laporan titrasi FIX DIPRINT.doc
-
Upload
sitiropitaii -
Category
Documents
-
view
260 -
download
8
Transcript of laporan titrasi FIX DIPRINT.doc
A. JUDUL
TITRASI ASAM BASA
B. TUJUAN
1. Menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku asam oksalat
2. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH
C. TANGGAL PERCOBAAN
19 April 2012 pukul 07.00 WIB
D. SELESAI PERCOBAAN
19 April 2012 pukul 10.00 WIB
E. KAJIAN TEORI
Penetralan adalah reaksi asam dan basa dan titrasi adalah teknik yang biasa
digunakan untuk penetralan. Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar
suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam
basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain
sebagainya.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya
disebut sebagai “titrat” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titrat maupun
titrant biasanya berupa larutan. Jika larutan bakunya asam disebut asidimetri dan jika
larutan bakunya basa disebut alkalimetri. Titik awal titrasi yaitu pada saat awal titrasi
atau sebelum memasuki titik ekivalen. Titik ekivalen yaitu suatu titik dimana asam
dan basa berada bersama-sama dalam proporsi stoikiometri, tanpa sisa. Kita dapat
menggunakan perubahan warna dari indikator asam-basa untuk menetapkan titik
ekivalen. Titik pada titrasi dimana indikator berubah warna dinamakan titk akhir dari
indikator, yang didapatkan dengan cara menyesuaikan titik akhir indikator dengan
titik ekivalen dari penetralan.
Prinsip Titrasi Asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit
demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant
dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat
titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume
titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data
volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu :
1. Asam kuat - Basa kuat
2. Asam kuat - Basa lemah
3. Asam lemah - Basa kuat
4. Asam kuat - Garam dari asam lemah
5. Basa kuat - Garam dari basa lemah
1. Titrasi Asam Kuat - Basa Kuat
Contoh :
- Asam kuat : HCl
- Basa kuat : NaOH
Persamaan Reaksi :
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH- → H2O
Kurva Titrasi Asam Kuat Basa Kuat
2. Titrasi Asam Kuat - Basa Lemah
Contoh :
- Asam kuat : HCl
- Basa lemah : NH4OH
Persamaan Reaksi :
HCl + NH4OH → NH4Cl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + NH4OH → H2O + NH4+
Kurva Titrasi Asam kuat – Basa Lemah
3. Titrasi Asam Lemah - Basa Kuat
Contoh :
- Asam lemah : CH3COOH
- Basa kuat : NaOH
Persamaan Reaksi :
CH3COOH + NaOH → NaCH3COO + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH- → H2O
Kurva Titrasi Asam Lemah – Basa Kuat
4. Titrasi Asam Kuat - Garam dari Asam Lemah
Contoh :
- Asam kuat : HCl
- Garam dari asam lemah : NH4BO2
Persamaan Reaksi :
HCl + NH4BO2 → HBO2 + NH4Cl
Reaksi ionnya :
H+ + BO2- → HBO2
5. Titrasi Basa Kuat - Garam dari Basa Lemah
Contoh :
- Basa kuat : NaOH
- Garam dari basa lemah : CH3COONH4
Persamaan Reaksi :
NaOH + CH3COONH4 → CH3COONa + NH4OH
Reaksi ionnya :
OH- + NH4- → NH4OH
Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi
dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk
memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik
ekuivalent”.
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum
proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik
ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan
warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit
mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih
sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan
memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-
ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume
maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah
ion H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas
menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH– (pada basa)
F. RANCANGAN PERCOBAAN
Alat dan Bahan
1. Statif dan klem
2. Buret
3. Labu Erlenmeyer 250 mL
4. Corong
5. Pipet gondok
6. Pipet volume
7. Gelas kimia 100 mL
8. NaOH
9. C2H2O4 0,05M
10. HCl
11. Phenolptalein
12. Aquades
13. Ekstrak mawar
Rancangan Percobaan
ALUR KERJA
1. Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan C2H2O4
- Dibilas dengan larutan NaOH yang akan dipakai. - diisi 5 mL larutan baku
asam oksalat dengan
pipet gondok .
