Laporan Tetap Prakt Sawit

50
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan dan pertanian nasional di Indonesia. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi penting dan berpeluang besar untuk menghasilkan devisa yang besar bagi negara melalui ekspor. Saat ini Indonesia merupakan negara pengekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil) terbesar kedua setelah Malaysia. Selain itu, crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk beragam kegunaan karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak viii

Transcript of Laporan Tetap Prakt Sawit

Page 1: Laporan Tetap Prakt Sawit

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman

perkebunan yang memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan dan

pertanian nasional di Indonesia. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi

penting dan berpeluang besar untuk menghasilkan devisa yang besar bagi negara

melalui ekspor. Saat ini Indonesia merupakan negara pengekspor minyak kelapa

sawit (crude palm oil) terbesar kedua setelah Malaysia.

Selain itu, crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit dapat

digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika,

industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat

digunakan untuk beragam kegunaan karena keunggulan sifat yang dimilikinya

yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang

tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan

tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik (Sastrosayono

Selardi, 2003) 

Pola peningkatan permintaan CPO untuk ekspor maupun konsumsi dalam

negeri dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa komoditas non migas ini sangat

berpotensi untuk dikembangkan. Konsumsi negara-negara tujuan ekspor rata-rata

meningkat dengan laju 26,97 persen dari tahun 1980-2010. Tahun 2010 ekspor

viii

Page 2: Laporan Tetap Prakt Sawit

CPO sebesar 16.480.000 ton . Begitu juga dengan konsumsi domestik mengalami

peningkatan per tahun, sampai bulan Agustus tahun 2010 konsumsi CPO dalam

negeri tetap mengalami kenaikkan hingga 5.240.000 ton.

Di Indonesia sendiri, perkebunan kelapa sawit banyak merupakan

perkebunan rakyat atau bukan milik perusahaan. Permasalahan umum yang

dihadapi pada perkebunan sawit rakyat skala kecil antara lain rendahnya

produktivitas dan mutu produksinya. Produktivitas kebun sawit rakyat rata-rata 16

ton Tandan Buah Segar (TBS) per ha, sementara potensi produksi bila

menggunakan bibit unggul sawit bisa mencapai 30 ton TBS/ha. Produktivitas

CPO (Crude Palm Oil) perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata 2,5 ton CPO

per ha dan 0,33 ton minyak inti sawit (Palm Kernel Oil) per ha, sementara di

perkebunan negara rata-rata menghasilkan 4,82 ton CPO per hektar dan 0,91 ton

PKO per hektar, dan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3,48 ton CPO per

hektar dan 0,57 ton PKO per hektar. Hal inilah yang menyebabkan Indonesia

menjadi negara pengekspor CPO terbesar kedua dibawah Malaysia, walaupun

luasan lahan untuk pembukaan kelapa sawit di Indonesia lebih besar dibandingkan

dengan di Malaysia.

Untuk menjaga kualitas serta produktivitas kelapa sawit itu maka

diperlukan adanya kegiatan pemeliharaan baik pada saat tanaman sawit masih

dalam masa pre-nursery, maupun saat main nursery. Selain itu proses pembibitan

tanaman kelapa sawit dalam tahap pre-nursery dan main nursery juga harus

dilakukan dengan baik dan sesuai standardisasi yang telah ditentukan. Oleh karena

itu praktikum pengelolaan perkebunan kelapa sawit ini perlu dilakukan dengan

ix

Page 3: Laporan Tetap Prakt Sawit

tujuan agar dapat memahami dan mempraktikkan teknis-teknis budidaya tanaman

kelapa sawit sehingga produktivitas dan kualitas dari tanaman kelapa sawit dapat

ditingkatkan.

