makalah q ekologi

download makalah q ekologi

of 40

Transcript of makalah q ekologi

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan, sehingga secara alamiah bangsa Indonesia merupakan bangsa bahari. Hal ini ditambah lagi dengan letak wilayah Indonesia yang strategis diwilayah tropis. Hamparan laut yang luas merupakan suatu potensi bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan sumberdaya laut yang memiliki keragaman, baik sumberdaya hayati maupun sumberdaya lainnya. Sebagai suatu bangsa bahari yang memiliki wilayah laut yang luas dan dengan ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar didalamnya, maka derajat keberhasilan bangsa Indonesia juga ditentukan dalam memanfaatkan dan mengelola wilayah laut yang luas tersebut. Keunikan dan keindahan serta keanekaragaman kehidupan bawah laut dari kepulauan Indonesia yang membentang luas di cakrawala khatulistiwa masih banyak menyimpan misteri dan tantangan terhadap potensinya. Salah satu dari potensi tersebut atau sumberdaya hayati yang tak ternilai harganya dari segi ekonomi atau ekologinya adalah sumberdaya terumbu karang, apabila sumberdaya terumbu karang ini dikaitakn dengan pengembangan wisata bahari mempunyai andil yang sangat besar. Karena keberadaan terumbu karang tersebut sangat penting dalam pengembangan berbagai sektor termasuk sektor pariwisata. Khusus mengenai terumbu karang, Indonesia dikenal sebagai pusat distribusi terumbu karang untuk seluruh Indo-Pasifik. Indonesia memiliki areal terumbu karang seluas 60.000 km2 lebih. Sejauh ini telah tercatat kurang lebih 354 jenis karang yang termasuk kedalam 75 marga.

Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan panjang garis pantai lebih dari 95.000 km dan juga memiliki lebih dari 17.504 pulau. Keadaan tersebut menjadikan Indonesia termasuk kedalam Negara yang memiliki kekayaan sumberdaya perairan yang tinggi dengan sumberdaya hayati perairan yang sangat beranekaragam. Keanekaragaman sumberdaya perairan Indonesia meliputi sumberdaya ikan maupun sumberdaya terumbu karang. Terumbu karang yang dimiliki Indonesia luasnya sekitar

2

7000 km2 dan memiliki lebih dari 480 jenis karang yang telah berhasil dideskripsikan. Luasnya daerah karang yang ada menjadikan Indonesia sebagai Negara yang memiliki kenekaragaman ikan yang tinggi khususnya ikan-ikan karang yaitu lebih dari1.650 jenis spesies ikan (Burke et al, 2002 dalam Zainarlan, 2007).

Kekayaan sumberdayahayati perairan Indonesia yang tinggi akan sangat bermanfaat jika dilakukan pemanfaatan secara optimal dan bertanggung jawab. Pemanfaatan sumberdayahati perairan ini dapat dilakukan melalui proses penangkapan yang bertanggung jawab. Penangkapan ikan yang dilakukan adalah proses pemanfaatan sumberdaya perikanan yang bersifat ekonomis dari perairan secara bertanggung jawab. Dalam melakukan proses penangkapan, nelayan harus mengikuti peraturan yang berlaku. Salah satu peraturan yang mengatur mengenai kegiatan penangkapan adalah Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) yaitu prinsip-prinsip tatalaksana perikanan yang bertanggungjawab. Tatalaksana ini menjadi asas dan standar internasional mengenai pola perilaku bagi praktek penangkapan yang bertanggung jawab dalam pengusahaan sumberdaya perikanan dengan maksud untuk menjamin terlaksananya aspek konservasi, pengelolaan dan pengembangan efektif sumberdaya hayati akuatik berkenaan dengan pelestarian.

Sebagai negara kepulauan terbesar dan secara geografis terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, keanekaragaman hayati laut Indonesia tak tehitung jumlahnya. Terumbu karang Indonesia sangat beraneka ragam dan memegang peranan yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan menyumbangkan stabilitas fisik pada garis pantai tetangga sekitarnya. Oleh karena itu harus dilindungi dan dikembangkan secara terus menerus baik untuk kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.

Terumbu karang sangat mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungan sekitarnya baik secara fisik juga biologis. Akibat kombinasi dampak negatif langsung dan tidak langsung pada terumbu karang Indonesia, sebagian besar terumbu karang di wilayah Indonesia saat ini sudah mengalami kerusakan yang sangat parah. Bagaimanapun juga, tekanan terhadap keberadaan terumbu karang paling banyak

3

diakibatkan oleh kegiatan manusia, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan. Peningkatan kegiatan manusia sepanjang garis pantai semakin memperparah kondisi terumbu karang.

Oleh karena itu merupakan kebutuhan mendesak untuk menerapkan konservasi dan rencanarencana pengelolaan yang baik untuk melindungi terumbu karang dari kerusakan yang semakin parah. Langkah dan kebijakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi ancaman terhadap terumbu karang di Indonesia adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perlunya menjaga kelestarian terumbu karang dan meningkatkan keterlibatan semua pihak dalam menjaga kelestarian terumbu karang di Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah 1. Bagaimana kondisi terumbu karang di Indonesia 2. Apa penyebab kerusakan terumbu karang di Indonesia 3. Apa saja upaya-upaya yg di lakukan untuk mengatasi kerusakan terumbu karang.

1.3 Maksud dan Tujuan 1. Dapat mengetahui kondisi terumbu karang di Indonesia 2. Mempelajari mengenai fungsi dan manfaat terumbu karang 3. Dapat mengetahui penyebab-penyebab rusaknya terumbu karang

1.4 Kegunaan Penulisan Dari hasil karya tulis ini diharapkan dapat memberi informasi yang bermanfaat. Pertama, dapat memberi gambaran kondisi terumbu karang di Indonesia yang sudah sangat memprihatinkan. Kedua, dapat memberi informasi mengenai terumbu karang, baik fungsi dan manfaatnya bagi masyarakat. Ketiga, penyebab kerusakan terumbu karang yang selama ini telah terjadi di perairan Indonesia.

4

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pentingnya Terumbu Karang Istilah terumbu karang sangat sering kita dengar, namun belum tentu kita pahami pengertiannya. Istilah terumbu karang ini merupakan terjemahan langsung bahasa Inggris dari kata coral reefs. Menurut ensiklopedi dari situs htttp://dict.die.net/reef/,reef atau terumbu adalah serangkaian struktur keras dan padat yang berada di dalam atau dekat permukaan air. Sedangkan coral atau karang, merupakan salah satu organisme laut yang tidak bertulang belakang (invertebrate), berbentuk polip yang berukuran mikroskopis, namun mampu menyerap kapur dari air laut dan mengendapkannya sehingga membentuk timbunan kapur yang padat. Sekumpulan besar polip ini kemudian menyusun suatu koloni sehingga membentuk suatu struktur kerangka menurut jenisnya. Struktur ini secara bersama-sama dengan struktur koloni karang yang lain turut

mengendapkan kapur dan berkonstribusi besar dalam membentuk struktur terumbu yang padat. Seiring dengan waktu, selanjutnya terumbu ini akan menjadi substrat baru bagi koloni- koloni karang

Terumbu Karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut utama. Terumbu karang merupakan kumpulan fauna laut yang berkumpul menjadi satu membentuk terumbu. Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium dan karbon. Hewan ini hidup dengan memakan berbagai mikroorganisme yang hidup melayang di kolom perairan laut.

Terumbu karang adalah struktur hidup yang terbesar dan tertua di dunia. Untuk sampai ke kondisi yang sekarang, terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun. Tergantung dari jenis, dan kondisi perairannya, terumbu karang umumnya hanya tumbuh beberapa milimeter saja per tahunnya. Yang ada di perairan Indonesia saja saat ini paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun silam. Terumbu Karang menjadi rumah bagi ribuan spesies makhluk hidup. Jika rumahnya saja dalam kondisi tidak baik atau bahkan hancur, bisa dibayangkan berapa banyak makhluk hidup yang terancam punah.

