dokumen stem cell tentang bagian embryogenic tentang pro kontranya
Makalah Diskusi 2.5 Stem Cell
-
Upload
tfanymarcelline -
Category
Documents
-
view
641 -
download
3
Transcript of Makalah Diskusi 2.5 Stem Cell
MAKALAH DISKUSI 1.1MODUL 313
DASAR – DASAREMBRIOLOGY
Disusun oleh :Sherly Betris 04012172Sisilya Eva Beruatwarin 04012173Siti Muhar Rimah 04012174Siti Salediah 04012175Siti Syawalla Mastura 04012176Sonia Masita 04012177Soraya Desta Asfarina 04012178Stania Brivta Monina 04012179Stanly Richardsen 04012180Stella Febrina 04012181Stephanie Renata Halim 04012182Stieven Rey 04012183Suci Pramanita 04012184T. Annisa Utami 04012185Tara Ayu Atmadi Putri 04012186Tasyafiki Azraliani 04012187T. Saputra 04012188Tiara Grainy Agata 04012189Tiffany 04012190Tiffany Dwinta Tristania 04012191Tiffany Marcelline Chandra Tjen 04012192
Falkutas Kedokteran Gigi TrisaktiJl. Kyai Tapa Grogol
Jakarta 114402012/2013
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah diskusi 1.1 modul 313 yang berjudul “Dasar – dasar
embriology”. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik. Tak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang turut memberikan
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian makalah ini.
Selain itu, ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang
telah memberikan ilmunya dalam memecahkan kasus diskusi kali ini.
Dalam penyususnan makalah ini, kami mohon maaf atas segala kekurangan karena
masih dalam tahap pembelajaran. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
agar makalah ini menjadi lebih baik di masa yang akan datang dan digunakan sebagaimana
fungsinya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat , dimengerti, dan diterima
dengan baik oleh pembaca.
Jakarta, 17 september 2012
Penyusun
2
DASAR – DASAR EMBRIOLOGY
Tujuan Diskusi
1. Mengetahui proses dan waktu pembentukan kerangka wajah.
2. Mengetahui proses dan waktu pembentukan bibir, palatum, lidah, tonsil.
3. Mengetahui proses dan waktu pembentukan TMJ, mandibula dan maksila.
4. Mengetahui kemungkinan gangguan yang dapat terjadi pada saat proses
pembentukan kerangka wajah, bibir, palatum, lidah, tonsil, TMJ, mandibula dan
maksila.
3
Skenario Kasus dan Pertanyaan Diskusi
Banyak hal yang terjadi pada janin didalam kandungan ibu. Proses pertumbuhan dan
perkembangan tergantung pada sel - sel yang berdiferensiasi menjadi target organ tertentu.
Perkembangan bagian kepala yang terdiri dari wajah, mata, hidung, mulut, telinga, bibir,
kelenjar tonsil, kelenjar saliva, palatum, gigi, maksila dan mandibular yang berkaitan satu
sama lain. Kegagalan yang terjadi pada masa pertumbuhan intra uterin dapat menyebabkan
kelainan pada saat lahir dan perkembangan selanjutnya.
Pertanyaan :
1. Diskusikan proses dan waktu pembentukan kerangka wajah
2. Diskusikan proses dan waktu pembentukan bibir, palatum, lidah, tonsil
3. DIskusikan proses dan waktu pembentukan TMJ, mandibula dan maksila
4. Diskusikan kemungkinan gangguan yang dapat terjadi pada saat proses
pembentukan kerangka wajah, bibir, palatum, lidah, tonsil, TMJ, mandibula dan
maksila
4
Jawaban Pertanyaan Diskusi
1. Diskusikan proses dan waktu pembentukan kerangka wajah
Wajah
Wajah terbentuk antara Minggu ke 5 dan 12 dari arkus brakialis. Hidung tumbuh
sebagai pilar jaringan mata terbentuk dari kombinasi jaringan saraf dan ektoderm
khusus. Telinga mula-mula terletak rendah. Di bawah hidung tonjolan maksilaris
meluas untuk membentuk dasar hidung dan atap mulut. Bibir atas terbentuk dari
tonjolan yang meluas untuk bertemu di bagian tengah. Fusi prosesus maksilaris yang
tidak memadai menyebabkan malformasi kongenital mulut fusi palatuom sempurna
pada Minggu ke 11.
