LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun...

106
i LAPORAN TAHUNAN 2017 PUSLITBANG SUMBER DAYA DAN PELAYANAN KESEHATAN BADAN LITBANG KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2017

Transcript of LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun...

Page 1: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

i

LAPORAN TAHUNAN

2017

PUSLITBANG SUMBER DAYA DAN

PELAYANAN KESEHATAN

BADAN LITBANG KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI

2017

Page 2: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatanii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga Buku Laporan Tahunan Pusat Penelitian dan

Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan (Puslitbang SD-Yankes) Tahun 2017

ini terselesaikan.

Laporan Tahunan Puslitbang SD- Yankes 2017 merupakan laporan pelaksanaan

kegiatan-kegiatan Puslitbang SD-Yankes Tahun 2017 disusun berdasarkan pencapaian target

serta sasaran program pembangunan yang dilaksanakan guna mencapai visi dan misi

Kementerian Kesehatan yang mengikuti visi dan misi Presiden Indonesia.

Laporan Tahun ini juga merupakan salah satu indikator evaluasi setiap tahun dari

pelaksanaan kegiatan yang memuat gambaran ringkas tentang kinerja Puslitbang SD -

Yankes dengan menggunakan pendekatan sistem, yakni meliputi masukan (input), proses,

keluaran (output), outcome dan impact. Output diukur dengan capaian indikator kinerja

kegiatan. Sedangkan outcome dan impact hasil penelitian dan pengembangan tidak dapat

diukur di tingkat masyarakat, karena penelitian dan pengembangan adalah kegiatan

penunjang program, maka parameternya adalah seberapa jauh hasil penelitian dan

pengembangan dapat dipakai oleh penentu kebijakan atau pemegang program untuk

perbaikan kebijakan maupun perbaikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Terbitnya Buku Laporan ini diharapkan akan bermanfaat dan dapat memberikan

informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi yang terdapat pada Buku

Laporan Tahunan ini diharapkan dapat dipakai sebagai alat untuk mawas diri sekaligus

masukan untuk perbaikan perencanaan tahun berikutnya.

Kepada Tim Penyusun yang telah menyelesaikan buku ini kami sampaikan

penghargaan yang sebesar-besarnya.Kami menyadari masih banyak kekurangan dan

kelemahannya, untuk itu saran dan usulan yang membangun dan bermanfaat akan kami

terima.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya

dan Pelayanan Kesehatan

Dr. Drs. Nana Mulyana, M.Kes

Page 3: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehataniii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... iv DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................... v BAB I. ANALISA AWAL TAHUN ............................................................................

1

A. HAMBATAN TAHUN LALU .................................................................... 1 B. KELEMBAGAAN ................................................................................... 2 C. SUMBER DAYA .................................................................................... 4

BAB II. TUJUAN DAN SASARAN KERJA ..............................................................

10

A. DASAR HUKUM ................................................................................... 10 B. TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR ................................................ 11

BAB III. STRATEGI PELAKSANAAN ....................................................................

13

A. STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN ............................ 13 B. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN STRATEGI ............................... 13 C. TEROBOSAN YANG DILAKUKAN ........................................................ 14

BAB IV. HASIL KERJA ...........................................................................................

15

A. PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN .............................................. 15 B. PENCAPAIAN KINERJA ....................................................................... 16 C. REALISASI ANGGARAN ....................................................................... 23 D. PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI ..........................................

BAB V. PENUTUP .................................................................................................

25

Lampiran: Rekomendasi Kebijakan

Page 4: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehataniv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. : Sarana dan Prasarana, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Tahun 2017

Tabel 1.2. : Alokasi Anggaran Berdasarkan Belanja, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Tahun 2017

Tabel 1.3. : Alokasi Anggaran Berdasarkan Output Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan,Tahun 2017

Tabel 2.1.

: Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Tahun 2017

Tabel 4.1.

: Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Tahun 2017

Tabel 4.2.

: Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan, Jumlah rekomendasi kebijakan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Tahun 2017

Tabel 4.3.

: Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Jumlah Produk / Informasi/ Data di bidang sumber daya dan pelayanan kesehatan Tahun 2017

Tabel 4.4.

: Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Publikasi ilmiah yang dimuat pada media cetak dan elektronik nasional Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Tahun 2017

Tabel 4.5.

: Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Publikasi ilmiah yang dimuat pada media cetak dan elektronik internasional Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan KesehatanTahun 2017

Tabel 4.6.

: Kegiatan Panitia Pembina Ilmiah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Tahun 2017

Tabel 4.7.

: Alokasi dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Belanja, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Tahun 2017

Tabel 4.8.

: Alokasi dan Realisasi Anggaran Berdasarkan IKK, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Tahun 2017

Page 5: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatanv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. : Struktur Organisasi Puslitbang SD-Yankes

Gambar 1.2. :

Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Jabatan

Gambar 1.3. :

Jumlah Pegawai Pegawai Berdasarkan Jenjang Jabatan Fungsional

Gambar 1.4. :

Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Fungsional Peneliti

Gambar 1.5. :

Jumlah Pegawai Berdasarkan Umur

Gambar 1.6. :

Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 1.7. :

Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan

Gambar 1.8. :

Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Gambar 4.1. :

Sertifikat Akreditasi Majalah Ilmiah

Gambar 4.2. :

Sertifikat Akreditasi Laboratorium Penguji

Page 6: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 1

BAB I ANALISA SITUASI AWAL TAHUN 2017

A. HAMBATAN TAHUN 2017

Pembangunan kesehatan jangka panjang ditujukan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Dalam jangka menengah lima tahunan, sesuai Peraturan Presiden

Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) Tahun 2015 – 2019, yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan,

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya dapat terwujud, yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan

perilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah negara Republik Indonesia.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan

(Puslitbang SD-Yankes), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, harus ikut

berperan dalam upaya perbaikan indikator kesehatan dan upaya pemecahan masalah dan

penanggulangan penyakit, melalui penelitian dan pengembangan bidang sumber daya dan

pelayanan kesehatan.

Selama pelaksanaan Tahun 2017, terdapat beberapa hal yang menghambat dalam

pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan bidang sumber daya dan pelayanan

kesehatan, yakni:

1. Merupakan satker dengan tupoksi baru sesuai Permenkes 64 tahun 2015,

2. Penyelenggarakan Riset Implementasi PIS – PK sesuai intruksi Menkes,

merupakan output tambahan yang muncul setelah DIPA 2017 disahkan,

sehingga aktivitas yang harus dilaksanakan segera belum memiliki anggaran.

3. Output tambahan menyebabkan revisi pertama harus dilaksanakan segera di

Kanwil DJPB. Revisi tidak berjalan mudah karena tahun 2017 merupakan tahun

pertama DJPB melaksanakan revisi penambahan output.

4. Pada tahun 2017 terdapat dana titipan 002 pada output layanan internal sebesar

Rp 2.424.949.000 Dana titipan ini harus dikembalikan pada output yang

seharusnya yaitu layanan perkantoran (operasional perkantoran).Hal ini

menyebabkan harus dilaksanakan revisi DIPA utk kedua kalinya. Revisi

pemindahan dana titipan dilaksanakan bersamaan dengan revisi efisiensi, yaitu

pada bulan Agustus 2017,

Page 7: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 2

B. KELEMBAGAAN

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan (Puslitbang SD-Yankes) mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi, dan

pelaporan penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang sumber daya dan pelayanan

kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan

tugas dimaksud, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan

Kesehatan menyelenggarakan fungsi;

1. penyusunan kebijakan teknis penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang

sumber daya dan pelayanan kesehatan;

2. pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang sumber daya dan

pelayanan kesehatan;

3. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan penelitian dan pengembangan kesehatan di

bidang sumber daya dan pelayanan kesehatan; dan

4. pelaksanaan administrasi Pusat.

Penjabaran dari tugas dan fungsi tersebut, maka dalam susunan organisasi Puslitbang

SD - Yankes yang terdiri dari:

1. Bagian Tata Usaha (Bagian TU)

2. Bidang Sumber Daya Kesehatan (Bidang SDK)

3. Bidang Pelayanan Kesehatan (Bidang Yankes)

4. Sub Bagian Program dan Kerjasama (Sub-bagian PKS)

5. Sub Bagian Keuangan, Kepegawaian dan Umum (Sub-bagian KKU)

6. Sub Bidang Kefarmasi dan Alat Kesehatan (Sub-bidang Farmalkes)

7. Sub Bidang Sumber Daya Manusia Kesehatan (Sub-bidang SDMK)

8. Sub Bidang Pelayanan Kesehatan Primer dan Rujukan (Sub-bidang Yankes Primer

dan Rujukan )

9. Sub Bidang Pelayanan Kesehatan Tradisional dan Penunjang (Sub-bidang Yankestrad

dan Penunjang)

Page 8: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 3

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Puslitbang SD – Yankes

Di samping itu, Puslitbang SD-Yankes, sebagai lembaga penelitian dan pengembangan,

juga mempunyai struktur ad-hoc yakni:

1. Panitia Pembina Ilmiah (PPI)

Tugas Panitia Pembina Ilmiah Puslitbang SD - Yankes adalah sebagai berikut:

a) Memberikan masukan kepada Kepala Puslitbang SD - Yankes tentang prioritas dan

kualitas penelitian pengembangan bidang sumber daya dan pelayanan kesehatan

b) Memberikan saran dalam penyusunan rencana program dan kerjasama penelitian

dan pengembangan Puslitbang SD – Yankes serta pengembangan kemampuan

institusi

c) Melakukan seleksi dan menilai usulan penelitian sesuai dengan kriteria pedoman

yang telah ditentukan dan memberikan saran perbaikan sebagai masukan untuk

Kepala Puslitbang SD – Yankes

d) Melakukan pembinaan penelitian dari proposal, pelaksanaan penelitian, hingga

penyusunan laporan akhir

e) Memberikan saran-saran perbaikan terhadap laporan hasil penelitian,

penyebarluasan hasil penelitian termasuk dalam seminar hasil penelitian dan

publikasi

Kepala Dr. Drs. Nana Mulyana, M.Kes

Sub-bag PKS Dra. Excalanti Prawirawati

Sub-bag KKU Elvira Eka Putri, SKM, M.Kes

Bagian Tata Usaha

Nagiot Cansalony, SKM, ME

Bidang SDK Dr. dr. Harimat Herdarwan, M.Kes

Bidang Yankes dr. Muhammad Karyana, M.Kes

Sub-bidang SDMK Tinexcelly Marisiuli, SKM, MKM

Sub-bidang Yankes Primer dan Rujukan dr. Eva Sulistiowati, M.Biomed

Sub-bidang Yankestrad dan Penunjang dr. Hadi Siswoyo, M.Epid

KF Peneliti

Panitia Pembina Ilmiah (PPI) Puslitbang SD-Yankes

TP2U Puslitbang SD-Yankes

Sub-bidang Farmalkes Yuyun Yuniar, SSi, Apt. MA

Page 9: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 4

f) Membina peneliti melalui seminar, diskusi ilmiah, kursus, perumusan pedoman dan

lain sebagainya.

g) Memupuk lingkungan kehidupan ilmiah

2. Tim Penilai Peneliti Unit (TP2U)

Tugas Tim Penilai Peneliti Unit Puslitbang SD - Yankes adalah sebagai berikut:

a) Membantu para peneliti dalam proses penilaian dan perhitungan angka kredit jabatan

fungsional

b) Memberikan saran perbaikan kepada para peneliti dalam proses penilaian dan

perhitungan angka kredit jabatan fungsional

c) Memberikan penjelasan kepada para peneliti tentang Angka Kredit Jabatan

Fungsional Peneliti

d) Melaporkan hasil kerjanya kepada Kepala Puslitbang SD – Yankes, mencek

kebenaran artikel/tulisan yang diajukan

e) Mengingatkan/memberi peringatan pada peneliti yang angka kreditnya akan habis

sesuai batas waktu yang ditentukan

C. SUMBER DAYA

Sumber daya yang dipunyai Puslitbang SD - Yankes meliputi sumber daya manusia,

sarana dan prasarana, serta dana. Jabaran tentang sumber daya dimaksud adalah

sebagai berikut:

1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aset utama dalam organisasi

penelitian. Pada awal dibentuknya Puslitbang SD-Yankes tahun 2016, Puslitbang

SD-Yankes memiliki 156 orang pegawai yang terbagi menjadi 3 jenjang jabatan yaitu

struktural, fungsional tertentu dan fungsional umum. Dalam jenjang struktural

terdapat 4 pegawai yang merangkap jabatan, yaitu sebagai pejabat struktural dan

juga memiliki jenjang fungsional. Sementara pada akhir Tahun 2017 jumlah pegawai

yang dimiliki adalah 148 orang. Untuk memahami dengan jelas mengenai kondisi

sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun

2016 hingga 2017 perhatikan gambar berikut.

Page 10: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 5

Berdasarkan jenjang jabatan, fungsional tertentu merupakan jumlah pegawai

terbanyak. pegawai. Struktural sebanyak 10 pegawai, dan dalam jenjang struktural

terdapat 4 pegawai yang merangkap jabatan, yaitu sebagai pejabat struktural dan

juga memiliki jenjang fungsional.

Jenjang fungsional tertentu adalah salah satu aset vital dalam organisasi, terutama

organisasi penelitian, karena merupakan penggerak sistem sehingga organisasi

dapat berjalan

Apabila dipilah, maka jenjang jabatan fungsional, dapat dibagi menjadi peneliti,

teknisi litkayasa dan analisis kepegawaian. Berikut adalah gambaran pegawai

berdasarkan jenjang jabatan fungsional.

0

20

40

60

80

100

2016 2017

10 10

67 60

84 82

Gambar 1.2 Jumlah Pegawai 2016 -2017 Berdasarkan Jenjang Jabatan

Struktural JFU JFT

0

20

40

60

80

2016 2017

2 2 7 7

75 73

Gambar 1.3 Distribusi Pegawai Berdasarkan Jenjang Jabatan Fungsional

Tertentu

Anpeg Litkayasa Peneliti

Page 11: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Berdasarkan jenjang jabatan fungsional tertentu maka peneliti merupakan jenjang

jabatan fungsional dengan jumlah pegawai terbanyak.

Jenjang fungsional penelitipun bila dilihat lebih detil dapat dibagi lagi berdasarkan

ketentuan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, yakni peneliti utama, peneliti

madya, peneliti muda, dan peneliti pertama. Berikut gambaran jenjang fungsional

peneliti berdasarkan kriteria LIPI.

Berdasarkan jenjang jabatan fungsional peneliti maka peneliti madya merupakan

jenjang jabatan fungsional peneliti dengan jumlah pegawai terbanyak.

Menurut golongan, pegawai dibagi berdasarkan golongan I, II, III, dan IV. Berikut

jumlah pegawai berdasarkan golongan;

0

10

20

30

40

2016 2017

30 31

24 20

18 17

3 4

Gambar 1.4 Distribusi Pegawai Berdasarkan Jenjang JFT Peneliti

Pertama Muda Madya Utama

0

20

40

60

80

100

2016 2017

1 1

37 33

91 85

27 28

Gambar 1.5 Distribusi Pegawai Berdasarkan Golongan

I II III IV

Page 12: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 7

Berdasarkan golongan, dari 148 pegawai banyak didominasi oleh pegawai dengan

golongan III.

Menurut tingkat pendidikan, pegawai dibagi berdasarkan tingkat pendidikan SD,

SLTP, SLTA/D1, D2/D3, S1, S2, dan S3. Berikut jumlah pegawai berdasarkan tingkat

pendidikan;

Gambar 1.6 Distribusi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, dari 148 pegawai banyak didominasi oleh pegawai

dengan tingkat pendidikan S2.

Pada tahun 2017 telah dilakukan pengukuhan dan orasi profesor riset yang

berasal dr Puslitbang SD-Yankes yaitu Prof. Dr. Sudibyo Supardi, Apt, M.Kes yang

merupakan peneliti subbidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Beliau mengangkat

judul orasi “Merasionalkan Pengobatan Sendiri melalui Promosi Kesehatan”. Saat ini

Prof. Sudibyo merupakan satu-satunya Profesor Riset di Puslitbang Sumber Daya

dan Pelayanan Kesehatan dari 3 Profesor Riset yang masih aktif di Badan Litbang

Kesehatan.

2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di Puslitbang SD – Yankes meliputi yang bergerak

maupun tidak bergerak. Secara umum sarana yang tidak begerak meliputi: gedung

perkantoran, gedung peneliti, dan gedung laboratorium. Wujud transparansi dan

akuntabilitas sarana dan prasarana Puslitbang SD – Yankes dituangkan dalam

Laporan Barang Milik Negara, yang juga merupakan pertanggungjawaban

0

10

20

30

40

50

60

70

2016 2017

1 1

13 9

32 32

8 9

44

22

50

65

8 10

SD SMP SMA/D1 D3 S1 S2 S3

Page 13: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 8

pengelolaan keuangan negara. Laporan Barang Milik Negara disusun menggunakan

Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).

Tabel 1.1. Sarana dan Prasarana dan Ringkasan BMN

Puslitbang SD – Yankes Tahun 2017

AKUN NERACA

JUMLAH KODE URAIAN

1 2 3

117.111 Barang Konsumsi 106.016.495

117.113 Bahan untuk Pemeliharaan 5.556.730

117.114 Suku Cadang 15.903.960

117.121 Pita Cukai. Materai dan Leges 0

117.124 Peralatan dan Mesin untuk dijual atau diserahkan kepada Masyarakat

106.850.000

117.131 Bahan Baku 77.000

117.199 Persediaan Lainnya 45.535.287

131.111 Tanah 20.558.000.000

132.111 Peralatan dan Mesin 22.610.021.528

133.111 Gedung dan Bangunan 14.627.277.246

134.111 Jalan dan Jembatan 653.307.500

134.112 Irigasi 90.860.220

134.113 Jaringan 165.411.270

135.121 Aset Tetap Lainnya 427.130.740

137.111 Akumulasi Penyusutan Peralatan dan Mesin

(17.563.274.2)

137.211 Akumulasi Penyusutan Gedung dan Bangunan

(3.959.537.894)

137.311 Akumulasi Penyusutan Jalan dan Jembatan

(648.110.621)

137.312 Akumulasi Penyusutan Irigasi

(15.446.234)

137.313 Akumulasi Penyusutan Jaringan

(35.744.509)

162.151 Software 60.710.000

166.112 Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi pemerintahan 18.536.000

169.122 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap yang tidak digunakan dalam operasi

(18.536.000)

169.315 Akumulasi Amortisasi software (52.346.250)

J U M L A H 37.198.198.226

3. Dana

Pada tahun 2017 Puslitbang SD - Yankes mendapat anggaran sebesar sebanyak

Rp. 81.479.884.000,- (delapan puluh satu milyar empat ratus tujuh puluh sembilan

juta delapan ratus delapan puluh empat ribu rupiah) yang terdiri dari belanja

pegawai, belanja barang dan belanja modal. Besaran alokasi masing-masing belanja

sebagai berikut:

Page 14: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 9

Tabel 1.2. Alokasi Anggaran Berdasarkan Belanja

Puslitbang SD – Yankes Tahun 2017

No Alokasi Jumlah

1 Belanja Pegawai Rp. 13.142.000.000

2 Belanja Barang Rp. 67.603.884.000

3 Belanja Modal Rp. 734.000.000

Jumlah Rp. 81.479.884.000

Diluar belanja pegawai, alokasi anggaran terbanyak adalah alokasi untuk belanja barang.

Apabila dipilah berdasarkan output maka alokasi anggaran tersebut sebagai berikut:

Tabel 1.3. Alokasi Anggaran Berdasarkan Output

Puslitbang SD – Yankes Tahun 2017

No Output Jumlah (Rp)

1. Rekomendasi Kebijakan 103.810.000

2. Publikasi Karya Tulis Ilmiah di bidang sumber

daya dan pelayanan kesehatan

166.850.000

3. Penelitian Bidang sumber daya dan pelayanan

kesehatan

17.463.742.000

4. Laporan Status Kesehatan Masyarakat hasil

Riset Kesehatan Nasional wilayah I

40.903.728.000

5. Layanan Internal (Overhead) 5.580.250.000

6. Layanan Perkantoran 17.161.204.000

Jumlah Rp. 81.479.584.000

Page 15: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 10

BAB II TUJUAN DAN SASARAN KERJA

A. DASAR HUKUM

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Puslitbang SD – Yankes mengacu pada

dasar hukum sebagai berikut:

1) Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4219);

2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

3) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

4) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3609);

5) Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional Tahun 2015-2019

6) Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi 2012

7) Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Prioritas Pembangunan Nasional

8) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 29 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

9) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1179A/Menkes/SK/X/1999 tentang Kebijakan Nasional Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;

10) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/X/2002 tentang Persetujuan Penelitian Kesehatan Terhadap Manusia;

11) Keputusan Menteri Kesehatan No. 375 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025

12) Peraturan Menteri Kesehatan No. 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan

13) Keputusan Menteri Kesehatan HK.01.07/MENKES/422/2017tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 – 2019

14) DR. Dr. Trihono, MSc. (2011): Rencana Besar Pengembangan Badan Litbangkes, Jakarta.

15) Rencana Aksi Kegiatan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Tahun 2015 – 2019.

Page 16: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 11

B. TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.64 Tahun 2015 Tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya

dan Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan

kesehatan, serta menapis teknologi di bidang sumber daya dan pelayanan kesehatan.

Dalam mencapai tugas pokok fungsi tersebut telah ditetapkan sasaran, dan indikator kinerja.

1. Visi

Visi yang ingin dicapai Badan Litbangkes adalah sebagai lokomotif Penelitian, Pengawal

Kebijakan, dan Legimator Program Pembangunan berbasis bukti.

2. Misi

Untuk mencapai visi tersebut telah ditetapkan beberapa misi, yang dilaksanakan oleh

segenap jajaran dilingkungan Puslitbang SD – Yankes. Adapun misi yang telah ditetapkan

meliputi:

a. Mengembangkan sumber daya litbangkes

b. Mengembangkan kerjasama strategis litbang dan iptek kesehatan

c. Menghasilkan rekomendasi untuk pembangunan kesehatan

d. Menghasilkan iptek kesehatan

3. Tujuan

Tujuan organisasi ditetapkan berdasarkan yang ingin dicapai dalam jangka panjang

selama 5 tahun dan jangka pendek selama satu tahun. Untuk tahun 2017, tujuan yang ingin

dicapai meliputi:

a. Membuat rekomendasi kebijakan di bidang sumber daya dan pelayanan kesehatan

b. Melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang sumber daya dan pelayanan

kesehatan

c. Melaksanakan publikasi hasil penelitian dan pengembangan di bidang sumber daya

dan pelayanan kesehatan

4. Sasaran

Untuk mencapai tujuan telah ditetapkan beberapa sasaran. Sasaran ini merupakan hasil

nyata yang akan dicapai dengan rumusan yang spesifik, terarah. Adapun sasaran yang

telah ditetapkan meliputi:

Page 17: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 12

a. Terlaksananya penelitian dan pengembangan di bidang sumber daya dan pelayanan

kesehatan yang ditandai dengan jumlah hasil di bidang sumber daya dan pelayanan

kesehatan

b. Terlaksanakan publikasi hasil penelitian dan pengembangan di bidang sumber daya

dan pelayanan kesehatan yang ditandai dengan publikasi ilmiah di bidang sumber

daya dan pelayanan kesehatan yang dimuat pada media cetak dan elektronik, baik

nasional maupun internasional.

5. Indikator Kinerja Kegiatan

Kegiatan yang telah ditetapkan akan diukur setiap akhir tahun anggaran, dan selama

tahun tersebut dilakukan monitoring dan evaluasi dan pencapaiannya. Indikator kinerja

kegiatan yang ditetapkan tahun 2017, adalah:

Tabel 2.1. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan

Puslitbang SD-Yankes Tahun 2017

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Capaian %

Meningkatnya

penelitian dan

pengembangan di

bidang sumber daya

dan pelayanan

kesehatan

Jumlah rekomendasi kebijakan

yang dihasilkan dari penelitian

dan pengembangan di bidang

sumber daya dan pelayanan

kesehatan

8 11 137,5 %

Jumlah publikasi karya tulis

ilmiah di bidang sumber daya

dan pelayanan kesehatan yang

dimuat di media cetak dan/atau

elektronik nasional dan

internasional

13 18 138,46 %

Jumlah hasil penelitian dan

pengembangan di bidang

sumber daya dan pelayanan

kesehatan

8 8 100%

Jumlah laporanStatus

Kesehatan Masyarakat hasil

Riset Kesehatan Nasional

wilayah I

1 1 100 %

Page 18: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 13

BAB III STRATEGI PELAKSANAAN

A. STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN

Strategi pencapaian sasaran dilakukan dengan menyusun program tahun 2017,

dengan mengacu pada RPJMN, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, dan Rencana

Aksi Kegiatan Puslitbang SD – Yankes Tahun 2017 - 2019. Secara umum strategi

pencapaian tujuan dan sasaran dilakukan dengan 4 kegiatan, yakni;

1. Membuat rekomendasi kebijakan dibidang sumber daya dan pelayan kesehatn

2. Melaksanakan penelitian dan pengembangan dibidang sumber daya dan pelayanan

kesehatan

3. Melaksanakan penyebarluasan dan pemanfaatan hasil litbang

4. Melaksanakan riset kesehatan nasional berupa Riset Ketenagaan Di bidang

Kesehatan

B. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN STRATEGI

Dalam melaksanakan strategi pencapaian tujuan dan sasaran, dirasakan adanya

beberapa hambatan. Hambatan tersebut berasal dari internal maupun eksternal Puslitbang

SD-Yankes. Adapan hambatan yang dirasakan meliputi:

a. Penyelenggarakan Riset Implementasi PIS – PK sesuai intruksi Menkes, merupakan

output tambahan yang muncul setelah DIPA 2017 disahkan, sehingga aktivitas yang

harus dilaksanakan segera belum memiliki anggaran.

b. Output tambahan menyebabkan revisi pertama harus dilaksanakan segera di Kanwil

DJPB. Revisi tidak berjalan mudah karena tahun 2017 merupakan tahun pertama

DJPB melaksanakan revisi penambahan output.

c. Pada tahun 2017 terdapat dana titipan 002 pada output layanan internal sebesar Rp

2.424.949.000 Dana titipan ini harus dikembalikan pada output yang seharusnya

yaitu layanan perkantoran (operasional perkantoran).Hal ini menyebabkan harus

dilaksanakan revisi DIPA utk kedua kalinya. Revisi pemindahan dana titipan

dilaksanakan bersamaan dengan revisi efisiensi, yaitu pada bulan Agustus 2017.

d. Pemahaman terhadap pertanggungjawaban atas penggunaan dana APBN riset

sangat rendah dari pihak mitra sehingga output hibah penelitian teknologi kesehatan

hanya menyelesaikan kegiatan.

e. Desk perencanaan dan penganggaran internal tidak maksimal seperti proses tahun

2016.

Page 19: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 14

C. TEROBOSAN YANG DILAKUKAN

Terobosan telah dilakukan untuk meminimalisasi hambatan yang ada agar tidak

menganggu dalam pencapaian tujuan. Terobosan yang dilakukan berupa:

1. Anggaran untuk Riset Implementasi PIS-PK yang harus dilaksanakan segera

terkait pertemuan dan pelatihan tim riset disediakan dari output layanan internal.

Sementara sisa kebutuhan dana lainnya disediakan dengan mengefisiensikan

secara mandiri dari output hasil penelitian bidang sumber daya dan pelayanan

kesehatan

2. Tim Peneliti dengan tim PPI yang difasilitasi oleh tim manajemen berhasil

menyelesaikan proses ethical clearance tanpa mengganggu jadwal penelitian.

3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) berhasil menjalankan fungsi pengendalian

dan pengawasan kegiatan dan penggunaan dana.

4. Komunikasi yang baik, intensif dan terbuka antara peneliti, struktural dan

pegawai lainnya terbina melalui tatap muka maupun media sosial membantu

pencapaian kinerja.

5. Terbitnya jurnal Litbang Pelayanan Kesehatan vol 1: no 1 dan 2, meskipun belum

terakreditasi, namun mulai memacu peneliti untuk memasukan artikelnya.

