Laporan Tonisitas q

28
TONISITAS BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Dalam profesi kita sebagai farmasis tentu saja kita akan selalu di hadapkan dengan obat-obatan dan cara pemakaiannya serta bagaimana mengatur obat-obatan yang harus di gunakan oleh pasien serta harus mampu mempersiapkan obat yang sesuai dengan yang di anjurkan, persiapan tentang cara pemberian obat dan observasi secara tepat terhadap cara obat-obatan tersebut bekerja.Dengan kata lain, seorang farmasis dapat berkolaborasi dengan dokter yang memiliki pengetahuan yang memadai dalam bidang ini. Seorang farmasis professional harus mampu memberikan rute obat yang sesuai pada kliennya. Pilihan rute pemberian obat yang sesuai bergantung pada kandungan obat WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI 15020120367

description

tonisitas farfis

Transcript of Laporan Tonisitas q

Page 1: Laporan Tonisitas q

TONISITAS

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Dalam profesi kita sebagai farmasis tentu saja kita akan selalu di

hadapkan dengan obat-obatan dan cara pemakaiannya serta bagaimana

mengatur obat-obatan yang harus di gunakan oleh pasien serta harus

mampu mempersiapkan obat yang sesuai dengan yang di anjurkan,

persiapan tentang cara pemberian obat dan observasi secara tepat terhadap

cara obat-obatan tersebut bekerja.Dengan kata lain, seorang farmasis dapat

berkolaborasi dengan dokter yang memiliki pengetahuan yang memadai

dalam bidang ini.

Seorang farmasis professional harus mampu memberikan rute obat

yang sesuai pada kliennya. Pilihan rute pemberian obat yang sesuai

bergantung pada kandungan obat dan efek yang digunakan serta kondisi fisik

dan mental klien.

Tonisitas adalah membandingkan tekanan osmosa antara dua cairan

yang dipisahkan oleh membrane semipermeabel. Suatu larutan dikatakan

isotonis terhadap cairan lainnya bial memiliki tekanan osmosa yang sama.

Bila cairan yang satu tekanan osmosanya lebih tinggi daripada yang lain,

maka cairan yang lebih tinggi dikatakan hipertonis terhadap yang lebih

WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI15020120367

Page 2: Laporan Tonisitas q

TONISITAS

rendah, sebaliknya cairan yang memiliki tekanan osmosa yang lebih rendah

disebut hipotonis terhadap cairan yang lebih tinggi tekanan osmosanya.

Penurunan titik beku merupakan penurunan titik beku suatu larutan

tergantung pada jumlah bagian-bagian yang terlarut dalam larutan. Untuk

larutan encer penurunan titik beku kira-kira sebanding dengan tekanan

osmosa.

I.2. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengamati peristiwa

osmosis dan untuk menghitung bahan pengisotonis yang ditambahkan untuk

membuat larutan isotonis.

WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI15020120367

Page 3: Laporan Tonisitas q

TONISITAS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

Tonisitas adalah membandingkan tekanan osmosa antara dua cairan

yang dipisahkan oleh membrane semipermeabel. Suatu larutan dikatakan

isotonis terhadap cairan lainnya bial memiliki tekanan osmosa yang sama.

Bila cairan yang satu tekanan osmosanya lebih tinggi daripada yang lain,

maka cairan yang lebih tinggi dikatakan hipertonis terhadap yang lebih

rendah, sebaliknya cairan yang memiliki tekanan osmosa yang lebih rendah

disebut hipotonis terhadap cairan yang lebih tinggi tekanan osmosanya.

Tekana osmosa cairan tubuh, darah, air mata, cairan lumbal sama dengan

tekanan osmosa larutan natrium klorida 0,9%. Penyuntikan atau pemasukan

larutan yang tidak isotonis ke dalam tubuh dapat menimbulkan hal-hal yang

tidak dapat diinginkan. (Anonim, 2013)

Penurunan titik beku merupakan penurunan titik beku suatu larutan

tergantung pada jumlah bagian-bagian yang terlarut dalam larutan. Untuk

larutan encer penurunan titik beku kira-kira sebanding dengan tekanan

osmosa. Jadi penurunan titik beku larutan dapat digunakan untuk mengukur

kepekatan larutan, karena makin pekat larutan maka makin tinggi pula

penurunan titik bekunya. Penurunan titik beku yang dipakai untuk

perhitungan isotonis, berdasarkan anggapan bahwa larutan isotonis

WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI15020120367

Page 4: Laporan Tonisitas q

TONISITAS

mempunyai titik beku yang sama dengan titik beku cairan tubuh. Sedangkan

penurunan titik beku darah adalah -0,52oC. (Anonim, 2013)

