LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN...

71
LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Dengan Sifat Rapat Hari, tanggal Pukul Tempat Ketua Sekretaris Acara Hadir Anggota Pemerintah : 2000-2001 : IV : 14 : Rapat Kerja ke-6 : Menteri Pertahanan, Panglima TNI, POLRI. : Terbuka : Senin, 2 Juli 2001 : 13.30 s/d 17.30 WIB : Ruang Rapat Pansus Ruang 2 Gedung Nusantara II : Andi Mattalatta, S.H, M.H : Drs. Iskandar N. Basri : Pembahasan DIM : 35 dari 67 Anggota : Kepala Staf Angkatan yang terkait, Departemen Pertahanan beserta jajarannya, FRAKSI PDIPERJUANGAN 1. V. B. DACOSTA, SH 2. SUDARSONO 3. AMRIS HASAN, MA 4. A. TERAS NARANG, SH 5. DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO, SH 6. FIRMAN JAYA DAELI, SH 7. H. HARYANTO TASLAM 8. K.H. ACHMAD ARIS MUNANDAR, MSc 9. RENIYANTI HOEGENG 10. PANDA NABABAN 11. R.K. SEMBIRING MELIALA 12. PATANIARI SIAHAAN 13. PROF. DR. J.E. SAHETAPY, SH. MA 14. WILLIAM M. TUTUHARIMA, SH 15. H. AMIN ARYOSO, SH 16. ALEXANDER LITAAY 17. ORA. SUSANINGTYAS NH KERTOPATI 18. MATT AL AMIN KRAYING, SH

Transcript of LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN...

Page 1: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN

PANSUS RUU TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis Rapat Dengan Sifat Rapat Hari, tanggal Pukul Tempat

Ketua Sekretaris Acara Hadir Anggota

Pemerintah

: 2000-2001 : IV : 14 : Rapat Kerja ke-6 : Menteri Pertahanan, Panglima TNI, POLRI. : Terbuka : Senin, 2 Juli 2001 : 13.30 s/d 17.30 WIB : Ruang Rapat Pansus Ruang 2

Gedung Nusantara II : Andi Mattalatta, S.H, M.H : Drs. Iskandar N. Basri : Pembahasan DIM : 35 dari 67 Anggota : Kepala Staf Angkatan yang terkait, Departemen

Pertahanan beserta jajarannya,

FRAKSI PDIPERJUANGAN 1. V. B. DACOSTA, SH 2. SUDARSONO 3. AMRIS HASAN, MA 4. A. TERAS NARANG, SH 5. DRS. SIDHARTO DANUSUBROTO, SH 6. FIRMAN JAYA DAELI, SH 7. H. HARYANTO TASLAM 8. K.H. ACHMAD ARIS MUNANDAR, MSc 9. RENIYANTI HOEGENG 10. PANDA NABABAN 11. R.K. SEMBIRING MELIALA 12. PATANIARI SIAHAAN 13. PROF. DR. J.E. SAHETAPY, SH. MA 14. WILLIAM M. TUTUHARIMA, SH 15. H. AMIN ARYOSO, SH 16. ALEXANDER LITAAY 17. ORA. SUSANINGTYAS NH KERTOPATI 18. MATT AL AMIN KRAYING, SH

Page 2: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

2

FRAKSIPARTAIGOLKAR 1. ANDI MATTALATTA, SH., MH 2. DRS. YASRILANANTABAHARUDDIN 3. DRS. DARWIS RIDHA 4. DJAJA SUBAGJA HUSEIN 5. FERDIANSYAH, SE., MM. 6. DRS. AGUN GUNANDJAR SUDARSA 7. DR. HAPPY BONE ZULKARNAIN, MS 8. ORA. IRIS INDIRA MURTI, MA 9. M. AKIL MOCHTAR, SH

10. ORA. Hj. CHAIRUN NISA, MA 11. M. IDRUS MARHAM 12. IR. S.M. TAPUBOLON

FRAKSIPPP 1. NY. Hj. AISYAH AMINY, SH

2. H.M. THAHIR SAIMIMA, SH 3. DRS. H. A. CHOZIN CHUMAIDY 4. H. M. SAIFUL RACHMAN, SH 5. H. SYAFRIANSYAH, BA 6. H. ALIMARWAN HANAN, SH

FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA 1. H. MUHYIDDIN SUWONDO, MA 2. DRS. A. EFFENDY CHOIRIE

3. DRS. H. ACHMAD SYATIBI

4. DRS. IR. A. ANSHOR GHOUL 5. K.H. HANIF MUSLIH, Lc

FRAKSI REFORMASI 1. IR. A.M. LUTFHI 2. PROF. DR. H. MOCH. ASKIN, SH 3. H. PATRIALIS AKBAR, SH. 4. DRS. ACHMAD ARIEF

FRAKSI TNIIPOLRI 1. SLAMET SUPRIADI, S.IP., MSc., MM.

2. SYAMSUL MA'ARIF 3. H. SUPARNO MUANAM, SE 4. DRS. I KETUT ASTAWA 5. FRANS WUWUNG

FRAKSI BULAN BINTANG 1. H. AHMAD SUMARGONO, SE

Page 3: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

3

FRAKSI KKI

1. DRS. S. MASSARDY KAPHAT 2. DRS. H. A. HAMID MAPPA

FRAKSIPDU 1. PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y

FRAKSI PDKB

1. PROF. DR. ASTRID S. SUSANTO

Page 4: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

4

KETUA RAPAT (ANDI MATTALATTA, SH, MH): Bismilahirokhmanirokhim. Assalamu'alaikum Wr.Wb. Pertama-tama, perkenankan kami, maaf karena schedule rapat harus

dibuka pukul 13.00 WIB, tapi ternyata untuk menunggu kourum baru bisa tercapai pada saat melewati angka 25 menit, menurut catatan dari sekretariat daftar hadir telah ditandatangani oleh 35 orang Anggota dari 67 jumlah Anggota Pansus dan dihadiri juga lebih dari setengah jumlah fraksi sehingga dengan demikian telah memenuhi persyaratan tata tertib untuk membuka rapat ini, dengan demikian perkenankan saya untuk membuka Rapat Pansus ini dengan ucapan Bismilahirokhmanirokhim dan rapat dinyatakan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA PUKUL 13.30 WIB)

Saudara Menteri, Kasal, Wakil Kasau, dari Mabes AD, dan pejabat TNI lainya, Bapak dari Kepolisian, dari Depkeh dan HAM, dan Saudara-saudara Anggota Pansus, setelah kita istirahat selama 3 (tiga) hari, mudah-mudahan hari ini pembahasan bisa lancar karena mendapat energi baru, yang posisi pada hari kamis yang lalu, kita telah menyelesaikan sampai DIM 21, sehingga pada siang hari ini, kita akan memulai pembahasan dengan DIM nomor 22, dan sebagai informasi kami ingin menyampaikan kepada bapak-ibu bahwa DIM untuk RUU Pertahanan ini berjumlah 128 DIM, satu DIM kadang-kadang dikomentari empat sampai lima fraksi, sehingga secara kumulatif jumlahnya 440-an, jadual kita harusnya berakhir pada tanggal 5 Juli yang akan datang, untuk membicarakan RUU Pertahanan untuk Tingkat Pansus, apakah itu bisa kita capai atau tidak, kita lihat perkembanganya dan mohon nanti pemikiran-pemikiran bagaimana untuk mencari terobosan.

Sekarang kita ke pembahasan DIM, untuk DIM 22 ada beberapa fraksi yang mengajukan usul perubahan dan sebagaimana biasanya kami mulai dari fraksi pengusul yang jumlah anggotanya terbesar yaitu Fraksi PDIP, silahkan.

F.PDIP (FIRMAN JAVA DAELI, SH): Forum Sidang Pansus yang kami hormati, dalam DIM 22 kami

mengusulkan butir 4 menjadi butir 5, diantara kata pengendalian dan pertahanan ditambah serta evaluasi dari pengelo/aan, sehingga setelah perubahan menjadi redaksinya demikian, butir 5, pengelo/aan pertahanan negara adalah segala kegiatan pada tingkat strategis dan kebijakan yang me/iputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta evaluasi dari pengelolaan pertahanan negara. Kami perlu menyampaikan yang menjadi Jatar belakang pemikiran ini kenapa ditambah, karena memang dalam proses keseluruhan hal ini ada semacam ruang untuk bisa melakukan evaluasi, jadi tidak sekedar hanya pengewasan dan pengendalian tapi perlu ada evaluasi untuk bisa melakukan refungsionalisasi lebih lanjut, ini kira-kira pemikiran dari kami Pak Ketua, demikian.

KETUA RAPAT: Jadi F.PDIP mengusulkan bahwa didalam pengelolaan itu bukan hanya

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, tetapi juga evaluasi, apakah semangatnya seperti itu atau tidak, kita tunggu komentar kawan-kawan lain, lalu F.PG tidak ada DIM, F.PPP konkordan dengan judul, F.KB sudah selesai masalahnya karena pertahana negara, ada perubahan redaksi dari F.Reformasi, silahkan.

Page 5: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

5

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH}: Terima kasih Pimpinan, ini sebetulnya tidak hanya perubahan redaksional

tetapi juga penambahan beberapa butir-butir yang ada kaitanya dengan pengelolaan Pertahanan ini, kami bacakan saja, Pengelo/aan Pertahanan Negara ada/ah sega/a kegiatan pada tingkat strategi dan kebijakan yang me/iputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pembinaan dan pengembangan sega/a sumber daya nasional guna kepentingan pertahanan negara, terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik saudara Pemeritah, kita sudah mendengarkan dua fraksi yang

mengajukan perubahan kalau PDKB ini sudah selesai masalahnya hanya menambah angkatan darat, laut dan udara yang dalam rapat yang lalu tidak kita sepakati, jadi Fraksi PDI-P mengusulkan tambahan ada butir evaluasi didalam pengelolaan itu tidak hanya perencanaan pelaksanaan dalam pengawasan tetapi juga ada butir evaluasi sedangkan Fraksi Reformasi menambahkan obyek dari pertahanan negara termasuk pembinaan dan pengembangan segala sumber daya Nasional, silahkan Pemerintah sebelumnya.

PEMERINTAH/MENHAN: Terima kasih untuk PDI-P penambahan kata evaluasi menurut pemerintah

sebenarnya sudah tercakup didalam semua tahapan fungsi pengelolaan yang meliputi dari perencanaan pelaksanaan pengawasan pengendalian menurut kami didalamnya sudah ada evaluasi, kemudian untuk Fraksi Reformasi kami melihat justru substansi saran tambahan yaiutu pembinaan dan pengembangan segala sumber daya nasional guna kepentingan negara malahan mempersempit makna pengelolaan yang diatasnya memberi payung yang cukup fleksible untuk menjangkau hal-hal lain termasuk didalamnya masalah pembinaan tapi untuk kedua saran ini kami persilahkan untuk dibahas lagi oleh plor tapi sementara ini Pemerintah masih melihat seperti itu, terima kasih.

KETUA RAPAT: Artinya pada prinsipnya Pemerintah tetap pada pendirian sesuai dengan

RUU, nah usul dua fraksi kita sudah dengar jawaban Pemerintah sudah kita dengar apakah ada Fraksi-fraksi mau memberi tanggapan atau kita kembalikan ke fraksi pengusul dulu, golkar , iya kita kembalikan ke fraksi pengusul dulu untuk menanggapi saran Pemerintah, PPP.

F.PPP (DRS. ARIF MUDATSIR MANDAN}: Terima kasih, Saya ingin mengomentari dari F.PDIP, saya kira memang kalau ada kata­

kata serta evaluasi, itu lebih konkrit karena disinikan pengawasan dan pengendalian pertahanan negara, itu memang maknanya berbeda kalau kemudian ditambahi pengawasan dan pengendalian serta evaluasi, itu lebih tepat tetapi saya mengusulkan serta evaluasi pengelolaan pertahanan negara, tidak usah ditambah dari, karena kalau dari ini agaknya bahasa yang tidak ini, jadi pengewasan dan pengendalian serta evaluasi pengelolaan pertahanan negara, terima kasih.

KETUA RAPAT: Untuk Fraksi Reformasi, ada tidak tanggapan terhadap F.PDIP.

Page 6: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

6

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Saya kira pikiran dari F.PDIP yang menambah tentang masalah evaluasi,

seperti dinyatakan pemerintah sebetulnya secara tidak langsung juga sudah masuk kedalam apa yang dirumuskan oleh Pemerintah, namun saya kira evaluasi ini kalau memang ini ditegaskan secara eksplisit juga ada baiknya.

Kemudian yang berkaitan dengan usulan dari Fraksi Reformasi, kalau Pemerintah menyatakan agak sempit, saya kira mungkin kuta agak sedikit berbeda pandangan justru kita lebih memperluas bahwa pengelolaan pertahanan itu juga termasuk pengembangan segala sumber daya nasional, jadi malah dia makin luas cakupanya, sehingga menurut kami ini sangat strategis dimasukan didalam pengelolaan pertahanan negara, terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, F.TNI/POLRI ada tanggapan untuk F.PDIP dan F.Reformasi.

F.TNI/POLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP, M.Sc, MM): Kami coba melihat untuk saran dari F.PDIP bahwa fungsi pengawasan,

pengendalian itu pada dasarnya sudah mencakup analisa maupun evaluasi, jadi sebagai out put dalam satu proses itu munculnya di pengawasan-pengendalian, oleh karena itu kami sependapat dengan Pemerintah tidak perlu ditambahkan kata evaluasi.

Sedangkan tetang saran dari F.Reformasi untuk ditambahkan pembinaan dan pengembangan segala surnber daya nasional guna kepentingan pertahanan negara, ini saya pikir juga, saya sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Pemerintah, karena ini justru mempersempit pak, pengertian dari pertahanan negara ini dari segi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasa, pengendalian, terima kasih pak. ·

KETUA RAPAT: Fraksi KKI.

F.KKI (DRS. S. MASSARDY KAPHAT): Kami dari F.KKI, terhadap apa yang diusulkan oleh F.PDIP, kami kira

mengenai evaluasi ini perlu untuk lebih mempertegas lagi itu, sebab saya kira memang dalam pengawasan dan pengendalian itu belum secara detail, untuk itu ya memang perlu adanya evaluasi ini pak, kemudian dari F.Reformasi, kami tidak ada tanggapan.

KETUA RAPAT: Fraksi PDU.

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WALY): Saudara Pimpinan. Sebenarnya apa yang diungkapkan oleh pendapat-pendapat sebelumnya,

ya benar, tetapi kalaupun meskipun tidak disebut evaluasi, evaluasi itu sudah termasuk tetapi untuk lebih terang dan lebih tegas karena itulah maka diletakan evaluasi itu dibelakang kata serta, tetapi tidak perlu lagi diulang kata pertahanan negara, karena yang menjadi subjeknya adalah pengelolaan pertahanan negara adalah perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, itu ditujukan

Page 7: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

7

pada pertahanan negara, jadi kalau kita ingin menambah serta evaluasinya, nya itu kembali kepada pengelolaan, jadi kita tidak perlu lagi ditaruh lagi pertahanan negara yang kedu, itukan sudah berukang dua kalimat itu, jadi pengelolaan pertahanan negara adalah segala kegiatan pada tingkat strategis dan kebijakan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pertahanan negara serta evaluasinya, nya yang mana, nya yang pengelolaan pertahanan negara itu, jadi itu gamir namanya yang musti kembali ke marjak gamir adalah kepada pokok kalimat, mana yang pokok kalimat yang menjadi maudoq sekarang ini adalah pengelolaan pertahanan negara, karena itu sudah tercakup tetapi perlu juga diungkapkan supaya kita memberikan perhatian kepada evaluasi itu, kalau tidak ada evaluasi, apa yang sudah ada ini sudah cukup sebetulnya tapi kita tambah supaya kita jangan sampai lupa, tapi kata pertahanan negara jangan ditaruh diujung karena itu adalah tempat kembali perencanaan-perencanaan pertahanan negara, pelaksanaan-pelaksanaan pertahanan negara, pengawasan-pengawasan pertahanan negara, pengendalian-pengendalian pertahanan negara serta evaluasinya.

KETUA RAPAT: Baik, saudara dari F.KB, jadi kami sampaikan ada dua usul dari -rekan

F.PDIP dan dari rekan F.Reformasi, sekarang kuta berbicara mengenai definisi pengelolaan pertahanan negara, Pemerintah mengatakan unsur-unsur pengelolaan pertahanan negara hanya meliputi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian, ada 4 (empat) unsur, F.PDIP mengatakan tidak cukup dengan 4 (empat) unsur harus ditambah satu unsur lagi yaitu evaluasi, jadi pengelolaan itu meliputi 5 (lima) unsur menurut F.PDIP yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian ditambah evaluasi, sedangkan usul dari F.Reformasi selain keempat unsur itu ditambah unsur pembinaan dan pengembangan, apakah ini betul merupakan unsur-unsur dari pengelolaan pertahanan negara atau tidak, itu yang sedang dalam diskusi kita, silahkan F.KB.

F.KB (K.H. HANIF MUSLIH, Lc): Terima kasih. Saya mendukung dengan yang lima cuma redaksionalnya tidak sama

dengan apa yang disampaikan oleh F.PDU, terima kasih.

KETUA RAPAT: Sekarang giliran F.PDIP menanggapi F.Reformasi.

F.PDIP (FIRMAN JAVA DAELI, SH): Terima kasih. lni memang karena terminologi management, terus yang kedua juga kita

ingin ada makna yang lebih konkrit, dalam teks yang samapun bisa diinterpretasi apalgi kalau itu tidak ada kata-kata yang jelas dan konkrit, kami berfikir positif dalam konteks ini bahwa memang perlu ada evaluasi dari keseluruhan proses yang berjalan yang berlangsung dalam rangka untuk pengelolaan pertahanan negara, jadi oleh karena itu maka soal rumusan nanti bisa saja kita sependapat dengan ternan dari F .PPP, tapi yang jelas ini harus masuk pak, karena selain soal management bahkan ada media bagi pengelola kebijakan pertahanan negara untuk melihat ulang proses yang ada dievaluasi, karena dimanapun dan kapanpun tidak ada yang bebas evaluasi apalagi bebas kontrol, oleh karena itu kami kembali kepada pemikiran dan usulan kami, ini tetap ada.

Page 8: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

8

KETUA RAPAT: F.PDIP punya komentar terhadap usul F.Reformasi.

F.PDIP (FIRMAN JAVA DAELI, SH): Kami sependapat dengan Pemerintah bahwa justru akan mengurangi

makna yang sesungguhnya, tanpa mengurangi rasa hormat kepada Fraksi Reformasi, terima kasih.

KETUA RAPAT: Sekarang Fraksi Golkar, silahkan, jadi fokus pada masalah pak ya.

F .PG (DR. HAPPY BONE ZULKARNAIN, MS): Terima kasih Pimpinan. Karena fokus pada masalah, kami ingin langsung mengomentari apa yang

disampaikan oleh rekan dari F.PDIP, kami mendukung apa yang disampaikan oleh F.PDIP bahwa perlu ada evaluasi disana karena memang sistem itu seperti itu.

Lalu yang kedua, kalau boleh mengomentari sedikit, sebagaimana yang pernah kami sampaikan dalam pertemuan kita yang terakhir, ini kelihatanya DIM nomor 21 dan 22 ini, DIM nomor 22 pengelolaan ini lebih luas daripada penyelenggaraan, oleh karena itu kalau diterima barangkali kami ingin mengusulkan supaya runtut, kami tidak merubah isinya atau substansinya kami setuju tapi barangkali supaya runtut tentu yang umum dulu baru kepada yang khusus, oleh karena DIM 22 itu barangkali kami tawarkan menjadi DIM 21 sementara yang DIM 21 berubah menjadi DIM 22, jadi soal tata letak saja, terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT: Komentar terhadap Fraksi Reformasi.

F.PG (DR. HAPPY BONE ZULKARNAIN, MS): Kami kelihatanya dalam konteks, apalagi disini ada masalah pembinaan

seperti, pembinaan inikan konteks masa lalu sebetulnya yang kita khawatirkan ini muncullagi, oleh karena itu kami barangkali kurang sepakat, terima kasih.

KETUA RAPAT: Makin mengkerucut, nah sekarang kita fokuskan dulu kepada usul dari

Fraksi PDIP, berbicara mengenai definisi pengelolaan, bahwa dalam definisi pengelolaan itu tidak hanya sekedar perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, tapi juga evaluasi, tadi tinggal Fraksi TN I, bagaimana ini.

F.TNI/POLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP, M.Sc, MM): Tadi sudah saya sampaikan pak, bahwasanya diterminologi management,

fungsi analisa evaluasi termasuk dibagian dalam fungsi pengawasan pengendalian, jadi oleh karena itu kami sependapat dengan Pemerintah pak, tidak perlu ditambahkan evaluasi, ini bagian dari suatu proses itu wasdal-nya itu disitu pak, analisa, evaluasi adalah bagian dari fungsi pengawasan, terima kasih pak.

Page 9: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

9

KETUA RAPAT: Tadi yang dijelaskan F.PDIP, dia beralasan analisa dan pengawasan itu

adalah dalam proses sementara berjalan sedangkan evaluasi adalah perampungan penilaian diakhir, jadi dipisahkan antara pengawasan dan evaluasi, bagaimana pak.

F.TNIIPOLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP, M.Sc, MM): Ya itu pak, pendapat kami justru sebaliknya pak, kalau dalam satu proses

management, controling itu meliputi analisa, evaluasi bagian dari pengawasan oleh karen a itu tidak perlu ditambahkan evaluasi pak, demikian terima kasih.

KETUA RAPAT: Sekarang kami kembalikan kepada Pemerintah, ada dua mazhab disini

pak, yang pertama ini supaya evaluasi ini berdiri sendiri kalau pengawasan itu sementara berjalan, sekarang DPR mengawasi Pemerintah, evaluasinya ya nanti di Sidang Umum mungkin begitu barangkali tata pikirnya, silahkan pak.

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y): Saudara Pimpinan sebelum dikembalikan kepada Pemerintah, boleh saya

bertanya, kalau melihat apa yang dijawab oleh F.PDIP, itu harus pakai serta atau pakai dan, karena beda antara dan dan serta, kalau dan berarti komponenya lima, kalau serta berati yang terakhir itu dikatakan tidak penting tetapi jangan sampai lupa atau itu pengertian serta.

KETUA RAPAT: Silahkan Pemerintah dulu pak, baru saya kembalikan kepada.

PEMERINTAH/MENHAN: Pemerintah mengikuti mazhab yang tadi diikuti oleh F.TNI saya kira, jadi

evaluasi itu . merupakan bag ian dari fungsi-fungsi management mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan seterusnya itu sudah ada fungsi­fungsi evaluasi disitu, menyangkut soal bahasa kata serta, dan apakah kembali ke nya, saya kira lebih baik diserahkan ke juru bahasa sajalah untuk bagaimana baiknya, terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, saya kira kita sudah dua kali putaran dan dua mazhab ini kalau

dipaksakan putus sekarang toh tidak akan mempengaruhi rumusan-rumusan berikutnya, saya ingin menawarkan bagaimana kalau kita perdalam di Tingkat Panja, toh keputusanya apakah eva/uasi itu berdiri sendiri atau bagian dari pengawasan, nanti disana kita perdalam, ya silahkan F.PDIP dulu.