6. Workhop penulisan artikel ilmiah yang tahun 2017 dapat dilaksanakan,

menghasilkan bank artikel yang dapat menjaga konsistensi dan mutu jurnal

7. Terlaksananya Perjanjian Kerjasama dalam penelitian PIS PK dan sekaligus

sebagai daerah Binwil dengan Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung

Page 20: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 15

BAB IV HASIL KERJA

A. PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN

Pencapaian tujuan dan sasaran dilakukan dengan kegiatan berupa input dan output.

Detil capaian dari masing-masing kegiatan adalah:

1. Masukan (Input)

Untuk melaksanakan kegiatan agar diperoleh output maka telah dilakukan dengan

masukan berupa:

a. Sumber daya manusia sebanyak 148 sangat mendukung untuk pelaksanaan

kegiatan. Sumber daya manusia yang terbagi antara struktural dan fungsional,

fungsional yang terbagi penelitian dan litkayasa serta analis kepegawaian, jenjang

pendidikan yang lebih banyak S2, jenjang peneliti yang lebih didominasi peneliti

madya, umur pegawai yang lebih didominasi usia produksi 31 – 40 tahun.

b. Sarana dan Prasarana yang dimiliki meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan

bangunan, irigasi, dan jaringan. Sarana berupa kantor, ruang peneliti, laboratorium,

gedung pelatihan, alat laboratorium dll.

c. Biaya yang teralokasi sebesar Rp 81.479.584.000,- sangat membantu untuk

kelancaran kegiatan.

d. Komunikasi dengan menggunaan internet, short message service. Semua

komunikasi dilakukan secara elektronik, termasuk adanya disposisi, dilakukan

pengarsipan secara elektornik selanjutnya dikirimkan kepada yang bersangkutan.

e. Melaksanakan jejaring penelitian dengan institusi rumah sakit dan universitas

f. Mengirimkan peneliti dalam sebuah forum ilmiah, mengirim peneliti melalui jenjang

pendidikan, dan membuat workshop terkait penelitian, serta dengan mentandemkan

peneliti menjadi bagian dari sebuah tim penelitian institusi lain yang sudah ahli di

bidang penelitian klinik.

g. Membuat kerjasama dengan institusi penelitian lain.

h. Melaksanakan pelatihan penulisan publikasi.

i. Mengoptimalkan fungsi Panitia Pembina Ilmiah

2. Keluaran (Output)

Output yang dicapai setelah dilakukan upaya dengan memberikan masukan baik

berupan sumber daya manusia, dana, saran dan prasarana, teknologi meliputi:

Page 21: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 16

a. Pelaksanaan jejaring penelitian klinik dengan fasilitas pelayanan kesehatan sebagai

antisipasi ketiadaan rumah sakit dan laboratorium penunjang. Jejaring dilakukan

dengan wadah Indonesia Research Partnership on Infectious Disease = INA

RESPOND, yang terdiri dari 8 rumah sakit dan 7 fakultas kedokteran. Fakultas

Kedokteran (FK) Universitas Indonesia/RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, RS

Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, FK Universitas Padjadjaran/RSUP Dr Hasan

Sadikin, FK Universitas Diponegoro/RSUP Dr Kariadi, FK Universitas Gadjah

Mada/RSUP Dr Sardjito, FK Universitas Airlangga/RSUD Dr Soetomo, FK

Universitas Udayana/RSUP Sanglah dan FK Universitas Hasanuddin/RSUP Dr

Wahidin Sudirohusodo.

b. Mengirimkan peneliti dalam sebuah forum ilmiah, mengirimkan penelitian melalui

jenjang pendidikan,

c. Mentandemkan peneliti menjadi bagian dari sebuah tim penelitian HTA

d. Membuat kerjasama dengan institusi penelitian lain.

e. Panitia Pembina Ilmiah melakukan monitoring setiap pelaksanaan penelitian, dan

dengan bersama tim manajemen melakukan supervisi penelitian

B. PENCAPAIAN KINERJA

Berbagai upaya yang dilakukan untuk pencapaian tujuan dan sasaran baik berupa

masukan maupun keluaran berujung pada pencapaian indikator kinerja kegiatan. Dan

berikut capaian kinerja tersebut:

Tabel 4.1. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan

Puslitbang SD-Yankes Tahun 2017

No Indikator Target Realisasi Realisasi

1. Jumlah rekomendasi kebijakan yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan di bidang sumber daya dan pelayanan kesehatan

8 11 137,5 %

2. Jumlah publikasi karya tulis ilmiah di bidang sumber daya dan pelayanan kesehatan yang dimuat di media cetak dan/atau elektronik nasional dan internasional

13 18 138,46 %

3. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan di bidang sumber daya dan pelayanan kesehatan

8 8 100%

4. Jumlah laporan Status Kesehatan Masyarakat hasil Riset Kesehatan Nasional wilayah I

1 1 100 %

Page 22: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 17

Dari target sebanyak 8 dokumen, telah dapat dipenuhi pencapaian sebesar 11 dokumen

terkait dengan jumlah rekomendasi kebijakan dibidang sumber daya dan pelayanan

kesehatan. Ke delapan capaian indikator Jumlah rekomendasi kebijakan di bidang

sumber daya dan pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2. Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Rekomendasi Kebijakan

Tahun 2017

No Judul Rekomendasi Kebijakan Nama Peneliti Satker

1 Optimalisasi Peran Apoteker dalam Kepatuhan Minum Obat pada ODHA Ibu dan Anak

Yuyun Yuniar Puslitbang SD – Yankes

2. Perluasan Pemanfaatan Alat Tes Cepat Molekuler (TCM) Tubercolosis untuk Pemeriksaan Viral Load HIV

Dona Arlinda Puslitbang SD – Yankes

3. Evaluasi Tubex TF Untuk Diagnosis Demam Typhoid

Retna Mustika Puslitbang SD – Yankes

4. Kemandirian Obat Generik Pada Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) : Isue Kebijakan , Isue Harga dan Produksi Obat Generik

Raharni Puslitbang SD – Yankes

5. Memenuhi Standar Pelayanan Kefarmasian dalam Keterbatasan SDM: Haruskah Kita Mundur?

Max J.Herman Puslitbang SD – Yankes

6. Manajemen Puskesmas dengan Pendekatan Keluarga sebagai fokus dalam Pelatihan Keluarga Sehat

Eva Sulistiowati Puslitbang SD – Yankes

7. Pelajaran dari Riset Evaluatif Nusantara Sehat : Perlukah Program Teambased Nusantara Sehat Diteruskan?

Harimat Puslitbang SD – Yankes

8. Model Terpadu Pelayanan Gizi Balita Kurus di PuskesmasUntuk Pemulihan Dan Pencegahan Gizi Buruk (Sangat Kurus)

Astuti Lamid Puslitbang SD – Yankes

9. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS – PK) Sebagai Wahana Integrasi Program

Eva Sulistiowati Puslitbang SD – Yankes

10. Cakupan Skrining Pemeriksaan Payudara Klinis dan Inspeksi Visual Asam Asetat Positif dan Perilaku Deteksi Dini Kanker Payudara dan Serviks di Indonesia

Sri Idaiani Puslitbang SD – Yankes

11. Integrasi Program Puskesmas dalam Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)

Eva Sulistiowati Puslitbang SD – Yankes

Target hasil penelitian sebanyak 8 dokumen disajikan pada tabel berikut.

Page 23: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 18

Tabel 4.3. Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan

Jumlah hasil penelitian dan pengembangan di bidang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Tahun 2017

No Judul penelitian Ketua Penelitian Keterangan

1 Penapisan dan Pengkajian Teknologi Farmasi dan Alat Kesehatan untuk Intervensi Program Kesehatan dalam Mendukung Jaminan Kesehatan Nasional

Sri Idaiani Laporan Kegiatan

2 Implementasi Pelayanan Gizi Pada Pasien Rawat Inap Pada Balita Gizi Buruk

Astuti Lamid Laporan Penelitian

3 Riset Evaluatif Penempatan Team Based Nusantara Sehat

Ida Diana Sari Laporan Penelitian

4 Riset Penyelenggraaan Pendidikan Tenaga Kesehatan

Mieska Despitasari

Laporan Penelitian

5 Akses, Distribusi dan Manajemen Ketersediaan Obat dan Alkes Esensial dalam Menghadapi UHC 2019 (Urban, Rural dan DTPK)

Yuyun Yuniar Laporan Penelitian

6. Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan Primer dan Rujukan

Hadjar Siswantoro

Laporan Penelitian

7. Evaluasi Sistem Rujukan di Era Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan

Tati Suryati Laporan Penelitian

8. Implementasi Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

Eva Sulistiowati Laporan Penelitian

Capaian 16 Publikasi ilmiah di bidang sumber daya dan pelayanan kesehatan yang dimuat

pada media cetak dan elektronik nasional, adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4.

Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan

Publikasi ilmiah yang dimuat pada media cetak dan elektronik nasional

Tahun 2017

No. Judul Artikel Nama Penulis Media Publikasi

1 Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular pada Responden yang diindikasikan Stroke berdasarkan Penelitian Kohor Penyakit Tidak Menular Bogor 2011-2013

Sri Idaiani. Cermin Dunia Kedokteran Edisi 249 Vol. 44 No. 2. Februari 2017. 87-91.

2 Penilaian Indikator Peresepan di Fasilitas Kesehatan Primer Pemerintah dan Swasta di Pulau Jawa, Indonesia

Yuyun Yuniar

Jurnal Kefarmasian Vol.7 No.1 Februari 2017

3 Pengaruh Diabetes Melitus terhadap Gambaran Klinis dan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis di Tujuh RSU Kelas A dan B di Jawa dan Bali

Dona Arlinda Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol.27 No.1 Maret 2017

Page 24: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 19

4 Kecukupan Tenaga Kesehatan dan Permasalahannya dalam Pelayanan Kesehatan Anak dengan HIV-AIDS di Rumah Sakit pada Sepuluh Kabupaten/Kota, Indonesia

Mujiati

Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol.27 No.1 Maret 2017

5 Faktor Resiko Penyakit Ginjal Kronik : Studi Kasus Kontrol di Empat Rumah Sakit di Jakarta Tahun 2014

Delima Buletin Penelitian Kesehatan Vol.45 No.1 Maret 2017

6 Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Penduduk Indonesia yang Menderita Diabetes Melitus (Data Riskesdas 2013)

Marice Sihombing Buletin Penelitian Kesehatan Vol.45 No.1 Maret 2017

7 Perbedaan Faktor Sosiodemografi dan Status Gizi Pasien Tuberkulosis dengan dan Tanpa Diabetes Berdasarkan Registri Tuberkulosis-Diabetes Melitus 2014

Agus Dwi Harso Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol.27 No.2 Juni 2017

8 Perilaku Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Tenaga Kerja Indonesia di Kansashi, Zambia: Analisis Kualitatif

Armedy Ronny Hasugian

Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol.27 No.2 Juni 2017

9 Deteksi Toxoplasma gondii dari Spesimen Urine Penderita HIV/AIDS

Fitriana Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol.27 No.2 Juni 2017

10 The use of traditional health care among Indonesian Family

Nurhayati Health Science Journal of Indonesia Vol.8 No.1 Juni 2017

11 Fakto-faktor yang berhubungan dengan pelayanan bayi di Indonesia: Pendekatan Analisis Multilevel

Ingan Ukur Tarigan, tin Afifah, Demsa Simbolon

Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 8 No. 1, Juni 2017

12 Resiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Cikeusik

Wibowo Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol. 13 No.2. Juni 2017

13 Peningkatan Kompetisi Dokter Pasca Program Internship Dokter Indonesia (PIDI) Tahun 2013

Siti Nur Hasanah, Mieska Despitasari, Harimat Hendarwan

Global Medicine & Health Communication Vol. 5 No. 2 Tahun 2017

14 Keterjangkauan Biaya untuk Mendapatkan Pengobatan pada Anak dengan HIV AIDS dan Infeksi Oportunistik

Andy Leny Susyanty Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol.27 No.3 September 2017

15 Pengaruh (pH) Saliva terhadap Terjadinya Karies Gigi pada Anak Usia Prasekolah

Made Ayu Lely Buletin Penelitian Kesehatan Vol.45 No.4 Desember 2017

16 Characteristics and socioeconomic factors on Perinatal Depression among mothers and infants in three Primary Health Centers in Jakarta and Bogor

Sri Idaiani Health Science Journal of Indonesia Vol.8 No.2 Desember 2017

Page 25: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 20

Untuk capaian 2 publikasi ilmiah di bidang sumber daya dan pelayanan kesehatan yang

dimuat pada media cetak dan elektronik internasional, adalah sebagai berikut

Tabel 4.5. Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan

Publikasi ilmiah yang dimuat pada media cetak dan elektronik internasional Tahun 2017

No Judul Artikel Nama Penulis Media Publikasi

1 People with Spinal Cord Injury in

Indonesia

Muhammad

Karyana

American Journal of

Physical Medicine &

Rehabilitation Volume 96,

Number 2 (suppl)

February 2017

2 Accessibility of Children Living with

HIV/AIDS to Hospitals in Ten

Districts in Indonesia

Rini Sasanti H, MJ.

Herman, Mujiati

Asian Journal of Medicine

and Health Vol.4(4) 2017

a) Panitia Pembina Ilmiah

Panitia Pembina Ilmiah dibentuk untuk membantu Kepala Puslitbang SD - Yankes

dalam pelaksanaan kegiatan terutama penelitian dan pengembangan. Anggota PPI

adalah para peneliti yang mempunyai komitmen untuk membina dan memberikan

masukan kepada peneliti lain agar pelaksanaan penelitian tidak lepas dari kaidah ilmiah.

Pada tahun 2017, meskipun hampir seluruh Panitia Pembina Ilmiah terlibat dalam

penelitian baik DIPA maupun Riset Nasional, namun tetap dapat melaksanakan kegiatan

yang mendukung suasana ilmiah di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayan Kesehatan.

Beberapa kegiatan yang dilakukan meliputi:

Tabel 4.6. Kegiatan Panitia Pembina Ilmiah

Tahun 2017

No Tanggal Topik Bahasan

1. 18 Januari 2017 Sosialisasi Penelitian 2017 dan Pembuatan SK Pembinaan Peneliti

2. 13 Februari 2017 Pembentukan Kelompok Kerja (POKJA) PPI; diantaranya Pokja Pengembangan Ilmiah; Pokja Pengembangan Proposal; Pokja Data dan Informasi dan Pokja Diseminasi dan Marketing.

3. 12 April 2017 Laporan akhir Nusantara Sehat 2016 Pertemuan Pembahasan Penelitian Tahun 2018 DIPA

dan Risbinkes Paparan Protokol Riset Implementasi Keluarga Sehat

Page 26: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 21

4. 26 Mei 2017 Pertemuan Ilmiah Berkala Pembahasan Jabatan Fungsional di era ASN

5. 5 – 7 Juli 2017 Rapat Paripurna PPI Progress Penelitian 2017 pada Triwulan II

6. 27 – 28 September 2017

Progress Penelitian 2017 pada Triwulan III Kajian/ Rekomendasi Kebijakan 2017 Pembahasan Jurnal

7. 25 Oktober 2017 Pembahasan Kajian

8. 18 Desember 2017 Penerapan PP No. 11/ 2017 tentang Manajemen PNS dan PERKA LIPI No. 5/ 2017 tentang inpassing ke JFP Pembahasan Pengelolaan Karir sebagai Peneliti

b) Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan

Tahun 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan dapat menerbitkan

jurnal Litbang Pelayanan Kesehatan vol 1: no 1 dan 2, meskipun belum terakreditasi,

namun mulai memacu peneliti untuk memasukan artikelnya. Selain dalam bentuk cetak

jurnal ini siudah menerapkan Open Jounal System. Jurnal ini direncanakan akan terbit 3

kali dalm setahun, yakni bulan april, agustus dan desember, sehingga diharapkan tahun

2019 jurnal ini dapat terakreditasi.Untuk menjaga konsistensi dan mutu jurnal,

diperlukan bank artikel yang cukup, karenanya pada tanggal 11 -13 Desember

dilaksanakan Workshop Pelatihan Pengelolaan Jurnal dan Penulisan Artikel Ilmiah

Kepesertaan pameran dari Puslitbang SD - Yankes dilakukan pada kegiatan Pameran

RITECH EXPO 2017 pada tanggal 9 – 13 Agustus 2017 di Makasar dan Forum Ilmiah

Tahunan ke 3 IAKMl tanggal 17 – 19 Oktober 2017 di Menado.

C. REALISASI ANGGARAN

Anggaran yang dikelola Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan

sebanyak Rp. 81.479.884.000,- (delapan puluh satu milyar empat ratus tujuh puluh sembilan

juta delapan ratus delapan puluh empat ribu rupiah), dengan realisasi sebesar Rp.

71.037.402.374 (Tujuh puluh satu milyar tiga puluh tujuh juta empat ratus dua ribu tiga ratus

tjuh puluh empat rupiah) atau sebesar 87.18%. Realisasi masing-masing indikator kinerja

kegiatan sebagai berikut:

Page 27: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 22

Tabel 4.7. Alokasi dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Belanja

Pusat Puslitbang SD – Yankes Tahun 2017

No Alokasi Pagu Realisasi %

1 Belanja Pegawai Rp. 13.142.000.000 Rp 10.662.621.439 81,13%

2 Belanja Barang Rp. 67.603.884.000 Rp. 59.711.020.243 88,32%

3 Belanja Modal Rp. 734.000.000 Rp. 663.760.692 90,43%

Jumlah Rp. 81.479.884.000

Rp. 71.037.402.374 87,18%

Tabel 4.8.

Alokasi dan Realisasi Anggaran Berdasarkan IKK

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan

Tahun 2017

No Alokasi Pagu (Rp) Realisasi (Rp) %

1 Jumlah rekomendasi kebijakan yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan di bidang sumber daya dan pelayanan kesehatan

103.810.000 55.900.000 53,85

2 Jumlah publikasi karya tulis ilmiah di bidang sumber daya dan pelayanan kesehatan yang dimuat di media cetak dan/atau elektronik nasional dan internasional

166.850.000 96.081.500 57,59

3 Jumlah hasil penelitian dan pengembangan di bidang sumber daya dan pelayanan kesehatan

17.463.742.000 14.535.730.962 83,23

4 Jumlah laporan Status Kesehatan Masyarakat hasil Riset Kesehatan Nasional wilayah I

40.903.728.000 36.676.950.729 89,67

5 Dukungan Layanan Manajemen

5.680.250.000 5.250.513.833 92,43

6 Layanan Perkantoran 17.161.204.000 14.422.205.350 84,04

Jumlah 81.479.884.000 71.037.402.374 87,18

Page 28: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 23

D. Upaya WTP dan Reformasi Birokrasi

Opini WTP merupakan salah satu ukuran akuntabilitas pemerintahan. Artinya setiap

pertanyaan yang diajukan para stakeholders mengenai setiap sen yang dikeluarkan

pemerintah dapat dijawab. Di dalam pengertian akuntabel termasuk juga pengertian

integritas yaitu integritas informasi, apakah pemerintah sudah menyajikan informasi secara

benar dan jujur serta apakah pengungkapannya sudah sesuai dengan standar prinsip-

prinsip akuntansi.

Pemberian opini WTP oleh BPK berdasarkan hasil penilaian apakah informasi yang

disampaikan dalam laporan keuangan telah sesuai dengan standar yang dipakai oleh BPK.

Oleh karena itu, diperlukan upaya agar informasi laporan keuangan memenuhi standar

akuntansi yang berlaku.

Guna mendukung opini WTP dilakukan juga Reformasi birokrasi di lingkungan

Puslitbang SD-Yankes, karena Reformasi Birokrasi merupakan salah satu faktor utama

yang turut berperan serta dalam perwujudan kepemerintahan yang bersih, transparansi, dan

akuntabel. Berbagai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem penyelenggaraan

pemerintahan tidak berjalan dengan baik harus ditata ulang atau diperbaharui. Reformasi

birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan

mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-

aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business process) dan sumber daya

manusia aparatur.

Program reformasi birokrasi yang dilakukan di lingkungan Puslitbang SD-Yankes meliputi :

1. Penataan organisasi. Dalam Upaya penataan organisasi dilakukan analisa jabatan di

masing-masing bagian, agar output atau hasil pekerjaan lebih maksimal.

2. Penyempurnaan proses ketatalaksanaan/administrasi kegiatan. Untuk penyempurnaan

proses administrasi kegiatan dilakukan pembuatan SOP setiap kegiatan,

diberlakukannya e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa dan penggunaan

tata naskah dinas secara elektronik.

3. Pembuatan Surat Edaran Disiplin Kehadiran.

4. Pembekalan Agent of Change.

5. Peningkatan sumber daya manusia. Upaya peningkatan SDM dilakukan melalui

sosialisasi tentang Reformasi Birokrasi dalam bentuk pertemuan-pertemuan dan

pemasangan banner dan stiker yang berhubungan dengan Reformasi Birokrasi, absensi

menggunakan mesin Finger print dan sosialisasi PP 53 tahun 2010 mengenai disiplin

pegawai.

6. Penatausahaan Barang Milik Negara-aset tetap

7. Penatausahaan barang persediaan

Page 29: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 24

8. Proses pengadaan barang dan jasa yang dilakukan secara elektronik

9. Penatalaksanaan perjalanan dinas; surat tugas, kelengkapan SPPD ditandatangani

pejabat tempat tujuan, tiket pesawat dilampiri boarding pass, kuitansi hotel, pengeluaran

riil, laporan perjalanan dinas.

10. Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara

Page 30: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 25

BAB V PENUTUP

Secara umum kegiatan Puslitbang SD – Yankes¸ yakni penelitian dan

pengembangan bidang sumber daya dan pelayanan kesehatan dapat berjalan. Indikator

keberhasilan ditentukan oleh tingkat capaian dari ketiga Indikator Kinerja Kegiatan, yang

melebihi target, terutama publikasi internasional.

Keberhasilan dibidang penelitian dan pengembangan dikarenakan adanya

pembinaan yang dilakukan manajemen Litbangkes, baik oleh struktural maupun komisi ad

hoc PPI. Pun demikian, meskipun sebagai satker baru belum memiliki jurnal, akan tetapi

keaktifan peneliti untuk publikasi nasional dan internasional mendukung tercapainya output

publikasi. Adapun untuk capaian status kesehatan masyarakat dapat terlaksana

dikarenakan adanya dukungan dari berbagai pihak.

Kedepan capaian tersebut akan lebih ditingkatkan lagi dengan adanya penelitian

yang langsung diarahkan pada produk/model/protipe/standar. Dan publikasi juga

dilaksanakan dengan seminar internasional.

Semoga Laporan Tahunan Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan

Tahun 2017 ini dapat berguna khususnya bagi pelaksanaan penelitian dan pengembangan

bidang upaya kesehatan masyarakat demi mendukung tercapainya tujuan pembangunan

kesehatan nasional.

Page 31: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Laporan Tahunan 2017

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 26

Page 32: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Optimalisasi Peran Apoteker dalam Kepatuhan Minum Obat pada ODHA Ibu dan Anak

Latar Belakang

Lebih dari 90% kasus anak terinfeksi HIV, ditularkan melalui proses penularan dari ibu ke anak

atau mother to child HIV transmission (MTCT). HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV

kepada anaknya selama kehamilan (5-10%), saat persalinan (10-20%) dan saat menyusui (10-

15%). Kemenkes mengestimasi setiap tahun terdapat 9.000 ibu hamil HIV positif yang

melahirkan di Indonesia, jika tidak ada intervensi sekitar 3.000 bayi diperkirakan akan lahir HIV

positif setiap tahunnya di Indonesia. Data estimasi UNAIDS/WHO (2009) juga memperkirakan

22.000 anak di wilayah Asia-Pasifik terinfeksi HIV dan tanpa pengobatan, setengah dari anak

yang terinfeksi tersebut akan meninggal sebelum ulang tahun kedua. Demikian pula jumlah

anak berusia di bawah 15 tahun yang tertular HIV dari ibunya pada saat dilahirkan ataupun

saat menyusui akan meningkat dari 4.361 (2012) menjadi 5.565 (2016), yang berarti terjadi

peningkatan angka kematian anak akibat AIDS.

Resiko penularan HIV dari ibu ke anak dapat diturunkan hingga 1-5% dengan terapi

antiretroviral (ART) jangka panjang. Resiko penularan ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang

disusui dapat dikurangi hingga setengahnya bila ibu mengkonsumsi obat ARV. Risiko

penularan HIV juga semakin kecil bila bayi diberikan ARV profilaksis setelah lahir sampai usia 6

minggu dilanjutkan dengan terapi kotrimoksazol profilaksis sampai satu tahun atau sampai

diagnosis ditegakkan. Terapi ARV dilanjutkan bila tes HIV dilakukan pada usia 18 bulan

menunjukkan hasil positif.

Kepatuhan sangat diperlukan dalam terapi jangka panjang untuk mencegah resistensi pada

penggunaan obat antiretroviral (ARV). Diperlukan tingkat kepatuhan yang tinggi dalam

penggunaan ARV untuk mendapatkan keberhasilan terapi dan mencegah resistensi yang

terjadi. Untuk mendapatkan respon penekanan jumlah virus sebesar 85% diperlukan

kepatuhan penggunaan obat 90 - 95%.

Ringkasan Kepatuhan dalam pengobatan pasien dengan HIV AIDS merupakan faktor penentu keberhasilan terapi. Pada pasien anak kepatuhan sangat tergantung pada orang tua atau wali. ODHA perempuan yang mempunyai anak berstatus positif maupun negatif HIV merupakan kelompok yang memiliki kebutuhan terhadap dukungan sosial dan mempunyai motivasi yang baik dalam hal kepatuhan. Peningkatan kepatuhan terapi dapat terjadi melalui pemberian informasi obat dan konseling kepada orangtua saat kunjungan ke RS. Kegiatan PIO dan konseling obat merupakan kewajiban dan kewenangan apoteker, namun hasil penelitian di Indonesia menunjukkan baru sebagian apoteker yang terlibat dalam konseling. Setiap RS rujukan ODHA perlu menunjuk apoteker khusus sebagai anggota tim dalam VCT dengan tugas utama melakukan PIO serta memberikan konseling bersama tenaga kesehatan/KDS lainnya disertai dukungan ketersediaan fasilitas dan pelatihan yang memadai. Kemenkes melakukan penguatan implementasi tugas RS rujukan dan kestabilan penyediaan obat antiretroviral.

BRIEFING KEBIJAKAN

Page 33: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Hasil Penelitian

Hasil penelitian implementasi PPIA dan akses pengobatan anak dengan HIV-AIDS

menunjukkan bahwa peran apoteker masih belum optimal. Sebagian RS belum melibatkan

apoteker dalam kegiatan di klinik VCT. Ada RS yang sudah memiliki SK direktur RS tentang

pokja HIV dan melibatkan apoteker, tetapi masih belum optimal, di sebagian RS apoteker lebih

banyak terlibat dalam logistik/pengelolaan obat saja. Apoteker belum dilibatkan sebagai

konselor obat, selama ini konseling ditangani manajer kasus yang merupakan tenaga dari

dalam atau dari luar RS dengan latar belakang medis perawat dan dokter atau non medis (dari

kelompok dukungan sebaya).

Dari aspek kemampuan, belum semua anggota tim khususnya apoteker mendapatkan

pelatihan HIV-AIDS termasuk psikologi dan kesehatan mental HIV. Kolaborasi antara farmasi

dengan pemberi layanan lain diperlukan untuk berbagi informasi penting mengenai pasien dan

penguatan tujuan peningkatan pelayanan terhadap pasien HIV. Kolaborasi juga perlu dilakukan

dengan tenaga non medis.

Hambatan lain dari sisi ketersediaan apoteker dan beban pekerjaan dibandingkan dengan

waktu yang tersedia. Dari sisi logistik ketersediaan obat ARV pada umumnya cukup namun

kadang mengalami keterlambatan distribusi atau obat terlalu dekat masa kadaluwarsanya.

