Laporan Tutorial Week 1 3.2

43
LAPORAN TUTORIAL BLOCK 3.2 SKENARIO 1 “ Apakah Pendidikan Kesehatan Bisa Mengubah Perilaku Kesehatan?” Oleh Kelompok 6: 13233 Lucia Dyah Kusumawardani 13234 Umi Susilowati 13236 Olivia Ayu Shinta Dewi 13246 Ruslan Abdul Ghani 13247 Norma Juwita Puspita Rini 13250 Nila Rizayanti 13275 Nurina Jihan Yulianti 13278 Gandhi Adhitya Ningrum 13285 Nimas Asri Sihcahyanti 13290 Nuzul Sri Hertanti 13298 Ika Indriastuti Setyaningsih 13327 Brigitta Ayu Dwi Susanti

Transcript of Laporan Tutorial Week 1 3.2

Page 1: Laporan Tutorial Week 1 3.2

LAPORAN TUTORIAL

BLOCK 3.2

SKENARIO 1

“ Apakah Pendidikan Kesehatan Bisa Mengubah Perilaku Kesehatan?”

Oleh Kelompok 6:

13233 Lucia Dyah Kusumawardani

13234 Umi Susilowati

13236 Olivia Ayu Shinta Dewi

13246 Ruslan Abdul Ghani

13247 Norma Juwita Puspita Rini

13250 Nila Rizayanti

13275 Nurina Jihan Yulianti

13278 Gandhi Adhitya Ningrum

13285 Nimas Asri Sihcahyanti

13290 Nuzul Sri Hertanti

13298 Ika Indriastuti Setyaningsih

13327 Brigitta Ayu Dwi Susanti

ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2010/2011

Page 2: Laporan Tutorial Week 1 3.2

AGENDA TUTORIAL

Pertemuan I

Hari : Senin

Tanggal : 31 Oktober 2011

Agenda : Step 1 - 5

Kehadiran : 12 orang

Tidak Hadir : -

Pertemuan II

Hari : Kamis

Tanggal : 3November 2011

Agenda : Step 7

Kehadiran : 12 orang

Tidak Hadir : -

Page 3: Laporan Tutorial Week 1 3.2

Ketua : 13298 Ika Indriastuti Setyaningsih

Sekertaris 1 : 13327 Brigitta Ayu Dwi Susanti

Sekertaris 2 : 13290 Nuzul Sri Hertanti

Anggota :

13233 Lucia Dyah Kusumawardani

13234 Umi Susilowati

13236 Olivia Ayu Shinta Dewi

13246 Ruslan Abdul Ghani

13247 Norma Juwita Puspita Rini

13250 Nila Rizayanti

13275 Nurina Jihan Yulianti

13278 Gandhi Adhitya Ningrum

13285 Nimas Asri Sihcahyanti

Page 4: Laporan Tutorial Week 1 3.2

Skenario 1

STEP 1

Konsep pembelajaran kognitif : perilaku berdasar pengetahuan, intelektual sehingga dapat

berfikir kritis.

Perilaku kesehatan : tingkah laku yang mendukung kesehatan dari berbagai

aspek dan berdasarkan kemauan dan pengetahuan individu.

Afektif : berhubungan dengan perasaan, aspek emosi,dan bersifat

subyektif.

STEP 2

1. Apa saja metode – metode untuk melakukan pendidikan kesehatan?

2. Bagaimana perbedaan cara pemberian pendidikan kesehatan pada anak - dewasa?

3. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi suksesnya pendidikan kesehatan?

4. Apa saja perencanaan yang diperlukan sebelum pelaksanaan pendidikan kesehatan ?

5. Apa saja aspek – aspek yang dilakukan dalam pembelajaran kognitif dan afektif?

6. Siapa saja yang berhak dan berkompetensi dasar untuk memberikan pendidikan

kesehatan?

7. Apa saja materi yang dipersiapkan untuk pendidikan kesehatan?

8. Apa saja point – point materi untuk pencegahan narkoba saat pendidikan kesehatan?

9. Bagaimana keefektifan (+) dan (-) untuk masing – masing metode pendidikan

kesehatan?

10. Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan yang tidak sesuai penerapan?

Apakah Pendidikan Kesehatan Bisa Mengubah Periaku Kesehatan ?

Budi, seorang mahasiswa keperawatan, bersama teman – temannya sedang

melkukan perubahan perilaku kesehatan dengan cara pendidikan kesehatan

terhadap temuan masalah di suatu masyarakat, yakni Pencegahan Narkoba. Pada

saat membuat perencanaan, Budi teringat materi kuliah pendidikan dalam

keperawatan dimana untuk merubah suatu perilaku diperlukan konsep pembelajaran

kogntif dan afektif.