- ditambah dua tetes
indikator PP.
- Diisi dengan larutan NaOH sampai melalui skala
nol menggunakan corong.
- Diturunkan larutan tepat skala nol.
- Dibersihkan sisa larutan yang menempel di dinding
buret dengan kertas saring.
- Dicatat keadaan kolom dalam buret .
o Diteteskan NaOH dari buret sampai terjadi perubahan warna dari
tak berwarna sampai menjadi merah muda.
o Dicatat volume NaOH yang diperlukan.
o Diulangi percobaan ini minimal tiga kali.
o Dihitung konsentrasi larutan NaOH.
Buret Labu erlenmeyer
Hasil
Hasil
2. Penentuan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH
- Diisi 5 mL larutan HCl dengan menggunakan pipet gondok.
- Ditambahkan dua tetes larutan indikator.
- Diteteskan NaOH dari buret sampai terjadi perubahan warna.
- Dicatat volume NaOH yang diperlukan.
- Diulangi percobaan ini minimal tiga kali.
- Dihitung konsentrasi larutan HCl.
3. Penentuan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH dengan menggunakan indikator
ekstrak.
- diisi 5 mL larutan HCl dengan menggunakan pipet gondok.
- ditambahkan dua tetes ekstrak tumbuhan yang telah dibuat (sama
percobaan indikator).
- diteteskan NaOH dari buret sampai terjadi perubahan warna.
- dicatat volume NaOH yang diperlukan.
- diulangi percobaan ini minimal tiga kali.
- dhitung konsentrasi larutan HCl.
Labu erlenmeyer
Hasil
Labu Erlenmeyer
Hasil
LANGKAH KERJA
1. Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan C2H2O4
Dibilas buret yang sudah bersih dengan larutan NaOH yang akan dipakai.
Dimasukkan larutan NaOH yang akan ditetapkan ke dalam buret sampai melebihi
skala nol, kemudian diturunkan larutan ini sampai tepat skala nol. Digunakan
corong untuk memasukkan larutan ke dalam buret dan dibersihkan sisa larutan
yang menempel di dinding buret dengan kertas saring.
Dipipet 5 mL larutan baku asam oksalat.
Ditambahkan dua tetes indikator PP.
Dicatat keadaan kolom dalam buret , lalu diteteskan NaOH dari buret ke dalam
larutan asam dengan hati-hati sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna
menjadi merah muda (pink).
Dicatat volume NaOH yang diperlukan yaitu selisih antara keadaan akhir dan
keadaan awal yang tertera pada buret.
Diulangi percobaan ini minimal tiga kali dan dihitung konsentrasi larutan NaOH.
2. Penentuan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH.
Dipipet 5 mL larutan hCl da dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
Larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya di atas dimasukkan ke dalam
buret.
Pengerjaan selanjutnya sama dengan titrasi NaOH terhadap asam oksalat, hanya
asam oksalat diganti dengan HCl.
Dilakukan percobaan minimal tiga kali dan ditentukan konsentrasi HCl.
3. Penentuan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH dengan menggunakan indikator
ekstrak tumbuhan.
Dibuat ekstrak tumbuhan . dipilih ekstrak tumbuhan yang mempunyai trayek pH
seperti indicator phenolptalein.
Dilakukan titrasi seperti langkah di atas dengan mengganti indicator
phenolptalein dengan ekstrak tumbuhan.
G. HASIL PENGAMATAN
No Alur Kerja Hasil Pengamatan Dugaan/
reaksi
Kesimpulan
1.
1
Penentuan konsentrasi
larutan NaOH dengan
larutan C2H2O4
Dibilas buret yang
sudah bersih dengan
larutan NaOH yang
akan dipakai.