Hambatan dari sisi pasien antara lain jumlah obat, kejenuhan, lupa, depresi, dan tidak mampu

mengenali terapi dan kurangnya edukasi.

Apoteker perlu melakukan intervensi edukasi, perilaku dan dukungan sosial dalam

meningkatkan kepatuhan serta menghindari terjadinya drop out terutama saat awal terapi.

Monitoring kepatuhan terapi dapat dilakukan dengan menghitung sisa obat, dan membuat alat

bantu kepatuhan seperti kartu monitoring.

Ibu hamil dan anak perlu mendapat perhatian khusus dalam kepatuhan terapi. Kelompok ibu

rumah tangga pada umumnya termasuk kelompok memiliki motivasi tinggi dalam berobat

karena rasa tanggung jawab dan kasih sayang kepada anak yang dikandung atau anak yang

Page 34: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

sudah lahir. Di sisi lain kelompok ODHA anak sangat tergantung pada orang tua, terutama

ibunya dalam hal terapi.

Upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak tidak terhenti setelah ibu melahirkan. Ibu

tersebut akan terus menjalani hidup dengan HIV di tubuhnya sehingga membutuhkan

dukungan psikologis, sosial dan perawatan sepanjang waktu. Dukungan ini seharusnya dapat

juga dilakukan apoteker khususnya ketika memberikan layanan obat.

Apapun kendala yang terjadi apoteker perlu menunjukkan sikap tulus dalam memberikan

pelayanan, kemampuan mendengar dan bertanya tanpa menghakimi, serta memberikan solusi

untuk meningkatkan kepatuhan minum obat.

Keterlibatan farmasi menunjukkan perubahan signifikan dalam kepatuhan dan penekanan virus

dan menurunkan kunjungan maupun perawatan ke rumah sakit.

Kebijakan Saat Ini

1. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 481/Menkes/SK/XII/2013 tentang Rumah Sakit

Rujukan bagi Orang dengan HIV dan AIDS

Ada 408 RS yang tersebar di seluruh Indonesia dan ditunjuk menjadi RS rujukan. Tugas

RS rujukan antara lain menyusun prosedur, menjamin ketersediaan ARV, menyiapkan

fasilitas yang sesuai, menyiapkan tenaga kesehatan salah satunya apoteker, membentuk

pokja khusus HIV yang terdiri dari tenaga terlatih HIV-AIDS dan melaporkan pelayanan

kepada Kemenkes.

Page 35: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2013 tentang Pedoman

Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak (PPIA)

Upaya PPIA dilakukan dalam 4 prong, dalam kaitan pengobatan ada di prong 3 yaitu

pencegahan penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang dikandung; dan prog 4

yaitu pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu HIV positif beserta

anak dan keluarganya.

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Pedoman

Pengobatan Antiretroviral

Paduan yang digunakan dalam pengobatan ARV berdasarkan pada 5 aspek yaitu

efektivitas, efek samping/toksisitas, interaksi obat, kepatuhan,dan harga obat. Konseling

terapi yang memadai sangat penting untuk terapi seumur hidup dan keberhasilan

terapi jangka panjang. Isi dari konseling terapi ini termasuk: kepatuhan minum obat,

potensi/ kemungkinan risiko efek samping atau efek yang tidak diharapkan atau terjadinya

sindrom pulih imun dan komplikasi yang berhubungan dengan terapi ARV jangka panjang.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian

Pada pasal 51 disebutkan bahwa pelayanan kefarmasian antara lain di Instalasi Farmasi

RS hanya dapat dilakukan oleh apoteker. Tenaga Kefarmasian mempunyai peranan

penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan, khususnya Pelayanan

Kefarmasian. Orientasi Pelayanan Kefarmasian telah bergeser dari pengelolaan obat

sebagai komoditi kepada pelayanan yang komprehensif tidak saja sebagai pengelola obat

namun mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung penggunaan obat

yang benar dan rasional.

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit menggantikan Permenkes no 58/2014

Pelayanan kefarmasian di RS meliputi pengelolaan perbekalan farmasi serta pelayanan

farmasi klinik antara lain terdiri dari Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konseling. PIO

merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang

independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif sedangkan konseling adalah suatu

aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi obat dari Apoteker (konselor) kepada

pasien dan/atau keluarganya.

6. Pedoman tentang Pelayanan Kefarmasian Untuk Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tahun

2009

Pedoman tersebut dibuat untuk meningkatkan mutu dan efisiensi Pelayanan Farmasi di

rumah sakit untuk Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Dalam pedoman dijelaskan peran

apoteker dalam PIO dan Konseling khususnya konseling kepatuhan. Bagi apoteker,

konseling adherence terkait pada dua hal, yang pertama adalah

Page 36: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

menumbuhkembangkan kemampuan klien untuk menggunakan obatnya sesuai

petunjuk medis dan melakukan pemantauan penggunaan obat klien, dengan

menjaga hubungan terapeutik dan yang kedua adalah menjaga sediaan obat agar

tetap dapat diakses klien dan tak pernah putus sediaannya (pengelolaan obat) . Sasaran

konseling yaitu untuk mencapai pemahaman yang sama antara klien dan apoteker dan

memberikan pemahaman akan proses kerja terapi dan kesulitan yang akan dihadapi,

sehingga kerjasama dokter-klien-apoteker dapat terjalin.

Rekomendasi Kebijakan

Apoteker memiliki kompetensi dalam hal pengobatan serta memiliki kewenangan khususnya

dalam pelayanan informasi obat dan konseling. Kewenangan apoteker telah didukung oleh

berbagai kebijakan yang ada saat ini namun pelaksanaannya belum optimal. Dalam upaya

optimalisasi peran apoteker untuk meningkatkan kepatuhan pada pasien HIV AIDS, maka

direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :

A. Rekomendasi untuk RS Rujukan HIV AIDS

Menunjuk apoteker khusus yang dilibatkan dalam tim manajemen perawatan dan

pengobatan pasien HIV-AIDS

Apoteker bertugas memberikan pelayanan kefarmasian khususnya PIO dan konseling bagi

pasien HIV-AIDS dengan perhatian khusus terhadap pasien ibu dan anak. Dalam

melaksanakan tugasnya apoteker dapat bekerjasama dengan tim yang berlatar belakang

medis maupun yang berasal kelompok dukungan sebaya

Memfasilitasi pelatihan manajemen pengobatan HIV bagi apoteker yang ditunjuk dalam tim

Memperkuat dukungan manajemen untuk penguatan peran apoteker, dukungan sarana

prasarana yang memadai untuk melakukan konseling, reward untuk pelaksanaan tugas

serta alokasi anggaran untuk kunjungan rumah bagi pasien

B. Rekomendasi untuk Kementrian Kesehatan

1. Memperkuat implementasi Permenkes no 481/2014 melalui penetapan struktur tim

manajemen perawatan HIV di RS atau di klinik VCT

2. Melakukan upaya-upaya untuk menjaga kestabilan suplai ARV termasuk inovasi program

dalam penyediaan sediaan ARV bagi anak yang mempermudah penggunaannya sehingga

dapat meningkatkan kepatuhan

Page 37: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Daftar Rujukan

1. Parya Saberi, Betty J Dong, Mallory O Johnson, Ruth M Greenblatt, and Jennifer M

Cocohoba , The impact of HIV clinical pharmacists on HIV treatment outcomes: a systematic

review, Patient Prefer Adherence. 2012; 6: 297–322. Published online 2012 Apr 5

2. Jennifer Kibicho and Jill Owczarzak, Pharmacists’ strategies for promoting medication

adherence among patients with HIV, Journal of the American Pharmacist Association

(JAPhA) 6 Nov/Dec 2011

3. U.S. Department of Health and Human Services Health Resources and Services

Administration, HIV/AIDS Bureau , Pharmacists: Prescribing Better Care, HRSA Care

Action, March 2010

4. Michael A. Horberg, MD, MAS,* Leo B. Hurley, MPH, William J. Towner, MD,Michael W.

Allerton, MS, Beth T. Tang, MS,k Sheryl L. Catz, PhD, Michael J. Silverberg, PhD, MPH,

and Charles P. Quesenberry, PhD, Determination of Optimized Multidisciplinary Care Team

for Maximal Antiretroviral Therapy Adherence, J Acquir Immune Defic Syndr _ Volume 60,

Number 2, June 1, 2012

5. J.D. Scotta,_, K.A. Abernathyb, M. Diaz-Linaresc, K.K. Grahamd,e and J.C. Leef,g, HIV

clinical pharmacists – the US perspective, Farmacia Hospitalia, 2010;34(6):303–308

Yuyun Yuniar

Rini Sasanti Handayani

Heny Lestari

Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan

Kementrian Kesehatan RI

[email protected]

Page 38: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

BRIEFING KEBIJAKAN

PERLUASAN PEMANFAATAN

ALAT TES CEPAT MOLEKULER (TCM) TUBERKULOSIS

UNTUK PEMERIKSAAN VIRAL LOAD HIV

Ringkasan

Sejak ditemukannya kasus infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) pertama kali di

Indonesia pada tahun 1987, epidemi HIV di Indonesia terus meningkat. Pemeriksaan viral

load HIV penting untuk menilai efektivitas terapi antiretroviral (ART), tetapi pemeriksaan ini

belum umum dilakukan di Indonesia. Baku emas pemeriksaan viral load HIV menggunakan

Polymerase Chain Reaction (PCR) harus dilakukan oleh tenaga laboratorium terlatih di

ruangan khusus karena cara pengerjaannya cukup rumit dan memakan waktu lama. Tes

Cepat Molekuler (TCM) merupakan revolusi dari uji molekuler berbasis PCR. Dibandingkan

PCR, TCM ini lebih kompak, tidak membutuhkan ruangan tersendiri dan tenaga laboratorium

khusus. Sistem modul dan kartrid individual tidak membutuhkan kuota minimal untuk

pemeriksaan, meminimalisir efek kontaminasi silang dengan sampel lainnya, meningkatkan

akurasi, dan jenis kartrid untuk pemeriksaan berbeda pun dapat dikerjakan bersamaan.TCM

sangat cocok digunakan di berbagai tipe fasilitas kesehatan (faskes), terutama faskes yang

minim sumber daya (resource limited).

Alat TCM tersedia di 76 RS dan 6 laboratorium di 34 propinsi di Indonesia untuk diagnosis

cepat kasus tuberkulosis (TB) resistan Rifampisin dengan kartrid khusus MTB/Rif. Untuk

pemeriksaan viral load HIV, kartrid HIV-1 viral loadsudah tersedia di pasaran mulai Februari

2015dan telah mendapat perijinan dari WHO. Integrasi kartrid HIV-1 viral load dengan TCM-

MTB/Rif dapat mudah dilakukan karena menggunakan sistem pengoperasian yang serupa.

Hasil penelitian tinjauan sistematik menunjukkan pemeriksaan viral load HIV dengan TCM

HIV-1 berkorelasi baik dengan PCR sebagai baku emasnya, serta hasil kedua pemeriksaan

tersebut saling bersesuaian atau komparabel/ekuivalen.

Kebijakan terkait merekomendasikan kolaborasi layanan TB-HIV dan pemeriksaan viral load

HIV bagi ODHA, namun belum spesifik menyarankan integrasi pemeriksaan TCM MTB/Rif

dengan HIV-1 viral load. Oleh karena itu diperlukan rekomendasi kebijakan untuk

memperkuat kolaborasi Program TB dan HIV dalam rangka menurunkan beban HIV pada

pasien TB dan beban TB pada orang dengan HIV AIDS (ODHA).

Page 39: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Pengantar

Perkembangan uji molekuler berbasis deteksi dan amplifikasi asam nukleat (Polymerase

Chain Reaction/PCR) begitu pesat dalam merespon kebutuhan medis dan kesehatan

masyarakat. Untuk penyakit infeksi dengan beban mortalitas dan morbiditas tinggi,

dibutuhkan pemeriksaan diagnostik yang cepat dan dapat dilakukan di semua tipe fasilitas

kesehatan (faskes), terutama faskes yang minim sumber daya (resource limited). Dengan

demikian, tata laksana tepat dapat lebih cepat diberikan untuk menurunkan beban penyakit

dan risiko penularan. Tes cepat molekuler (TCM) merupakan revolusi dari uji molekuler

berbasis PCR. Selain untuk mendeteksi tuberkulosis resistan rifampisin, saat ini TCM sudah

dapat digunakan untuk menilai jumlah virus (viral load) Human Immunodeficiency Virus

(HIV).

Hasil Penelitian

Epidemi HIV di Indonesia

Tiga dekade telah berlalu sejak ditemukannya kasus infeksi Human Immunodeficiency Virus

(HIV) pertama kali di Indonesia pada tahun 1987 dan selama itu, epidemi HIV di Indonesia

terus meningkat(1).Peningkatan ini terlihat dari estimasi tingkat prevalensi HIV penduduk

Indonesia berusia 15-49 tahun dari 0,1% di tahun 2001 menjadi 0,4% tahun 2016 (2, 3).Pada

tahun 2016, diperkirakan terdapat 620.000 orang dengan HIVAIDS (ODHA). Dari jumlah

tersebut,sekitar 217.000 (35%) orang mengetahui status HIV-nya atau terdiagnosis.Dari

yang terdiagnosis, sekitar 77.700 (13%)ODHA mendapat terapi antiretroviral (ART) (4). Akan

tetapi, belum ada data berapa banyak ODHA yang mendapat ART tersebut yang berhasil

mencapai status supresiviral load.

Pemeriksaan Viral Load HIV untuk Menilai Efektivitas Terapi Antiretroviral

Penilaian klinis dan uji laboratorium berperan penting dalam menilai respon pengobatan

setelah pemberian ART pada ODHA. Kegagalan terapi ART dapat dilihat dari berbagai

kriteria, yaitu kriteria virologis, imunologis, dan klinis. Kriteria terbaik adalah kriteria virologis,

yaitu pemeriksaan viral load HIV yang dilakukan setiap 6 bulan.

Baku emas pemeriksaan viral load HIV adalahuji molekuler berbasis deteksi dan amplifikasi

asam nukleat (polymerase chain reaction/PCR)(5). Pemeriksaan ini mendeteksi target

molekul asam nukleat HIV pada sampel darah pasien dan mengamplifikasi rantai asam

nukleat menjadi berkali-kali lipat. Akan tetapi, teknik PCR ini harus dilakukan oleh tenaga

laboratorium terlatih karena cara pengerjaannya cukup rumit, memakan waktu lama dan

Page 40: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

harus dilakukan di ruangan khusus(6).Alat PCR umumnya terdapat pada RS rujukan dan

belum tersedia luas di semua rumah sakit (RS) di Indonesia.

Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)

GeneXpert atau disebut juga Tes Cepat Molekuler (TCM) merupakan revolusi dari uji

molekuler berbasis PCR(7). Dibandingkan PCR, GeneXpert atau TCM ini lebih kompak, tidak

membutuhkan ruangan tersendiri, dan tidak membutuhkan tenaga laboratorium khusus(8, 9).

Alat ini menggunakan sistem modul berpasangan dengan kartrid (cartridge)khusus sekali

pakai, dimana sistem yang terkecil terdiri dari satu modul dan terbesar sampai dengan 80

modul (Gambar 1). Masing-masing modul dapat bekerja individual mengikuti jenis kartrid

yang digunakan dantanpa menunggu seluruh kapasitas modul terisi penuh.Artinya tidak ada

kuota minimal untuk pemeriksaan, meminimalisir efek kontaminasi silang dengan sampel

lainnya, meningkatkan akurasi, dan jenis kartrid untuk pemeriksaan berbeda pun dapat

dikerjakan bersamaan(7). Oleh karena itu, TCM sangat cocok digunakan di berbagai tipe

fasilitas kesehatan (faskes), terutama faskes yang minim sumber daya (resource limited).

(1) (2)

Gambar 1. (dari kiri ke kanan) Alat tes cepat molekuler (TCM) terkecil satu modul, dua, empat, enam belas, dan terbesar delapan puluh modul

Gambar 2. Alat tes cepat molekuler (TCM) empat modul yang tersedia di RS di Indonesia

Tes Cepat Molekuler MTB/Rif untuk Deteksi Tuberkulosis Resistan Rifampisin

Alat TCM pertama kali digunakan untuk diagnosis cepat kasus tuberkulosis (TB) resistan

Rifampisin dengan kartrid khusus yang disebut MTB/Rif(10). Dibandingkan denganPCR, cara

pengerjaan TCM-MTB/Riflebih sederhana, yaitu dengan mencampur sampel dahak pasien

dengan reagen yang disediakan di dalam kartrid MTB/Rif, kemudian kartrid dimasukkan ke

dalam alat TCM(11). Hasil pemeriksaan dapat diperoleh dalam waktu kurang lebih dua jam(11).

Sensitifitas TCM-MTB/Rif dalam mendeteksi TB dapat disamakan dengan biakan metode

cair, dimana biakan merupakan pemeriksaan baku emas untuk diagnosis TB(11). Alat TCM-

Page 41: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

MTB/Rif sistem empat modul (Gambar 2) sudah tersebar luas di 76 RS dan 6 laboratorium

di 34 propinsi Indonesia(12).

Tes Cepat Molekuler HIV-1 Viral Loaduntuk Pemeriksaan Viral Load HIV

Selain MTB/Rif, kartrid untuk pemeriksaan viral loadHIV-1sudah tersedia di pasaran mulai

Februari 2015 dan telah mendapat perijinan dari WHO dan CE (Conformité

Européene)untuk diagnostik in vitro (IVD)(7, 13).KartridHIV-1 viral loadini dapat mendeteksi

minimal 40 dan maksimal 10.000.000 kopivirus HIV-1dalam 1 mL plasma(7, 8). Waktu

pemrosesan sejak diterimanya sampel hanya 92 menit(7, 8).Karena menggunakan sistem

pengoperasian yang sama, kartrid HIV-1 viral loaddapat dengan mudah diintegrasikan

dengan TCM-MTB/Rif yang sudah ada (14).

Perbandingan Pemeriksaan Viral Load HIV dengan TCM dan PCR

Untuk membandingkan kinerja, sensitivitas, dan spesifisitas TCM HIV-1 viral loaddengan

metode PCR yang menjadi baku emas pemeriksaan, dilakukan tinjauan sistematik terhadap

artikel hasil penelitian. Penelusuran artikel dimulai tanggal 1-23 Oktober 2017 pada

database elektronik Pubmed. Kata kunci yang digunakan adalah “(xpert OR genexpert) AND

(hiv OR hiv-1) NOT mtb/rif NOT (qual OR qualitative)”.

Judul dan abstrak diskrining oleh dua reviewer secara terpisah. Hasil skrining dicari naskah

lengkapnya dan dinilai kembali oleh kedua reviewer tersebut secara terpisah. Hasil penilaian

didiskusikan sampai didapat persetujuan bersama mengenai artikel yang relevan (Tabel 1).

Tabel 1. Perbandingan kinerja, sensitivitas dan spesifisitas TCM HIV-1 dan PCR untuk pemeriksaan viral load HIV

Peneliti Tahun

Perbandingan dengan TCM HIV-1 viral load

Tipe Alat

PCR

Jumlah

sampel

Sensitivitas

(%)

Spesifisitas

(%)

Uji Bland-

Altman

Korelasi

Pearson

(r)

Mor, dkk.(15) 2015

NucliSens 404 TD TD 0.24 Log

cp/mL 0.9

RealTime

HIV 273 TD TD

0.13 Log

cp/mL 0.98

Aptima 298 TD TD 0.05 Log

cp/mL 0.97

Ceffa,

dkk.(16) 2016

Abbot

M2000 300 TD TD

0.082

Log10

cp/mL

0.95

(274)

Garrett,

dkk.(17) 2016

Roche

TaqMan 42 95 TD

-0.10

cp/mL 0.94 (42)

Gous, 2016 Roche 155 92.9 96.9 0.03 TD

Page 42: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Peneliti Tahun

Perbandingan dengan TCM HIV-1 viral load

Tipe Alat

PCR

Jumlah

sampel

Sensitivitas

(%)

Spesifisitas

(%)

Uji Bland-

Altman

Korelasi

Pearson

(r)

dkk.(18) TaqMan cp/mL

Abbot

M2000 145 100 95.9

0.34

cp/mL TD

Gueudin,

dkk.(19) 2016

Abbot

M2000 285 Komparabel 100

-0.01

cp/mL 0.985

Jordan,

dkk.(20) 2016

Abbot

M2000 724 TD 100

> 0.5

Log10

cp/mL

0.9847

Moyo,

dkk.(21) 2016

Abbot

M2000 277 98.6 TD

0.34 Log10

cp/mL 0.94

Avidor,

dkk.(22) 2017

Roche

TaqMan 383 Ekuivalen TD

0.16 ± 0.19

SD Log10

cp/mL

0.97

(254)

Bruzzone,

dkk.(23) 2017 VERSANT 45 TD TD 0.13 0.93

Kulkarni,

dkk.(24) 2017

Abbot

M2000 219 97 97-100

-0.909 −

1.15 0.886

Nash,

dkk.(10) 2017

Roche

TaqMan 225 TD TD -0.133 0.96

Swathirajan,

dkk.(25) 2017

Abbot

M2000 103 TD TD

0.27 Log10

cp/mL 0.81

TD: Tidak Ditentukan

Hasil tinjauan sistematik menunjukkan pemeriksaan viral load HIV dengan TCM HIV-1

berkorelasi baik dengan PCR, serta hasil kedua pemeriksaan tersebut saling bersesuaian

atau komparabel/ekuivalen.

Konteks Kebijakan Terkait

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis

Peningkatan kolaborasi Program TB dan HIV diperlukan untuk menurunkan beban HIV pada

pasien TB, dalam rangka menuju eliminasi nasional TB.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 87 Tahun 2014 tentang

Pedoman Pengobatan Antiretroviral

Sejak tahun 2013, WHO merekomendasikan pemeriksaan viral load HIV pada ODHA

sebelum mulai ART dan setiap 6 bulan(26). Indonesia, melalui Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 87 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral, mengadopsi dan

merekomendasikan pemeriksaan viral load sebagai kriteria terbaik, dibanding kriteria

Page 43: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

imunologis (pemeriksaan CD4) dan kriteria klinis, untuk menentukan status kegagalan terapi

ARV(27).

Surat Edaran Menkes 129/2013 ttg Pelaksanaan Pengendalian HIV-AIDS dan IMS

Melalui surat edaran Menkes 129/2013 tentang Pelaksanaan Pengendalian HIV-AIDS dan

IMS merekomendasikan kepada pemerintah daerah/rumah sakit untuk membebaskan biaya

untuk pemeriksaan laboratorium seperti viral load untuk memudahkan akses ODHA ke

pengobatan ARV (28).

Penerapan Layanan Komprehensif HIV-IMS Berkesinambungan 2012

Implementasi layanan komprehensif HIV-IMS Berkesinambungan telah diinisiasi sejak tahun

2004 dan diperbaharui untuk memperkuat aspek penguatan jejaring dan rujukan di tahun

2012. Layanan komprehensif berkesinambungan menyarankan adanya akses pemeriksaan

viral load di puskesmas rujukan selain di pusat rujukan laboratorium provinsi sebagai

layanan tes laboratorium di tempat (point of care laboratory test) yang disederhanakan (27).

Rekomendasi kebijakan

1. Pemeriksaan viral load HIV merupakan kriteria terbaik dalam menentukan efektivitas

ART dan menilai supresi virus. Pemeriksaan viral load HIV menggunakan TCM HIV-1

viral load sama baiknya dengan PCR, plus ada beberapa kelebihan TCM yaitu alat lebih

kompak, tidak membutuhkan ruangan tersendiri, tidak ada kuota minimal untuk

pemeriksaan, tidak membutuhkan tenaga laboratorium khusus, dan hasil pemeriksaan

diperoleh lebih cepat.

2. Kolaborasi Program dan layanan TB-HIV harus diperkuat untuk menurunkan beban HIV

pada pasien TB dan beban TB pada ODHA, salah satunya dengan integrasi

pemeriksaan TCM MTB/Rif dengan HIV-1 viral load. Beberapa langkah yang perlu

dilakukan untuk mendukung kebijakan ini diantaranya:

Koordinasi internal antara Program TB dan Program HIV untuk mengintegrasi

perencanaan dan anggaran kegiatan yang diperlukan, demikian juga koordinasi dan

sosialisasi dengan Pemerintah Daerah.

Pemetaan RS di Indonesia menurut infrastruktur dan sumber daya yang tersedia,

misalnya ketersediaan dan kecukupan ruangan, kelistrikan, sistem rujukan

pemeriksaan spesimen, akses pengobatan, tenaga kesehatan terkait, persyaratan

biosafety, dll. Pengadaan TCM sebaiknya diprioritaskan untuk RS dengan sumber

daya terbatas (resource limited).

Page 44: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Penilaian beban kerja TCM MTB/Rif yang tersedia untuk menghindari overload jika

TCM ditambahkan pemeriksaan HIV-1 viral load. Untuk daerah dengan beban

penyakit TB dan HIV tinggi, prioritas dapat diberikan untuk populasi tertentu yang

lebih membutuhkan pemeriksaan viral load HIV, seperti pasien ko-infeksi TB-HIV, ibu

hamil terinfeksi HIV, dll.

3. Surveilans/penelitian viral load HIV berkesinambungan untuk mendapatkan data

nasional supresi virus.

Daftar Kepustakaan

1. Rao JVRP. INDONESIA on Fast-Track to end the AIDS epidemic by 2030: unaidsp; 2015 [Available from: https://unaids-ap.org/2015/12/01/indonesia-on-a-fast-track-to-end-the-aids-epidemic-by-2030/.

2. UNAIDS. Global report: UNAIDS report on the global AIDS epidemic 2013: Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS); 2013.

3. UNAIDS. Country factsheets Indonesia 2016. 4. UNAIDS. Ending AIDS-Progress Towards the 90-90-90 Targets: Global AIDS Update

2017. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS); 2017. 5. Wu G, Zaman MH. Low-cost tools for diagnosing and monitoring HIV infection in low-

resource settings. Bulletin of the World Health Organization. 2012;90(12):914-20. 6. Lo YMD, Chan KCA. Setting Up a Polymerase Chain Reaction Laboratory. In: Lo YMD,

Chiu RWK, Chan KCA, editors. Clinical Applications of PCR. 1. Totowa, New Jersey: Humana Press; 2006. p. 11-8.

7. WHO. WHO Prequalification of In Vitro Diagnostics. PUBLIC REPORT. Sweden; 2017. 8. Kulkarni S, Jadhav S, Khopkar P, Sane S, Londhe R, Chimanpure V, et al. GeneXpert

HIV-1 quant assay, a new tool for scale up of viral load monitoring in the success of ART programme in India. BMC Infectious Diseases. 2017;17:506.

9. Ceffa S, Luhanga R, Andreotti M, Brambilla D, Erba F, Jere H, et al. Comparison of the Cepheid GeneXpert and Abbott M2000 HIV-1 real time molecular assays for monitoring HIV-1 viral load and detecting HIV-1 infection. Journal of Virological Methods. 2016;229(Supplement C):35-9.

10. Nash M, Ramapuram J, Kaiya R, Huddart S, Pai M, Baliga S. Use of the GeneXpert tuberculosis system for HIV viral load testing in India. The Lancet Global health. 2017;5(8):e754-e5.

11. Steingart KR, Schiller I, Horne DJ, Pai M, Boehme CC, Dendukuri N. Xpert® Mtb/Rif assay for pulmonary tuberculosis and rifampicin resistance in adults. The Cochrane Database of Systematic Reviews. 2014(1):1-166.

12. P2PL. Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Melalui Penguatan Laboratorium TB 2016-2020. Indonesia2016.

13. Cepheid and FIND Announce European Approval of Xpert HIV-1 Viral Load [press release]. Sunnyvale, California and Geneva: Cision PR Newswire, Dec 29, 2014 2014.

14. Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Tuberkulosis Menggunakan Alat Genexpert [press release]. Indonesia: Kementrian Kesehatan RI2015.

