laporan uji disolusi

8
I. TUJUAN Mahasiswa mampu melakukan evaluasi sediaan gel, terutama uji disolusi sediaan gel Na-Diklofenak. II. DASAR TEORI Agar suatu obat dapat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus dapat larut pada tempat absorbsi. Proses melarutnya obat disebut dengan disolusi. Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan.Secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut. Karakteristik fisik sediaan, proses pembasahan sediaan, kemampuan penetrasi media disolusi ke dalam sediaan, proses pengembangan, proses disintegrasi, dan degradasi sediaan, merupakan sebagaian dari faktor yang mempengaruhi karakteristik disolusi obat dari sediaan. Kecepatan Pelarutan Secara sederhana kecepatan pelarutan didefinisikan sebagai jumlah zat yang terlarut dari bentuk sediaan padat dalam medium tertentu sebagai fungsi waktu. Dapat juga diartikan sebagai kecepatan larut bahan obat dari sediaan farmasi atau granul atau partikel-partikel sebagai hasil pecahnya bentuk sediaan obat tersebut setelah berhubungan dengan cairan medium. Penelitian tentang disolusi telah dilakukan oleh Noyes Whitney dan menghasilkan persamaan berikut: = KS( Cs – C ) Dimana, dc/dt = Laju Disolusi, K = Konstanta Laju Disolusi, S = Luas Permukaan Zat Padat Yang Melarut, Cs = Konsentrasi Obat Dalam Lapisan Difusi C = Konsentrasi Obat Dalam Medium Disolusi Pada Waktu Ke t. dc dt

Transcript of laporan uji disolusi

Page 1: laporan uji disolusi

I. TUJUANMahasiswa mampu melakukan evaluasi sediaan gel, terutama uji

disolusi sediaan gel Na-Diklofenak.

II. DASAR TEORIAgar suatu obat dapat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus dapat

larut pada tempat absorbsi. Proses melarutnya obat disebut dengan disolusi. Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan.Secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut. Karakteristik fisik sediaan, proses pembasahan sediaan, kemampuan penetrasi media disolusi ke dalam sediaan, proses pengembangan, proses disintegrasi, dan degradasi sediaan, merupakan sebagaian dari faktor yang mempengaruhi karakteristik disolusi obat dari sediaan.

Kecepatan PelarutanSecara sederhana kecepatan pelarutan didefinisikan sebagai jumlah zat

yang terlarut dari bentuk sediaan padat dalam medium tertentu sebagai fungsi waktu. Dapat juga diartikan sebagai kecepatan larut bahan obat dari sediaan farmasi atau granul atau partikel-partikel sebagai hasil pecahnya bentuk sediaan obat tersebut setelah berhubungan dengan cairan medium. Penelitian tentang disolusi telah dilakukan oleh Noyes Whitney dan menghasilkan persamaan berikut:

= KS( Cs – C )Dimana,

dc/dt = Laju Disolusi, K = Konstanta Laju Disolusi, S = Luas Permukaan Zat Padat Yang Melarut, Cs = Konsentrasi Obat Dalam Lapisan Difusi C = Konsentrasi Obat Dalam Medium Disolusi Pada Waktu Ke t.

Dari persamaan di atas terlihat bahwa kinetika pelarutan dapat dipengaruhi oleh sifat fisikokimia, formulasi, dan pelarut.

Mekanisme DisolusiDi dalam pembahasan untuk memahami mekanisme disolusi,

dijelaskan dalam model sebagai berikut: Model lapisan difusi (diffusion layer model)

Pada permukaan padat terdapat satu lapis tipis cairan dengan ketebalan l, merupakan komponen kecepatan negatif dengan arah yang berlawanan dengan permukaan padat. Reaksi pada permukaan padat-cair berlangsung cepat. Begitu model solut melewati antar muka “liquid film – bulk film”, pencampuran secara cepat akan terjadi dan gradien konsentrasi akan hilang. Karena itu kecepatan disolusi ditentukan oleh difusi gerakan Brown dari molekul dalam liquid film

dcdt

Page 2: laporan uji disolusi

Model barrier antar muka (interfacial barrier model)Model ini menggambarkan reaksi yang terjadi pada permukaan padat dan dalam hal ini terjadi difusi sepanjang lapisan tipis cairan seperti. Sebagai hasilnya, tidak dianggap adanya kesetimbangan padatan-larutan, dan hal ini harus dijadikan pegangan dalam membahas model ini. Proses pada antar muka padat-cair sekarang menjadi pembatas kecepatan ditinjau dari proses transpor. Transpor yang relatif cepat terjadi secara difusi melewati lapisan tipis statis (stagnant)

Model Dankwert (Dankwert model)Model ini beranggapan bahwa transpor solut menjauhi permukaan padat terjadi melalui cara paket makroskopik pelarut mencapai antar muka padat-cair karena terjadi pusaran difusi secara acak.

