Laporan Tutorial Week 1 3.2
-
Upload
brigitta-ayu-jabz -
Category
Documents
-
view
67 -
download
4
Transcript of Laporan Tutorial Week 1 3.2
LAPORAN TUTORIAL
BLOCK 3.2
SKENARIO 1
“ Apakah Pendidikan Kesehatan Bisa Mengubah Perilaku Kesehatan?”
Oleh Kelompok 6:
13233 Lucia Dyah Kusumawardani
13234 Umi Susilowati
13236 Olivia Ayu Shinta Dewi
13246 Ruslan Abdul Ghani
13247 Norma Juwita Puspita Rini
13250 Nila Rizayanti
13275 Nurina Jihan Yulianti
13278 Gandhi Adhitya Ningrum
13285 Nimas Asri Sihcahyanti
13290 Nuzul Sri Hertanti
13298 Ika Indriastuti Setyaningsih
13327 Brigitta Ayu Dwi Susanti
ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2010/2011
AGENDA TUTORIAL
Pertemuan I
Hari : Senin
Tanggal : 31 Oktober 2011
Agenda : Step 1 - 5
Kehadiran : 12 orang
Tidak Hadir : -
Pertemuan II
Hari : Kamis
Tanggal : 3November 2011
Agenda : Step 7
Kehadiran : 12 orang
Tidak Hadir : -
Ketua : 13298 Ika Indriastuti Setyaningsih
Sekertaris 1 : 13327 Brigitta Ayu Dwi Susanti
Sekertaris 2 : 13290 Nuzul Sri Hertanti
Anggota :
13233 Lucia Dyah Kusumawardani
13234 Umi Susilowati
13236 Olivia Ayu Shinta Dewi
13246 Ruslan Abdul Ghani
13247 Norma Juwita Puspita Rini
13250 Nila Rizayanti
13275 Nurina Jihan Yulianti
13278 Gandhi Adhitya Ningrum
13285 Nimas Asri Sihcahyanti
Skenario 1
STEP 1
Konsep pembelajaran kognitif : perilaku berdasar pengetahuan, intelektual sehingga dapat
berfikir kritis.
Perilaku kesehatan : tingkah laku yang mendukung kesehatan dari berbagai
aspek dan berdasarkan kemauan dan pengetahuan individu.
Afektif : berhubungan dengan perasaan, aspek emosi,dan bersifat
subyektif.
STEP 2
1. Apa saja metode – metode untuk melakukan pendidikan kesehatan?
2. Bagaimana perbedaan cara pemberian pendidikan kesehatan pada anak - dewasa?
3. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi suksesnya pendidikan kesehatan?
4. Apa saja perencanaan yang diperlukan sebelum pelaksanaan pendidikan kesehatan ?
5. Apa saja aspek – aspek yang dilakukan dalam pembelajaran kognitif dan afektif?
6. Siapa saja yang berhak dan berkompetensi dasar untuk memberikan pendidikan
kesehatan?
7. Apa saja materi yang dipersiapkan untuk pendidikan kesehatan?
8. Apa saja point – point materi untuk pencegahan narkoba saat pendidikan kesehatan?
9. Bagaimana keefektifan (+) dan (-) untuk masing – masing metode pendidikan
kesehatan?
10. Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan yang tidak sesuai penerapan?
Apakah Pendidikan Kesehatan Bisa Mengubah Periaku Kesehatan ?
Budi, seorang mahasiswa keperawatan, bersama teman – temannya sedang
melkukan perubahan perilaku kesehatan dengan cara pendidikan kesehatan
terhadap temuan masalah di suatu masyarakat, yakni Pencegahan Narkoba. Pada
saat membuat perencanaan, Budi teringat materi kuliah pendidikan dalam
keperawatan dimana untuk merubah suatu perilaku diperlukan konsep pembelajaran
kogntif dan afektif.