15. Mor O, Gozlan Y, Wax M, Mileguir F, Rakovsky A, Noy B, et al. Evaluation of the RealTime HIV-1, Xpert HIV-1, and Aptima HIV-1 Quant Dx Assays in Comparison to the

Page 45: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

NucliSens EasyQ HIV-1 v2.0 Assay for Quantification of HIV-1 Viral Load. Journal of clinical microbiology. 2015;53(11):3458-65.

16. Ceffa S, Luhanga R, Andreotti M, Brambilla D, Erba F, Jere H, et al. Comparison of the Cepheid GeneXpert and Abbott M2000 HIV-1 real time molecular assays for monitoring HIV-1 viral load and detecting HIV-1 infection. J Virol Methods. 2016;229:35-9.

17. Garrett NJ, Drain PK, Werner L, Samsunder N, Abdool Karim SS. Diagnostic Accuracy of the Point-of-Care Xpert HIV-1 Viral Load Assay in a South African HIV Clinic. J Acquir Immune Defic Syndr. 2016;72(2):e45-8.

18. Gous N, Scott L, Berrie L, Stevens W. Options to Expand HIV Viral Load Testing in South Africa: Evaluation of the GeneXpert(R) HIV-1 Viral Load Assay. PLoS One. 2016;11(12):e0168244.

19. Gueudin M, Baron A, Alessandri-Gradt E, Lemee V, Mourez T, Etienne M, et al. Performance Evaluation of the New HIV-1 Quantification Assay, Xpert HIV-1 Viral Load, on a Wide Panel of HIV-1 Variants. J Acquir Immune Defic Syndr. 2016;72(5):521-6.

20. Jordan JA, Plantier JC, Templeton K, Wu AH. Multi-site clinical evaluation of the Xpert((R)) HIV-1 viral load assay. Journal of clinical virology : the official publication of the Pan American Society for Clinical Virology. 2016;80:27-32.

21. Moyo S, Mohammed T, Wirth KE, Prague M, Bennett K, Holme MP, et al. Point-of-Care Cepheid Xpert HIV-1 Viral Load Test in Rural African Communities Is Feasible and Reliable. Journal of clinical microbiology. 2016;54(12):3050-5.

22. Avidor B, Matus N, Girshengorn S, Achsanov S, Gielman S, Zeldis I, et al. Comparison between Roche and Xpert in HIV-1 RNA quantitation: A high concordance between the two techniques except for a CRF02_AG subtype variant with high viral load titters detected by Roche but undetected by Xpert. J Clin Virol. 2017;93:15-9.

23. Bruzzone B, Caligiuri P, Nigro N, Arcuri C, Delucis S, Di Biagio A, et al. Xpert HIV-1 Viral Load Assay and VERSANT HIV-1 RNA 1.5 Assay: A Performance Comparison. J Acquir Immune Defic Syndr. 2017;74(3):e86-e8.

24. Kulkarni S, Jadhav S, Khopkar P, Sane S, Londhe R, Chimanpure V, et al. GeneXpert HIV-1 quant assay, a new tool for scale up of viral load monitoring in the success of ART programme in India. BMC Infect Dis. 2017;17(1):506.

25. Swathirajan CR, Vignesh R, Boobalan J, Solomon SS, Saravanan S, Balakrishnan P. Performance of point-of-care Xpert HIV-1 plasma viral load assay at a tertiary HIV care centre in Southern India. Journal of medical microbiology. 2017;66(10):1379-82.

26. WHO. Consolidated Guidelines on The Use of Antriretroviral Drugs for Treating and Preventing HIV Infection. Clinical Guidelines: Antiretroviral Therapy. Switzerland: WHO Press; 2016.

27. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral [press release]. 2014.

28. Pelaksanaan Pengendalian HIV-AIDS Dan Infeksi Menular Seksual (IMS) [press release]. Jakarta2013.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan,

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560 Dona Arlinda, M. Helmi Aziz, M. Karyana [email protected]

Page 46: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

BRIEFING KEBIJAKAN

EVALUASI TUBEX TF UNTUK DIAGNOSIS DEMAM TYPHOID

Ringkasan

Demam typhoid adalah penyakit yang ditularkan melalui faecal-oral, yang disebabkan oleh

kuman Salmonella. Demam typhoid merupakan masalah kesehatan yang ada di dunia sejak

lama, termasuk di Indonesia. Kultur sebagai baku emas untuk menegakkan diagnostik

demam typhoid tidak praktis dan menyebabkan keterlambatan diagnosis pada pasien-

pasien demam typhoid.

Beberapa metode digunakan di Rumah Sakit untuk mendiagnosis demam typhoid. Salah

satunya adalah dengan menggunakan metode tes cepat, dimana di Indonesia yang banyak

digunakan adalah tubex tf. Tubex adalah tes cepat semikuantitatif. Diagnosis typhoid

dengan menggunakan tubex ini memberikan hasil diagnosis dengan berbagai macam

sensitifitas dan spesifisitas berdasarkan penelitian yang dilakukan di beberapa area

endemic. Melalui penelititan AFIRE di beberapa Rumah Sakit di Indonesia pada pasien

demam akut yang di rawat di Rumah Sakit didapatkan hasil sensitifitas tubex adalah sangat

baik jika menggunakan cut-off positif ≥ 4, namun spesifisitas menjadi sangat rendah. Jika

menggunakan cut-off 6, spesifisitas akan naik, namun sensitifitas menjadi menurun.

Buku panduan yang dikeluarkan oleh kementerian kesehatan maupun organisasi profesi

tidak menjabarkan mengenai perkembangan alat diagnostic untuk mendeteksi demam

typhoid di Rumah Sakit, termasuk kekurangannya. Sebagai alat tes diagnostic cepat dimana

hasil dari beberapa penelitian menunjukkan berbagai perbedaan dari performa alat ini.

Untuk itu di Indonesia sendiri perlu ada evaluasi lebih lanjut mengenai penggunaannya.

Pengantar

Demam typhoid dan paratyphoid merupakan masalah kesehatan yang serius di dunia,

terutama di negara-negara dengan sanitasi yang belum baik. Penyakit ini disebabkan oleh

penularan melalui fecal-oral kuman Salmonella enterica serovar typhi dan serovar paratyphi

sebagai penyebab demam typhoid.

Setelah melalui masa inkubasi selama 6-21 hari, gejala klinis akan timbul berupa

peningkatan suhu tubuh hingga mencapai 39-40oC pada hari ke-5, disertai gejala lainnya

seperti menggigil, sakit kepala, tidak ada nafsu makan, lemah, mual, rasa tidak enak di

perut, batuk kering, dan nyeri pada otot atau sendi. Jika tidak mendapat pengobatan secara

Page 47: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

tepat, pada minggu ke tiga dapat ditemukan pembesaran hati dan limfa, sementara di

minggu ke tiga dapat terjadi typhoid toksik, yang mengakibatkan komplikasi perdarahan

pada saluran pencernaan. Hal ini kemudian dapat berujung kematian pada 10-24%

penderitanya, terutama pada era dimana antibiotika belum ditemukan. Komplikasi berat

lainnya yang dapat timbul adalah peradangan paru, otot jantung, ginjal, maupun otak.

Setelah ditemukannya antibiotika, komplikasi menurun dan kematian akibat typhoid hanya

terjadi pada 1% kasus. Pada penelitian Acute Febrile Illness Requiring Hospitalization

(AFIRE) yang dilaksanakan di 8 rumah sakit di 7 kota besar di Indonesia, kasus Salmonella

enterica yang dapat dikonfirmasi adalah 105 (7.1%), dengan angka kematian sebesar 4.8%.

Baku emas untuk diagnosis demam typhoid adalah melalui kultur sumsum tulang. Namun

dibutuhkan persiapan baik untuk pasien, peralatan, dan tenaga ahli, dimana prosedur ini

tidak mudah untuk dilakukan, dan prosedur ini hanya dapat mendeteksi sekitar 60 dari 100

orang yang menderita demam typhoid. Kultur juga dapat dilakukan menggunakan spesimen

lain seperti darah, urine dan feses. Spesimen dapat mendeteksi 25-30% kasus demam

typhoid pada minggu pertama, sementara jika specimen kultur berasal dari feses baru akan

ditemukan pada minggu ke 2. Menggunakan kultur sebagai alat diagnosis menyebabkan

keterlambatan diagnosis, dikarenakan hasil kultur baru akan diberikan 2-3 hari sesudah

prosedur dilakukan.

Kemudian terdapat pemeriksaan serologi yang pertama dengan metoda aglutinasi dari

Widal. Yang sering digunakan para dokter. Namun Teknik ini menunjukkan banyak

kekurangan seperti hasil positif palsu pada orang sehat yang tinggal didaerah endemis,

reaksi silang dengan Enterobacteriaceae yang lain, dan susahnya menentukkan cut-off

positif untuk infeksi akut, Untuk mendapatkan test yang lebih baik telah diproduksi secara

komersial pemeriksaan cepat yaitu typhidot dan tubex. Pada pemeriksaan typhidot hanya

dapat ditentukan positif atau negatif, sementara dengan tubex dapat ditentukan berapa skor

dari antibodi yang terdapat pada serum tersebut.

Hasil Penelitian

Berbagai penelitian menunjukkan hasil yang berbeda-beda dari terhadap performa Tubex

serta pengalaman klinisi yang sering menyebabkan perubahan cut-off positif dari tubex,

namun pada penelitian AFIRE, dilakukan evaluasi berdasarkan hasil tubex yang

dilaksanakan di rumah sakit tersebut. Berbeda dengan penelitian lain dimana penilaian

terkontrol dengan beberapa orang yang menilai, evaluasi tubex yang kami lakukan lebih

berdasarkan kejadian di lapangan yang sesungguhnya.

Pada evaluasi ini, yang digunakkan sebagai kasus (true positive), adalah kasus-kasus

dengan kultur darah atau PCR atau serologi ELISA IgM dan IgG yang positif (57 kasus),

Page 48: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

sementara kasus negatif (true negative) adalah jika seluruh pemeriksaan tadi negatif, dan

ditemukan pathogen lain (berdasarkan kultur darah, kultur specimen lain, mikroskopis, PCR

atau antigen), sebanyak 157 kasus. Kasus negatif yang digunakan adalah kasus dengue

(72), Rickettsia typhi (44), leptospira (10), chikungunya (8), Mycobacterium tuberculosis (4),

measles virus (4), Streptococcus pneumonia (3), Staphylococcus aureus (2), Escherichia

coli (2), Klebsiella pneumonia (2), Entamoeba hystolitica (2), influenza A (1), Acinetobacter

baumanii (1), Ascaris lumbricoides (1), dan HHV-6 (1).

Hasil sensitifitas dan spesifisitas tubex jika menggunakan cut-off 4 dan 6 adalah sbb:

CUTT OFF 4

Sensitivity Specificity

RS A 21/21 24/39

RS B 3/3 0/17

RS C 1/1 ½

RS D 5/5 1/36

RS E 14/15 14/29

RS F 10/12 17/26

RS G -- 4/8

SELURUH RS 54/57 61/157

CUTT OFF 6

Sensitivity Specificity

RS A 15/21 32/39

RS B 3/3 3/17

RS C 1/1 2/2

RS D 3/5 9/36

RS E 11/15 27/29

Page 49: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

RS F 7/12 25/26

RS G -- 7/8

SELURUH RS 40/57 105/157

Dari tabel diatas terlihat bahwa sensitifitas tubex adalah sangat baik jika menggunakan cut-

off positif ≥ 4, namun spesifisitas menjadi sangat rendah. Jika menggunakan cut-off 6,

spesifisitas akan naik, namun sensitifitas menjadi menurun.

Tampak sensitifitas dari seluruh site tidak berbeda bermakna baik dengan menggunakan

tubex 4 ataupun 6. Hasil sensitifitas ini mirip dengan hasil penelitian lainnya. Namun,

terdapat hasil yang menyolok untuk spesifisitas, yaitu dari RS B dan RS D, dimana

spesifisitasnya sangat rendah, dan berbeda significant dibandingkan RS lainnya. Hal ini

menunjukkan bahwa terjadi perbedaan subyektif untuk penilaian warna dari hasil yang

muncul. Disamping itu, dikhawatirkan terjadi masalah operasional pada kedua rumah sakit

tersebut berkaitan dengan Teknik pemeriksaannya.

Untuk pemeriksaan spesififitas per pathogen, kasus leptospira ternyata tidak menimbulkan

masalah dan menunjukkan spesifisitas yang baik, namun untuk kasus chikungunya, dengue,

dan Rickettsia typhi kurang baik.

Konteks Kebijakan Terkait

Up date buku panduan manajemen kasus demam typhoid

Mengingat banyaknya kasus demam typhoid yang didiagnosis di Rumah Sakit dan

perkembangan alat diagnostik untuk penyakit demam typhoid organisasi profesi dan

pemerintah perlu menyusun kembali buku panduan yang beredar di kalangan klinisi. Setelah

itu diperlukan adanya sosialisasi secara berkala melalui seminar-seminar mengenai alat

diagnostik terkini.

Ketersediaan sumber daya untuk menunjang pemeriksaan klinis

Tidak semua Rumah Sakit menyediakan atau mampu mengusahakan alat penunjang

diagnostik termasuk pemeriksaan yang dibutuhkan untuk mendiagnosis demam typhoid.

Dalam hal penegakan diagnostik demam typhoid biasanya Rumah Sakit hanya

menggunakan 1 metode, yaitu widal atau menggunakan tubex. Selain Karena keterbatasan

pengetahuan klinisi hal ini juga bisa dikarenakan tidak adanya fasilitas, alat maupun orang

yang mampu mengerjakan tes tersebut.

Page 50: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Evaluasi berkala terhadap performa alat penunjang diagnostik

Untuk suatu alat yang penunjang termasuk tes cepat, diperlukan penilaian performa yang

dilakukan secara berkala melalui riset-riset yang dilakukan di Rumah Sakit. Terutama

bilamana performa alat tersebut mempunyai sensitifitas dan/atau spesifisitas yang

bervariasi.

Rekomendasi Kebijakan

1. Dilakukannya penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi tingkat ketepatan Tubex untuk

mendiagnosa penyakit typhoid di Indonesia.

2. Melakukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan berapakah nilai cut-off yang terbaik

untuk Tubex dalam mendiagnosa penyakit Typhoid.

3. Melihat rendahnya spesifisitas Tubex dari hasil ini, maka perlu diingatkan ke seluruh

fasilitas kesehatan yang menggunakan Tubex agar tidak menggunakan Tubex sebagai

satu-satunya pemeriksaan untuk mendiagnosa penyakit Typhoid.

4. Mengingatkan kembali pentingya pelatihan berkala dari pihak penjual terhadap teknisi

yang bertanggungjawab melakukan pemeriksaan Tubex untuk menekan kemungkinan

terjadinya kesalahan dalam pemeriksaan.

5. Adanya pembaharuan buku pedoman yang memuat tatalaksana demam typhoid sesuai

dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Daftar Kepustakaan

BAKER, S., FAVOROV, M. & DOUGAN, G. 2010. Searching for the elusive typhoid

diagnostik. BMC Infect Dis, 10, 45.

DAS, K. K. & SANT, M. V. 1972. Haemagglutination test as an aid in the laboratory

diagnosis of enteric fever. Indian J Pathol Bacteriol, 15, 104-12.

KEDDY, K. H., SOOKA, A., LETSOALO, M. E., HOYLAND, G., CHAIGNAT, C. L.,

MORRISSEY, A. B. & CRUMP, J. A. 2011. Sensitivity and specificity of typhoid fever

rapid antibody tests for laboratory diagnosis at two sub-Saharan African sites. Bull

World Health Organ, 89, 640-7.

KUVANDIK, C., KARAOGLAN, I., NAMIDURU, M. & BAYDAR, I. 2009. Predictive value of

clinical and laboratory findings in the diagnosis of the enteric fever. New Microbiol,

32, 25-30.

MEHTA, G. C., JOSHI, B. U. & TILAK, S. S. 1984. Evaluation of the bone marrow culture

versus the blood culture for laboratory diagnosis of enteric fever. Indian J Med Sci,

38, 21-2.

NAHEED, A., RAM, P. K., BROOKS, W. A., MINTZ, E. D., HOSSAIN, M. A., PARSONS, M.

M., LUBY, S. P. & BREIMAN, R. F. 2008. Clinical value of Tubex and Typhidot rapid

diagnostik tests for typhoid fever in an urban community clinic in Bangladesh. Diagn

Microbiol Infect Dis, 61, 381-6.

Page 51: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

OLSEN, S. J., PRUCKLER, J., BIBB, W., NGUYEN, T. M., TRAN, M. T., NGUYEN, T. M.,

SIVAPALASINGAM, S., GUPTA, A., PHAN, T. P., NGUYEN, T. C., NGUYEN, V. C.,

PHUNG, D. C. & MINTZ, E. D. 2004. Evaluation of rapid diagnostik tests for typhoid

fever. J Clin Microbiol, 42, 1885-9.

RIZWAN, S. A. & NONGKYNRIH, B. 2011. Evaluation of newer rapid diagnostik tests for

typhoid fever. Natl Med J India, 24, 357-9.

SOMAN, D. W. & MODI, B. G. 1953. Enteric fever in Bombay-ten years' review of laboratory

diagnosis. J Indian Med Assoc, 23, 47-52.

WAIN, J. & HOSOGLU, S. 2008. The laboratory diagnosis of enteric fever. J Infect Dev

Ctries, 2, 421-5.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan,

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560

Retna Mustika Indah, M. Karyana

[email protected]

Page 52: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

BRIEFING KEBIJAKAN

KEMANDIRIAN DAN KETERSEDIAAN OBATERA JAMINAN KESEHATAN

NASIONAL (JKN) : “ISUE KEBIJAKAN, HARGA DAN PRODUKSI OBAT ”

Ringkasan

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), merupakan program jaminan yang memberikan

perlindungan kesehatan kepada peserta untuk memperoleh manfaat pemeliharaan

kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang

diberikan kepada setiap orang yang membayar iuran atau yang iurannya dibayar oleh

pemerintah. Jaminan pelayanan kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif termasuk obat dan alat kesehatan.Sejak diberlakukannya JKN pada 1 januari

2014, permintaan obat generik diperkirakan akan sangat meningkat pesat.

Kemandirian obat JKN adalah suatu keniscayaan, peran pemerintah khususnya

Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan,dalam hal ketersediaan obat, akses dan

keterjangkauan, serta kemandirian obat JKN.

Beberapa rekomendasi yaitu kebijakan pemerintah terkait harga obat JKN

khususnya obat generik, kebijakan pemerintah terkait harga obat JKN perlu disusun lebih

komprehensif dengan mempertimbangkan kepentingan masyarakat dan kepentingan

industri farmasi.Perlu dipertimbangkan kembali kebijakan pengendalian harga obat untuk

menjamin ketersediaan obat baik jumlah dan jenisnya, di era JKN, khususnya obat generik

sehingga mudah diakses oleh masyarakat. Pemerintah harus terus mendorong

pemberlakuan managed care secara nasional. Pemerintah perlu mendorong kemandirian

obat generik yang belum sepenuhnya terpenuhi, dengan pengembangan produksi bahan

baku obat dalam negeri untuk mendukung JKN, yang saat ini sebagian besar masih impor

dan harga bahan baku import yang terus naik.

Latar Belakang

Di dalam UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, salah satu

nya adalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), merupakan program jaminan yang

memberikan perlindungan kesehatan kepada peserta untuk memperoleh manfaat

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

yang diberikan kepada setiap orang yang membayar iuran atau yang iurannya dibayar

oleh pemerintah.1

Page 53: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Dalam program JKN, peserta diberikan jaminan dalam bentuk pelayanan kesehatan

perorangan secara komprehensif, meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

termasuk obat dan alat kesehatan.2

Obat merupakan komponen penting dalam upaya pelayanan kesehatan, sehingga

obat dan program kesehatan merupakan dua sisi yang tidak terpisahkan.Salah satu

subsistem dalam SKN adalah Subsistem Obat, alkes dan makanan merupakan kegiatan

untuk menjamin aspek keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat

kesehatan dan makanan. Disamping itu tersedianya sediaan farmasi, alkes dan makanan

yang terjamin aman, berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, dan khusus untuk obatdijamin

ketersediaan dan keterjangkauannya guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya.3

Jaminan kesehatan nasional diselenggarakan secara nasional berdasar prinsip

asuransi sosial dan prinsip ekuitas.Dengan diberlakukannya Jaminan Kesehatan Nasional

ada beberapa perubahan pada sistem kesehatan di Indonesia khususnya pada

pembiayaan pengobatan.Setelah diberlakukannya JKN 1 Januari 2014, permintaan obat

JKN tentu sangat meningkat pesat.Diperkirakan pasar obat JKN bisa meningkat 3 kali

lipat untuk memenuhi 240 juta penduduk.

Pengadaan dan penggunaan obat JKN di fasilitas pelayanan kesehatan oleh

pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan telah menetapkan Formularium

Nasional (Fornas) yang telah disahkan melalui Surat keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 328/SK/VIII tahun 2013, yang akan digunakan dalam Program Jaminan Nasional.

Sedikitnya ada 923 bentuk sediaan obat, baik generik dan obat merk yang telah

ditetapkan. Fornas tersebut merupakan daftar obat dan yang disusun oleh Komite

Nasional penyusunan formularium yang mengatur penggunaan obat pada pelayanan

kesehatan masyarakat, dan akan menjadi acuan bagi fasyankes untuk penulisan resep

pada era JKN 2014. Obat obat yang tercantum dalam Fornas, diupayakan diproduksi

dan terdistribusi secara merata di indonesia.4

Fornas tersedia untuk semua jenis obat dan jenis penyakit, serta bisa diakses

langsung oleh masyarakat melalui katalog On line atau e Catalog. Sistem e-Catalog Obat

JKN adalah sistem informasi elektronik yang memuat informasi seputar daftar nama obat,

jenis, spesifikasi teknis, harga satuan terkecil, dan pabrik penyedia. Harga yang

tercantum dalam e-Catalog adalah harga satuan terkecil, dimana sudah termasuk pajak

dan biaya distribusi.Pengadaan obat JKN yang sudah termuat dalam e-Catalog

dilaksanakan melalui mekasisme e-Purchasing, serta bersifat penunjukkan langsung oleh

satuan kerja. Melalui e-Catalog obat JKN ini, diharapkan agar proses pengadaan obat

JKN di sektor pemerintah dapat lebih transparan, akuntabel, efektif dan efisien. Dengan

adanya sistem e-Catalog obat JKN selain dapat meminimalisasi penyimpangan, juga

Page 54: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

dapat memudahkan pihak pemerintah untuk lebih leluasa dalam memilih produk obat JKN

generik juga tinggal memilih saja, karena harga dan spesifikasinya sudah jelas.5

Kemandirian obat generik pada era JKN sebagai masukan kepada pemerintah

khususnya Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan untuk perbaikan

kemandirian obat dalam rangka JKN.

Hasil Penelitian

Isue Ketersediaan dan Produksi ObatJKN

Dari berbagai studi literatur terkait dengan obat JKN, pemerintah berperan sebagai

kreator dan regulator di bidang pembuatan kebijakan terkait kebijakan yang mempengaruhi

dunia usaha, khususnya industri farmasi diantaranya kebijakan moneter, fiskal, perpajakan,

tenaga kerja, persyaratan pendirian usaha baru.

Di sektor farmasi regulasi juga sangat ditentukan oleh pemerintah, karena bidang

farmasi mempunyai dua orientasi yaitu bisnis dan sosial.Contoh yang paling hangat saat ini

adalah kebijakan pemerintah soal penetapan harga obat generik.Penetapan harga obat

generik belum sepenuhnya melibatkan industri farmasi tersebut, sehingga tentu tidak bisa

begitu saja diterapkan.Banyak industri farmasi mengeluhkan harga obat generik yang

ditetapkan oleh pemerintah jauh dibawah biaya produksi.Akibatnya banyak industri farmasi

tidak mampu memproduksi obat yang biasanya dibuat karena margin profitnya sudah tipis.

Akibatnya beberapa obat generik sudah mulai tidak nampak dipasaran.

Peran pemerintah sebagai kreator, diantaranya memberi dukungan pada kegiatan

penelitian suatu produk baru untuk mengatasi penyakit, membantu industri farmasi khusunya

industri kecil sehingga lebih mandiri dan mampu meningkatkanindustry menghadapi

persaingan pasar bebas ASEAN yang akan diterapkan pada tahun 2015, atau menciptakan

persaingan yang sehat melalui perpajakan, bea masuk dan regulasi lainnya.

Penetapan harga obat generik yang terlalu rendah membuat pihak industri kesulitan

memproduksi obat generik. Hal itu terkait dengan kenaikan bahan baku, apabila harganya

terus naik, diperkirakan akan kesulitan atau bahkan tidak bisa lagi memproduksi 30 item obat

generik berlogo. 6

Walaupun prospek obat generik semakin baik, namun jika kebijakan tidak mendukung

dan tidak kondusif tentu tidak banyak industri farmasi yang memproduksi obat generik. Saat

ini hanya ada lima perusahaan farmasi yang mendominasi pasar obat generik di Indonesia.

Page 55: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Sumber : GP farmasi Indonesia

Gambar 3, Pencapaian Target Tingkat Ketersediaan Obat

Concern terhadap 7 hal yang mempengaruhi kontribusi GP Farmasi Indonesia,

Item produk, jumlah yang diperlukan per item per tahun, jika mungkin per kwartal, titik

distribusi, cara pembelian, cara pembayaran, tingkat harga dan komponen Obat INA

CBGs.

Menurut GP farmasi persentae ketersediaan obat dan vaksin seperti pada grafik

dibawah :

Sumber: GP farmasi

Gambar 4. Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin

Sedangkan menurut Subdit Produksi dan Distribusi Farmasi, Dirjend Kefarmasian dan

Alkes sebagai berikut ;

Page 56: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Sumber: business Monitor Q3 2011

Gambar 5. Market Farmasi tahun 2010 sampai 2020

Tantangan Industri bahan baku obat adalah Investasi awal yang besar, ketersediaan

bahan awal/intermediate dan pendukung produksi bahan baku obat, ketidaktersediaan high

technology produksi khususnya bioteknologi, Walaupun potensinya besar pasar dalam

negeri Indonesia dirasa kecil, karena Indonesia tidak dapat bersaing dengan bahan baku

impor baik karena harga atau kualitas.

RPP Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) Untuk mewujudkan

industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasionalyaitu struktur industri

yang kuat, berdaya saing, berbasis inovasi dan teknologi, sinkronisasi dukungan industri

hulu dan pendukung dalam pengembangan BBO.8

Menurut Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Obat, Pengembangan bahan baku obat

harus terus dilakukan dalam rangka mengupayakan kemandirian BBO di dalam negeri dan

untuk mendukung JKN, Seluruh stakeholder pengembangan BBO harus mengambil peran

sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing, Kesepakatan pengembangan BBO

perlu dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan untuk pencapaian tujuan.

Pemerintah senantiasa mendorong dan berkomitmen penuh dalam pengembangan BBO di

Indonesia demi mendukung program JKN.

Sebenarnya pemerintah sudah mempertimbangkan kepentingan semua pihak dalam

menetapkan harga obat generik berlogo, termasuk bahan baku obat, biaya produksi dan

margin keuntungan industri farmasi. Namun yang menjadi masalah adalah adanya kenaikan

bahan baku obat yang secara bermakna setelah adanya kebijakan pemerintah terkait obat

generik ini.

Masalah mendasar terkait dengan obat generik adalah bahan baku obat, sekitar 96%

bahan baku obat di Indonesia merupakan bahan baku impor, yang sangat rentan terhadap

dollar, yang cenderung naik, sehingga harga bahan baku obat pun tak terelakkan juga naik.