F.PDIP (FIRMAN JAVA DAELI, SH): Memang kami bisa menangkap aspirasi F.TNI/POLRI, tapi kitakan

berbicara bukan hanya level bahasa/terminologi management tapi bahasa dan terminologi hukum ini, bahasa politik, bahkanpun yang saya tahu persis justru juga evalusi itu ada satu tahapan, apalagi kalau ini kita maknai sebagai terminologi bahasa hukum, bahasa politik bukan bahasa management yang

Page 10: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

10

tradisional, tetap ini kami cantumkan substansi ini, soal nanti dan, serta, kami tetap serta, nah kalau diusulkan di Panja, silahkan saja, terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, jadi ada usul diperdalam di Panja untuk memilih salah satu diatara

dua mazhab ini, silahkan F.PPP.

F.PPP (DRS. ARIF MUDATSIR MANDAN): Terima kasih. Saya kira memang apa yang disampaikan oleh ternan kita dari F.PDIP itu

betulnya, bahwa evaluasi itu bukan bagian dari pengawasan dan pengendalian, pengawasan itu supervisor, pengendalian itu control, tapi evaluasi itu evaluation, dalam bahasa management dan diaplaiskan kepada apa saja itu pasti ada evaluasi, evaluasi itu tidak hanya pada akhir periode suatu kegiatan tapi ada juga yang namanya tengah evaluasi, ada evaluasi akhir, supervisi dan pengendalian, evaluasi itu punya prosedur dan metodologi, masing-masing punya prosedur dan metodologi tersendiri dan punya tujuan tersendiri, jadi saya kira ini tidak bisa dipisahkan sama sekali, supervisi dan kontrol biasanya on the spot, dia ke lapangan dan lainya, tetapi evaluasi bisa ke lapangan, bisa didalam satu forum kemudian mengevaluasi terhadap input-input suatu kegiatan, baik itu perencanaanya, pelaksanaanya, supervisinya, dan kontrolnya itu bisa sekaligus dievaluasi melalui forum yang bedasarkan input-input, tetapi evaluasi juga bisa dilakukan dengan cara mengunjungi lapangan seperti juga yang dilakukan ketika orang mensupervisi dan mengendalikan, jadi secara substansial management itu memang harus ada evaluasinya dan itu harus eksplisit disebutkan, jadi evaluasi menurut saya bukan merupakan bagian dari supervisi dan pengendalian, dia berdiri sendiri, saya kira ini prinsip management bukan soal bahasa ini, soal bahasanya apakah dari, apakah dan, apakah nya, saya kira bisa kita putuskan, tetapi prinsip seperti itu menurut F.PPP, terima kasih.

KETUA RAPAT: Tadi dari Pemerintah.

PEMERINTAH/LEGAL DRAFTER (ABDULGANI): Terima kasih. Kalau boleh saya merever, itu ada buku yang berjudul Strategi

Management yang terakhir itu tebalnya ada 1500 halaman, itu ada dua kategori disitu, kategori yang kedua yang saya ambil adalah avoment, didalam avoment itu terdapat supervisi, kemudian huruf kecil dibagi-bagi, jadi kalau dilihat dua mazhab tadi, itu dari referensi ini telah digabung menjadi satu yang hasil dari pengawasan ini didalam draft kontrol yang lain, ini sebagai modal pengendalian, jadi kalau dilihat dari teori strategi management unsur-unsur ini mustinya bisa terpenuhi tapi walaupun begitu saya kira di Panja juga bisa diperdalam lagi, terima kasih.

KETUA RAPAT: Fraksi Reformasi, bagaimana posisi terakhir dari usul DIM Fraksi

Reformasi sendiri di Panja atau.

Page 11: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

11

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Ya, inikan suasananyakan suasana demokrasi, jadi oleh karena kami

melihat baik dari Pemerintah maupun juga dari .Fraksi-fraksi tidak sepakat dengan usulan kami ya, kami tentu menerima yang lebih baik, terima kasih.

KETUA RAPAT: Jadi barangkali demi reformasinya, kami bisa menarik kesimpulan khusus

untuk Fraksi Reformasi ini, usul perbaikanya bukan ditolak tetapi reformasi menarik kembali usulanya, sedangkan usul dari F.PDIP kita akan perdalam di Panja, apakah pengawasan itu merupakan salah satu unsur pengelolaan atau bagian dari pengawasan, dapat kita sepakati ini.

{KETOK SATU KALI)

Lanjut ke butir 23, kami persilahkan pengusul pertama F.PDIP.

F.PDIP (FIRMAN JAYA DAELI, SH): T erima kasih Pak Ketua. lni butir 5 menjadi butir 6, kata komponen diganti dengan kekuatan

sehingga usul perubahanya menjadi butir 6, kekuatan uatama adalah bala nyata yang siap digunakan untuk menghadapi ancaman bersenjata, yang menjadi alasan dan pertimbangan kami memang ini soal bahwa kalau kata kekuatan itu lebih menembus arti yang bersifat teknis, sementara kalau komponen lebih pada tataran administratif teknis dan tidak meliputi semua dimensi yang berkaitan dengan kekuatan pertahanan itu, oleh karena itu maka usulan kami adalah lebih bagus kalau pakai kata kekuatan, demikian Pak Ketua.

KETUA RAPAT: Baik, selanjutnya pengusul berikut Fraksi Golkar.

F.PG (FERDIANSYAH, SE, MM): Terima kasih Pimpinan. Kami F.PG mengusulkan adanya, pada hakekatnya kami sebelumnya

ingin juga mempertanyakan pada Pemerintah mengenai kata ba/a nyata, apa maksud kata tersebut, oleh karena itu untuk mempertegas, kami menyadari bahwa dalam UU ini bukan semata-mata milik TNI, namun dalam hal pelaksanaanyaitu harus perlu ketegasan sehingga nanti dalam implementasinya kita juga harus mengerti mengenai legitimat daripada organisasi atau institusi yang akan melakukan sebagai pelaksanaan pertahanan negara, oleh karena itu kami dari F.PG mengusulkan kata bala nyata itu kami ganti atau kami tegaskan menjadi TN/, dan setelah kata ancaman itu ditambahkan ber disini berkaitan dengan penegasan daripada bala nyata itu diganti dengan TN/ bahwa ancaman yang bersifat bersenjata itulah yang ditangani oleh TNI, terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT: Baik, intinya saya kira menyangkut tata urut, fraksi-fraksi lainya tidak ada

masalah, jadi kita sudah mendengarkan dua usul perubahan dari F.PDIP mengganti komponen menjadi kekuatan, dari F.PG mengganti bala nyata menjadi TN/, apakah konteksnya seperti itu, sebelum fraksi-fraksi mungkin ada baiknya kita dengarkan dari Pemerintah dulu, silahkan.

Page 12: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

12

PEMERINTAH/MENHAN: Terima kasih. Untuk F.PDIP istilah kekuatan, nampaknya kurang tepat untuk

menggantikan istilah komponen karena komponen itu sendiri secara resmi dipakai didalam Tap MPR Nomor VII Tahun 2000, jadi istilah itu sudah resmi dipakai, meskipun saya kira makna substantifnya kami sama sekali tidak keberatan tapi untuk konsistensi penggunaan istilah atau kata.

Kemudian yang kedua tentang perubahan bala nyata menjadi TN/ seperti diusulkan oleh F.PG, kami setuju untuk didiskusikan karena ini juga tidak menjadi istilah yang baku didalam peraturan perundang-undangan sehingga kita bebas memilihnya, tetapi penambahan kata kekuatan, menurut kami tidak perlu karena justru sejak awal beberapa hari lalu kita selalu menggunakan kata ancaman dan itu sudah mencakup hal-hal yang didalamnya tentu ada kekuatan, sementara itu jawaban kami, untuk F.PPP saya kira tidak ada masalah, terima kasih.

KETUA RAPAT: Ada pertanyaan tadi dari F.PG, sel;ain mengganti BaJa nyata menjadi TN/

diminta penjelasan arti harfiah bala nyata itu apa pak, apa ada bala yang tidak nyata, tentara bayangan, silahkan.

PEMERINTAH/MENHAN: Bala nyata itu kekuatan potensial, Ketua Pokja, silahkan pak.

PEMERINTAH/KETUA TIM POKJA (GOFAR SUWARNO): T erima kasih Pak Menteri. Jadi yang kami artikan bala nyata ini adalah kekuatan yang riil, karena

ada kekuatan yang masihn potensial pak, terima kasih.

KETUA RAPAT: Saya kira penjelasanya jelas, apakah kita mau terima atau tidak itu soal

kita, sekarang giliran untuk saling menanggapi, silahkan F.PG dulu nanggapi F.PDIP punya menganai penggantian kata kekuatan dengan komponen.

F.PG (FERDIANSYAH, SE, MM): Mungkin dalam hal ini kami mencermati dari kalimat atau kata yang

diusulkan oleh F.PDIP, kami lebih mengutamakan atau mensepakati mengenai tetap dengan kata komponen, karena kata komponen ini kalau dilihat katanya adalah ada yang masih terdiri dari kekuatan-kekuatan yang terhimpun dalam komponen, terima kasih.

KETUA RAPAT: F.PPP komentar untuk F.PDIP dan F.PG.

F.PPP (DRS. ARIF MUDATSIR MANDAN): Saya setuju dengan yang diajukan Pemerintah, jadi tetap komponen

utama, karena ada komponen yang tidak utama kalau dibutuhkan tentu saja, saya kira itu, dari F.PG saya tidak ada komentar, terima kasih.

Page 13: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

13

KETUA RAPAT: Artinya bala nyata diganti dengan TNI terserah, F.KB silahkan.

F.KB (K.H. HANIF MUSLIH, Lc): Kami tetap saja, kami tidak menanggapi tentang F.PDIP sudah ditanggapi

oleh Pemerintah saya setuju sekali, kemudian juga oleh F.PG itu diganti dengan TNI-pun juga tidak sependapat, jadi kami sependapat apa yang sudah ada atau tetap, terima kasih.

KETUA RAPAT: Fraksi Reformasi.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Pertama tentang masalah anak kalimat komponen, saya kira ini sudah

tepat, selain daripada ada didalam Ketetapan MPR tetapi memang ini merupakan satu lembaga yang memang sudah jelas, kalau kita ganti dengan kekuatan justru maknanya akan berubah apalagi sesuai dengan keterangan Pemerintah tadi bahwa ba/a nyata, ini sekaligus saya ingin kaitkan bala nyata itu adalah merupakan satu kekuatan riil sehingga kalau komponen kita ganti dengan kekuatan maka dia akan majemuk artinya tidak tepat kalimatnya, jadi kekuatan utama adalah kekuatan riil itukan repot juga kita, namun tentang bala nyata itu sendiri saya kira ada baiknya ini kita sampaikan saja dalam bahasa yang bisa dimengerti oleh masyarakat luas, karena banyak masyarakat yang tidak bisa memahami apa itu bala nyata dan ini tidak lazim dipakai, kalau memang itu artinya adalah kekuatan riil, kita ganti saja kalimatnya menjadi kekuatan riil, kalau kekuatan riil yang dimaksudkan itu adalah TNI kita tambahkan, kekuatan riil TNI, jadi saya sekaligus ingin mempertanyakan kembali pada Pemerintah, kekuatan riil yang dimaksudkan .itu apa,apakah itu TNI, kalau memang demikian kita sambungkan saja keterangan Pemerintah dengan pendapat dari F.PG, saya kira demikian, terima kasih.

KETUA RAPAT: Fraksi TNIIPOLRI silahkan.

F.TNI/POLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP, M.Sc, MM): Pada dasarnya kami sependapat dengan Pemerintah, ini sudah ada di

Tap VII MPR, kalau dikaitkan saran dari ternan Fraksi Reformasi itu ada betulnya juga, kalau yang kita kenai terminologi di TNI itu kekuatan siap, kekuatan cadangan, dan sebagainya, daripada kita membingungkan itu istilah bala nyata, ini kita diskusikan apakah perlu dirubah, rumusan bala nyata dirubah menjadi kekuatan siap digunakan untuk menghadapi ancaman bersenjata, memang kalau didalam pengerahan, sistem pengerahan TNI itu kalau ada panglima komponen, jadi satuan yang disiapkan yang merupakan kekuatan siap itu dikomandani oleh panglima komponen misalnya, itu annti dalam keadaan emergency, ini diorganisir didalam satu taspos untuk digerakan, itu namanya komponen, tapi kalau kita bingung komponen dan sebagainya barangkali kita perlu cari rumusan yang bisa kita fahami bersama ini, kami serahkan untuk dibahas kembali pada forum ini pak, terima kasih.

KETUA RAPAT: Fraksi KKI.

Page 14: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

14

F.KKI (DRS. S. MASSARDY KAPHAT): Kami dari F.KKI sependapat dengan pemerintah bahwa apa yang

diusulkan oleh F.PDIP komponen diganti dengan kekuatan saya kira agak kurang tepat, jadi kembali kepada rumusan awal itu, kemudian apa yang diusulkan oleh rekan dari F.PG mengenai bala nyata ini ya memang masih perlu dipertanyakan, jadi oleh karena itu pengertian ini saya kira diterjemahkan saja yang mudah dimengerti oleh masyarakat, terima kasih.

KETUA RAPAT: Fraksi Daulatul Ummah.

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WALY): Saudara Pimpinan. ltu barangkali setiap komponen belum tentu merupakan kekuatan karena

yang penting pada kita bagaimana kita bisa mengatasi apakah dengan kekuatan atau bukan dengan kekuatan tetapi meskipun bukan dengan kekuatan itu adalah merupakan komponen utama, karena itu bagi kami komponen utama adalah kekuatan nyata yang siap digunakan untuk menghadapi ancaman bersenjata, kalau untuk menghadapi ancaman bersenjata itu sudah barang pasti musuh itu mempunyai kekuatan, karena itu kakuatan yang ada pada musuh harus kita hadapi dengan komponen utama, kalau komponen utama itu harus dengan kekuatan nyata, ya pakai kekuatan, tapi kalau bisa diatasi dengan diplomasi itu lebih mengatasi daripada alat kekuatan yang ada maka tidak perlu musti harus pakai ada kekuatan, jadi komponen itu meliputi kekuatan dan meliputi tidak kekuatan, yang penting bagaimana ancaman yang dari musuh itu dapat kita hadapi, jadi komponen utama adalah kekuatan nyata yang siap digunakan untuk menghadapi ancaman bersenjata, kalau untuk menghadapi ancaman bersenjata dalam ancaman itu pasti ada kekuatan dari musuh.

KETUA RAPAT: Jadi menurut bapak dalam konteks ini kata-kata komponen lebih tepat,

sedangkan istilah bala nyata bapak usulkan untuk diganti menjadi kekuatan nyata, sebelum kita ke Pemerintah mungkin ada ahli bahasa bisa memberikan dulu penjelasan.

PEMERINTAH/AHLI BAHASA: T erima kasih. Kalau melihat istilah bala nyatamemang itu hendaknya memakai istilah

yang umum dan dimengerti oleh masyarakat, kalau kata bala-kan artinya pasukan atau prajurit, bala sendiri apakah ada prajurit nyata atau pasukan tidak nyata, jadi mohon entah nanti istilah apa yang dipakai untuk menggantikan bala nyata hendaknya saran kami gunakanlah istilah yang dimengerti masyarakat, tadi ada kekuatan riil, kekuatan nyata terserah nanti saya kembalikan kepada bapak-bapak, terima kasih.

KETUA RAPAT: Khusus untuk istilah komponen utama menjadi kekuatan utama, kami

kembalikan ke rekan F.PDIP, setelah mendengarkan komentar berbagai fihak.

Page 15: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

15

F.PDIP (H. HARYANTO TASLAM): Ya, saya kira sama saja ya, bahwa kita menhargai suara terbanyak, jadi

kalau toh memang itu yang lebih baik saya kira baik juga untuk F .PDIP, terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, jadi rekan dari F.PDIP tidak keberatan untuk tetap mempergunakan

istilah komponen utama, tinggal bala nyata ini seluruh fraksi ingin supaya istilah yang dipakai adalah istilah yang tidak menimbulkan interpretasi ganda, apa ada istilah lain dari Pemerintah mengenai bala nyata ini.

PEMERINTAH: Kami mohon izin menambahkan, memang didalam management

pertahanan itu kita mengenal ada tingkatan abstraksi daripada unsur-unsur kekuatan, yang paling tinggi itu komponen, berikutnya kita kenai bala, bala ini ada bala nyata, bala potensial, ada juga yang disitilahkan dalam struktur program dan anggaran sektor 20, itu Bala Pertahanan Terpusat dan Bala Pertahanan Kewilayahan, jadi masing-masing mempunyai makna dalam menyusun abstraksi daripada unsur-unsur kekuatan atau pasukan, jadi sementara ini singkatnya pak.

PEMERINTAH/MENHAN: Oleh sebab itu saya kira bisa dibawa ke Panja pak, terima kasih.

KETUA RAPAT: Artinya kita bisa baca sikap Pemerintah kalau menemukan istilah baru

tidak keberatan untuk berubah, kita sepakat ini, jadi kita mencari istilah yang lebih konkrit yang bisa dimengerti oleh masyarakat karena UU Pertahanan ini sebagaimana kita sepakati tidak identik dengan TNI yang hanya bisa dimengerti oleh orang-orang TNI tapi juga dimengerti oleh seluruh rakyat, silahkan.

F.PG (DR. HAPPY BONE ZULKARNAIN, MS): Saya kira kita tidak perlu harus membebankan pekerjaan ini ke Panja

nanti karena penjelasan dari Pemerintah tadi kelihatanya memang yang dimaksud dengan bala nyata ini adalah TNI, kalau yang dimaksud dengan bala nyata ini adalah TNI langsung saja kita sebut bahwa TNI, saya tidak sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Pemerintah tadi bahwa ada struktur yang abstrak dan sebagainya, karena ini adalah UU maka dia tidak boleh abstrak, parameter-nya harus jelas, harus terinci dan terukur, nah untuk bisa terinci dan terukur itu harus kita konkrit kepada subjeknya, kalau misalnya yang dimaksud dengan bala nyata ini adalah TNI, kita sebut saja TNI, jadi tidak perlu harus dibawa ke Panja kalau kita sepakati, terima kasih.

KETUA RAPAT: Ya, jadi ada dua pilihan, kita konkritkan bahwa yang dimaksud dengan

bala nyata itu adalah TNI atau pilihan kedua masih ingin mencari istilah lain, mana yang bapak pilih, silahkan F.KB.

Page 16: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

16

F.KB (K.H. HANIF MUSLIH, Lc): Terima kasih. Kalau saya justru sama dengan TN I, jadi istilah-istilah yang macam begini

yang biasanya hanya TNI yang tahu biar diketahui oleh masyarakat itu alasan saya, terima kasih.

KETUA RAPAT: Artinya mau mencari istilah di Panja atau sudah mau mengkonkritkan

sekarang yang dibahas.

F.KB (K.H. HANIF MUSLIH, Lc): Sekarang pak.

KETUA RAPA T: Ada usulan tadi dari F.PG, TNI saja.

F.KB (K.H. HANIF MUSLIH, Lc): Kami F.KB itu mengusulkan ya tetap saja, istilah inikan biasanya hanya

TNI saja yang tahu, lha kan masyarakat juga tahu istilah-istilah TN I, terima kasih.

KETUA RAPAT: Jadi bala nyata ini yang justru disosialisasikan, ya saudara Reformasi.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Tadi yang dijelaskan oleh Pemerintah ternyata bala ini banyak, jadi saya

khawatir ini masyarakat tidak faham pak, ini lebih baik kita berikan pemahaman yang baik sajalah, kalaupun yang dimaksudkan itu bukan TNI tapi adalah merupakan satu komponen yang betul-betul menyeluruh ya dikendalikan massanya karena tadi bala-nya banyak tidak hanya TNI, saya kira tolonglah dicarikan yang lebih baik, terima kasih.

KETUA RAPAT: Bagaimana F.PG setuju, kita Panja-kan ini dengan ancang-ancang salah

satu diantara definisi itu adalah TNJ tentunya.

F.PG (DR. HAPPY BONE ZULKARNAIN, MS): Kalau definisi, kenapa kita harus ke Panja kalau bisa sekarang, apa

Pemerintah barangkali bisaa memberikan penjelasan mungkin atau kita tidak akan ngotot bahwa harus ini-itu, tapi yang penting bagi kami sebetulnya apa argumen Pemerintah tentang bala nyata itu, apakah TNI saja ataukan sebetulnya diluar TNI itu ada lagi yang dimaksud dengan bala nyata itu, kalaupun diluar TNI ternyata ada lagi kalau memang itu yang dimaksud Pemerintah atau kita memberikan perincian yang jelas, saya kira tidak masalah terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan.

Page 17: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

17

PEMERINTAH/MENHAN: Jadi kalau kembali ke Tap MPR, TNI itu adalah komponen utama, jadi

komponen utama saama dengan TNI, jadi TNI sebagai komponen utama pertahanan, jadi bisa saja kalau misalnya komponen utama adalah TNI yang merupakan bala nyata atau kekuatan nyata atau apapun tetapi kalau mau nyebut TNI memang begitu, TNI itu adalah komponen utama pertahanan menurut Tap MPR Nomor VII Tahun 2000.

KETUA RAPAT: Tidak ada komponen utama lain selain TNI pak ya, bagaimana Fraksi­

fraksi lain, Fraksi PDIP.

F.PDIP (WILLIAM M. TUTUHARIMA, SH): Kalau dilihat bahwa itu sudah sejalan dengan Tap MPR mengenai apa

yang disebut dengan komponen utama itu adalah TNI, ya sudah kita masukan saja itukan sudah jelas semua atau dari segi bahasa hukum-pun juga sudah didukung harus yang jelas, kita sepakati.

KETUA RAPAT: F.PDIP sepakat untuk mengganti bala nyata dengan TNI, Fraksi-fraksi

lain, F.PDU.

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WALY): Saya melihat antara bala nyata dengan komponen itu ada umunya dan

ada khususnya, khususnya kepada TN I, ada juga khususnya diluar TN I.

KETUA RAPAT: Pemerintah sudah menjelaskan pak, tidak ada komponen utama yang lain

kecuali TNI.

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WALY): Tapi kalau umpamanya TNI tidak merupakan kekuatan oleh karena sudah

lemah, sudah pecah, apakah Hisbulwatan yang ada pada Muhammadiyah atau AI-Ashar yang ada pada NU, sedangkan itu bisa dipergunakan untuk menghadapi ancaman, apakah kita tidak mempergunakanya keran itu ini dikatakan umum-khusus, pada suatu sudut dia bertemu, pada sudut yang lain dia bisa berpisah, tetapi kalau kita sudah menjamin bahwasanya TNI itu hingga sampai hari kiamat tetap merupakan komponen utama maka kita tidak memerlukan lagi pengertian yang lain, itu satu.