B. Tujuan

Untuk mengetahui teknis pembibitan pada tanaman kelapa sawit (Elaeis

guineensis Jacq.) mulai dari tahap pre-nursery (pembibitan awal) hingga main

nursery (pembibitan utama), termasuk kegiatan pemeliharaannya.

viii

Page 4: Laporan Tetap Prakt Sawit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Sistematika Tanaman Kelapa Sawit

Menurut Setyamidjaja (2006), sistematika dari tanaman kelapa sawit

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angioepermae

Class : Monocotyledone

Ordo : Palmales

Famili : Palmaceae

Genus : Elaeis

Species : Elaeis Guineensis

2. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Perakaran tanaman kelapa sawit terdiri dari akar primer, sekunder, tertier

dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar

sekunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar

kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar

kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai lebih kurang satu

meter dan kebawah makin sedikit (Risza, 1994)

ix

Page 5: Laporan Tetap Prakt Sawit

Menurut Sunarko (2008), sejak berkecambah pada tahun pertama tidak

nampak pertumbuhan batang aktif. Mula-mula dibentuk poros batang, selanjutnya

dibentuk daun yang bertambah besar yang saling tindih membentuk spiral. Poros

batang diselubungi oleh pangkal-pangkal daun yang kelihatannya bertambah

besar, karena jumlah daun yang bertambah banyak.

Karena kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, maka batangnya tidak

memiliki kambium dan pada umumnya tidak bercabang. Batang berbentuk

silinder dengan diameter antara 20-75 cm atau tergantung pada keadaan

lingkungan. Selama beberapa tahun minimal 12 tahun, batang tertutup rapat oleh

pelepah daun. Tinggi batang bertambah kira-kira 75 cm/tahun, tetapi dalam

kondisi yang sesuai dapat mencapai 100 cm/tahun. Tinggi maksimum tanaman

kelapa sawit yang ditanam di perkebunan adalah 15-18 m, sedangkan di alam

mencapai 30 m. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan

mengangkut bahan makanan (Risza,1994).

Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang daun sejajar. Pangkal

pelepah mempunyai duri-duri dan bulu-bulu halus sampai kasar (Setyamidjaja,

2006). Daun yang pertama kali keluar 5-7 helai berbentuk lancet, yaitu melekat

satu sama lain. Arah pertumbuhannya hampir tegak lurus ke atas. Pemisahan daun

dimulai dari bahagian tengah dan kemudian menuju ke pinggir. Panjang daun

dewasa kira-kira 3-5 m dengan jumlah anak daun 160-260 helai. Satu helai daun

kelapa sawit terdiri dari pelepah daun, tangkai daun tempat melekatnya duri-duri

dan helaian daun yang terdiri dari tulang daun induk (rachis) dan anak-anak daun

(leaflets) (Sunarko, 2008).

viii

Page 6: Laporan Tetap Prakt Sawit

Pembungaan kelapa sawit termasuk monocius (berumah satu) artinya

bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada satu

tandan yang sama. Namun kadang-kadang dijumpai juga dalam satu tandan bunga

jantan dan bunga betina. Bunga seperti ini disebut bunga banci (hermaprodit).

Tanaman kelapa sawit menyerbuk secara silang dan menyerbuk sendiri (Risza,

1994).

Lamanya pertumbuhan buah sejak bunga mulai diserbuki sampai di panen

lebih kurang 6 bulan. Bunga yang mulai tumbuh, susunannya pada tandan masih

longgar semakin lama semakin bertambah padat, saling berhimpitan dan

menyebabkan bentuk buah pada sebelah pangkal terjepit serta sebelah ujung bulat.

Besar maksimum buah tercapai pada umur 4-5 bulan, ukuran buah memiliki

panjang 3-6 cm, tebal 2-4 cm dan berat 10-29 gram (Risza, 1994).

3. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari.

Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, temperatur

optimal 24-28oC. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1-500 m dpl

(di atas permukaan laut). Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit

sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses

penyerbukan (BPPP,2008)

Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol,

Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai

dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0-

ix

Page 7: Laporan Tetap Prakt Sawit

5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur,datar, berdrainase

(beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan

padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15°.

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik

diantara garis lintang 120LU – 120LS. Curah hujan yang dikehendaki antara

2000-2500 mm pertahunnya dengan pembagian yang merata sepanjang tahun

(Risza, 1994). Curah hujan yang merata ini dapat menurunkan penguapan dari

tanah dan tanaman kelapa sawit. Air merupakan pelarut unsur-unsur hara dalam

tanah. Dengan bantuan air, unsur tersebut menjadi tersedia bagi tanaman. Bila

tanaman dalam keadaan kering, akar tanaman sulit menyerap ion mineral dari

dalam tanah (Penebar Swadaya, 1997).

4. Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit

Lokasi untuk pembibitan awal sebaiknya datar atau kemiringan tanah

30 sehingga pembuatan bedengan prenursery nantinya akan rata. Bagian atas

bedengan sebaiknya memiliki naungan, berupa atap buatan atau pohon.

Pagar prenursery untuk mencegah hewan pengganggu masuk dan merusak

pembibitan. Lokasi sebaiknya dekat dengan sumber air. Kondisi debit air harus

tetap dan tidak mengandung kapur (pH netral). Lokasi harus dekat sumber media

dengan topsoil yang cukup untuk mengisi babybag (polibag kecil), tanah tidak

bercadas atau tidak berkapur, dan akses jalan yang mudah dijangkau (Fauzi,

2007).

viii

Page 8: Laporan Tetap Prakt Sawit

Pembibitan dapat dilakukan dengan satu tahap atau dua tahap pekerjaan.

Pembibitan satu tahap berarti kecambah kelapa sawit langsung ditanam di polibag

besar atau langsung di pembibitan utama (main nursery). Pembibitan dua tahap

artinya penanaman kecambah dilakukan di pembibitan awal (prenursery) terlebih

dahulu menggunakan polibag kecil serta naungan, kemudian dipindahkan ke main

nursery  ketika berumur 3-4 bulan menggunakan polibag yang lebih besar

(Dalimunthe, 2009).

Satu hektar pembibitan main nursery dapat menyediakan bibit untuk

sekitar 50-60 hektar lahan penanaman. Setelah area diratakan menggunakan alat

berat, sekaligus untuk mengambil topsoil, tentukan dan buat jaringan jalan, parit,

dan saluran pembuangan air (drainase). Buat lay out petak atau bedengan

memanjang dengan arah timur ke barat. Ukuran panjang dam lebarnya

disesuaikan dengan kondisi  lapangan dan jaringan irigasinya (Sunarko, 2009).

Naungan atau pelindung bisa berupa pohon hidup atau naungan buatan

yang terbuat dari daun kelapa sawit. Ukuran tingggi tiang dua meter (depan

belakang sama) dan jarak antar tiang tiga meter. Naungan dipertahankan hingga

kecambah berdaun 2-3 helai. Setelah itu, naungan berangsur-angsur dikurangi dari

arah timur agar sinar matahari pagi bisa lebih banyak masuk ke bedengan.

Pengurangan naungan dilakukan secara bertahap dan jangan semapai terlambat

karena dapat mengahambat pertumbuhan tanaman. Sebaliknya, jika pengurangan

terlalu cepat maka akan menyebabkan tanaman stress. Pengurangan naungan

dilakukan setelah bibit berumur 6 minggu (Sunarko, 2009).

ix

Page 9: Laporan Tetap Prakt Sawit

Selama tiga bulan di prenursery biasanya bibit tidak dipupuk. Namun, jika

tampak gejala kekurangan hara dengan gejala seperti daun menguning, bibit perlu

dipupuk menggunakan pupk N dalam bentuk cair. Konsentrasi pupuk urea atau

pupuk majemuk sekitar 0,2% atau 2 gram per liter air untuk 100 bibit. Pupuk

diaplikasikan melalui daun dengan cara disemprot pada bibit berumur lebih dari

satu bulan atau telah memiliki tiga helai daun. Frekuensi pemupukan dilakukan

seminggu sekali (Sunarko, 2009).

Pengendalian hama selama dalam masa pembibitan dapat

dilakukan  secara manual, yaitu dengan mengambil satu per satu serangga, lalu

membunuhnya. Pengendalian lain dapat dilakukan secara kimiawi, yaitu dengan

menyemprotkan insektisida Sevin 85 ES dan Tendion yang telah dilarutkan dalam

air sesuai dosis yang direkomendasikan di kemasan. Hama lain yang dapat

merusak bibit di main nursery adalah babi hutan dan landak. Hama ini aktif

menyerang pada malam hari (nocturnal) secara berkelompok dengan memakan

umbut atau titik tumbuh bibit. Pencegahannya dengan mengecat pangkal batang

bibit menggunakan bahan residu, misalnya oli bekas atau limbah pabrik yang

dicampur Zn posfit. Selain itu, bisa menggunakan umpan beracun, seperti pisang,

telur, ikan busuk, dan daging babi yang telah tertangkap (Sunarko, 2009).