Dimasukkan larutan
NaOH yang akan
ditetapkan ke dalam
buret sampai
melebihi skala nol,
kemudian
diturunkan larutan
ini sampai tepat
skala nol. Digunakan
corong untuk
memasukkan larutan
ke dalam buret dan
dibersihkan sisa
larutan yang
menempel di dinding
buret dengan kertas
saring.
Dipipet 5 mL larutan
baku asam oksalat.
Ditambahkan dua
tetes indikator PP.
Dicatat keadaan
kolom dalam buret ,
lalu diteteskan
V. NaOH (mL)
Awal: 50
Akhir : 45,5
yang terpakai : 4,5
V.NaOH (mL)
Awal : 45,5
Akhir : 41
Yang terpakai : 4,5 mL
V.NaOH (mL)
Awal : 41
Akhir : 36, 2
Yang terpakai : 4,8
M1 NaOH : 0,111 M
M2 NaOH : 0,111 M
M3 NaOH : 0,104 M
M NaOH : 0,109 M
Reaksi :
C2H2O4(aq) +
2NaOH(aq)
=>
(COONa) 2
(aq) +
2H2O(l)
NaOH (aq):
tidak
berwarna.
C2H2O4(aq) :
tidak
berwarna.
Setelah
mencapai
titik ekivalen,
larutan
menjadi
berwarna
merah muda.
Hasil
pengamatan
sesuai dengan
dugaan, pada
titik akhir warna
larutan menjadi
merah muda
(pink).
Dan diperoleh
konsentrasi
NaOH : 0,109 M
NaOH dari buret ke
dalam larutan asam
dengan hati-hati
sampai terjadi
perubahan warna
dari tidak berwarna
menjadi merah muda
(pink).
Dicatat volume
NaOH yang
diperlukan yaitu
selisih antara
keadaan akhir dan
keadaan awal yang
tertera pada buret.
Diulangi percobaan
ini minimal tiga kali
dan dihitung
konsentrasi larutan
NaOH.
2 Penentuan konsentrasi HCl
dengan larutan NaOH.
Dipipet 5 mL larutan
HCl da dimasukkan
ke dalam
Erlenmeyer.
Larutan NaOH yang
telah diketahui
konsentrasinya di
atas dimasukkan ke
dalam buret.
Pengerjaan
a.
V. NaOH awal : 36 mL
V. NaOH akhir: 31 mL
V. NaOH yang terpakai :
5 mL.
b.
V. NaOH awal : 30,7 mL
V. NaOH akhir : 25,5 mL
V. NaOH yang terpakai :
5, 2 mL
c.
V. NaOH awal : 25,3
Reaksi :
HCl(aq) +
NaOH(aq)=>
NaCl(aq) +
H2O(l)
Warna HCl :
tak berwarna
setelah
mencapai
titik ekivalen,
larutan
berubah
Hasil
pengamatan
sesuai dugaan,
pada titik akhir
warna larutan
menjadi merah
muda dan
diperoleh
konsentrasi HCl
0,113 M.
selanjutnya sama
dengan titrasi NaOH
terhadap asam
oksalat, hanya asam
oksalat diganti
dengan HCl.
Dilakukan percobaan
minimal tiga kali dan
ditentukan
konsentrasi HCl.
mL
V. NaOH akhir : 20 mL
V. NaOH yang terpakai :
5, 3 mL.
M1 HCl : 0,109 M
M2 HCl : 0,113 M
M3 HCl : 0,116 M
M HCl : 0,113 M
warna
menjadi
merah muda.
3 Penentuan konsentrasi HCl
dengan larutan NaOH dengan
menggunakan indikator
ekstrak tumbuhan.
Dibuat ekstrak
tumbuhan . dipilih
ekstrak tumbuhan
yang mempunyai
trayek pH seperti
indicator
phenolptalein.
Dilakukan titrasi
seperti langkah di
atas dengan
mengganti indikator
phenolptalein
dengan ekstrak
tumbuhan.