11. Apa saja hambatan dalam pendidikan kesehatan?
12. Apa saja konsep pembelajaran lainnya?
13. Siapa saja sasaran pendidikan kesehatan untuk pencegahan narkoba?
14. Bagaimana hubungan pembelajaran kognitif dan afektif?
15. Bagaimana peran pelajar dalam proses pemberian metode pendidikan kesehatan?
16. Bagaimana peran perawat sesuai dengan kasus ini?
17. Metode pembelajaran apa yang paling tepat untuk pencegahan narkoba pada remaja?
STEP 3
1. Metode – metode untuk melakukan pendidikan kesehatan:
Peer group
Sporting group
Seminar
Diskusi panel
Role play ( bermain peran )
Konseling
penyuluhan
2. Perbedaan cara pemberian pendidikan kesehatan pada anak - dewasa:
Anak – anak:
Media menarik seperti: gambar,animasi kartun, colourfull, bahasa
menarik
Materi sesuai tingkat umur misal : anak tentang personal hygiene
Praktek langsung (games,perumpamaan)
Disesuaikan pematerinya (dengan melibatkan mahasiswa)
Cara penyampaian nyantai
Dewasa :
Sesuai tingkat pengetahuannya missal: merokok
Lihat bukti – bukti nyata
Lihat si pemateri(yang sudah berpengalaman)
Memakai bahasa yang teratur sesuai situasi (missal: memakai bahasa
jawa/Indonesia sesuai kebudayaan tempat acara)
Isi materi : gaya hidup lansia
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi suksesnya pendidikan kesehatan:
Kompetensi yang dimiliki pemateri ( keterampilan, pengetahuan)
Persepsi tentang sasaran penyuluhan
Pengaruh lingkungan ( keluarga, daerah, teman)
Berkesinambungan
Kebijakan pemerintah
Tingkat pengetahuan peserta
Kesadaran individu
4. Perencanaan yang diperlukan sebelum pelaksanaan pendidikan kesehatan:
Pemberi materi : siap bahan materi, kemampuan, pengetahuan, kesiapan
pemateri
Pemilihan Pemberian metode dengan metode terbaik
Kesiapan peralatan
Audience : tingkatan pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia, status
sosialekonomi, usia
Perjanjian/kontrak waktu
Lingkungan
Survey pendahuluan
Isu terbaru
Keterlibatan perangkat desa dalam kerjasama
Perizinan
Masalah yang sering terjadi
5. Aspek – aspek yang dilakukan dalam pembelajaran kognitif dan afektif (LO)
6. Yang berhak dan berkompetensi dasar untuk memberikan pendidikan kesehatan:
Siapapun berhak memberikan pendidikan kesehatan asalkan tahu betul tentang
informasi kesehatan yang dia sampaikan tetapi dalam hal ini yang lebih
berkompeten memberikan penkes adalah tenaga kesehatan yang lebih mendalami
tentang pendidikan kesehatan.
7. Materi yang dipersiapkan untuk pendidikan kesehatan:
Sesuai tema dan isu masyarakat missal: rokok dan kespro
Sesuai label sasaran (pengetahuan sebelumnya)
Materi yang up date
Sumber terpercaya
Sudah ada penelitian sebelumnya (EBN)
Materinya: sesuai dengan kondisi masyarakat
8. Point – point materi untuk pencegahan narkoba saat pendidikan kesehatan:
• Pengertian / konsep narkoba, jenis, efek, akibat
• Kiat / tips menghindari (keluarga, diri sendiri, lingkungan)
• Sanksi pidana
• Datangkan pemakai
• Tes urin surat keterangan bebas narkoba
• Sharing 2 arah
• Adanya Barang nyata (narkoba,ganja)
• Buku leaflet
9. Keefektifan (+) dan (-) untuk masing – masing metode pendidikan kesehatan
(LO)
10. Pengaruh pendidikan kesehatan yang tidak sesuai penerapan akan terjadi mis
persepsi,dan tidak terwujudnya tujuan penkes,perilaku kesehatan masyarakat
belum berubah menjadi baik,tidak terbentuk masyarakat sadar sehat,mis
komunikasi.
11. Hambatan dalam pendidikan kesehatan:
o Publikasi
o Tempat yang tidak sesuai untuk pelaksanaan kegiatan penkes
o Pemberi materi tidak berpengalaman
o Ketersediaan alat kurang
o Dana
o Dari individu sendiri (kurang kesadaran)
o Pemerintah (tidak adanya peraturan yang tegas dan jelas)
o Media penyampaian kurang menarik
o Kurangnya komunikasi pemateri-peserta
o Keadaan lingkungan yang tidak mendukung
o Kurangnya minat masyarakat
o Kurangnya pengetahuan
12. Konsep pembelajaran lainnya (LO)
13. Sasaran pendidikan kesehatan untuk pencegahan narkoba:
Anak jalanan, anak SD
Remaja, dewasa,lansia di kota dan desa
Orang yang bekerjanya mudah terpapar dengan narkoba misal: artis, pegawai
diskotik
Guru, orang tua
14. Hubungan pembelajaran kognitif dan afektif:
Kognitif : dari pemberian pengetahuan, pengalaman
Afektif : perasaan ingin tahu, lebih subyektif
Kognitif&afektif pencapaian aspek masing – masing berbeda
15. Peran pelajar dalam proses pemberian metode pendidikan kesehatan:
Sebagai fasilitator bagi keluarga, teman
Educator
Pemberi info
16. peran perawat sesuai dengan kasus ini: perawat berperan memberikan informasi-
informasi(educator) membagikan pengetahuan kesehatan.