viii

Page 10: Laporan Tetap Prakt Sawit

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum pengelolaan perkebunan kelapa sawit dilakukan di areal kebun

percobaan kelapa sawit jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian unsri

Indralaya, dimulai pukul 08.15-10.00 pada tanggal 08 Maret 2012 sampai dengan

08 Juni 2012

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, parang,

ember, palu, paku, pisau cuter dan penggaris. Sedangkan bahan-bahan yang

diperlukan dalam praktikum yaitu kecambah sawit, polybag ukuran dan , bambu,

kayu, kawat pagar, daun kelapa, pupuk majemuk (mutiara), dan tali plastik.

C. Cara Kerja

Pre Nursery

1) Persemaian

1. Siapkan polybag kecil berukuran 12 x 23 cm atau 15 cm x 23 cm,

lalu isi dengan tanah sampai penuh, polybag diberi lubang untuk

drainase (biasanya polybag-polybag yang dijual telah dilubangi).

ix

Page 11: Laporan Tetap Prakt Sawit

2. Benih sawit yang sudah berkecambah disemai dalam polybag yang

telah berisi tanah dengan posisi radikula dibawah dan plumula

diatas. Permukaan benih sawit jangan sampai tenggelam seluruhya,

namun sebagian permukaan biji terlihat dari luar.

3. Percikkan air secukupnya untuk menjaga kelembaban media

tumbuh sawit, ratakan tanah bagian atas dan pastikan benih sawit

tidak akan roboh.

4. Kemudian diletakkan pada bedengan-bedengan.

5. Bibit sawit tersebut harus disiram setiap hari minimal 1 kali sehari

dan dilakukan pengamatan terhadap junlah daun serta tinggi

tanaman per minggu sampai bibit dipindah ke main nursery.

2) Pembuatan bedengan / pendederan

1. Cari lokasi dengan tanah datar (maksimal kemiringan 5°).

2. Bersihkan alang-alang atau gulma disekitar lokasi pembibitan.

3. Cangkul tanah sepanjang ± 70 cm (sesuai dengan jumlah polybag)

berjumlah dua baris dan jarak antar baris 10 cm. Buat saluran parit

di sekeliling barisan tujuannya agar polybag tidak terkena

genangan air hujan.

3) Pembuatan naungan

1. Potong bambu atau kayu sepanjang 1 meter sebanyak 10 buah, dan

bambu sepanjang 2 meter sebanyak dua buah.

2. Pancangkan bambu disetiap sudut bedengan, ditambah 1 buah

ditengah-tengah bedengan.

viii

Page 12: Laporan Tetap Prakt Sawit

3. Pasang dan kaitkan bambu diatap bedengan menggunakan paku

dan tali plastik sehingga terbentuk kerangka rumah naungan.

4. Kerangka yang telah terbentuk selanjutnya ditutup dengan daun-

daun sawit dengan kerapatan secukupnya, dan pastikan agar

penutup tersebut tidak akan rusak jika terkena angin kencang

maupun hujan deras.

Main Nursery

1) Persiapan Tanam

1. Siapkan polybag besar berukuran 42 cm, lebar 33 cm atau

berdiameter 23 cm, dan tebal 0,15 cm.

2. Isi polybag dengan tanah bagian top soil yang berstruktur gembur,

isi hingga penuh lalu tanah dipadatkan dengan tangan atau dengan

cara dihentakkan sebanyak 3 kali agar media tanam memadat.

3. Siram dengan air secukupnya agar diperoleh tanah dengan

kapasitas lapang.

2) Penanaman

1. Buat lubang didalam polybag besar seukuran dengan diameter

polybag kecil (baby bag).

2. Sayat polybag kecil menggunakan pisau cutter dari bawah ke atas

dengan hati-hati, ingat jangan sampai media tanamnya ikut terlepas

atau hancur.

ix

Page 13: Laporan Tetap Prakt Sawit

3. Masukkan bibit beserta media tanamnya kedalam lubang dalam

polybag besar yang telah dibuat sebelumnya, lalu atur agar

posisinya tegak seperti semula.