5

Gambar Anatomi Karang

Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis, meskipun pada beberapa belahan dunia non-tropis juga kita jumpai adanya terumbu karang. Terumbu karang

terbentuk dari endapan-endapan masif terutama kalsium karbonat yang dihasilkan oleh organisms karang (filum Snedaria, klas Anthozoa,, ordo Madreporaria dan Scleractinia), alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarka kaisium karbonat (Nybakken, 1988).

2.1.1 Fungsi Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan ekosistem khas perairan tropik, dan merupakan habitat berbagai biota laut untuk tumbuh dan berkembang biak dalam kehidupan yang seimbang. Sifat yang menonjol dari terumbu karang adalah produktifitas dan keanekaragamannya yang tinggi, jumlah spesies yang banyak, serta bentuk morfologi yang sangat bervariasi dan biomassa yang besar.

6

Secara alami, terumbu karang merupakan habitat bagi banyak spesies laut untuk melakukan pemijahan, peneluran, pembesaran anak, makan dan mencari makan (feeding & foraging), terutama bagi sejumlah spesies yang memiliki nilai ekonomis penting. Banyaknya spesies makhluk hidup laut yang dapat ditemukan di terumbu karang menjadikan ekosistem ini sebagai gudang keanekaragaman hayati laut. Saat ini, peran terumbu karang sebagai gudang keanekaragaman hayati menjadikannya sebagai sumber penting bagi berbagai bahan bioaktif yang diperlukan di bidang medis dan farmasi. Struktur masif dan kokoh dari terumbu berfungsi sebagai pelindung sempadan pantai, dan ekosistem pesisir lain (padang lamun dan hutan mangrove) dari terjangan arus kuat dan gelombang besar. Struktur terumbu yang mulai terbentuk sejak ratusan juta tahun yang lalu juga merupakan rekaman alami dari variasi iklim dan lingkungan di masasilam, sehingga penting bagi penelitian paleoekologi. Ekosistem ini juga berperan penting dalam siklus biogeokimia secara global, karena kemampuannya menahan nutrien-nutrien dalam sistem terumbu dan perannya sebagai kolam untuk menampung segala bahan yang berasal dari luar sistem terumbu. Secara umum, keseluruhan fungsi yang disediakan oleh terumbu karang dapat digolongkan menjadi fungsi fisik, fungsi kimia, dan fungsi biologi dan ekologi. Manfaat terumbu karang Dalam konteks ekonomi, terumbu karang menyediakan sejumlah manfaat yang dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu manfaat berkelanjutan dan manfaat yang tidak berkelanjutan. Manfaat berkelanjutan terumbu karang adalah sebagai Perikanan lepas pantai Berbagai sumberdaya ikan pelagis (mis. Scombridae, Exocoetidae, Carangidae, Charcharinidae) bergantung pada ekosistem terumbu karang, baik sebagai lokasi memijah, membesarkan anak, dan makan. Perikanan terumbu Empat kelompok sumberdaya ikan terumbu yang penting bagi nelayan: - Ikan, mis. Muraenidae, Serranidae, Holocentridae, Lutjanidae, dll - Avertebrata, mis. Gastropoda, Bivalva, Krustasea, Cephalopoda, Ekhinodermata, Coelenterata - Reptil, mis. ular laut dan penyu - Makrofita, mis. alga dan lamun Gambar 1. Manfaat terumbu karang sebagai daerah tangkap ikan (fishing ground) nelayan tradisional - Perlindungan pantai dan pulau kecil - Wisata bahari

7

- Marikultur - Bioteknologi -Perdagangan biota ornamental - Wilayah perlindungan -Penambangan pasir karang - Kerajinan suvenir -Penelitian dan pendidikan Berbagai manfaat yang dapat diperoleh manusia dari ekosistem terumbu karang, perlu diatur pengelolaannya karena terumbu karang merupakan ekosistem yang rentan akan perubahan lingkungan dan memiliki daya dukung terbatas. Dengan demikian, beberapa manfaat berkelanjutan yang awalnya mampu disediakan pada akhirnya tidak berkelanjutan karena laju pemanfaatannya yang berlebihan atau 2metode yang digunakan bersifat merusak (destruktif) seperti penangkapan ikan menggunakan racun sianida atau bom. Aktivitas seperti pengumpulan biota ornamental (kerang Conus, bintang laut Linckia) yang pada awalnya hanya bertujuan sebagai hobi atau koleksi, apabila sudah bersifat ekstraktif dan bertujuan untuk memenuhi permintaan pasar 1`(perdagangan) akan berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem alami terumbu karang. Dampak terbesar dana paling merusak yang mungkin terjadi atas ekosistem terumbu karang adalah pembangunan pesisir yang pesat akibat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan meningkatnya berbagai kebutuhan manusia (pemukiman, perikanan, industri, pelabuhan, dan lainlain). Hal ini akan memicu peningkatan tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya hayati yang terkandung di dalamnya. Manfaat yang tidak berkelanjutan dari terumbu karang ini adalah sebagai : - Aktivitas ekstratif - Perikanan dengan metode destruktif - Pengumpulan organisme terumbu - Perdagangan biota ornamental - Pembangunan pesisir Manfaat terumbu karang dapat berkurang atau bahkan musnah apabila di wilayah pesisir terdapat aktivitas pembangunan yang tidak ramah lingkungan Peranan terumbu karang terhadap sistem perikanan Terumbu karang merupakan ekosistem laut yang paling produktif dan tinggi keanekaragamanhayatinya. Produktivitas primer yang tinggi dan kompleksnya habitat yang terdapat di ekosistem terumbu karang memungkinkan Ekologi Laut Tropis

8

http://web.ipb.ac.id/~dedi_s Menggunakan Joomla! Generated: 12 July, 2011, 15:20 daerah ini berperan sebagai tempat pemijahan, tempat pengasuhan dan tempat mencari makan berbagai spesies ikan dan biota laut lainnya. Dengan demikian, secara otomatis produksi sekunder (ikan dan biota laut lain) di daerah terumbu karang juga sangat tinggi. Komunitas ikan di ekosistem terumbu karang terdapat dalam jumlah yang besar dan terlihat mengisi seluruh daerah di terumbu, sehingga dapat dikatakan bahwa ikan merupakan penyokong berbagai macam hubungan yang ada dalam ekosistem terumbu. Tingginya keanekaragaman jenis dan kelimpahan komunitas ikan di ekosistem terumbu disebabkan oleh tingginya variasi habitat terumbu atau beragamnya relung (niche) dari spesies-spesies ikan tersebut. Habitat di terumbu tidak hanya tersusun oleh komunitas karang saja, melainkan juga terdiri atas daerah berpasir, ceruk dan celah, daerah alga, serta zona-zona yang berbeda yang melintasi hamparan terumbu. Selain keanekaan relung hidup yang tinggi, ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan yaitu tingkat spesialisasi yang tinggi dari tiap spesies. Banyak spesies ikan yang memiliki kebutuhan yang sama sehingga terdapat persaingan aktif, baik antara spesies yang berbeda maupun antara spesies yang sama. Persaingan ini kemudian menuju pada pembentukan relung ekologi yang lebih sempit lagi. Dengan demikian, di ekosistem terumbu karang seringkali terlihat bahwa pergerakan banyak spesies ikan sangat terlokalisasi, terbatas pada daerah-daerah tertentu, dan terdapat perbedaan yang nyata antara ikan-ikan yang aktif di malam dan siang hari.

9

Skema hubungan antara berbagai jenis ikan dalam ekosistem terumbu karang, yang menyokong sistem perikanan.