17. Metode pembelajaran yang paling tepat untuk pencegahan narkoba pada
remaja:menggunakan berbagai metode/kombinasi berbagai macam metode.
STEP 4
Main Mapping
strategi
perencanaan
materi
observasi
evaluasi
pemateri
latar belakang faktor yg pelaksanaan sukses
mempengaruhi
usia kebijakan pemerintah Metode Hambatan
audience
tingkat pengetahuan
Sasaran
Evaluasi
PENKES
Pembelajaran afektif&kognitif
Peer group
Supporting group
Diskusi panel
Keefektifan metode (+) dan (-) masing masing metode
STEP 5
LO
1. Apa saja metode – metode untuk melakukan pendidikan kesehatan?
2. Apa saja aspek – aspek yang dilakukan dalam pembelajaran kognitif dan afektif?
3. Bagaimana keefektifan (+) dan (-) untuk masing – masing metode pendidikan
kesehatan?
4. Apa saja konsep pembelajaran lainnya?
5. Bagaimana hubungan pembelajaran kognitif dan afektif?
6. Metode pembelajaran apa yang paling tepat untuk pencegahan narkoba pada remaja?
STEP 6
Pencarian literature
STEP 7
KONSEP PEMBELAJARAN
A. Pengertian Belajar
Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah
menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Di sini dipentingkan pendidikan
intelektual. Kepada peserta didik diberikan bermacam-macam mata pelajaran untk
menambah pengetahuan yang harus dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal.
Pendapat yang lebih modern ialah yang menganggap belajar sebagai a change in behavior
atau perubahan perilaku. Implikasi dari pengertian belajar ini terhadap pendidik ialah:
a) harus menentukan prilaku apakah yang diharapkan bagi peserta didik
b) harus mengetahui hingga manakah taraf perkembangan prilaku peserta didik,
c) harus menyediakan kesempatan dan syarat-syarat yang sebaik-baiknya yang
menurut harapannya akan menghasilkan prilaku yang diinginkan.
B. Tujuan Belajar
Tujuan pembelajaran dibedakan atas beberapa kategori, sesuai dengan perilaku yang
menjadi sasarannya. Gage dan Briggs mengemukakan lima kategori, yaitu “intellectual
skill, cognitive strategies, verbal information, motor skill dan attitude” (1974, h. 23-24).
Bloom mengemukakan tiga kategori sesuai dengan domain-domain perilaku individu
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif berkenaan dengan perkembangan,
kecakapan dan keterampilan intelektual. Afektif berkenaan berkenaan dengan perubahan
minat, sikap, nilai-nilai, perkembangan apresiasi dan kemampuan menyesuaikan diri.
Domain psikomotor berkenaan dengan keterampilan-keterampilan gerak.
Tujuan instruksional juga memiliki tingkat kesukaran yang berbeda. Bloom (1975)
membagi domain kognitif atas enam tingkatan yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi. Untuk domain afektif Krethwohl etr al (1974) membaginya
atas lima tingkatan yakni: penerimaan, pertisipasi/merespons, penilaian, mengorganisasi
nilai dan pembentukan pola/karakterisasi nilai-nilai. Domain psikomotor Harrow (1971)
membaginya atas enam tingkatan yakni: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan
terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerak dan kreativitas.
Tujuan instruksional merupakan suatu tingkah laku yang diperlihatkan mahasiswa
pada akhir suatu kegiatan belajar. Perumusan tujuan instruksional yang baik memiliki
beberapa spesifikasi yakni:
a. Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh mahasiswa, tingkah
laku yang dapat diamati/terukur.
b. Menggambarkan kondisi atau lingkungan yang menunjang terbentuknya tingkah
laku itu (lingkungan fisik. psikologis).
c. Menunjukkan mutu tingkah laku yang diharapkan (
ketepatan/ketelitian,kecepatan, panjangnya dan frekuensi respon).
Kata-kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam merumuskan tujuan
instruksional diantaranya adalah:
a) Ranah Kognitif
1. Pengetahuan: menyebutkan, menunjukkan, menyatakan, menyusun daftar dsb.
2. Pemahaman : menjelaskan, menguraikan, merumuskan, menerangkan, menyadur
dsb.
3. Penerapan : mendemonstrasikan, menghitung, menghubungkan, membuktikan,
dsb.