4. Kemudian tekan tanah disekitar lubang agar lebih padat dan

merata, jika kurang maka dapat ditambahkan lagi dengan tanah

secukupnya.

5. Lakukan pengamatan dan ambil foto tanaman setiap satu minggu

sekali, parameter yang diamati yaitu jumlah daun dan tinggi

tanaman.

viii

Page 14: Laporan Tetap Prakt Sawit

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Hasil pengamatan bibit kelapa sawit pada tahap pre nursery

No Tanggal Tinggi Tanaman Jumlah Daun

1Minggu ke-1

(13 April 2012)1 cm -

2Minggu ke-2

(20 April 2012)1,9 cm -

3Minggu ke-3

(27 April 2012)2,5 cm -

4Minggu ke-4

(4 Mei 2012)3,7 cm 2

5Minggu ke-5

(11 Mei 2012)5,2 cm 2

Keterangan :

- : (belum tumbuh)

Tabel 2. Hasil pengamatan bibit kelapa sawit pada tahap main nursery

No Tanggal Tinggi Tanaman Jumlah Daun

1Minggu ke-1

(11 Mei 2012)5,2 cm 2

2Minggu ke-2

(25 Mei 2012)6 cm 2

3Minggu ke-3

(1 juni 2012)6,4 cm 3

4 Minggu ke-4 7,2 cm 3

ix

Page 15: Laporan Tetap Prakt Sawit

(8 juni 2012)

B. Pembahasan

Dari hasil pengamatan yang tertera pada tabel dapat disimpulkan bahwa

bibit sawit pada tahapan pre nursery mulai membentuk daun pada minggu

keempat, sedangkan pada tahapan main nursery jumlah daun bertambah pada

minggu ketiga atau minggu ketujuh dari awal pembibitan. Dapat dikatakan cukup

lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan bibit sawit lainnya. Hal ini

mungkin disebabkan karena keadaan fisik awal kecambah kelapa sawit yang

kurang baik, seperti ukuran plumula dan radikula yang sangat kecil sehingga

menyulitkan proses penyerapan hara dan air dalam tanah. Radikula merupakan

bakal akar yang nantinya akan berperan untuk mengabsorbsi hara dan nutrisi guna

pembentukan batang dan daun sawit. Oleh karena itu jika pertumbuhan radikula

tidak baik maka akan berdampak pula dengan pertumbuhan daun dan batangnya.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Sunarko dan Pahan, (2009) yang

mengemukakan bahwa Pemeliharaan akar akan meningkatkan absorpsi tanaman

terhadap unsur hara oleh tanaman melalui akar. Perakaran yang kuat lebih tahan

terhadap penyakit pangkal batang dan kekeringan.

Selain itu kegiatan pemeliharaan dalam masa pembibitan juga

mempengaruhi kecepatan tumbuh bibit kelapa sawit itu sendiri, dalam hal ini

pemupukan dilakukan pada minggu keempat tahap main nursery. Jenis pupuk

yang digunakan yaitu pupuk majemuk dengan nama dagang pupuk mutiara. Dosis

yang diberikan adalah 5 gram pupuk/ pokok/polybag. Pemupukan dilakukan

dengan membenamkan pupuk disekeliling bibit sawit, namun tidak dibenarkan

viii

Page 16: Laporan Tetap Prakt Sawit

memberikan pupuk pada satu lingkaran penuh, akan tetapi pemberian pupuk

disekeliling pokok membentuk bulan sabit atau hanya setengah lingkaran. Jarak

pupuk dari pokok sekitar 10cm dari batang. Hal ini dimaksudkan agar pupuk

dalam tanah tidak mengenai akar tanaman sawit karena pupuk majemuk ini

tergolong pupuk yang bersifat panas. Dalam praktikum ini kegiatan pemupukan

hanya dilakukan sebanyak satu kali. Sedangkan pada tahap pembibitan pre

nursery tidak perlu dilakukan pemupukan karena umur bibit yang masih terlalu

kecil. Namun apabila terlihat gejala kekurangan hara seperti daun yang

menguning, pemberian pupuk perlu dilakukan.