Yang kedua, inikan kata bala-kan dari bahasa Arab, itu jelak sekali kata bala, ini bala untuk bangsa Indonesia sehingga sudah timbul dis-integrasi dimana-mana, jadi karena itu maka saya lebih cocok kata bala nyata itu ditukar saja dengan kekuatan nyata, syukur kalau TNI merupakan kekuatan selanjutnya, kalau tidak, tetapi AI-Ashar merupakan kekuatan nyata atau Hisbulwatan merupakan kekuatan nyata dan itu bisa dimanfaatkan oleh bangsa untuk menghadapi ancaman, apakah tidak boleh kita pergunakan itu.

KETUA RAPAT: Boleh pak, kita berbicara mengenai definisi ini pak, bukan penggunaan.

Page 18: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

18

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y): Justru definisi itu juga harus jelas dan harus mencakup pecahan-pecahan

yang ada dalam definisi itu sendiri tetapi satu kalimat yang ada pada definisi itu pengertianya khusus tapi ada pecahan lain yang bisa masuk tapi tidak dicakup oleh definisi, itu definisi tidak ada sah, oleh karena tidak mau tarik, tidak melengkapi, tidak meliputi, terima kasih.

KETUA RAPAT: Kita sudah mendengarkan sekian banyak pembicaraan dan saya kira kita

sepakat yang kita definisikan disini komponen utama pak ya, bukan seluruh komponen, ada komponen lain tapi tidak utama, itu yang tidak boleh masuk, masuk sini yang utama saja pak.

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y): Kemudian saya tanyakan, andainya kalau sewaktu-waktu TNI ini kurang

berfungsi tetapi kita menghadapi ancaman itu harus diatasi, apakah itu tidak termasuk dalam komponen utama waktu itu, karena komponen utama ini, bagaimana.

KETUA RAPAT: Ada di DIM 24 pak, nanti kita akan sampai, kalau profesor itu memang

berfikirnya cepat.

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y): Saya setuju, kalaulah memang demikian saya tambahkan lagi komponen

utama itu terbagi dua, ada yang azasi ada yang non azasi, tapi ini kompanen utama azasi adalah titik-titik, adapun yang namar berapa itu, itu kampanen utama yang tidak azasi kampanen utama juga, terima kasih.

KETUA RAPAT: F.PPP bagaimana?

F.PPP (DRS. ARIF MUDATSIR MANDAN): Saya mendengar penjelasan dari Pemerintah nampaknya kalau ini tetap

malah lebih baik, karena tadi kalau tidak salah mahan dikareksi kampanen utama itu TNI lalu adalah bala nyata, bala nyata itu bahasa jawa pak yang artinya wadya bala atau tentara, jadi wadya bala nyata/kankrit, jadi TNI itu adalah wadya bala nyata, kalau ini memang istilah yang baku di TNI saya kira tidak ada salahnya kita nyatakan ini, sepakat dari kawan F.KB ya kalau misalnya kalau masyarakat tidak tahu saya kira untuk sekalian disasialisasikan bahwa bala nyata itu adalah seperti itu artinya, saya setuju dengan Pemerintah ini, terima kasih.

KETUA RAPAT: Fraksi Refarmasi.

Page 19: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

19

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Saya kira yang paling penting ya kita sosialisasikan adalah bahasa yang

lazim karena bahasa daerah ini macam-macam pak, kalau bala ini bahasanya orang kampungnya Pak .. itu lain lagi itu, bala itu artinya jelek betul, saya kira kita pakai bahasa lazim sajalah, kita maaf juga kalaupun ini bahasa jawa, kita hormati tapi untuk kita saja tapi untuk bangsa saya kira lain, saya kira begitu saja.

KETUA RAPAT: Konon didaerah saya, bala juga berarti jelak pak, bahaya itu, tolak bala

berarti tolak bahaya, silahkan F.PG.

F.PG (DR. HAPPY BONE ZULKARNAIN, MS): Saya kira sepakat dengan yang disampaikan oleh F.Reformasi dengan

F.PDIP tadi kita yang paling penting ini justru menghindarkan kata-kata yang sifatnya multi interpretasi sehingga jangan sampai hingga kemudian nanti ada kesalahan interpreatsi terjadi semantik konfius dan kemudian persoalanya diterjemahkan jadi lain, saya kaget juga kalau misalnya seperti yang disampaikan Prof. Muhibbuddin Waly tadi, misalnya ada komponen-komponen yang lain, kan persoalanya jadi berat oleh klarena itu dalam pandangan kami kalau misalnya tadi disebut bala nyata itu adalah pemahaman internal TNI silahkan no problem, tapi kalau ini sudah UU maka dia bukan pengertian internal, eksternal kepada publik, sifatnya mengikat dan kemudian juga jangan sampai terjadi interpretasi yang berbeda-beda, oleh karena itu dalam pandsangan kami seperti yang disampaikan tadi oleh F.Reformasi dan juga Pemerintah sendiri, kalau memang yang dimaksud dengan bala nyata itu adalah komponen utama artinya TNI ya TNI, karena kita menghadapi ancaman bersenjata, kalau ancaman bersenjata maka dia berhadapan dengan TNI bukan dengan komponen yang lain, jadi kami tegaskan lebih baik barangkali dengan nama TNI tadi, terima kasih.

KETUA RAPAT: Atau mungkin saya bisa ambit kesimpulan pertama begini pak, yang kita

bicarakan ini dalah komponen utama, komponen utama itu adalah bala nyata yang akan kita carikan istilahnya, kalau kita bisa menemukan bahwa yang termasuk komponen utama itu tidak sekedar TN I maka kita cari istilah lain tapi kalau yang kita masukd komponen utama itu adalah TNI tidak ada kekuatan lain maka kita definisikan TNI dan untuk memcahkan masalah ini kita akan bahas di Panja, bisa setuju pak ?

(RAPAT SETUJU)

Ya baik, selanjutnya kita ke DIM 24, berbicara mengenai komponen cadangan, komponen cadangan artinya tentu yang berhadapan secara diametris dengan komponen utama tadi, DIM diusulkan oleh F.PDIP, saya kira sudah selesai boleh dianggap konkordan sebelumnya, F.PG ada perubahan redaksi, silahkan.

Page 20: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

20

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON): Terima kasih Bapak Ketua. Rekan-rekan Anggoat Pansus yang kami hormati. Fraksi Partai Golkar disini mencoba menyempurnakan redaksinya saja

pak, untuk menghindari pengulangan-pengulangan walaupun nanti saya kira mungkin ahli bahasa lebih tepat, karena dengan kata-kata memperbesar dan memperkuat kekuatan itu kelihatanya kok bolak-balik disitu saja oleh karena itu kami menghapus kata memperbesar dan memperkuat kekuatan tersebut sehingga berbunyi menjadi komponen cadangan adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi kemampuan komponen utama, jadi tidak usah ditambah memperbesar dan memperkuat itu, ini perbaikan redaksional daripada F.PG, terima kasih.

KETUA RAPAT: Jadi F.PG beranggapan yang penting kemampuannya bukan besar dan

kekuatanya, dari F.Reformasi ada usul, sebelum F.Reformasi, F.PPP saya kira tata urut saja ya, kita bisa lewati, silahkan F.Reformasi.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Terima kasih. Kami juga sekaligus ingin mempertanyakan kepada Pemerintah, apakah

sumber daya nasional yang dimaksudkan disini adalah SDM, kalau memang betul sumber daya nasional itu adalah SDM maka kami ingin lebih konkrit, Sumber daya nasional diganti dengan SDM, terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik yang lain saya kira tetap, F.PDKB hanya menyangkut tata urut, jadi

Pemerintah, ada dua masalah pak yang pertama yang disampikan oleh F.PG menekankan segi kemampuan dan yang kedua pertanyaan dari F.Reformasi yang dimaksud sumber daya nasional dalam konteks UU Pertahanan ini adalah terbatas manusia atau lebih luas dari itu termasuk lingkungan alam dan lain sebagainya, silahkan pak.

PEMERINTAH/MENHAN: Terima kasih. Untuk F.PG kami memahami apa yang disamipaikan tetapi kami

berpendapat justru frasa memperbesar dan memperkuat kekuatan itu memang dimaksudkan untuk melipat gandakan kekuatan, jadi bukan hanya disiapkan tapi sekaligus diperbesar dan diperkuat sehingga kekuatan itu menjadi berlipat ganda.

Kemudian mengenai sumber daya nasional yang dimasuk disini bukan SDM tapi juga mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan sebagainya, terima kasih.

KETUA RAPAT: Fraksi-fraksi lain mungkin tidak keberatan kalau kami kembalikan ke fraksi

pengusul dulu, silahkan F.PG, jadi Pemerintah menganggap kemampuan yang berat belum tentu besar dan kuat sehingga tiga-tiganya harus masuk, silahkan bagaimana.

Page 21: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

21

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON): T erima kasih Pak Ketua. Saya kira kami sudah menyampaikan tadi tergantung kepada kita semua

barngkali ditanyakan saya ke ahli bahasa, kalau itu memang lebih tepat ya silahkan saja, kami tidak keberatan untuk dikembalikan kepada redaksi, terima kasih.

KETUA RAPAT: Fraksi Reformasi sudah mendengar jawaban Pemerintah.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Kalau memang itu yang dimaksudkan tentu ini tidak tepat usul perubahan

yang kami usulkan tentu kami cabut kembali kalau memang itu yang dimaksudkan, apa sekaligus menanggapi, biar cepat selesai.

KETUA RAPAT: Sebelum ditanggapi, ahli bahasa bagaimana ini antara memperbesar,

memperkuat.

PEMERINTAH/AHLI BAHASA: Baik, kita tajamkan dulu istilah peristilahan mobilisasi karena maknanya

itu adalah pengerahan apakah tenaga, orang untuk satu tujuan, apakah dalam kaitan memperbesar dan memperkuat itu usul dari F.PG tadi apakah dalam mobilisasi ini sudah ada unsur kekuatan dan memperbesar, kanb mobil itu sudah besar dan umum mengapa harus diulang lagi, kalau memperbesar dan memperkuat dalam arti pengerahan tenaga itu apa cocok atau tidak dalam hal mobilisasi, saya lebih cenderung ini maaf saja, tadi ada redaksi komponen cadangan adalah sumber daya nasional untuk dikerahkan melalui mobilisasi kekuatan dan kemampuan komponen utama, jadi dalam mobilisasi itu ada unsur kekuatan dan kemampuan, masalah memperbesar ini adalah memperkuat tidak ada kekuatan disini, melalui mobilisasi kekuatan dan kemampuan, jadi dalam komponen mobilisasi ada unsur kekuatan dan kemampuan, terima kasih.

KETUA RAPAT: Jadi memperbesar tidak relevan, besar tidak selalu berarti kuat begitu

maksudnya.

PEMERINTAH/AHLI BAHASA: Dalam arti besar sudah tercakup dalam mobilisasi pak.

KETUA RAPAT: Ya, Fraksi Reformasi silahkan.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Kami kira yang disampiakn oleh Pemerintah itu sudah tepat, karena disini

yang dimaksudkan adalah bahwa komponen cadangan itu justru gunanya adalah unutk membantu, membantu itu artinya memperbesar dan memperkuat kekuatan komponen utama tadi, saya kira itu sudah sangat tepat kalau memperbesar dan

Page 22: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

22

memperkuat ini kita hilangkan maka makna bantuan komponen cadangan itu tidak ada artinya, justru karena memperbesar dan memperkuat itulah dia memiliki arti, saya kira itu, terima kasih.

KETUA RAPAT: Ya, jadi dua usul tadi tinggal satu F.Reforamsi sudah menarik, tinggal

redaksi yang diusulkan oleh rekan dari Golkar, bagaimana tanggapan, F.PDIP khusus menghilangkan kata memperbesar dan memperkuat atau tetap sama dengan Pemerintah.

F.PPP (DRS. ARIF MUDATSIR MANDAN): lni memang sudah tepat tetapi saya setuju substansi yang disampikan

oleh F.PG cuma redaksinya menjadi begini komponen cadangan adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobi/isasi guna memperbesar dan memperkuat kemampuan komponen utama jadi kekuatan dan ini sebaiknya dicoret karena memperbesar dan memperkuat komponen utama itu sudah jelas, biar bertambah besar dan komponen utamanya itu bertambah kuat, jadi kekuatan dan ini sebaiknya di caret, terima kasih.

KETUA RAPAT: Fraksi Kebangkitan Bangsa.

F.KB (K.H. HANIF MUSLIH, Lc): Kami tetap cuma ingin menanyakan saja mana yang lebih tepat diantara

yang telah disiapkan dengan yang telah siap, semuanya saya kira saya sama dengan Pemerintah, terima kasih.

KETUA RAPAT: F.TNIIPOLRI.

F.TNI/POLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP, M.Sc. MM): Kami tetap pak, jadi menghendaki rumusan seperti Pemerintah pak.

KETUA RAPAT: Fraksi KKI.

F .KKI (DRS. S. MASSARDY KAPHAT): F.KKI juga tetap sebagaimana rumusan yang disampaikan oleh

Pemerintah.

KETUA RAPAT: Mungkin F.PDU juga demikian atau tidak.

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y): Saya lain dari yang Jain, oleh karena itu, ini komponen cadangan ini

dengan menggerakan mobilisasi ini untuk apa ? untuk mengatasi itu pokok

Page 23: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

23

utama kalau tidak dapat mengatasi maka kita naik kepada memperbesar, untuk apa memperbesar itu adalah untuk memperkuat, kalau memperbesar tidak ada padanya memperkuat juga tidak ada artinya, karena itu dan harus ditinggalkan dan ditambah dengan kata mengatasi, melalui mobilisasi guna mengatasi, memperbesar untuk memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama, jadi ditambah kata mengatasi sebelum memperbesar dan dibuang kata dan karena memperbesar itu tujuannya untuk memperkuat, terima kasih.

KETUA RAPAT: Jadi prinsipnya setuju untuk dicantumkan manfaat mobilisasi disini bahwa

mobilisasi adalah dalam rangka memperbesar, memperkuat untuk mengatasi, begitu pak ya.

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WALY): Mengatasi harus ada, memperbesar juga harus ada, dalam kalimat ini

tetapi kalau memperbesar bukan memperkuat juga tidak ada artinya, memperbesdar untuk memperkuat, terima kasih.

KETUA RAPAT: Dalam rangka diatas tadi mengatasi, silakan FPG.

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON): Terima kasih Pak Ketua, kami tadi menyampaikan bahwa hanya

mengusulkan perubahan redaksional untuk menghindari adanya pengulangan­pengulangan dalam pengertian yang sama, karena kami melihat seperti tadi sudah berkembang juga saran-saran baru oleh karena ini barangkali kami tidak keberatan dibawa ke Panja untuk perbaikan redaksional nantinya. Namun ada satu hal yang ingin juga rupanya ada suatu kejelasan dari pemerintah supaya jangan menjadi rancu, sumber daya nasional itu yang bagaimana perlu barangkali memberikan penjelasan sekedarnya dari pemerintah sehingga kita paham betul apa yang kita maksud dengan itu.

KETUA RAPAT: Sebelum memberi definisi mengenai sumber daya nasional kita bisa

sepakati dulu bahwa untuk usul FPG semua Fraksi sepakat dengan pemerintah untuk menjelaskan mobilisasi itu untuk apa, apakah untuk memperbesar, apakah untuk memperkuat, dan lain sebagainya, itu yang kita bicarakan di Panja, sedangkan usul F Reformasi ditarik dan sekarang ada pertanyaan yang tidak terkait dengan keputusan kita apa itu sumber daya nasional, dan sebelum dijawab ini barangkali kita bisa sepakati dulu apa yang saya sampaikan tadi pak, kita setuju. Baik.

(KETOK SATU KALI)

Silakan pemerintah menjelaskan apa yang dimaksud sumber daya nasional.

Page 24: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

24

PEMERINTAH/MENHAN: Tadi sudah kami sampaikan bahwa sumber daya nasional itu meliputi

SDM, SDA, dan sumber daya buatan dan semuanya yang bisa kita manfaatkan untuk kepentingan pertahanan nasional termasuk didalamnya ada pesawat membawa senjata, senjata, karang, gunung, dan rawa-rawa dan seterusnya. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Saya kira demikian.

F.PG (DR. HAPPY BONE ZULKARNAIN, MS): Kalau memang yang dimaksud itu adalah sumberdaya nasional seperti

yang disampaikan oleh pemerintah seperti tadi, apakah mungkin dibuat lebih rinci sumber daya nasional terdiri dari SDM, SDA, tambah lagi dan sebagainya misalnya begitu apa mungkin tidak, seperti itu.

PEMERINTAH/MENHAN: Mungkin juga didalam penjelasan saja nanti kalau itu diperlukan tapi

silakanlah nanti.

KETUA RAP AT: Pasal definisi tidak ada penjelasan, ketentuan umum tidak ada penjelasan

cuma masalahnya apakah relevan memberikan sebuah definisi sumber daya di UU Pertahanan karena biasanya yang masuk pasal satu yang bisa kita definisikan adalah pertama adalah hal-hal yang punya pengertian umum untuk menghindarkan mis-interpretasi dan yang kedua kata-kata itu berulang kali dipakai dalam pasal-pasal berikutnya, silakan pak.

PEMERINTAH/MENHAN: Baik pak, agar tidak berkembang lebih jauh, sebenarnya masalah itu tadi

ini ada di DIM berikutnya, DIM No. 26, 27 itu sudah bicara SDA, sumber daya buatan dan seterusnya. ·

KETUA RAPAT: Baik, demikian dari FPG, jadi kalau mau berbicara mengenai Sumber

daya nasional diberikutnya. Sekarang DIM No. 25, FPDI-P mengajukan usul saya kira konkordan dengan tadi komponen sama dengan kekuatan, FPG tetap, FPPP tata urut, sedangkan F.Reformasi saya kira sudah sama dengan tadi, yang lain tetap, FPDKB menyangkut tata urut jadi sekarang tinggal F.Reformasi saja, ini ada DIM nomor 25, kata nasional diganti dengan kata alam dan buatan.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Ya, ini juga ada kaitan dengan DIM yang sebelumnya, kalau memang

Pemerintah konsisten dengan itu ya tentu kami juga menarik kembali ini.

Page 25: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

25

KETUA RAPAT: Akan dibicarakan dalam DIM 26, jadi dialihkan ke DIM 26, dengan

demikian DIM 25 tidak ada masalah, dapat kita terima utuh?

(KETOK SATU KALI)

Sekarang kita ke DIM 26, F.PDIP menyangkut tata urut, F.PG dirgantara diganti udara, silahkan.

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON): Terima kasih. Jadi menurut pemahaman dari F.PG yang kita maksud disini sebenarnya

adalah udara bukan dirgantara, sebab kalau kita berbicara mengenai dirgantara menurut ensiklopedi itu dirgantara adalah bisa ruang angkasa, antar planet, antariksa, jadi terlalu luas, sedangkan yang kita maksud adalah batas udara diwilayah Rl ini, oleh karena itu kami menggantikanya dengan kata udara dari dirgantara ini, terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, silahkan.

F.PG (DR. HAPPY BONE ZULKARNAIN, MS): Untuk mendukung apa yang disamoaikan oleh rekan kami, didalam UU

Penataan Ruang itu disebut daratan, lautan, udara, jadi oleh karena itu memang lebih tepat itu kata udara, terima kasih.

KETUA RAPAT: F.PPP saya kira konkordan dengan judul, F.KB juga konkordan dengan

judul, F.Reformasi tidak ada, F.TNI/POLRI ada perubahan usul kalimat, silahkan.

F.TNI/POLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP, M.Sc. MM): Kami mengusulkan untuk kalimat dalam rangka mendukung kepentingan

nasional itu dihapus, jadi supaya tidak menimbulkan satu tafsiran, sumber daya alam adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air, dan udara, yang dalam ujud asalnya dapat dijadikan untuk kepentingan negara. ltu saja pak.

KETUA RAPAT: F.PBB juga perbaikan redaksi, demikian fraksi-fraksi sudah

menyampaikan usulan, silahkan F.PPP.

F .PPP (DRS. ARIF MUDATSIR MANDAN): Saya ingin tanya saja kepada Pemerintah, kalau didalam DIM 25 itu

disebutkan sumber daya nasional, kemudian 26 saya kira 27 juga, disini disebut dengan sumber daya alam, sumber daya alam adalah potensi yang terkandung, maksud saya ini nyantolnya kemana ini, apa sumber daya alam ini nyantolnya ke sumber daya nasional, sebab DIM 27 kalau bicara sekalian ini sumber daya buatan, jadi saya ingin nyantolnya saja karena yang di 2.5 ini bunyinya sumber daya nasional, penjelasanya disini sumber daya alam atau dua yang terpisah ini,

Page 26: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

26

karena tadi dipertanyakan itu, DIM 25 ini pertanyaanya justru yang dimaksud sumber daya nasional itu apa disini tidak dijelaskan, yang dijelaskan adalah sumber daya alam, ini saya ingin bertanya kepada Pemerintah, terima kasih.

KETUA RAPAT: Jadi ada tiga hal Pemerintah, yang pertama pergantian kata dirgantara

menjadi udara, penghapusan kata-kata kepentingan nasional dari F.TNI/POLRI, dan yang ketiga pertanyaan dari rekan F.PPPstruktur mengenai sumber daya, sumber daya nasional itu apakah terdiri dari alam, manusia, buatan dan lain sebagainya, kalau demikian dimana itu penjelasan, silahkan.

PEMERINTAH/MENHAN: Terima kasih. Mengenai istilah dirgantara diganti dengan udara sebenarnya kami

berpendapat bahwa kata dirgantara itu memiliki makna yang lebih luas dari sekedar udara karena dirgantara itu ruang, ruangan yang disitu ada udara juga dan ada batas-batas tertentu tetapi karena ini menyangkut soal istilah maka kita serahkan saja nanti ke ahli bahasa, mana yang lebih tepat untuk itu.

Kemudian yang kedua, untuk usul dari F.TNIIPOLRI kami setuju untuk didiskusikan, dikembalikan dulu ke floor mana yang lebih baik, apakah lima kata ini dicoret ataukan tetap, tetapi kami tidak keberatan kalau memang kesimpulanya harus dibuang lima kata itu karena substansinya sama sekali tidak akan terkurangi.

Mengenai sumber daya alam, seperti kami katakan tadi sumber daya nasional itu meliputi sumber daya alam, sumber daya buatan, sumber saya nasional sudah disebutkan didepan kemudian sumber daya alam dijelaskan karena nanti dibelakang kita akan menyebut lagi penggunaan istilah ini terutama pemanfaatan bumi, air, dan ruang angkasa yang akan kita manfaatkan didalam pertahanan kita, begitu juga sumber daya buatan itu merupakan bagian dari sumber daya nasional sehingga ibarat kita bicara manusia ialah ini-ini, kepala manusia ialah ini, tangan manusia ini, saya kira itu dari umum ke khusus dan sebagainya, terima kasih.

KETUA RAPAT: Sebelum saya lanjutkan ada permintaan, yang dimaksud dengan

dirgantara atau udara disini hanya sekedar space atau space ditambah dengan substance, kalau kita berbicara udara ya selain space dia juga substance yang kita hirup, apa itu yang dimaksud supaya kawan-kawan bisa menjelaskan nanti.

PEMERINTAH/MENHAN: Ketua Pokja.