Perkembangan wajah bergantung dari liima facial processes ( disebut juga dengan
prominences ) yang terbentuk pada minggu ke – 4, yaitu the single frontonasal
process, sepasang maxilla process dan sepasang mandibula process. Proses –
proses ini kemudian menjadi pusat pertumbuhan dan perkembangan dari wajah.
Perkembangan wajah dimulai pada minggu ke – 4 dan kemudian akan dilengkapi di
minggu ke – 12 saat periode fetal.
Minggu ke-4
Kedudukan lengkung pharynx terlihat, lempeng hidung dapat dilihat pada sisi kanan
dan kiri prominensia frontonasalis.
Pada akhir minggu ke-4, mulai tampak tonjolan-tonjolan wajah oleh mesenkim dari
krista neuralis. Terutama dibentuk oleh pasangan lengkung faring pertama.
Prominentia frontalis (bakal kening) terbentuk dari hasil proliferasi mesenkim di tepi
atas stomodeum. Di sisi kiri dan kanan prominentia frontalis terjadi penebalan
permukaan ektoderm setempat, disebut plakoda nasal (lempeng hidung). Pusat
wajah dibentuk oleh stomodeum yang dikelilingi oleh pasangan pertama lengkung
pharynx. Terbentuk 5 tonjolan mesenkim :
1&2 Tonjolan mandibula (lengkung pharynx pertama) : kaudal stomodeum.
3&4 Tonjolan maksila (bangian dorsal lengkung pharynx pertama) lateral
stomodeum.
5 Eminensia Frontalis (penonjolan bulat kranial stomodeum)
Minggu ke-5
Plakoda-plakoda hidung mengalami invaginasi membentuk lubang hidung. Tonjol
yang berada di tepi luar lubang adalah Processus nasolateralis dan yang berada di
tepi dalam adalah processus nasomedialis.Tumbuh cepat tonjol hidung lateral dan
5
medial yang disebut globular process mengelilingi lempeng hidung menjadi dasar
suatu lekuk, yg kemudian membentuk lubang hidung. Terjadi fusi antara medial
nasal dan maxillary processes yang menyempit ke arah nasalpit. The medial nasal
process tumbuh ke bawah lebih cepat daripada lateral nasalprocesses.
Minggu ke-6
Tonjol-tonjol hidung berangsur angsur terpisah dari tonjol maksila. Terjadi fusi antara
medial dan lateral nasal processes yang menyempitkan lebih
banyak nostrils.Medial nasal process berkurang. Mata berada di tepi wajah. Hidung
belum menyatu. Bibir belum menyatu. Wajah sangat merekat di atas jantung yang
menonjol. Ukuran embrio rata-rata 2-4 mm yang diukur dari puncak kepala hingga
punggung
Minggu ke-7
Tonjol Maksila telah bersatu dengan tonjol hidung medial membentuk bibir atas.
Nasal area agak menonjol. Nasal septum lebih banyak berkurang. Mata berada di
permukaan depan wajah. Ear tuberkulum disekitar hyomandibular cleft melebur atau
bersatu untuk membentuk external ear.
Minggu ke-8
Eksternal ear. Kelopak mata berada di permukaan depan wajah. Jaraknya relative
berkurang. Mandibula kecil. Pada Tonjolan Frontonasal, muncul pusat osifikasi intra
membrosis tunggal
Minggu ke- 12
Kelopak mata tertutup. Nostrils tertutup oleh proliferasi lapisan epitel. Hubungan
maksila dan mandibula normal.
2. Diskusikan proses dan waktu pembentukan bibir, palatum, lidah, tonsil
Bibir :
Bibir dimulai sekitar minggu ke-5 kehamilan. Celah antara tonjol hidung medial dan
tonjol maksila saling menutup dan keduanya bersatu -> membentuk bibir atas. Bibir
atas terbentuk dari maxillary processes di kedua sisi embrio,medial nasal
process.maksila yang pada awalnya terletak di lateral embrio akan bergeser kea
arah medial & bibir bawah bawah terbentuk dari penggabungan 2 alur dari
ektomesenkim dari mandibular process.
