Putih Khasiat bawang putih sebagai obat cacing sudah tidak diragukan lagi, terutama untuk melawan infestasi cacing klas nematoda. Keuntungan lainnya adalah adanya kandungan antibiotika alami yang cukup aman dan tidak meninggalkan residu pada ternak sehingga

dapat pula digunakan pada hewan yang masih muda. Pembuatan obat cacing dari bawang puith adalah sebagai berikut: - 2-3 siung bawang putih segar dihancurkan/ditumbuk dan perasannya langsung diminumkan ke ternak, atau bisa juga dicampur dengan konsentrat. - Dapat juga digunakan daun bawang putih yang ditumbuk dan atau diberikan langsung ke ternak 5. Biji Labu Kuning Sebagai anthelmentik, biji labu kuning relatif aman untuk kambing muda dan kambing yang sedang bunting maupun laktasi. Caranya adalah dengan menghaluskan biji labu kuning mentah sebanyak 50 gram, diberikan ke ternak dua kali sehari dalam kondisi perut kosong. Untuk pengobatan lakukan pemberian biji labu kuning selama seminggu berturut-turut, lalu lanjutkan dua minggu kemudian. 6. Mentimun Pemberian buah mentimun segar dapat mencegah terjadinya infestasi cacing. Untuk pengobatan dapat dilakukan pemberian sekali sehari selama 5-7 hari. Untuk pengendalian dan pencegahan selanjutnya perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut: Pemberian ransum/makanan yang berkualitas dan cukup jumlahnya. Menghindari kepadatan dalam kandang (Over Crowded). Memisahkan antara ternak muda dan dewasa. Memperhatikan konstruksi dan sanitasi (kebersihan lingkungan) Menghindari tempat -tempat yang becek. Menghindari pengembalaan yang terlalu pagi. Melakukan pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan feses) secara teratur. Segera pisahkan ternak yang terlihat sakit dan kumpulkan kembali apabila telah benar-benar sembuh.

KESIMPULAN Pengobatan . infeksi cacing yaitu dengan menggunakan tanaman-tanaman yang dengan mudah didapatkan seperti : nanas, pepaya,bawang putih,sirih,dan labu.

E. LAMPIRAN

Notulensi Pertanyaan Bagaimana kita tahu ternak itu terkena cacing apa tidak? Jawab; Hewan yang terserang penyakit ini biasanya menunjukkan gejala antara lain tubuh kurus, kulit kasar dan kusam, anoreksia (nafsu makan berkurang), diare, konstipasi dan apabila diseksi (dibedah) dapat dijumpai gumpalan darah di dalam abomasumnya.

TEKNOLOGI YANG DITERAPKAN Teknologi yang diterapakn dalam pelaksanaan program KUKERTA periode 63 tahun 2011 di Kelurahan Kandang Mas Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu adalah: 1. Teknik Observasi Teknik ini dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung, ini dilakukan untuk memperoleh berbagai data yang ada di Kelurahan Kandang Mas Kecamatan Kampung Melayu 2. Teknik Tatap Muka baik Formal maupun non Formal Secara formal, mahasiswa dapat menyampaikan materi dengan bertatap muka secara langsung dalam pertemuan-pertemuan formal. Untuk non formal, bisa dilakukan dengan cara usaha pendekatan dan sosialisasi dengan warga Kelurahan Kandang Mas Kecamatan Kampung Melayu seperti perkenalan dan ramah tamah. 3. Teknik pendekatan persuasif Teknik ini dilakukan dengan cara mendekatkan diri dengan warga Kelurahan Kandang Mas dan menggerakkan masyarakat untuk mengikuti kegiatan yang akan dilaksanakan baik dalam program kerja KUKERTA Universitas Bengkulu maupun program kerja Kelurahan setempat. 4. Teknik Wawancara Dilakukan dengan mewawancarai pihak-pihak terkait yang dirasa perlu dilakukan di Kelurahan Kandang Mas Kecamatan Kampung Melayu dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang keadaan Kelurahan.

DAFTAR PUSTAKA Abidin.2006.Karakteristik Sapi Potong, Jakarta A.N.S, Thomas. 1989. Tanaman Obat Tradisional. Penebar Swadaya. Jakarta -------------------.1992. Tanaman Obat Tradisional. Penebar Swadaya. Jakarta Departemen Transmigrasi. 1996. Uji Coba Pemanfaatan Limbah Kayu dari Pemanfaatan Lahan Tanpa Bakar. Jakarta. 1996 Ngadiyono. 2007. Kriteria Sapi Potong. Jakarta Fakultas Teknologi Pertanian UGM. 1991. Penanganan Limbah Hasil Pertanian. Yogyakarta. 1991. Panduan Kuliah Kerja Nyata 2011. P3KKNUniversitas Bengkulu