4. Analisis :memisahkan, mmemilih, membandingkan, memperkirakan dsb.
5. Evaluasi : menyimpulkan, mengkritisi, menafsirkan, memberi argumentasi, dsb
6. Kreasi : mengkombinasikan, mengarang, menciptakan, mendisain, mengatur dsb
b) Ranah Afektif
1. Penerimaan : menanyakan, memilih, mengikuti, menjawab, melanjutkan, dsb
2. Partisipasi : melaksanakan, membantu, menawarkan diri, menyambut, dsb
3. Penilaian : melaksanakan, mengambil prakarsa, mengusulkan, membela dsb.
4. Organisasi : berpegang pada, mengintegrasikan, mengubah, mempertahankan dsb
5. Pembentukan Pola : bertindak, menyatakan, memperlihatkan, mempersoalkan dsb
c) Ranah Psikomotor
1. Persepsi : membedakan, menunjukkan, memilih, menghubungkan dsb
2. Kesiapan (menyiapkan diri fisik/mental) : mengawali, bereaksi, mempersiapkan,
menanggapi, memprakarsai, dsb.
3. Gerakan terbimbing (meniru contoh) : mempraktikan, mengikuti, mengerjakan,
membuat, mencoba, dsb.
4. Gerakan terbiasa (berpegang pada pola): mengoperasikan, memasang,
mendemonstrasikan, mengerjakan, dsb.
5. Gerakan kompleks (berketerampilan secara lancar,luwes,gesit): mengoperasikan,
mendemonstrasikan, mengerjakan, dsb.
Penyesuaian pola gerak bervariasi dan kreatif : mengubah, mengadaftasikan,
membuat variasi, merancang, menciptakan, mendesain, merencanakan dsb.
C. Teori Belajar
Ada beberapa teori belajar yang dalam hal ini tiga teori belajar yang akan dibahas
yakni:Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya, Teori Asosiasi dan Teori Organismic atau
Gestalt.
a. Teori Ilmu Jiwa Daya
Menurut teori ini otak manusia terdiri dari beberapa “faculties” atau daya-daya
yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu (mengamat, menngingat,
menanggap, menganalisis, berpikir dan sebagainya. Tiap-tiap daya dapat
dikembangkan melalui latihan. Di sekolah peserta didik diberi soal-soal untuk melatih
daya-daya yang dimiliki oleh peserta didik itu, makin sulit soal yang diberikan makin
terlatih kemampuan berpikir mereka. Soal-soal yang diberikan tidak perlu sesuai
dengan dengan keadaan dalam kehidupan yang sebenarnya dihadapi, oleh karenanya
mata pelajaran yang paling sesuai untuk melatih daya pikir ini adalah matematika.
Itulah alasannya sampai saat ini mata pelajaran itu menjadi andalan untuk mengasah
otak sampai tajam dan mengembangkan serta menguji kemampuan berpikir peserta
didik, sehingga mereka mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam
berbagai bidang kehidupan baik politik, ekonomi, sosial, teknologi dan sebagainya.
Kesanggupan berpikir yang telah terlatih dianggap dengan sendirinya dapat pakai,
dipindahkan kepada bidang-bidang lain dalam kehidupan anak. Menurut teori ini
transfer itu mutlak. Yang diutamakan bukanlah penguasaan bahan , melainkan latihan
dengan bahan-bahan itu guna pembentukan daya-daya, jadi pembentukan formalnya
(mental discipline.
b. Teori Asosiasi
Menurut teori ini mengajar adalah kegiatan memberi stimulus (S) kepada anak
yang menimbulkan padanya suatu reaksi atau respons (R). Hubungan antara S dengan
R diulang-ulangsehingga menjadi kebiasaan dan tidak segera dilupakan. Dengan
latihan-latihan dan diulang-ulang banyak diberikan hubungan S-R yang dikehendaki.
