Laporan Tutorial Blok 2.5 Minggu 2

22
LAPORAN DISKUSI TUTORIAL BLOK 2.5 MODUL II ADI DAN JAKUNNYA OLEH KELOMPOK 23-D Tutor : dr. Ifdellia Suryadi Fani Faradila – 0910311014 Faimmatul Syuhada – 0910312065 Rosi Oktarina – 0910312082 Fanny Karnila Putri – 0910312131 Nur Ain Binti Mohd Rizal – 0910314175 Resya I. Noer – 0910313196 Evita - 0910313243 Mahaputri Ulva Lestari – 0910313255 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas PADANG 2011

description

fk unand

Transcript of Laporan Tutorial Blok 2.5 Minggu 2

Page 1: Laporan Tutorial Blok 2.5 Minggu 2

LAPORAN DISKUSI TUTORIAL

BLOK 2.5 MODUL II

ADI DAN JAKUNNYA

OLEH

KELOMPOK 23-D

Tutor : dr. Ifdellia Suryadi

Fani Faradila – 0910311014

Faimmatul Syuhada – 0910312065

Rosi Oktarina – 0910312082

Fanny Karnila Putri – 0910312131

Nur Ain Binti Mohd Rizal – 0910314175

Resya I. Noer – 0910313196

Evita - 0910313243

Mahaputri Ulva Lestari – 0910313255

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

PADANG

2011

Page 2: Laporan Tutorial Blok 2.5 Minggu 2

Skenario

Adi, 20 tahun, berobat ke dokter keluarganya, dengan keluhan benjolan pada leher bagian

depan yang sudah terlihat sejak 1 tahun yang lalu. Mulanya, benjolan tersebut diketahui oleh

temannya sebesar telur puyuh. Adi pada mulanya sering memperhatikan benjolan tersebut ikut

bergerak pada saat menelan. Benjolan tersebut disangka oleh Adi, buah jakun yang sedang tumbuh.

Namun 1 bulan ini benjolan membesar sampai sebesar telur ayam. Pada mulanya ia beranggapan hal

ini biasa saja, karena di kampungnya di Bukittinggi banyak juga orang dewasa dan tua dengan

benjolan yang sama dengan Adi. Dokter keluarga yang memeriksa mengatakan bahwa kemungkinan

Adi menderita Struma Nodosa Non Toksika dan untuk itu diperlukan pemeriksaan penunjang lain.

Hasil USG tiroid, menunjukkan gambaran masa padat , single, nodul dan dicurigai suatu malignancy.

Pada pemeriksaan FNAB didapatkan adanya sel yang mencurigakan. Adi kemudian dianjurkan untuk

pemeriksaan T3 dan T4 dan dirujuk ke rumah sakit rujukan.

Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada Adi serta faktor – factor apakah yang

berperanan dalam penyakit Adi ?

Page 3: Laporan Tutorial Blok 2.5 Minggu 2

I. CLARIFY TERMINOLOGY

a. Struma Nodosa Non Toksika

Pembesaran kelenjar tiroid yang berbatas jelas, tidak menimbulkan gejala,

bukan merupakan suatu reaksi inflamasi atau keganasan dan biasanya

disebabkan oleh defisiensi iodium dengan gambaran kadar T3 dan T4 normal.

b. T3 (Triiodotironin)

Salah satu hormon tiroid yang mengandung yodium yang disekresikan oleh

kelenjar tiroid dan dilepaskan dari trioglobulin dengan hidrolisis serta

mempunyai efek beberapa kali lipat dari aktivitas biologi tiroksin.

c. T4 (Tiroksin)

Hormon utama yang dihasilkan di folikuler kelenjar tiroid yang dibentuk dari

trioglobulin dan ditransformasikan terutama ke dalam serum darah.

d. Tiroid

Kelenjar endokrin, berbentuk seperti kupu-kupu, yang dihubungkan oleh

isthmus dan terletak di leher, di bekakang kartilago krikoid.

II. FINDING PROBLEMS

1. Apa saja kemungkinan benjolan di bagian depan leher?

2. Apakah hubungan keluhan benjolan yang dialami Adi dengan jenis kelamin dan

umurnya?