PEMERINTAH/KASAU: Mohon izin Bapak Menteri. Yang dimaksud udara itu adalah ketinggian tertentu yang disana bisa

diberlakukan hukum udara, tapi diatasnya udara, inilah yang kita harapkan Indonesia tidak dijajah begitu saja lewat satelit-satelit, oleh karena itu dengan dirgantara kita mencoba untuk udara dan untuk diatasnya udara ini, terima kasih.

KETUA RAPAT: Jawaban kita sudah dengar, kita kembalikan ke saudara pengusul.

Page 27: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

27

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON): T erima kasih Pak Ketua. Saya kira pertanyaan belum dijawab seluruhnya, apakah udara itu juga

termasuk dengan udara yang kita hirup itu atau tidak, kalau yang termasuk itu ya saya kira ya tetap udara disini, kalau hanya sekedar dirgantara maka belum tentu termasuk udaranya, saya kira dijawab dulu ini, saya kira pertanyaan yang mendasar ini, terima kasih pak.

KETUA RAPAT: lni berbicara mengenai sumber daya nasional pak, berbicara mengenai

sumber daya itu apakah udara itu dilihat hanya sebagai ruang space tempat kita terbang tapi juga sekaligus sebagai substance yang bisa digunakan untuk kehidupan.

PEMERINTAH/KASAU: Saya kira benar pak, jadi kalau kita berbicara dengan udara saja itu

ketinggian sekitar 36 kilo meter, jadi diatas itu kita mempunyai namanya DSO yang disana ada satelit-satelit yang barangkali saat sekarang, kalau kita bicara kekuatan itu mampu mendeteksi apa saja yang ada ditempat kita ini, oleh karena itu dengan dirgantara mungkin lewat konvensi-konvensi internasional, kita bisa mendorong mereka tidak sewenang-wenang, terima kasih.

KETUA RAPAT: ltu sebagai space, sebagai ruang tempatnya titik orbit atas sudah terjawab

tapi sebagai substance zat udara, apakah itu juga masuk disini sebagai sumber daya, space diatas dirgantara, space dibawah mungkin udara, udara sebagai zat, zatnya itu kita hirup, itu adalah bagian dari sumber daya dalam rangka pertahanan atau tidak.

PEMERINTAH/KASAU: Sepertinya ya pak, saya pikir kalau udara yang itu tidak termasuk pesawat

tidak bisa terbang barangkali, terima kasih.

KETUA RAPAT: Kalau itu termasuk makanya kawan kami mengatakan bukan dirgantara

tetapi udara, kalau dirgantara hanya space, kalau udara space dan zat, silahkan pak.

PEMERINTAH/KASAU: Jadi istilah yang sekarang masih berlaku di TNt dan TNI-AU khususnya,

kalau kita bicara dirgantara itu ada dua bagian pak, udara dan antariksa, udara dibatasi oleh 36 km diatasnya adalah antariksa yang barangkali kita tidak bisa menjangkau kearah sana namun kita berusaha melewati internasional, kita mencoba untuk mengikuti aturan aturan hukum internasional, jadi dirgantara ada dua macam, udara dan antariksa, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan F.PG.

Page 28: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

28

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON): Terima kasih Pak Ketua. Kami hanya melihat, membaca ensiklopedi yang tertulis seperti itu, dalam

pemahamanya itu adalah dirgantara itu adalah space sebetulnya sedangkan udara itu adalah zat juga diantaranya sudah mencakup, tergantung kita sekarang mana yang terbaik dan yang pentiung adalah jangan sampai ada substansi yang hilang dalam pengertian sumber daya alam ini sebab kita tidak hanya berbicara mengenai space sebab udara yang kita hirup ini juga menjadi sumber daya alam yang mempunyai nilai yang sangat penting, terima kasih.

KETUA RAPAT: Ada keterangan tambahan dari Pemerintah.

PEMERINTAH/MENHAN: Ya itu tadi, mari kita terima selama aman bahwa dirgantara itu meliputi

udara dan angkasa sehingga ya space-nya, ya substansinya, jadi tambahanya udara-nya saja ya udara kalau space-nya karena angkasanya tadi disebut, kalau dirgantara sudah bisa dua-duanya sebagai sumber daya, itu saya kira kita terima sebagai pemahaman, terima kasih.

KETUA RAPAT: Sekarang giliran Fraksi-fraksi, silahkan F.PDIP, dua hal yang pertama

usul dari F.PG dan yang kedua usul penghapusan kata kepentingan nasional dari F.TNI/POLRI.

F.PDIP (FIRMAN JAVA DAELI, SH): Yang pertama kami sepakat dengan pemahaman yang lebih utuh dari

Pemerintah soal yang dirgantara itu, tadi dilengkapi dengan Menhan bahwa soal dirgantara itu lebih luas, kemudian yang kedua kepentingan nasional dari ternan­ternan F.TNI/POLRI untuk sementara ini dulu kami tadi masih belum jelas usulan dan latar belakang pemikiran dari ternan-ternan F.TNI/POLRI tetapi paling tidak sampai sementara ini dulu bahwa apa yang menjadi usulan konkrit dari Pemerintah bisa menjadi acuan kita kedepan justru itu yang menjadi pegangan kita, terima kasih.

KETUA RAPAT: F.PG tanggapan untuk F.TNI/POLRI.

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON): Untuk usul dari F.TNI/POLRI kami kira bisa dipertimbangkan pak, terima

kasih.

KETUA RAPAT: F.PPP

Page 29: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

29

F.PPP (DRS. ARIF MUDATSIR MANDAN): Untuk hal ini saya setuju dengan F.PG, dipertirnbangkan disini, tapi yang

penjelasan dari Pernerintah saya saya faharn bahwa yang dirnaksud surnber daya alarn itu adalah bla-bla-bla ini 26, yang 27 ini adalah ini-ini, yang saya rnaksudkan itu struktur berfikir kita, tadi pada 25 itu dipertanyakan banyak orang yang dirnaksud surnber daya nasional itu apa, katanya jawabnya ada di 26-27, rnustinya kalau struktur berfikirnya benar adalah 25 rnenurut karni, 26 itu berbunyi surnber daya nasional itu adalah apa, karena ini tidak ada penjelasan surnber daya nasional itu apa, langsung ke surnber daya alarn, padahal tadi yang dirnaksud surnber daya nasional itu adalah surnber daya alarn dan buatan ini, ini bukan substansi, ini struktur berfikir supaya runtut, supaya yang dipertanyakan surnber daya nasional tadi itu terjelaskan karena kalau tidak dirnasukan itu nanti seolah-olah terputus, terirna kasih.

KETUA RAPAT: Tanggapan F.PPP terhadap usul dari F.PG, pergantian dirgantara dan

udara.

F.PPP (DRS. ARIF MUDATSIR MANDAN): Saya kira rnungkin kalau yang dirnaksud Pernerintah itu adalah

rnenyangkut dua-duanya secara substansial, saya kira saya setuju saja dengan penjelasan Pernerintah.

KETUA RAPAT: F.KB

F.KB (K.H. HANIF MUSLIH, Lc): Saya kira untuk kata-kata dirgantara itukan sudah rnakruf, jadi saya kira

tidak perlu diganti, kernudian juga yang lain juga saya kira tetap saja, terirna kasih.

KETUA RAPAT: Fraksi Reforrnasi.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Pertarna rnengenai rnasalah dirgantara karena tadi Pernerintah

rnenjelaskan bahwa yang dirnaksudkan dengan dirgantara itu adalah udara dan antariksa sehingga kita bisa rnernaharni narnun agar tidak terjadi perdebatan, pengertian seperti apa yang disarnpaikan ternan-ternan dari F.PG yang rnencoba rnengganti dengan udara, saya kira kalau rnernang rnernungkinkan secara legal drafter, dirgantara ini kita buat dalarn kurung udara dan antariksa, jadi lebih sempurna sehingga tidak lagi rnernberikan pengertian-pengertian atau bertanya­tanya karena tadi Pernerintah rnenyarnpaikan bahwa pengertian dirgantara itu adalah rnengikuti dari perkernbangan-perkernbangan yang ada sekarang ini, sernentara ada yang berpendapat bahwa dirgantara itu adalah udara, nah inikan rnerupakan bagian dari pengetahuan juga, jadi ada baiknya dibuat didalarn kurung udara dan antariksa, itu satu.

Page 30: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

30

Yang kedua, saya juga sependapat dengan F.PPP tentang masalah apa yang ditanyakan oleh F.PPP, ini cantolanya dimana kok tiba-tiba ada sumber daya alam, kami tidak bermaksud kembali pada posisi semula makanya dari awal kami ingin menanyakan kepada Pemerintah tentang masalah penafsiran sumber daya nasional itu, sebab ternyata didalam DIM kita ini baik itu komponen cadangan maupun komponen pendukung, dua-duanya adalah sumber daya nasional tetapi memiliki makna dan arti yang berbeda semestinya kalau yang dimaksudkan oleh Pemerintah apa yang kami sampaikan tadi barangkali bisa kita sepakati bahwa kami berfikir komponen utama itu tentu adalah TNI mak bala nyata itu kita ganti dengan TNI, sedangkan komponen cadangan itu yang dimaksudkan adalah SDM yang lain, jadi tidak secara menyeluruh sedangkan komponen pendukung yang kami maksudkan betul-betul adalah sumber daya alam dan buatan sehingga memang cara berfikirnmya juga runtut, kalau memang demikian tentu tidak ada salahnya agar lebih sempurnanya RUU kita ini tidak ada salahnya kita mencoba melihat runtut cara berfikir tadi, terus terang kenapa tadi langsung menyatakan menarik usulan kami dalam DIM 25 karena memang kami yakin dengan penjelasan Pemerintah itu tetapi ternyata didalam perjalanan ini kita memang sangat meragukan, karena antara komponen pendukung dengan komponen cadangan itu saama-sama sumber daya nasional, jadi kami minta penjelasan Pemerintah tentang hal ini, terima kasih ..

KETUA RAPAT: Komentar terhadap DIM F.TNIIPOLRI.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Mengenai DIM F.TNIIPOLRI sementara kami sependapat tapi ada

baiknya nanti kita bicarakan diruangan ini, terima kasih.

KETUA RAPAT: F.TNI/POLRI silahkan satu komentar mengenai usul F.PG.

F.TNIIPOLRI (SLAMET SUPRIADI, S.IP, M.Sc. MM): Kembali lagi, tadi kami untuk rumusan dari Pemerintah yang diusulkan

oleh F.PG tadi yang pengertian udara tadi, jadi kami sependapat bahwa itu dirgantara yang dipakai pak, itu euro space, jadi lebih banyak makna pada space-nya tapi substansinya sudah masuk, jadi zat ini sudah termasuk ini, ini yang menyangkut rumusan saja masalah dirgantara, tentang penambahan tadi pertanyaan oleh F.PPP dan F.Reformasi, kami menghendaki ditiadakan kalimat da/am rangka mendukung kepentingan nasional karena ini ada juga nanti di Pasal 11, sedangkan kepentingan nasional disini tidak ada rumusan yang baku pak, oleh karena supaya tidak menimbulkan penafsiran yang bukan-bukan nanti kami sarankan untuk ditiadakan, kalaupun hendak dimasukan, kami sarankan rumusan kepentingan nasional itu perlu dicantumkan dalam suatu ketentuan umum tersendiri, karena kita jumpai kepentingan nasinal ini ada beberapa beberapa kalimat, muncul berulang-ulang didalam pasal-pasal berikutnya dan didalam sistem perencanaan pertahanan ataupun apa kekuatan TNI awalnya kita melihat dulu kepentingan nasional kita, dalam perumusan tugas TNI kita juga melihat nasional interes-nya apa oleh karena itu kita perlu sepekati dulu kepentingan nasional itu apa, itu kalau hendak dimasukan ini kepentingan nasiona/harus kita rumuskan tersendiri, kami tidak berani merumuskan kepentingan nasional itu oleh karena itu kami menyarankan untuk dihapus dari kalimat ini, terima kasih pak.

Page 31: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

31

KETUA RAPAT: Selanjutnya F.KKI.

F.KKI (DRS. S. MASSARDY KAPHAT): Dari F.KKI, setelah mendengar penjelasan dari Pemerintah maka kami

sependapat bahwa kata dirgantara ini dipertahankan dalam rumusan. Yang kedua, apa yang diusulkan oleh F.TNI/POLRI yaitu menghapus

kepentingan nasional, kami dapat menyetujui, terima kasih.

KETUA RAPAT: F.PDU seandainya mau ada sesuatu yang mau disampaikan.

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y): ltu seperti tadi sudah dikemukakan macam-macam pendapat ada

komponen cadangan Sumber daya nasional, ada sumber daya, apa komponen pendukung.

KETUA RAPAT: Jadi pembicaraan kita menyangkut dua hal pak, yaitu mengganti kata.:.kata

"dirgantara" dengan "udara".

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y): Sebagaimana sudah saya dengar tadi termasuk udara dan antariksa,

sekarang itu kalau kita pakai dirgantara yang termasuk antariksa apakah kekuatan TNI AU sampai juga ke antariksa atau hanya sampai pada tingkat udara saja jadi antariksa itu adalah internasional, kalau umpamanya sampai kesana maka sekarang ini AU harus dirubah dengan istilah Angkatan Dirgantara, terima kasih.

KETUA RAPAT: Sampai ke Sidratul Muntaha nanti, nah pendapat FPDU terhadap rekan

FTNI/Polri, tidak ada pendapat rupanya, masih ada Fraksi lain yang belum ? Saya kira semua kita dengar ada kesimpulan dari Sdr. Pemerintah. Jadi saya kira tinggal kita meyakinkan bahwa kalau kita memakai kata "dirgantara" disitu terkait "Space" dan Substanse" kalau definisinya seperti itu berarti rekan dari FPG tidak ada masalah karena itu yang dituntut bahwa sumber daya itu bukan hanya space tapi juga substansi, silakan pak.

PEMERINTAH/MENHAN: Jadi yang terakhir tadi Pemerintah masih lebih condong untuk

menggunakan istilah dirgantara seperti yang dimaksudkan oleh Saudara Ketua Pansus tadi, kemudian kami juga tidak keberatan dengan usul sebagian besar dari Fraksi-fraksi tadi agar lima kata yang terakhir "dalam rangka mendukung kepentingan nasional" dicoret atau kalau masih mau dipakai lalu dibuat definisi baru kepentingan nasional itu apa. Silakan dewan membicarakan ini kami ikut, saya setuju saja kalau mau dibuat definsi sebelum nomor 26 atau 26 baru yaitu tentang Sumber daya nasional itu apa dan untuk itu saya kira ini bisa di mintakan ke ahli bahasa atau kami nanti sebentar atau kita sama-sama membuat, baru

Page 32: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

32

nanti sumber daya alam dibawahnya, tetapi memang kami membayangkan sumber daya nasioal itu adalah semua potensi yang tersedia atau kekayaan yang terdiri dari 4 M itu tadi, Man, Money, Material, dan Methode, kira-kira bisa didefinsikan dari situ terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik saya kembalikan ke FPG, mengenai dirgantara dan udara.

F .PG (IR. S.M. TAMPUBOLON): Terima kasih Bapak Ketua, kalau kami sebetulnya masih menginginkan

kalau ini bisa didiskusikan sekarang tapi kalaupun bisa kami usulkan untuk ke Panja karena pengertian dirgantara itu sendiri memang itu dalam ensiklopedia dikatakan dia universe kalau universe berarti masuk juga bumi kita ini jadi bolak­balik, jadi tidak ada batasanya kelihatanya kalau kita berbicara mengenai dirgantara ini, tidaka ada batasannya, apakah memang itu yang kita bicarakan, jadi kalau bisa kami mengusulkan diperdalam lagi di Panja, terima kasih.

KETUA RAPAT: Kalau begitu apa boleh saya rumuskan bagini pak, yang pertama untuk

DIM 26 usul dari F.TNI/POLRI untuk menghilangkan kata-kata kepentingan nasional ada dua alternatif, yang pertama itu kita terima dihapus, alternatif yang kedua dia tetap disini tetap ada kata-kata kepentingan nasional tapi dengan konsekuensi dibuat definisi apa itu kepentingan nasional, kita sepakat ini pak, dan untuk mencari solusinya mungkin di Panja ya, kalau kita keluarkan sebagai alternatif pertama, dia keluar tetapi siapa tahu pada saat pembahasan selanjutnya bahwa ternyata dibutuhkan maka dia masuk tetapi dengan konsekuensi ada butir baru mengenai definisi terhadap kepentingan nasional, kemudian yang kedua supaya ada gambaran mengenai struktur berfikir kita mengenai apa yang dimaksud dengan sumber daya maka disepakati ada definisi menganai sumber daya nasional, lalu yang ketiga mengenai dirgantara dan udara kita sepakat bahwa yang dimaksud disini adalah space dan substance atau zat, kita akan cari definisinya di ensiklopedia, apakah dirgantara atau udara atau ada istilah lain yang menyangkut kedua hal itu, semuanya akan kita perdalam di Panja, ada komentar mengenai kesimpulan sementara ini, silahkan.

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y): Saudara Pimpinan, saya bertanya sedikit, apa pengertian dalam wujud

asalnya apakah itu kembali kepada udara ataukah kembali dalam pengertian alam selain dari Tuhan.

KETUA RAP AT: Relevansinya dengan DIM ini apa pak.

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y): Ya itu tadi, dirgantara yang dalam wujud asalnya, kenapa tidak dirgantara

yang dapat didayagunakan untuk kepentingan pertahanan negara, kenapa tidak langsung saja yang dapat didayagunakan, kok ada lagi kalimat yang dalam wujud asalnya, ini saya tidak mengerti ada kalimat dalam wujud asalnya ini.

Page 33: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

33

KETUA RAPAT: lni mustinya di Timus, tapi silahkan Pemerintah.

PEMERINTAH/MENHAN: Dari Pokja saja yang jawab.

PEMERINTAH/TIM POKJA: T erima kasih Pak Menteri. Untuk yang terakhir dari F.PDU, memang ini kita wujud asalnya karena

nanti ada kategori lain dalam proses management itu sumber daya buatan dan ketegori daripada saran dan prasarana nasional, kalau bapak lihat pada DIM 27 sumber daya buatan adalah sumber daya alam yang telah ditingkatkan daya gunanya untuk kepentingan, ini untuk menegaskan itu, disana ada proses pembuatan atau proses peningkatan daya guna daripada sumber daya alam terse but.

F.PDU (PROF. DR. H. TEUNGKU MUHIBBUDDIN WAL Y): Saya ingin bertanya itu yang dalam wujud asalnya atau adjektif daripada

dirgantara.

PEMERINTAH/TIM .POKJA: Bisa kami mengerti pak, jadi maksudnya terhadap bumi, air dan

dirgantara, ketiga-tiganya mungkin dalam bahasa memang harus diberi koma kalau memang diartikan ini hanya berlaku untuk dirgantara tapi untuk tiga­tiganya pak, terima kasih.

KETUA RAPAT: Saya kira F.PDU sudah jelas pak ya, jadi dalam wujud asalnya merujuk

ketiga substansi diatasnya bumi, air, cuma gaya penulisanya supaya yakin bahwa merujuk kesitu tidak hanya ke dirgantara nanti di Timus disesuaikan, ada tambahan penjelasan dari Pemerintah.

PEMERINTAH/MENHAN: Hanya ini tadi, definisi atau pengertian yang dimintakan oleh F.PPP dan

F.PG atau F.Reformasi tadi tentang sumber daya nasional itu sebenarnya sudah ada definisi yang dipakai oleh UU terdahulu yaitu UU Nomor 20 Tahun 1982 yang disini diartikan begini "sumber daya nasional adalah sumber daya manusia, sumber daya alam dan sumber daya buatan" baru nanti dibawahnya dijelaskan seperti itu, kalau itu bisa diterima tidak usah dibawa ke Panja langsung mengambil butir 12 dari UU Nomor 20 Tahun 1982.

KETUA RAPAT: F.PPP setuju, silahkan.

F.PPP (DRS. ARIF MUDATSIR MANDAN): Saya setuju, saya kira pas apa yang disampaikan oleh ternan kita dari

Fraksi Reformasi soal definisi tadi, terus yang tentang usulan F.TNI/POLRI saya kira dalam rangka mendukung kepentingan nasional inikan penjelasan dari

Page 34: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

34

kepentingan pertahanan negara ya, sementara itu mengenai pertahanan negara itu sudah dijelaskan sebelumnya pengertianya keutuhan wilayah, keselamatan segenap bangsa, dan macam-macam kan kepentingan negara, lagipula tadi Pemerintah juga cenderung setuju untuk dihapus, saya kira tidak usah dibawa ke Panja menurut saya, menurut saya setuju untuk dihapus karena setuju dengan F.TNI/POLRI.

KETUA RAPAT: Saya kira Pemerintah juga tidak keberatan, F.PG, tadi F.KB angkat

tang an.

F.KB (K.H. HANIF MUSLIH, Lc}: Udara tadi, kalau dirgantara dikatakan universe saya kira udara-pun juga

begitu, jadi saya kira tetap saja dirgantara, makanya didalam Islam itu hawa atau udara itu tidak boleh dimiliki oleh seseorang karena sifatnya universe tadi, terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan F.PDIP.

F.PDIP (FIRMAN JAVA DAELI, SH}: Ya dirgantara itu tetap kami mendukung hanya ini bukan untuk

membongkar tapi kalau boleh juga substansi pemahaman itu kita alamatkan juga ke air, jadi bukan hanya substansi disitu tapi juga ruang, dalam rangka pertahanan negara.

Yang kedua, kami menyambut positif apa yang disampaikan oleh F.TNI/POLRI soal tadi kepentingan nasional itu tidak usah lagi dibuat rumusan baru tapi bahkan kalau boleh dihapus saja.

Kemudian yang ketiga soal definisi baru, soal sumber daya nasional yang akan diberi pengertian dalam kaitan dengan UU Nomor 20 Tahun 1982, kami tidak tahu semangat UU Nomor 20 yang melatari sumber daya nasional disitu bahkan kalau boleh kami usulkan kalau misalnya didefinisikan sumber daya nasional ya, sumber daya alam dan sumber daya buatan itu, terima kasih.

KETUA RAPAT: Boleh saya untuk kesekian kalinya untuk menyimpulkan lagi pak ya, jadi

disini sumber daya alam adalah potensi yang terkandung dalam bumi, tadi diminta oleh F.PDIP sebaiknya yang dimaksud bumi itu sama dengan air, dirgantara, bukan cuma buminya dalam bentuk mungkin timah, tambang, tanahnya, tapi juga space-nya, demikian juga air bukan cuma zat air-nya tapi juga space air, demikian juga dirgantara bukan cuma udaranya tetapi juga space udara-nya, sehingga untuk bumi, air dan dirgantara meliputi zat dan sekaligus space.

Lalu yang berikut mengenai kepentingan nasional sepertinya tidak ada yang keberatan untuk dihapus, tinggal rekan kami dari F.PG ini bisa tidak memahami pengertian bahwa yang dimaksud bumi, air, dan dirgantara itu adalah zat sekaligus space, sehingga dengan demikian pergantian kata-kata dirgantara menjadi udara tidak perlu lagi, silahkan.