Belajar secara ini bersifat mekanistik. Anak-anak dilatih bereaksi seperti mesin yang
bergerak menurut cara-cara tertentu asal diberi stimulus tertentu. Teori ini tidak
menerima adanya transfer mutlak. Seseorang hanya dapat bereaksi dengan tepat
terhadap stimulus atau situasi yang telah pernah dihadapinya atau yang sama dengan
itu. Itu sebabnya maka anak-anak harus memiliki sebanyak mungkin S-R bonds. Teori
ini mementingkan penguasaan bahan pelajaran yang sebanyak-banyaknya atau
mengutamakan pembentukan material. Belajar menurut teori ini berarti
mengumpulkan ilmu, menumpuk-numpuk berbagai pengetahuan. Teori ini
menimbulkan pendidikan “intelektualistis”, aspek-aspek pembentukan pribadi anak
sering terabaikan. Anak dianggap sebagai makhluk yang “pasif”, sebagai bejana
kosong yang harus diisi dengan berbnagai pengetahuan, guru memegang peranan
yang penting yang aktif. Skinner mengembangkan teori ini dalam “programmed
instruction” dan “teaching machines”
c. Teori “organismic” atau Gestalt
Teori ini mengemukakan “kesdeluruhan” sebagai prinsip yang penting, suatu
“organisme” yang dinamis yang senantiasa dalam keadaan interaksi dengan dunia
sekitar untuk mencapai tujuan-tujuannya. Anak itu menerima perangsang dari luar,
bersifat selektif terhadap perangsang yang diterimanya, dan bereaksi terhadap
perangsang itu dengan mengolahnya. Jadi belajar itu berlangsung berdasarkan
pengalaman, yakni interaksi antara anak dengan lingkungan dan dalam hal ini anak itu
aktif seperti “learning by doing”, melakukan “reflection” atau pemikiran, renungan
tentang apa yang telah dilakukan. Belajar menurut teori ini bukanlah menghafal fakta-
fakta, akan tetapi dengan menghadapi sejumlah masalah yang harus dipecahkan
dengan menggunakan metode ilmiah yang pada pokoknya terdiri atas langkah-
langkah:
1. menyadari adanya suatu masalah.
2. memajukan hipotesis-hipotesis.
3. mengumpulkan keterangan atau data
4. membuktikan hipotesis berdasarkan data.
5. mengambil kesimpulan.
Prinsip-prinsip belajar dalam teori ini adalah:
1. Belajar itu berdasarkan keseluruhan.
2. Anak yang belajar merupakan keseluruhan pribadinya.
3. Belajar berkat “insight”, pemahaman atau tilikan sebagai syarat mutlak dalam
belajar.
4. Belajar berdasarkan pengalaman.
5. Belajar ialah suatu proses perkembangan
6. Belajar ialah proses yang kontinyu
7. Belajar lebih berhasil bila dihubungkan dengan minat keinginan dan tujuan
anak.
D. Aspek/Domain Pembelajaran
1. Aspek Kognitif
Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan
memecahkan masalah.
Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian :
a. Pengetahuan (knowledge)
mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari yang
sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan
mengingat keterangan dengan benar.
b. Pemahaman (comprehension)
Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di
atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.
c. Penerapan (application)
Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah
dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.
Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada
pemahaman.
d. Analisis (analysis)
Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-komponen
atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian
yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih
dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi
daripada aspek pemahaman maupun penerapan.
e. Sintesa (evaluation)
Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen
sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn
tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang
lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya.
f. Evaluasi (evaluation)
Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk
tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.
Urutan-urutan seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih
mempunyai bagian-bagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan
lebih memahami akan ranah-ranah psikologi sampai di mana kemampuan pengajaran
mencapai Introduktion Instruksional. Seperti evaluasi terdiri dari dua kategori yaitu
“Penilaian dengan menggunakan kriteria internal” dan “Penilaian dengan
menggunakan kriteria eksternal”. Keterangan yang sederhana dari aspek kognitif
seperti dari urutan-urutan di atas, bahwa sistematika tersebut adalah berurutan yakni
satu bagian harus lebih dikuasai baru melangkah pada bagian lain.
Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan akan
menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses
pengajaran.
2. Afektif
Domain afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan
operasiasi siswa. Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi
lima kategori :
a. Penerimaan (recerving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap
sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam
domain afektif.
b. Pemberian respon atau partisipasi (responding)
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara
afektif, menjadi peserta dan tertarik.
c. Penilaian atau penentuan sikap (valung)
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau
kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak
menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan
opresiasi”.
d. Organisasi (organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih
konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu
sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat
hidup.
e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or
value complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang
nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah
diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan
pribadi, sosial dan emosi jiwa.
Variable-variabel di atas juga telah memberikan kejelasan bagi proses pemahaman
taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses afektif adalah akibat perjalanan kognitif
terlebih dahulu seperti pernah diungkapkan bahwa: “Semua sikap bersumber pada
organisasi kognitif pada informasi dan pengatahuan yang kita miliki. Sikap selalu
diarahkan pada objek, kelompok atau orang hubungan kita dengan mereka pasti di
dasarkan pada informasi yanag kita peroleh tentang sifat-sifat mereka.”
Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat
menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif
dan kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia
psikologi pengajaran adalah sangat urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih
baik tentunya.
3. Psikomotorik
Domain psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik.
Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori
yaitu :
a. Peniruan
terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa
dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan
ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
b. Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan,
gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada
tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya
meniru tingkah laku saja.
c. Ketetapan
memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam
penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi
sampai pada tingkat minimum.
d. Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang
tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-
gerakan yang berbeda.
e. Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan
energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan
merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi
instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau
pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat
lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan
diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.