3. Mengapa benjolan tersebut terlihat sejak 1 tahun yang lalu?

4. Apakah ukuran sebesar telur puyuh dari benjolan tersebut normal atau tidak? Jika

tidak, berapakah ukuran normalnya?

5. Apa yang bergerak ketika menelan?

6. Mengapa benjolan tersebut bergerak ketika menelan?

7. Apakah perbedaan antara benjolan tersebut dengan buah jakun?

8. Mengapa benjolan tersebut membesar sampai sebesar telur ayam?

9. Apakah makna dari pembesaran tersebut?

10. Apakah penyebab dari benjolan yang diderita orang dewas dan tua di Bukittinggi?

11. Apakah benjolan Adi sama dengan benjolan orang di kampungnya? Bila tidak sama,

apakah penyebabnya?

12. Apakah pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan?

13. Apakah interpretasi dari pemeriksaan USG yang dilakukan terhadap Adi?

14. Mengapa dokter mendiagnosis Adi menderita Struma Nodosa non Toksika?

15. Sel yang mencurigakan apakah yang terlihat pada pemeriksaan FNAB?

16. Apa indikasi dilakukannya FNAB?

17. Mengapa Adi dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan T3 dan T4?

Page 4: Laporan Tutorial Blok 2.5 Minggu 2

18. Apa indikasi rujukan yang dilakukan dokter dan dirujuk ke bagian manakah?

19. Factor apakah yang berperan dalam penyakit Adi?

III. BRAINSTORMING

1. Kemungkinan benjolan di leher bagian depan adalah Adanya limfadenopati yang

dapat disebabkan oleh limfoma atau metastasis, pembesaran kelenjar tiroid, faringitis

atau laryngitis

2. Pengaruh jenis kelamin : wanita cenderung lebih tinggi kemungkinan mengalami

benjolan didepan leher karna estrogen mempunyai efek terhadap kelenjar tiroid.

Pengaruh umur Adi yang 20 tahun adalah untuk menyingkirkan kemungkinan adanya

kanker.

3. Pembesaran terjadi dalam waktu lama. Ini dapat disebakan oleh kerusakan pada

produksi TSH dan TRH sehingga terjadi ransangan yang terus menerus terhadap

kelenjar tiroid. Pembesaran terjadi karena adanya produksi T3 dan T4 yang terus

meneru, sehingga untuk kompensasi, maka kelenjar tiroid diransang terus oleh TSH

untuk menghasilkan hormone yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh

sehingga terjadi hyperplasia dan hipertrofi kelenjar Proses ini dinamakan dengan

mekanisme feedback negative.

4. Benjolan Adi terlihat sebesar telur puyuh merupakan ukuran yang abnormal, karena

normalnya, kelenjar tiroid itu tidak terlihat dan tidak teraba

5. Yang bergerak ketika menelan adalah kelenjar Tiroid, jadi Adi kemungkinan

menderita pembesaran kelenjar Tiroid atau Struma.

6. Tiroid bergerak ketika menelan karna Tiroid tersebut menempel ke trakea dan

membuktikan bahwa tidak ada perlengketan ke organ sekitar

7. Jakun berbeda dengan kelenjar Tiroid. Perbedaan dapat terlihat dari letaknya. Jakun

terletak di bagian tengah sedangkan kelenjar Tiroid di bagian samping.