Sejumlah spesies ikan pelagis tergolong piscivor (pemangsa ikan-ikan lain), seperti hiu, kerapu, kuwe, dan kakap. Umumnya ikan-ikan piscivor berukuran besar, baik yang hidupnya di lingkungan pelagis maupun terkait erat dengan terumbu (kerapu), memiliki nilai ekonomis penting dan menjadi target utama dalam kegiatan perikanan tangkap. Komunitas ikan piscivor sangat bergantung pada keberadan terumbu karang, baik untuk memijah atau bertelur, membesarkan larva dan juvenilnya, serta mencari makan. Gambar menjelaskan tentang peran terumbu karang dalam menyokong kehidupan ikan piscivor melalui mekanisme jejaring makanan. Dapat terlihat bahwa komunitas ikan piscivor tergolong sebagai top predator di ekosistem terumbu karang. Selain ikan piscivor, jenis ikan lain yang juga menjadi target tangkapan nelayan adalah ikan planktivor (pemakan plankton), terutama dari famili Caesionidae (ikan ekor kuning).

10

Jenis-jenis ikan yang bergantung pada terumbu : Pengelompokan Ikan Karang Berdasarkan Periode Aktif Mencari Makan: 1. Ikan Nokturnal (aktif ketika malam hari), contohnya pada ikan-ikan dari Suku Holocentridae (Swanggi), Suku Apogoninade (Beseng), Suku Hamulidae. Priacanthidae (Bigeyes), Muraenidae (Eels), Seranidae (Jewfish) dan beberapa dari suku dari Mullidae (goatfishes) dll 2. Ikan Diurnal (aktif ketika siang hari), contohnya pada ikan-ikan dari Suku Labraidae (wrasses), Chaetodontidae (Butterflyfishes) Pomacentridae (Damselfishes), Scaridae

(Parrotfishes), Acanthuridae(Surgeonfishes), Bleniidae(Blennies), Balistidae (triggerfishes), Pomaccanthidae (Angelfishes), Monacanthidae, Ostracionthidae(Boxfishes),etraodontidae, Canthigasteridae dan beberapa dari Mullidae (goatfishes) 3. Ikan Crepuscular (aktif diantara) contohnya pada ikan-ikan dari suku Sphyraenidae (Baracudas), Serranidae (groupers), Carangidae (Jacks), Scorpaenidae (Lionfishes), Synodontidae (Lizardfishes), Carcharhinidae, lamnidae, Spyrnidae (Sharks) dan beberapa dari Muraenidae (Eels).

Pengelompokan Ikan Karang Berdasarkan Peranannya: 1. IKAN TARGET Ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau lebih dikenal juga dengan ikan ekonomis penting atau ikan kosumsi seperti; Seranidae, Lutjanidae, Kyphosidae, Lethrinidae, Acanthuridae, Mulidae, Siganidae Labridae (Chelinus, Himigymnus, choerodon) dan Haemulidae. 2. IKAN INDIKATOR Sebagai ikan penentu untuk terumbu karang karena ikan ini erat hubunganya dengan kesuburan terumbu karang yaitu ikan dari Famili Chaetodontidae (kepe-kepe).

11

Gambar jenis Ikan Karang

12

Fungsi utama ekosistem terumbu karang yang penting adalah menciptakan kesinambungan antara daratan dan lautan. Terumbu karang merupakan suatu ekosistem khas laut tropis yang memiliki fungsi penting baik fisik, biologi maupun kimia. Fungsi fisik ekosistem terumbu karang adalah sebagai pelindung garis pantai, hal ini sesuai dengan sifat terumbu karang yang dapat menahan gelombang. Fungsi biologi ekosistem terumbu karang adalah sebagai penyedia kehidupan berbagai organisme laut antara lain sebagai daerah pemijahan, pembesaran, dan tempat mencari makan. Sedangkan fungsi kimia ekosistem terumbu karang adalah bahan farmakologi dan obat-obatan serta sebagai penyerap karbon di alam.

Trumbu karang mempunyai fungsi yang amat penting bagi kehidupan laut. Fungsi-fungsi tersebut diantaranya: Perlindungan Ekosistem Pantai Terumbu karang akan menahan dan memecah energi gelombang sehingga mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya. Rumah bagi banyak jenis mahluk hidupdi laut Terumbu karang bagaikan oase di padang pasir untuk lautan. Karenanya banyak hewan dan tanaman yang berkumpul di sini untuk mencari makan, memijah, membesarkan anaknya, dan berlindung. Bagi manusia, ini artinya terumbu karng mempunyai potensial perikanan yang sangat besar, baik untuk sumber makanan maupun mata pencaharian mereka. Diperkirakan, terumbu karang yang sehat dapat menghasilkan 25 ton ikan per tahunnya. Sekitar 500 juta orang di dunia menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang, termasuk didalamnya 30 juta yang bergantung secara total pada terumbu karang sebagai penhidupan. Sumber obat-obatan Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahan kimia yang diperkirakan bisa menjadi obat bagi manusia. Saat ini banyak penelitian mengenai bahan-bahan kimia tersebut untuk dipergunakan untuk mengobati berbagai manusia. Objek wisata

13

Terumbu karang yang bagus akan menarik minat wisatawan sehingga meyediakan alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar. Diperkirakan sekitra 20 juta penyelam , menyelam dan menikmati terumbu karang per tahun. Daerah Penelitian Penelitian akan menghasilkan informasi penting dan akurat sebagai dasar pengelolaan yang lebih baik. Selain itu, masih banyak jenis ikan dan organisme laut serta zat-zat yang terdapat di kawasan terumbu karang yang belum pernah diketahui manusia sehingga perlu penelitian yang lebih intensif untuk mengetahui misteri laut tersebut.

2.1.2

Klasifikasi Terumbu Karang Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih terkena

cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak membentuk karang. Hutan bakau, padang lamun dan terumbu karang merupakan tiga ekosistem penting di daerah pesisir. Hutan bakau dan padang lamun dan terumbu karang berperan penting dalam melindungi pantai dari ancaman abrasi dan erosi serta tempat pemijahan bagi hewan-hewan penghuni laut lainnya. Terumbu karang merupakan rumah bagi banyak mahkluk hidup laut. Diperkirakan lebih dari 3.000 spesies dapt dijumpai pada terumbu karang yang hidup di Asia Tenggara. Terumbu karang lebih banyak mengandung hewan vertebrata. Beberapa jenis ikan seperti ikan kepe-kepe dan betol menghabiskan seluruh waktunya di terumbu karang, sedangkan ikan lain seperti ikan hiu atau ikan kuwe lebih banyak menggunakan waktunya di terumbu karang untuk mencari makan. Udang lobster, ikan scorpion dan beberapa jenis ikan karang lainnya diterumbu karang bagi mereka adalah sebagai tempat bersarang dan memijah. Terumbu karang yang beraneka ragam bentuknya tersebut memberikan tempat persembunyian yang baik bagi ikan. Terumbu Karang dapat di klsifikasikan berdasarkan jenis, kemampuan memproduksi kapur, bentuk dan tempat tumbuh, letak, dan zonasi.

14

Karang memiliki variasi bentuk pertumbuhan koloni yang berkaitan dengan kondisi lingkungan perairan. Berbagai jenis bentuk pertumbuhan karang dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari, exposure

hydrodinamis (gelombang dan arus), ketersediaan bahan makanan, sedimen, subareal

dan faktor genetik. Berdasarkan bentuk pertumbuhannya karang batu terbagi atas karang Acropora dan non-Acropora (English et.al., 1994). Perbedaan Acropora dengan non-Acropora terletak pada struktur skeletonnya. Acropora memiliki bagian yang disebut axial koralit dan radial koralit, sedangkan non-Acropora hanya memiliki radial koralit. Skeleton Acropora Skeleton non-Acropora

Bentuk Pertumbuhan Karang non-Acropora terdiri atas : A. Bentuk Bercabang (branching), memiliki cabang lebih

panjang daripada diameter yang dimiliki, banyak terdapat di sepanjang tepi terumbu dan bagian atas lereng, terutama yang

terlindungi atau setengah terbuka.Bersifat banyak memberikan tempat perlindungan bagi ikan dan invertebrata tertentu.

B. Bentuk Padat (massive), dengan ukuran bervariasi serta beberapa bentuk seperti bongkahan batu. Permukaan karang ini halus dan padat, biasanya ditemukan di sepanjang tepi terumbu karang dan bagian atas lereng terumbu.