Pertumbuhan bibir atas pada awalnya lebih cepat dibandingkan dengan bibir
bawah.hal ini berkaitan dengan pertumbuhan maxilla yang lebih cepat daripada
mandibula.saat embrio berusia 7-8 minggu mandibula masih terlihat kecil dan
6
terletak lebih kebelakang dibandingkan maxilla.hal ini disebabkan karena kepala
embrio masih menekuk ke bawah sehingga mandibulla tidak bisa tumbuh
maksimal.ketika embrio berumur kurang lebih 9 minggu , kepala sudah terangkat
&mandibulla tumbuh cepat untuk menyamakan posisinya dengan masxilla dengan
begitu bibir atas & bawah juga memiliki posisi yang sejajar
Palatum :
Palatum : dimulai pada akhir bulan ke-2 atau sekitar minggu ke-7 atau ke-8. Terdiri
dari palatum primer dan palatum sekunder. Palatum primer berasal dari segmen
antar maxilla sedangkan palatum sekunder dibentuk oleh 2 penonjolan dari tonjol
maxilla yang menyerupai daun yaitu “daun-daun langitan mulut”. Terdiri dari 2 proses
yaitu : Lateral palatine process yaitu daun-daun palatine/ palatine ridge mulai
bergerak kearah midline kemudian median palatine process yg akhirnya akan
membentuk palatine raphe. Batas antara palatum primer dan palatum sekunder
disebut foramen incisivum.
Maxillary Prominence 6 weeks
Secondary Palatum 8 weeks9 weeks
7
9 weeks 10 weeks Palatine RapheLateral palatine process
Lidah :
Lidah dimulai pada minggu ke-4. Terjadi penebalan lateral dari mesenkim yaitu
arcus brankial 1 membentuk pembengkakan lingual (lateral lingual swelling)
kemudian antara dan dibalik pembengkakan ini muncul eminensia medialis yaitu
tuberkulum impar yang tepi kaudalnya ditandai dengan foramen caecum.
->
8
The contribution of the second arch in the ventral midline narrows.
The first archcontributes to the surface of the anterior two-thirds of the tongue, while the third archcontributes the posterior one-third.
Tonsil :
Merupakan jaringan limfosit yang mengandung sel limfosit,sebanyak 0,1-0,2 % dari
keseluruhan limfosit tubuh pada orang dewasa.pada tonsil terdapat system imun
kompleks yang terdiri atas sel membrane,makrofag,sel dendrite dan antigen
presenting cells yang berperan dalam proses transpotasi antigen ke limfosit
sehinggga terjadi sintesis immunoglobin spesifik .
3. DIskusikan proses dan waktu pembentukan TMJ, mandibula dan maksila
Maksila :
berkembang dr pusat osifikasi di maxilarry process yg trdpt di branchial pertama
- tdk ada kartilago primer
-pusat osifikasi dekat dgn kartilago dari nasal capsule
-formasi tulang menyebar secara posterior menuju zygoma,secara anterior menuju incisor
dan secara superior mnuju ke frontal process.
9
The fourth arch contributes to the epiglottis.
The junction of the anterior two-thirdsand posterior third of the tongue is at the terminal sulcus. The foramen cecum is the site at which the thyroid gland forms and invaginates.
-pertumbuhan lbh lanjut,trdpt kartilago sekunder yg berpengaruh besar trhdp zygomatic
kartilago.
-kartilago sekunder muncul pd saat perkembangan zygomatic dan dlm waktu singkat
dpt berkontribusi dlm perkembangan maksila.
Mandibula :
Mandibula berkembang dari lengkung brankialis yang pertama. Tulang rawan pada
lengkung ini disibut tulang rawan meckel. Bagian ujung anteriornya turut dalam
pembentukan daerah dagu. Bagian tengah dari tulang rawan ini hancur, sedangkan bagian
posteriornya membentuk dua tulang telinga tengah, maleus dan inkus.