8. Benjolan tersebut membesar karena adanya peningkatan proliferasi sel

9. Makna dari pembesaran tersebut adalah mengarah ke keganasan pada kelenjar Tiroid

10. Penyebab dari benjolan yang diderita orang dewasa dan tua di Bukittinggi adalah

defisiensi yodium

11. Benjolan Adi sama dengan benjolan orang di kampungnya, tapi penyebab benjolan

Adi dapat berbeda. Kemungkinan penyebab itu adalah lingkungan, radiasi dan lain-

lain

12. Pemeriksaan penunjang lain : sidik tiroid, USG, kadar TSH, BAJAH, Termografi

13. Interpretasi:

Massa padat : keganasan

Single nodul

Page 5: Laporan Tutorial Blok 2.5 Minggu 2

Dicurigai malignancy

14. Karena daerah tempat tinggal Adi merupakan endemic dari defisiensi yodium, oleh

karena itu Adi berkemungkinan menderita struma nodosa non toksika yang

dikarenakan oleh defisiensi yodium

15. Sel yang mencurigakan yang terlihat adalah sel kanker yang bentuknya tidak sama

dengan sel normal di kelenjar tiroid

16. Indikasi dilakukannya FNAB adalah apabila terdapat suatu benjolan dan dicurigai itu

merupakan suatu keganasan

17. Adi dianjurkan melakukan pemeriksaan T3 dan T4 untuk mendukung diagnosis

18. Indikasi merujuk adalah agar pasien dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan

penatalaksanaan dari keluhan yang dialami. Dirujuk ke bagian penyakit dalam atau

bedah.

19. Factor yang berperan adalah lingkungan, radiasi.

Page 6: Laporan Tutorial Blok 2.5 Minggu 2

IV. SCHEME

Page 7: Laporan Tutorial Blok 2.5 Minggu 2

V. LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi dan etiologi kelainan pada kelenjar tiroid

2. Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi kelainan pada kelenjar tiroid

3. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi dan pathogenesis

4. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosis kelainan pada kelenjar tiroid

5. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan kelainan pada kelenjar tiroid

6. Mahasiswa mampu menjelaskan prognosis kelainan pada kelenjar tiroid

VI. INFORMATION GATHERING AND PRIVATE STUDY

Rujukan :

a. Internet

b. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III

VII. SHARING THE RESULTS OF INFORMATION GATHERING AND PRIVATE

STUDY

Klasifikasi dan Etiologi Kelainan Kelenjar Tiroid

Struma adalah pembesaran kelenjar tiroid (kecuali keganasan)

Menurut American society for Study of Goiter membagi :

1.Struma Non Toxic Diffusa

2.Struma Non Toxic Nodusa

3.Stuma Toxic Diffusa

4.Struma Toxic Nodusa

Istilah Toksik dan Non Toksik dipakai karena adanya perubahan dari segi fungsi

fisiologis kelenjar tiroid seperti hipertiroid dan hipotyroid, sedangkan istilah nodusa

dan diffusa lebih kepada perubahan bentuk anatomi.

STRUMA NON TOKSIK

Epidemiologi

S u r v e y   e p i d e m i o l o g i   u n t u k   g o n d o k   e n d e m i k   s e r i n g   d i t e m u k a n   d i  

d a e r a h pegunungan seperti pengunungan Alpen, Himalaya, Bukit Barisan, dan

sebagainyadan juga terlihat di dataran rendah seperti Finlandia, Belanda, dan sebagainya.Untuk

struma  toksika  prevalensinya  10  kali  lebih  sering  pada  wanitadibanding  pria.  Di  Inggris,

prevalensi  Hypertiroidisme pada praktek umum adalah 25 – 35 kasus dalam 10.000 wanita, sedang di

Page 8: Laporan Tutorial Blok 2.5 Minggu 2

rumah sakit didapatkan 3 kasus dalam10.000 pasien.Pada wanita ditemukan 20 – 27 kasus

dalam 1.000 wanita, sedangkan pria 1 – 5 per  1 . 0 0 0   p r i a .  

Faktor risiko

c. Defisiensi yodium

d. Merokok

e. Jenis kelamin

f. Kelainan enzimatik tiroid

g. Genetic

Patogenesis

Pembentukan nodul pada struma nontoksik dijelaskan dengan terdapatnya heterogenitas

respons pertumbuhan oleh sel-sel folikel tiroid. Pada kelenjar tiroid normal, sensitifitas masing-

masing sel di dalam satu folikel terhadap ransangan pertumbuhan oleh TSH sangat beragam. Dengan

makin kuat dan lamanya ransangan TSH, jumlah sel yang bereplikasi makin bertambah. Hanya

sebagian kecil sel folikel, yaitu yang mempunyai potensi pertumbuhan tinggi, akan ikut dalam siklus

mitosis dan membentuk folikel baru. Sel-sel yang baru terbentuk mewarisi potensi pertumbuhan yang

tinggi sehingga terbentuk mewarisi potensi pertumbuhan yang tinggi sehingga jumlah sel yang

bereplikasi meningkat secara progresif. Sel-sel tersebut tidak tersebar merata didalam kelenjar tiroid

dan setelah bereplikasi sel-sel yang baru terbentuk tetap berkelompok. Dengan demikian struma

nontoksik yang tadinya difus akan semakin bernodul.