1. VV. NaOH awal :
38,6 mL
V. NaOH akhir : 33, 3
mL
V. NaOH yang
terpakai : 5, 3 mL
2.
V. NaOH awal : 33, 3 mL.
V. NaOH akhir : 28,1 mL
V. NaOH yang terpakai : 5, 2 mL
3.
V. NaOH awal : 28,1 mL
V. NaOH akhir : 22,8 mL
V. NaOH yang terpakai : 5, 3 mL
M1 HCl : 0,116 M
M2 HCl : 0,113 M
Reaksi :
HCl(aq) +
NaOH(aq)=>
NaCl(aq) +
H2O(l)
Warna
ekstrak bunga
mawar :
cokelat.
Setelah
mencapai
titik ekivalen,
larutan
berubah
menjadi
hijau.
Hasil
pengamatan
sesuai dengan
dugaan, pada
titik akhir warna
larutan menjadi
hijau dan
diperoleh
konsentrasi
HCl : 0,115 M
M3 HCl : 0,116 M
M HCl : 0,115 M
H. ANALISIS DATA
Pada percobaan pertama yaitu Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH dengan Larutan
C2H2O4, pada larutan NaOH warnanya tidak berwarna dan larutan C2H2O4 juga tidak
berwarna. Dan setelah mencapai titik ekivalen, larutan menjadi warna merah muda. Dan
diperoleh reaksi sebagai berikut :
C2H2O4(aq) + 2NaOH(aq) => (COONa) 2 (aq) + 2H2O(l)
Pada percobaan kedua yaitu Penentuan Konsentrasi HCl dengan Larutan NaOH yaitu
warna larutanHCl tidak berwarna, warna larutan NaOH juga tidak berwarna. Dan setelah
mencapai titik ekivalen, larutan berubah warna menjadi merah muda. Dan diperoleh reaksi
sebagai berikut :
HCl(aq) + NaOH(aq)=> NaCl(aq) + H2O(l)
Pada percobaan ketiga yaitu Penentuan Konsentrasi HCl dengan Larutan NaOH
dengan menggunakan indicator ekstrak yaitu warna ekstrak bunga mawar cokelat dan setelah
mencapai titik ekivalen, larutan berubah menjadi hijau. Dan diperoleh reaksi sebagai berikut:
HCl(aq) + NaOH(aq)=> NaCl(aq) + H2O(l)
PERHITUNGAN
Percobaan 1
Diketahui :
e C2H2O4 : 2
e NaOH : 1
Ditanya : M NaOH ?
Jawab :
1. V. NaOH = 4,5 mL
N asam = N basa
e1. V1. M1 = e 2. V 2. M 2
2 . 5. 0,05 = 1. 4,5. M 2
M 2 = 0,5/4,5
M 2 = 0,111 M
2. V. NaOH = 4,5 mL
N asam = N basa
e1. V1. M1 = e 2. V 2. M 2
2 . 5. 0,05 = 1. 4,5. M 2
M 2 = 0,5/4,5
M 2 = 0,111 M
3. V. NaOH = 4,8 mL
N asam = N basa
e1. V1. M1 = e 2. V 2. M 2
2 . 5. 0,05 = 1. 4,8. M 2
M 2 = 0,5/4,8
M 2 = 0,104 M
Jadi M NaOH : 0,111+0,111+0,104 = 0,109 M
3
Percobaan 2
Diketahui : M NaOH : 0,1 M
V HCl : 5 mL
Ditanya : M HCl ?
Jawab :
1. V NaOH = 5 mL
M1. V1 = M 2. V 2
0,1. 5 = M 2. 5
M 2 = 0,5/5
M 2 = 0,109 M
2. V NaOH = 5, 2 mL
M1. V1 = M 2. V 2
0,1. 5, 2 = M 2. 5
M 2 = 0,52/5
M 2 = 0,113 M
3. V NaOH = 5, 3 mL
M1. V1 = M 2. V 2
0,1. 5, 3 = M 2. 5
M 2 = 0,53/5
M 2 = 0,116 M
Jadi M HCl = 0,109+0,113 +0,116 = 0,113 M
3
Percobaan 3
Diketahui : V HCl : 5 mL
M NaOH : 0,1 M
Ditanya : M HCl?