Pada batas 2/3 anterior tulang rawan meckel, saraf lengkung brankialis pertama yaitu saraf
mandibular memberlah menjadi cabang linqual dan alveolar inferior. Lebih ke anterior lagi,
pada sisi lateral dari tulang rawan meckel, nervus alveolarinferior membelah lebih lanjut
menjadi cabang insisifus dan cabang mentalis.
Pada minggu ke-6 perkembangan janin, mandibula mulai tampak sebagai kondensasi
bilateral jaringan mesenkim di seblah lateral nervus alveolar inferior dan cabang insisifnya.
Mesenkim adalah tempat osifikasi intramembranosa yang meluas membentuk ramus dan
badan mandibula. Bagian mandibula yang menulang mula- mula bentuknya seperti tongkat
dan kemudian menjadi lempeng yang melengkung yang mengelilingi nervus alveolar inferior
dan nervus insisifus dan membentuk saluran serokan untuk gigi yang sedang berkembang.
Sebagian besar tulang rawan meckel tidak ikut turut dalam pembentukan tulang mandibula
tetapi yang berperan sebagai penyokong pada pembentu,an tulang interamembranosa.
Kemudian tulang rawan itu akan hancur. Hanya sebagian kecil dari tulang rawan meckel,
dari foramen mentalis sampai ke bakal simfisis, merupakan tempat osifikasi endokondral.
Perkembangan prenatal simfisis mandibular berjalan melalui seri tahapan yang berbatas
tegas. Pertama, melalui seri tahapan yang berbatas tegas. Pertama, pada minggu ke-7
10
sampai ke-8, daerah mesenkim ditandai dengan aktivitas pertumbuhan pembelahan yang
meningkat yang memisahkan tulang rawan meckel pada garis tengah (Gb 1- 28). Aktivitas
pertumbuhan kemudian hamper berhenti dan tulang rawan meckel berdifusi (Gb 1-28 B dan
1-30). Fusi ini diduga penting untuk stabilisasi mandibula selama proses osifikasi
endokondral tulang rawan meckel pada region kaninus yaitu suatu proses yang
menyebabkan penghancuran tulang rawan. Pada saat yang bersamaan terjadi osifikasi
intramembranosa pada daerah bukal dan lingual tulang rawan meckel. Selama
perkembangan selanjutnya, osifikasi endokondral meluas ke depan kea rah garis tengah
dari daerah fusi tulang rawan meckel menjadi terputus (Gb 1-28 C). Akhirnya lamella tulang
bukal bertemu dengan yang lingual pada garis tengah, membungkus sisa- sisa tulang rawan
meckel (Gb 1-28 B ). SImpisis denfinitif terdiri dari tulang rawan fibrosa yang berdiferensiasi
jaringan ikat pada garis tengah. Tulang rawan fibrosa ini akan mengalami penulangan pada
akhir tahun pertama kehidupan menuju kedua paruh mandibula.
11
Regio kondilus mandibular berkembang secara terpisah. Sekitar minggu ke-8 suatu blastem
endokondral berkembang di sebelah dorsal mandibula yang sekarang menulang secara
intramembranosa. Pada saat ini tulang berbentuk seperti tongkat tapi kemudian berubah
bentuknya seperti terowongan (Gb. 1- 29). DI bagian yang cekung, terbentuk tulang rawan
kondilus yang berkembang dari blastema endokondral meluas ke bawah ke dalam ramus
(Gb. 1- 31). Tulang rawan yang bentuknya mula- mula kerucut dan kemudian menjadi
seperti jamur, menyokong kepada pertumbuhan tinggi ramus.
12
Pada minggu ke-16 tulang rawan dimasuki dari luar oleh saluran- saluran pembulih darah
yang arahnya dapat disesuaikan dengan pertumbuhan lebih lanjut dari kondilus (Gb.1 – 29
D). Tulang rwan diganti dengan tulang, kecuali pada zona proliferaasi tulang rawan hialin
yang terletak di bawah permukaan sendi kondilus yang fibros ( berserat) dan menetap
sampai decade ketiga
Prosesus koronoideus tidak berkembang sampai minggu ke 16. Pada umur itu osifikasi
dimulai pada bagian anterior nervus mandibular dan meluar kea rah muskulus temporal.