Page 5: Laporan Tutorial Week 1 3.2

11. Apa saja hambatan dalam pendidikan kesehatan?

12. Apa saja konsep pembelajaran lainnya?

13. Siapa saja sasaran pendidikan kesehatan untuk pencegahan narkoba?

14. Bagaimana hubungan pembelajaran kognitif dan afektif?

15. Bagaimana peran pelajar dalam proses pemberian metode pendidikan kesehatan?

16. Bagaimana peran perawat sesuai dengan kasus ini?

17. Metode pembelajaran apa yang paling tepat untuk pencegahan narkoba pada remaja?

STEP 3

1. Metode – metode untuk melakukan pendidikan kesehatan:

Peer group

Sporting group

Seminar

Diskusi panel

Role play ( bermain peran )

Konseling

penyuluhan

2. Perbedaan cara pemberian pendidikan kesehatan pada anak - dewasa:

Anak – anak:

Media menarik seperti: gambar,animasi kartun, colourfull, bahasa

menarik

Materi sesuai tingkat umur misal : anak tentang personal hygiene

Praktek langsung (games,perumpamaan)

Disesuaikan pematerinya (dengan melibatkan mahasiswa)

Cara penyampaian nyantai

Dewasa :

Sesuai tingkat pengetahuannya missal: merokok

Lihat bukti – bukti nyata

Lihat si pemateri(yang sudah berpengalaman)

Memakai bahasa yang teratur sesuai situasi (missal: memakai bahasa

jawa/Indonesia sesuai kebudayaan tempat acara)

Isi materi : gaya hidup lansia

Page 6: Laporan Tutorial Week 1 3.2

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi suksesnya pendidikan kesehatan:

Kompetensi yang dimiliki pemateri ( keterampilan, pengetahuan)

Persepsi tentang sasaran penyuluhan

Pengaruh lingkungan ( keluarga, daerah, teman)

Berkesinambungan

Kebijakan pemerintah

Tingkat pengetahuan peserta

Kesadaran individu

4. Perencanaan yang diperlukan sebelum pelaksanaan pendidikan kesehatan:

Pemberi materi : siap bahan materi, kemampuan, pengetahuan, kesiapan

pemateri

Pemilihan Pemberian metode dengan metode terbaik

Kesiapan peralatan

Audience : tingkatan pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia, status

sosialekonomi, usia

Perjanjian/kontrak waktu

Lingkungan

Survey pendahuluan

Isu terbaru

Keterlibatan perangkat desa dalam kerjasama

Perizinan

Masalah yang sering terjadi

5. Aspek – aspek yang dilakukan dalam pembelajaran kognitif dan afektif (LO)

6. Yang berhak dan berkompetensi dasar untuk memberikan pendidikan kesehatan:

Siapapun berhak memberikan pendidikan kesehatan asalkan tahu betul tentang

informasi kesehatan yang dia sampaikan tetapi dalam hal ini yang lebih

berkompeten memberikan penkes adalah tenaga kesehatan yang lebih mendalami

tentang pendidikan kesehatan.

7. Materi yang dipersiapkan untuk pendidikan kesehatan:

Sesuai tema dan isu masyarakat missal: rokok dan kespro

Page 7: Laporan Tutorial Week 1 3.2

Sesuai label sasaran (pengetahuan sebelumnya)

Materi yang up date

Sumber terpercaya

Sudah ada penelitian sebelumnya (EBN)

Materinya: sesuai dengan kondisi masyarakat

8. Point – point materi untuk pencegahan narkoba saat pendidikan kesehatan:

• Pengertian / konsep narkoba, jenis, efek, akibat

• Kiat / tips menghindari (keluarga, diri sendiri, lingkungan)

• Sanksi pidana

• Datangkan pemakai

• Tes urin surat keterangan bebas narkoba

• Sharing 2 arah

• Adanya Barang nyata (narkoba,ganja)

• Buku leaflet

9. Keefektifan (+) dan (-) untuk masing – masing metode pendidikan kesehatan

(LO)

10. Pengaruh pendidikan kesehatan yang tidak sesuai penerapan akan terjadi mis

persepsi,dan tidak terwujudnya tujuan penkes,perilaku kesehatan masyarakat

belum berubah menjadi baik,tidak terbentuk masyarakat sadar sehat,mis

komunikasi.

11. Hambatan dalam pendidikan kesehatan:

o Publikasi

o Tempat yang tidak sesuai untuk pelaksanaan kegiatan penkes

o Pemberi materi tidak berpengalaman

o Ketersediaan alat kurang

o Dana

o Dari individu sendiri (kurang kesadaran)

o Pemerintah (tidak adanya peraturan yang tegas dan jelas)

o Media penyampaian kurang menarik

Page 8: Laporan Tutorial Week 1 3.2

o Kurangnya komunikasi pemateri-peserta

o Keadaan lingkungan yang tidak mendukung

o Kurangnya minat masyarakat

o Kurangnya pengetahuan

12. Konsep pembelajaran lainnya (LO)

13. Sasaran pendidikan kesehatan untuk pencegahan narkoba:

Anak jalanan, anak SD

Remaja, dewasa,lansia di kota dan desa

Orang yang bekerjanya mudah terpapar dengan narkoba misal: artis, pegawai

diskotik

Guru, orang tua

14. Hubungan pembelajaran kognitif dan afektif:

Kognitif : dari pemberian pengetahuan, pengalaman

Afektif : perasaan ingin tahu, lebih subyektif

Kognitif&afektif pencapaian aspek masing – masing berbeda

15. Peran pelajar dalam proses pemberian metode pendidikan kesehatan:

Sebagai fasilitator bagi keluarga, teman

Educator

Pemberi info

16. peran perawat sesuai dengan kasus ini: perawat berperan memberikan informasi-

informasi(educator) membagikan pengetahuan kesehatan.