Manifestasi klinis dan diagnosis

a. Pembesaran kelenjar tiroid di leher bagian depan

b. Pada awalnya, tidak menimbulkan keluhan

c. Keluhan : penekanan terhadap trachea menyebabkan keluhan sesak napas dengan stridor.

Rasa tercekik dan batuk

d. Perdarahan ke dalam nodul atau kista tiroid dapat menyebabkan obstruksi saluran napas atas

e. Penekanan pada vena-vena jugularis, subclavia atau vena cava superior menyebabkan gejala

plethora pada muka dan pelebaran vena-vena di leher dan dada bagian atas

f. Paralisis pita suara

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan kadar TSH serum merupakan pemeriksaan laboratorium pertama dan utama untuk

menyingkirkan kemungkinan tirotosikosis atau hipotiroidisme.

Pemeriksaan pencitraan tiroid

Page 9: Laporan Tutorial Blok 2.5 Minggu 2

a. USG Tiroid

b. Pemeriksaan Sidik Tiroid

Biopsi Aspirasi jarum halus

Pemeriksaan BAJAH dilakukan untuk menyingkirkan adanya keganasan tiroid

Pengobatan

Tiroidektomi

Manfaat tiroidektomi terutama untuk mendapatkan dekompresi secara cepat terhadap struktur vital

disekitarnya disamping untuk mendapatkan contoh jaringan untuk pemeriksaan histopatologi.biasanya

dilakukan tiroidektomi sub total bilateral dengan pengangkatan semua jaringan abnormal.

Radioiodin

Pengobatan dengan radioiodine pada struma non toksik dapat mengurangi volume kelenjar sebanyak

lebih dari 90%.

Tiroksin

Pemberian T4 didasarkan pada hipotesis bahwa jaringan struma juga tergantung pada TSH, oleh

karena itu penekanan sekresi TSH oleh T4 akan mengurangi ukuran struma atau paling tidak

mencegah pembesaran selanjutnya

Prognosis

Tergantung jenis nodul ,tipe histologist

STRUMA TOKSIK

Epidemiologi

Struma diffusa toksik lebih sering terjadi pada penderita yang telah berusia di atas 50 tahun. Laki-laki

berisiko ;ebih tinggi untuk menghidap morbus Graves dibanding wanita. Insidens puncak penyakit ini

terjadi pada decade ketiga dan keempat kehidupan. Penderita penyakit ini akan mempunyai tanda-

tanda kardiovaskular yang seringkali menutupi gejala-gejala dan tanda-tanda adrenergik akibat

hipertiroidisme.

Etiologi

Struma difusa toksik/penyakit Graves dipandang sebagai penyakit autoimun dengan terjadi

peningkatan pelepasan hormone tiroid, yaitu thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI), suatu IgG

Page 10: Laporan Tutorial Blok 2.5 Minggu 2

yang sepertinya “mirip” reseptor TSH. Predisposisi familial kuat pada sekitar 15% pasien Graves

mempunyai keluarga dekat dengan kelainan sama dan kira-kira 50% keluarga pasien dengan penyakit

Graves mempunyai autoantibodi tiroid yang berada di darah. Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis

dari kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam sirkulasi diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang

hiperaktif. Grave’s disease adalah bentuk umum dari tirotoksikosis. Penyakit Grave’s terjadi akibat

antibodi reseptor TSH (Thyroid Stimulating Hormone) yang merangsangsang aktivitas tiroid itu

sendiri

Patofisiologi struma diffusa toksik

Morbus Graves adalah suatu gangguan autoimun; pada gangguan tersebut terdapat beragam antibodi

dalam serum. Antibodi ini mencakup antibodi terhadap reseptor TSH, perisoksom tiroid dan

tiroglobulin. Dari ketiganya reseptor TSH adalah antigen terpenting yang menyebabkan terbentuknya

antibodi. Efek antibodi yang terbentuk berbeda-beda tergantung pada epitop reseptor TSH mana yang