4. Diskusikan kemungkinan gangguan yang dapat terjadi pada saat proses pembentukan
kerangka wajah, bibir, palatum, lidah, tonsil, TMJ, mandibula dan maksila
Kelainan pada proses pembentukan
a. Kerangka Wajah
Crouzon syndrome merupakan penyakit autosomal dominan dengan gejala yang
bervariasi yang disebabkan oleh mutasi gen pertumbuhan FGFR2 (Fibroblast Growth
Factor Receptor 2) pada kromosom 10. Octave Crouzon (1912) memperkenalkan
sindrom herediter kraniofasial dysostosis pada ibu dan anak laki- laki. Crouzon
menggambarkan tiga kelainan bentuk tulang calvaria, anomali wajah, dan
exophthalmos. Penyakit ini dikarakteristikkan dengan tulang calvaria yang terlalu
cepat menutup dan sutura basis kranial dan juga seperti halnya orbital dan maksila
secara kompleks (craniosynostosis). Kranium tersusun atas beberapa tulang yang
dipisahkan oleh sutura. Sutura ini membuat kranium membesar dan berkembang
bersamaan dengan perkembangan otak. Jika satu atau lebih sutura menutup lebih
13
cepat, khususnya sebelum otak berkembang secara sempurna, maka kemungkinan
perkembangan otak akan menekan kranium dan dapat mengakibatkan terbukanya
sutura yang lain. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknormalan bentuk kepala dan
pada beberapa kasus dapat mempercepat perkembangan otak. Penyatuan sutura
yang terlalu cepat melibatkan sagital dan koronal sutura. Sutura lamboidal terkadang
juga terlibat. Urutan dan kecepatan penyatuan sutura menentukan tingkat deformitas
dan kecacatan. Penyatuan sutura yang cepat dapat terjadi sendiri atau bersamaan
dengan kelainan lain. Pada crouzon syndrome tidak ditemukan kelainan pada jari-jari
seperti yang terdapat pada penyakit Apert’s Pfeiffer dan Saethre-Chotzen syndrome
sebagai diagnosa bandingnya.
b. Bibir
Bibir sumbing (cleft lip) adalah kelainan berupa celah pada bibir atas yang
didapatkan seseorang sejak lahir. Bila celah berada pada bagian langit-langit rongga
mulut (palate), maka kelainan ini disebut cleft palate. Pada cleft palate, celah akan
menghubungkan langit-langit rongga mulut dengan rongga hidung.
Ada tiga jenis kelainan cleft, yaitu:
Cleft lip tanpa disertai cleft palate
Cleft palate tanpa disertai cleft lip
Cleft lip disertai dengan cleft palate
14
Perbedaan antara keadaan normal, cleft lip, dan cleft palate
Sekitar separuh dari semua kasus cleft melibatkan bibir atas dan langit-langit sekaligus.
Celah dapat hanya terjadi pada satu sisi (unilateral) atau pada kedua sisi (bilateral) bibir.
Cleft lip dan cleft palate terbentuk saat bayi masih dalam kandungan.
Perbedaan antara cleft unilateral dan bilateral
c. PalatumCleft palate adalah kondisi abnormal dimana langit-langit mulut terbuka. Ini
disebabkan karena kegagalan 2 bagian langit-langit mulut bersatu saat embrio. Cleft
palate menyebabkan terbukanya bagian hidung dan mulut.
d. Lidah
Makroglosia
Pembesaran lidah yang merupakan kelainan perkembangan yang disebabkan oleh
hipertrofi oto lidah. Makroglosia dapet terlihat jelas pada sindrom down dan pada
keratinisme kogenital akibat kekurangan hormon kelenjar tiroid pada ibu. Kelainan ini
juga bisa didapat, misalnya karena kehilangan gigi-geligi RB dengan jumlah banyak.
Mikroglosia
Lidah yang kecil. Biasanya ditemukan pada sindrom Pierre Robin yang merupakan
kelainan herediter. Penyebabnya bisa berupa cacat pada saraf hipoglosus yang
15
mempersaraf otot lidah.tanpa rangsangan otot lidah menjadi atrofi dan tubuh lidah
menjadi kecil.