Jawab :
1. V NaOH = 5, 3 mL
M1. V1 = M 2. V 2
0,1 . 5, 3 = M 2. 5
M 2 = 0,53/5
M 2 = 0,116 M
2. V NaOH = 5, 2 mL
M1. V1 = M 2. V 2
0,1. 5, 2 = M 2. 5
M 2 = 0,52/5
M 2 = 0,113 M
3. V NaOH = 5, 3 mL
M1. V1 = M 2. V 2
0,1 . 5, 3 = M 2. 5
M 2 = 0,53/5
M 2 = 0,116 M
Jadi M HCl = 0,116+0,113 +0,116 = 0, 115 M
3
I. PEMBAHASAN
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi adalah teknik yang
biasa digunakan untuk penetralan.
Pada percobaan pertama terjadi titrasi antara basa kuat yaitu NaOH dan asam oksalat
(C2H2O4). NaOH sebagai titrat dan asam oksalat (C2H2O4) sebagai titran. Percobaan
pertama merupakan titrasi asam lemah oleh basa kuat. Reaksinya sebagai berikut:
C2H2O4(aq) + 2NaOH(aq) (COONa)2(aq) + 2H2O(l)
Larutan NaOH yang terdapat dalam buret dan larutan asam oksalat (C2H2O4) yang
terdapat pada erlenmeyer pada awalnya tak berwarna. Kemudian ditambahkan indikator
fenolftalein (pp) ke dalam larutan asam oksalat. Larutan ini tetap tak berwarna karena
indikator pp bersifat basa dan trayek pH indikator pp yaitu 8,3-10. Pada saat dilakukan
titrasi pertama, tepatnya setelah penambahan 4,5 mL NaOH terjadi perubahan warna
menjadi merah muda. Hal ini menunjukkan terjadinya titik akhir titrasi. Dan setelah
dilakukan perhitungan diperoleh konsentrasi NaOH yaitu 0,111 M. Titrasi kedua
dilakukan dengan cara yang sama, dan diperoleh hasil yang sama yaitu setelah
penambahan 4,5 mL NaOH terjadi perubahan warna menjadi merah muda dan dari
perhitungan diperoleh konsentrasi NaOH 0,111 M. Dan pada titrasi ketiga diperoleh hasil
yang berbeda dengan titrasi pertama dan kedua. Tepat setelah dilakukan penambahan 4,8
mL NaOH terjadi perubahan warna menjadi warna merah muda, dan warna ini
menunjukkan titik akhir titrasi. Dan dari perhitungan diperoleh konsentrasi NaOH 0,104
M. Dari ketiga hasil titrasi tersebut diperoleh konsentrasi NaOH yaitu 0,109 M.
Pada percobaan kedua terjadi titrasi antara NaOH dan HCl. NaOH sebagai titrat dan
HCl sebagai titran. Percobaan ini merupakan titrasi asam kuat oleh basa kuat. Reaksinya
sebagai berikut:
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Larutan NaOH yang terdapat dalam buret dan larutan HCl yang terdapat pada
erlenmeyer pada awalnya tak berwarna. Kemudian ditambahkan indikator fenolftalein
(pp) ke dalam larutan HCl. Larutan HCl tetap tak berwarna karena indikator pp bersifat
basa dan trayek pH indikator pp yaitu 8,3-10 dan ini merupakan titik awal titrasi. Pada
saat dilakukan titrasi pertama, tepatnya setelah penambahan 5 mL NaOH terjadi
perubahan warna menjadi merah muda. Hal ini menunjukkan terjadinya titik akhir titrasi.