17. Metode pembelajaran yang paling tepat untuk pencegahan narkoba pada

remaja:menggunakan berbagai metode/kombinasi berbagai macam metode.

Page 9: Laporan Tutorial Week 1 3.2

STEP 4

Main Mapping

strategi

perencanaan

materi

observasi

evaluasi

pemateri

latar belakang faktor yg pelaksanaan sukses

mempengaruhi

usia kebijakan pemerintah Metode Hambatan

audience

tingkat pengetahuan

Sasaran

Evaluasi

PENKES

Pembelajaran afektif&kognitif

Peer group

Supporting group

Diskusi panel

Keefektifan metode (+) dan (-) masing masing metode

Page 10: Laporan Tutorial Week 1 3.2

STEP 5

LO

1. Apa saja metode – metode untuk melakukan pendidikan kesehatan?

2. Apa saja aspek – aspek yang dilakukan dalam pembelajaran kognitif dan afektif?

3. Bagaimana keefektifan (+) dan (-) untuk masing – masing metode pendidikan

kesehatan?

4. Apa saja konsep pembelajaran lainnya?

5. Bagaimana hubungan pembelajaran kognitif dan afektif?

6. Metode pembelajaran apa yang paling tepat untuk pencegahan narkoba pada remaja?

STEP 6

Pencarian literature

STEP 7

KONSEP PEMBELAJARAN

A. Pengertian Belajar

Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah

menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Di sini dipentingkan pendidikan

intelektual. Kepada peserta didik diberikan bermacam-macam mata pelajaran untk

menambah pengetahuan yang harus dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal.

Pendapat yang lebih modern ialah yang menganggap belajar sebagai a change in behavior

atau perubahan perilaku. Implikasi dari pengertian belajar ini terhadap pendidik ialah:

a) harus menentukan prilaku apakah yang diharapkan bagi peserta didik

b) harus mengetahui hingga manakah taraf perkembangan prilaku peserta didik,

c) harus menyediakan kesempatan dan syarat-syarat yang sebaik-baiknya yang

menurut harapannya akan menghasilkan prilaku yang diinginkan.

B. Tujuan Belajar

Tujuan pembelajaran dibedakan atas beberapa kategori, sesuai dengan perilaku yang

menjadi sasarannya. Gage dan Briggs mengemukakan lima kategori, yaitu “intellectual

skill, cognitive strategies, verbal information, motor skill dan attitude” (1974, h. 23-24).

Bloom mengemukakan tiga kategori sesuai dengan domain-domain perilaku individu

yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif berkenaan dengan perkembangan,

kecakapan dan keterampilan intelektual. Afektif berkenaan berkenaan dengan perubahan

Page 11: Laporan Tutorial Week 1 3.2

minat, sikap, nilai-nilai, perkembangan apresiasi dan kemampuan menyesuaikan diri.

Domain psikomotor berkenaan dengan keterampilan-keterampilan gerak.

Tujuan instruksional juga memiliki tingkat kesukaran yang berbeda. Bloom (1975)

membagi domain kognitif atas enam tingkatan yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis dan evaluasi. Untuk domain afektif Krethwohl etr al (1974) membaginya

atas lima tingkatan yakni: penerimaan, pertisipasi/merespons, penilaian, mengorganisasi

nilai dan pembentukan pola/karakterisasi nilai-nilai. Domain psikomotor Harrow (1971)

membaginya atas enam tingkatan yakni: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan

terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerak dan kreativitas.

Tujuan instruksional merupakan suatu tingkah laku yang diperlihatkan mahasiswa

pada akhir suatu kegiatan belajar. Perumusan tujuan instruksional yang baik memiliki

beberapa spesifikasi yakni:

a. Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh mahasiswa, tingkah

laku yang dapat diamati/terukur.

b. Menggambarkan kondisi atau lingkungan yang menunjang terbentuknya tingkah

laku itu (lingkungan fisik. psikologis).

c. Menunjukkan mutu tingkah laku yang diharapkan (

ketepatan/ketelitian,kecepatan, panjangnya dan frekuensi respon).

Kata-kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam merumuskan tujuan

instruksional diantaranya adalah:

a) Ranah Kognitif

1. Pengetahuan: menyebutkan, menunjukkan, menyatakan, menyusun daftar dsb.

2. Pemahaman : menjelaskan, menguraikan, merumuskan, menerangkan, menyadur

dsb.

3. Penerapan : mendemonstrasikan, menghitung, menghubungkan, membuktikan,

dsb.