Ankiloglosia
Atau disebut tongue tie. Yaitu lidah tidak bebas dari dasar mulut. Frenulum lingualis
melekat terlalu jauh ke depan hingga pergerakan ludah terhambat dan penderita
tidak dapat menyentuh palatum keras.
Sumbing Lidah
Sumbing lidah terjadi akibat terganggunya perpaduan bagian kanan dan kiri lidah.
Tiroid Lingual
Penonjolan pada pangkal lidah sekitar foramen caecum yang mengandung jaringan
tiroid.
Kelenjar tiroid dibentuk pada pangkal lidah (foramen caecum) pada minggu ke 5 IU
akan turun ke bawah depan trakea dan berhenti di depan os hyoideum dan os tiroid.
Jika sebagian tidak turun maka terjadi tiroid lingual.
Lidah Geografik
Tampak kemerahan pada dorsum lidah akibat deskuamasi papila filiformis dikelilingi
daerah sedikit menonjol dan berbatasan dengan tepi tidak teratur dan berwarna putih
kekuningan
Hairy Tongue
Tampak bagian tengah belakang ludah lebih merah dan permukaan seperti
berambut karena hipertrofi papila filiformis
e. Tonsil
f. TMJ
Ankilosis
Ankilosis adalah suatu kondisi gigi geligi yang memperlihatkan adanya kerasnya dan
pergerakan yang terbatas pada sendi temporomandibular (TMJ) tanpa disertai rasa
sakit. Kondisi ini disebabkan oleh penyatuan tulang yang menyusun sendi atau
terbentuknya endapan kalsium disekeliling ligamen, sehingga dapat menahan
perkembangan rahang bagian bawah dan asimetris wajah yang lebih lanjut.
16
Meskipun penyebab pastinya belum diketahui, kondisi ini biasanya berhubungan
dengan trauma pada wajah atau infeksi di bagian sendi.
Dislokasi Kondilus :
Keadaan kondilus yang terfiksasi diluar fossa glenoidalis, anterior, medial dan
posterior,unilateral/bilateral,akut atau kronik. Dislokasi ke anterior : sering terjadi,
kondilus terkunci di depan emenentia karena spasma otot temporalis, pterygoideus
internus dan maseter
g. Mandibula
Agnasia
Kesalahan pembentukan lengkung mandibula. Kelainan ini sering juga disebabkan
oleh ganguan vaskularisasi. Pada keadaan ini lidah juga tidak terbentuk atau
mengalami reduksi ukuran. Penyebabknya adalah kelainan perkembangan atau
didapat.
Mikrognasia
Kelainan ini disebabkan oleh kegagalan pusat pertumbuhan di kepala sendi. Cedera
pada kepala sendi oleh trauma pada saat lahir atau infeksi pada telinga dapat
menyerang pusat pertumbuhan kepala sendi. Kemungkinan lainnya adalah trauma
atau infeksi daerah kepala sendi yang umumnya unilateral dan menyebabkan
pengecilan ukuran rahang yang unilateral.
Makrognasia
Makrognasia adalah rahang yang besar. Hal ini bisa menyebabkan protrusi dengan
dagu menonjol.
Torus Mandibularis
Masa putih bilateral di bagian lingual akar gigi premolar. Bentuknya bervariasi, dapat
satu lobus atau multipel, unilateral atau bilateral. Ia tumbuh langsung di atas garis
milohioid, meluas dari kaninus sampe molar pertama. Kelainan ini disebabkan oleh
faktor genetik atau fungsi.
h. Maksila
17
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2009. Turunan Mesoderm. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram: http://dosyin.blogspot.com. Diakses 26 September 2012.
Hammersen. Sobotta: Histologi Atlas Bewarna Anatomi Mikroskopis, edisi 4. EGC. 1996. Hal.145-6.
Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar Teks & Atlas. 10th ed. Jakarta: EGC; 2007. p. 335-54.
Modul 113. 2012.
Yatim, Wildan et al. 1984. Embryologi untuk Mahasiswa Biologi dan Kedokteran. Bandung: Tarsito.
18