Page 35: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

35

F .PG (IR. S.M. TAMPUBOLON): Bapak Ketua dan rekan-rekan semuanya, kalau memang semua sepakat

seperti itu, kami juga tidak bisa tidak menerima, tapi apa salahnya kalau kita tanya dulu ahli bahasa kira-kira bagaimana pengertianya ini, terima kasih.

KETUA RAPAT: lni pertahanan terakhir, silahkan.

PEMERINTAH/AHLI BAHASA: Sebenarnya kita terlalu terpaku atas pengertian salah satu kata banyak

pengertianya, udara, bala, jangan satu kata, nah udara itu tidak hanya hawa tapi juga angkasa termasuk disana pengertianya, sedangkan antariksa betul dari F.PG, itu bumi juga mustinya bumi yang terdiri atas ruang udara dan antariksa, sebelum dirumuskan dalam dunia pendidikan bahwa bumi, air dan udara itu sudah tepat karena udara itu tidak ansih hawa tidak, dia juga ruang udara dan angkasa pengertian udara itu, jadi banyak pengertianya.

KETUA RAPAT: Kalau dirgantara bagaimana.

PEMERINTAH/AHLI BAHASA: Dirgantara adalah ruang udara dan antariksa.

KETUA RAPAT: Substansi udara-nya masuk tidak.

PEMERINTAH/AHLI BAHASA: Dirgantara adalah yang mencakupi bumi yang terdiri atas ruang udara dan

antariksa, jadi dirgantara adalah bagian dari bumi, jadi kita kembali pada pendidikan dahulu bahwa Indonesia terdiri dari bumi, air dan udara, udara disana tidak ansih hawa, dia juga terdiri atas ruang udara, hawa, dan angkasa.

KETUA RAPAT: Yang dipersoalkan disini kata yang tepat dirgantara atau udara dalam

konteks ini.

PEMERINTAH/AHLI BAHASA: Kalau saya lebih mewujud bumi, air, dan udara, satu komponen makna,

bukan dirgantara, terima kasih.

KETUA RAPAT: Untuk pengertian ini masih ada split rupanya, atau boleh begini, ini kita

sepakati tapi di Panja kita beri kesempatan kepada F.PG untuk menunjukan bahwa dirgantara itu lebih pantas diganti udara, bagaimana.

Page 36: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

36

F.PG (DR. HAPPY BONE ZULKARNAIN, MS): Pimpinan, saya kira apa yang disampaikan oleh ahli bahasa juga bisa kita

jadikan acuan juga, tapi kalau kita lihat tadi misalnya seperti yang disampaikan oleh rekan dari F.PDIP katakanlah tentang frase sumber daya nasional, tadi disitu Pemerintah mengatakan UU Nomor 20 Tahun 1982 juga menjelaskanya seperti yang disampaikan tadi itu, tapi disampaikan spiritnya kan berbeda, barangkali semangatnya berbeda, kami juga menyampaikan bahwa bumi, air dan dirgantara ini kalau kita lihat UU Tata Ruang itu mangatakan bumi, air dan udara, juga Penjelasanya adalah udara, yang kami khawatirkan mungkin katanya sama tapi terminologi berbeda, jadi dalam prespektif apa kita berbicara, kita berbicara ini adalah dalam prespektif pertahanan, kami terus terang saja bukan tidak ingin menerima apa yang disampikan Pemerintah tapi ada ketidakpuasan kami didalam hal meyakinkan bahwa dirgantara itu adalah seperti yang kami maksud, kalau diperkenankan saya melihat disinikan juga ada pakar-pakar pertahanan, untuk hal-hal yang berkaitan dengan masalah terminologi seperti ini bisa dia jelaskan barang setengah menit atau bagaimana, kalau bisa sehingga mereka-mereka itu tidak hanya duduk tetapi barangkali ada yang bisa disampaikan oleh mereka, mungkin bisa menjernihkan pikiran kita sama-sama, terima kasih itu tawaran kami.

KETUA RAPAT: Ada permintaan, kita setuju ? melalui Pemerintah silahkan pak.

PEMERINTAH/TIM POKJA: Pertama kami mohon izin kepada Bapak Menhan, Bapak Panglima TNI,

dan Bapak Wakasau, kami mohon izin menjelaskan karena ini masalahnya menyangkut masalah yang teknis dan kami masih fres didalam masalah­masalah yang demikian, pada waktu Angkatan Udara terbentuk maka manusia belum mengeksplor apa itu angkasa luar sehingga berfikiran kepada pesawat terbang yang kemampuanya hanya ditroposfir, teknologi meningkat dengan adanya pesawat jet, pesawat pengintai amerika terbang pada kecepatan tiga kali kecepatan suara pada ketinggian yang lebih tinggi yaitu 60.000 fit yang namanya pada lapisan stratosfir, makin meningkat lagi teknologi manusia bisa mengeksplor angkasa luar dengan roket dengan satelit yang diparkir disuatu geostationery orbit yang jaraknya 36.000 km dari permukaan bumi, negara­negara maju memparkir satelit mereka disana, sebagai illustrasi geostationery orbit ini mempunyai ketebalan 30 km, Iebar 150 km, dan seputar bumi yaitu letaknya diatas khatulistiwa, negara Indonesia yang mempunyai panjang lebih dari 5000 km dari sabang sampai merauke, kita sebetulnya mempunyai hak geostationery orbit tadi untuk memparkir satelit-satelit kita bila kita nanti sudah mempunyai teknologinya karena udara itu makin keatas, ruang angkasa itu makin keatas makin adalah makin melebar, kita mempunyai halaman parkir di geostationery orbit lebih dari 5000 km panjangnya dan kalau nanti kita sudah mempu mempunyai teknologi seperti itu kita bisa memparkir banyak satelit disana, atau kalau bangsa lain mau memparkir disana harus bayar pada kita tiap tahun, ini merupakan sumber daya yang harus kita pikirkan dimasa depan, memang sekarang kita belum mempunyai teknologi seperti itu namun alangkah bijaksananya kalau UU yang kita susun ini sudah mewadahi hal-hal yang demikian, terima kasih.

KETUA RAPAT: Jadi GSO itu tidak termasuk wilayah udara.

Page 37: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

37

PEMERINTAHITIM POKJA: Udaranya tidak ada tapi itu adalah suatu sumber daya dimana bangsa

Indonesia mempunyai hak.

KETUA RAPAT: Artinya kalau kita menyebut udara disini space yang ditempati GSO itu

tidak tercover.

PEMERINTAH/TIM POKJA: Tidak ada udaranya disana, disan sudah hampa udara.

KETUA RAPAT: Ada yang lain barangkali, saya kira sudah jelas, bagaimana rekan kami

dari F.PG.

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON): Baik Pak Ketua, rekan-rekan semuanya, kalau memang asal sudah

pengertianya mencakup keseluruhan apa yang kita maksud dan tidak melewati daripada batas-batas yang kita maksudkan dalam pertahanan ini ya dari F.PG tidak keberatan untuk menarik kembali usulnya, terima kasih.

KETUA RAPAT: Tapi dengan masuknya usul tadi luar biasa pemahaman kita pak, karena

banyak diskusi yang terjadi disini, jadi dengan demikian dapat kami tarik kesimpulan DIM 26 adalah tetap seperti ini kecuali kata-kata kepentingan nasional yang tarik sesuai dengan usul F.TNI/POLRI, dapat disepakati ini, silahkan.

F.PPP (DRS. ARIF MUDATSIR MANDAN): Ada tambahan pengertian sumber daya nasional.

KETUA RAPAT: Sebentar itu pak, yang ini dulu, kita sepakati ini.

(RAPAT SETUJU)

Baik, lalu yang kedua diminta agar ada tambahan definisi mengenai sumber daya nasional, dimana definisi mau dibahas apa disini atau nanti di Panja saja dengan usulan rumusan berasal dari Pemerintah, silahkan.

F.PPP (DRS. ARIF MUDATSIR MANDAN): Saya kira apa yang disampaikan oleh Pemerintah tadi sudah mencakup

ya sama yang dimaksud dengan F.Reformasi.

Page 38: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

38

KETUA RAPAT: Jadi pendekatan normatif sesuai dengan UU Tata Ruang ya, pokonya UU

yang menyebut sumber daya nasional.

PEMERINTAH/MENHAN: Begini, UU Nomor 20 Tahun 1982 butir 12 dikombinasikan dengan Pasal

19 ayat (2) RUU ini agar nanti sinkron, disan ada tambahan kata-kata.

KETUA RAPAT: Jadi kita sepakati akan ada tambahan definisi mengenai sumber daya

nasional yang intinya diambil dari UU Nomor 20 Tahun 1982 dengan menyesuaikan dinamika perkembangan yang akan dirumuskan lebih lengkap dalam Panja, setuju ?

F.PDIP (FIRMAN JAVA DAELI, SH): Sebentar, referensi partama monumentalnya itu tapi karena kita tidak bisa

perdebatkan disini maka nanti di Panja dengan asumsi bahwa kualitas perdebatanya sampai di level ini, terima kasih.

KETUA RAPAT: Saya kira sama, setuju, jadi bahan mentah utamanya dari UU Nomor 20

Tahun 1982 ditambah dengan dinemika perkembangan selama kita berdiskusi dan akan kita tingkatkan kualitas perdebatanya di Panja, setuju ?

(KETOK SATU KALI)

Lanjut ke DIM 27, ini rincian, silahkan, F.PDIP hanya menyangkut tata letak, F.PPP konkordan dengan judul, F.KB konkordan dengan judul, F.Reformasi ada usul perubahan, silahkan.

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Terima kasih. Jadi karena mem,ang ini menyangkut pada sumber daya buatan yang

sudsah kita sepekati didalam DIM yang akan kita buat sendiri, kami mencoba menafsirkan demikian "sumber daya buatan adalah sumber daya alam yang telah ditingkatkan daya gunanya sebagai sarana dan prasarana nasional yang dapat didayagunakan kepentingan pertahanan negara dalam rangka mendukung kepentingan nasional" jadi ada tambahan kalimat disini, terima kasih.

KETUA RAPAT: Apakah dengan tambahan itu berbeda esensinya dengan rumusan RUU,

itu yang ingin kawan-kawan dengarkan sehingga bisa memberikan komentar nanti, apa perbedaan prinsip sebelum dan sesudah ada tambahan.

Page 39: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

39

F.REFORMASI (H. PATRIALIS AKBAR, SH): Kalau disini tambahannya adalah bahwa sumber daya buatan itu adalah

merupakan sarana dan prasarana nasional yang dapat didayagunakan, jadi kita lebih mengkonkritkan bahwa sumber daya buatan itu sebagai sarana dan prasarana, jadi substansinya memang pertama, terima kasih.

KETUA RAPAT: F.TNI/POLRI saya kira usulnya konkordan dengan yang tadi, F.PBB

inabsensial sehingga dengan demikian hanya F.Reformasi yang perlu kita beri komentar, silahkan Pemerintah.

PEMERINTAH/MENHAN: Kami tidak menangkap substansi baru tetapi juga seumpama ditambah

tidak akan mengganggu, tidak akan menghilangkan, oleh sebab itu kami setuju saja kalau memang fraksi-fraksi yang lain setuju dengan catatan bahwa mungkin ada satu kata yang hilang kata "untuk" pak mungkin "sebagai sarana dan prasarana nasional yang dapat didayagunakan untuk kepentingan pertahanan negara" terima kasih pak.

KETUA RAPAT: Kalau kita konsisten dengan putusan tadi ya kata-kata "kepentingan

nasional" sudah tidak ada ini pak, silahkan ada komentar dari F.PDIP mengenai usul rekan F.Reformasi.

F.PDIP (FIRMAN JAVA DAELI, SH): Terima kasih. Mungkin motifasinya dalam kerangka untuk mengkonkritkan, tapi kami

menangkap justru malah mengurangi makna yang sesungguhnya kalau ditambahkan kalimat ini, itu yang pertama.

Kami tetap dengan usulan dari Pemerintah tapi dengan ini bahwa kepentingan nasional juga dihapus, terima kasih.

KETUA RAPAT: Fraksi Partai Golkar.

F.PG (IR. S.M. TAMPUBOLON): Terima kasih. Kami dari F.PG melihat apa yang sudah disampaikan Pemerintah ini

barngkali lebih tepat sebab kalau kita menambahkan dengan secara khusus menyatakan seperti ini sebagai sarana dan prasarana nasional yang dapat didayagunakan apakah hanya itu saja sarana dan prasarana itu yang dimaksud dengan ini, misalnya saja bagaimana halnya dengan makanan, obat-obatan dan lain sebagainya, itu juga sumber daya nasional saya kira yang dimaksud disini, jadi mempersempit arti daripada sumber daya buatan dan sumber daya alam ini, sebab pemahaman kami lebih luas daripada apa yang disampaikan oleh rekan dari F.Reformasi, terima kasih.

KETUA RAPAT: Ya silahkan F.PPP.

Page 40: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

40

F .PPP (DRS. ARIF MUDATSIR MANDAN): Terima kasih.

Saya serupa dengan kawan F.PG karena dengan menyebutkan sarana dan prasarana ini memang nuansanya menjadi berbeda, kalau yang pertama usulan Pemerintah itu lebih luas, tetapi ini saya tidak tahu makanya saya minta penjelasan pada Fraksi Reformasi apakah ini untuk mempertegas prasarana atau mempersempit karena mungkin karena tidak hanya sarana dan prasarana memang ada aspek-aspek lain yang bisa didaya gunakan sumber daya buatan ini, terima kasih.

KETUA RAPAT : Kalau subjek bapak setuju? Kebangkitan Bangsa silahkan.

F. KB ( K. H. HAN IF MUSLIH, Lc. ) : Kami persis dengan golkar.

KETUA RAPAT : TNI/POLRI.

F. TNI/POL ( SLAMET SUPRIADI, S.IP., MSc., MM.): Kami konkordan dengan usul tadi pak, jadi tidak ada perubahan dari

rumusan ini dalam tanggapan ini naskah yang dari Pemerintah justru lebih luas pak, dipersempit dengan adanya saran dari Fraksi Reformasi dengan kata sebagai sarana dan prasarana lama-lama mempersempit artinya, terima kasih.

KETUA RAPAT : KKI.

F. KKI ( DRS. S. MASSARDY KAPHAT ) : Kami setuju dengan rumusan yang telah disampaikan Pemerintah, terima

kasih.

KETUA RAPAT : Alasannya apa pak?

F. KKI ( DRS. S. MASSARDY KAPHAT ) : Rumusan Pemerintah itu cukup luas, terima kasih.

KETUA RAPAT : Daulatul Umah.

F. PDU (PROF. DR. H. TGK. MUHIBBUDDIN WAL Y) : Karena sifatnya yaitu mutlak dalam pengertian bahasa arab bukan umum

kalau umum itu pecahannya banyak tapi kalau mutlak itu apapun saja sarana segala macam ini, terima kasih.

Page 41: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

41

KETUA RAPAT : Saudara Reformasi pandai-pandailah membaca suara rakyat.

F. REF (H. PATRIALIS AKBAR, SH.): Jadi begini yang perlu kita beri pemahaman bersama adalah bukan berarti

ini satu-satunya enggak begitu juga kalau kita berpikir ini satu-satunya pasti kita cantumkan dong satu-satunya enggak jugakan, jadi jangan makin dipersempit dan lagi ketahuan jelas kok, nah kami memang inginkan bahwa sumberbuatan itu yang merupakan sumber daya alam itu memang ditingkatkan daya gunanya yaitu sebagai sarana kalau memang bukan sebagai sarana dan prasarana buat apa sumber daya buatan itu, artinya memang sarana dan prasarana untuk kepentingan pertahanan Negara kami berpikir demikian samentara kami tetap begitu, terima kasih.

KETUA RAPAT : Jadi masalah selera bahasa yang di usulkan oleh rekan Reformasi yang

mempertegas bahwa sumber daya buatan yang telah ditingkatkan daya gunanya ini adalah sarana dan prasarana silahkan PPP.

F. PPP (DRS. ARIEF MUDATSIR MANDAN): Saya sudah mendapat penjelasan dari rekan Fraksi Reformasi, saya ganti

bertanya kepada Pemerintah ini, kalau misalnya, kalau rumusan sarana dan prasarana Nasional ini diterima ya, apakah ada kaitannya dengan DIM nomor 28 karena disini dijelaskan sarana dan prasarana Nasional adalah hasil dan berikut dan seterusnya mungkin bisa kita kaitkan itu, terima kasih.

KETUA RAPAT : Pertanyaan yang permatoris dijawab dulu Pemerintah.

PEMERINTAH/ MENHAN : Kalau penembahan disini tentu tidak ada kaitannya pak, kalau

penambahan yang disini terkait dengan Pasal-pasal yang lainnya nanti, tetapi sekali lagi saya katakan bagaimana Anggota Dewan menyikapi ini karena dari pihak pemerintah sendiri setuju untuk didiskusikan didalam forum ini tidak menolak juga tidak langsung menerima kita akan mendengarkan pandangan­pandangan Dewan, terima kasih.

KETUA RAPAT : lni dalam rangka mencari kompromi pak, pak Reformasi, apakah usul ini

sudah mempertimbangkan kehadiran devinisi yang ada dalam.

F. REF (H. PATRIALIS AKBAR, SH.) : Sarna juga dengan DIM-DIM sebelumnya itu, justru kita apa itu cara

berpikirnya itu memang demikian sehingga nanti pada saat kita bicara tetang masalah DIM 28 itu jelas sudah ada cantolannya enggak tiba-tiba cara dadakan nanti kita telah menafsirkan memberikan pengertian tentang sarana dan prasarana Nasional ini cantolannya itu ada dimana sama juga yang kami katakan tadi oleh karena itu kalau kami enggak salah ini juga kami coba ambil pengertian ini dari UU yang lama UU Nomor 20 Tahun 82 itu kalau kami enggak salah, jadi

Page 42: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

42

kami mencoba mengaitkan jalan pikiran kalau enggak nanti bagaimana kita memberikan penafsiran atau pengertian terhadap sarana dan prasarana kecuali itu apa yang sudah kami sampaikan tadi memang demikian, terima kasih.

KETUA RAPAT : Silahkan PDI-P.

F. PDI-P ( FIRMAN JAVA DAELI, SH. ) : lni poin klarifikasi dari Reformasikan dipertegas harus sebagai sarana dan

prasarana apakah terbetik pikiran bahwa ini digunakan didalam krangka diluar sarana dan prasarana itu pertanyaan kami, terima kasih.

KETUA RAPAT : Maksudnya apa mau dikomersilkan.

F. PDI-P ( FIRMAN JAVA DAELI, SH. ) : Seolah-olah kalau tidak diperjelas, seolah-olah dikhawatirkan dalam

krangka yang lain gitu, ini pertanyaan sederhana sebetulnya, terima kasih.

KETUA RAPAT : Silahkan Reformasi.

F. REF (H. PATRIALIS AKBAR, SH.): Saya kira tidak ada arahnya kesana sama sekali justru pertanyaannya

juga jadi pertanyaannya masuk pertanyaannya itu kan kami sudah jelaskan bahwa sumber daya buatan itu nanti kita akan kita jadikan sarana dan prasarana ini juga sekaligus merupakan cantolan bagi pengertian DIM selanjutnya itu sudah jelaskan.

KETUA RAP AT : Sambil kita berpikir mungkin kita kasih kesempatan alih bahasa pak ya,

alih bahasa seandainya DIM dari Fraksi Reformasi ini diterima apakah ada prisif pengertian dengan DIM 28 kami menjelaskan hal yang sama Cuma merubah subjek 27 dan 28, 27 yang sudah disempurnakan sesuai dengan Reformasi.

AHLI BAHASA : Sebenarnya kita bicara masalah umum Pemerintah mengajukan hal-hal

yang umum sifatnya fleksibel, nah Fraksi Reformasi itu sifatnya lebih khusus artinya menyempit, nah timbang-timbang mana yang lebih baiklah yang sifatnya umum atau lebih khusus itu pertimbangan dari ahli bahasa, terima kasih.

KETUA RAPAT : Nah, pertanyaan selanjutnya kalau diterima usulnya Reformasi berarti

menjadi lebih khusus apakah ada perbedaan prinsif dengan DIM berikutnyayang kelihatannya berbicara mengenai hal yang sama hanya berbeda subjek, yang menjelaskan mengenai sarana dan prasarana.

Page 43: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

43

AHLI BAHASA : Dari keterangan Pemerintah tadi tidak ada hubungannya dengan DIM

berikutnya kan dari DIM 27 ke 28 ini.

KETUA RAPAT : Begini pak, DIM 27 kalau diperbaiki sesuai usul Reformasi menjelaskan

sumberdaya buatan adalah sumberdaya alam yang telah ditingkatkan daya gunanya sebagai sarana dan prasarana bla bla bla, DIM 28 menjelaskan mengenai sarana dan prasarana adalah hasil budidaya manusia artinya sumberdaya buatan sarana prasarana nasional adalah hasil budidaya manusia yang dapat digunakan sebagai alat penunjang untuk kepentingan pertahanan inikan dua pengertian yang sama Cuma merubah subjek kalau 27 subjeknya sumberdaya buatan 28 subjeknya adalah sarana prasarana tapi ejektifnya sama bagaimana pendapat and a?.

AHLI BAHASA : Kalau diterima usul Reformasi memang ada kaitannya 28 menjelaskan itu

saja.

KETUA RAPAT : Bagaimana Reformasi tetap mempertahankan ini.

F. REF (H. PATRIALIS AKBAR, SH.) : Ia kami kira ini sudah cukup jelas kalau enggak kami tanyakan kalau

misalnya Pemerintah mengatakan DIM 28 ini tidak ada kaitannya dengan DIM 27 itu contoh Jalu pengertian sarana prasarana dimana tiba-tiba kok ada, ini yang kami tanyakan, jadi berbalik pertanyaan ini.

KETUA RAPAT : Saya lanjutkan pertanyaan yang berbalik itu pak.

TIM POKJA: Mohon izin Pak, Menteri substansi ini sebetulnya bukan hal yang baru

mulai dari UU Tahun 54 itu ada hal-hal yang memang itu diwaspadai UU tahun 54 mengenai Pertahanan itu tidak mencantumkan masalah-masalah yang berkaitan dengan sumberdaya non insani yang saya maksudkan yang diperdebatkan sumberdaya alam, sumberdaya buatan sarana dan prasarana nasional pada UU Tahun 82 itu diadakan penyempurnaan dengan pengertian dalam keadaan perang dimungkinkan Pemerintah memobilisasi tidak hanya unsur manusianya juga termasuk alat-peralatan dan segala sesuatu yang memang jadi kewenangan Pemerintah pencantuman sumberdaya alam, sumberdaya buatan ini memang pada gilirannya pada Pasal-pasal berikutnya berkaitan dengan kewenangan departemen pemerintah didalam pengelolaan sumberdaya nasional, kami ambit contoh yang dimaksud barang kali hutan, hutan itu bisa beralih statusnya kalau dia memang hutan asli itu statusnya atau katagorinya sumberdaya· alam tapi kalau dia sudah menjadi hutan lindung ini ditingkatkan daya gunanya menjadi sumberdaya buatan kalau dari komoditas hutan itu kita angkat menjadi sarana mungkin yang bisa kita tempatkan sebagai sarana adalah kayunya karena dia bisa juga dijadikan salah satu bagian dari pada sistem senjata atau alat angkut, tapi perhatian sarana dan prasarana disini

Page 44: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

44

lebih menyangkut kepada penggandaan kekuatan dari sistem senjata kami ambil contoh sarana angkut, misalnya pesawat terbang ini adalah sarana yang dimiliki atau dikelola oleh lnstansi Pemerintah diluar Departemen Pertahanan, tapi dalam keadaan perang dia dapat dimobilisasi menjadi alat utama sistem senjata untuk bukan tugas-tugas penerjunan dan semacamnya, ini esensi sarana yang tentunya yang tentunya yang akan diatur kemmudian pasal berikutnya, yang dimaksud prasarana dalam contoh ini adalah landasan atau lapangan terbang ini adalah prasarana yang juga menjadi kewenangan Departemen Perhubungan ini dalam keadaan perang ini dimungkinkan atau memang bisa dimobilisasi sehingga menjadi pasilitas untuk kepentingan perang ini barang kali gambaran kalau kita berdebat tanpa contoh memang agak kesulitan terima kasih.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Bagaimana Pak, Patrialis dari Reformasi.