Hipotonis merupakan larutan yang konsentrasinya rendah memiliki

tekanan osmotik yang rendah. Hipertonis adalah larutan berkonsentrasi tinggi

memiliki tekanan osmotik yang tinggi. Dan isotonis adalah tekanan osmotik

sama (konsentrasi sama maka antara kedua larutan tidak akan terjadi

osmosis). (Kimia Fisika untuk Paramedis, 2005 )

Ada dua teori yang menjelaskan tentang peristiwa osmosis yaitu teori

tekanan uap dan teori kinetika molekul. Teori tekanan uap adalah larutan

encer memiliki tekanan uap yang lebih besar dari pada larutan yang lebih

pekat, bila kedua macam larutan ini dipisahkan dengan selaput

semipermeabel akan terjadi perpindahan secara bertahap molekul-molekul

pelarut dari larutan yang memiliki tekanan uap besar (encer) larutan yang

tekanan uapnya rendah (pekat). Perpindahan ini akan berhenti setelah

tercapai kesetimbangan yaitu bila tekanan uap kedua larutan telah sama.

Sedangkan, teori tekanan molekul menjelaskan bahwa setiap molekul sutu

larutan maupun gas, diatas suhu absolut 0oC selalu dinyatakan sebagai

potensial kimia. Di dalam sistem larutan, molekul air bergerak oleh adanya

potensial kimia zat terlarut pada larutan yang sangat encer, energi gerak atau

potensial airnya dianggap paling besar sedangkan larutan yang pekat

potensial airnya rendah. Hal ini disebabkan dalam larutan pekat molekul air

banyak berikatan dengan zat terlarut sehingga sedikit banyak yang dapat

WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI15020120367

Page 5: Laporan Tonisitas q

TONISITAS

bergerak. Dengan demikian osmosis pada dasarnya merupakan difusi dari

daerah yang memiliki potensial air yang lebih tinggi ke daerah potensial

airnya rendah melalui selaput semipermeabel. (Kimia Fisika untuk

Paramedis, 2005)

Tonisitas larutan dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu

metode berikut ini. Pertama, dalam metode hemolisis, pengaruh berbagai

larutan oabt diperiksa berdasarkan efek yang timbul ketika disuspensikan

dengan darah. Husa dan teman-temannya menggunakan metode ini.

Kemudian mereka mencoba sebuah metode kuantitatif yang dikembangkan

oleh Hnter berdasarkan pada kenyataan bahwa suatu larutan yang hipotonis

akan membebaskan oksihemoglobin dalam perbandingan yang sama dengan

jumlah sel-sel yang dihemolisisnya, atas dasar tersebut dapat ditentukan

faktor Von’t Hoff, untuk kemudian dibandingkan dengan nilai yang diperoleh

daya krioskopik, koefisien keaktifan dan koefisien osmosis. (Martin, 1993)

Faktor disosiasi ada tiga yang dipertimbangkan dalam perhitungan

dengan cara ini, yaitu :

1) Persen zat dalam larutan, dinyatakan dalam berat / volume.

2) Berat molekul zat-zat yang terlarut.

3) Derajat disosiasi zat yang mendekati keadaan sebenarnya.

(Anonim,2013)

WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI15020120367

Page 6: Laporan Tonisitas q

TONISITAS

II.2 Uraian Bahan

1.) Aqudest (Ditjen POM,1979 : 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

RM /BM : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan

tidak berasa.

Kegunaan : Sebagai larutan hipotonis.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

2.) Glukosa (Ditjen POM,1979 : 268)

Nama resmi : GLUCOSUM

Nama lain : Glukosa

RM /BM : C6H12O6 / 198,17

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran

putih, tidak berbau, rasa manis.

Kegunaan : Sebagai larutan hipertonis.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

3.) NaCl (Ditjen POM,1979 : 403)

Nama resmi : NATRII CHLORIDUM

Nama lain : Natrium klorida

RM/BM : NaCl / 58,44

Pemerian : Hablur putih, berbentuk kubus atau berbentuk

WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI15020120367

Page 7: Laporan Tonisitas q

TONISITAS

prisma, tidak berbau, rasa asin, mantap di udara.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air.