Selain kegiatan pemupukan, kegiatan penyiangan juga perlu dilakukan

karena pertumbuhan gulma disekitar bibit sawit sawit dapat mengganggu

pertumbuhan juga merebut kebutuhan hara dari dalam tanah. Kegiatan penyiangan

dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan dan frekuensinya minimal

dua minggu sekali saat pre nursery dan satu minggu sekali saat main nursery atau

disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Gulma disekitar pokok dicabut lalu

dibuang, sambil mencabut gulma ada baiknya jika tanah dalam polybag diratakan

dan dipadatkan agar bibit sawit tetap tegak.

Kegiatan penyiraman sangat penting dilakukan dalam pemeliharaan bibit

kelapa sawit, karena tanaman sawit yang kekurangan air akan mengalami

kekeringan bahkan kematian. Porsi air yang diberikan pada saat pre nursery dan

main nursery tentu saja berbeda. Pada pre nursery, penyiraman dilakukan setiap

hari secara teratur (kecuali apabila terjadi hujan pada hari yang bersangkutan)

yakni pada pagi hari saat pukul 06.00-10.30 dan sore hari pukul 15.00 keatas.

ix

Page 17: Laporan Tetap Prakt Sawit

Volume air yang disiramkan sekitar 0,25-0,5 liter per bibit. Sedangkan saat main

nursery, penyiraman tetap dilakuakn pada pagi dan sore hari namun dengan

kebutuhan air penyiraman sebanyak 2 liter air/bibit/hari. Cara penyiraman juga

berbeda saat pre dan main nursery, penyiraman air pada saat pre nursery harus

dilakukan lebih hati-hati karena bibit muda yang masih rentan terhadap kerusakan.

Sebaiknya penyiraman dilakukan menggunakan hand sprayer.

Pada saat peletakan polybag main nursery ke lapangan, perlu dilakukan

penjarangan. Jarak antar baris polybag yaitu 50 cm x 50 cm. Kegiatan

penjarangan ini bertujuan untuk memudahkan kegiatan pemeliharaan sekaligus

merapikan posisi polybag dilapangan. Penjarangan di lapangan tidak membentuk

pola segitiga sama sisi karena bibit main nursery ini nantinya akan dipindah lagi

ke areal tanam sesungguhnya. Penjarangan yang baik akan terlihat lurus baik dari

sisi kanan maupun sisi kiri lahan.

Dari tabel pengamatan dapat dilihat bahwa pemindahan bibit pre nursery

ke main nursery dilakukan setelah bibit berdaun dua helai dan berumur 5 minggu

( 1 bulan 7 hari), hal ini dipertegas oleh Sunarko (2009) bahwa sehari sebelum

penanaman, media tanam dalam polibag harus disiram. Bibit dipindahkan

dari prenursery setelah berdaun 2-3 helai dan berumur maksimum tiga bulan.

Selain kegiatan-kegiatan penting seperti pemupukan, penyiangan dan

penyiraman ada juga beberapa hal yang kelihatannya tidak terlalu penting namun

sebenarnya harus dilakukan. Misalnya menegakkan polybag yang miring,

mengganti polybag yeng telah rusak dan meluruskan barisan polybag. Pelurusan

barisan polybag dapat dilakukan dengan menggunakan tali plastik dengan cara

viii

Page 18: Laporan Tetap Prakt Sawit

dua orang menarik tali dari utara ke selatan dimulai dari baris paling kanan.

Begitu juga dengan arah timur barat diluruskan dengan menggunakan tali dari

barisan paling kanan hingga baris terakhir.

Untuk mengantisipasi gangguan atau serangan dari hama babi hutan pada

saat main nursery maka diperlukan pembuatan pagar kawat disekeliling lahan.

Dalam praktikum ini pembuatan pagar menggunakan kawat berduri yang

disambung pada setiap pancangan kayu di beberapa titik. Pada sudut kanan lahan,

sisakan jarak sekitar 50 cm untuk tempat keluar masuk guna kegiatan

pemeliharaan.

ix

Page 19: Laporan Tetap Prakt Sawit

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Keadaan fisik awal plumula dan radikula kelapa sawit yang kurang baik

dapat mempengaruhi tinggi tanaman dan jumlah daun yang terbentuk.

2. Pemindahan bibit kelapa sawit pre nursery ke pembibitan main nursery

dilakukan saat bibit berumur 5 minggu dan telah berdaun 2-3 helai.