4. Analisis :memisahkan, mmemilih, membandingkan, memperkirakan dsb.

5. Evaluasi : menyimpulkan, mengkritisi, menafsirkan, memberi argumentasi, dsb

6. Kreasi : mengkombinasikan, mengarang, menciptakan, mendisain, mengatur dsb

b) Ranah Afektif

1. Penerimaan : menanyakan, memilih, mengikuti, menjawab, melanjutkan, dsb

2. Partisipasi : melaksanakan, membantu, menawarkan diri, menyambut, dsb

3. Penilaian : melaksanakan, mengambil prakarsa, mengusulkan, membela dsb.

Page 12: Laporan Tutorial Week 1 3.2

4. Organisasi : berpegang pada, mengintegrasikan, mengubah, mempertahankan dsb

5. Pembentukan Pola : bertindak, menyatakan, memperlihatkan, mempersoalkan dsb

c) Ranah Psikomotor

1. Persepsi : membedakan, menunjukkan, memilih, menghubungkan dsb

2. Kesiapan (menyiapkan diri fisik/mental) : mengawali, bereaksi, mempersiapkan,

menanggapi, memprakarsai, dsb.

3. Gerakan terbimbing (meniru contoh) : mempraktikan, mengikuti, mengerjakan,

membuat, mencoba, dsb.

4. Gerakan terbiasa (berpegang pada pola): mengoperasikan, memasang,

mendemonstrasikan, mengerjakan, dsb.

5. Gerakan kompleks (berketerampilan secara lancar,luwes,gesit): mengoperasikan,

mendemonstrasikan, mengerjakan, dsb.

Penyesuaian pola gerak bervariasi dan kreatif : mengubah, mengadaftasikan,

membuat variasi, merancang, menciptakan, mendesain, merencanakan dsb.

C. Teori Belajar

Ada beberapa teori belajar yang dalam hal ini tiga teori belajar yang akan dibahas

yakni:Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya, Teori Asosiasi dan Teori Organismic atau

Gestalt.

a. Teori Ilmu Jiwa Daya

Menurut teori ini otak manusia terdiri dari beberapa “faculties” atau daya-daya

yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu (mengamat, menngingat,

menanggap, menganalisis, berpikir dan sebagainya. Tiap-tiap daya dapat

dikembangkan melalui latihan. Di sekolah peserta didik diberi soal-soal untuk melatih

daya-daya yang dimiliki oleh peserta didik itu, makin sulit soal yang diberikan makin

terlatih kemampuan berpikir mereka. Soal-soal yang diberikan tidak perlu sesuai

dengan dengan keadaan dalam kehidupan yang sebenarnya dihadapi, oleh karenanya

mata pelajaran yang paling sesuai untuk melatih daya pikir ini adalah matematika.

Itulah alasannya sampai saat ini mata pelajaran itu menjadi andalan untuk mengasah

otak sampai tajam dan mengembangkan serta menguji kemampuan berpikir peserta

didik, sehingga mereka mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam

berbagai bidang kehidupan baik politik, ekonomi, sosial, teknologi dan sebagainya.

Kesanggupan berpikir yang telah terlatih dianggap dengan sendirinya dapat pakai,

dipindahkan kepada bidang-bidang lain dalam kehidupan anak. Menurut teori ini

Page 13: Laporan Tutorial Week 1 3.2

transfer itu mutlak. Yang diutamakan bukanlah penguasaan bahan , melainkan latihan

dengan bahan-bahan itu guna pembentukan daya-daya, jadi pembentukan formalnya

(mental discipline.

b. Teori Asosiasi

Menurut teori ini mengajar adalah kegiatan memberi stimulus (S) kepada anak

yang menimbulkan padanya suatu reaksi atau respons (R). Hubungan antara S dengan

R diulang-ulangsehingga menjadi kebiasaan dan tidak segera dilupakan. Dengan

latihan-latihan dan diulang-ulang banyak diberikan hubungan S-R yang dikehendaki.

Belajar secara ini bersifat mekanistik. Anak-anak dilatih bereaksi seperti mesin yang

bergerak menurut cara-cara tertentu asal diberi stimulus tertentu. Teori ini tidak

menerima adanya transfer mutlak. Seseorang hanya dapat bereaksi dengan tepat

terhadap stimulus atau situasi yang telah pernah dihadapinya atau yang sama dengan

itu. Itu sebabnya maka anak-anak harus memiliki sebanyak mungkin S-R bonds. Teori

ini mementingkan penguasaan bahan pelajaran yang sebanyak-banyaknya atau

mengutamakan pembentukan material. Belajar menurut teori ini berarti

mengumpulkan ilmu, menumpuk-numpuk berbagai pengetahuan. Teori ini

menimbulkan pendidikan “intelektualistis”, aspek-aspek pembentukan pribadi anak

sering terabaikan. Anak dianggap sebagai makhluk yang “pasif”, sebagai bejana

kosong yang harus diisi dengan berbnagai pengetahuan, guru memegang peranan

yang penting yang aktif. Skinner mengembangkan teori ini dalam “programmed

instruction” dan “teaching machines”