Faktor Yang Mempengaruhi DisolusiDifusi senyawa atau obat secara in vitro tergantung tidak hanya oleh

pembawa dan sifat fisika kimia obat tetapi juga parameter-parameter percobaan. Selain itu, bentuk sediaan juga kurang lebih membawa pengaruh yang cukup banyak terhadap uji in vitro. Faktor-faktor yang dapat berpengaruh tersebut antara lain:

Sifat fisika kimia obatMeliputi: luas permukaan partikel, obat dalam bentuk kristal atau amorf, bentuk garam dari bahan obat

Faktor formulasiBerbagai bahan tambahn yang digunakn pada sediaan obat dapat mempengaruhi kinetika pelarutan obat dengan mempengaruhi tegangan muka antara medium tempat obat melarut dengan bahan obat ataupun bereaksi secara langsung dengan bahan obat.

Faktor alat dan kondisi lingkunganMeliputi: kecepatan pengadukan; temperatur, viskositas dan komposisi dari medium; pengambilan sampel

Metode Uji In VitroAda 2 macam metode pelepasan sistem transdermal secara in vitro yaitu :

Metode pelepasan tanpa suatu membrane pembatas kecepatan Metode difusi dengan suatu membrane pengatur kecepatan yang

menggunakan membrane kulit tiruan (seperti selulosa acetat, polidimetilsiloksan, membrane kulit alamiah {dapat digunakan kulit bermacam-macam hewan seperti tikus, kelinci, ular), sel difusi orde nol dan sel difusi dengan kondisi tiruan seperti proses in vivo

Hasil uji pelepasan bahan aktif dari sediaan semisolid kemudian diukur atau ditentukan kadarnya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum dan dikoreksi dengan rumus koreksi wurster untuk mendapatkan kadar yang sebenarnya.

n-1

Cn = C’n + _ ∑ Css-1

Cn = kadar sebenarnya setelah dikoreksi (ppm)

ab

Page 3: laporan uji disolusi

C’n = kadar terbaca dalam spektrofotometer (ppm)Cs = kadar terbaca dari sampel sebelumnyaa = volume sampel yang diambilb = volume medium

III. BAHAN 1. Aquades2. Standar Na-Diklofenak3. Sampel gel Na-Diklofenak4. Membran Selofan

IV. ALAT1. Timbangan analitik2. Labu ukur3. Batang Pengaduk4. Gelas Ukur5. Pipet volume6. Alat uji disolusi dengan padle7. Spektrofotometer UV-Vis8. Beaker Glass

V. CARA KERJA Pembuatan Dapar Fosfat 0,01 M pH 6

Pembuatan Kurva Baku

1,4695 g NaH2PO4.2H2O +

0,155 g Na2HPO4

Tambah aquades ad 1L dan

homogenkan

Adjust ad pH 6 pada

pHmeter

Pembuatan konsentrasi

Menimbang 25 mg Na Diklovenak

Larutkan ad 100 ml dapar PBS

Page 4: laporan uji disolusi

1ppm

2,5 ppm

50ppm

7,5ppm

10ppm

15ppm

20ppm

Uji pelepasan

Pipet 0,2 ml larutkan ad 50 ml PBS

Pipet 3 ml larutkan ad 100 ml PBS

Pipet 1 ml larutkan ad 100 ml PBS

Pipet 1 ml larutkan ad 50 ml PBS

Lalu scan dengan spektrofotometri dengan panjang gelombang 200-400 nm

Timbang 2 gr gel

Pipet 3 ml larutkan ad 50 ml PBS

Panjang gelombang maksimum literatur 276 nm

Pipet 4 ml larutkan ad 50 ml PBS

Pipet 2 ml larutkan ad 50 ml PBS

Diletakkan di tengah membran membran dibasahi dengan air

Membran diletakkan diatas pipa bawah

Ditutup dengan pipa bagian atas

Kunci dengan mur

Masukkan ke dalam beker glass

Pipa bagian bawah diisi 25 ml PBS

beker glass diisi air 250 ml

letakkan di atas hotplate

atur suhu 37oC

Ambil 5 ml PBS di pipa bawah pada menit ke 0

Page 5: laporan uji disolusi

DAFTAR PUSTAKA

Tampung di tabung reaksi

Tambahkan 5 ml PBS baru ke pipa bawah

Konsentrasi cuplikan diukur dengan spektrofotometri

Ulangi pengambilan dan penambahan PBS baru pada menit ke 15, 30, 45, 60, 75, 90, 105

Page 6: laporan uji disolusi

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas Indonesia-Press.

Melani, Dewi., dkk. 2005. Korelasi Kadar Propilenglikol Dalam Basis Dan Pelepasan Dietilammonium Diklofenak Dari Basis Gek Karbopol ETD 2020. Majalah Farmasi Airlangga (V), 1: 1-6.

Voegeli, Rainer., dkk. 2006. Franz Cell Barrier Integrity Assessment Using A Condenser-Chamber Tewl Instrument. London South Bank University - BIOX: 1-24.