F. REF (H. PATRIALIS AKBAR, SH.) : Saya kira sudah semakin jelas jadi apa yang memang sumberdaya yang

kita buat maupun juga sumberdaya alam itu sendiri memang dipakai untuk sarana dan prasarana jelas dong saya kira sudah cocok itu.

KETUA RAPAT : Saya kira semua disini mengakui sarana dan prasarana yang

dipersoalkan perlu enggak dicantumkan disini apa enggak itu yang dipersoalkan tadi, silahkan Pak Chozin.

F. PPP ( DRS. H. A. CHOZIN CHUMAIDY) : Mungkin saya menambah sedikit apa yang menjadi pemikiran rekan dari

Reformasi, saya kira kalau kita menjelaskan sumberdaya buatan itu karena memang RUU itu ada dalam Pasal 82 ayat (2), kenapa kita juga menjelaskan masalah sarana dan prasarana itu juga karena ada maka perlu kita jelaskan itu dalam Pasal 82 ayat (2) yang dimana bahwa yang namanya sumberdaya buatan maupun sarana prasarana nasional itu adalah komponen pendukung ya komponen pendukung ini memang untuk mendukung komponen utama atau komponen cadangan yang akan untuk dalam krangka pertahanan Negara, jadi saya kira pembilahan semacam itu sudah tepat karena ketentuan umum itu akan menjelaskan apa yang ada dalam pasal karena kita tidak tahu apa yang sebetulnya sumberdaya buatan apa sarana prasarana yang akan menjadi komponen pendukung itu, kok saya melihat jadi dua substansi yang diusulkan oleh dalam RUU ini pak, tapi rasanya tidak ada hal yang aneh dan kami bisa menerima itu betul apa yang diktakan oleh pimpinan bahwa memang itu juga sarana dan prasarana dan karena memang komponen pendukung untuk apa? Untuk pertahanan Negara. Jadi tanpa disebutkan saya kira apa yang dikehendaki pak Patrialis sudah tercakup disini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Untuk ketiga kalinya sembilan Fraksi Pak Patrialis.

Page 45: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

45

F. REF (H. PATRIALIS AKBAR, SH.): Ya begini, yang jelas kami sudah berupaya untuk demi kesempurnaan

yang lebih baik, tapi kalau sudah begitu ya saya kira begitu.

KETUA RAPAT : Ya, silakan pemerintah.

PEMERINTAH/ MENHAN : Ya, jadi pemerintah sendiri tadi sudah mengatakan silakan yang mana

yang dianggap lebih baik oleh DPR tapi kalau pertanyaannya kenapa tiba-tiba muncul DIM No. 28 ada kata sarana dan prasarana karena ini pengertian umum seperti ini memang memberi pengertian terhadap apa yang akan muncul dibelakang, Pasal 8 ayat (1) dan Pasal 8 ayat (2) memang menyebut kata itu sarana dan prasarana sehingga bukan tiba-tiba muncul ini, memang ada cantelannya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Jadi denagn demikian DIM ini bisa kita sepakati kecuali Usul dari TNI

yang konkordan dengan penghapusan kepentingan nasional. Setuju ?

(RAPAT SETUJU)

Lalu DIM No. 28 menjelaskan mengenai sarana dan prasarana PDIP hanya menyangkut masalah tata urut, FPG budi daya manusia dihapus, silakan.

F. PG ( FERDIANSYAH, SE., MM. ) : Terima kasih Pimpinan. Kami FPG mengungkapkan adanya usulan mengenai penghapusan kata

"budi daya manusia", hal ini dikarenakan bahwa pada posisi khususnya yang memang tersedianya sudah ada dialam Indonesia ini tentu tidak bisa dikatakan yang dimaksud disini adalah yang sudah tersedia baik yang terkait sarana dan prasarana itu adalah bukan tidak semuanya hasil budi daya manusia. Katakanlah contoh sebagai misalnya laut, sungai, dan lain sebagainya oleh karena itu dasar kami menghapus budi daya manusia adalah bahwa tidak seluruh katakanlah yang dalam lingkup sarana dan prasarana itu semuanya hasil budi daya manusia.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT : Terima kasih Persatuan Pembangunan konkordan dengan judul,

Kebangkitan Bangsa juga demikian, TNI/POLRI konkordan dengan yang sudah disepakati PDKB kata hurup sehingga dengan demikian tinggal satu hal apakah sarana dan prasarana ini memang semata-mata hasil karya manusia atau juga termasuk yang citaan Tuhan yang masih firjin yang ciptaan Tuhan, silahkan Pemerintah.

Page 46: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

46

PEMERINTAH/ MENHAN : Saya kira lebih baik saya melemparkan ke ahli bahasa apakah sarana

prasarana ada yang ciptaan Tuhan ada yang tidak, mungkin bisa mempercepat mengambil keputusan.

AHLI BAHASA: Baik terima kasih Pak Menteri melalui katua memang sarana prasarana

sesuatu yang dapat digunakan, jadi termasuk buatan manusia dan buatan non manusia, jadi segala sesuatu yang dapat, jadi redaksinya usulkan pak ketua segala sesuatu yang dapat digunakan untuk apa.

KETUA RAPAT : Saya kira silahkan Pemerintah.

PEMERINTAH/ MENHAN : Kalau itu artinya dan kalau memang yakin ahli bahasa saya setuju dengan

Golkar tentu saja.

KETUA RAPAT : Ya PDI-P.

F. PDI-P ( FIRMAN JA YA DAELI, SH. ) : Kami sebetulnya ingin juga yang dikhawatirkan padahal saya bisa

menangkap tapi yang diluar itu yang contahnya apa kira-kira ya.

KETUA RAPAT : Contohnya laut tadi yang belum disentuh-sentuh man usia.

F. PDI-P ( FIRMAN JA YA DAELI, SH. ) : Saya kira perlu penjelasan ulang sebab kami tidak bisa menangkap seba

ini justru memberikan perluasan bagi kita semua tapi kami bisa menangkap ini kalau boleh kami ya kami usul konkrit aja pak, di Timus lagi.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Dari PPP.

F. PPP ( DRS. ARIEF MUDATSIR MANDAN ) : Ya saya setuju PDI-P di Timus saja dibawa kepanja karena kalau

ikatakan buatan non manusia itu juga perlu contoh yang konkrit juga nanti itu alah melebar itu, saya kira tidak substansial.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Apa masih perlu kita lanjutkan atau saya langsung mengambil kesimpulan

Page 47: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

47

F. PPP (DRS. H. A. CHOZIN CHUMAIDY): Bisa tambah sedikit pak, kalau seandainya nanti dibawa ke Timus barang

kalipemahaman saya tentang sarana dan prasarana Nasional adalah hasil budidaya manusiaitu ingin menujukan bahwa memang sarana dan prasarana itu ada contoh tadi disebutkan lapangan terbang, lapangan terbang komersial dijadikan sebagai landasan pertahanan untuk perang dibudidaya oleh manusia itu diciptakan contoh mungkin pesantren itu adalah hasil budidaya manusia diciptakan pesantren dengan kamar-kamar, pada saat dalam krangka pertahanan negara dalam rangka perang itu dijadikan markas TNI ini saya maksud barangkali pengertian sarana dan prasarana hasil budidaya manusia kalau yang asli itu dikatagorikan adalah sumberdaya buatan laut dipergunakan untuk sumberdaya alam itu

KETUA RAPA T : Pertanyaannya apakah itu bukan sarana dan prasarana laut, hutan yang

dipakai berlindung.

F. PPP (DRS. H. A. CHOZIN CHUMAIDY): Tadikan sudah kalau masalah sarana prasarana sudah tadi bahas,

jadikan maksudnya ini yang butir 8 budidaya manusia itu harus tetap ada menurut saya pemahaman saya karena sarana prasarana memang dibudidayakan oleh, direkayasa dibuat oleh manusia semacam lapangan terbang yang komersial dijadikan untuk landasan perang pesantren yang untuk ngaji dijadikan markas TN I.

KETUA RAPAT : Pertanyaannya tadi ada sesuatu yang dibuat manusia tapi bisa dijadikan

sarana dan prasarana dalam pertahanan negara seperti hutan, seperti laut, sungai apakah itu masuk prasarana atau tidak.

F. PPP (DRS. H. A. CHOZIN CHUMAIDY) : Saya kira itu sudah masuk sumberdaya alam yang bisa juga dikatakan

sebagai sumberdaya buatan masuk juga disitu kalau menu rut pemahaman saya.

KETUA RAPAT : lni dalam rangka pembicaraan mengenai sarana dan prasarana karena

sarana dan prasarana.

F. PPP (DRS. H. A. CHOZIN CHUMAIDY): lni begini Pimpinan kan ingin menjelaskan apa yang dimaksud sarana dan

prasarana dalam Pasal 8 ayat (2) itu, nah kalau yang sumberdaya butan tadi sebutkan adalah yang memang katkanlah itu seperti hutan hingga akhirnya menjadi hutan lindung itu yang butan, sekarang yang yang dikatakan prasarna itu apa? ltu yang saya contohkan tadi yang memang sudah direkayasa dibikin oleh manusi"a menjadi daya dukung juga komponen pendukung juga begitu.

KETUA RAPAT : Jadi ada dua mashab disini pak, mashab pertama golkar yang dimaksud

sarana dan prasarana yang bisa digunakan untuk kepentingan pertahanan baik

Page 48: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

48

yang dibuat manusia maupun yang tidak dibuat manusia semuanya sarana sedangkan Pemerintah dan PPP yang dimaksud sarana itu yang dibuat manusia yang tidak dibuat manusia bukan sarana dan prasarana dan ini terkait dengan pembinaan anggaran apa semua nanti, nah sekarang mashab apa yang kita mau ambil, mashab hasil kerja manusia saja atau mashab termasuk yang diberikan oleh alam, Kebangkitan Bangsa silahkan.

F. KB ( K. H. HANIF MUSLIH, Lc.) : Terima kasih sebetulnya saya kecewa dengan Pak Menteri yang langsung

saja diberikan kepada ahli bahasa, ahli bahasa ditanyakan tentang sarana dan prasarna tentu jawabannya kaya begitu tentu, jadi kalau saya sama persisi dengan Pak Chozin jadi kalau yang sumber alam sumber kelautan atau yang lainnya yang sudah ada itu masuk ke Dim 27.

KETUA RAPAT : Laut itu bukan sarana bukan prasarana hutan bukan sarana dan

prasarana tapi masuk sebagai devinisi sumber daya.

F. KB ( K. H. HANIF MUSLIH, Lc.) : Jadi tadikan sumberdaya alamkan tadi disebutkan sebagai sarana

prasarana yang dimasukan disini yang dimaksudkan golkar tadi, jadi yang dipertanyakan tadikan kesana arahnya, jadi kami bersependapat tetap saja sarana dan prasarana tentunya yang dimaksudkan Pak Chozin tadi itu saja.

T erima kasih.

KETUA RAPAT : Silahkan dulu Reformasi.

F. REF (H. PATRIALIS AKBAR, SH.): Terima kasih, kalau kita memperhatikan sarana dan prasarana ini apakah

Pemerintah setuju bahwa berarti kita kembali membicarakan tentang masalah sumberdaya Nasional dimana dalam sumberdaya Nasional itu ada SDM-nya ada sumberdaya alamnya dan ada sumberdaya buatan sehingga ketiga aspek tadi adalah merupakan sarana dan prasarana, nah kalau memang betul ketiga­tiganya itu merupakan sarana dan prasarana maka ada sarana dan prasarana yang merupakan bududaya manusia ada juga yang tidak, nah oleh karena itu kalau kita ingin mengambil pengertian secara umum itu tidak usah diikat dengan kata budidaya manusia ini karena padasaatnya ada yang budidaya ada yang tidak, nah kalau Fraksi Golkar mengusulkan tadi prinsifnya kami bisa menerima tapi dengan sedikit perubahan sarana dan prasarana Nasional adalah sesuatu, jadi hasil diganti dengan sesuatu adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai a/at penunjang untuk kepentingan pertahanan negara, jadi bukan hasil lagi sesuatu itu bisa hasil kita bisa juga hasil ciptaan yang Maha Kuasa saya kira demikian, jadi itu supaya lebih tepat dan sudah memberikan pengertian secara umum.

Terima kasih.

Page 49: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

49

KETUA RAPAT : Saya kira redaksi bisa kita haluskan di Timus pengertiannya dulu pak,

sarana dan prasarana ini hanya hasil buatan manusia sebagian dari kebudayaan atau termasuk juga yang di berikan Tuhan yang belum disentuh, tadi PDI-P silahkan.

F. PDI-P ( FIRMAN JAVA DAELI, SH. ) : Jadi kalau misalnya sumberdaya yang lainya itu sebagai submerdaya

menurut pemahaman kami sarana prasarana hasil rekayasa bahwa juga yang sarana parasarana tapi bukan katagori sarana prasarana hasil rekayasa tapi sumberdaya, jadi itu yang kami maksud dengan pengertian kalau ini harus tetap ada hasil budidaya manusia, ini pengertian kami tapi tetap kami usulkan di Timuslah.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : TNII POLRI.

F. TNI/POL ( SLAMET SUPRIADI, S.IP., MSc., MM.): Saya sependapat dengan FPPP dan PKB termasuk usul Pemeritah yang

pertama bahwasannya sarana dan prasarana adalah suatu hasil budidaya manusia kalau diluar manusia itu ada sarana dan prasarana justru saya ingin tanyakan kepada Golkar itu apa apakah bisa memberikan contoh hasil budidaya bukan manusia yang bisa dijadikan untuk kepentingan pertahanan.

KETUA RAPAT : Tadi sudah dikasih contoh laut sungai.

F. TNI/POL ( SLAMET SUPRIADI, S.IP., MSc., MM.): ltu sudah dijelaskan oleh FPPP kalau itu termasuk misalnya laut atau

hutan yang dijelaskan oleh Pemerintah itu ditingkatkan dari sumberdaya alam menjadi sumberdaya buatan tapi kalau sarana prasarana itu fisik secara nyata itu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan Negara, jadi dengan adanya ini tidak sependapat denagn Golkar kita sependapat dengan rumusan awal dari naskah.

T erima kasih pak.

KETUA RAPAT: Ada yang lain KKI, Pemerintah, jadi tinggal satu setengah golkar ia

Reformasi dia mau menjelaskan dulu apakah betul sumberdaya yang belum disentuh manusia itu bisa dianggap sebagai sarana dan prasarana dalam kepentingan pertahanan kalau PDI ya kita bicarakanlah diTimus, jadi intinya itu pak, apakah sumberdaya alam yang belum disentuh manusai bisa dianggap sebagai sarana dan prasarana misalnya hutan yang belum disentuh manusia sama sekali belum merupakan hasil budidaya manusia bisa enggak dia dipakai sebagai kepentingan prasarana untuk klepentingan pertahanan dan dalam rangka pengelolaan anggaran boleh enggak dianggarkan itu misalnya, silahkan pak.

Page 50: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

50

PEMERINTAH/MENHAN : Terima kasih, sesudah mendengarkan semuanya, maka rasanya kami

kembali keusul kami semula karena disini Pasal 8 sebenarnya berbunyi begini komponen cadangan terdiri atas warga negara sumberdaya a/am sumberdaya buatan sarana dan prasarana nasiional berarti sumberdaya alam yang tadi merupakan bagian tersendiri sehingga penyebutan sarana dan prasarana disini mungkin lebih layak kalau dibatasi hal-hal yang hasil budidaya manusia, ini juga tercantum diayat berikutnya, terima kasih.

KETUA RAPAT : Saya kira demikian penjelasan bagaimana Fraksi Golkar, jadi Pemeritah

sudah mengatakan yang termasuk katagori sarana dan prasarana adalah yang sudah disentuh manusia yang masih virgin itu enggak boleh bukan sarana itu silahkan.

F. PG ( FERDIANSYAH, SE., MM.): Terima kasih Pimpinan, yang pertama kami sangat sependapat yang

disampaikan oleh rekan kami dari Fraksi Reformasi bahwa itu memang tepat halnya dan kedua itu kami menyikapi adalah atau melatar belakangi karena kami mengusulkan ini kalau dilihat dari pada kondisi geografi Indonesia yang terdiri dari banyak sungai banyak lautan atau banyak danau sehingga banyak hal-hal yang belum tersentuh oleh manusia atau hasil budidaya manusia dasar itulah atau dasar pembicaraan itulah kami menyatakan bahwa untuk mengenai kata hasil budidaya manusia itu sebaiknya dihapuskan sehingga tidak ada infrestasi lain terhadap dari pada sarana dan prasarana ini, namun dari berdasarkan perkembangan yang ada dalam diskusi Pansus ini apabila memang dianggap masih belum pinal kami siap untuk di Panjakan saja.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT : Reformasi, sekarang sudah jam 4 mudah-mudahan bisa menyelesaikan

ini secara baik.

F. REF (H. PATRIALIS AKBAR, SH.): Kami tertarik dengan penjelasan Pemerintah yang menjelaskan tentang

Pasal 8 kalau kita bicara masalah Pasal 8 ayat (1) bicara tentang masalah budaya itu memang betul apa yang diberikan pengertian kedalam sarana dan prasarana itu akan tetapi ternyata di Pasal 8 pun sebetulnya disini juga membahas secara keseluruhan, jadi yang dibahas itu tidak hanya sumberdaya alam tapi juga sumberdaya buatan bahkan juga bicara tentang sarana dan prasarana nasional, jadi dibahas lagi disini, nah kalau memang Pasal 8 itu adalah rujukannya maka kalau kita ingin mempertahankan DIM yang tadi maka sarana dan prasarana itu sesungguhnya itu adalah secara keseluruhan, jadi apapun yang bisa kita pergunakan untuk kepentingan pertahanan negara itu sarana dan prasarana apapun bentuknya kalau kita mengacu ke Pasal 8 saya kira usul dari rekan Fraksi Golkar bisa kita terima tapi dengan merubah kalimat anak kalimat hasil diganti dengan sesuatu.

T erima kasih.

Page 51: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

51

KETUA RAPAT : Karena masih ada yang mau menerima ada yang tidak bagaimana kalau

kesimpulannya begini pak, kita sinkronkan pembahasannya dengan Pasal 8 dan memperdalamnya di Panja, inti pembahasannya apakah betul sarana dan prasarana itu terbatas dengan hasil budidaya manusia atau Jebih luas dari itu, setuju?

(RAPAT SETUJU)

Sekarang sudah pukul16.00 WIB. ada pertanyaan kita akan bahas UU ini sepeti air yang mengalir kalau dia terdampar-terdamparlah kita kalau arusnya deras-deraslah kita atau kita punya tekad untuk menyelesaikan sehingga perlu ada rescheduling jadwal kalau pilihannya yang kedua kemungkinannya ada dua jangan berhenti dipukul 16.00 WIB. tapi kita berheti di pukul 17.30 WIB. Malam tidak ada pilihan berikutnya kita berhenti di pukul16.00 WIB kita mulai 20.00 WJB sampai 22.00 WIB hanya dua jam waktu minimal tiga jam habis waktu diperjalanan sehingga mungkin lebih fleksibel kalau ini perpanjang sampai pukul 17.30 WIB bagaimana bapak.

F. REF (H. PATRIALIS AKBAR, SH.): Saya setuju pilihan pertama tapi dengan catatan pukul 16.00 WIB kita

skors 15 menit.

KETUA RAPAT : Jadi jadual berikutnya kita bisa sepakati pukul 16.00 WIB kita skors untuk

sholat ashar kita masuk 16.15-16.20 WIB dan kita lanjutakan 17.30 WIB malam tidak ada, bagaimana Pemerintah? Silahkan dari Golkar ada pertanyaan.

F. PG ( IR.S.M. TAMPUBOLON): Dari Golkar menawar kalau bisa sampai pukul17.00 WJB.

KETUA RAPAT : Ia, biasanya pukul17.00 WIB pak, tapi bonusnya sampai pukul17.30 WIB

itu soal kemudian ia setuju? Dan apakah perpanjangan waktu itu kita mulai sekarang atau besok?

F. REF (H. PATRIALIS AKBAR, SH.) : Karena pertimbangan waktu tadisaya kira mulai hari ini, jadi kita

manfaatkan waktu yang ada.

KETUA RAPAT : Oke, kita manfaatkan dengan membahas DIM 29 pak ya, ia artinya kita

bahas 29 setelah kita skors 15 menit kita sepakat, nanti kita lihat perkembangan target kita selesai kita skors 15 menit, kita skors saja buat sholat ashar.

KETUA RAPAT : Dan sekarang pembahasan kita lanjutkan memasuki DIM 29 warga

negara Indonesia warga negara adalah warga negara Indonesia PDI-P hanya

Page 52: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

52

tata urut Fraksi-fraksi laintidak ada perubahan sehingga dengan demikian apakah bisa hal butir 29 ini kita terima setuju?

(KETOK SATU KALI )

DIM 30 Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dibidang pertahanan PDI-P hanya tata urut Fraksi Golkar tidak ada Persatuan Pembangunan didrop, silahkan alasannya.

F. PPP (DRS. ARIEF MUDATSIR MANDAN): Ini konkordan dengan judul karena judulnya kan Pertahanan dan

keamanan, jadi kalau misalnya ini nanti judulnya pertahanan saja saya kira tidak bisa enggak bisa didrop itu saja.

KETUA RAPAT : Kalau begitu konkordan dengan judul Reformasi silahkan ini usulan DIM

30.

F. REF (H. PATRIALIS AKBAR, SH.) : Disini kami ada perubahan Menteri adalah pembantu Presiden yang

bertanggung jawab dibidang pertahanan negara, kenapa kita katakan disini agar masalah menteri yang masalah pertahanan negara ini memang adalah merupakan bagian dari pada tanggung jawab Pemerintah dalam ini adalah Presiden sehingga kami menambahkan kalimat demikian.

T erima kasih.

KETUA RAP AT : Apakah ada kemungkinan para merteri bukan pembantu Presiden.