3. Pemberian pupuk majemuk dilakukan pada bibit main nursery dengan

dosis pupuk 5gram/bibit/polybag.

4. Kegiatan penjarangan bertujuan untuk memudahkan kegiatan

pemeliharaan seperti penyiraman, penyiangan, dll.

5. Jarak antar barisan polybag pada saat tahap main nursery adalah 50cm x

50 cm.

6. Penyiraman dilakukan dua kali sehari, bertujuan untuk memberikan

suplai air bagi pertumbuhan bibit sawit.

B. Saran

Sebaiknya dilakukan praktikum lebih lanjut pada pembibitan yang telah

dibuat (mungkin pada angkatan berikutnya), selain itu sebaiknya memasukkan

viii

Page 20: Laporan Tetap Prakt Sawit

praktek teknik pengajiran di lahan kelapa sawit dalam luasan hektar, karena

pengajiran merupakan keahlian yang sangat penting di lapangan.

PEMBIBITAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT(Elaeis guineensis Jacq.)

OlehFEBRI YOSSI PERMATA

(05091007057)

ix

Page 21: Laporan Tetap Prakt Sawit

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA2012

RINGKASAN

FEBRI YOSSI PERMATA. Pembibitan pada tanaman kelapa sawit

(Elaeis guineensis Jacq.) (Diasuh oleh dosen praktikum NUSYIRWAN, ERIZAL

SODIKIN, dan ASISTEN Praktikum Pengelolaan Perkebunan Kelapa

Sawit).

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui teknis pembibitan

pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) mulai dari tahap pre-nursery

(pembibitan awal) hingga main nursery (pembibitan utama), termasuk kegiatan

pemeliharaannya. Praktikum ini dilaksanakan mulai dari tanggal 08 April hingga

08 Juni 2012 di kebun Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sriwijaya Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan.

Praktikum ini membahas tentang teknik pembibitan double stage yang

terdiri dari tahap pre nursery dan main nursery, dan juga kegiatan pemeliharaan

selama proses pembibitan meliputi pembuatan naungan, bedengan, pemupukan,

penyiraman, penyiangan, penjarangan, dan pengamatan setiap minggu. Adapun

parameter yang diamati yaitu jumlah daun serta tinggi tanaman.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa faktor fisik kecambah kelapa sawit

pada awal pembibitan menpengaruhi tinggi tanaman serta jumlah daun yang

terbentuk.

viii

Page 22: Laporan Tetap Prakt Sawit

ABSTRACT

FEBRI YOSSI PERMATA. Seedling stage of palm oil (Elaeis

guineensis Jacq.) (Supervised by NUSYIRWAN, ERIZAL SODIKIN, and

ASSISTANT of Management Palm Oil Farming Practice).

The practice has purpose to know about seedling technique palm oil

(Elaeis guineensis) begin pre nursery stage to main nursery stage, including to

maintenance activity. The practice start from April, 08 th until June, 08th 2012 at

Budidaya Pertanian’s farm, Agriculture Faculty, Universitas Sriwijaya, Indralaya,

Ogan Ilir, South Sumatera.

In this practice explain about double stage seedling tehnique that consist of

pre nursery stage and main nursery stage, and also cultivation activity while

seedling procces such as providing shelter, seed lining, spacing, spraying and

fertilizing, and observe the plant every weeks. Paramater of the observation are

plant’s high and amount of leaf.

The result of the observation indicated that physical factor of palm oil

germ when firstly planting at pre nursery affected high plant and amount of leaf

that fully formed.

ix

Page 23: Laporan Tetap Prakt Sawit

DAFTAR PUSTAKA

Dalimunthe, Masra. 2009. Meraup Untung dari Bisnis Waralaba Bibit Kelapa

Sawit.Jakarta. Agromedia Pustaka

Fauzi, Yan dkk. 2007. Kelapa Sawit , Budi Daya, Pemanfaatan Hasil, dan

Limbah,

Analisa Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Cetakan 21. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Risza, Suyatno. 1994. Kelapa Sawit. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Setyamidjaja,D. 2006. Kelapa sawit, teknik budi daya panen dan

pengolahan. Edisi revisi. Kanisius, Yogyakarta.

Sunarko. 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta:

Agromedia Pustaka.