Kegunaan : Sebagai larutan isotonis.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

4.) Kentang (www.plantamor.com)

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta

Super divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanacea

Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberosum L.

~ Kandungan kimia : karbohidrat, serat, air, lemak, protein, vitamin,

dan mineral.

WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI15020120367

Page 8: Laporan Tonisitas q

TONISITAS

II.3 Prosedur Kerja (Anonim, 2013)

II.3.1) Menghitung jumlah bahan pengisotonis yang digunakan

Hitung banyaknya Dextrosa yang digunakan agar isotonis

dengan cairan tubuh, jika akan dibuat larutan dextrosa

sebanyak 100 ml (gunakan ketiga metode perhitungan).

Tentukan tonisitas dari 100 ml larutan glukosa 30%.

Buat larutan di bawah ini :

~ Larutan NaCl fisiologis

~ larutan dextrosa isotonis

~ Larutan Glukosa 30%

II.3.2) Menentukan Tonisitas dari larutan dextrosa 30%

Timbang glukosa sebanyak 300 gram, kemudian larutkan

dalam 1000 ml aquadest.

II.3.3) Membuat Larutan NaCl fisiologis, Larutan Dextrosa

isotonis, hipertonis dan hipotonis

Timbang NaCl sebanyak 9 gram kemudian dalam 1000 ml

aquadest.

II.3.4) Pengamatan terhadap penggunaan larutan isotonis,

hipertonis, dan hipotonis

Bersihkan kentang dari kulitnya. Potong kentang dengan

ukuran 2x1 sebanyak 3 potong. Usahakan beratnya sama.

WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI15020120367

Page 9: Laporan Tonisitas q

TONISITAS

Masukkan kentang ke dalam larutan NaCl fisiologis, larutan

glukosa 30% dan aquadest. Biarkan selama 30 menit.

Keluarkan dari larutan kemudian letakkan di atas tissue,

kemudian ditimbang dan diamati.

WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI15020120367

Page 10: Laporan Tonisitas q

TONISITAS

BAB III

CARA KERJA

III.1 Alatdan Bahan

III.1.1) Alat yang digunakan

Alat yang dipakai dalam percobaan ini adalah aluminium foil,

botol semprot, gelas kimia, gelas ukur, pipet tetes, pisau, stopwatch,

dan timbangan analitik.

III.1.2) Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquadest,

kentang, larutan NaCl 0,9 %, larutan glukosa 30 %, dan tissue.

III.2 Langkah Percobaan

III.2.1) Menghitung jumlah bahan pengisotonis yang digunakan

1) Dihitung banyaknya Dextrosa yang digunakan agar isotonis

dengan cairan tubuh, jika akan dibuat larutan dextrosa

sebanyak 100 ml (gunakan ketiga metode perhitungan).

2) Ditentukan tonisitas dari 100 ml larutan glukosa 30%.

3) Dibuat larutan di bawah ini :

~ Larutan NaCl fisiologis

~ larutan dextrosa isotonis

~ Larutan Glukosa 30%

WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI15020120367

Page 11: Laporan Tonisitas q

TONISITAS

III.2.2) Menentukan Tonisitas dari larutan dextrosa 30%

Ditimbang glukosa sebanyak 300 gram, kemudian larutkan

dalam 1000 ml aquadest.

III.2.3) Membuat Larutan NaCl fisiologis, Larutan Dextrosa

isotonis, hipertonis dan hipotonis

Ditimbang NaCl sebanyak 9 gram kemudian dalam 1000 ml

aquadest.

III.2.3) Pengamatan terhadap penggunaan larutan isotonis,

hipertonis, dan hipotonis

1) Dibersihkan kentang dari kulitnya. Dipotong kentang dengan

ukuran 2x1 sebanyak 3 potong. Usahakan beratnya sama.

2) Dimasukkan kentang ke dalam larutan NaCl fisiologis,

larutan glukosa 30% dan aquadest. Biarkan selama 60menit.

3) Dikeluarkan dari larutan kemudian letakkan di atas tissue,

kemudian ditimbang dan diamati.

WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI15020120367

Page 12: Laporan Tonisitas q

TONISITAS

BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAN

IV.1 Pengamatan terhadap larutan isotonis, hipertonis, dan hipotonis

Sebelum direndam Setelah direndam selama 30 menit dalam

I II III L. Hipotonis (I) L. Hipertonis (II) L. Isotonis (III)

Berat (gram) 19,2856 g 19,2568 g 19,2221 g 19,96 gram 16,40 gram 19,09 gram

Keadaan keras keras keras keras Lunak keras

Parameter yang diamati

IV.1 Menghitung Bahan Pengisotonis

LARUTAN ISOTONIS (100 ml) BANYAKNYA ZAT (GRAM)

NaCl (1000 ml) 9 gram

Glukosa (1000 ml) 300 gram

Perhitungan :

~ NaCl = 0,9100

x 1000 = 9 gram

WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI15020120367

Page 13: Laporan Tonisitas q

TONISITAS

atau, BV x 100 % =

91000 x 100% = 0,9 %

~Glukosa= 30100

x 1000 = 300 gram

atau, BV

x 100 % = 30030

x 100 % = 30 %

IV.3 PEMBAHASAN

Tonisitas adalah membandingkan tekanan osmosa antara dua

cairan yang dipisahkan oleh membran semipermeabel. Suatu larutan

dikatakan isotonis terhadap cairan lainnya bila memiliki tekanan osmosa

yang sama. Bila cairan satu tekanan osmosanya lebih tinggi daripada

yang lain, maka dikatakan hipertonis terhadap yang lebih rendah,

sebaliknya cairan yang memiliki tekanan osmosa yang paling rendah

disebut hipotonis terhadap cairan yang lebih tinggi tekanan osmosanya.

Pada praktikum kali ini, kita menggunakan beberapa alat salah

satunya adalah timbangan analitik. Timbangan analitik ini berguna untuk

menimbang bahan atau sampel yang akan digunakan pada praktikum.

Alat ini berfungsi untuk menimbang bahan yang akan digunakan untuk

membuat media untuk bakteri, jamur atau media tanamkultur jaringan

dan mikrobiologi dalam praktikum dengan tingkat ketelitian yang tinggi.

Jumlah media yang tidak tepat akanberpengaruh terhadap konsentrasi

WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI15020120367

Page 14: Laporan Tonisitas q

TONISITAS

zat dalam media sehingga dapat menyebabkan terjadinya kekeliruan

dalam hasil praktikum.

Adapun prinsip kerja dari alat ini yaitu penghitung satuan massa

suatu benda dengan teknik digital dan tingkat ketelitian yang cukup

tinggi. Prinsip kerjanya yaitudengan penggunaan sumber tegangan

listrik yaitu stavolt dan dilakukan peneraan terlebih dahulu sebelum

digunakan kemudian bahan diletakkan pada neraca lalu dilihat angka

yang tertera pada layar, angka itu merupakan berat dari bahan yang

ditimbang.

Kekurangan neraca analitik adalah :

1. Alat ini memiliki batas maksimal yaitu 1 mg atau 210 gram, jika

melewati batas tersebut maka ketelitian perhitungan akanberkurang.

2. Tidak dapat menggunakan sumber tegangan listrik yang besar,

sehingga harus menggunakan stavolt jika tidak, maka benang di

bawah akan putus.

3. Harga yang mahal.

Kelebihan neraca analitik

1. Memiliki tingkat ketelitian yang cukup tinggi dan dapat menimbang zat

atau benda sampai batas 0,0001 g atau 0,1 mg.

2. Penggunaannya tidak begitu rumit jika dibandingkan dengan

timbangan manual, sehingga lebih efisien dalam hal waktudan tenaga.

WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI15020120367

Page 15: Laporan Tonisitas q

TONISITAS

Pada praktikum tonisitas ini bahan utama yang digunakan adalah

kentang. Sebelum kentang dijadikan sampel terlebih dahulu kentang tersebut

dibersihkan dan dikupas kulitnya, setelah itu dipotong dengan ukuran 1x2

dengan 3 bagian dan diusahakan agar ketiga potongan tersebut sama besar.

Untuk mengetahui apakah beratnya sudah sama, maka setalah pemotongan

ditimbang terlebih dahulu. Setelah itu diperoleh, kentang potongan pertama

beratnya yaitu 19,2221 gram, potongan kedua yaitu 19,2568 gram dan

potongan ketiga yaitu 19,2856 gram.