c. Teori “organismic” atau Gestalt

Teori ini mengemukakan “kesdeluruhan” sebagai prinsip yang penting, suatu

“organisme” yang dinamis yang senantiasa dalam keadaan interaksi dengan dunia

sekitar untuk mencapai tujuan-tujuannya. Anak itu menerima perangsang dari luar,

bersifat selektif terhadap perangsang yang diterimanya, dan bereaksi terhadap

perangsang itu dengan mengolahnya. Jadi belajar itu berlangsung berdasarkan

pengalaman, yakni interaksi antara anak dengan lingkungan dan dalam hal ini anak itu

aktif seperti “learning by doing”, melakukan “reflection” atau pemikiran, renungan

tentang apa yang telah dilakukan. Belajar menurut teori ini bukanlah menghafal fakta-

fakta, akan tetapi dengan menghadapi sejumlah masalah yang harus dipecahkan

dengan menggunakan metode ilmiah yang pada pokoknya terdiri atas langkah-

langkah:

1. menyadari adanya suatu masalah.

Page 14: Laporan Tutorial Week 1 3.2

2. memajukan hipotesis-hipotesis.

3. mengumpulkan keterangan atau data

4. membuktikan hipotesis berdasarkan data.

5. mengambil kesimpulan.

Prinsip-prinsip belajar dalam teori ini adalah:

1. Belajar itu berdasarkan keseluruhan.

2. Anak yang belajar merupakan keseluruhan pribadinya.

3. Belajar berkat “insight”, pemahaman atau tilikan sebagai syarat mutlak dalam

belajar.

4. Belajar berdasarkan pengalaman.

5. Belajar ialah suatu proses perkembangan

6. Belajar ialah proses yang kontinyu

7. Belajar lebih berhasil bila dihubungkan dengan minat keinginan dan tujuan

anak.

D. Aspek/Domain Pembelajaran

1. Aspek Kognitif

Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan

memecahkan masalah.

Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian :

a. Pengetahuan (knowledge)

mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari yang

sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan

mengingat keterangan dengan benar.

b. Pemahaman (comprehension)

Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di

atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.

c. Penerapan (application)

Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah

dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.

Page 15: Laporan Tutorial Week 1 3.2

Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada

pemahaman.

d. Analisis (analysis)

Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-komponen

atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian

yang satu dengan yang lainnya sehingga  struktur dan aturannya dapat lebih

dimengerti. Analisis merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi

daripada aspek pemahaman maupun penerapan.

e. Sintesa (evaluation)

Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen

sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn

tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang

lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya.

f.  Evaluasi (evaluation)

Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk

tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.

Urutan-urutan seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih

mempunyai bagian-bagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan

lebih memahami akan ranah-ranah psikologi sampai di mana kemampuan pengajaran

mencapai Introduktion Instruksional. Seperti evaluasi terdiri dari dua kategori yaitu

“Penilaian dengan menggunakan kriteria internal” dan “Penilaian dengan

menggunakan kriteria eksternal”. Keterangan yang sederhana dari aspek kognitif

seperti dari urutan-urutan di atas, bahwa sistematika tersebut adalah berurutan yakni

satu bagian  harus lebih dikuasai baru melangkah pada bagian lain.

Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan akan

menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses

pengajaran.

2. Afektif

Page 16: Laporan Tutorial Week 1 3.2

Domain afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan

operasiasi siswa. Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi

lima kategori :

a. Penerimaan (recerving)

Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap

sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam

domain afektif.

b. Pemberian respon atau partisipasi (responding)

Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara

afektif, menjadi peserta dan tertarik.

c. Penilaian atau penentuan sikap (valung)

Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau

kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak

menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan

opresiasi”.

d. Organisasi (organization)

Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih

konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu

sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat

hidup.

e. Karakterisasi /  pembentukan pola hidup (characterization by a value or

value complex)

Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang

nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah

diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan

pribadi, sosial dan emosi jiwa.

Variable-variabel di atas juga  telah memberikan kejelasan bagi proses pemahaman

taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses afektif adalah akibat perjalanan kognitif

terlebih dahulu seperti pernah diungkapkan bahwa: “Semua sikap bersumber pada

organisasi kognitif pada informasi dan pengatahuan yang kita miliki. Sikap selalu

diarahkan pada objek, kelompok atau orang hubungan kita dengan mereka pasti di

dasarkan pada informasi yanag kita peroleh tentang sifat-sifat mereka.”

Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat

menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif

Page 17: Laporan Tutorial Week 1 3.2

dan kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia

psikologi pengajaran adalah sangat urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih

baik tentunya.

3. Psikomotorik

Domain psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik.

Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori

yaitu :

a. Peniruan

terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa

dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan

ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.

b. Manipulasi

Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan,

gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada

tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya

meniru tingkah laku saja.

c. Ketetapan

memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam

penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi

sampai pada tingkat minimum.

d. Artikulasi

Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang

tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-

gerakan yang berbeda.

e. Pengalamiahan

Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan

energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan

merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi

instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau

pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat

lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan

diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.