4. Metode Pembelajaran
Jenis-jenis metode dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pendekatan, diantaranya:
a. Berdasarkan pemberian informasi:
- Metode Ceramah
Metode Ceramah yaitu cara penyampaian informasi secara lisan yang dilakukan
oleh sumber belajar kepada warga belajar. Metode ini merupakan yang paling
banyak digunakan dalam kesempatan penyampaian informasi dalam kegiatan-
kegiatan pembelajaran. Hal ini diakibatkan adanya kemampuan setiap orang untuk
berkomunikasi atau menyampaikan pesan kepada orang lain.
- Metode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab yaitu cara penjelasan informasi yang pelaksanaannya saling
bertanya dan menjawab antara sumber belajar dengan warga belajar.
- Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi yaitu cara memperagakan sesuatu hal yang pelakasanaannya
diawali oleh peragaan sumber belajar kemudian diikuti oleh warga belajar. Hal
yang diperagakan adalah harus kegiatan yang sebenarnya, tidak bersifat abstrak.
b. Berdasarkan pemecahan masalah:
- Metode Curah Pendapat (Brainstorming)
Metode Brainstorming atau Curah Pendapat yaitu cara untuk menghimpun
gagasan atau pendapat dari setiap warga belajar tentang suatu permasalahan.
- Metode Diskusi Kelompok
Metode Diskusi Kelompok yaitu cara pembahasan suatu masalah oleh sejumlah
anggota kelompok untuk mencapai suatu kesepakatan.
- Metode Rembuk Sejoli
Metode Rembuk Sejoli yaitu cara pemecahan suatu masalah yang pelaksanaannya
warga belajar dalam kelompok dibagi secara berpasangan kemudian dalam waktu
yang singkat masing-masing kelompok membahas suatu masalah dan diakhiri
dengan penyampaian laporan nya oleh masing-masing juru bicara dalam
kelompok besar.
- Metode Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group)
Metode Buzz Group yaitu cara pembahasan suatu masalah yang pelaksanaannya
warga belajar dibagi dalam kelompok kecil antara tiga sampai enam orang
membahas suatu masalah yang diakhiri dengan penyampaian hasil
pembahasannya oleh setiap juru bicara pada kelompok besar.
- Metode Panel
Metode Panel yaitu cara pembahasan suatu masalah melalui kegiatan diskusi yang
dilakukan oleh beberapa akhli dari berbagai keakhlian dihadapan warga belajar
- Metode Forum Debat
Metode forum (debate) adalah cara pembelajaran yang dilakukan melalui diskusi
terbuka yang disampaikan oleh beberapa nara sumber dengan topik masalah yang
kontroversial.
- Metode Seminar
Metode Seminar yaitu cara penyampaian informasi berdasarkan hasil penelitian
yang diikuti dengan kegiatan diskusi oleh seluruh warga belajar dibawah
bimbingan sumber belajar. Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh warga belajar
dapat berdasarkan hasil penelitian tentang suatu kasus/masalah, dapat juga hasil
bacan/literatur.
- Metode Simposium
Metode Simposium yaitu cara penyampaian materi secara lisan yang dilakukan
berupa kegiatan ceramah oleh beberapa orang nara sumber.
c. Berdasarkan penugasan:
- Metode Latihan (Drill)
Metode drill yaitu cara melatih warga belajar tentang kegiatan-kegiatan tertentu
secara berulang-ulang dengan materi yang sama.
- Metode Penugasan (Resitasi)
Metode Resitasi yaitu cara pemberian tugas yang dilakukan oleh sumber belajar
kepada warga belajar yang pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam kelas
maupun di luar kelas, serta dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.
- Metode Permainan:
a) DIAD
Metode DIAD yaitu cara komunikasi diantara dua orang baik secara lisan
maupun tertulis terutama menyangkut identitas dari masing-masing pribadi.
b) Kubus Pecah
Metode Broken Square yaitu cara penyusunan pecahan-pecahan Bujursangkar
yang dilakukan oleh empat atau lima kelompok menjadi bentuk bujur sangkar
yang utuh.
c) Role Playing
Metode Role Playing yaitu cara permainan yang pelaksanaannya berupa
peragaan secara singkat oleh warga belajar dengan tekanan utama pada
karakteristik/sifat seseorang dengan dasar memerankan cuplikan tingkah laku
dalam situasi tertentu, yang dilanjutkan dengan kegiatan diskusi tentang
masalah yang baru diperagakan.
d) Sosiodrama
Metode Sosiodrama yaitu cara permainan yang pelaksanaannya berupa
peragaan oleh warga belajar dengan tekanan utama pada karakteristik/sifat
seseorang dengan dasar memerankan tingkah laku dalam situasi tertentu
dengan didasarkan pada cerita yang utuh, yang dilanjutkan dengan kegiatan
diskusi tentang masalah yang baru diperagakan.
e) Simulasi
f) Metode Simulasi yaitu cara permainan yang berupa cuplikan suatu situasi
kehidupan nyata yang diangkat ke dalam kegiatan belajar.