Dan setelah dilakukan perhitungan diperoleh konsentrasi HCl yaitu 0,109 M. Titrasi
kedua dilakukan dengan cara yang sama, dan setelah penambahan 5,2 mL NaOH terjadi
perubahan warna menjadi merah muda dan dari perhitungan diperoleh konsentrasi HCl
0,113 M. Pada titrasi ketiga, setelah dilakukan penambahan 5,3 mL NaOH terjadi
perubahan warna menjadi warna merah muda, dan warna ini menunjukkan titik akhir
titrasi. Dan dari perhitungan diperoleh konsentrasi HCl 0,116 M. Dari ketiga hasil titrasi
tersebut diperoleh konsentrasi HCl yaitu 0,113 M. Berdasarkan teori, larutan asam bila
direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat
basa akan hilang dengan terbentukanya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat
berbeda dengan sifat zat asalnya (dalam percobaan ini adalah NaCl) . Karena hasil
reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama dengan
jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan.
Percobaan ketiga sama dengan percobaan kedua tetapi indikatornya diganti dengan
ekstrak bunga mawar. Ekstrak bunga mawar ini berwarna coklat yang kemudian
diteteskan pada labu erlenmeyer yang berisi HCl. Pada saat ditetesi ekstrak bunga mawar,
warna larutan HCl berubah menjadi merah. Pada saat dilakukan titrasi tepatnya saat
penambahan 5,3 mL NaOH, HCl warna berubah menjadi hijau. Hal ini sesuai dengan
sifat indikator bunga mawar yaitu memberikan warna merah dalam larutan asam dan
memberikan warna hijau apabila berada dalam larutan basa. Dan warna hijau ini
menunjukkan titik akhir titrasi. Dari titrasi pertama didapatkan konsentrasi HCl yaitu
0,116 M. Titrasi kedua dilakukan dengan cara yang sama dan tepat pada penambahan 5,2
mL NaOH, warna HCl berubah menjadi hijau, dan dari perhitungan diperoleh konsentrasi
0,113 M. Dan pada titrasi ketiga diperlukan 5,3 mL NaOH untuk merubah warna HCl
yang awalnya merah menjadi hijau, dan diperoleh konsentrasi HCl yaitu 0,116 M. Dan
dari perhitungan diperoleh konsentrasi HCl 0,115 M. Titik akhir titrasi yang ditandai
dengan terjadinya perubahan warna (merah muda pada percobaan 1 dan 2 dan hijau pada
percobaan 3) bukanlah titik ekivalen, tetapi titik akhir titrasi yang mendekati titik
ekivalen. Karena semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar
kesalahan titrasi.
J. DISKUSI
Dalam melakukan percobaan titrasi tidak begitu sulit hanya saja kendalanya setiap
percobaan dilakukan 3 kali pengulangan jadi alatnya bergantian karena hanya 1 buret
yang disediakakan. Titrasi yanhg dilakuakan juga membutuhkan ketelitian agar hail yang
didapat akurat warnanya tidak terlalu muda dan tidak terlalu merah tua. Terkadang
tetesan titrasi tidak masuk kedalam erlenmeyer sehingga tidak bercampur dengan larutan
dan dapat membuang tetesan NaOH. Tetapi hasil titrasi kami berdasarkan perhitunggan
dan perubahan warna cukup akurat jika dikatakan berhasil.
K. KESIMPULAN
1. Konsentrasi NaOH yang didapatkan dengan larutan asam oksalat sebesar 0,109 M
2. Konsentrasi HCl yang didapatkan dengan larutan NaOH sebesar 0,113 M, yang
menggunakan indikator phenolptalein dari larutan yang tak berwarna menjadi
berwarna merah muda.
3. Konsentrasi HCl yang didapatkan dengan larutan NaOH sebesar 0,115 M, yang
menggunakan indikator ekstrak kulit manggis dari larutan yang berwarna merah
kecoklatan menjadi berwarna kehijauan.