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

20

10

20

11

20

12

f

20

13

f

20

14

f

20

15

f

20

16

f

20

17

f

20

18

f

20

19

f

20

20

f

37,53 42,53 48,19

54,61 61,89 62,65

69,07 76,15

83,95 92,56

102,05

MARKET (Rp.…

Page 57: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Hal hal yang disarankan adalah kebijakan industri farmasi yang tidak lagi memproduksi

obat generik harus disusun lebih komprehensif, alasan minim profit perlu mendapat teguran,

jika perlu registrasi obat nya untuk berikutnya disuspensi, sehingga jera. Tidak boleh

membiarkan industri farmasi yang belum 100% CPOB, karena akan memberi image obat

generik sebagai obat yang mutunya rendah. Diseminasi ke masyarakat bahwa obat JKN

memiliki mutu yang sama dengan obat merek dagang atau membuka akses kepada

masyarakat untuk mengetahui mutu yang sudah melalui evaluasi dari tim pakar terait

efektivitas nya.

Kebijakan pemerintah terhadap penggunaan obat JKN di sarana pelayanan

kesehatan dapat dilakukan dengan strategi; pemerintah menjamin ketersediaan obat JKN

yang cukup, baik jenis dan jumlahnya setiap saat diperlukan masyarakat.Untuk program

jangka panjang dilakukan melalui Sistem Jaminan Sosial Nasional yang melibatkan Provider

yaitu dokter, rumah sakit dan pasien. 9

Salah satu yang menunjang ketersediaan obat JKN,faktor yang mendukung

keberhasilan pencapaian tujuan kebijakan obat generik adalah pertama pengendalian harga

obat generik oleh pemerintah.10

Isue Harga Obat pada pelaksanaan JKN

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan

agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah

membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.1

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk

mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka

penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan

kontrasepsi, untuk manusia. Sedangkan Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan

peralatanyang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 7

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mulai dilaksanakan pada bulan

Januari 2014, di awal penerapan program JKN terjadi peningkatan “demand” masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan baik di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti

puskesmas, klinik, apotek dan praktek dokter layanan pribadi atau dokter keluarga maupun

di fasilitas kesehatan tingkat lanjut yaitu rumah sakit. Sehingga Puskesmas diharapkan

berperan optimal sebagai gatekeeper dalam pelayanan kesehatan, dan sedapat mungkin

dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik yang dalam hal ini dinyatakan dalam kriteria

144 penyakit yang tidak boleh dirujuk ke Rumah Sakit.

Salah satu komponen penting adalah obat, merupakan komponen dalam pembiayaan

dengan sistem Indonesia Case Based Groups (INA-CBG’s).

Page 58: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Pada era JKN ini terdapat 9 jenis penyakit yang dikategorikan sebagai penyakit

kronis yaitu diabetes melitus, hipertensi, jantung, asma, penyakit paru obstruksi kronis

(PPOK), Epilepsi, shcizoprenia, stroke dan systemik lupus erythemalotus (SLE).

Sumber : GP farmasi

Gambar. 1. Bagan Masa Paten Obat Inovasi

Menurut GP Farmasi Indonesia, kondisi saat ini harga obat generik yang ditetapkan

Menteri Kesehatan dianggap tidak menguntungkan, harga obat generik dengan nama

dagang yang diserahkan pada mekanisme pasar, sangat bervariasi, mendekati harga obat

paten.

Perlu disesuaikan dengan kondisi ekonomi, pemerintah seharusnya ikut campur

dalam penentuan import bahan baku obat. Dengan berkurangnya import bahan baku obat

akan secara otomatis mengurangi harga obat, sehingga pemerintah tidak perlu lagi

memberikan subsidi terlalu banyak untuk obat khususnya obat generik, sehingga terjangkau

oleh masyarakat. Dengan diproduksinya bahan bahan baku obat di Indonesia, akan

membuka peluang kerja yang menyerap tenaga kerja dalam negeri. Kebijakan pemerintah

hendaknya memperhatikan dua kepentingan yaitu pelaku produsen, disamping juga

kepentingan masyarakat.

Menurut GP Farmasi Indonesia, 2014, harga obat generik tidak realistik dan terlalu

rendah. Kemungkinan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan yaitu menurunnya

ketersediaan obat generik di pasar dan akan menghilang dari pasar, penurunan mutu obat &

mutu pelayanan farmasi. Sedangkan dampak jangka panjang yaitu terhadap industri obat

generik dalam negeri. Dengan kondisi tersebut perlu dipertimbangkan kembali kebijakan

pengendalian harga obat

HARGA OBAT NAMA OBAT HABIS MASA

PATEN MASIH MASA

PATEN

OBAT INOVASI

OBAT INOVASI Nama paten Tinggi

OBAT GENERIK

Nama dagang Variasi sangat

lebar

Generik Rendah

Page 59: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Konteks Kebijakan terkait

UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

Peraturan presiden RI, No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan

Sistem Kesehatan nasional (SKN) 2012, Subsistem obat, alkes dan makanan merupakan

kegiatan untuk menjamin aspek keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu sediaan

farmasi, alat kesehatan dan makanan.

Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 328/SK/VII tahun 2013 tentang Formularium

Nasional

Keputusan Menkes, No. 328/Menkes/SK/VII/2013 tentang katalog elektronik atau e

catalog

UU Kesehatan No 36 tahun 2009

Rekomendsi Kebijakan

Kebijakan pemerintah terkait harga obat JKN perlu disusun lebih komprehensif dengan

mempertimbangkan kepentingan masyarakat dan kepentingan industri farmasi.Perlu

dipertimbangkan kembali kebijakan pengendalian harga obatuntuk menjamin ketersediaan

obat baik jumlah dan jenisnya, di era JKN, khususnya obat generik sehingga mudah

diakses oleh masyarakat. Pemerintah harus terus mendorong pemberlakuan managed care

secara nasional.

Pemerintah perlu mendorong kemandirian obat generik yang belum sepenuhnya

terpenuhi, dengan pengembangan produksi bahan baku obat dalam negeri untuk

mendukung JKN, yang saat ini sebagian besar masih impor dan harga bahan baku

import yang terus naik.

Daftar Pustaka

1. Undang Undang RI No. 40 tahun 2004 tentang Sistem jaminan sosial Nasional

2. Peraturan Presiden RI No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan

3. Kementerian Kesehatan, 2012, Sistem Kesehatan Nasional

4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 328/SK/VIII tahun 2013, tentang

Formularium Nasional Obat Generik

5. Keputusan Menkes No. 328/Menkes/SK/VII/2013 tentang Katalog elektronik atau

e catalog

6. Direktur Pemasaran Indofarma, Penetapan Harga Obat Generik, dan Kesulitan

Produksi

7. UU Kesehatan No 36 tahun 2009

Page 60: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

8. Rencana Induk Nasional (RIPIN) industri Nasional

9. Andari, D, 1998, Penggunaan Obat Generik di Apoteek Wilayah Kodya Yogakarta

pada masa Krisis Moneter

10. Sulistami, 1994, Implementasi Kebijakan Obat Generik, Program Pasca sarjana,

UGM

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560

Raharni, Sudibyo Supardi, Ida Diana Sari

[email protected]

Page 61: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Memenuhi Standar Pelayanan Kefarmasian dalam Keterbatasan SDM : Haruskah

Kita Mundur?

Max J. Herman, Yuyun Yuniar, Sudibyo Supardi, Nita Prihartini

Puslitbang Sumber daya dan Pelayanan Kesehatan Badan Litbangkes Kemkes RI

Ringkasan Eksekutif

Pelayanan kefarmasian diatur dalam PP nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian yang antara lain menyatakan untuk meningkatkan mutu pelayanan

kefarmasian yang berorientasi kepada keselamatan pasien, diperlukan standar pelayanan

kefarmasian sebagai acuan dalam pelayanan kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian

di rumah sakit, puskesmas, dan apotek telah dibuat dalam bentuk Permenkes RI.

Implementasi standar pelayanan kefarmasian dalam hal pengelolaan sediaan farmasi di RS

berkisar 83,70-100,0%, di PKM berkisar 78,8-98,5% serta di apotik berkisar 90,5-100% dan

yang kurang pada ketiganya terutama dalam hal monitoring dan evaluasi obat. Dalam hal

pelayanan farmasi klinik di RS implementasi berkisar 4,7-95,3% dan yang kurang terutama

dalam hal pemantauan kadar obat dalam darah, di PKM berkisar 4,5-42,4% dan yang

kurang terutama dalam hal PTO serta di apotik berkisar 47,6-95,2% dan yang kurang dalam

hal PTO dan homecare. Permasalahan kekurangan SDM merupakan hal mendasar yang

perlu diatasi dengan berbagai upaya penambahan tenaga kefarmasian dengan mekanisme

khusus serta perlunya dukungan legalitas kewenangan untuk tenaga kefarmasian selain

apoteker untuk melaksanakan tugas kefarmasian.

Latar Belakang

Dalam PP Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian antara lain

disebutkan praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan, pengadaan, penyimpanan,

pendistribusian, pelayanan dan informasi obat harus dilakukan oleh tenaga kefarmasian,

yaitu apoteker dibantu tenaga teknis kefarmasian (TTK). Apoteker adalah sarjana farmasi

yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.

Sedangkan TTK adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan

kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi, dan

tenaga menengah farmasi/asisten apoteker.

Dalam PP Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian antara lain

disebutkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada

keselamatan pasien, diperlukan standar pelayanan kefarmasian yang dapat digunakan

sebagai acuan dalam pelayanan kefarmasian. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak

ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam

menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu

BRIEFING KEBIJAKAN

Page 62: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan

farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan

pasien.

Pelayanan kefarmasian meliputi dua kegiatan yaitu yang bersifat manajerial berupa

pengelolaan sediaan farmasi dan kegiatan pelayanan farmasi klinik yang harus didukung

oleh sumber daya manusia, sarana dan peralatan dalam rangka meningkatkan outcome

terapi dan meminimalkan risiko terjadi efek samping obat untuk keselamatan pasien.

Kegiatan pengelolaan merupakan suatu siklus kegiatan dimulai dari pemilihan,

perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,

pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi yang dibutuhkan bagi kegiatan

pelayanan kefarmasian. Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang

diberikan oleh apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan

meminimalkan risiko terjadinya efek samping yang meliputi pengkajian dan pelayanan

resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, PIO, konseling, visite, PTO,

MESO, EPO, dispensing sediaan steril dan PKOD di Rumah Sakit.

Pelayanan kefarmasian harus dilakukan pada fasilitas pelayanan kefarmasian,

antara lain instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, dan apotek. Rumah Sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh

apoteker. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang

bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatau wilayah kerja.

Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian

Penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang dilakukan pada bulan Februari-November

2017. Lokasi penelitian di lima regional di Indonesia sesuai Permenkes no 27 tahun 2014

tentang Petunjuk Teknis Sistem Indonesian Case Based Groups (INA-CBGs). Pemilihan

lokasi provinsi dilakukan secara purposif berdasarkan sistem regionalisasi, yaitu provinsi

Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Selatan. Nusa Tenggara Barat, DI Aceh, Sulawesi

Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Seltn, Kalimntan Tengah, Maluku Utara, dan Papua.

Pemilihan kabupaten/kota dilakukan berdasarkan kriteria urban di ibu kota provinsi,

urban/rural bukan ibu kota provinsi dan kabupaten tertinggal/perbatasan

Page 63: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

PELAYANAN FARMASI KLINIK Dilakukan oleh tenaga kefarmasian

% RS % Apotik % Puskesmas

1 Pengkajian dan pelayanan Resep 95.3 76,2 42,4

2 Rekonsiliasi Obat 60.5

3 Pelayanan Informasi Obat (PIO) 88.4 95,2 40,9

4 Konseling 74.4 85,7 30,3

5 Visite 60.5

6 Pemantauan Terapi Obat (PTO) 37.2 47,6 12,1

7 Monitoring Efek Samping Obat (MESO) 44.2 13,6

8 Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) 44.2 19,7

9 Dispensing sediaan steril 25.6

10 Pemantauan Kadar Obat dalam Darah 4.7

11 Home care 47,6

12 Swamedikasi 90,5

13 Pencatatan Patient Medical Record 52,4

Implementasi standar pelayanan kefarmasian dalam pelayanan farmasi klinik di RS

berkisar 4,7-95,3% dan yang kurang terutama dalam hal pemantauan kadar obat dalam

darah, di PKM berkisar 4,5-42,4% dan yang kurang terutama dalam hal PTO serta di apotik

berkisar 47,6-95,2% dan yang kurang dalam hal PTO dan homecare. Hasil Sirkesnas 2016

menunjukkan hanya 35,8% puskesmas melakukan pemberian informasi obat yang

terdokumentasi dan 30,3% puskesmas melakukan konseling. Studi kualitatif analisis

kualifikasi apoteker secara potong lintang pada tahun 2010 di Bandung, Yogyakarta dan

Surabaya menunjukkan bahwa pengelolaan obat dalam hal pengadaan, distribusi dan

penyimpanan dilaksanakan dengan baik oleh apoteker rumah sakit. Praktek farmasi klinik

dan keselamatan pasien masih sangat terbatas karena alasan sumber daya manusia dan

dokumentasi yang belum memadai. Informasi obat dan konseling kadang dilakukan tanpa

fasilitas yang cukup dan apoteker juga terlibat dalam berbagai tim di rumah sakit seperti

penanggulangan infeksi nosokomial serta komite farmasi dan terapi.

KEGIATAN PENGELOLAAN OBAT Dilakukan oleh tenaga kefarmasian

% RS % Apotik %

Puskesmas

1 Perencanaan kebutuhan obat 100 95,2 92.4

2 Pengadaan obat 100 100 98,5

3 Penerimaan obat 100 100 98,5

4 Penyimpanan obat 100 100 98,5

5 Pendistribusian obat 100 100 95.5

6 Pelayanan obat 97,7 100 98,5

7 Pencatatan dan Pelaporan obat 95,3 100 97,0

8 Monitoring dan evaluasi obat 83,7 90,5 78,8

Page 64: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Implementasi standar pelayanan kefarmasian dalam pengelolaan obat di RS, apotek

dan puskesmas berkisar di atas 78,0%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa

permasalahan dalam penempatan apoteker di puskesmas adalah (a) Dinkes

Kabupaten/kota mengetahui bahwa menurut peraturan perundangan diperlukan apoteker di

puskesmas, tetapi dalam perencanaan kebutuhan tenaga apoteker masih belum dianggap

prioritas dibandingkan kebutuhan tenaga kesehatan lain, (b) Usulan kebutuhan tenaga

kesehatan yang dibuat oleh Dinkes Kabupaten/Kota belum didasarkan atas perhitungan

beban kerja sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan, (c) Jumlah belanja pegawai

dalam DAU sudah cukup besar, sehingga formasi yang disetujui oleh BKN terbatas, dengan

formasi yang terbatas, penempatan tenaga kesehatan tidak berdasarkan kompetensinya. (d)

Pelatihan belum banyak dilakukan karena keterbatasan anggaran.

Kecukupan jumlah tenaga kefarmasian

KRITERIA RUMAH SAKIT

(n = 43)

APOTEK

(n = 21)

PUSKESMAS

(n = 66)

Jumlah Apoteker 383 39 35

Jumlah Tenaga teknis kefarmasian

881 91 95

Jumlah Total tenaga kefarmasian 1264 130 130

% Kecukupan tenaga Kefarmasian 69.8% 66.7% 16.7%

Standar jumlah tenaga kefarmasian yang dibutuhkan dalam pelayanan RS, PKM dan

apotik menunjukkan masih kurangnya jumlah tenaga kefarmasian di ketiga fasilitas

kesehatan tersebut terutama di PKM dimana tidak sampai 17% dari PKM yang diteliti

memenuhi standar jumlah ketenagaan kefarmasian.

Hasil penelitian analisis lanjut terhadap seluruh puskesmas di Indonesia

menunjukkan bahwa hanya 17,5% puskesmas di Indonesia memiliki apoteker dan ada

32,2% puskesmas yang tidak memiliki tenaga kefarmasian sama sekali. Ada perbedaan

ketersediaan tenaga kefarmasian antar puskesmas berdasarkan lokasi puskesmas, jenis

puskesmas, keterpencilan wilayah dan status kepegawaian tenaga kefarmasian. Apoteker

berperan lebih baik dalam memberikan pelayanan farmasi, mengelola obat dan menyusun

LP-LPO dengan lengkap dibandingkan dengan tenaga teknis kefarmasian dan tenaga teknis

kefarmasian juga berperan lebih baik dibandingkan dengan tenaga non-farmasi dalam hal

yang sama.

Page 65: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Tinjauan Regulasi

Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit, puskesmas, dan apotek telah beberapa kali

diubah untuk penyempurnaan, misalnya :

1. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan, disebutkan setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan

dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan mengedarkan

obat dan bahan yang berkhasiat obat. Juga dalam PP Nomor 51 Tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian antara lain disebutkan praktik kefarmasian yang meliputi

pembuatan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pelayanan dan informasi

obat harus dilakukan oleh tenaga kefarmasian. Hal ini menunjukkan hanya apoteker

dibantu oleh tenaga teknis kefarmsian yang boleh melakukan pelayanan

kefarmasian.

2. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:1197/Menkes/SK/X/2004 tentang stadar

pelayanan farmasi di rumah sakit, diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 58 Tahun. 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di. Rumah Sakit.

Diperbaharui dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 34 tahun 2016 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Terakhuir diubah dengan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Apotek karena tidak sesuai dengan perkembangan dan

kebutuhan hukum, diperbaharui dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35

Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Kemudian

diperbaharui kembali dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 35 Tahun 2016

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Terakhir diperbaharui dengan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek.

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Puskesmas masih belum memenuhi kebutuhan hukum di masyarakat

sehingga dilakukan perubahan dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 36

Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun

2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Terakhir diperbaharui

dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 74 tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Dalam lampiran Peraturan Menteri

Kesehatan nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah

Page 66: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Sakit dinyatakan penghitungan kebutuhan apoteker berdasarkan beban kerja pada

pelayanan kefarmasian di rawat inap dibutuhkan rasio 1 apoteker untuk 30

pasien, sedangkan di rawat jalan dibutuhkan rasio 1 apoteker untuk 30 pasien.

Hal ini dapat menjadi tolok ukur perhitungan kecukupan tenaga kefarmasian di

fasilitas pelayanan kefarmasian.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kajian kebijakan yang ada, implementasi standar

pelayanan kefarmasian dalam pelayanan farmasi klinik terutama di RS dan Puskesmas

hanya dapat dilakukan oleh profesi apoteker masih kurang. Hal itu terjadi karena

kekurangan jumlah tenaga kefarmasian dibandingkan dengan beban kerja terhadap pasien

rawat inap dan rawat jalan di RS dan Puskesmas. Rekomendasi yang diberikan adalah

1. Penambahan SDM tenaga kefarmasian khususnya apoteker

Kebijakan Pimpinan RS dan Kepala Dinas Kesehatan diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan apoteker, baik melalui pengangkatan tenaga kontrak maupun honorer. Perlu

ada mekanisme khusus untuk pengangkatan SDM kefarmasian baik apoteker maupun

tenaga teknis kefarmasian melalui pola pengangkatan seperti bidan atau dokter dengan

PTT dan dokter spesialis dengan program wajib kerja.

2. Delegasi wewenang kepada tenaga kesehatan lain didukung dengan legalitas

Beberapa pekerjaan kefarmasian khususnya yang berupa pengelolaan yang standarnya

harus dilakukan apoteker perlu didelegasikan kepada tenaga kefarmasian dilandasi

aturan pendukungnya, dengan demikian apoteker lebih fokus pada kegiatan farmasi

klinik.

Daftar Pustaka

1. Max Joseph Herman, Sudibyo Supardi, Yuyun Yuniar ”Hubungan Ketersediaan Tenaga Kefarmasian dengan Karakteristik Puskesmas dan Praktik Kefarmasian di Puskesmas (Analisis Lanjut Data Riset Fasilitas Kesehatan Nasional Tahun 2011) Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Volume 16, No.1, Januari 2013

2. Yuniar, Y, Herman MJ, Overcoming Shortage of Pharmacist to Provide Pharmaceutical Services in Public Health Centers in Indonesia Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Volume 8, No. 1 Agustus tahun 2013

3. Sudibyo Supardi, Andi Leny Susyanty, Raharni, Max Joseph Herman, Kebijakan Penempatan Apoteker di Puskesmas. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, vol.15 , no 2, 2012, ISSN 1410-2935, hal. 133-142

4. Sudibyo Supardi, Raharni, Andi Leny Susyanty, Max J. Herman, Evaluasi Peran Apoteker Berdasarkan Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, vol. 22, no. 4, 2012, ISSN 0853-9987 hal. 190-198

Page 67: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

5. Max Joseph Herman, Rini Sasanti Handayani, Selma Arsit Siahaan, Kajian Praktik Kefarmasian Apoteker pada Tatanan Rumah Sakit, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 8, Maret 2013

6. Max Joseph Herman, Rini Sasanti Handayani, The Preparedness of Pharmacist in Community Setting to Cope with Globalization Impact, Jurnal Kefarmasian Indonesia.2015;5(1):57-66

Page 68: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

BRIEFING KEBIJAKAN

MANAJEMEN PUSKESMAS DENGAN PENDEKATAN KELUARGA SEBAGAI FOKUS DALAM PELATIHAN KELUARGA SEHAT

Eva Sulistiowati, Andi Leny Susyanty, Tetra Fajarwati Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

RINGKASAN

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) salah satu

merupakan cara puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan

mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan

mendatangi keluarga. Mengingat penting dan strategisnya program Keluarga Sehat maka

diperlukan tenaga kesehatan yang cukup dan kemampuan yang baik dalam melakukan

wawancara dan edukasi rumah tangga yang dilakukan saat kunjungan rumah. Peningkatan

kemampuan dilakukan dengan pelatihan KS.

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, melaksanakan Riset

Implementatif PIS-PK di Kabupaten Lampung Selatan. Riset ini dilakukan dengan metode

Parcipatory Action Research (PAR), mendampingi pelaksanaan PIS-PK di tiap tahap

(persiapan, P1, P2 dan P3) untuk mengetahui lebih detail tentang implementasi PIS-PK.

Salah satu pendampingan yang dilakukan adalah pelatihan KS.

Hasil pendampingan untuk pelatihan KS bahwa modul dan metode penyampaian

materi pelajaran pada saat pelatihan keluarga sehat perlu diperbaiki dengan menitikberatkan

pada kebijakan dan konsep dasar PIS-PK, manajemen pendekatan keluarga. Kepala

puskesmas harus lebih dahulu mengenal KS sehingga pasca pelatihan dapat segera

dilakukan implementasi. On The job trainning (OJT) dapat dilakukan untuk menanggulangi

masalah kurangnya surveyor dengan menitikberatkan pada materi manajemen pendekatan

keluarga, cara komunikasi efektif, kuesioner Prokesga dan penggunaan Pinkesga.

PENGANTAR

Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung

dengan pelindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Program Indonesia

Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) salah satu merupakan cara puskesmas untuk

meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan

kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Target capaian pelaksanaan

keluarga sehat pada tahun 2019 sebesar 100% total coverage.1,2

Page 69: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Mengingat penting dan strategisnya program Keluarga Sehat maka diperlukan

tenaga kesehatan yang cukup dan kemampuan yang baik dalam melakukan wawancara dan

edukasi rumah tangga yang dilakukan saat kunjungan rumah. Peningkatan kemampuan

dilakukan dengan pelatihan KS. Pusat Pelatihan SDMK telah menyusun modul dan

kurikulum Pelatihan Keluarga Sehat yang dirancang untuk menunjang terlaksananya

pendekatan keluarga sehat di wilayah kerja Puskesmas.3

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang telah

dilakukan sejak tahun 2015 di 9 provinsi tersebut ternyata pelaksanaan di lapangan belum

maksimal. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi pelaksanaan PIS-PK oleh Puslitbang Upaya

Kesehatan Masyarakat tahun 2016, menunjukkan bahwa hanya beberapa kabupaten saja

yang telah mulai melakukan persiapan dan pendataan awal pasca pelatihan. Kesiapan dinas

kesehatan pada umumnya baru sebatas mengirimkan petugas untuk mengikuti pelatihan

dan keterbatsan SDM yang ada di puskesmas.4

HASIL PENELITIAN

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, pada tahun 2017 ini

melaksanakan Riset Implementatif PIS-PK di Kabupaten Lampung Selatan. Riset ini

dilakukan dengan metode Parcipatory Action Research (PAR), mendampingi pelaksanaan

PIS-PK di tiap tahap (persiapan, P1, P2 dan P3) untuk mengetahui lebih detail tentang

implementasi PIS-PK. Salah satu pendampingan yang dilakukan adalah pelatihan KS.

Pelatihan sangat penting dilakukan untuk penguatan kompetensi tenaga kesehatan yang

akan melaksanakan KS. Tim riset memulainya dengan mengikuti sekaligus melakukan

pengamatan Trianing Of Trainer (TOT) KS. Kegiatan dilanjutkan dengan melakukan

sosialisasi/sharing materi kepada anggota tim yang lain, pendampingan pelatihan KS yang

dilaksanakan oleh Bapelkes Lampung dan workshop pendamping KS 2018 dengan metode

yang disesuaikan dengan temuan riset. Beberapa temuan riset dan saran kami susun,

seperti tampak pada Tabel 1.5

Kepala puskesmas yang mengikuti pelatihan KS lebih memahami dan mampu

merencanakan tindak lanjut pelaksanaan PIS-PK di wilayahnya pasca pelatihan dengan

baik. Hal ini terlihat pada hasil evaluasi pelaksanaan PIS-PK untuk 4 lokus penelitian yang

mengikutsertakan kepala puskesmas, pelaksanaan PIS-PK lebih baik dan keempat kepala

puskesmas tersebut dapat sharing pengalaman dengan kepala puskesmas lain dalam

pelatihan Manajemen Puskesmas.

Urutan penyampaian materi diubah dengan mengedepankan Kebijakan dan konsep

dasar PIS-PK dilanjutkan dengan materi Manajemen Pendekatan Keluarga sebelum materi-

materi yang memuat program. Hal ini karena materi PIS-PK, Manajemen Pendekatan

Keluarga merupakan hal yang baru, sedangkan materi program merupakan pengulangan

Page 70: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

dan pendalaman bagi tenaga kesehatan. Diharapkan peserta menjadi lebih fokus dan

memahami tentang PIS-PK dan Manajemen Pendekatan Keluarga.

Sehubungan dengan pentingnya materi Manajemen Pendekatan Keluarga, maka

Profil Kesehatan Keluarga (Prokesga) perlu dijelaskan secara detail per Definisi Operasional

(DO) sehingga diperlukan waktu penyampaian materi yang lebih panjang (dalam kurikulum

T 2 jpl, P 3 jpl, PL 3 jpl).3 Berdasarkan workshop untuk pendamping KS 2018 maka

penyampaian materi tentang Prokesga memelukan waktu 180 menit (4 jpl). Inti pelatihan

adalah pemahaman akan Prokesga per-DO, entry data, analisis/menginterprestasikan hasil

IKS yang ada sehingga mampu menyusun rencana kegiatan sesuai dengan permasalahan

yang ditemukan.

Modul yang digunakan juga perlu direview kembali antara indikator, DO dalam

Prokesga dan materi yang tertulis di power point, agar mengikuti perubahan/kesepakatan

yang terkini. Misalnya untuk DO indikator jamban, dalam materi ajar tentang sanitasi

lingkungan ditekankan pada jamban sehat dengan kriterianya namun dalam Prokesga

adalah jamban saniter. Materi tentang KIA dalam modul dibahas tentang pertumbuhan dan

perkembangan balita namun dalam Prokesga adalah pertumbuhan (Apakah dalam 1 bulan

terakhir ditimbang?). Menambahkan materi “Pengorganisasian Lapangan”, misalnya

sebelum ke lapangan kita harus berkoordinasi dengan kepala desa/RW/RT, membuat listing

keluarga (rumah tangga). Hal ini sangat penting dan berguna dalam penulisan RT/RW

terutama bagi daerah yang memiliki struktur yang berbeda, misalnya lingkungan, jorong,

tiuk. Penting juga dalam penulisan no urut bangunan/rumah bagi setiap tim surveyor.