Sunarko, 2009. Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit Dengan Sistem

Kemitraan. Jakarta. Agromedia Pustaka

viii

Page 24: Laporan Tetap Prakt Sawit

Lampiran 1. Kondisi Bibit Setiap Minggu Pada Tahap Pre-nursery

Gambar 1. Kondisi bibit kelapa sawit pada saat penanaman pertama di polybag

(08/04/2012)

Gambar 2. Kondisi bibit kelapa sawit pada minggu pertama (13/04/2012)

ix

Page 25: Laporan Tetap Prakt Sawit

Gambar 3. Kondisi bibit kelapa sawit tampak atas pada minggu kedua

(20/04/2012)

Gambar 4. Kondisi bibit kelapa sawit pada minggu ketiga (27/04/2012)

Gambar 5. Kondisi bibit kelapa sawit pada minggu keempat (04/05/2012)

viii

Page 26: Laporan Tetap Prakt Sawit

Gambar 6. Posisi peletakan polybag di pinggir bedengan (04/05/2012)

Gambar 7. Tampak atas bibit kelapa sawit pada minggu kelima pre-nursery

(11/05/2012)

ix

Page 27: Laporan Tetap Prakt Sawit

Gambar 8. Bibit kelapa sawiut yang siap dipindahkan ke main nursery

(11/05/2012)

Lampiran 2. Kondisi Bibit Setiap Minggu Pada Tahap main nursery

Gambar 1. Kondisi awal bibit yang dipindahkan ke polybag main nursery

(11/04/2012)

viii

Page 28: Laporan Tetap Prakt Sawit

Gambar 2. Kondisi bibit kelapa sawit pada minggu kedua (25/05/2012)

Gambar 3. Foto bibit pada umur dua minggu tampak keseluruhan polybag.

Gambar 4. Kondisi bibit kelapa sawit pada minggu ketiga tampak atas

(01/06/2012

ix

Page 29: Laporan Tetap Prakt Sawit

Gambar 5. Kondisi bibit main nursery pada minggu keempat (08/062012)

Gambar 6. Tempat peletakan polybag main nursery di lahan pembibitan

Gambar 7. Penjarangan polybag main nursery dengan jarak 50 cm x 50 cm

viii

Page 30: Laporan Tetap Prakt Sawit

Gambar 8. Kegiatan pemupukan bibit main nursery

Gambar 9. Kondisi lahan pada akhir pengamatan (08/06/2012)

Gambar 10. Pembuatan pagar untuk mengantisipasi serangan hama babi hutan

ix

Page 31: Laporan Tetap Prakt Sawit

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Cover .......................................................................................... i

Halaman Persetujuan ................................................................................. ii

Halaman Pengesahan ................................................................................. iii

Daftar Nama Asisten ................................................................................. iv

Riwayat Hidup .......................................................................................... v

viii

Page 32: Laporan Tetap Prakt Sawit

Motto dan Persembahan ............................................................................ vi

Kata Pengantar .......................................................................................... vii

Daftar Isi ................................................................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

Latar Belakang ........................................................................................... 1

Tujuan ........................................................................................................ 3

BABII. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 4

Sistematika Tanaman Kelapa Sawit .......................................................... 4

Morfologi Tanaman Kelapa Sawit ............................................................ 4

Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit .................................................... 6

Pembibitan Kelapa Sawit .......................................................................... 7

BAB III. METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat .................................................................................... 10

Alat dan Bahan ......................................................................................... 10

Cara Kerja ................................................................................................. 10

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 14

Hasil ......................................................................................................... 14

Pembahasan .............................................................................................. 15

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 19

Kesimpulan ................................................................................................ 19

Saran .......................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 20

ix

Page 33: Laporan Tetap Prakt Sawit

LAMPIRAN

Dosen Pengasuh Praktikum :

1. Dr. Ir. Erizal Sodikin, MS

2. Ir. Nusyirwan, MS

viii

Page 34: Laporan Tetap Prakt Sawit

Koordinator Asisten :

Azharudin Apriansyah, SP

Asisten Praktikum :

1. Fahrizal

2. Fauzal Rathomy

3. Frinika Rekayasa

4. Kartika

5. M. Umar Wahab Lubis

6. Putri Irene Kanny

Indralaya, Juni 2012

ix