C. Bentuk Kerak (encrusting), tumbuh menyerupai dasar terumbu dengan permukaan yang kasar dan keras serta berlubang-lubang kecil, banyak terdapat pada lokasi yang terbuka dan berbatu-batu, terutama mendominasi sepanjang tepi lereng terumbu. Bersifat memberikan tempat berlindung untuk hewan-hewan kecil yang sebagian tubuhnya tertutup cangkang.

15

D. Bentuk lembaran (foliose), merupakan lembaranlembaran yang menonjol pada dasar terumbu, berukuran kecil dan membentuk lipatan atau melingkar, terutama pada

lereng terumbu dan daerah-daerah yang terlindung. Bersifat memberikan perlindungan bagi ikan dan hewanlain.

E. Bentuk Jamur (mushroom), berbentuk oval dan tampak seperti jamur, memiliki banyak tonjolan seperti

punggung bukit beralur dari tepi hingga pusat mulut.

F. Bentuk submasif (submassive), bentuk kokoh dengan tonjolan atau kolom-kolom kecil

G. Karang api (Millepora), semua jenis karang api yang dapat dikenali dengan adanya warna kuning di ujung koloni dan rasa panas seperti terbakar bila disentuh

H. Karang biru (Heliopora), dapat dikenali dengan adanya warna biru pada rangkanya

16

Bentuk pertumbuhan Acropora sebagai berikut : A. A. Acropora bentuk cabang (Branching Acropora), bentuk bercabang seperti ranting pohon.

B.

Acropora meja (Tabulate Acropora), bentuk bercabang dengan arah mendatar dan rata seperti

meja.Karang ini ditopang dengan batang yang berpusat atau bertumpu pada satu sisi membentuk sudut atau datar.

C.

Acropora merayap (Encursting Acropora), bentuk merayap, biasanya terjadi pada Acropora yang belum sempurna.

D.

Acropora Submasif (Submassive Acropora), percabangan bentuk gada/lempeng dan kokoh.

E.

Acropora berjari (Digitate Acropora), bentuk percabangan rapat dengan cabang seperti jari-jari tangan

17

Berdasarkan jenis terumbu karang terdiri dari sebagai berikut : 1. Spoiler for Acropora cerviconis

Dijumpai

hidup

pada

kedalaman

3-15

meter.

Ciri-ciri : Koloni dapat terhampar sampai beberapa meter, Koloni arborescens, tersusun dari cabang-cabang yang silindris. Koralit berbentuk pipa. Aksial koralit dapat dibedakan. Warna Kemiripan Distribusi : : Perairan : A. Indonesia, Coklat prolifera, Jamaika, dan A. Kep. muda. formosa. Cayman..

Habitat : Lereng karang bagian tengah dan atas, juga perairan lagun yang jernih.

2. Spoiler for Acropora elegantula

Dijumpai

hidup

pada

kedalaman

3-15

meter.

18

Ciri-ciri : Koloni korimbosa seperti semak. Cabang horisontal tipis dan menyebar. Aksial koralitnya jelas. Warna Kemiripan Distribusi : : : Abu-abu A. dengan aculeus, Perairan warna dan Indonesia, ujungnya A. muda. elseyi. Srilanka.

Habitat : Fringing reefs yang dangkal.

3 Spoiler for Acropora acuminata

Dijumpai

hidup

pada

kedalaman

3-15

meter.

Ciri-ciri : Koloni bercabang. Ujung cabangnya lancip. Koralit mempunyai 2 ukuran. Warna Kemiripan : : Biru A. muda hoeksemai, A atau coklat. abrotanoides.

Distribusi : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea dan Philipina.Habitat : Pada bagian atas atau bawah lereng karang yang jernih atau pun keruh.

19

A. Spoiler for Acropora micropthalma

Ciri-ciri : Koloni bisa mencapai 2 meter luasnya dan hanya terdiri dari satu spesies. Radial koralit kecil, Warna Kemiripan : : A. berjumlah Abu-abu copiosa, A. banyak muda, Parilis, kadang A. Horrida, dan coklat A. ukurannya muda Vaughani, dan atau A. sama. krem. exquisita.

Distribusi : Perairan Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea.Habitat : Reef slope bagian atas, perairan keruh dan lagun berpasir.

B.

Spoiler for Acropora millepora

Dijumpai

hidup

pada

kedalaman

3-15

meter.

Ciri-ciri : Koloni berupa korimbosa berbentuk bantalan dengan cabang pendek yang seragam. Aksial

20

koralit Warna :

terpisah. Umumnya

Radial berwarna hijau,

koralit orange, merah

tersusun muda, dan

rapat. biru.

Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan A. convexa, A. prostrata, A. aspera dan A. pulchra. Distribusi : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina dan Australia.Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan yang dangkal. Spoiler for Acropora rosaria

Dijumpai

hidup

pada

kedalaman

3-15

meter.

Ciri-ciri : koloni seperti semak, cabang utama mempunyai cabang sekunder, aksial koralit besar dan berbentuk kubah tetapi tidak panjang. Radial koralit seperti kantung dan semua koralit mempunyai dinding Warna Kemiripan : Umumnya : berwarna karang krem, ini coklat, mirip biru dan dengan merah A. tebal. muda. loripes.

Sepintas

Distribusi : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea dan Australia. Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal.

C.

Spoiler for Acropora latistella

21

Ciri-ciri : Koloni berbentuk korimbosa atau bergumpal. Aksial koralit biasanya terpisah. Radial koralit Warna : melingkar. Umumnya Tentakel berwarna biasanya krem, setiap keabu-abuan, hari coklat, bertambah hijau dan panjang. kuning.

Kemiripan : Sepintas karang ini mirip dengan A. subulata, A. valid, A. nana dan A. dendrum. Distribusi : Tersebar dari Perairan Indonesia, Philipina, Papua New Guinea dan Australia.Habitat : Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal.

Berdasarkan kemampuan memproduksi kapur terdiri dari : 1. Karang hermatipik

Karang hermatifik adalah karang yang dapat membentuk bangunan karang yang dikenal menghasilkan terumbu dan penyebarannya hanya ditemukan di daerah tropis.

Karang hermatipik bersimbiosis mutualisme dengan zooxanthellae, yaitu sejenis algae uniseluler (Dinoflagellata unisuler), seperti Gymnodinium microadriatum, yang terdapat di jaringan-jaringan polip binatang karang dan melaksanakan Fotosintesis. Dalam simbiosis, zooxanthellae menghasilkan oksigen dan senyawa organik melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh karang, sedangkan karang menghasilkan komponen inorganik berupa nitrat, fosfat dan karbon dioksida untuk keperluan hidup zooxanthellae. Hasil samping dari aktivitas ini adalah endapan kalsium karbonat yang struktur

22

dan bentuk bangunannya khas. Ciri ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis atau spesies binatang karang.

Karang hermatipik mempunyai sifat yang unik yaitu perpaduan antara sifat hewan dan tumbuhan sehingga arah pertumbuhannya selalu bersifat Fototropik positif. Umumnya jenis karang ini hidup di perairan pantai /laut yang cukup dangkal dimana penetrasi cahaya matahari masih sampai ke dasar perairan tersebut. Disamping itu untuk hidup binatang karang membutuhkan suhu air yang hangat berkisar antara 25-32 C.

2. Karang ahermatipik

Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini merupakan kelompok yang tersebar luas diseluruh dunia.

Berdasarkan bentuk dan tempat tumbuh terumbu karang di bedakan menjadi beberapa bagian yaitu : 1. Terumbu karang tepi ( fringing reefs ) Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulaupulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

2. Terumbu karang penghalang ( barrier reefs ) Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuklagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk

23

gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).

3. Terumbu karang cincin (at o l ls ) Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau-pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua)

Berdasarkan letak terdiri dari beberapa bagian yaitu : 1. Terumbu karang tepi

Terumbu karang tepi atau karang penerus atau fringing reefs adalah jenis terumbu karang paling sederhana dan paling banyak ditemui di pinggir pantai yang terletak di daerah tropis. Terumbu karang tepi berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal.

Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

2. Terumbu karang penghalang

Secara umum, terumbu karang penghalang atau barrier reefs menyerupai terumbu karang tepi, hanya saja jenis ini hidup lebih jauh dari pinggir pantai. Terumbu karang ini terletak sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer.

24

Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus.

Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).

3. Terumbu karang cincin (atolls)

Terumbu karang cincin atau attols merupakan terumbu karang yang berbentuk cincin dan berukuran sangat besar menyerupai pulau. Atol banyak ditemukan pada daerah tropis di Samudra Atlantik. Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau-pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan.

4. Terumbu karang datar

Terumbu karang datar atau gosong terumbu (patch reefs), kadang-kadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal.

Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh

Berdasarkan zonasi terdiri dari :

1. Terumbu yang menghadap angin

Terumbu yang menghadap angin (dalam bahasa Inggris: Windward reef) Windward merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin. Zona ini diawali oleh lereng terumbu yang menghadap ke arah laut lepas. Di lereng terumbu, kehidupan karang melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter dan umumnya didominasi oleh karang lunak. Namun, pada kedalaman sekitar 15 meter sering terdapat teras terumbu yang memiliki kelimpahan karang keras yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur.

25

Mengarah ke dataran pulau atau gosong terumbu, di bagian atas teras terumbu terdapat penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat pengaruh gelombang yang kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang alga. Akhirnya zona windward diakhiri oleh rataan terumbu yang sangat dangkal.

2. Terumbu yang membelakangi angin

Terumbu yang membelakangi angin (Leeward reef) merupakan sisi yang membelakangi arah datangnya angin. Zona ini umumnya memiliki hamparan terumbu karang yang lebih sempit daripada windward reef dan memiliki bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar. Kedalaman goba biasanya kurang dari 50 meter, namun kondisinya kurang ideal untuk pertumbuhan karang karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta sedimentasi yang lebih besa

2.2. Kegiatan dan Dampak dari Illegal Fishing

Illegal fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung jawab Illegal fishing termasuk kegiatan mall praktek dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan yang merupakan kegiatan pelanggaran hukum. Kegiatan illegal fishing umumnya bersifat merugikan bagi sumberdaya perairan yang ada. Kegiatan ini semata-mata hanya akan memberikan dampak yang kurang baik baik ekosistem perairan akan tetapi memberikan keuntungan yang besar bagi nelayan. Dalam kegiatan panangkapan yang dilakukan nelayan dengan cara dan alat tangkap yang bersifat merusak yang dilakukan oleh nelayan khususnya nelayan traditional. Untuk menangkap sebanyak-banyaknya ikanikan karang yang banyak digolongkan kedalam kegiatan illegal fishing karena kegiatan penangkapan yang dilakukan semata-mata memberikan keuntungan hanya untuk nelayan tersebut dampak berdampak kerusakan untuk ekosistem karang. Kegiatan yang umumnya dilakukan nelayan dalam melakukan penangkapan dan termasuk kedalam kegiatan illegal fishing adalah penggunaan alat tangkap yang dapat merusak ekosistem seperti kegiatan penangkapan dengan pemboman,

26

penangkapan dengan menggunakan racun serta penggunaan alat tangkap trawl pada daerah yang karang.

2.2.1 Kegiatan penangkapan dengan menggunakan bahan peledak

Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak merupakan cara yang sering digunakan oleh nelayan traditional didalam memanfaatkan sumberdaya perikanan khususnya didalam melakukan penangkapan ikan-ikan karang. Penangkapan ikan-ikan karang dengan menggunakan bahan peledak dapat memberikan akibat yang kurang baik baik bagi ikan-ikan yang akan ditangkap maupun untuk karang yang terdapat pada lokasi penangkapan. Penggunaan bahan peledak dalam penangkapan ikan di sekitar daerah terumbu karang menimbulkan efek samping yang sangat besar. Selain rusaknya terumbu karang yang ada di sekitar lokasi peledakan, juga dapat menyebabkan kematian biota lain yang bukan merupakan sasaran penangkapan. Oleh sebab itu, penggunaan bahan peledak berpotensi menimbulkan kerusakan yang luas terhadap ekosistem terumbu karang.

Penggunaan bahan peledak di daerah terumbu karang akan menghancurkan struktur terumbu karang dan dapat meninggalkan gunungan serpihan karang hingga beberapa meter lebarnya (Hamid, 2007). Selain memberi dampak yang buruk untuk karang, kegiatan penangkapan dengan menggunkan bahan peledak juga berakibat buruk untuk ikan-ikan yang ada. Ikan-ikan yang ditangkap dengan menggunakan bahan meledak umumnya tidak memiliki kesegaran yang sama dengan ikan-ikan yang ditangkap dengan menggunakan alat tangkap ramah lingkungan.

Walaupun demikian adanya, nelayan masih tetap menggunakan bahan peledak didalam melakukan kegiatan penangkapan karena hasil yang mereka peroleh cendrung lebih besar dan cara yang dilakukan untuk melakukan proses penangkapan tergolong mudah.

2.2.2 Kegiatan penangkapan dengan menggunakan bahan beracun

Selain penggunaan bahan peledak didalam penangkapan ikan diderah karang, kegiatan yang marak dilakukan oleh nelayan adalah dengan menggunakan obat bius atau bahan beracun lainnya. Bahan beracun yang umum dipergunakan dalam penangkapan ikan dengan pembiusan seperti sodium

27

atau potassium sianida. Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap ikan hias dan hidup memicu nelayan untuk melakukan kegiatan penangkapan yang merusak dengan menggunakan racun sianida. Kegiatan ini umum dilakukan oleh nelayan untuk memperoleh ikan hidup.

Hasil yang diperoleh dengan cara ini memang merupakan ikan yang masih hidup kan tetapi penggunaannya pada daerah karang memberikan dampak yang sangat besar bagi terumbu karang. Selain itu penangkapan dengan cara ini dapat menyebabkan kepunahan jenis-jenis ikan karang tertentu. Racun tersebut dapat menyebabkan ikan besar dan kecil menjadi mabuk dan mati. Disamping mematikan ikan-ikan yang ada, sisa racun dapat menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan terumbu karang, yang ditandai dengan perubahan warna karang yang berwarna warni menjadi putih yang lama kelamaan karang menjadi mati. Indikatornya adalah karang mati

2.2.3 Kegiatan penangkapan dengan menggunakan alat tangkap trawl

Kegiatan lain yang termasuk kedalam kegiatan illegal fishing adalah penggunaan alat tangkap trawl pada daerah karang. Kegiatan ini merupakan kegiatan penangkapan yang bersifat merusak dan tidak ramah lingkungan. Penggunaan alat tangkap trawl pada daerah karang dapat dilihat pada kasus yang terjadi di perairan Bagan Siapi-Api Provinsi Sumatera Utara dan di Selat Tiworo Provinsi Sulawesi Tenggara. Sebagaimana telah kita ketahui bersama, penggunaan alat tangkap ini sudah dilarang penggunaannya di Indonesia karena alat tangkap tersebut termasuk kedalam alat tangkap yang sangat tidak ramah lingkungan karena memiliki selektifitas alat tangkap yang sangat buruk. Nelayan di sulawesi Utara cendrung tidak memperdulikan hukum yang ada. Mereka tetap melakukan proses penangkapan dengan menggunakan alat tangkap trawl. Alat yang umumnya digunakan oleh nelayan berupa jaring dengan ukuran yang sangat besar, memilki lubang jaring yang sangat rapat sehingga berbagai jenis ikan mulai dari ikan berukuran kecil sampai dengan ikan yang berukuran besar dapat tertangkap dengan menggunakan jaring tersebut. Cara kerjanya alat tangkap ditarik oleh kapal yang mana menyapu ke dasar perairan. Akibat penggunaan pukat harimau secara terus menerus menyebabkan kepunahan terhadap berbagai jenis sumber daya perikanan. Hal ini dikarenakan ikanikan kecil yang belum memijah tertangkap oleh alat ini sehingga tidak memiliki kesempatan untuk