Materi untuk komunikasi efektif sebaiknya difokuskan pada pemanfaatan/cara

menggunakan Paket Informasi Keluarga (Pinkesga) untuk edukasi saat kunjungan rumah

secara efektif; pencatatan temuan diluar 12 indikator serta cara mengkomunikasikannya

dengan pemegang program yang bersangkutan dan kelapa puskesmas. Fasilitator yang

menyampaikan sebaiknya mempunyai penguasaan materi dan persiapan yang baik sesuai

dengan kompetensinya, tetap menitikberatkan pada PIS-PK (bukan masing-masing

program). Khusus kelas aplikasi KS sebaiknya tidak dilaksanakan dalam kelas besar,

sehingga materi dapat lebih jelas diterima. Fasilitator perlu memberikan contoh kasus dan

pelaksanaan kunjungan rumah di lapangan yang lebih banyak. Hal ini dapat menggunakan

pengalaman pelaksanaan KS tahun 2016 -2017 (dalam bentuk foto, gambar, contoh kasus

atau film pendek).

Praktek lapangan (PKL) dilakukan dengan persiapan lapangan yang lebih baik.

Koordinasi dengan puskesmas dan RW/RT lokasi PKL dan dibuat daftar Rumah Tangga

(sebagai listing) yang akan dikunjungi oleh tim yang terbentuk sehingga mencerminkan

kegiatan yang akan dilakukan dilapangan nantinya. Prokesga dan Pinkesga disiapkan

dalam jumlah yang cukup. Pihak penyelenggara pelatihan menyiapkan sinyal yang kuat

Page 71: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

pada saat materi penggunaan aplikasi KS dan saat proses entri data sehingga hasil entri

data dapat disajikan oleh peserta/perwakilannya baik secara sistem maupun manual.

Page 72: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Tabel 1. Temuan dan Saran Pelatihan Keluarga Sehat

No Temuan Saran

1.

Peserta setiap puskesmas mengirimkan 5 orang sebagai surveyor (pemegang program/staf puskesmas)

Kepala puskesmas sebaiknya juga mengikuti pelatihan keluarga sehat sehingga memahami dan merencanakan tindak lanjut pelaksanaan PIS-PK di wilayahnya pasca pelatihan dengan lebih baik atau pelatihan Manajemen Puskesmas yang memuat materi KS lebih didahuluan daripada pelatihan KS.

2. Jadwal Pelatihan

a. Urutan materi

Konsep PIS-PK Materi Program Manajemen Pendekatan Keluarga terlalu fokus pada program, materi mengenai pendataan kurang mendapat perhatian

Dapat diubah menjadi Konsep PIS-PK Manajemen Pendekatan Keluarga Materi Program

b. Jam Pelajaran Untuk MI.7 “Manajemen Pendekatan Keluarga” (pengenalan kuesioner) tersedia waktu 2 jpl dirasakan tidak cukup Untuk praktek sebanyak 3 jpl dirasa cukup

Diperlukan sekurangnya 180 menit (4 jpl) untuk penyampaian materi pengenalan kuesioner dan analisis IKS. Untuk materi analisis IKS secara manual diperlukan waktu tambahan, sekurangnya 60 menit.

3. Modul:

a. Definisi Operasional

1. Terdapat perbedaan istilah antara materi program dan definisi operasional (contoh: materi sanitasi lingkungan: jamban sehat dan jamban saniter)

2. Indikator pemantauan pertumbuhan dan perkembangan Balita, namun definisi operasional hanya “pemantauan pertumbuhan”

Perlu review antara Indikator, DO, dan materi ppt agar mengikuti kesepakatan yang terkini.

b. Materi PPT

Terdapat perbedaan versi kuesioner antara PPT dan kuesioner yang digunakan

Diperlukan review ppt (menggunakan kuesioner ter”update”)

c. Materi “Pengorganisasian Lapangan”

Tidak ada materi mengenai persiapan turun ke lapangan (pengorganisasian lapangan). Saat pendataan menimbulkan kendala dalam penentuan jadwal, pengisian Blok I (pengenalan tempat) hingga berakibat kesulitan analisis masalah menurut wilayah karena kesalahan

Menambahkan materi “Pengorganisasian Lapangan”, misalnya sebelum ke lapangan kita harus berkoordinasi dengan kepala desa/RW/RT, membuat listing keluarga (rumah tangga).

Page 73: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

penulisan ID wilayah (RW atau RT)

d. Materi Komunikasi Efektif

Materi maupun PPT sudah lengkap, namun Fasilitator kurang dapat menyampaikan esensi komunikasi efektif dalam Program KS

Sebaiknya materi difokuskan pada pemanfaatan/cara menggunakan Pinkesga untuk edukasi saat kunjungan rumah secara efektif; pencatatan temuan diluar 12 indikator serta cara mengkomunikasikannya dengan pemegang program yang bersangkutan dan kelapa puskesmas

4 Fasilitator Beberapa fasilitator kurang menguasai materi. Jumlah fasilitator untuk materi Manajemen Pendekatan Keluarga (aplikasi) terbatas, sehingga materi disampaikan dalam kelas besar dan tidak dapat memahami secara optimal oleh peserta

Perlu penekanan pada penyelenggara pelatihan, materi Manajemen Keluarga (aplikasi) tidak disampaikan dalam bentuk kelas besar

5 Metode Pengajaran

Fasilitator kurang memberikan contoh kasus dan aplikasi di lapangan. Peserta tidak dapat membayangkan, apa yang perlu dilakukan berkaitan Program KS

Contoh kasus dan pelaksanaan kunjungan rumah di lapangan diperbanyak.

Dapat menggunakan pengalaman pelaksanaan KS tahun 2016 -2017 (dalam bentuk foto, gambar, atau contoh kasus)

6 Praktik Lapangan (PKL)

a. Koordinasi antara Puskesmas dan penyelenggara Pelatihan masih kurang sehingga banyak waktu terbuang untuk menentukan rumah tangga yang akan dikunjungi

b. Saat kunjungan rumah belum memanfaatkan Pinkesga sebagai bahan edukasi

c. Entri data hasil PKL kurang didukung oleh kondisi sinyal yang baik sehingga mengganggu proses entri

a. Persiapan lapangan yang lebih baik. Koordinasi dengan puskesmas dan RW/RT lokasi PKL, dapat dibuat daftar Rumah Tangga (sebagai listing) untuk memudahkan kunjungan. Hal ini dilakukan sebelum jadwal PKL

b. Memasukkan topik penggunaan Pinkesga dalam Materi “Komunikasi Efektif”

c. Pihak penyelenggara pelatihan menyiapkan sinyal

yang kuat pada saat materi penggunaan aplikasi KS dan saat proses entri data sehingga hasil entri data dapat disajikan oleh peserta/perwakilannya baik secara sistem maupun manual

Page 74: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

KONTEKS KEBIJAKAN TERKAIT

Pelaksanaan PIS-PK seperti yang tertuang dalam Permenkes 36 tahun 2016

memerlukan persiapan dan komitmen yang tinggi untuk mengimplementasikannya. Salah

satu persiapan yang dilakukan adalah pelatihan KS kepada tenaga kesehatan yang

terstandar. Beberapa hal yang mempengaruhi efektifitas pelatihan antara lain adalah

fasilitator, modul, metode, design dan atitude peserta.6

PPSDM dan tim telah menyusun modul dan melaksanakan pelatihan baik TOT

maupun pelatihan KS di provinsi. Tahun 2017 puskesmas uang menjadi lokus berjumlah

2926 di 514 kab/kota di 34 provinsi dimana masing-masing puskesmas mengirimkan 5

orang tenaga kesehatan sesuai dengan kualifikasi, walaupun ada beberapa yang tidak

memenuhi kualifikasi dikarenakan keterbatasan tenaga kesehatan di puskesmas tertentu.

Mengingat pentingnya PIS-PK tersebut maka materi yang disampaikan sebaiknya

sesuai dengan tujuan dari pelatihan yaitu pemahaman tentang Kebijakan dan konsep dasar

PIS-PK serta manajemen pendekatan keluarga. Materi utama tersebut sebaiknya diberikan

pada tahap awal bukan tahap akhir seperti sekarang, mengingat peseta adalah petugas

puskesmas yang sudah mengenal program-program kegiatan puskesmas. Modul yang ada

sudah cukup baik hanya perlu perbaikan, sinkronisasi materi ajar di masing-masing program

sesuai dengan DO indikator yang akan dinilai/diobservasi, penggunaan instrumen (Prokesga

dan Pinkesga) dengan efektif. Praktik Lapangan (PKL) perlu didesain dengan baik,

menyerupai pelaksanaan sesungguhnya dengan melakukan listing RT. Fasilitator dan

peserta pelatihan yang sesuai dengan kualifikasi, memahami materi dengan baik diharapkan

mampu mentrasfer pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain.

Sesuai dengan Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang puskesmas Kepala

puskesmas merupakan penanggungjawab atas seluruh kegiatan di puskesmas.7 Mengingat

peran kepala puskesmas sebagai manajer sangatlah vital, kepala puskesmas harus lebih

dahulu mengenal KS sehingga pasca pelatihan dapat segera dilakukan implementasi sesuai

dengan RTL yang disusun, dan mengintegrasikan kegiatan PIS-PK dengan program-

program yang ada di puskesmas. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikutsertakan kepala

puskesmas dalam pelatihan KS atau pelatihan Manajemen Puskesmas yang memuat KS

dilakukan terlebih dahul sebelum pelatihan KS.

Diharapkan dengan pelatihan yang baik, materi dapat dikuasai oleh peserta dengan

baik pula sehingga dapat melakukan transfer of knowledge kepada tenaga kesehatan

lainnya di puskesmas. Hal ini perlu dilakukan karena berdasarkan pengamatan bahwa 1

orang surveyor dapat melakukan wawancara sebanyak 10 rumah tangga dalam 1 hari

dengan catatan seluruh Anggota Rumah Tangga (ART) ada di rumah/lengkap, sementara

pelatihan hanya dilakukan pada 5 orang per puskesmas untuk mencapai total coverage

akan berat. Oleh karena itu diperlukan On The Job Traning (OJT).

Page 75: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

On The job training (OJT) merupakan salah satu metode dalam pelatihan dan

pengembangan. Dimana, karyawan baru atau yang belum berpengalaman belajar melalui

pengamatan rekan kerja atau surpervisor/manajer yang melakukan pekerjaan itu dan

mencoba meniru perilaku mereka. Metode ini tidak memerlukan biaya yang banyak, materi

disesuaikan dengan standar dan sambil belajar dapat menghasilkan.8 Metode ini dirasa

cukup pas untuk memenuhi kekurangan jumlah surveyor dan keterbatasan waktu dalam

mencapai target yang diinginkan. Sebelum turun ke lapangan, OJT akan dibekali dengan

materi utama yaitu manajemen pendekatan keluarga, cara komunikasi efektif, kuesioner

Prokesga dan penggunaan Pinkesga. Penyampaian materi dilakukan oleh surveyor yang

sudah dilatih oleh Bapelkes dan TOT dari Dinas Kesehatan dalam waktu 2 hari. Diharapkan

dengan OJT dapat menaggulangi masalah kurangnya tenaga surveyor di puskesmas.

KESIMPULAN

1. Modul dan metode penyampaian materi pelajaran pada saat pelatihan keluarga

sehat perlu diperbaiki dengan menitikberatkan pada kebijakan dan konsep dasar

PIS-PK, manajemen pendekatan keluarga.

2. Kepala puskesmas harus lebih dahulu mengenal KS sehingga pasca pelatihan dapat

segera dilakukan implementasi

3. On The job training (OJT) dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah kurangnya

surveyor dengan menitikberatkan pada materi manajemen pendekatan keluarga,

cara komunikasi efektif, kuesioner Prokesga dan penggunaan Pinkesga.

REKOMENDASI

1. Modul yang ada perlu diperbaiki dan disinkronkan antara materi ajar di masing-masing

program sesuai dengan DO indikator yang akan dinilai/diobservasi, penggunaan

instrumen (Prokesga dan Pinkesga) dengan efektif. Menitikberatkan pada kebijakan dan

konsep dasar PIS-PK, manajemen pendekatan keluarga.

2. Kepala puskesmas sebagai kunci pelaksanaan PIS-PK di puskesmas harus terlebih

dahulu mengenal KS.

3. On The job training (OJT) dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah kurangnya

surveyor

Page 76: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

DAFTAR PUSTAKA

1. ____________. Peraturan Menteri Kesehatan No. 39 Tahun 2016 tentang Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. 2016.

2. Kemenkes. Buku Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2016.

3. Badan PPSDM Kesehatan Pusdiklat Aparatur. Kurikulum TOT Pelatihan Keluarga Sehat. 2017.

4. Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat Badan Litbangkes. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) Tahun 2016. ppt.

5. Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Badan Litbangkes. Laporan Hasil Riset Implementasi PIS-PK di Kab. Lampung Selatan. 2017.

6. Saini Ramandeep. Factors Affecting Training and Development Programs – An Empirical Study of Punjab. International Journal of Research in Organizational Behavior and Human Resource Management Vol.3 No.3. 2015. p.40-47.

7. _____________. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2017 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. 2015.

8. Raheja Kanu. Methods of Training and Development. Innovative Journal of Business and Management 4: 2. 2015. p 35 – 41.

Page 77: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Model Terpadu Pelayanan Gizi Balita Kurus di Puskesmas

Untuk Pemulihan Dan Pencegahan Gizi Buruk (Sangat Kurus)

Ringkasan

• Masalah balita kekurangan gizi khususnya balita kurus (wasting)prevalensinya masih

tinggi dan menjadi isu global. Masalah ini terkait dengan masalah kelaparan dan

kemiskinan yang menjadi agenda dalam Sustainable Development Goal. Berdasakan

data Riskesdas prevalensi balita kurus (BB/TB <-2 Z skor) masih diatas 10 persen.

Masalah gizi kurus sangat penting ditanggulangi untuk mencegah terjadinya peningkatan

prevalensi gizi buruk di Indonesia yang berakibat dengan penurunan kualitas SDM dan

kematian. Kebijakan penanganan balita gizi kurus dengan pemberian PMT pabrikan

untuk bawah dua tahun sangat penting. Temuan di lapangan penanganan di empat

provinsi bervariasi dan belum dapat di evaluasi keberhasilannya dalam menurunkan

prevalensi balita kurus. Oleh karena itu sebagai solusi diusulkan model penanganan

pelayanan gizi balita kurus yang terpadu di Puskesmas

Pengantar

• Masalah balita kurus atau wasting di Indonesia prevalensinya masih diatas 10 %

(Riskesdas 2013) dan dianggap masalah yang serius dan perlu ditanggulangi karena

berpotensi dapat meningkatkan prevalensi balita gizi buruk di Indonesia. Baik balita gizi

kurus dan gizi buruk berisiko terhadap gangguan pertumbuhan dan imunitas dampak

jangka panjang menurunkan kualitas sumber daya manusia.

• Program pemerintah untuk mengatasi masalah balita kurus selama ini dengan

pemberian makanan tambahan (PMT) lokal kemudian saat ini dengan PMT pabrikan di

posyandu. Penanganan balita kurus tidak cukup hanya dengan pemberian PMT

pabrikan saja karena selain faktor asupan makanan yang kurang terkait juga dengan

faktor tidak tahuan tentang praktek pemberian makanan, pengetahuan gizi, faktor

lingkungan, penyakit dan faktor sosial budaya. Oleh karena itu masalah tersebut tidak

bisa didekati di tingkat posyandu dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan kader

yang kurang. Masalah lain pemberian PMT di tingkat posyandu untuk balita kurus

menimbulkan kecemburuan untuk balita dengan status gizi yang lebih baik serta

kurangnya keterlibatan faktor luar kesehatan di tingkat desa yaitu peranan desa dan

toma.

• Kedepan penerapan model ini di puskesmas dapat lebih mudah di monitor dan

dievaluasi keberhasilannya.

BRIEFING KEBIJAKAN

Page 78: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Hasil Penelitian

Temuan hasil penelitian di empat provinsi (Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, Banten

dan Jawa Barat),bahwa tidak ada pemberian PMT lokal yang dibiayai oleh dana Bantuan

Operasional Kesehatan (BOK). Sebelum tahun 2016 program pemerintah dengan

menyelenggarakan PMT Pemulihan bagi balita gizi kurang/kurus berbasis makanan lokal

dengan dana BOK (Ditjen Bina Gizi dan KIA 2011; 2012). Beralihnya saat ini penanganan

balita kurus dengan PMT pabrikan karena ditemukan salah satu kendala di lapangan dalam

penyelenggaraan makanan lokal adalah kesulitan membuat administrasinya (Lamid, A th

2017).

Selanjutnya hasil wawancara tentang PMT pabrikan yang diberikan di posyandu untuk balita

gizi kurang/kurus hampir semua informan kader, bidan hingga tenaga pelaksana gizi (TPG)

puskesmas mengungkapkan bahwa pemberian PMT pabrikan menimbulkan kecemburuan

balita lain yang tidak kurus yang ditimbang di posyandu. Selain itu tidak ada panduan teknis

cara pemberian PMT dan cara penyuluhan/konseling untuk orang tua balita kurus;

kurangnya ketrampilan kader dalam melakukan pengukuran panjang dan tinggi badan balita

dan pemantauan kepatuhan mengonsumsi PMT, serta tidak ada pencantuman tingkat

keberhasilan dalam meningkatkan status gizi balita kurus. Disisi lain peranan aparat desa

dan toma dalam penanganan balita gizi kurang dan buruk dirasakan masih kurang (Lamid, A

2017).

Rekomendasi WHO (2008) bahwa penanganan atau tatalaksana balita kurus dengan

BB/TB antara -3 sampai -2 Z skor tanpa odema untuk pemulihan dan pencegahan gizi

buruk dengan mengoptimalkan makanan lokal. Dalam hal kelangkaan pangan dan tidak

cukupnya makanan lokal tersedia maka dapat digunakan makanan suplemen atau PMT

pabrikan. Hasil penelitian di negara lain dengan menggunakan makanan suplemen sesuai

rekomendasi WHO telah banyak dilakukan. Namun saat ini belum tersedia

penanganannya/tata laksananya secara rinci.

Sehubungan penanganan balita kurus di lakukan di posyandu belum dapat memberikan

hasil optimal karena banyak kendala di lapangan dan sulit dievaluasi keberhasilannya dan

keterlibatan faktor luar kesehatan di desa kurang dalam penanganan gizi kurus maka

diperlukan alternatif penyelenggaraan PMT pemulihan terpadu dengan koordinasi

puskesmas.

Sejauh ini pelayanan gizi kurus telah dilakukan di pos pemulihan gizi (PPG) di Puskesmas

Karawang, kabupaten Karawang di Jawa Barat, dan Klinik Gizi Bogor yang berada di bawah

Puslitbang Sumberdaya dan Pelayanan Kesehatan dan berhasil memulihkan status gizi

balita kurus. Namun pelayanan gizi tersebut belum terpadu dengan melibatkan faktor

eksternal kesehatan di desa yaitu kader, toma dan aparat desa. Membandingkan peranan

faktor kesehatan, keberhasilan faktor eksternal ini lebih besar karena kontribusinya

sebanyak 70 persen maka diusulkan dikembangkan model pelayanan gizi balita kurus

Page 79: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

terpadu di puskesmas dengan melibatkan peranan desa, toma dan kader yang diharapkan

kelangsungannya jangka panjang (sustainable) dan lebih terintegrasi dalam sistem

pelayanan di puskesmas.

Kontex kebijakan Terkait

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Gerakan

Nasional Percepatan Perbaikan Gizi

Permenkes RI No 43 Tahun 2016. Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan

Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2014 tentang Perbaikan Gizi

Permenkes No 66 tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan

Ditjen Bina Gizi dan KIA. 2011.Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan

Tambahan pemulihan Bagi Blita Gizi Kurang (Bantuan Operasional Kesehatan)

Kemenkes RI

Ditjen Bina Gizi dan KIA. 2012.Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan

Tambahan Pemulihan Bagi Blita Gizi Kurang dan Ibu Hamil KEK (Bantuan Operasional

Kesehatan) Kemenkes RI

Rekomendasi Kebijakan

Melibatkan peran kader, toma dan perangkat desa dalam sistem pelayanan gizi terpadu

balita kurus di Puskesmas. Diharapkan perangkat desa dapat mengkoordinasikan

seluruh bantuan yang ada di desa dalam bentuk program pemerintah di desa seperti

pemanfaatan Dana Desa dari Kemendes, Alokasi Dana Desa (ADD) dari dana APBD

kabupaten/Kota, bantuan sembako dari Dinas Ketahanan Pangan, bantuan dana tunai

dari Program Keluarga Harapan (PKH) dari Depsos dan bantuan lainnya agar dapat

dapat disalurkan pada keluarga yang tidak mampu khususnya untuk keluarga balita gizi

kurang/kurus

Meningkatkan ketrampilan kader dalam pelatihan penyegaran (refreshing) kader.

Model Terpadu Pelayanan Gizi Balita Kurus di PuskesmasUntuk Pemulihan Dan

Pencegahan Gizi Buruk (Sangat Kurus) secara rawat jalan. Balita berkunjung setiap

minggu ke puskesmas selama 3 bulan

Page 80: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Model Terpadu Pelayanan Balita Kurus di Puskesmas

Sembuh/pulih

rujuk

rujuk

Gambar. Model Terpadu Pelayanan Gizi Balita Kurus di Puskesmas

Kepustakaan

Lamid, A. 2017. Laporan DIPA Studi Implementasi Penanganan Balita Kurus dan Balita

Sangat Kurus (Gizi Buruk)

Kementerian Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013: Laporan Nasional. Jakarta: Balitbangkes Kemenkes RI.

WHO. 2008. Consultation on the dietary management of moderate malnutrition

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Gerakan Nasional

Percepatan Perbaikan Gizi

Permenkes RI No 43 Tahun 2016. Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2014 tentang Perbaikan Gizi

Permenkes No 66 tahun 2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan

Ditjen Bina Gizi dan KIA. 2011. Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan

pemulihan Bagi Blita Gizi Kurang (Bantuan Operasional Kesehatan) Kemenkes RI

Ditjen Bina Gizi dan KIA. 2012. Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan

Pemulihan Bagi Blita Gizi Kurang dan Ibu Hamil KEK (Bantuan Operasional Kesehatan)

Kemenkes RI

Posyandu

Penimbangan BalitaPP

Puskesmas

Konfirmasi

BB/TB;

BB/PB

Puskesmas

Pelayanan

Gizi Balita

Kurus

Rujuk RS

RujukPuskesmas

rawat

jalan/inap/TFC

Desa

Pemantauan

Kader

Pemantauan

Pendampingan

Toma

Pemantauan

Page 81: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA (PIS-PK)

SEBAGAI WAHANA INTEGRASI PROGRAM

Eva Sulistiowati, Andi Leny Susyanty

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

RINGKASAN

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) merupakan upaya

mempercepat pencapaian terwujudnya masyarakat sehat dengan melakukan kegiatan

kesehatan memfokuskan pada tatanan keluarga. Selain PIS-PK, pemerintah juga

mempunyai Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dan Standar Minimum Pelayanan

(SPM) Bidang Kesehatan yang harus terpenuhi oleh pemerintah daerah. Pelaksanaan PIS-

PK, Germas dan SPM saat ini masih terkotak-kotak, belum terintegrasi untuk mencapai

tujuan bersama masyarakat sehat baik di tingkat provinsi, kab/kota maupun puskesmas.

Hasil pendampingan pelaksanaan PIS-PK di kab. Lampung Selatan juga menunjukkan

bahwa belum adanya integrasi/sinergi antara pihak terkait (pemerintah daerah, dinas

kesehatan, puskesmas). Hal ini terlihat pada saat awal pendampingan belum adanya

regulasi PIS-PK, Germas dan SPM kesehatan serta pelaksanaan PIS-PK yang tersendat

karena terkendala dukungan stakeholder terkait, dana, SDM, pendampingan monev. Untuk

itu, pelaksanaan PIS-PK memerlukan integrasi dengan Germas dan SPM bidang kesehatan

serta sinergi dari stakeholder terkait dan di tingkat puskesmas diperlukan persiapan yang

matang, terintegrasi dengan program pusksmas yang ada, bersinergi dengan perguruan

tinggi maupun aparat desa terkait untuk mencapai masyarakat dan kecamatan sehat yang di

cita-citakan.

PENGANTAR

Sejalan dengan kebijakan Kemenkes dalam upaya mewujudkan Program Indonesia

Sehat, dua strategi yang dilakukan adalah Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang

tertuang dalam Inpres No. 1 Tahun 20171 dan Program Indonesia Sehat dengan

Pendekatan Keluarga (PIS-PK). PIS-PK berdasarkan Permenkes No 39 Tahun 20162,

merupakan upaya mempercepat pencapaian terwujudnya masyarakat sehat dengan

melakukan kegiatan kesehatan memfokuskan pada tatanan keluarga. Dalam konteks ini

keluarga dilibatkan dalam mengenal masalah kesehatan anggota keluarganya, didorong

untuk mampu mengatasi masalah kesehatannya dengan mendayagunakan potensi

keluarga, maupun sumber daya lain yang ada di lingkungannya.

Pendekatan Keluarga bukanlah hal baru yang dilakukan Puskesmas. Puskesmas

selama ini juga sudah melakukan beberapa kegiatan dengan sasaran keluarga yaitu

BRIEFING KEBIJAKAN

Page 82: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat) Rumah Tangga.Pendekatan keluarga merupakan pengembangan dari kegiatan yang

sebelumnya sudah dilakukan oleh puskesmas yaitu kegiatan kunjungan rumah dalam

program perkesmas, Dalam pendekatan keluarga kunjungan rumah dilakukan pada semua

penduduk, baik yang sehat maupun yang berisiko, sedangkan Perkesmas lebih kepada

yang berisiko.3

Pendekatan Keluarga saat ini dilaksanakan berdasarkan 12 indikator yang merupakan

integrasi program dan mewakili 4 masalah prioritas (masalah kesehatan Ibu dan anak serta

penyakit menular dan tidak menular) yang dilaksanakan secara total coverage.

Pendekatan Keluarga ini merupakan pengembangan dari kunjungan rumah yang

dilakukan oleh program di Puskesmas (KIA, TB, Kesling dan lainnya) dan perluasan dari

upaya perkesmas, yang meliputi kegiatan: kunjungan keluarga untuk pendataan/

pengumpulan data profil kesehatan keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan

datanya, kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif dan

preventif, kunjungan keluarga untuk menindaklanjuti pelayanan kesehatan dalam gedung,

pemanfaatan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga untuk pengorganisasian/

pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas.3

Pendekatan keluarga merupakan wahana integrasi kegiatan kesehatan yang berfokus

kepada keluarga, sehingga apabila dilakukan secara optimal, intervensi kesehatan kepada

keluarga lebih efisien dan efektif, serta mendorong kemandirian keluarga.

Berdasarkan hasil Evaluasi pelaksanaan PIS-PK oleh Puslitbang Upaya Kesehatan

Masyarakat 2016 dan Riset Implementasi PIS-PK di Kabupaten Lampung Selatan,

implementasi PIS-PK masih mengalami kendala utama yaitu program PIS-PK belum

menjadi kegiatan prioritas dan dukungan stakeholder.4 Tahun 2017 ini Puslitbang Sumber

Daya dan Pelayanan Kesehatan melaksanakan Riset Implementasi PIS-PK di Kabupaten

Lampung Selatan yang dilakukan berdasarkan pendekatan Participatory Action Research

(PAR), mendampingi 4 puskesmas pelaksanaan PIS-PK di 1 desa terpilih. Pendampingan

implementasi pelaksanaan PIS-PK dilakukan pada setiap tahap, meliputi tahap persiapan

(sosialisasi, pengorganisasian, pembiayaan dan pendataan); tabulasi data dan analisis,

penyusunan RUK secara evidence base pendekatan keluarga, pengerakan pelaksanaan/

intervensi permasalahan yang sudah disepakati pada Rencana Pelaksanaan Kegiatan

(RPK) sebagai prioritas masalah; hingga pengawasan, pengendalian dan penilaian

pelaksanaan PIS-PK.