4. Metode Pembelajaran

Page 18: Laporan Tutorial Week 1 3.2

Jenis-jenis metode dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pendekatan, diantaranya:

a. Berdasarkan pemberian informasi:

- Metode Ceramah

Metode Ceramah yaitu cara penyampaian informasi secara lisan yang dilakukan

oleh sumber belajar kepada warga belajar. Metode ini merupakan yang paling

banyak digunakan dalam kesempatan penyampaian informasi dalam kegiatan-

kegiatan pembelajaran. Hal ini diakibatkan adanya kemampuan setiap orang untuk

berkomunikasi atau menyampaikan pesan kepada orang lain.

- Metode Tanya Jawab

Metode Tanya Jawab yaitu cara penjelasan informasi yang pelaksanaannya saling

bertanya dan menjawab antara sumber belajar dengan warga belajar.

- Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi yaitu cara memperagakan sesuatu hal yang pelakasanaannya

diawali oleh peragaan sumber belajar kemudian diikuti oleh warga belajar. Hal

yang diperagakan adalah harus kegiatan yang sebenarnya, tidak bersifat abstrak.

b. Berdasarkan pemecahan masalah:

- Metode Curah Pendapat (Brainstorming)

Metode Brainstorming atau Curah Pendapat yaitu cara untuk menghimpun

gagasan atau pendapat dari setiap warga belajar tentang suatu permasalahan.

- Metode Diskusi Kelompok

Metode Diskusi Kelompok yaitu cara pembahasan suatu masalah oleh sejumlah

anggota kelompok untuk mencapai suatu kesepakatan.

- Metode Rembuk Sejoli

Metode Rembuk Sejoli yaitu cara pemecahan suatu masalah yang pelaksanaannya

warga belajar dalam kelompok dibagi secara berpasangan kemudian dalam waktu

yang singkat masing-masing kelompok membahas suatu masalah dan diakhiri

dengan penyampaian laporan nya oleh masing-masing juru bicara dalam

kelompok besar.

- Metode Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group)

Page 19: Laporan Tutorial Week 1 3.2

Metode Buzz Group yaitu cara pembahasan suatu masalah yang pelaksanaannya

warga belajar dibagi dalam kelompok kecil antara tiga sampai enam orang

membahas suatu masalah yang diakhiri dengan penyampaian hasil

pembahasannya oleh setiap juru bicara pada kelompok besar.

- Metode Panel

Metode Panel yaitu cara pembahasan suatu masalah melalui kegiatan diskusi yang

dilakukan oleh beberapa akhli dari berbagai keakhlian dihadapan warga belajar

- Metode Forum Debat

Metode forum (debate) adalah cara pembelajaran yang dilakukan melalui diskusi

terbuka yang disampaikan oleh beberapa nara sumber dengan topik masalah yang

kontroversial.

- Metode Seminar

Metode Seminar yaitu cara penyampaian informasi berdasarkan hasil penelitian

yang diikuti dengan kegiatan diskusi oleh seluruh warga belajar dibawah

bimbingan sumber belajar. Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh warga belajar

dapat berdasarkan hasil penelitian tentang suatu kasus/masalah, dapat juga hasil

bacan/literatur.

- Metode Simposium

Metode Simposium yaitu cara penyampaian materi secara lisan yang dilakukan

berupa kegiatan ceramah oleh beberapa orang nara sumber.

c. Berdasarkan penugasan:

- Metode Latihan (Drill)

Metode drill yaitu cara melatih warga belajar tentang kegiatan-kegiatan tertentu

secara berulang-ulang dengan materi yang sama.

- Metode Penugasan (Resitasi)

Metode Resitasi yaitu cara pemberian tugas yang dilakukan oleh sumber belajar

kepada warga belajar yang pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam kelas

maupun di luar kelas, serta dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.

- Metode Permainan:

a) DIAD

Page 20: Laporan Tutorial Week 1 3.2

Metode DIAD yaitu cara komunikasi diantara dua orang baik secara lisan

maupun tertulis terutama menyangkut identitas dari masing-masing pribadi.

b) Kubus Pecah

Metode Broken Square yaitu cara penyusunan pecahan-pecahan Bujursangkar

yang dilakukan oleh empat atau lima kelompok menjadi bentuk bujur sangkar

yang utuh.

c) Role Playing

Metode Role Playing yaitu cara permainan yang pelaksanaannya berupa

peragaan secara singkat oleh warga belajar dengan tekanan utama pada

karakteristik/sifat seseorang dengan dasar memerankan cuplikan tingkah laku

dalam situasi tertentu, yang dilanjutkan dengan kegiatan diskusi tentang

masalah yang baru diperagakan.

d) Sosiodrama

Metode Sosiodrama yaitu cara permainan yang pelaksanaannya berupa

peragaan oleh warga belajar dengan tekanan utama pada karakteristik/sifat

seseorang dengan dasar memerankan tingkah laku dalam situasi tertentu

dengan didasarkan pada cerita yang utuh, yang dilanjutkan dengan kegiatan

diskusi tentang masalah yang baru diperagakan.

e) Simulasi

f) Metode Simulasi yaitu cara permainan yang berupa cuplikan suatu situasi

kehidupan nyata yang diangkat ke dalam kegiatan belajar.