28

memijah dan memperbanyak spesiesnya. Selain hal tersebut, dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan alat tangkap ini pada daerah karang adalah rusaknya terumbu karang akibat tersangkut ataupun terbawa jaring. Jaring yang tersangkut akann menjadi patah dan akhirnya menghambat pertumbuhan dari karang itu sendiri. Apabila hal ini terus berlanjut maka ekosistem karang akan mengalami kerusakan secara besar-besaran dan berakibat pada punahnya ikan-ikan yang berhabitat pada daerah karang tersebut

2.2.4 Pemanasan global

Terumbu karang juga terancam oleh pemanasan global. Pemutihaan terumbu karng meningkat selama dua dekade terakhir, masa dimana bumi mengalami beberapa kali suhu tepanas dalam sejarah. Ketika suhu laut meningkat sangat tinggi, polip karang kehilangan algae simbiotik didalamnya, sehingga mengubah warna mereka menjadi putih dan akhirnya mati.Pemanasan global juga mengakibat cuaca ekstrim sukar diperkirakan, seperti badai tropis yang dapat mengakibatkan kerusakan fisik ekosistem terumbu karang yang sangat besar. Meningkatnya permukaan laut juga menjadi ancaman serius bagi terumbu karang dan pulau-pulau kecil maupun atol.

2.2.5Gambar Terumbu Karang Rusak

Gambar 1.

Gambar 2.

29

Gambar 3.

Gambar 4.

30

Gambar 5.

2.3. Cara Pencegahan Dan Penanggulangan Kerusakan Terumbu Karang

Kondisi karang di Indonesia pada saat ini adalah 4% dalam kondisi kritis, 46% telah mengalami kerusakan, 33% kondisinya masih bagus dan kira-kira hanya 7 % yang kondisinya sangat bagus. Bertambahnya berbagai aktivitas manusia yarng berorientasi di daerah terumbu karang akan menambah tekanan dan sebagai dampaknya adalah turunnya kualitas terumbu karang. Jika kegiatan yang berhubungan dengan terumbu karang tidak segera dilakukan dengan baik maka persentase terumbu karang dengan kriteria kritis akan bertambah dengan cepat.

Pada saat ini pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah dan pihak swasta serta masyarakat masih sedikit sekali perhatiannya terhadap ekosistem terumbu karang dan habitat sekitar yang berasosiasi dengannya. Oleh karena itu pada saat ini dari segi pendidikan yang berwawasan lingkungan pada umumnya dan ekosistem terumbu karang pada khususnya perlu ditingkatkan. Program latihan dan pendidikan baik formal dan non formal perlu dilakukan dengan tujuan untukmeningkatkan kesadaran dan kemampuan pemanfaatan masyarakat dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya terumbu karang. Dunia tanpa terumbu karang sama sekali tak terbayangkan,"

31

kata Jane Lubchenco, seorang ahli biologi kelautan yang mengepalai NOAA. "Terumbu karang adalah sumber pangan, obat, dan kehidupan yang amat berharga bagi ratusan ribu orang di seluruh dunia. Mereka juga tempat spesial untuk beristirahat dan rekreasi bagi ribuan orang lainnya. Keindahannya yang eksotis dan keanekaragamannya adalah harta karun dunia." Pemanasan Global Matikan Terumbu Karang Dunia Kabar tentang kondisi terumbu karang dunia yang tengah sekarat sebenarnya telah diketahui sejak lebih dari satu dasawarsa lalu. Pada saat itu, Global Coral Reef Monitoring Network menemukan bahwa lebih dari seperempat terumbu karang dunia telah lenyap dan lebih dari 70 persen akan musnah pada 2050 karena pemanasan global, polusi, penangkapan ikan, pengembangan kawasan pesisir, dan faktor tekanan lainnya. Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar (PPK-LK Dikdas) http://www.pkplk-plb.org Powered by Joomla! Generated: 12 July, 2011, 22:57 Terumbu karang yang menghadapi risiko. Penjualan ikan hidup dan produk koral untuk perhiasan turut berperan dalam merosotnya populasi terumbu karang. Terumbu karang adalah rumah bagi sekitar satu juta spesies. Pemutihan karang (coral bleaching): Sebagian besar disebabkan oleh peningkatan temperatur laut, menyusutkan populasi alga berpigmen yang hidup di dalam karang. Akibatnya, karang mati. Cangkangnya yang rapuh hancur digerus gelombang. Terungkapnya biologi dasar koral dalam beberapa tahun terakhir membantu menjelaskan mengapa terumbu karang di seluruh dunia mulai menyusut dan mati. Pengetahuan itu juga memberi tahu para ilmuwan apa yang dapat dilakukan agar terumbu karang dapat selamat menghadapi perubahan iklim dan pengasaman laut. Perubahan iklim yang tengah terjadi ternyata mengganggu sistem komunikasi biologis unik maupun kompleksitas genetik karang, yang menyaingi manusia. Satu-satu cara mereka dapat selamat dan berfungsi dengan baik adalah hubungan simbiosis yang saling menguntungkan dengan ganggang yang hidup dalam tubuh karang tersebut. "Setelah menjalani kehidupan yang terbilang sukses selama 250 juta tahun, gangguan sistem biologis dan sistem komunikasi itu adalah penyebab utama terjadinya pemutihan karang dan runtuhnya ekosistem terumbu karang di seluruh dunia," kata para ilmuwan dalam jurnal Science.

32

Koral adalah binatang kecil yang makan dan dapat mempertahankan diri serta membunuh plankton sebagai makanannya. Dalam proses metabolisme itu, mereka mengeluarkan sekret kalsium karbonat yang menjadi dasar cangkang luar tempat mereka tumbuh. Deposit yang mengalami kalsifikasi itu dapat tumbuh hingga berukuran luar biasa besar dalam jangka waktu lama dan membentuk apa yang disebut terumbu karang, yang dapat menampung lebih dari 4.000 spesies ikan dan bentuk kehidupan laut lainnya. Namun koral tidak dapat hidup mandiri. Di dalam tubuhnya, mereka menyediakan "rumah" bagi alga yang amat produktif. Tumbuhan inilah yang menfiksasi karbon, menggunakan energi matahari untuk melakukan fotosintesis dan memproduksi gula. "Sebagian dari alga yang menghuni koral itu sangat produktif dan dapat memasok 95 persen gula yang dihasilkannya untuk menghasilkan energi bagi koral," kata Virginia Weis, dosen zoologi di Oregon State University. "Sebagai gantinya, alga memperoleh nitrogen, nutrisi yang amat langka di lautan, dengan mengkonsumsi kotoran koral. Itu adalah hubungan simbiosis yang berkembang sempurna." Eratnya hubungan itu juga dilandasi proses komunikasi antara alga dan koral, memberi tahu bahwa alga hidup di dalam koral dan segalanya berlangsung baik. Tanpa komunikasi tersebut, koral akan memperlakukan alga sebagai parasit dan berusaha membunuhnya. "Walaupun koral Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar (PPK-LK Dikdas) http://www.pkplk-plb.org Powered by Joomla! Generated: 12 July, 2011, 22:57bergantung pada alga, sebagian besarnya tak menyadari kehadiran alga," kata Weiss. "Kami kini yakin inilah yang terjadi ketika air menghangat atau ada sesuatu yang membuat koral tertekan, komunikasi terputus dan pesan tidak sampai. Alga terpaksa angkat kaki dari tempat persembunyiannya dan menghadapi respons imun dari koral." Para pakar memperkirakan pengasaman laut dalam seabad mendatang akan menurunkan tingkat kalsifikasi koral hingga 50 persen dan memicu tergerusnya cangkang koral. "Berkat temuan tentang simbiosis koral dan kalsifikasinya, serta bagaimana cara kerjanya, para ahli biologi koral mulai memahami binatang unik itu," kata Weiss. "Mungkin ada yang bisa kami lakukan untuk membantu dan melindungi spesies koral yang dapat hidup dalam kondisi berbeda." http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2010/03/31/Ilmu_dan_Teknologi/

33

Konservasi dan pengelolaan ekosistem terumbu karang perlu segera dilakukan karena pada dewasa ini tekanan semakin bertambah besar dengan meningkatnya aktivitas pembangunan di wilayah pesisir. Terumbu karang di wilayah Timur Indonesia menjanjikan kesempatan untuk pengembangan wisata bahari. Tetapi perlu diingat bahwa sukses masa sekarang dalam memanfaatkan sumber daya karang dan kelangsungan hidup komunitas daerah pesisir dan usaha komersial yang berhubungan dengan terumbu karang akan tergantung dari kelangsungan hidup terumbu karang itu sendiri.