HASIL PENELITIAN

Hasil pendampingan menunjukkan bahwa pelaksanaan PIS-PK masih menemui

berbagai kendala, antara lain adalah belum adanya regulasi, dukungan Dinas Kesehatan

dan lintas sektor, sarana prasarana, aplikasi KS. Hal yang perlu mendapat perhatian adalah

Page 83: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Dukungan stakeholder (Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten, Pemerintah daerah dan

lintas sektor) dengan pengintegrasian SPM Kesehatan, GERMAS dan PIS-PK, manajemen

pelaksanaan PIS-PK di puskesmas. Berbagai upaya dilakukan bersama antara tim dan

subjek untuk mengatasi permasalahan yang terjadi seperti advokasi ke Dinas Kesehatan

Kabupaten dan Provinsi mengenai hasil temuan di lapangan.

KONTEKS KEBIJAKAN TERKAIT

INTEGRASI SPM KESEHATAN, GERMAS DAN PIS-PK

Permenkes No. 39 Tahun 2016 menyebutkan bahwa penyelenggaraan PIS-PK

dengan 12 indikator bertujuan untuk a) meningkatkan akses keluarga beserta anggotanya

terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan

preventif serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar; b) mendukung pencapaian standar

pelayanan minimal (SPM) kabupaten/kota melalui peningkatan akses dan skrining

kesehatan; c) mendukung pelaksanaan jaminan kesehatan nasional dengan meningkatkan

kesdaran masyarakat untuk menjadi peserta JKN dan d) mendukung tercapainya tujuan

Program Indonesia Sehat dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019.2

Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) dituangkan dalam Instruksi Presiden

No. 1 Tahun 2017 bertujuan untuk mempercepat dan mensinergikan tindakan dari upaya

promotif dan preventif hidup sehat guna meningkatkan produktivitas penduduk dan

menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan akibat penyakit. Germas dilakukan

melalui peningkatan aktivitas fisik, peningkatan perilaku hidup sehat, penyediaan pangan

dan percepatan perbaikan gizi, peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit,

peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan edukasi hidup sehat yang dilakukan secara

lintas sektor.1

Standar Minimal Kesehatan (SPM) dalam Permenkes No. 43 Tahun 2016

merupakan acuan bagi pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyediaan pelayanan

kesehatan yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.5

Page 84: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Tabel 1. Temuan Riset dan solusi yang ditawarkan6

Tema penelitian

Temuan Riset Alternatif Solusi yg diusulkan Kegiatan yg dilakukan dan hasilnya

Regulasi Pergub Program 1000 HPK dg Pendekatan Keluarga Perda ASI Ekslusif Pergub KTR Perbup Lamsel: STBM Pelaksaan PIS-PK, Germas berjalan masing-masing Belum ada regulasi khusus yang mengatur pelaksanaan PIS-PK di Kabupaten Lampung Selatan

Rakerkesda Prov. Lampung mengangkat tema integrasi PIS-PK, Germas dan SPM Kesehatan dengan mengundang Bappeda dan stakeholder terkait Perlu adanya komitmen Pimpinan daerah (Bupati) dalam bentuk dukungan regulasi, berupa Peraturan Bupati, atau Peraturan Daerah tentang Pendekatan Keluarga (PIS PK) yang didukung oleh stakeholder terkait

Pada bulan Maret 2017 MoU dan PKS Ka Badan Litbang dengan Bupati Lampung Selatan. Advokasi kepada pemerintah Daerah. TIM PIS-PK Kab Lamsel (pembagian binwil puskesmas) Bulan September 2017 telah dikeluarkan Peraturan Bupati No. 48 tahun 2017 tentang PIS PK, dan juga Germas, dan saat ini sedang proses penyusunan Peraturan Daerah.

Persiapan

Sosialisasi - Pengetahuan PIS-PK aparat desa, masyarakat <<

- Sosialiasi PIS-PK di tk Kab masih kurang (tidak ada rapat sosialisasi PIS-PK secara khusus)

- Sosialisasi di tk Puskesmas juga kurang

- Sosialisasi PIS-PK hanya dilakukan sebagai selingan dalam acara lain. Di Puskesmas sosialisasi hanya sekedar apel pagi

- Sosialisasi di Balai Desa - Di Tingkat Dinkes ada

pertemuan khusus tentang Pendekatan Keluarga

- Di Puskesmas ada pertemuan khusus untuk membahas Pendekatan Keluarga

Sosialisasi di Balai Desa Disampaikan Masukan kepada Kepala Dinkes Kabupaten dan Puskesmas. Di Dinkes dilakukan Rapat Khusus tentang PIS PK, juga dikeluarkan surat edaran Kepala Dinas Lampung Selatan kepad semua Kepala Puskesmas agar melakukan PIS PK, dan membentuk tim Pembina PIS PK tingkat Kabupaten. Di Puskesmas dilakukan pertemuan dengan seluruh staf Puskesmas yg dipimpin oleh Kepala Puskesmas, dilakukan on the job training (OJT) bagi staf yang tidak ikut pelatihan di bapelkes,

Page 85: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

dan juga dibuat tim survey dengan SK Kepala Puskesmas.

SDM SDM yang tersedia dengan jumlah kepala keluarga yg harus dibina tidak cukup. Berdasarkan pelaksanaan pendampingan di lapangan1 hari kerja rata-rata bisa mendata sekitar 10 KK (kalau anggota KK tersebut ada ditempat). Rata-rata tiap Puskesmas tersedia SDM yang cukup banyak (terutama tenaga perawat dan bidan)

- Melatih staf Puskesmas (yg tidak ikut pelatihan di bapelkes Lampung) oleh Kepala Puskesmas dan staf yg sudah terlatih

- Metode pelatihan dengan cara On the job training (OJT)

- On Job Training dilakukan oleh Kepala Puskesmas dan staf yang telah dilatih

- Ka Puskesmas karena mengikuti pelatihan (mereka memiliki pemahaman yg baik tentang PIS PK, dan juga merasa tanggung jawab untuk mengawal kegiatan ini, serta merasakan dihargai diikutkan sebagai peserta latihan)

Pembiayaan Menggunakan anggaran BOK dan kapitasi. Belum adanya juknis pemanfaatan BOK untuk pendataan. Kegiatan PIS PK pada bulan April dan Mei (perencanaan sudah dilakukan, dan belum dianggarakan kegiatan PIS PK)

Perlu mengoptimalkan dana yang ada, al BOK dan Kapitasi. Usul : dilakukan revisi anggaran BOK, dan penggunaan dana Kapitasi untuk kunjungan anggota JKN (ada peluang setiap anggota JKN dalam rangka Promotif Preventif perlu dikunjungi)

Pertemuan dengan Puskesmas dan Dinkes Lampung Selatan, untuk membahas pendanaan. Disepakati perubahan rencana yg bersumber BOK (hal ini dpat dilakukan karena Puskesmas sudah menjadi BLUD, jd perencanaan dilakukan oleh Puskesmas). Mengoptimalkan dana Kapitasi program Kinerja berbasis pelayanan (pedoman BPJS)

Pengumpulan Data

Kunjungan rumah

- Tidak semua anggota keluarga bisa ditemui saat ke Ruta

- Perlu kunjungan ulang untuk indicator yang memang harus kontak dengan ART

- Dirasakan menyita waktu

pelaksanaan program lain

- Perlu inovasi menambah jumlah tenaga puldata: kader PTM, melibatkan mahasiswa kesehatan melalui Praktik Belajar Lapangan (PBL)

- Diintegrasikan dengan program lain

- Masukan sudah disampaikan ke Dinas Kesehatan dan Puskesmas

- Rencana tahun 2018 akan melibatkan kader terlatih dan tenaga mahasiswa kesehatan melalui PBL (daerah binaan) terutama Poltekes

- Kunjungan PIS-PK diintegrasikan dengan kesling, gizi, promosi RI

Page 86: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Intervensi saat puldata

- Tenaga puldata tidak memanfaatkan Piskesga untuk masalah yg diketemukan saat puldata

- Belum dipahaminya Konsep PIS-PK, bahwa intervensi yang sifatnya edukasi bisa dilaksanakan parallel dg puldata

- Merubah juknis PIS-PK, bahwa intervensi edukasi dg Pinkesga bisa dikerjakan parallel saat puldata

- Tim Litbang sudah menyampaikan umpan balik ke Tim Puskesmas dan mereka melakukan perubahan saat Puldat juga dilakukan intervensi kalau ditemukan masalah

Analisis data* (bersama dengan Pusdatin)

Entry data Proses entry data terhambat (lemot) bila dilakukan pada jam kerja puskesmas, baru bisa masuk bila entry dilakukan pada malam hari > jam 22.00 wib Menurut Pusdatin hal ini karena “delayed” , akibat dari: Jumlah data keluarga yang telah masuk pada aplikasi semakin hari semakin banyak

- Pemisahan antara aplikasi dan data base

- Penambahan kapasitas perangkat pengolah data aplikasi KS

- Improvisasi logic aplikasi IKS untuk mempercepat proses penghitungan IKS Wilayah

Sudah disampaikan ke Pusdatin, dan tim Pusdatin sedang melakukan upaya perbaikan, al.Penambahan jumlah server, ada opsi offline

IKS wilayah Admin puskesmas dan surveyor tidak dapat melihat nilai IKS wilayah, sedangkan tim pusat bisa melihat nilai IKS wilayah hingga tingkat kecamatan

Penghitungan IKS memerlukan waktu karena aplikasi dan data base untuk mengumpulkan data dan menghitung IKS masih menjadi satu Tahapan penghitungan IKS Wilayah (logic aplikasi) membutuhkan waktu lama

- Untuk melihat IKS wilayah sementara diberikan username pada web: https//demoks.kemkes.go.id (IKS kecamatan)

- Penghitungan IKS desa/RW/RT sementara dilakukan manual (menggunakan templete Litbangkes)

Page 87: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Pengisian RW/RT, no urut rumah dan pengorganisasian desa/kelurahan

- Penulisan RW/RT masih bervariasi penulisannya (2 atau 3 digit), Misal 009 , 09 atau 9

- Pengorganisasian desa dan kelurahan berbeda (misal: satuan lingkungan)

- Pemahaman surveyor tentang pengorganisasian masih kurang

Materi pengorganisasian tidak menekankan penggunaan 3 digit dan hanya mengajarkan ttg RW/RT, kurang memberikan contoh bila kondisi RW/RT berbeda

- Melakukan refresh tentang Pengorganisasian untuk kode RW/RT agar IKS RW/RT bisa dihitung.

- Memberikan masukan tentang materi ajar pengorganisasian

- Tim Litbang melakukan refreshing kepada tim Puskesmas

Penyusunan RUK dan Lokakaryamini lintas sektor

Penyusunan RUK

RUK puskesmas dibuat berdasarkan prediksi

Hasil analisis kunjungan rumah bisa digunakan untuk penyusunan RUK; penyusunan kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada

Pendampingan penyusunan rencana kegiatan jangka pendek untuk mengatasi permasalahan wilayah (RW/dusun) berdasarkan hasil IKS

Lokakaryamini Lintas sektor

Pengetahuan lintas sektor tentang PIS-PK masih kurang

Data jumlah penduduk (Supas, data raskin) tidak sesuai dengan kondisi lapangan

Sosialisasi kembali tentang PIS-PK

Sinkronisasi jumlah keluarga dalam desa/kecamatan; pemaparan hasil IKS RW/dusun; kesepakatan bersama linsek untuk mengatasi permasalahan yang ada

Pendampingan lokakaryamini lintas sektor

Page 88: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Ketiga peraturan tersebut memperlihatkan keterkaitan yang sangat erat antara PIS-

PK dengan SPM kesehatan dan Germas. Delapan indikator PIS-PK beririsan/sama dengan

indikator dalam SPM kesehatan, antara lain ANC, Ibu bersalin, pelayanan kesehatan balita,

pelayanan kesehatan bayi baru lahir, pelayanan kesehatan balita, pelayanan kesehatan

hipertensi, pelayanan kesehatan TB dan gangguan jiwa. Bila PIS-PK dapat dijalankan

dengan baik, hasil IKS akan menjadi dasar dalam penyusunan kegiatan program-program

kesehatan untuk menunjang keberhasilan tercapainya 100% SPM kesehatan. Germas

dengan melibatkan lintas sektor akan mendukung tercapainya indikator kesehatan dan SPM

kesehatan dengan optimal (Tabel 2).7 PIS-PK dan Germas yang dapat dilaksanakan dengan

baik akan meningkatkanpula capaian SPM Bidang Kesehatan di kab/kota. Hal inilah yang

perlu disadari oleh para pemimpin daerah dan dinas kesehatan.

Tabel 2. Indikator/komponen PIS-PK, Germas dan SPM Kesehatan

No Indikator PIS-PK SPM kesehatan Germas Keterangan

1 Keluarga mengikuti KB

Aktivitas fisik Makan buah dan sayur

Makan ikan Pangan sehat Lingkungan

PHBS deteksi dini

2 Ibu bersalin di faskes

√ ANC, Ibu bersalin

3 Balita mendapat imunisasi dasar lengkap

√ Pelayanan kesehatan balita

4 Bayi diberi ASI Ekslusif selama 6 bulan

√ Pelayanan kesehatan bayi baru lahir

5 Pertumbuhan dan perkembangan balita dipantau tiap bulan

√ Pelayanan kesehatan balita

6 Penderita TB paru berobat sesuai standar

√ Pelayanan kesehatan TB

7 Penderita hipertensi berobat teratur √ Pelayanan kesehatan hipertensi

8 Gangguan Jiwa Berat tidak ditelantarkan

√ Pelayanan kesehatan gangguan jiwa

9 Tidak ada ART yang merokok √

10 Keluarga mempunyai akses terhadap air bersih

11 Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

12 Sekeluarga menjadi anggota JKN/Askes

Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar

Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar

Pelayanan kesehatan usia produktif Pelayanan kesehatan usia produktif

Pelayanan kesehatan usia lanjut Pelayanan kesehatan usia lanjut

Pelayanan DM

Pelayanan DM

Pelayanan HIV Pelayanan HIV

SIKLUS

HIDU

ME

NG

INT

EG

RA

SIK

AN

PIS

-PK

, G

ER

MA

S D

AN

SP

M

KE

SE

HA

TA

N

Kolaborasi

lintas sektor

Page 89: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

KESIMPULAN

1. Ada keterkaitan erat antara Germas, indikator PIS-PK dan SPM Bidang Kesehatan.

Pelaksanaan Germas dan PIS-PK yang baik akan mendukung tercapainya SPM

Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

2. Pelaksanaan PIS-PK memerlukan integrasi dengan Germas dan SPM bidang

kesehatan serta sinergi dari stakeholder terkait

REKOMENDASI

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota perlu mengintegrasikan kegiatan Germas, PIS-PK

untuk mencapai SPM Bidang Kesehatan dengan didukung dan bersinergi bersama

stakeholder terkait

KEPUSTAKAAN

1. ___________.Instruksi Presiden RI No.1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. 2017.

2. ___________.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. 2016.

3. Kementerian Kesehatan RI. (2017). Petunjuk Teknis Penguatan Manajemen Puskesmas Dengan Pendekatan Keluarga Edisi-2. 2017.

4. Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat Badan Litbangkes. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) Tahun 2016. ppt.

5. Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Badan Litbangkes. Laporan Hasil Riset Implementasi PIS-PK di Kab. Lampung Selatan. 2017.

6. ___________. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

7. Siswanto.(2017). Pengintegrasian Program dalam Implementasi PIS-PK, Germas dan SPM Bidang Kesehatan (ppt). Disampaikan pada Rakerkesda Provinsi Lampung 28 Juli 2017.

dr. Eva Sulistiowati, M.Biomed & tim Puslitbang Sumber Daya & Pelayanan Kesehatan

Page 90: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

CAKUPAN SKRINING PEMERIKSAAN PAYUDARA KLINIS DAN INSPEKSI VISUAL

ASAM ASETAT POSITIF DAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DAN

SERVIKS DI INDONESIA

PENDAHULUAN

Angka kematian tertinggi perempuan di Indonesia akibat penyakit kanker berasal dari

kanker payudara (21,4%), diikuti kanker serviks (10,3%) dan kemudian oleh kanker trakea,

bronkus dan paru sebesar 9,1%. Kanker payudara dapat dideteksi dengan pemeriksaan

payudara sendiri (Sadari) atau pemeriksaan payudara klinis (Sadanis) yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan terlatih. Kanker serviks dapat dideteksi dengan pemeriksaan pap smear

dan inspeksi visual asam asetat (IVA) serta dapat dicegah dengan vaksinasi HPV. Melalui

pemeriksaan Sadanis dapat ditemukan kelainan pada payudara (benjolan, retraksi puting,

kulit jeruk, dll) yang apabila diperiksa lebih lanjut dengan menggunakan mammografi akan

dapat diketahui indikasi keganasan tumor tersebut. Melalui pemeriksaan IVA dapat

ditemukan bercak putih (acetowhite)pada leher rahim sebagai tanda lesi prakanker serviks.

Pemerintah saat ini sedang giat melakukan program preventif untuk kanker payudara dan

serviks pada perempuan di Indonesia dengan jumlah Puskesmas yang tercatat sebagai

Puskesmas IVA-CBE berjumlah 2.073 puskesmas dengan tenaga bidan dan dokter terlatih

sebanyak 4.128 orang. Pelaksanaan upaya pemerintah ini belum maksimal oleh karena

masih rendahnya cakupan pemeriksaan skrining kedua penyakit tersebut.

Tujuan rekomendasi ini adalah untuk memberikan rekomendasi strategi skrining kanker

payudara dan kanker serviks berdasarkan gambaran karakteristik populasi berdasarkan

hasil skrining Riset Penyakit Tidak Menular (PTM)..

Dasar hukum program pengendalian kanker payudara dan serviks

Permenkes No 34 Tahun 2015 tentang penanggulangan kanker payudara dan

kanker leher rahim

Permenkes No 43 Tahun 2016. SPM Kesehatan: skrining kanker serviks pada wanita

30-59 tahun dengan pemeriksaan IVA.

Kepmenkes RI No 796/Menkes/SK/VII/2010 tentang pedoman teknis pengendalian

kanker payudara dan kanker leher rahim.

BRIEFING KEBIJAKAN

Page 91: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

METODOLOGI

Rekomendasi dilakukan berdasarkan hasil Riset PTM tahun 2016 yang diilakukan oleh

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan secara nasional.

Riset PTM adalah survei pada komunitas dengan populasi wanita usia 25-64 tahun.

HASIL DAN KESIMPULAN

SADANIS POSITIF

Gambar 1. Prevalensi perempuan 25-64 tahun di perkotaan Indonesia dengan hasil Sadanis

positif

Dari target 70.000 responden, terdapat 36.749 wanita yang berpartisipasi dan mau diperiksa

Sadanis. Dengan demikian respon rate pemeriksaan Sadanis sebesar 52,3%. Hasilnya ada

sekitar 8,1% perempuan usia 25-64 tahun di Indonesia dengan hasil Sadanis positif yang

berarti bahwa mereka mempunyai tumor payudara.

Karakteristik mereka antara lain lebih banyak belum kawin, usia melahirkan pertama kali

diatas 30 tahun, pernah keguguran, tidak pernah menyusui, menyusui lebih singkat, pernah

keguguran, pernah mengonsumsi obat pencegah keguguran, menggunakan kontrasepsi

hormonal jangka panjang, pernah operasi kista ovarium, pernah operasi tumor ganas

payudara dan mempunyai riwayat keluarga yang mengalami kanker ovarium dan payudara.

Page 92: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

IVA POSITIF

Gambar 2. Prevalensi perempuan 25-64 tahun di perkotaan Indonesia dengan hasil IVA

positif

Dari target 70.000 responden, terdapat 36.889 wanita yang berpartisipasi dan mau diperiksa

IVA. Dengan demikian respon rate pemeriksaan Sadanis sebesar 52,7%. Hasilnya ada

sekitar 7,0% perempuan usia 25-64 tahun di Indonesia dengan hasil IVA positif yang berarti

bahwa mereka mengalami lesi prakanker serviks.

Diantara yang mengalami lesi prakanker serviks tersebut, 1 per 10.000 responden pernah

dinyatakan kanker serviks. Gejala terbanyak yang dialami adalah perdarahan setelah

berhubungan seksual atau perdarahan pada masa menopouse. Karakteristik lain adalah

riwayat merokok setiap hari, ada riwayat keluarga yang menderita kanker serviks. Meskipun

obesitas jarang dihubungkan dengan kanker serviks, pada penelitian ini responden yang

mengalami IVA positif lebih banyak obesitas.

Gambar 3. Perilaku deteksi dini kanker payudara

Responden lebih banyak yang mengaku pernah melakukan pemeriksaan payudara sendiri

(Sadari) dibandingkan yang pernah melakukan Sadanis.

Page 93: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Gambar 3. Perilaku deteksi dini kanker serviks

Dalam hal deteksi dini kanker serviks, responden lebih banyak yang melakukan

pemeriksaan Pap smear dibandingkan melakukan pemeriksaan IVA, meskipun untuk kedua

jenis deteksi dini tersebut angkanya masih dibawah 10%.

IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Pada perempuan umur 25-64 tahun di perkotaaan Indonesia terdapat sekitar masing-masing

7-8% yang terindikasi menderita kanker payudara dan kanker serviks. Dengan demikian,

pemerintah perlu menyediakan fasilitas pemeriksaan lanjutan dan pengobatan bagi populasi

tersebut. Perempuan yang mempunyai hasil Sadanis positif selayaknya dilanjutkan

pemeriksaaan ultrasonografi (USG) payudara dan atau mamografi. Selanjutnya apabila

dicurigai sebagai keganasan, maka harus dilakukan biopsi dan pemeriksaan patologi

anatomi. Demikian halnya perempuan dengan hasil IVA positif harus melakukan krioterapi

serta pemantauan lanjutan. Alat krioterapi, bahan gas NO2 serta tenaga terampil krioterapi

harus tersedia untuk melakukan pengobatan lesi ini. Pada setiap Puskesmas atau fasilitas

kesehatan yang menyelenggarakan pemeriksaan skrining kanker payudara dan serviks

harus dipersiapkan pembiayaan termasuk sarana prasarana untuk sekitar 7-8% orang yang

diperiksa. Apabila pemeriksaan lanjutan tidak tersedia, maka akan terjadi perburukan

kondisi kesehatan yang akan menghabiskan biaya pengobatan yang besar oleh karena

dideteksi dalam stadium lanjut.

Perempuan yang melakukan Sadari jumlahnya sudah cukup banyak meskipun masih

dibawah 50%, hal ini berdampak pada jumlah yang melakukan Sadanis yang sangat rendah

yaitu sekitar 4,5%, Hal ini mungkin diakibatkan hanya perempuan yang merasa ada kelainan

pada payudaranya saat melakukan Sadari yang kemudian melakukan pemeriksaan

Sadanis. Dengan demikian maka jumlah peempuan yang melakukan Sadari harus

ditingkatkan menjadi 100% agar yang melakukan Sadanis menjadi lebih banyak. Program

Sadanis adalah program yang cukup baru yaitu sekitar 3-4 tahun terakhir sehingga belum

banyak yang melakukan Sadanis. Program Sadanis harus terus dipromosikan bahkan

Page 94: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

diwajibkan bagi seluruh wanita dewasa untuk dilakukan secara berkala. Adapun Sadari,

tingkat keakuratannya sangat ditentukan oleh teknik pemeriksaan. Meskipun Sadari rutin

dilakukan, namun tetap harus dilakukan Sadanis.

Jumlah perempuan yang pernah melakukan IVA hanya setengah dari jumlah perempuan

yang pernah melakukan tes Pap smear. Hal ini karena tes Pap smear telah lebih dahulu

dikenal, sedangkan pemeriksaan IVA baru dipopulerkan sekitar 3-4 tahun terakhir. Pap

smear bukanlah sebuah program rutin oleh karena sarana prasarana pemeriksaan Pap

smear lebih spesifik dibandingkan IVA. Tanpa program rutin, jumlah perempuan yang

melakukan tes Pap smear jauh lebih banyak dibandingkan yang melakukan IVA. Sebagai

program rutin yang telah ditetapkan pemerintah, sudah selayaknya cakupan pemeriksaan

IVA ditingkatkan pada semua perempuan. IVA merupakan metode yang sangat tepat untuk

negara berkembang bahkan menengah karena mempunyai keunggulan selesai dalam waktu

1 hari. Pada negara setingkat diatas negara berkembang biasanya IVA ditambah dengan

pemeriksaan DNA HPV.

Program skrining melalaui pemeriksaan Sadanis dan IVA masih sangat rendah cakupannya.

Respon rate Riset PTM menunjukkan bahwa sekitar 53% populasi berhasil diperiksa

Sadanis dan IVA. Metode penelitian yang menjangkau populasi dengan cara mendatangi

rumah ke rumah, serta memberikan undangan khusus untuk datang ke Puskesmas untuk

diperiksa merupakan metode yang baik untuk meningkatkan cakupan skrining disamping

program sosialisasi. Dengan telah tersedianya landasan hukum program Sadanis dan IVA

merupakan dasar yang kuat untuk melaksanakan skrining yang masif pada perempuan.

Rekomendasi utama berdasarkan penelitian ini adalah :

1. Diperlukan persiapan serta alokasi anggaran untuk diagnosis lanjut serta

pengobatan bagi7-8% perempuan yang menjalani skrining pemeriksaan Sadanis dan

IVA sebagai tindak lanjuthasil emeriksaan berdasarkan skrining.

2. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan skrining Sdanis dan IVA

antara lain metode-metode menyerupai penelitian di komunitas yang mendatangi

rumah serta mengundang secara khusus peempuan kelompok sasaran dengan

dasar kebijakan yang telah tersedia.

Page 95: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

KEPUSTAKAAN

1. Mi Kim Y , Lambe FM , Soetikno , Wysong M ,Tergas AI ,Rajbhandari P, et al.

Evaluation of a 5-year cervical cancer prevention project in Indonesia: Opportunities,

issues, and challenges. J. Obstet. Gynaecol. Res.2013;39(6):1190-1199.

2. Maine D, Hulrburt S, Greeson D. Cervical Cancer Prevention in the 21st Century:

Cost Is Not the Only Issue.Am J .Public Health.2011;101(9):1549-1955.

3. Nelson E, Hughes J, Oakes J, Thyagarajan B, Pankow J, Kulasingam S. Human

Papillomavirus Infection in Women Who Submit Self-collected Vaginal Swabs After

Internet Recruitment. Journal Of Community Health [serial on the Internet]. (2015,

June), [cited December 28, 2017]; 40(3): 379-386. Available from: Education

Research Complete.

4. Boxwala FI, Bridgemohan A, Griffith DM, Soliman AS. Factors Associated with

Breast Cancer Screening in Asian Indian Women in Metro-Detroit. J. Immigr. Minor.

Health.2010 08;12(4):534-43.

5. Akinyemiju TF. Socio-Economic and Health Access Determinants of Breast and

Cervical Cancer Screening in Low-Income Countries: Analysis of the World Health

Survey. PLoS One 2012 11;7(11).

6. The benefits and harms of breast cancer screening: an independent review. The

Lancet 2012 Nov 17;380(9855):1778-86.

7. Nik Daliana NF, Norlaili AA, Al-Sadat N, Jamaludin M, Dahlui M. Clinical Breast

Examination As the Recommended Breast Cancer Screening Modality in a Rural

Community in Malaysia; What Are the Factors That Could Enhance Its Uptake?

PLoS One 2014 09;9(9).

8. Hislop TG. Is breast self-examination still necessary? CMAJ. 1997 Nov

01;157(9):1225-6.

9. Miller AB, Baines C, Harvey B, al e. Breast self-examination / The author resonds.

CMAJ. 2002 Jan 22;166(2):163-168.

10. Direktorat Penyakit Tidak Menular PPPL. Pedoman teknis pengendalian kanker

payudara & kanker leher rahim 2010. p. 1-69.

11. Nuranna L, Aziz M, Cornain S, et al. Cervical cancer prevention program in

Jakarta,Indonesia : See and treat model in developing country. J Gynecol Oncol

2012;23(3):147-52. Epub July 2, 2012.