menjadi sasarannya. Sebagai contoh, salah satu antibodi yang disebut thyroid growth-stimulating

immunoglobulin (TSI), mengikat reseptor TSH untuk merangsang jalur adenilat siklase/AMP siklik

yang menyebabkan peningkatan pembebasan hormon tiroid. Golongan antibodi lain yang juga

ditujukan pada reseptor TSH dilaporkan menyebabkan proliferasi epitel folikel tiroid (thyroid growth-

stimulating

immunoglobulin atau TGI). Ada juga antibodi lain yang disebut TSH-binding inhibitor

immunoglobulin (TBII), yang menghambat pengikatan normal TSH ke reseptornya pada sel epitel

tiroid. Dalam prosesnya sebagian bentuk TBII bekerja mirip dengan TSH sehingga terjadi stimulasi

aktifitas sel epitel tiroid sementara bentuk yang lain menghambat fungsi sel tiroid. Tidak jarang

ditemukan secara bersamaan immunoglobulin yang merangsang dan menghambat dalam serum pasien

yang sama. Temuan ini menjelaskan mengapa sebagian pasien dengan morbus Graves secara spontan

mengalami episode hipotiroidisme.

Sekresi antibodi oleh sel B dipicu oleh sel T helper CD4+ banyak di antaranya terdapat di

dalam kelenjar tiroid. Sel T helper intratiroid juga tersentisisasi ke reseptor dan akan mengeluarkan

factor larut seperti interferon-γ dan faktor nekrosis tumor (TNF). Faktor ini pada gilirannya akan

memicu ekspresi molekul HLA kelas II dan molekul konstimulatorik sel T pada sel epitel tiroid yang

memungkinkan antigen tersaji ke sel T lain.

Kemungkinan besar autoantibodi terhadap reseptor TSH berperan dalam timbulnya oftalmopati

infiltrate yang khas untuk morbus Graves. Mekanisme serupa diperkirakan bekerja pada dermopati

Graves dengan fibroblas pretibia yang mengandung reseptor TSH mengeluarkan glikosaminoglikan

sebagai respon terhadap stimulasi autoantibodi dan sitokin.

Manifestasi klinik

Pada trias klasik hipertiroidisme akan ditemukan :

(i) Eksoftalmus (50%)

Page 11: Laporan Tutorial Blok 2.5 Minggu 2

(ii) Tremor

(iii) Goiter

Gradasi Perez/Derajat pembesaran kelenjar :

Derajat 0-a : kelenjar tiroid tidak teraba atau bila teraba tidak lebih besar dari ukuran normal

Derajat 0-b : kelenjar tiroid jelas teraba, tapi tidak terlihat bila kepala dalam posisi normal

Derajat I : mudah dan jelas teraba, terlihat dengan kepala dalam posisi normal terlihat nodulus

Derajat II : jelas terlihat pembesaran

Derajat III : tampak jelas dari jauh

Derajat IV : sangat besar

Pemeriksaan

Anamnesa

o Data identitas pasien secara lengkap

o Riwayat penyakit sekarang

o Riwayat penyakit dahulu

o Menanyakan riwayat penyakit sebelumnya jika ada : diabetes mellitus, darah tinggi

(hipertensi)

o Riwayat diet yang diambil

o Riwayat makan obat sebelumnya.

o Menanyakan apakah berat badan naik/turun

o Menanyakan apakah leher terasa membesar

o Menanyakan apakah pembengkakan leher terjadi dengan cepat sekali atau sangat lambat

o Menanyakan apakah bengkakan terasa nyeri atau tidak

o Menanyakan apakah ada banyak keringat dan berasa kepanasan

o Menanyakan apakah penglihatan kabur/double

o Menanyakan pakah terasa cepat lelah

o Riwayat pembengkakan kaki di pretibia: sejak kapan, nyeri tekan atau tidak

o Riwayat Penyakit Keluarga : menanyakan apakah ada anggota keluarga yang menghidap

penyakit yang sama

o Riwayat Pribadi

o Riwayat Sosial Ekonomi

Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan tanda vital :