Melihat hal-hal tersebut serta besarnya peran terumbu karang, sebagai penyokongbagi biodiversity kelautan, maka membuat beberapa negara di dunia ini telah sepakat untuk berupaya terus melestarikan keseimbangan ekosistem karang. Sehingga ekosistem terumbu karang sebagai bagian penting dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui pengembangan paradigma, etika dan perilaku kehidupan individu, keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara, memiliki spirit yang handal untuk berkerjasama dengan berbagai pihak dalam mengelola ekosistem terumbu karang secara sistemik dan holistik, melampaui batas negara, suku, kelompok, agama, ras, dan sektor pembangunan memiliki kehandalan dalam penetapan hukum dan sosialisasi penaatan hukum di bidang lingkungan.

Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi terumbu karang terbesar di dunia. Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 60.000 km2. Hal tersebut membuat Indonesia menjadi negara pengekspor terumbu karang pertama di dunia. Dewasa ini, kerusakan terumbu karang, terutama di Indonesia meningkat secara pesat.Terumbu karang yang masih berkondisi baik hanya sekitar 6,2%.Kerusakan ini menyebabkan meluasnya tekanan pada ekosistem terumbu karang alami. Meskipun faktanya kuantitas perdagangan terumbu karang telah dibatasi oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), laju eksploitasi terumbu karang masih tinggi karena buruknya sistem penanganannya.

Masyarakat di sekitar kawasan terumbu karang merupakan kalangan yang paling berkepentingan dalam pemanfaatannya, sebaliknya, kalangan ini pula yang akan menerima akibat yang timbul dari kondisi baik maupun buruknya ekosistem ini. Oleh karena itu pengendalian kerusakan terumbu karang sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian fungsi ekosistem yang sangat

34

berguna bagi masyarakat pesisir. Ada beberapa cara penanggulangan mencegah rusaknya terumbu karang di antaranya adalah:

1. Peningkatan Kesadaran dan Partipasi Masyarakat Adalah upaya untuk meningkatkan kesadartahuan masyarakat akan pentingnya pernan terumbu karang dan mengajak masyarakat untuk berperan serta aktif dan bertanggung jawab dalam mengelola dan memanfaatkan terumbu karang secara lestari, seperti meningkatkan kesadaran mereka akan peranan penting terumbu karang, seperti sebagai tempat pengembangan wisata bahari, bahan baku obat-obatan, kosmetika, bahan makanan dan lain-lain. Penting juga untuk menanamkan arti dan manfaat terumbu karang bagi kelangsungan hidup masyarakat pesisir sejak masa kanak-kanak. 2. Pengelolaan Berbasis Masyarakat a. Membina masyarakat untuk melakukan kegiatan alternatif seperti budidaya, pemandu wisata dan usaha kerajinan tangan yang akan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Pembinaan ini disertai dengan bantuan pendanaan yang disalurkan melalui berbagai sistem yang telah ada dan tidak membebani masyarakat. b. Menerapkan pengetahuan dan teknologi rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang agar dapat dimanfaatkan secara lestari. 3. Pengembangan Kelembagaan. a. Memperkuat koordinasi antar instansi yang berperan dalam penanganan terumbu karang baik pengelola kawasan, aparat keamanan, pemanfaat sumber daya dan pemerhati lingkungan. b. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melalui berbagai pelatihan yang berkaitan dengan pengelolaandan teknik rehabilitasi terumbu karang. 4. Penelitian, Monitoring dan Evaluasi Pemantauan kegiatan masyarakat yang secara langsung berhubungan dengan terumbu karang. Dalam kaitan ini akan dibentuk sistem jaringan pemantauan dan informasi terumbu karang dengan membangun simpul-simpul di beberapa propinsi. Kegiatan ini akan diawasi langsung oleh LIPI yang telah memiliki stasiun-stasiun di beberapa tempat, seperti : Biak, Ambon dan Lombok.

35

5. Penegakan Hukum Komponen ini dipandang sangat penting sebagai salah satu komponen kunci yang harus dilaksanakan dalam usaha mencapai tujuan program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang. Masyarakat memegang peranan penting dalam mencapai tujuan komponen penegakan hukum. Salah satu peranan masyarakat dalam pengamanan terumbu karang secara langsung adalah sebagai pengamat terumbu karang atau reef watcher, dimana mereka berkewajiban meneruskan informasi kepada penegak hukum mengenai pelanggaran yang merusak terumbu karang di daerahnya.

Beberapa aktivitas manusia yang harus dilakukan agar mencegah kerusakan terumbu karang:

1. tidak membuang sampah ke laut dan pantai yang dapat mencemari air laut 2. tidak membawa pulang ataupun menyentuh terumbu karang saat menyelam, satu sentuhan saja dapat membunuh terumbu karang 3. tidak melakukan pemborosan air, semakin banyak air yang digunakan maka semakin banyak pula limbah air yang dihasilkan dan dibuang ke laut. 4. tidak menggunakan pupuk dan pestisida buatan, seberapapun jauh letak pertanian tersebut dari laut residu kimia dari pupuk dan pestisida buatan pada akhinya akan terbuang ke laut juga. 5. tidak membuang jangkar pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak terumbu karang yang berada di bawahnya. 6. mengatur populasi predator terumbu karang, seperti sejenis siput drupella. 7. tidak melakukan penambangan secara sembarangan 8. tidak melakukan pembangunan pemukiman diareal sekitar terumbu karang 9. tidak melakukan reklamasi pantai secara sembarangan 10. menjaga kondisi perairan agar bebas dari polusi 11. tidak melakukan penangkapan ikan dengan cara yang salah, seperti pemakaian bom ikan

Dalam upaya menanggulangi masalah kerusakan ekosistem terumbu karang di Indonesia dan sekaligus dalam upaya pengelolaan perikanan karang yang berkelanjutan, maka perlu dilakukan upaya

36

pengelolaan konservasi dan rehabilitasi terumbu karang. Selama ini upaya upaya yang telah ditempuh adalah melalui pengembangan karang buatan dan hasilnya telah cukup memuaskan. Selain itu sejak tahun 1999 sudah dikembangkan melalui teknik transplantasi karang. Melalui teknik transplantasi karang ini diharapkan dapat mengurangi kerusakan terumbu karang di Indonesia. Dalam upaya menyebarluaskan informasi tentang teknik transplantasi karang ini maka diperlukan suatu panduan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi semua pihak yang membutuhkan..

Berdasarkan data dan informasi yang ada, diketahui bahwa kondisi terumbu karang di Indonesia sudah banyak mengalami kerusakan kritis. Kerusakan tersebut sebagian besar diakibatkan oleh kegiatan yang dilakukan oleh manusia, dan sisanya diakibatkan oleh berbagai peristiwa alam. Dalam upaya menanggulangi masalah tersebut, Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan mencoba melakukan upaya pengelolaan ekosistem terumbu karang melalui rehabilitasi karang yaitu kegiatan transplantasi karang di daerah. Oleh karena itu, sebagai acuan, maka perlu disusun Petunjuk Pelaksanaan auklak yang dapat dijadikan pegangan bagi aparat di daerah dan stakeholder pada umumnya dalam melaksanakan kegiatan transplantasi karang.

Berbagai praktek pemanfaatan sumber daya alam yang hanya memperhatikan keuntungan jangka pendek, seperti penangkapan ikan dengan bahan peledak dan beracun, penangkapan yang berlebihan, kegiatan wisata yang merusak, kegiatan pembangunan baik di darat maupun di laut yang tidak memperhatikan kelestarian ekosistem ini, serta terjadinya konflik penggunaan di dalam pemanfaatannya memperlihatkan masih rendahnya kesadaran masyarakat mengenai manfaat ekosistem ini.