F. REF (H. PATRIALIS AKBAR, SH.): Arahnya bukan demikian yang kami maksudkan tadi adalah jadi

memfokuskan pada satu penekanan bahwa masalah pertahanan ini itu tidak berdiri sendiri tapi dia memang merupakan bagian dari Presiden.

KETUA RAP AT : Baik saudara pemerintah demikian ada dua pengusul Fraksi Persatuan

Pembangunan bergantung dengan judul kalau nanti pertahanan dan keamanan maka disini menjadi pertahanan dan keamanan sedangkan Fraksi Reformasi mengajukan usul tambahan mengenai kata-kata pembantu Presiden silahkan di kasih komentar Pemerintah sebelum fraksi lain menanggapi.

PEMERINTAH/ MENHAN : Kalau untuk FPPP tergantung satu dengan yang lain menaggapi tapi

untuk Reformasi menteriadalah pembantu Presiden yang bertanggung jawab dibidang pertahanan mungkin kami dari pemerintah lebih ingin untuk rumusan lama Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dibidang pertahanan sebab bisa jadi ada pembantu Presiden tapi bukan menteri itu, ini ada institusi seperti Wantanas (Dewan Ketahanan Nasional) nanti kita akan membentuk

Page 53: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

53

dewan apa lagi itu bertanggung jawab juga dibidang pertahanan tapi dia bukan rnenteri konteksnya ini rnenyangkut wewenang seorang rnenteri, rnenteri apa dia oleh sebab selain kalau rnenteri itu dengan sendirinya rnernang sudah pernbantu Presiden rnenurut Pasal 17 UUD oleh sebab itu rnenurut saya rurnusan yang karni ajukan rnasih barang kali bisa diterirna paling tidak untuk diterirna, terirna kasih.

KETUA RAPAT : Menteri tidak ada alternatif lain untulk Presiden kecuali kalau sistern

pernerintahan tidak berubah dan itu diluar konteks ini PDI-P silahkan.

F. PDI-P (H. HARYANTO TASLAM}: Saya kira setuju dengan apa yang disarnpaikan Pernerintah tadi kernbali

kepada konsep sernula. Terirna kasih.

KETUA RAPAT : FPPP

F. PPP ( DRS. ARIEF MUDATSIR MANDAN } : Setuju pada apa yang disarnpaikan Pernerintah.

KETUA RAPAT : Kebangkitan Bangsa.

F. KB ( K. H. HAN IF MUSLIH, Lc. ) : Sarna setuju.

KETUA RAP AT : TNI/POLRI.

F. TNI/POL ( SLAMET SUPRIADI, S.IP., MSc., MM.}: Sarna dengan Pernerintah pak.

KETUA RAPAT : KKI.

F. KKI ( DRS. S. MASARDY KAPHAT } : Sarna dengan Pernerintah pak.

KETUA RAPAT : Daulatul Urnah.

F. PDU (PROF. DR. H. TGK. MUHIBBUDDIN WAL Y} : Sarna juga.

Page 54: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

54

KETUA RAPAT : Silahkan.

F. REF (H. PATRIALIS AKBAR, SH.) : Sebetulnya setuju dengan pendapat Pemerintah tapi karena ini sudah

ditulis ini saya bacakan juga ini jujur saja berarti saya sangat setuju dengan Pemerintah.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Artinya prusedur formal harus dilewati dan persedur formal sudah dilewati

secara materil reformasi setuju dengan demikian kita kembali kepada naskah RUU kalau begini terus enak nih, 31 Panglima saya lihat tidak ada PDI-P adalah kata urut golkar FPPP didrop sesuai dengan, ada hal lain dari FPPP saya lihat minta didrop nih.

F. PPP ( DRS. ARIEF MUDATSIR MANDAN ) : Karena kita pertahanan dan keamanan maka disini tidak sesuai didrop

tapi kalau nanti misalnya pertahanan saja ya kembali kesitu.

KETUA RAPAT : Jadi tergantung pada materi akhir sedangkan Reformasi perubahan

redaksi ada sesuatu yang disampaikan Reformasi.

F. REF (H. PATRIALIS AKBAR, SH.) : Saya kira dikembalikan kepada DIM Pemerintah saja.

KETUA RAPAT : Dengan demikian kita bisa sepakat DIM nomor 31 sesuai dengan RUU

kecuali kalau UU-nya nanti berubah menjadi pertahanan dan keamanan setuju?

( RAPAT SETUJU)

32 Kepala Staf Angkatan PDI-P tataurut golkar tidak ada FPPP konkordan dengan tadi Kebangkitan Bangsa juga demikian Reformasi ada perubahan redaksi kecuali kalau reformasi segera kembali kejalan yang benar silahkan reformasi, atau PDI-P dulu ya silahkan PDI-P rupanya reformasi tahu diri tidak mau bicra sebelum PDI-P.

F. PDI-P (H. HARYANTO TASLAM): Pak ketua mungkin tadi kelewatan dari PDI-P memang ada sedikit

perubahan untuk menghapuskan kata TNI karena kami anggap itu sudah terlalu berlebihan penyebutan TNI ini, jadi rumusannya menjadi kepala staf angkatan adalah kepala staf angkatan darat, kepala staf angkatan laut dan kepala staf angkatan udara untuk penyederhanaan saja terlalu berlebiahan pengulangan kata TNI dan dengan sebutan angkatan itu sudah [pasti pak, hanya TNI terdiri dari tiga angkatan itu pak.

Page 55: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

55

KETUA RAPAT : Jadi ini menyangkut keadaan penulisan kita memasuki domen bahasa

Indonesia yang baik dan benar reformasi apa domennya bahasa indonesia yang bik dan benar.

F. REF (H. PATRIALJS AKBAR, SH.): Kami setuju dengan usulan Pemerintahkarena disini juga kembali ada

bala-bala jadi kita kern bali kepada Pemerintah saja kita cabut ini. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Jadi reformasi kembali kepada pemerintah tinggal usul PDI-P untuk

menyederhanakan penulisan kalau sepakat ini domen dari kidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar apakah kita sepakat kalau ini kita haluskan di Tim perumus dilahkan TNI/POLRI.

F. TNI/POL ( SLAMET SUPRIADI, S.IP., MSc., MM.): Saya kira ini tidak perlu dibawa ke Timperumus pak, sebab istilah ini

sudah merupakan kesepakatan dari TNI pak, jadi untuk kepala staf angkatan sebutannya itu kepala staf TNI angkatan darat dan sebagainya angkatan laut dan angkatan udara jadi ini pak, rumusannya seperti ini.

KETUA RAPAT : FPPP.

F. PPP (DRS. ARIEF MUDATSIR MANDAN): Saya kira ini mungkin harus ada penjelasan dari TNI kalau misalnya ini

memang sudah baku ya memang kita harus sedikit toleransi dengan pengulangan-pengulangan tetapi kalau boleh disebut kepala staf adalah kepala staf angkatan darat kepala staf angkatan laut kepala staf angkatan udara itu baru kita bisa efesiensi bahasa tapi kalau ini memang baku seperti itu saya kira saya setuju saja, jadi minta penjelasan dari Pemerintah.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : lni antara enaknya pengucapan dan istilah yang baku silahkan

pemerintah.

PEMERINTAH/MENHAN : lstilah ini sudah baku pak, jadi di MABES itu ada kepala staf TNI angkatan

!aut kepala staf angkatan udara kepala staf angkatan TNI angkatan darat, jadi menurut kami memang sebaiknya agak sedikit kaku dan terlalu boros denagn kata yang sama sebaiknya tetap dipertahankan karena ini sudah baku.

T erima kasih.

KETUA RAPAT : Jadi walaupun berulang-ulang biasanya berulang-ulang enak pak,

Page 56: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

56

F. PDI-P ( H. HARYANTO T A SLAM ) : Ya kami baru tahu kalau ini sudah menjadi baku, jadi sebelumnya

memang kita enggak tahu kita hanya mencoba melihat dari aspek dan efisiensinya maka kami usulkan sepeti tadi namun kalau itu sudah doktrinnya demikian ya apa boleh buat itu punya TNI.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Jangan pakai apa boleh buat disini perlu kejelasan.

F. PDJ-P ( H. HARYANTO TASLAM ) : Saya kira kalau memang demikian ya kami bisa terima. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Dengan demikian kita sepakat, silahkan.

F. REF (H. PATRIALIS AKBAR, SH.) : Kami hanya ingin mempertanyakan saja kepada Pemerintah ini dalam

Bab XII Pasal 30 UUD 1945 itu bukan mengenai kepala staf tapi mengenai TNI Pasal 30 ayat (3) mengatakan TNI terdiri atas angkatan darat angkatan laut dan angkatan udara jadi TNI ini tidak diulang-ulang disitu itu satu.

Yang kedua, dalam Tap MPR Nomor 7 Tahun 2000 Pasal3 juga demikian ayat (1)-nya TNI terdiri atas angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara, jadi rujukannya UUD dan Tap MPR kami mohon penjelasan pada pemerintah karena rumusan ini mengenai keplasta sedangkan ini merupakan TNI itu sendiri enggak pernah diulang-ulang.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Jadi kalau berbicara mengenai institusinya rupanya TNI tidak diulang

langsung saja angkatan udara, laut dan darat berbicara mengenai pejabatnya takut salah-salah, takut ketukar barang kali pak, supaya pengawal tidak bingung ini Kepala Staf TNI Angkatan Udara, bagaimana silahkan Pemerintah.

PEMERINTAH/MENHAN : Ya, kalau terkait dengan pejabat memang lalu disebut TNI-nya bapak

benar saya kira tinggal pilihan kita sekarang tetapi karena di Mabes sendiri sudah baku meskipun agak sedikit kurang enak menurut saya DIM 32 ini tidak apa-apa untuk dipertahankan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Rupanya sudah jelas Pak Patrialis bagaimana, biasanya kalau Pak

Patrialis mengangguk keatas kebawah setuju pak ini setuju ya?

( RAPAT SETJU)

Page 57: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

57

DIM 33 ada judul PDI-P kosong Golkar mengajukan perubahan usul tambahan Bab baru mengenai dasar hakekat dan tujuan silahkan.

F. PG ( FERDIANSYAH, SE., MM. ) : Terima kasih Pimpinan, kami Fraksi Partai Golkar mengusulkan adanya

perubahan ataupun Bab baru karena mencermati dari pada isi pasal demi pasal yang menurut kami dari Pasal 2 sampai dengan Pasal 4 sehingga dari dasarnya itulah kami mencermati dari pada istilah-istilah pasal demi pasal dari Pasal 2 sampai dengan Pasal 4 masalah kami mencoba mengusulkan adanya Bab baru yaitu mengenai dasar hakikat dan tujuan sesuai dari DIM dari pada pasal demi pasal.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT : Baik jadi sesudah Bab I ketentuan umum diusulkan Bab II dasar dan

hakekat sebelum Fraksi-fraksi Pemerintah dulu.

PEMERINTAH/MENHAN : Ya, Pemerintah setuju untuk didiskusikan karena ini hanya menambah

kepala begitu ya, didalam tidak sampai membongkar lagi materi sehingga nanti mungkin hanya menggeser Bab yang tadinya Bab II menjadi Bab Ill dan seterusnya tapi silahkan kepada Pansus.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Tapi pertanyaannya apakah memang Pemerintah sepakat pasal-pasal

yang ada didalam Bab II baru ini memang menyangkut dasar menyangkut hakekat dan menyangkut tujuan.

PEMERINTAH/MENHAN : Ia, jadi memang Pasal 2, 3, 4, itu bisa dikatakan sebagai dasar hakekat

dan tujuan dari pertahanan kita dan itu eksflisit disebutkan didalam pasal-pasal kata-kata itu ada.

T erima kasih.

KETUA RAPAT : Jadi ada tawaran dari Pemerintah untuk mendiskusikan dimana pak, disini

atau di, ya silahkan PDI-P.

F. PDI-P (FIRMAN JAVA DAELI, SH.): Ia, bisa saja kita pertimbangkan kita diskusikan tapi apa yang menjadi

bahan sebab kalau melihat pasal-pasal yang lain, tapi mungkin ternan lain.

KETUA RAPAT : Siap mendiskusikan itu jawabannya.

Page 58: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

58

PEMERINTAH/MENHAN : 1

Saya jelaskan pak, pak Pansus ini misalnya Pasal2 adalah tujuan Pasal 3 itu hakikat dan memang sudah ada 1 disini Cuma PDI-P memberi kepala terhadap, Golkar terhadap pasal-pasal ini bleh sebab ini saya tidak keberatan kalau dianggap penting tetapi seumpama tidak juga tidak terlalu prinsif.

T erima kasih.

KETUA RAPAT : Kami lanjutkan, sudah ada :inspirasi PDI-P, jadi ini badan yang dikasih

kepala pak, seperti diatas ke FPPP,dulu.

F. PPP (DRS. ARIEF MUDATSIR MANDAN): Ia, terimakasih saya kira memang disini ada Pasal 2 itu menyangkut soal

tujuan, tujuan pertahanan Pasal 3 · hakikat dan Pasal 4 berdasarkan, saya kira meskipun ini memang bisa masuk kepada ketentuan umum tetapi kalau memang ditanbah Bab yang secara spesifik menyebut pasal-pasal itu saya kira lebih jelas lebih baik ya, saya cenderung sepakat setuju usulan Golkar bisa juga merekomendasi untuk didiskusikan, disini beberapa menit begitu biar agak jelas juga.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Ia, Kebangkitan Bangsa.

F. KB ( K. H. HAN IF MUSLIH, Lc. ) : Sarna dengan FPPP.

KETUA RAPAT : Reformasi.

F. REF (H. PATRIALIS AKBAR, SH.) : I

Kalau kita melihat dari DIM ini ternyata Pemerintah menempatkan judul dari Bab ini kedalam ketiga substansi ini ternyata malah terbalik, jadi tujuannya itu justru ada di Pasal 1 hakekatnya .ada di Pasal 2 dan dasarnya ada di Pasal 3, nah kalau kita mengikuti runtuk dari pasal-pasal yang sudah dipersiapkan ini maka tentu harus kita robah judul dari Bab II ini tujuan dulu hakekat baru dasar sehingga sistematis berpikirnya men'gikuti judul dan pasal-pasal itu satu.

Yang kedua, kami kira kari:ma dasar hakekat dan tujuan ini adalah merupakan substansi dari dasar untt!.Jk melanjuti pembahasan kami kira ini sudah

I

cocok dalam satu Bab dan pas~l-pasalnya saja yang kita pisahkan, jadi sekaligus menanggapi dari Golkar kami kurang sependapat.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Pastinya pasal-pasal ini cukup ditampung dalam satu Bab yang namanya

ketentuan umum begitu, TNI/POLRI.

Page 59: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

59

F. TNIIPOL ( SLAMET SUPRIADI, S.IP ., MSc., MM. ) : Kami sependapat ditambahkan Bab baru namun judulnya perlu kita

diskusikan apakah persetujuan dulu apakah hakikat dulu apakah dasar, tapi kalu menurut pendapat kami kalau konsekwensi kita berubah biasanya berbicara hakikatnya dulu apakah itu hakikat pertahanan kemudian tujuan pertahanan apa kamudian baru kita berbicara dasar-dasar dan prinsifnya konsekwensinya demikian nanti terpaksa kita merubah susunan pasalnya demikian pak. Terima kasih.

KETUA RAPAT : KKI.

F. KKI ( DRS. S. MASARDY KAPHAT ) : Kami dari KKI sependapat dengan usul dari rekan Golkar untuk

menambah Bab baru, mengenai susunannya apakah dasar dulu hakikat dan tujuan saya kira itu nanti bisa kita bicarakan.

KETUA RAPAT : Daulatul Umah.

F. PDU (PROF. DR. H. TGK. MUHIBBUDDIN WALY): Saya kira sudah cocok begini kenapa! Oleh karena kita melihat kali

pertama tujuan yang ingin dicapai apa? Kalau begitu hakikatnya begini, kalau hakikatnya begini maka dasarnya harus begini, jadi karena orang kali pertama dia lihat tujuan yang ingin dicapai oleh sebab itu maka baru dia gambarkan kalau begitu hakikatnya berbentuk begini kalau hakikatnya berbetuk begini maka kita harus betul-betul tepat harus membuat dasarnya harus begini dia sudah cocok begini, jadi kita jangan apanamanya karena orang melihat keatas dulu sudah keatas lalu kebawah kemudian kebawah lagi, jadi bukan sebagai pegawai negeri ini dari bawah naik keatas ya tapi kalau orang yang mempunyai cita-cita besar dia lihat yang jauh dulu kemudian dia ukur oh begini kemudian dia ukur lagi oh begini diukur itu artinya gambaran dari hakikat tujuan yang ingin dicapai.

KETUA RAPAT : Jadi Daulatul Umah setuju kalau ada penambahan bab baru.

F. PDU ( PROF. DR. H. TGK. MUHIBBUDDIN WAL Y ) : Setuju, tetapi yang apanya ini jangan dirobah lagi tetapi jangan seperti

disebut dasar, hakikat, tujuan, tapi tujuan kemudian hakikat kemudian dasar atau boleh juga seperti ini tidak apa-apa, tetapi yang susunan didalam angka sekian angka sekian itu jangan dirobah-robah lagi biar begini saja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : PDI-P barang kali sudah.

Page 60: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

60

F. PDI-P ( FIRMAN JA YA DAELI, SH. ) : Setuju dengan usulan Golkar setelah berbagai pemikiran yang

ditambahkan oleh ternan-ternan fraksi lain bahwa memang juga pengertian kalau ketentuan umum lebih kepada devinitif ini kelihatannya diluar konteks devinisi tapi lebih pada soal yang lebih penjelasan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Boleh saya ambil kesimpulan begini pak, ada kesepakatan untuk

memisahkan antara ketentuan umum dengan dasar tujuan dan hakikat tata urutannya apakah dasar dulu atau tujuan dulu maupun isi pasal-pasalnya kita perbincangkan di Panja setuju? Setujunya dulu pak.

( RAPAT SETUJU)

F. PPP (DRS. H. A. CHOZIN CHUMAIDY) : Apakah fungsi dimasukan karena dalam materi itu juga fungsi pertahanan.

KETUA RAPAT : Ada pertanyaan saya kira kita sekalian saja titipkan di Panja

membicarakan dasar tujuan dan hakikat kalau ketemu fungsi, fungsipun dimasukan, sekarang kita beralih ke 34 Pasal 2 PDI-P Negara dan keutuhan silahkan PDI-P dijelaskan usulnya.

F. PDI-P ( FIRMAN JA YA DAELI, SH. ) : Pimpinan yang kami hormati dan forum Pansus yang kami hormati juga itu

diantara kata negara dan keutuhan ditambahkan kata kesatuan Rl, jadi setelah perubahan kalimatnya menjadi Pasal 2 Pertahanan Negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan Negara kesatuan Rl keutuhan wilayah dan keselamatan segenap Bangsa dari segala bentuk ancaman konfensional maupun non konfensional baik yang datang dari luar maupun dalam negeri, nah sama diketerangan ini juga mohon klarifikasi penjelasan tetang yang non konfensional maupun yang operasi militer sama seperti perdebatan awal-awal.

Terima kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT : Partai Golkar silahkan menjelaskan usulnya.

F. PG ( FERDIANSYAH, SE., MM. ) : Terima kasih Pimpinan, menindak lanjuti dari pembiicaraan ternan-ternan

yang terdahulu juga berkaitan dengan runtutan pada usulan yang kami usulkan pada DIM 34 itu sudah kami sampaikan bahwa runtutnya itu dan Pasal 2 menjadi Pasal 4 dan sebaliknya Pasal 4 menjadi Pasal 2 mengenai isinya tidak ada perubahan namun kami mohon dengan hormat kepada Pemerintah penjelasan mengenai maksud dari pada non propokatif dan konprehensif kaitannya disini yang kami jadikan Pasal 2 menjadi Pasal 4 dan sebaliknya.

Terima kasih Pimpinan.

Page 61: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

61

KETUA RAPAT : Selanjutnya FPPP, apakah ini konkordan dengan judul tapi saya lihat ada

ya.

F. PPP ( DRS. ARIEF MUDATSIR MANDAN ) : Konkordan karena kal.imat selanjutnya berbicara penjelasan dan

keamanan.

KETUA RAPAT : Jadi konkordan dengan judul, Kebangkitan Bangsa silahkan ditambah

satu ayat saya lihat.

F. KB ( K.H. HAN IF MUSLIH, Lc. ) : Terima kasih, jadi menurut Kebangkitan Bangsa Pasal 2 itu dirinci menjadi

dua ayat jadi yang pertama, yang sudah ada itu ayat pertama dan ayat yang kedua ditambah yaitu ikut serta menjaga ketertiban dunia dan perdamaian abadi melalui instrumen dan karisma regional dan atau lnternasional karena mengingat kita adalah termasuk anggota PBB.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Reformasi ada silahkan.

F. REF (H. PATRIALIS AKBAR, SH.) : Jadi sesuai dengan pembicaraan dalam butir-butir sebelumnya disini ada

tambahan kalimat yang sebetulnya kita sepakati, pertamakami sebutkan tentang mempertahankan, jadi pertahanan negara bertujuan untuk mempertahankan menjaga dan melindungi sudah pernah kita sepakati itu satu.

Yang kedua, sambungan dari keutuhan wilayah dan keselamatan Bangsa ditambah dan tumpah darah Indonesia ini juga sudah kita sepakati jadi harus merujuk kepada bahan yang sudah pernah kita bicarakan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Selanjutnya Fraksi PBB tidak ada, TNI/POLRI silahkan.

F. TNIIPOL ( SLAMET SUPRIADI, S.IP., MSc., MM.): Kami menyarankan untuk mohon dijelaskan dengan pada penjelasan

Pasal 2 ini pak, terutama tentang ancaman konfensional maupun non konfesional apakah ini kaitannya dengan begitu luas fungsi pertahanan negara itu mempertahankan fungsi-fungsi diluarnya diluar kemampuan dari unsur pertahanan sebetulnya ini terkait pada waktu membahas DIM sebelumnya waktu membahas pengertian ancaman untuk kali ini kami mohon dijelaskan dulu oleh Pemerintah mana yang dimaksudkan pertahanan · negara ini kaitannya dalam menghadapi ancaman konfensional dan non konfesional apakah ada penyempitan dari rumusan ini pak, ancaman konfensional yang mana ancaman non konfensional yang dihadapi oleh pertahanan negara pak, sesuai juga dengan pada waktu kita loby diruangan pada waktu itu dijelaskan oleh Bapak Kasad maupun oleh Bapak Ketua.

T erima kasih pak.

Page 62: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

62

KETUA RAPAT : Lanjut KKI.

F. KKI ( DRS. S. MASSARDY KAPHAT ) : Dari KKI ingin menambahkan setelah kata dalam negeri yaitu yang

berbunyi serta ikut dalam menjaga ketertiban dunia dan perdamaian abadi melalui mekanisme dan instrumen regional atau lnternasional ini sama dengan PKB tadi.