- Suhu tubuh

- Tekanan darah : meninggi akibat efek dari hormon tiroid

- Denyut nadi : takikardi

Page 12: Laporan Tutorial Blok 2.5 Minggu 2

- Frekuensi nafas

b. Pengukuran berat badan, tinggi badan / Indeks Massa Tubuh

c. Inspeksi & Palpasi

- Mengukur lilit pembesaran pada leher

- Melakukan perabaan pada bagian leher yang membengkak apakah teraba rata (diffusa) atau

bergelombang (nodul keras/berbenjol-benjol)

- Memerhatikan apakah ada eksoftalmus dan tanda-tanda pada mata seperti :

o tanda Moebius : gagal melakukan konvergensi

o tanda von Grave : keterlambatan kelopak mata

o tanda Joffroy : kegagalan mengerutkan dahi, saat mata menatap ke atas

o tanda Pemberton : kemerahan pada muka setelah mengangkat kedua tangan ke atas

o tanda Rosenbach : tremor kelopak mata saat menutup mata

- ditemukan adanya miksedema pretibia (hanya ditemukan pada penderita

hipertiroidisme)

d.Auskultasi

Terdengar bunyi sistolik jantung di apeks jantung akibat palpitasi (rasa yang tidak nyaman yang

diakibatkan denyut jantung yang tidak teratur/lebih keras).

Pemeriksaan Penunjang

a. CT scan dan MRI orbital

CT scan dan MRI memberikan gambaran yang sangat baik dari otot-otot ekstraokular, perlekatan otot,

lemak intrakonal, dan anatomi apeks orbital.

b. Scintigraphy

Uptake meningkat disebabkan oleh seluruh aktifitas radioaktif berkumpul dalam kelenjar tiroid.

c. USG orbita

Pemeriksaan ini sangat baik untuk diagnosa tiroid oftalmopati, dan kekhasan reflektivitas internal

otot-otot ekstraokular dari sedang sampai tinggi, sama halnya dengan pembesaran perut otot.

Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan TSHs serum

Kadar TSH didapatkan rendah pada keadaan hiperfungsi kelenjar tiroid.

b. Pemeriksaan FT3 dan FT4

Kadar FT3 dan FT4 akan meninggi pada pasien tersangka hipertiroidisme.

c. Pemeriksaan TSH Rab (TSH reseptor antibodies)

Pada morbus Graves biasanya positif

d. Pemeriksaan antitiroglobulin dan antimikrosomal antibodi

Meningkat pada morbus Graves

Diagnosis

Page 13: Laporan Tutorial Blok 2.5 Minggu 2

Sebagian besar pasien memberikan gejala klinis yang jelas, tetapi pemeriksaan laboratorium tetap

perlu untuk menguatkan diagnosis. Pada kasus-kasus subklinis dan pasien usia lanjut perlu

pemeriksaan laboratorium yang cermat untuk membantu menetapkan diagnosis hipertiroidisme.

Diagnosis pada wanita hamil agak sulit karena perubahan fisiologis pada kehamilan pembesaran tiroid

serta manifestasi hipermetabolik, sama seperti tirotoksikosis. Menurut Bayer MF, pada pasien

hipertiroidisme akan didapatkan Thyroid Stimulating Hormone sensitive (TSHs) tak terukur atau jelas

subnormal dan Free T4 (FT4) meningkat. Pegangan yang dipakai untuk diagnose hiperfungsi kelenjar

tiroid adalah indeks Wayne dan indeks Newcastle.

Penatalaksanaan

Terdapat 3 metode yang tersedia yaitu :

terapi obat anti tiroid, terapi bedah dan terapi yodium radioaktif.

a. Medikamentosa

Penatalaksanaan medik

Obat Antitiroid

1. Prophyltiurasil (PTU)

- Dosis awal : 300-600 mg/hari

- Dosis maksimal : 2000 mg/hari

- Mekanisme kerja menghambat konversi T4 menjadi T3

- Bekerja pada extratirodial dan intra tiroidial

- Lebih banyak efek sampaing seperti menekan eritrosit, leukosit, dan trombosit.

2. Metimazol

- Dosis awal 20-30 mg/hari

- Indikasi :

(i) Mendapatkan remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada

pasien muda dengan struma ringan – sedang dan tirotoksikosis.