Rendahnya kesadaran masyarakat akan berakibat rendahnya peran serta dari masyarakat dalam upaya pengelolaannya hal ini tercermin tidak adanya swakarsa masyarakat setempat, misalnya untuk menentukan daerah reservat perikanan yang dilindungi agar menjadi sumber bibit bagi lingkungan sekitarnya.

37

Terjadinya konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya terumbu karang selain mencerminkan pemikiran yang bersifat sektoral, juga kurangnya kesadaran dan pengetahuan mengenai manfaat dan fungsi terumbu karang dari para pengambil keputusan. Kegiatan di darat dan di laut yang tidak memperhatikan kelestarian ekosistem ini mencerminkan juga kekurangtahuan masyarakat (pengambil keputusan dan pengusaha) akan hubungan kait mengait antar ekosistem. Pengusaha pariwisata dan wisatawan juga karang menyadari manfaat dan fungsi terumbu karang.

Pembangunan fisik fasilitas wisata bahari serta kegiatan wisatawan seringkali jarang memperhatikan kelestarian terumbu karang yang justru merupakan aset utama kegiatan tersebut. Masyarakat setempat memegang peran penting di dalam kegiatan konservasi dan pengelolaan kawasan terumbu karang. Mereka hidup di atau dekat dengan kawasan terumbu karang dan mata pencahariannya sebagian besar tergantung pada sumber daya di sekitarnya. Pemanfaatan sumber daya terumbu karang dengan cara yang dapat membahayakan ekosistem terumbu karang akan merugikan masyarakat setempat.

Penegakan hukum secara tegas harus diterapkan terhadap perusak terumbu karang. Dengan memperhatikan hal-hal di atas jelas diperlukan usaha penangkapan kesadaran dan peran serta masyarakat penguna dan pemanfaat ekosistem terumbu karang. Hal serupa tidak kalah pentingnya dilakukan terhadap para pengambil keputusan.

2.3.1 Pemulihan Terumbu Karang

Pemulihan kerusakan terumbu karang merupakan upaya yang paling sulit untuk dilakukan, serta memakan biaya tinggi dan waktu yang cukup lama. Upaya pemulihan yang bisa dilakukan adalah zonasi dan rehabilitasi terumbu karang.

1. Zonasi Pengelolaan zonasi pesisir bertujuan untuk memperbaiki ekosistem pesisir yang sudah rusak. Pada prinsipnya wilayah pesisir dipetakan untuk kemudian direncanakan strategi pemulihan dan prioritas pemulihan yang diharapkan. Pembagian zonasi pesisir dapat berupa zona penangkapan

38

ikan, zona konservasi maupun lainnya sesuai dengan kebutuhan/pemanfaatan wilayah tersebut, disertai dengan zona penyangga karena sulit untuk membatasi zona-zona yang telah ditetapkan di laut. Ekosistem terumbu karang dapat dipulihkan dengan memasukkannya ke dalam zona konservasi yang tidak dapat diganggu oleh aktivitas masyarakat sehingga dapat tumbuh dan pulih secara alami. 2. Rehabilitasi Pemulihan kerusakan terumbu karang dapat dilakukan dengan melakukan rehabilitasi aktif, seperti meningkatkan populasi karang, mengurangi algae yang hidup bebas, serta meningkatkan ikan-ikan karang.

a. Meningkatkan populasi karang

Peningkatan populasi karang dapat dilakukan dengan meningkatkan rekruitmen, yaitu membiarkan benih karang yang hidup menempel pada permukaan benda yang bersih dan halus dengan pori-pori kecil atau liang untuk berlindung; menambah migrasi melalui transplantasi, serta mengurangi mortalitas dengan mencegahnya dari kerusakan fisik, penyakit, hama dan kompetisi. b. Mengurangi alga hidup yang bebas Pengurangan populasi alga dapat dilakukan dengan cara membersihkan karang dari alga dan meningkatkan hewan pemangsa alga. c. Meningkatkan ikan-ikan karang

Populasi ikan karang dapat ditingkatkan dengan meningkatkan rekruitmen, yaitu dengan meningkatkan ikan herbivora dan merehabilitasi padang lamun sebagai pelindung bagi ikan-ikan kecil; meningkatkan migrasi atau menambah stok ikan, serta menurunkan mortalitas jenis ikan favorit.

Terumbu karang mempunyai fungsi, manfaat, dan arti yang amat penting bagi kehidupan manusia. Proses kehidupannya memerlukan waktu yang sangat lama untuk tumbuh dan berkembang biak, serta membentukseperti kondisi saat ini. Terumbu karang adalah tempat tinggal, berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis hewan dan tumbuhan. Tak jarang bak laboratorium alam untuk

39

penunjang pendidikan dan penelitian. Juga menjadi habitat bagi spesies yang terancam punah seperti penyulaut. Dari 132 jenis ikan yang bernilai ekonomi di Indonesia, 32 di antaranya hidup di terumbu karang. Terumbu karang yang sehat menghasilkan 3-10 ton ikan per kilometer persegi per tahun.

"Kita telah melihat harta biologi ini dirusak selama berabad-abad oleh meningkatnya suhu laut, keasaman dan level permukaan air. Sementara itu, lingkungan pesisir semakin tak terjaga keindahannya karena manajemen yang kacau," lanjutnya. Akibatnya, penduduk daerah pesisir banyak yang mengadu nasib ke kota. Disebutkan, pengurangan gas rumah kaca yang signifikan dan penguatan lingkungan alami merupakan cara untuk mencegah hal buruk dan menyelamatkan terumbu karang. Hoegh-Guldberg berpendapat tantangan Segitiga Terumbu Karang masih bisa diatasi. "Kawasan Segitiga Terumbu Karang masih bisa merespon dengan sangat baik untuk menguragi stres yang mendera lingkungan. Terutama akibat pemancingan yang berlebihan, polusi, serta menurunnya kesehatan dan kualitas air," lanjutnya. Komitmen komunitas kawasan dan internasional ini sedianya akan diwujudkan dalam WOC yang digelar di Manado. WWF menekankan, terpenting adalah menekan emisi gas rumah kaca yang akan kembali diforumkan pada Konferensi Iklim PBB di Kopenhagen, Denmark, pada Desember mendatang.

40

BAB III

KESIMPULAN

3.1.

Kesimpulan Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis

tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan ekosistem Terumbu Karang yaitu suhu, salinitas, cahaya, kedalaman,kecerahan, gelombang dan arus.Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang penting, karena tempat tinggal biota laut. Perubahan iklim merupakan faktor paling dominan dalam perusakkan terumbu karang.Oleh karena itu, kita sebagai manusia harus lebih mencintai lingkungan. Indonesia dikenal sebagai pusat distribusi terumbu karang untuk seluruh Indo-Pasifik.Indonesia memiliki areal terumbu karang seluas 60.000 km2 lebih.Sejauh ini telah tercatat kurang lebih 354 jenis karang yang termasuk kedalam 75 marga.

Dari uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa pengelolaan ekosistem terumbu karang yang ramah lingkungan perlu di lanjutkan, karena terumbu karang adalah sumber ikan dan makanan laut yang berprotein tinggi, melindungi pantai dan penduduk dari hantaman ombak dan arus, sumber penghasilan bagi nelayan ( sumber tangkapan ikan ), kekayaan wisata bahari yang benilai jual tinggi, misalnya memancing, menyelam dan snorkeling , juga sebagai sumber obat obatan alami dan sebagai laboratorium alam untuk kepentingn pendidikan dan penelitian Maka dari itu pemerintah dan masyarakat perlu menyadari bahwa terumbu karang itu sangat penting, dan perlu adanya tindakan segera dalam menyelamatkan terumbu karang Indonesiadari kepunahan dengan melaksanakan Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang Coral Reef Rehabilitation and Management Program(Coremap).