- Metode Kelompok Kerja (Workshop)

Metode kelompok kerja adalah cara pembelajaran yang melibatkan peserta dalam

kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas.

- Metode Studi Kasus

Metode studi kasus yaitu cara penelaahan suatu kasus nyata di lapangan melalui

kegiatan penelitian, yang diakhiri dengan kegiatan penyampaian laporan.

- Metode Karyawisata

Page 21: Laporan Tutorial Week 1 3.2

Metode Karyawisata yaitu cara mengunjungi suatu tempat/objek tertentu dengan

melibatkan seluruh warga belajar, dengan kegiatan ada unsur karya dan unsur

wisatanya.

d. Metode pembelajaran lain

a) Metode debat

Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting

untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun

menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan

setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua

orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra)

melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing

kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.

Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi

yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa

terlibat dalam prosedur debat. Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti

yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi

ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka

belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan

tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus

dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok.

Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan

untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacammacam

menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan

(summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru

bisa sebagai pemonitor proses belajar.

b) Metode Role Playing

Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui

pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan

penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau

benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu

bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:

Page 22: Laporan Tutorial Week 1 3.2

Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk

memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.

1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.

2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam

situasi dan waktu yang berbeda.

3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada

waktu melakukan permainan.

4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

c) Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam

kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah

baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk

dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah

investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:

1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.

2. Berpikir dan bertindak kreatif.

3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis

4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapi dengan tepat.

7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,

khususnya dunia kerja.

Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:

1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal

terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan

mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep

tersebut.

2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan

metode pembelajaran yang lain.

d) Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Page 23: Laporan Tutorial Week 1 3.2

Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang

bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan

dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Langkah-langkah:

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang

dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah

yang dipilih.

2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik,

tugas, jadwal, dll.)

3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.

4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang

sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan

temannya.

5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Kelebihan:

1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-

benar diserapnya dengan baik.

2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.

3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.

Kekurangan:

1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.

2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.

3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini

KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN

A. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang

dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu dan masyarakat. Pendidikan

kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat

Page 24: Laporan Tutorial Week 1 3.2

prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi

sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang

didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap maupun praktek baru

yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Notoatmodjo, 1997).

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi kesehatan yaitu suatu proses

untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya dan tidak hanya mengkaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan

praktik kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (baik fisik

maupun non fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka

(Notoatmodjo,2007). Essensi promosi kesehatan adalah upaya untuk membuat daya

sehingga mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan sendiri. Untuk itu perlu

dilakukan upaya untuk merubah, menumbuh atau mengembangkan prilaku positif hal ini

merupakan bidang garapan utama pendidikan kesehatan (Depkes, 2002)

B. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan Pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku dari yang merugikan

kesehatan atau tidak sesuai dengan norma kesehatan ke arah tingkah laku yang

menguntungkan kesehatan atau norma yg sesuai dengan kesehatan.

Secara umum tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu dan

masyarakat di bidang kesehatan (Notoatmodjo, 1997). Menurut Effendi (1995), tujuan

pendidikan kesehatan yang paling pokok adalah tercapainya perubahan perilaku individu,

keluarga, dan masyarakat dalam memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Banyak faktor yang perlu diperhatikan

dalam keberhasilan pendidikan kesehatan, antara lain tingkat pendidikan, tingkat sosial

ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat, dan ketersediaan waktu dari masyarakat.

Materi yang disampaikan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan mulai

dari individu, keluarga, dan masyarakat sehingga dapat langsung dirasakan manfaatnya.

Sebaiknya saat memberikan pendidikan kesehatan menggunakan bahasa yang mudah

dipahami dalam bahasa kesehariaannya dan menggunakan alat peraga untuk

mempermudah pemahaman serta menarik perhatian sasaran (Walgino, 1995).

Metoda yang dipakai dalam pendidikan kesehatan hendaknya dapat mengembangkan

komunikasi dua arah antara yang memberikan pendidikan kesehatan terhadap sasaran,

Page 25: Laporan Tutorial Week 1 3.2

sehingga diharapkan pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami.

Metoda yang dipakai antara lain: curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi dan

bermain peran.

C. Metode Pendidikan Kesehatan

Metode pendidikan kesehatan yaitu, meliputi

1. Metode pendidikan Individual (perorangan)

Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;

Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif

Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu

penyelesaiannya.

Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran,

penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku)

b. Interview (wawancara)

Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan

Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk

mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu

mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka

perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Metode pendidikan Kelompok

Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau

kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada

besarnya sasaran pendidikan.

a. Kelompok besar

Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi

maupun rendah.

Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan

menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli

atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya

dianggap hangat di masyarakat.

b. Kelompok kecil

Diskusi kelompok ;

Page 26: Laporan Tutorial Week 1 3.2

Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan

diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap

kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi

memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi berjalan

hidup dan tak ada dominasi dari salah satu peserta.

Curah pendapat (Brain Storming) ;

Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan satu

masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan,

tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis,

sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa

pun, baru setelah semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota

mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

Bola salju (Snow Balling)

Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian

dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2

pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah

tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah

beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan

demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.