Page 96: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Briefing Kebijakan

INTEGRASI PROGRAM PUSKESMAS DALAM

PELAKSANAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN

PENDEKATAN KELUARGA (PIS-PK)

Made Dewi S, Eva Sulistiowati

Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Ringkasan

Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan UKP dan UKM secara berkesinambungan

terintegrasi mengikuti siklus hidup dengan target fokus keluarga, berdasarkan data dan

informasi dari Profil Kesehatan Keluarga. Hasil riset menunjukkan puskesmas telah

berupaya melakukan integrasi program saat kunjungan rumah sehingga meberikan daya

ungkit terhadap cakupan program. Namun perlu adanya komunikasi antar pemegang

programyang terdokumentasi secara manual atau terintegrasi dengan aplikasi KS / sistem

informasi puskesmas sehingga pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan secara

komprehensif.

Pengantar

Rencana Penyusunan Kegiatan Puskesmas bertujuan untuk menanggulangi segala

permasalahan kesehatan prioritas dengan memanfaatkan seluruh potensi sumber daya

yang ada baik di dalam dan di luar lingkungan kerja Puskesmas. Kegiatan kunjungan rumah

dalam Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) selain untuk

mendata kondisi kesehatan juga melakukan upaya pelayanan perseorangan (UKP) dan

upaya kesehatan masyarakat (UKM) secara terintegrasi mengikuti siklus hidup.1 Dalam

upaya mencakup seluas mungkin sasaran masyarakat yang harus dilayani, serta mengingat

ketersediaan sumber daya yang terbatas, maka pelayanan kesehatan harus dapat

dilaksanakan secara terintegrasi baik lintas program maupun lintas sektor. Kepala

Puskesmas harus mampu membangun kerjasama dan mengkoordinasikan program di

internal Puskesmas dan di eksternal dengan mitra lintas sektor. Koordinasi dengan lintas

sektor sangat diperlukan, karena faktor penyebab dan latar belakang masalah kesehatan

tertentu kemungkinan hanya dapat diselesaikan oleh mitra lintas sektor. Keterpaduan lintas

program adalah keterpaduan internal Puskesmas yang bertujuan agar seluruh petugas

mempunyai rasa memiliki dan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan seluruh kegiatan

Page 97: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

yang diselenggarakan oleh Puskesmas secara terintegrasi. Seluruh komponen Puskesmas

harus memiliki kesadaran bahwa Puskesmas merupakan satu sistem dan mereka adalah

subsistemnya.2

Hasil penelitian

Selama pendampingan Riset Implementatif di Kabupaten Lampung Selatan khususnya

di 4 lokus penelitian yaitu Puskesmas Tanjung Bintang, Puskesmas Tanjung Sari,

Puskesmas Way Urang dan Puskesmas Karang Anyar terlihat adanya beberapa kendala

terkait sumberdaya yang tersedia. Kendala tersebut antara lain kurangnya dukungan lintas

sektor, terbatasnya jumlah surveyor yang telah dilatih oleh Bapelkes Lampung (5 orang tiap

puskesmas), jumlah tensimeter, dan dana.

Puskesmas telah berupaya mengatasi kendala tersebut dengan mengintegrasikan

beberapa program sesuai sumberdaya yang dimiliki. Dukungan lintas sektor didapat dengan

melakukan sosialisasi kepada camat, kepala desa dan jajarannya yang dilakukan oleh tim

PIS-PK puskesmas dibawah komando kepala puskesmas. Hal ini terlihat dengan adanya

dukungan aparat desa saat dilakukan listing rumah tangga dan sosialisasi kepada

masyarakat tentang tujuan kunjungan rumah. Sedangkan keterbatasan surveyor diatasi

dengan melakukan On The job Training (OJT) terhadap seluruh tenaga kesehatan dari

berbagai program di puskesmas. Para surveyor merupakan tim bina keluarga untuk wilayah

RT/RW tertentu sehingga pemantauan kesehatan masyarakat lebih terstruktur. Pendanaan

tidak hanya bersumber dari BOK namun juga memanfaatkan dana kapitasi untuk memenuhi

jumlah tensimeter dan perlengkapan saat kunjungan rumah.

Sinergi yang dilakukan di tingkat manajemen juga tercermin dalam kegiatan kunjungan

rumah. Salah satu contoh yang dilakukan di Puskesmas Tanjung Bintang, saat kunjungan

rumah dalam rangka KS surveyor selain inspeksi jamban dan air bersih sesuai indikator KS

juga mengisi ceklist inspeksi sarana sumur gali yang merupakan program kesling (Gambar

1). Disamping itu surveyor melakukan juga sosialisasi pelayanan yang dimiliki puskesmas

termasuk pelayanan rawat inap.

Selain itu, jika ada masalah terkait gizi, PTM, TB dan temuan lain diluar 12 indikator KS

ditulis di bagian catatan kuesioner KS yang selanjutnya akan ditindak lanjuti oleh pemegang

program. Contohnya pada saat kunjungan rumah didapatkan balita dengan berat badan

kurang dan memiliki riwayat jarang ke posyandu, selain diberikan penyuluhan temuan

tersebut dicatat pada kolom catatan prokesga dan dikoordinasikan dengan bidan desa serta

petugas gizi untuk penanganan lebih lanjut. Pencatatan dan pelaporan secara manual berisi

informasi tentang identitas sasaran/ keluarga, permasalahan, upaya yang sudah dilakukan,

rujuk ke pemegang program terkait, upaya pemecahan oleh pemegang program terkait dan

tindak lanjut yang dilakukan pemegang program.

Page 98: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Gambar 1. Surveyor selain melakukan observasi jamban sebagai salah satu indikator

KS juga mengisi checklist inspeksi sarana sumur gali

Daya ungkit dari kegiatan PIS-PK terhadap UKP di Puskesmas Tanjung Bintang, antara

lain:

1. Meningkatnya jumlah kunjungan pasien rawat inap baik yang menggunakan BPJS

maupun tunai sampai 2 kali lipat dari kunjungan sebelum ada kegiatan KS. Promosi

dilakukan saat sosialisasi KS di tingkat kecamatan / desa dan juga saat kunjungan

rumah.

2. Meningkatnya rasio angka kontak peserta BPJS dimana saat triwulan II tahun 2017

sebesar 81,6 (berada di zona tidak aman) meningkat di Triwulan III sebesar 167,9.

Berdasarkan angka tersebut Puskesmas Tanjung Bintang termasuk 4 dari 26

puskesmas di Lampung Selatan yang berada dalam zona aman KBKP BPJS.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa melalui kunjungan rumah yang dilakukan akan

meningkatkan cakupan program puskesmas dan angka kontak sebagai salah satu indikator

komitmen pelayanan JKN. Data yang terkumpul merupakan data riil kondisi kesehatan

masyarakat di wilayah kerja puskesmas. Keluarga yang mempunyai anggota rumah tangga

dengan gangguan jiwa berat yang selama ini “disembunyikan” dapat mendapatkan

penanganan yang sesuai, penderita “unknown hypertensive” juga dapat dilakukan

pengobatan sesuai dengan standar.

Hasil Indeks keluarga Sehat (IKS) ini dirasakan sangat bermanfaat untuk penyusunan

Rencana Usulan kegiatan (RUK) dan melakukan advokasi dengan desa/lintas sektor terkait

serta pemberdayaan masyarakat. Salah satu contoh yang dilakukan oleh Puskesmas

Karanganyar adalah kerjasama dengan Dinas Pendidikan terkait Posbindu dan Kawasan

Page 99: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Tanpa Rokok di sekolah serta penggalakan Gerakan Masyarakat Hidup sehat (Germas) di

kantor kecamatan/kelurahan untuk mencegah penyakit tidak menular.

Konteks kebijakan terkait

Sesuai Permenkes 39 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program

Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga, Permenkes nomor 44 tahun 2016 tentang

Manajemen Puskesmas dan Juknis Penguatan Manajemen Puskesmas dengan Pendekatan

Keluarga,1,2,3 Puskesmas dalam melaksanakan UKP dan UKM secara berkesinambungan

sudah seharusnya mengintegrasikan seluruh manajemen yang ada (sumber daya, program,

pemberdayaan masyarakat, sistem informasi Puskesmas, dan mutu) dengan target fokus

keluarga, berdasarkan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga. Sehingga dapat

menyelesaikan masalah prioritas kesehatan di wilayah kerjanya dan meminimalisir

kehilangan peluang dari sasaran program untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang

seharusnya dapat dilaksanakan secara terintegrasi dalam satu pelaksanaan (missed

opportunity).

Cakupan capaian 12 indikator KS saling terkait dengan cakupan program lainnya

seperti cakupan persalinan di fasilitas kesehatan berkaitan dengan cakupan Inisiasi

Menyusui Dini (IMD), Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) dengan cakupan

imunisasi HB0. Cakupan akses air bersih dan penggunaan jamban sehat terkait dengan

angka kejadian diare, penanganan kasus TB terkait dengan DM dan HIV, dan masih banyak

integrasi program yang dapat dilakukan.

Rekomendasi kebijakan

Pelaksanaan PIS-PK di puskesmas memerlukan pengintegrasian seluruh manajemen

yang ada (sumber daya, program, pemberdayaan masyarakat, sistem informasi

puskesmas). PIS-PK membawa dampak positif bagi peningkatan capaian program dan

KBKP puskesmas. Pengintegrasian program pada khususnya akan berjalan

berkesinambungan jika terdapat komunikasi antar pemegang program yang terdokumentasi

secara manual atau terintegrasi dengan aplikasi KS / sistem informasi puskesmas sehingga

pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan secara komprehensif.

Kepustakaan

1. Kemenkes RI. 2016. Petunjuk Teknis Penguatan Manajemen Puskesmas dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta:PADK Kemenkes.

2. Kemenkes. 2016. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 44 tahun 2016 tentang Manajemen Puskesmas. Jakarta :Kemenkes.

3. Kemenkes. 2016. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta :Kemenkes.

Page 100: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

PERLUKAH TEAM BASED NUSANTARA SEHAT DILANJUTKAN …..? (Pembelajaran riset evaluatif Nusantara Sehat)

Oleh : Harimat Hendarwan

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan suatu negara besar yang meliputi sekitar 17.496 pulau,

dengan luas wilayah sekitar 7,81 juta km2, dan penduduk lebih dari 253,6 juta orang, 1.128

Suku bangsa/etnik; 746, bahasa, 34 Provinsi, 410 kabupaten, 98 kotamadya, 6694

kecamatan, 8216 kelurahan serta 69249 desa. Berdasarkan karakteristik tersebut, jelas

merupakan suatu tantangan yang tersendiri untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan

yang optimal bagi seluruh penduduk.

Permasalahan tenaga kesehatan :

Jumlah tenaga kesehatan yang kurang

Distribusi tidak merata

Mutu yang belum memadai

Pada prinsipnya, upaya pemenuhan kebutuhan SDM Kesehatan dapat dilakukan

melalui 2 cara, yakni : Tetap (permanen), dan Sementara (temporary). Cara pemenuhan

tetap antara lain pengadaan pegawai melalui jalur Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai

Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Pemenuhan pegawai sementara dilakukan

melalui Pegawai Tidak tetap (PTT Pusat dan Daerah), Nusantara Sehat Berbasis Tim (team

based), penugasan khusus individu (Tugsus Individu), Waji Kerja Dokter Spesialis (WKDS),

Kontrak (Honor) Badan Layanan Umum (BLU), kontrak/honor/swasta.

Berdasarkan data Badan PPSDM Kesehatan, dengan mengacu pada Standar

ketenagaan di Puskesmas berdasarkan PMK 75/2014 tentang Puskesmas, maka per

tanggal 30 Juni 2016 terdapat 1.898 puskesmas kekurangan dokter umum, 4.831

puskesmas kekurangan dokter gigi, 919 puskesmas kekurangan perawat, 1.374 puskesmas

kekurangan bidan, 787 puskesmas kekurangan tenaga kefarmasian, 4.016 kekurangan

tenaga kesehatan masyarakat, 542 puskesmas kekurangan tenaga kesehatan lingkungan,

4.064 puskesmas kekurangan tenaga gizi, dan 6.169 puskesmas kekurangan tenaga ahli

teknologi laboratorium medik. (KapusrenGun, BPPSDM Kesehatan, 2017).

Secara garis besar, pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan oleh Pemerintah

Pusat (Kementerian Kesehatan) untuk fasilitas pelayanan kesehatan terbagi atas

pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan di puskesmas (melalui mekanisme Penugasan

Khusus Berbasis Tim (Nusantara Sehat Team Based), dan Penugasan Khusus Individu

(Nusantara Sehat Individu)), dan di rumah sakit (Penugasan Khusus Residen dan Wajib

Kerja Dokter Spesialis).Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan dalam Mendukung Program

Page 101: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Nusantara Sehat merupakan pendayagunaan secara khusus Tenaga Kesehatan dalam

kurun waktu tertentu yang dilakukan melalui :Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan

Berbasis Tim dengan jumlah dan jenis tertentu (Nusantara Sehat), danPenugasan Khusus

Tenaga Kesehatan Individual (Permenkes nomor 16 tahun 2017 tentang Penugasan Khusus

Tenaga Kesehatan Dalam Mendukung Program Nusantara Sehat).

Hal ini dilakukan dengan sasaran terpenuhinya jumlah dan jenis tenaga kesehatan

sesuai dengan standar di puskesmas DTPK, serta terwujudnya penguatan dan pemenuhan

kebutuhan pelayanan di puskesmas.

Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan dalam Mendukung Program Nusantara

Sehat merupakan Pendayagunaan secara khusus Tenaga Kesehatan dalam kurun waktu

tertentu yang dilakukan melalui Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Berbasis Tim

dengan jumlah dan jenis tertentu (Nusantara Sehat), danPenugasan Khusus Tenaga

Kesehatan Individual

Program ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatanuntuk menjangkau

remote area, menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan, menangani masalah

kesehatansesuai kebutuhan daerah, meningkatkan retensi tenaga kesehatan yang

bertugas, memenuhi kebutuhan tenagakesehatan, menggerakkan pemberdayaan

masyarakat, mewujudkan pelayanan kesehatanterintegrasi, meningkatkan dan melakukan

pemerataan pelayanan kesehatan. Melalui program ini diharapkan dapat terpenuhi jumlah

dan jenistenaga kesehatan sesuai dengan standar di puskesmas DTPK, serta terwujud

penguatandan pemenuhan kebutuhan pelayanan di puskesmas.

Sampai dengan akhir tahun 2017, dikirimkan 8 gelombang Tim Nusantara Sehat,

dengan jumlah peserta sekitar 2486 orang di 439 puskesmas yang berada di 269

kabupaten/kota dan 29 provinsi di Indonesia.

Untuk menilai dampak penempatan Tim Nusantara Sehat,Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan melakukan evaluasi pasca penempatan timsehingga dapat

diketahui apakah keberadaan tim Nusantara Sehat memberikan kontribusi terhadap kinerja

puskesmas, mendekatkan jangkauan pelayanan, perbaikan pelayanan, serta memberikan

manfaat pada masyarakat.

Evaluasi ini dilakukan melalui suatu evaluation research, yang dalam

pelaksanaannya dibagi dalam 3 (tiga) tahap, yaitu tahap pre, mid dan post yang

menunjukkan input, proses, dan output. Tahap pre sudah dilakukan pada tahun 2015

berupa pengumpulan data Fasilitas puskesmas yang terdiri dari demografi, Sumber Daya

Manusia Kesehatan (SDMK), Manajemen puskesmas, cakupan program, sarana prasarana,

program intervensi, potensi wilayah dan status kesehatan masyarakat sebagai gambaran

input. Tahap mid sudah dilakukan tahun 2016 melalui pengumpulan data yang dapat

Page 102: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

menggambarkan proses terdiri dari Plan of Action (POA), pelaksanaan kegiatan, penilaian

stakeholder terhadap Tim Nusantara Sehat, serta data Kinerja Tim Nusantara Sehat.

Pada tahap post yang dilakukan tahun 2017, kembali dikumpulkan data mengenai

demografi, fasilitas puskesmas yang terdiri dari Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK),

Manajemen puskesmas, cakupan program, sarana prasarana, program intervensi, potensi

wilayah dan status kesehatan masyarakat, dilengkapi dengan penilaian stakeholder

terhadap Tim Nusantara Sehat, serta data Kinerja Tim Nusantara Sehat sebagai output

untuk menilai dampak penempatan Tim Nusantara Sehat melalui perbandingan kondisi awal

dengan kondisi akhir pasca 2 tahun penempatan tim.

Untuk menilai status kesehatan masyarakat dilakukan melalui survei cepat. Dalam

survei cepat ini akan dilakukan pembandingan status kesehatan masyarakat sebelum dan

sesudah penempatan tim Nusantara Sehat. Pembandingan dilakukan pula terhadap status

kesehatan di Puskesmas intervensi dan Puskesmas kontrol, sehingga dapat dinilai

pengaruh penempatan tim Nusantara Sehat terhadap status kesehatan masyarakat.

Gambar 1. Skema pelaksanaan Riset Evaluatif Nusantara Sehat

O U

T

P U

T

P R

O S

E S

I N

P U

T

PUSKESMAS INTERVENSI

PENEMPATAN TIM NUSANTARA SEHAT Kondisi

awal

Puskesmas

Kondisi Pkm

pasca 2 thn

penempatan

Demografi

Fasilitas

Puskesmas SDM Kesehatan Manajemen

Puskesmas Sarpras Capaian program Program

interenvensi

Potensi wilayah

Demografi Fasilitas

Puskesmas SDM Kesehatan Manajemen

Puskesmas Sarpras Capaian program Program

interenvensi Kinerja

Puskesmas Peran stakeholder

Potensi wilayah

POA Kinerja Tim Kinerja

puskesmas Pelaksanaan

kegiatan Penilaian

stakeholder

Survey Status

Kesmas

Survey status

Kesmas

Indikator proses

hasil keg Tim NS

Fasilitas

Puskesmas Potensi wilayah

Pre 2015 Mid 2016 Post 2017

Kondisi

awal

Puskesmas

Kondisi Pkm

stlh 2 thn

Pre 2015 Mid 2016 Post 2017

PUSKESMAS KONTROL

Page 103: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Penelitian dilakukan di wilayah Program Nusantara Sehat Batch 1 dan 2 tahun 2015,

meliputi 15 Provinsi, 27 Kabupaten, 30 Puskesmas yang mendapat Tim Nusantara Sehat

sebagai puskesmas intervensi dan 30 Puskesmas yang tidak mendapat Tim Nusantara

Sehat sebagai puskesmas kontrol. Pemilihan Puskesmas sudah dilakukan pada saat pre

tahun 2015 yang dipilih secara random dari 120 Puskesmas yang mendapat Tim Nusantara

Sehat.

Populasi dan sampel digunakan saat dilakukannya survei cepat untuk menilai status

kesehatan masyarakat. Metode yang digunakan menerapkan rancangan sampel kluster dua

tahap, dengan pemilihan klaster pada tahap pertama adalah pemilihan 30 Puskesmas

Intervensi secara purposive. Pemilihan kluster pada tahap kedua, yaitu pemilihan Rukun

Tetangga (RT) dan Rumah Tangga (RUTA) dilakukan secara acak sederhana (simple

random sampling).Populasi adalah semua rumah tangga yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Intervensi dan Puskesmas Kontrol.Sampel adalah rumah tangga terpilih yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Intervensi dan Puskesmas Kontrol. Unit terkecil

penelitian ini adalah individu. Pada penelitian ini di dalam satu puskesmas dikumpulkan data

210 Rumah Tangga.

HASIL PENELITIAN

Sebagian besardinas kesehatan kabupaten menyatakan bahwaTim NS memberikan

manfaat bagi Puskesmas dimana mereka ditempatkan.Sebagian dinas kesehatan juga

menyampaikankekecewaannya karena TimNusantara Sehat yang sudahditempatkan selama

2 tahun tidak dapat dilanjutkan lagi ditempat yang sama.

Beberapa catatan mengenai masalah yang terjadi dengan ditempatkannnya Tim

Nusanta Sehat di puskesmas, antara lain kecemburuan petugas atas besaran Gaji dan

beberapa keistimewaan yang diterima oleh Tim Nusantara Sehat, proses rekruitmen yang

hanya memberikan sedikit peluang bagi tenaga lokal untuk dapat menjadi tenaga Nusantara

Sehat, adanya peserta NS yang sering meninggalkan lokasi, konflik dengan pimpinan dan

petugas puskesmas, dan jenis tenaga yang ditempatkan belum sepenuhnya sesuai dengan

kebutuhan.

Harapan terbesar dari Dinas Kesehatan kabupaten adalah agar keberlanjutan Tim NS

dapat tetap disediakandan diharapkan tenaga kesehatan yang di tempatkan sesuai dengan

kebutuhan Puskesmas tersebut.Pengadaan tenaga semacam NS ini sangat menguntungkan

bagi daerah dan kecil kemungkinan daerah mengadakan rekrutmen dan mencetak tenaga

seperti NS.

Page 104: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

Menurut peserta Nusantara Sehat, secara umum proses rekrutmen dinilai sudah

cukup baik dalam hal keterbukaan, informasi mudah didapat, tahapan yang sesuai, netral,

adil, sesuai kompetensi, transparan, tidak bertele-tele dan tidak memungkinkan peluang

KKN. Keluhan umum yang disampaikan antara lain proses pengumuman dan registrasi

online menggunakan internet cukup menyulitkan bagi calon peserta yang berada di desa

atau di pedalaman yang sulit mendapat akses internet, selain itu kadang-kadang juga sulit

log in, Persyaratan STR tidak jelas antara wajib atau tidak, serta permasalahan terkait

NPWP, keterbatasan lokasi tes menyulitkan calon yang jauh, pemberitahuan rekrutmen

yang dinilai terlalu mendadak, serta kepastian waktu pengumuman kelulusan.

Dalam hal pembekalan, beberapa masukan yang disampaikan peserta terkait proses

pembekalan perlunya keseimbangan porsi materi dengan praktek, padatnya jadwal

sehingga peserta kurang bisa konsentrasi akibat kelelahan dan banyak tugas, Waktu ibadah

dan waktu istirahat yang kurang, kelas dirasakan terlalu besar dan ruang yang panas

sehingga tidak kondusif untuk pembelajaran, pengkhusuan waktu untuk bela negara,

perlunya materi tentang teknologi tepat guna (seperti cara pengolahan air, sampah dan

pembuatan arang briket), potensi makanan lokal untuk gizi, penjaringan kesehatan jiwa,

strategi mengatasi keterbatasan alat di lapangan, serta penambahan materi advokasi.

Penempatan peserta harus mempertimbangkan kesesuaian dengan kebutuhan

Puskesmas baik dalam hal jenis tenaga, jumlah dan sarana prasarana. Pasca Penempatan

diharapkan ada kejelasan peluang kerja pasca NS atau pemberian beasiswa untuk alumni

NS masih menjadi pertanyaan.Sebagian tim NS merasa dilepas begitu saja karena tidak

ada yang melakukan supervisi, semua laporan tidak ada feedback, tidak ada komunikasi

dengan pendamping, ada yang menyatakan hanya komunikasi dengan pendamping

Balitbangkes yang berjalan. Sebagian lain menyatakan bahwa komunikasi dengan

Kemenkes berjalan baik

Pendamping diharapkan menjadi jembatan antara Kemenkes dengan dinas

kesehatan serta mengarahkan tim NS. Sebagian besar dinas kesehatan tidak melakukan

supervisi NS secara khusus, supervisi dilakukan terintegrasi dengan program lain.

Menurut peserta Nusantara Sehat, secara umum Dinas Kesehatan sudah

menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Tim NS. Sarana dan prasarana

yang disediakan bervariasi seperti menyediakan tempat tinggal, alat transportasi berupa

motor dan ambulan, uang makan, tunjangan daerah. Ada dinas kesehatan yang

menyediakan rumah dinas lengkap dengan perabotan dan alat transportasi serta menawari

tim NS menjadi PNS di DTPK.

Tim NS sebagian besar belum pernah dilibatkan untuk mengikuti pelatihan, pelatihan

hanya diperuntukkan untuk tenaga kesehatan/PNS Puskesmas. Pelatihan diutamakan untuk

Page 105: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

pegawai yang sudah berstatus PNS, terutama untuk pelatihan-pelatihan yang bersertifikat.

Selain itu, pertemuan rutin di Dinas Kesehatan Kabupaten, masih sedikit yang melibatkan

Tim NS.Beberapa kendala dalam melaksanakan tugas sebagai tim Nusantara Sehat antara

lain sarana prasarana puskesmas dan tempat tinggal : puskesmas belum tertata, ruangan

kurang memadai, tempat tinggal belum ada atau sudah ada tapi tidak layak, keamanan

lokasi kurang, obat dan laboratorium minim, Sarana Komunikasi dan listrik (sinyal telepon,

listrik dan internet tidak ada), air bersih kurang, minimnya sarana merujuk, tidak ada sarana

pendukung (bank, kantor pos), keterbatasan bahan makanan, kepemimpinan kepala

puskesmas dan ketiadaan pemegang program, kendala bahasa, kerjasama lintas sektor,

administrasi puskesmas kurang tertata,

Sejak kehadiran tim Nusantara Sehat, di beberapa puskesmas terjadi peningkatan

cakupan program.Banyak program yang kembali aktif semenjak Tim NS hadir, misalnya

prolanis dan STBM, peningkatan jumlah Posyandu yang menggunakan 5 meja, perbaikan

respon time Puskesmas, administrasi menjadi lebih rapi, dan kembali katifnya pelayanan

laboratorium.

PERHITUNGAN INDEKS KINERJA NUSANTARA SEHAT

Hasil pengolahan data survei cepat untuk indikator yang telah ditetapkan yang

mengacu pada indikator Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)

pada puskesmas intervensi dan kontrol menunjukkan terjadinya peningkatan capaian

kegiatan pada tahun 2017, dibandingkan dengan tahun 2015. Peningkatan tersebut terjadi

baik pada puskesmas intervensi maupun puskesmas kontrol. Kendato demikian, perubahan

indeks pada puskesmas intervensi lebih besar daripada perubahan indeks pada puskesmas

kontrol. Hasil ini dikonfirmasi dari perhitungan dengan menggunakan software SPSS. Pada

puskesmas kontrol, terjadi perubahan rata-rata indeks dari 0,51 menjadi 0,6, sedangkan

pada puskesmas intervensi dari 0,49 menjadi 0,61. Hasil uji dependentt-test menunjukkan

perubahan yang terjadi baik pada puskesmas intervensi maupun kontrol bermakna secara

statistik dengan p = 0,000.

Uji independent t-testuntuk melihat kemaknaan perbedaan (delta perubahan) antara

puskesmas intervensi dan kontrol menunjukkan terdapat perbedaaan yang bermakna

secara statistik perubahan yang terjadi pada puskesmas intervensi dibandingkan dengan

puskesmas kontrol (p=0,046).

Page 106: LAPORAN TAHUNAN 2017 · sumber daya manusia di Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan tahun ... Laporan Tahunan 2017 Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan 6

SARAN • Diseminasi Program Nusantara Sehat pada institusi pendidikan kedokteran dan

kedokteran gigi; prioritas PPDS dan PPDGS dengan penekanan bersedia kembali ke

daerah pengusulan.

• Pemerintah daerah membuka rekruitmen tenaga kesehatan

• Perhatian terhadap tenaga sukarelawan dan tenaga kontrak daerah

• Lokasi seleksi yang memberikan kesempatan lebih besar untuk tenaga kesehatan di

daerah agar dapat mengikuti proses tersebut.

• Materi bela negara diberikan pada waktu khusus yang dipisahkan dari materi terkait

substansi dan penugasan (pada waktu yang berbeda).

• Update data ketenagaan: tenaga yang dikirimkan sesuai dengan yang dibutuhkan

puskesmas.

• Usulan daerah untuk kebutuhan tenaga NS disertai dengan usulan jenis tenaga yang

dibutuhkan.

• Kejelasan dan sinkronisasi penggunaan dana BOK

• Keterlibatan daerah dalam melakukan monitoring dan evaluasi program Nusantara Sehat

• Kejelasan prioritas pengangkatan mantan peserta NS sebagai ASN dan atau bantuan

tugas belajar.