Kemudian, potongan kentang tersebut dimasukkan ke dalam larutan

NaCl fisiologis, Larutan glukosa 30 % dan aquadest. Sebelum dimasukkan ke

dalam larutan masing-masing, keadaan kentang adalah keras. Untuk kentang

potongan pertama dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi larutan NaCl

sebanyak 250 ml dan nyalakan stopwatch dengan durasi waktu yang

digunakan 60 menit. Selanjutnya, kentang potongan yang kedua dimasukkan

juga ke dalam gelas kimia yang berisi larutan dextosa 30 % dan nyalakan

stopwatch dengan jangka waktu 60 menit. Dan potongan kentang yang ketiga

atau yang terakhir dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi aqudest dan

nyalakan stopwatch dengan durasi waktu 60 menit.

Setelah 30 menit ketiga kentang tersebut diangkat atau dikelurkan dari

cairan tersebut kemudian letakkan di atas tissue, dan timbang kembali

dengan menggunakan timbangan analitik, lalu amati perubahan yang terjadi

WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI15020120367

Page 16: Laporan Tonisitas q

TONISITAS

pada ketiga kentang tersebut dan catat. Setelah semuanya selesai terjadi

perubahan pada ketiga potongan kentang tersebut. Potongan kentang yang

pertama tadi sebelum direndam dengan larutan beratnya adalah 19,2221

gram, setelah direndam beratnya berkurang menjadi 19,09 gram dan dalam

keadaan keras, hal ini merupakan terjadinya isotonis. Lalu, kentang yang

kedua dari berat semula yaitu 19,2568 menjadi 16,40 gram dengan

menggunakan larutan dextrosa dan keadaannya pun berubah dari keras

menjadi lunak, hal ini merupakan terjadinya hipertonis. Sedangkan kentang

ketiga atau yang terakhir yang menggunakn aquadest dari berat semula

19,2856 gram menjadi 19,96 gram, dan keadaannyapu tetap dari keras tetap

menjadi keras, hal ini merupakan terjadinya hipotonis.

WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI15020120367

Page 17: Laporan Tonisitas q

TONISITAS

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1.) Larutan isotonis dengan berat sampel 19,2221 gram menjadi

19,09 gram, dalam keadaan tetap keras.

2.) Larutan hipotonis dengan berat sampel 19,2856 gram menjadi

19,96 gram, dalam keadaan tetap keras.

3.) Larutan hipertonis dengan berat sampel 19,2568 gram menjadi

16,40 gram, keadaanya dari keras menjadi lunak.

V.2 SARAN

Untuk praktikum kali ini, kerjasama antara Asisten dan praktikan sudah

terjalin bagus, mudah-mudahan untuk ke depannya tetap seperti ini.

WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI15020120367

Page 18: Laporan Tonisitas q

TONISITAS

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Penuntun Prak tikum Farmasi Fisika 1 . M akassar : Universitas

Muslim Indonesia Makassar.

Ansel,H.C.,2004.Kalkulus farmasetik.EGC:Jakarta.

Ditjen POM, (1979).Farmakope Indonesia edisi I II , Departemen kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 1030.

Eistein, 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis.Penerbit Andi : Yogyakarta.

Martin A. N ,Suargick , J. , dan cammarata , J.  1990 . Farmasi Fisika : Dasar-

dasar farmasi fisika dalam ilmu farmasetika , diterjemahkan oleh

Yoshita , edisi III , jilid I , penerbit UI ,Jakarta , 8-309-318, 454-495,

559-687

WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI15020120367

Page 19: Laporan Tonisitas q

TONISITAS

SKEMA KERJA

Disiapkan alat dan bahan

Dibersihkan kentang dari kulitnya.

Dipotong kentang dengan ukuran 2x1 sebanyak 3 potong.

Diusahakan ukurannya sama

Dimasukkan kentang ke dalam larutan NaCl fisiologis,

Larutan glukosa 30% dan aquadest.

Dan dibiarkan selama 60 menit.

Dikeluarkan dari larutan kemudian, diletakkan

di atas tissue.

Kemudian, ditimbang dan diamati.

WAHYU PRAMUDYA IRMA LASMI DEWI15020120367