Kelompok kecil-kecil (Buzz group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian

dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok lain, dan

masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya

kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.

Memainkan peranan (Role Play)

Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu

untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter puskesmas,

sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya sebagai

pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana

interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.

Permainan simulasi (Simulation Game)

Page 27: Laporan Tutorial Week 1 3.2

Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan disajikan

dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya

persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk

arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi

berperan sebagai nara sumber.

3. Metode pendidikan Massa

Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. Biasanya

menggunakan atau melalui media massa. Contoh :

a. Ceramah umum (public speaking)

Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan Nasional, misalnya oleh

menteri atau pejabat kesehatan lain.

b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV

maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan

massa.

c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya

tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga

merupakan pendidikan kesehatan massa. Contoh : ”Praktek Dokter Herman

Susilo” di Televisi.

d. Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan

kesehatan massa. Sinetron Jejak sang elang di Indosiar hari Sabtu siang (th 2006)

e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya

jawab /konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga merupakan bentuk

pendidikan kesehatan massa.

f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya adalah

juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard ”Ayo ke Posyandu”.

Andalah yang dapat mencegahnya (Pemberantasan Sarang Nyamuk).

D. Sasaran dan Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Suliha (2002), dalam bukunya membagi sasaran pendidikan kesehatan dalam 3

kelompok, yaitu pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu, pendidikan

kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok dan pendidikan kesehatan masyarakat

dengan sasaran masyarakat.

Page 28: Laporan Tutorial Week 1 3.2

Tempat penyelenggaraan pendidikan kesehatan dapat dilakukan di institusi pelayanan

antara lain puskesmas, rumah bersalin, klinik dan sekolah serta dimasyarakat berupa

keluarga masyarakat binaan. Hasil yang diharapkan dalam pendidikan kesehatan

masyarakat adalah terjadinya perubahan sikap dan perilaku individu, keluarga, dan

masyarakat untuk dapat menanamkan prinsip-prinsip hidup sehat dalam kehidupan

sehari-hari demi mencapai derajat kesehatan yang optimal (Effendy, 1995).

Suliha (2002) juga membagi tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam 3

bagian, yaitu; 1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran

murid yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam usaha kesehatan sekolah (UKS); 2)

Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat,

Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan

keluarga pasien; 3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh

atau karyawan.

PENANGGULANGAN NARKOBA

Upaya penanggulangan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan melalui beberapa cara,

diantaranya sebagai berikut ini :

1. Preventif (pencegahan)

Yaitu untuk membentuk masyarakat yang mempunyai ketahanan dan kekebalan

terhadap narkoba. Pencegahan adalah lebih baik dari pada pemberantasan.

Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti

pembinaan dan pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang kompeten

baik di sekolah dan masyarakat, pengajian oleh para ulama, pengawasan tempat-

tempat hiburan malam oleh pihak keamanan, pengawasan distribusi obat-obatan ilegal

dan melakukan tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk mengurangi atau

meniadakan kesempatan terjadinya penyalahgunaan Narkoba.

2. Represif (penindakan)

Yaitu menindak dan memberantas penyalahgunaan narkoba melalui jalur hukum,

yang dilakukan oleh para penegak hukum atau aparat keamanan yang dibantu oleh

masyarakat. Kalau masyarakat mengetahui harus segera melaporkan kepada pihak

berwajib dan tidak boleh main hakim sendir

Page 29: Laporan Tutorial Week 1 3.2

3. Kuratif (pengobatan)

Yaitu bertujuan penyembuhan para korban baik secara medis maupun dengan media

lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan tempat-tempat penyembuhan dan

rehabilitasi pecandu narkoba seperti Yayasan Titihan Respati, pesantren-pesantren,

yayasan Pondok Bina Kasih dll

4. Rehabilitatif (rehabilitasi)

Yaitu dilakukan agar setelah pengobatan selesai para korban tidak kambuh kembali

“ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya menyantuni dan memperlakukan secara

wajar para korban narkoba agar dapat kembali ke masyarakat dalam keadaan sehat

jasmani dan rohani. Kita tidak boleh mengasingkan para korban Narkoba yang sudah

sadar dan bertobat, supaya mereka tidak terjerumus kembali sebagai pecandu narkoba.

Daftar Pustaka:

Anderson, W. Orin and Krathwohl. R.D, 2001, A Taxonomy for Learning, Teaching, and

Assessing, Addison Wesley Longman, Inc. New York.

Arikunto Suharsimi, 1988, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan

Kejuruan. Depdikbud Dirjen Dikti. Jakarta.

Nasution, S, 1982, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar,

Bina Aksara. Jakarta.

-------------, 1982, Asas-Asas Kurikulum, Jemars. Bandung.

Sukmadinata, N,S, 1988, Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum,

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta

Sumantri, Mulyani, 1988, Kurikulum dan Pengajaran, Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi. Jakarta.

http://kesehatansejati.blogspot.com/2010/07/pengertian-pendidikan-kesehatan.html

http://chevichenko.wordpress.com/2009/11/30/metode-pendidikan-kesehatan/