L. JAWABAN PERTANYAAN
1. Mengapa pada titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat menggunakan indikator
Phenolptalein?
larutan NaOH dilakukan dengan titrasi menggunakan indikator fenolftalein (trayek
pHnya 8,2-10). Pemilihan indikator felnolftalein karena pada standarisasi ini merupakan
titrasi asam lemah (H2C2O4) dan basa kuat (NaOH) sehingga titik ekivalennya diatas 7
dan berada pada trayek indikator fenolftalein. Pada standarisasi ini NaOH digunakan
sebagai titran sementara asam oksalatnya sebagai titrat karena mengingat indikator yang
digunakan adalah fenolftalein sehingga ketika PP ditambahkan pada asam oksalat, akan
menunjukkan warna bening. Ketika pada titik ekivalen, akan terjadi perubahan dari
bening menjadi merah muda. Jika asam oksalat yang digunakan sebagai titran dan NaOH
sebagai titrat maka akan terjadi perubahan warna dari merah muda ke bening. Pada
dasarnya, perubahan warna dari bening ke merah muda lebih mudah diamati daripada
perubahan warna dari merah muda ke bening.
2. Apa perbedaan titik ekivalen dengan titik akhir?
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat
yang dianalisis dan larutan standar.
Titik ekuivalen:
- suatu kondisi kesetaraan mol titran dengan mol analit.
- Jelasnya: kondisi (titik) dmn mmol titran = mmol analit (analit = titran)
Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang
menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.
Titik akhir titrasi:
- titik (kondisi) sesaat SETELAH titik ekuivalen..
Kondisi kelebihan titran (baik asam atau basa) akan menyebabkan terjadinya lonjakan
perubahan pH sehingga merubah warna indikator (biasanya karena indikatornya
terkonjugasi karena kelebihan titran, indikator merupakan senyawa organik yang
memiliki struktur yang bisa terjadi delokasasi elektorn/resonansi/mesomeri)
3. Pada larutan diatas mana yang berfungsi sebagai larutan baku primer, larutan baku
sekunder, larutan baku tersier?
Larutan baku primer yaitu larutan dimana dapat diketahui kadarnya dan stabil pada
proses penimangan, pelarutan, dan penyimpanan. Yang merupakan larutan baku primer
adalah asam oksalat.
Larutan baku sekunder yaitu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan
pembekuan dengan larutan . yang termasuk larutan baku sekunder adalah NaOH
atau secara langsung tidak dapat diketahu kadarnya dan kestabilannya
didalam proses penimbangan, pelarutan dan penyimpanan.
Larutan baku tersier yaitu suatu zat yang dapat ditemukan konsentrasinya dengan
menggunakan perbandingan terhadap suatu larutan baku sekunder. Yang merupakan
larutan baku tersier adalah HCl.
M. DAFTAR PUSTAKA
Tim Kimia Dasar.2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar Lanjut.Surabaya:Unesa
Press.
Tim Kimia Dasar. 2010. Kimia Dasar II. Surabaya:Unesa Press.
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Sri%20Ratisah%20054828/ materi.HTM diakses tanggal 13 April 2012 pukul 15:39 WIB.
http://belajarkimia.com/2008/04/titrasi-asam-basa/ diakses tanggal 13 April 2012 pukul 15:40 WIB.
http://kimiaanalisa.web.id diakses tanggal 13 April 2012 pukul 15:55WIB.
LAMPIRAN
Percobaan 1
( Penentuan konsentrasi larutan NAOH dengan larutan C2H2O4 )
Larutan NaOH dan C2H2O4 hasil titrasi 1
Hasil titrasi 2 hasil titrasi 3
Percobaan 2
Penentuan konsentrrasi HCl dengan larutan NaOH + indikator
Larutan HCl dan NaOH hasil titrasi 1
Hasil titrasi 2 hasil titrasi 3
Percobaan 3
Penentuan konsentrrasi HCl dengan larutan NaOH + ekstrak mawar
Larutan HCl dan NaOH +ekstrak mawar hasil titrasi 1
Hasil titrasi 2 hasil titrasi 3