- Metode Kelompok Kerja (Workshop)
Metode kelompok kerja adalah cara pembelajaran yang melibatkan peserta dalam
kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas.
- Metode Studi Kasus
Metode studi kasus yaitu cara penelaahan suatu kasus nyata di lapangan melalui
kegiatan penelitian, yang diakhiri dengan kegiatan penyampaian laporan.
- Metode Karyawisata
Metode Karyawisata yaitu cara mengunjungi suatu tempat/objek tertentu dengan
melibatkan seluruh warga belajar, dengan kegiatan ada unsur karya dan unsur
wisatanya.
d. Metode pembelajaran lain
a) Metode debat
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting
untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun
menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan
setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua
orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra)
melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing
kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi
yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa
terlibat dalam prosedur debat. Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti
yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi
ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka
belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan
tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus
dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok.
Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan
untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacammacam
menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan
(summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru
bisa sebagai pemonitor proses belajar.
b) Metode Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau
benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu
bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk
memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam
situasi dan waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada
waktu melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
c) Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam
kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah
baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk
dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah
investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal
terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan
mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep
tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan
metode pembelajaran yang lain.
d) Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang
bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan
dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang
dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah
yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik,
tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan
temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-
benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini
KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN
A. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang
dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu dan masyarakat. Pendidikan
kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat
prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi
sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang
didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap maupun praktek baru
yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Notoatmodjo, 1997).
Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan yaitu suatu proses
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya dan tidak hanya mengkaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan
praktik kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (baik fisik
maupun non fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
(Notoatmodjo,2007). Essensi promosi kesehatan adalah upaya untuk membuat daya
sehingga mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan sendiri. Untuk itu perlu
dilakukan upaya untuk merubah, menumbuh atau mengembangkan prilaku positif hal ini
merupakan bidang garapan utama pendidikan kesehatan (Depkes, 2002)
B. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan Pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku dari yang merugikan
kesehatan atau tidak sesuai dengan norma kesehatan ke arah tingkah laku yang
menguntungkan kesehatan atau norma yg sesuai dengan kesehatan.
Secara umum tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu dan
masyarakat di bidang kesehatan (Notoatmodjo, 1997). Menurut Effendi (1995), tujuan
pendidikan kesehatan yang paling pokok adalah tercapainya perubahan perilaku individu,
keluarga, dan masyarakat dalam memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Banyak faktor yang perlu diperhatikan
dalam keberhasilan pendidikan kesehatan, antara lain tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat, dan ketersediaan waktu dari masyarakat.
Materi yang disampaikan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan mulai
dari individu, keluarga, dan masyarakat sehingga dapat langsung dirasakan manfaatnya.
Sebaiknya saat memberikan pendidikan kesehatan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami dalam bahasa kesehariaannya dan menggunakan alat peraga untuk
mempermudah pemahaman serta menarik perhatian sasaran (Walgino, 1995).
Metoda yang dipakai dalam pendidikan kesehatan hendaknya dapat mengembangkan
komunikasi dua arah antara yang memberikan pendidikan kesehatan terhadap sasaran,
sehingga diharapkan pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami.
Metoda yang dipakai antara lain: curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi dan
bermain peran.
C. Metode Pendidikan Kesehatan
Metode pendidikan kesehatan yaitu, meliputi
1. Metode pendidikan Individual (perorangan)
Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;
Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu
penyelesaiannya.
Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran,
penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku)
b. Interview (wawancara)
Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk
mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu
mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka
perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Metode pendidikan Kelompok
Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau
kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada
besarnya sasaran pendidikan.
a. Kelompok besar
Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun rendah.
Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli
atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya
dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil
Diskusi kelompok ;
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan
diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap
kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi
memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi berjalan
hidup dan tak ada dominasi dari salah satu peserta.
Curah pendapat (Brain Storming) ;
Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan satu
masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan,
tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis,
sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa
pun, baru setelah semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota
mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
Bola salju (Snow Balling)
Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2
pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah
tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan
demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
Kelompok kecil-kecil (Buzz group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian
dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok lain, dan
masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya
kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.