(ii) Untuk mengendalikan tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan atau

sesudah pengobatan yodium radioaktif

(iii) Persiapan tiroidektomi

(iv) Pasien hamil dan lanjut usia

(v) Krisis tiroid

Prognosis

Prognosis umumnya baik. Kebanyakan pasien tidak memerlukan tindakan pembedahan. Dari berbagai

studi, 101 kasus Oftalmopati Graves, hanya 15% yang memburuk dalam 5 tahun, sisanya membaik

sendirinya. Dari 120 kasus, 74% tidak membutuhkan pengobatan atau hanya diberikan obat ringan

saja.

Page 14: Laporan Tutorial Blok 2.5 Minggu 2

KARSINOMA TIROID

Epidemiologi

Kanker tiroid menempati urutan ke-9 dari sepuluh keganasan tersering. Lebih banyak pada wanita

dengan distribusi berkisar antara 2 : 1 sampai 3 : 1. Insidensnya berkisar antara 5,4-30%. Berdasarkan

jenis histopatologi, sebarannya adalah kanker tiroid jenis papilar (71,4%); kanker tiroid jenis folikular

( 16,7%); kanker tiroid jenis anaplastik (8,4%); dan kanker tiroid jenis medular (1,4%). Berdasarkan

usia kanker tiroid jenis papilar biasanya pada pasien yang berusia kurang dari 40 tahun, berbeda

dengan kanker tiroid folikular yang banyak pada usia di atas itu. Sedangkan kanker jenis medular

sering ditemukan pada usia tua (50-60 tahun).2

Angka insidensi tahunan kanker tiroid bervariasi di seluruh dunia, yaitu dari 0,5-10 per 100.000

populasi. Karsinoma tiroid mempunyai angka prevalensi yang sama dengan multipel mieloma.

Karsinoma tiroid ini merupakan jenis keganasan jaringan endokrin yang terbanyak, yaitu 90% dari

seluruh kanker endokrin.

Etiologi

Etiologi yang pasti belum diketahui. Yang berperan khususnya untuk well differentiated carcinoma

(papilar dan folikular) adalah radiasi dan goiter endemis sedangkan untuk jenis medular adalah faktor

genetik. Belum diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk kanker anaplastik dan medular.

Diperkirakan kanker tiroid anaplastik berasal dari perubahan kanker tiroid berdiferensiasi baik

(papiler dan folikuler) dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar. Sedangkan limfoma

pada tiroid diperkirakan karena perubahan-perubahan degenerasi ganas dari tiroiditis Hashimoto.

Faktor Risiko

1. Pengaruh usia dan jenis kelamin

Apabila nodul tiroid terdapat pada penderita berusia dibawah 20 tahun dan diatas 50 tahun, resiko

keganasan lebih tinggi. Demikian pula dengan jenis kelamin, penderita laki-laki memiliki resiko

keganasan lebih tinggi daripada penderita perempuan.

2. Pengaruh radiasi di daerah leher dan kepala pada masa lampau

3. Kecepatan tumbuh tumor

4. Riwayat gangguan mekanik di daerah leher

5. Riwayat penyakit serupa dalam keluarga

Diagnosis

Anamnesis pada penderita dilakukan secara mendalam agar dapat menggali faktor risiko yang

berperan, selain itu juga mengidentifikasi jenis nodul berdasarkan gejala klinis yang muncul, apakah

sudah tampak gejala metastasis jauh seperti benjolan pada kalvaria sebagai tanda metastasis tulang,

sesak nafas sebagai tanda gangguan organ paru, rasa penuh di ulu hati dapat mengarahkan kecurigaan

akan gangguan organ hepar, dan lain sebagainya.

Page 15: Laporan Tutorial Blok 2.5 Minggu 2

Pemeriksaan fisik nodul mencakup 7 kriteria. Nodul diidentifikasi berdasarkan konsistensinya keras

atau lunak, ukurannya, terdapat tidaknya nyeri, permukaan nodul rata atau berdungkul-dungkul,

berjumlah tunggal atau multipel, memiliki batas yang tegas atau tidak, dan keadaan mobilitas nodul.