Memainkan peranan (Role Play)
Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu
untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter puskesmas,
sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya sebagai
pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana
interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
Permainan simulasi (Simulation Game)
Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan disajikan
dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya
persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk
arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi
berperan sebagai nara sumber.
3. Metode pendidikan Massa
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. Biasanya
menggunakan atau melalui media massa. Contoh :
a. Ceramah umum (public speaking)
Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan Nasional, misalnya oleh
menteri atau pejabat kesehatan lain.
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV
maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan
massa.
c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya
tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga
merupakan pendidikan kesehatan massa. Contoh : ”Praktek Dokter Herman
Susilo” di Televisi.
d. Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan
kesehatan massa. Sinetron Jejak sang elang di Indosiar hari Sabtu siang (th 2006)
e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya
jawab /konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga merupakan bentuk
pendidikan kesehatan massa.
f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya adalah
juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard ”Ayo ke Posyandu”.
Andalah yang dapat mencegahnya (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
D. Sasaran dan Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan
Suliha (2002), dalam bukunya membagi sasaran pendidikan kesehatan dalam 3
kelompok, yaitu pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu, pendidikan
kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok dan pendidikan kesehatan masyarakat
dengan sasaran masyarakat.
Tempat penyelenggaraan pendidikan kesehatan dapat dilakukan di institusi pelayanan
antara lain puskesmas, rumah bersalin, klinik dan sekolah serta dimasyarakat berupa
keluarga masyarakat binaan. Hasil yang diharapkan dalam pendidikan kesehatan
masyarakat adalah terjadinya perubahan sikap dan perilaku individu, keluarga, dan
masyarakat untuk dapat menanamkan prinsip-prinsip hidup sehat dalam kehidupan
sehari-hari demi mencapai derajat kesehatan yang optimal (Effendy, 1995).
Suliha (2002) juga membagi tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam 3
bagian, yaitu; 1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran
murid yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam usaha kesehatan sekolah (UKS); 2)
Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat,
Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan
keluarga pasien; 3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh
atau karyawan.
PENANGGULANGAN NARKOBA
Upaya penanggulangan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan melalui beberapa cara,
diantaranya sebagai berikut ini :
1. Preventif (pencegahan)
Yaitu untuk membentuk masyarakat yang mempunyai ketahanan dan kekebalan
terhadap narkoba. Pencegahan adalah lebih baik dari pada pemberantasan.
Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
pembinaan dan pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang kompeten
baik di sekolah dan masyarakat, pengajian oleh para ulama, pengawasan tempat-
tempat hiburan malam oleh pihak keamanan, pengawasan distribusi obat-obatan ilegal
dan melakukan tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk mengurangi atau
meniadakan kesempatan terjadinya penyalahgunaan Narkoba.
2. Represif (penindakan)
Yaitu menindak dan memberantas penyalahgunaan narkoba melalui jalur hukum,
yang dilakukan oleh para penegak hukum atau aparat keamanan yang dibantu oleh
masyarakat. Kalau masyarakat mengetahui harus segera melaporkan kepada pihak
berwajib dan tidak boleh main hakim sendir
3. Kuratif (pengobatan)
Yaitu bertujuan penyembuhan para korban baik secara medis maupun dengan media
lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan tempat-tempat penyembuhan dan
rehabilitasi pecandu narkoba seperti Yayasan Titihan Respati, pesantren-pesantren,
yayasan Pondok Bina Kasih dll
4. Rehabilitatif (rehabilitasi)
Yaitu dilakukan agar setelah pengobatan selesai para korban tidak kambuh kembali
“ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya menyantuni dan memperlakukan secara
wajar para korban narkoba agar dapat kembali ke masyarakat dalam keadaan sehat
jasmani dan rohani. Kita tidak boleh mengasingkan para korban Narkoba yang sudah
sadar dan bertobat, supaya mereka tidak terjerumus kembali sebagai pecandu narkoba.
Daftar Pustaka:
Anderson, W. Orin and Krathwohl. R.D, 2001, A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing, Addison Wesley Longman, Inc. New York.
Arikunto Suharsimi, 1988, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. Depdikbud Dirjen Dikti. Jakarta.
Nasution, S, 1982, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar,
Bina Aksara. Jakarta.
-------------, 1982, Asas-Asas Kurikulum, Jemars. Bandung.
Sukmadinata, N,S, 1988, Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum,
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta
Sumantri, Mulyani, 1988, Kurikulum dan Pengajaran, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. Jakarta.
http://kesehatansejati.blogspot.com/2010/07/pengertian-pendidikan-kesehatan.html
http://chevichenko.wordpress.com/2009/11/30/metode-pendidikan-kesehatan/