Secara klinis, nodul tiroid dicurigai ganas apabila :

a. Usia penderita dibawah 20 tahun atau diatas 50 tahun

b. Ada riwayat radiasi leher pada masa anak-anak

c. Disfagia, sesak nafas, dan perubahan suara

d. Nodul soliter, pertumbuhan cepat dan konsistensi keras

e. Ada pembesaran kelenjar getah bening leher (jugular, servikal, atau submandibular)

f. Ada tanda-tanda metastasis jauh

Pemeriksaan Penunjang meliputi:

1. Pemeriksaan Laboratorium

Menilai Human Thyroglobulin, suatu penanda tumor untuk karsinoma tiroid; jenis yang

berdifferensiasi baik, terutama untuk follow up.

2. Pemeriksaan Radiologis

Dilakukan pemeriksaan foto paru anteroposterior untuk menilai adanya metastasis.

3. Pemeriksaan Ultrasonografi

Diperlukan untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul di posterior yang secara klinis belum dapat

dipalpasi.

4. Pemeriksaan Sidik Tiroid

Dasar pemeriksaan ini adalah uptake dan distribusi yodium radioaktif dalam kelenjar tiroid. Yang

dapat dilihat dari pemeriksaan ini adalah besar, bentuk, dan letak kelenjar tiroid serta distribusi dalam

kelenjar. Juga dapat diukur uptake yodiumnya dalam waktu 3, 12, 24 dan 48 jam

5. Pemeriksaan Sitologi melalui Biopsi Aspirasi Jarum Halus

Ketepatan pemeriksaan sitologi untuk tipe anaplastik, meduler dan papiler hampir mendekati 100%

6. Pemeriksaan Histopatologi

Merupakan pemeriksaan dianostik utama. Jaringan diperiksa setelah dilakukan tindakan lobektomi

atau isthmolobektomi.

Penatalaksanaan

1. Pembedahan

Bila diagnosis kemungkinan telah ditegakkan dan operabel, operasi yang dilakukan adalah lobektomi

sisi yang patologik (Kaplan), atau lobektomi subtotal dengan risiko bila ganas kemungkinan ada sel-

sel karsinoma yang tertinggal. Pembedahan umumnya berupa tiroidektomi total. Enukleasi nodulnya

saja adalah berbahaya karena bila ternyata nodul tersebut ganas, telah terjadi penyebaran (implantasi)

Page 16: Laporan Tutorial Blok 2.5 Minggu 2

sel-sel tumor dan operasi ulang untuk tiroidektomi secara teknis akan menjadi lebih sukar.2

Bila hasilnya jinak, lobektomi tersebut sudah cukup. Bila ganas, lobus kontra lateral diangkat

seluruhnya (tiroidektomi totalis). Dapat pula dilakukan near total thyroidectomy. Bila dari hasil

pemeriksaan kelenjar getah bening dicurigai adanya metastasis, dilakukan diseksi radikal kelenjar

getah bening pada sisi yang bersangkutan. Komplikasi-komplikasi operasi antara lain terputusnya

nerws laringeus rekurens dan cabang eksterna dari nervus laringeus superior, hipoparatirodisme, dan

ruptur esofagus.2

2. Radiasi

Bila tumor sudah inoperabel atau pasien menolak operasi lagi untuk lobus kontralateral, dilakukan:2

a. Radiasi interna dengan I131.

b. Radiasi eksterna, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumor-tumor inoperabel atau anaplastik

yang tidak berafinitas terhadap I131.

Prognosis

Prognosis pasien dengan kanker tiroid berdifferensiasi baok tergantung pada umur (semakin buruk

dengan bertambahnya umur), adanya ekstensi, adanya lesi metastasis dan diameter tumor serta jenis

histopatologi

Page 17: Laporan Tutorial Blok 2.5 Minggu 2

Daftar Pustaka

Aru W. Sudowo et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (PAPDI), Dalam : R. Djokomoeljanto,

Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme dan Hipertiroidisme Edisi 5 Jilid 3 Cetakan I November 2009, Jakarta

: Interna Publishing; h1993

Penatalaksanaan goiter diffusa toksik :

http://emedicine.medscape.com/article/120140-overview

Penatalaksanaan bedah pada morbus Graves :

http://www.bedahugm.net/struma