KETUA RAPAT : Ia baik,demikian Fraksi-fraksi sebelum fraksi lain kami beri kesempatan

untuk menyampaikan tanggapan sekarang kami minta Pemerintah dulu memberi klarifikasi yang dipertanyakan tadi PDI-P ada usul mengenai penambahan kata sekaligus klarifikasi apa yang disebut konfensional dan non konfesional Partai Golkar tukar guling Pasal 2 dan Pasal 4 sekaligus klarifikasi mengenai apa yang dimaksud non propokatif dan konfrehensif demikian juga Partai Persatuan Pembangunan, Kebangkitan Bangsa ingin menambah satu ayat mengenai fungsi yang berkaitan dengan bidang internasional yang semangatnya sama dengan KKI, silahkan saudara Pemerintah.

PEMERINTAH/MENHAN : Baik, karena ini menyangkut pertanyaan mengenai istilah-istilah saya

1ng1n mempersilahkan ketua kelompok kerja Pak Gofar suwarno untuk menjelaskan masalah ancaman konfesional non konfensional non proaktif konfrehensif sedangkan parasa kesatuan Negara Kesatuan Rl tidak keberatan kalau memang Pansus dan Fraksi-fraksi di DPR ini juga menyetujui begitu juga dengan usul Kebangkitan Bangsa untuk menambah satu ayat dipersilahkan kalau memang itu dianggap perlu kita diskusikan lebih lanjut silahkan Pak Gofar.

KETUA POKJA ( GOFAR SUWARNO ) : Terima kasih Bapak Menteri, untuk penjelasan ancaman konfrensional

non konfrensional kemudian pertahanan non propokatif sebenarnya semua ada dipenjelasan pasal demi pasal saya kira juga ada di Anggota Dewan yang terhormat, namun sesuai kesepakatan kita pada saat loby barang kali nanti masalah ancaman ini yang ada berkaitan dengan kedaulatan negara keutuhan wilayah dan keselamat segenap bangsa, nah itu yang akan kita perbincangkan namun berpengertian konfrensional dan non konfrensional serta non propokatif sudah ada pak, demikian penjelasannya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Saya kira demikian penjelasan Pemerintahtinggal kita membahas

substansi apa yang diusulkan oleh PDI-P, tukar gulingnya Partai Golkar dan yang kedua penambahan masalah-masalah internasional yang diusulkan oleh Kebangkitan Bangsa dan KKI, kami persilahkan PDI-P duluan.

Page 63: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

63

F. PDI-P ( FIRMAN JAVA DAELI, SH. ) : Mengenai Pasal 2 saya konsisten dengan rumusan itu tetapi soal ini kami

punya usul kalau boleh dipending aja sesuai dengan kesepakatan yang diloby ancaman konfensional dan non konfensional sebab itukan rujukannya harus ada dulu ancaman devinisi sementara devinisi ancaman kita sudah pending itu.

Terima kasih.

KETU RAPAT: Enggak waktu itu tidak dipending pak, didrop, apalagi kalau dihilangkan,

m1 didrop penjelasan Pemerintah konfensional dan non konfensional sudah dianggap memadai.

F. PDI-P (FIRMAN JAVA DAELI, SH.): Justru malah maksud kamikan justru ancaman itu yang sudah dirobah jadi

untuk apa lagi kata-kata ancaman konfensional.

KETUA RAPAT : Di drop dari sini tapi kita sudah terima itu nanti, terhadap usul golkar tukar

guling Pasal 2 Pasal 4 bukan tukar guling dalam istilah pergantian tempat plast

F. PDI-P ( FIRMAN JAY A DAELI, SH. ) : Bisa dipertimbangkan pak, saya kira tidak ada soal kalau kita terima. Terima kasih.

KETUA RAPAT : Masalah usul KKI dan Kebangkitan Bangsa perlunya masalah pertahanan

bertujuan juga untuk tujuan-tujuan lnternaional hingga perlu ada penambahan satu ayat komentarnya bagaimana atau saya ke fraksi lain dulu, ke Golkar dulu, golkar kasih usul tanggapan semangat lnternasional ini.

F. PG ( FERDIANSYAH, SE., MM. ) : Terima kasih Pimpinan yang pertama kami melengkapi mengenai

pertanyaan klarifikasi ancaman konfensional dan non konfensional karena pada saat pembahasan DIM terdahulu sudah kita sepakati dibawa kata ancaman itu didrop saya rasa hal ini tidak perlu dipertanyakan kembali, kemudian untuk penambahan kata kesesat diantara negara dan keutuhan kesatuan Rl kami disini siap mendiskusikan artinya melihat kondisi yang terjadi diskusi sore hari ini, untuk dari PDI-P sementara itu Pak Ketua.

F. REF (H. PATRIALIS AKBAR, SH.): Sekalian saja saran kami sekalaian supaya tidak bolak balak.

KETUA RAPAT : Tujuan internasional yang diusulkan Kebangkitan Bangsa, KKI serta

usulan lisan yang disampaikan oleh Reformasi tadi.

Page 64: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

64

F. PG ( FERDIANSYAH, SE., MM. ) : Untuk yang diusulkan oleh KKI rnengenai lnternasional tentunya disini kita

rnungkin karni fraksi Partai Golkar rnenyikapi apakah rnernang itu diperlukan karena rnenyikapi kalau enggak salah apa sudah cukup atau perlu diperjelas dengan kata-kata lnternasional tersebut karen a kalau secara ... ataupun bahasa yang disarnpaikan Pasal 2 atau DIM 34 ini telah sifatnya sudah cukup urnurn artinya rnencakup rnengenai internasional, rnengenai usul Reforrnasi karni juga sependapat untuk didiskusikan ataupun karni rnelihat tanggapan dari ternan­ternan fraksi yang ada pada sore hari ini.terirna kasih Pirnpinan.

KETUA RAPAT : Silahkan FPPP.

F. PPP (DRS. ARIEF MUDATSIR MANDAN): Terirna kasih Saudara Pirnpinan, saya kira karena kernarin sudah panjang

Iebar rnernbicarakan DIM nornor 17, 18 dan 19 yang sudah sepakat bahwa ancarnan dan sebagainya itu dihilangkan karena itu saya rninta ini juga dihilangkan sehingga bunyinya pertahanan negara bertujuan untuk rnenjaga dan rnelindungi kedaulatan negara keutuhan wilayah dan keselarnatan segenap bangsa saya kira itu sudah cukup kalau kita tarnbahkan lagi apalagi ditarnbah dengan konfensional non konfensional ini rnalah lebih rnelebar dari yang sudah kita lobykan, nah oleh karena itu ini sekalian rnenanggapi usulan FPDI-P saya kira kita tidak usah rnenarnbahkan kesatuan Rl karena pada DIM yang terdahulu itu bunyinya juga tidak rnernakai kesatuan Rl artinya cukup rnelindungi kedaulatan negara korna dan seterusnya.

Kernudian sekalian rnenanggapi usulan perobahan dari Partai Golkar saya kira sebaiknya tujuannya duluan baru kernudian dirinci rnisalnya disusun berdasarkan dan lain sebagainya oleh karena itu FPPP tetap seperti usulan Perneritah tetapi sarnpai segenap bangsa jadi dari segala ancarnan konfensional non konfensional dari luar atau dari dalarn sebaiknya konsisten dengan apa yang kita sudah loby bersarna yaitu didrop.

Terirna kasih Saudara Pirnpinan.

KETUA RAPAT : Kebangkitan Bangsa.

F. KB ( K.H. HAN IF MUSLIH, Lc ) : Terirna ksih karena kita sudah sepakat dulu jadi ancarnan itu didrop saya

sepakat dengan FPPP jadi berhenti sarnpai segenap bangsa.

KETUA RAPAT : Ya, Reforrnasi.

F. REF (H. PATRIALIS AKBAR, SH.): Ya, karni juga setuju ancarnan dan selanjutnya kita drop dulu narnun yang

seperti karni katakan tadi bahwa ada kalirnat yang putus sesuai dengan usulan yang terdahulu yang pertarna adalah rnernpertahankan,jadi pertahanan negara bertujuan untuk rnernpertahankan korna rnenjaga dan selanjutnya kernudian setelah keselarnatan segenap bangsa ada tanbahan turnpah darah Indonesia, ini nilai-nilai pilosofis yang ada didalarn UUD 1945 itu satu.

Page 65: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

65

Yang kedua, sekaligus pendapat dari menaggapi pendapat dari rekan PDI-P kami kira kesatua Rl ini sudah masuk didalam kedaulatan negara, jadi melindungi menjaga dan melindungi kedaulatan negara mempertahanakan kedaulatan negara itu sudah masuk dalam konteks kesatuan Rl, jadi memang ini tidak usah kita masukan apalagi pada DIM yang lalu juga tidak ada.

Yang ketiga menanggapi dari Fraksi Partai Golkar ini mungkin masalah teknis nanti kita coba khususnya mengenai Pasal 2 coba tanyakan dengan Pemerintah tapi sebetulnya itu masalah pertahanan negara ini sudah disusun dengan memperhatikan kondisi geografis dan itu adalah merupakan masalah­masalah teknis saya kira tentu tidak mungkin kita atur dalam UU ini kecuali Pemerintah memberikan argumentasi yang lebih pas, sedangkan mengenai naskahnya saya kira ini sudah pas dan sekalilagi kami mohon ralat bahwa kami sebetulnya dalam Bab baru tadi kami kurang nyambung sedikit, kemudian mengenai Kebangkitan Bangsa mengenai tambahan lnternasional ini sebetulnya kalau dilihat dari pembukaan UUD 1945 memang ini merupakan bagian dari tugas kita tapi apakah cocok dimasukan kedalam pertahanan negara sebab kalau kita berpikir tentang masalah pertahanan negara tentu pikiran kita adalah untuk kedalam bukan untuk keluar tapi bagai mana partisipasi kita untuk kelaur saya kira mungkin bisa kita masukan dalam butir-butir lain tapi kita bicara masalah pertahanan negara hanyalah dalam tiga aspek yang sudah dijelaskan oleh Pemerintah tadi saya kira ini sama dengan usulan dari KKI saya kira demikian.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : TNI/POLRI.

F. TNI/POL ( SLAMET SUPRIADI, S.IP., MSc., MM.): Kami ingin mencoba menanggapi usul ternan dari PDI-P kita kembalikan

pada rumusan yang sudah disetujui sebelumnya saya pikir tidak perlu ditambahkan kesatuan Rl, kemudian untuk Partai Golkar saya pikir tidak untuk tidak diadakan perubahan susunan Pasal-pasal, kemudian untuk FPPP kami sebetulnya kurang sependapat kalau diputus sampai dengan keselamatan bangsa saja memang benar pada waktu loby kita sudah sepakat untuk masalah ancman itu didrop tapi dengan catatan ancaman yang menyangkut TNI itu akan diakomodasikan dalam UU TNI kalau ini nanti didrop jadi hanya sampai segenap bangsa kita nanti dipasal-pasal berikutnya nanti akan menyangkut ini pak, justru ini adalah substansi yang paling penting pak, kalau kita tidak mengerti mau kemana tujuannya untuk menghadapi siapa nanti dibelakang nanti kita akan kembali lagi memasalahkan ini tugasnya siapa fungsinya siapa dan sebagainya barang kali ini perlu kita sepakati dalam forum ini kesempatc.m ini walaupun ancaman yang sudah didrop itu pengertian pada waktu itukan ancaman pada DIM sebelumnya untuk didrop tapi khusus dalam kaitan ini pengertian pertahanan negara tujuan pertahanan negara supaya bulat harus dicantumkan pak, namun ancaman mana yang kita hadapi pantas bentuk ancaman baik konfensional maupun non konfensional atau bukan itu yang perlu kita sepakati dalam perumusan ini.

Kemudian yang berikutnya untuk Fraksi PKB saya pikir kemarin sudah dirumuskan dalam DIM sebelumnya jadi terutama yang ikut serta menjaga ketertiban dunia serta menjaga ketertiban dunia perdamaian abadi intrumen dan mekanisme regional maupun intrumen lain saya pikir perlu dihapus karena sudah kita bahas dalam rumusan sebelumnya pak.

Terima kasih pak,

Page 66: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

66

KETUA RAPAT : KKI.

F. KKI ( DRS. S. MASSARDY KAPHAT ) : Dari KKI usul dari rekan PDI-Perjauangan untuk tambahan kesatuan Rl

saya kira ini kami juga berpendapat tidak perlu dimasukan, kemudian untuk F. PG ini kami masih berpendapat bahwa itu sesuai dengan usul dari pada Pemerintah.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : PDU

F. PDU (PROF. DR. H. TGK. MUHIBBUDDIN WAL Y) : Pimpinan kami setuju dengan naskah Pemerintah masalahnya karena

jelas permasalahannya dan juga pendek tidak berbelit-belit oleh karena didalam Pasal 2 ini disitu ada 3 hal yang harus diperhatikan keutuhan wilayah kedaulatan negara dan keselamatan bangsa jadi kedaulatan negara keutuhan wilayah keselamatan bangsa ini yang harus dijaga dan dilindungi jadi jelas bagi orang awam baca juga jelas karena itu maka kata dan disitu itu salah cetak sebenarnya dari bukan dan, dari segala bentuk ancaman, dikarena kata konfensional itu bahasa asing yang kalau di lndonesiakan kenapa sih kita tidak mencari kalimat Indonesia dari pada orang bingung juga mikir-mikir tentang pasal ini apakah ada bahasa Indonesia sebagai pengganti dari pada konfensional itu dan itu yang sebenarnya yang dianjurkan oleh ahli-ahli bahasa kita jangan banyak memasukan kata asing kedalam bahasa Indonesia apakah tidak ada kata kalimat Indonesia yang cepat terserap begitu bagi otak orang awam apabila dia baca pasal ini.

Terima kasih dikarena itu kami setuju 100% itu kalau ada yang 1000% tapi karen a tidak ada istilah itu maka pol sajalah pad a 100%.

Terima kasih.

KETUA RAPA T : Jadi 100% itu sudah full pak ya? Saya rinci dulu pak jadi ada.

F. PDU (PROF.DR. H. TGK. MUHIBBUDDIN WAL Y) : Tapi itu bagi saya, bagi orang lain tentu, sebab ini kan kita itukan harus

mempunyai pemberian yakin atas itu meskipun kita akan bertentangan dengan orang.

KETUA RAPAT : Artinya kalau bapak sudah full yang lain belum tentu full, jadi kita usul

Partai Golkar mengenai plats perfulling ( pergantian pasal ) mungkin itu kita bisa tunda tergantung judul bab yang kita pakai pak, kalau dasar tujuan hakekat ya dasar dulu kalau tujuan hakekat dasar ya dasar dulu, nah disitulah kita lihat apakah pantas itu pergantian tempat atau tidakkita bisa sepakat ini, jadi ya.

(RAPAT SETUJU}

Page 67: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

67

F. PDU (PROF.DR. H. TGK MUHIBBUDDIN WAL Y) : Pimpinan sedikit sebagai apa saja tapi sebagai catatan karena begini

karena apa bila kita tukar-tukar ini kapan selesainya ini kita ingin menginginkan supaya pada tanggal selesai itu tepat kalau sudah tujuan dulu ya tujuan tentang judulnya bisa saja yang nomor tiga jadi nomor satu ataupun apa kalau tadikan dasar hakekat tujuan itu bisa saja tetapi didalam kenyataan dalam pasal ini jangan kita rubah lagi.

KETUA RAPAT : Dalam rangka tidak mempermudah saling tukar-tukar itu palu jatuh lalu

yang ke dua, jadi tinggal dua hal ini usul F. PDI-P dan usul KKI dan Kebangkitan Bangsa untuk menambah semangat tujuan lnternasional ini kita mau dituntaskan disini aatau bagaimana silahkan PDI-P.

F. PDI-P ( FIRMAN JAVA DAELI, SH ) : T erima kasih Pak Ketua, memang kat au lihat Pasal 1 kan ketentuan

umum ya, sementara yang Pasal 2 ini sudah mualai soal tujuan ini, nah kalau kita lihat kandungan pemikiran yang ada didevinisi atau ketentuan memang persis sama seperti ini tapi karena ini tujuan harus ada tekanan nuansa yang membedakan yang secara signifikan, nah oleh karena itu maka kami menambah disini kesatuan Rl walaupun juga tekanannya tidak begitu berbeda seperti dalam ketentuan, nah kami sepakat ini dipertajam lagi di Panja nantinya kalau boleh dengan menampung aspirasi yang berkembang dari F.KKI sebab walaupun kami tidak mengusulkan disini tetapi kami menyambut secara positif sebab kita melihat bahwa pertahanan negara ini bukan dalam suasana perang, tapi dalam suasana menciptakan perdamaian juga ketertiban dunia itu yang kami tangkap dari F.KKI tetapi itu kita paketkan dalam Panja nantinya bukan untuk di. ..

T erima kasih.

KETUA RAPAT : Ada usul dari PDI-P usul penambaha kata-kata kesaruan Rl sama usul

penambahan tujuan lnternasional yang di usulkan KKI dan Kebangkita Bangsa memerlukan inspirasi yang lebih jauh lagi karena itu lebih baik kita perdalam diskusinya di Panja apa ada yang membantah usul ini Pemerintah setuju kita bisa ketok palu untuk ini baik.

(RAPAT SETUJU)

Masih ada waktu 1 0 men it silahkan.

F. PPP (DRS. ARIEF MUDATSIR MANDAN): Ada satu hal yang belum disetujui, yang kedua tida mempermasalahkan

tadi menyangkut loby kita kemarin menyangkut ancaman, ancaman segenap bangsa dari segala bentuk ancaman konfensional maupun non konfensional baik yang datang dari luar maupun yang dari dalam kemarin waktu kita toby itu yang menyangkut mungkin 18 atau 19 itu dihapuskan kalau tidak salah ya, dan penjelasannya dihapuskan semuanya itu, nah apakah disini kita tidak merifer kepada itu, sebab kalau tidak nanti ada pertanyaan lagi apa yang dimaksud dengan ancaman apa yang dimaksud dengan konfensional non konfensional nanti kemudian meski harus kita atur disini juga kan karena tidak bisa

Page 68: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

68

konfensional itu apa non konfensional itu apa kan seperti itu nah kemarin kalau tidak salah dalam loby ada pemecahan yang baik sekali hal-hal yang spesifik menyangkut tugas dan wewenang TNI dalam pertahanan menyangkut keamanan konfensional dan macam-macam itu akan diatur secara spesifik dalam UU nanti apakah UU TNI atau keprajuritan seperti itu yang kemarin disampaikan itu yang menyangkut ancaman dan lain-lain yang menyangkut dumen POLRI itu juga akan diatur dalam UU Kepolisian POLRI saya kira kalau kita konsiten dengan apa yang kita lobykan kemarin saya kira tidak ada masalah tetapi kalau ini kemudian tidak konsisten dengan apa yang disampaikan dalam loby ini menimbulkan masalah baru lagi nanti ada penjelasan yang panjang Iebar nanti.

KETUA RAPAT : Mungkin itu yang lupa tadi saya sampaikan jadi saya ulangi lagi usul ganti

pasal tadi yang diusulkan oleh Fraksi Golkar tergantung jadi judul bab, kemudian yang kedua usul dari Fraksi POl untuk menambah Negara Kesatua Rl dan semangat tujuan lnternasional disampaikan oleh KKI dan Kebangkitan Bangsa kita kaji urgensinya didalam Panja, sedangkan kata-kata ancaman konfensionalnya yang dipertanyakan banyak pihak bagaimana kalau kita paketkan bicarakan apakah dia perlu masuk atau tidak dengan merujuk pada kesepakatan kita watu membahas DIM 17, 18, jadi mengenai ancaman ini kita juga bahas di Panja tapi rujukannya adalah keputusan kita pada saat membahas DIM 17, 18, 19 saya kira FPPP bisa sepakat dengan ini kesimpulan ini.

F. PPP (DRS. ARIEF MUDATSIR MANDAN): Rujukannya adalah kesana.

KETUA RAPAT : Baik, lagi 7 menit mau diteruskan silahkan.

F. TNI/POL ( SLAMET SUPRIADI, S.IP., MSc., MM. ) : Kalau rujukannya dari hasil loby kemarin kami menyarankan kalimat ini

dihilangkan saja konfesional maupun non konfensional lain-lainnya tetap, jadi tat negara dan sebagainya bla bla bla dalam bentuk ancaman baik yang datang maupun yang dari luar nanti yang ancaman itu yang didrop kemarin itu yang disepakati kemarin yang mana yang merupakan fungsi dari TNI mana yang merupakan fungsi keamanan Polisi dan sebagainya kalau memang demikian pak.

KETUA RAPAT : Nanti kita di Panja pak, kita hilangkan itu kalau rujukan kita, kita tafsirkan

dengan merujuk kesana kita menafsirkan bahwa itu harus hilang ya kita hilangkan disana jangan disini.

F. PDI-P ( FIRMAN JAVA DAELI, SH ) : Jadi biar lebih jelas awal nanti kita malah tidak karu-karuan di Panja besok

ini itukan loby yang telah dilaporkan di, berarti bukan lagi tingkat lagi loby tidak resmi kita terima, jadi bahkan bukan hanya konfensional dan non konfesional mulai dari kata itu bahkan dihapus jadi hanya segenap bangsa kalau kita konsisten dengan pemikiran TNI/POLRI ya, jadi ancaman sampai itu dihapus

Page 69: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

69

kalau memang ini paralel dengan hasil loby yang telah diformalkan dilaporkan di plena ini plena Pansus.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Saya juga sependapat dengan itu tapi apakah kita akan tutup

perbincangannya disana atau kita buka sedikit saja celahnya tetapi kita konsisten terhadap hasil loby bagaimana gampang saja kalau ditarik sekarang ya tidak ada nmasalah lagi tapi tidak ada kesempatan untuk memperbincangkan itu

F. TNI/POL ( SLAMET SUPRIADI, S.IP ., MSc., MM.) : Dari F.TNI-POLRI pak, kami tadi ditawarkan oleh ketua apakah masih ada

celah menurut saya masih ada celah, ini pengertian tujuan pertahanan ini sangat penting kita nanti akan membahas dalam DIM-DIM berikutnya terutama yang menyangkut ancaman konfensional termasuk tugas-tugas apa yang nanti dilaksanakan tugas pertahanan oleh TNI dan sebagainya barang kali yang perlu kita sepakati ini memang pertahanan negara ini tujuannya dalam menghadapi ancaman yang luas begitu luas ataukah spesifik saja menyangkut masaklah ancaman bersenjata saja itu saja kalau kita sepakat semauanya ancaman berarti sudah selesai begitu pak, sehingga nanti kita merumuskan DIM yang berikutnya tidak akan menemui hambatan.

KETUA RAPAT : Ancaman hari itu kita buang karena kita belum mendefinisikan. Nah

sekarang usuk konkritnya TNI ancaman ini dibuang sama dengan FPPP atau biarlah itu merupakan kewenangan Panja tetapi dengan catatan Panja tidak boleh bertentangan dengan hasil keputusan pada saat membicarakan butir 17, 18, 19 atau mau dibuang sekarang ancmannya.

F. TNI/POL ( SLAMET SUPRIADI S.IP., MSc., MM): Kami seyogyanya ini pasal yang penting pak, perlu disepakati saat ini

sebab kami khawatir kalau di Panja nanti tidak akan tuntas lalu, merembet yang lain-lainnya nanti balik lagi keparipurna lagi enggak selesai-selesai.

KETUA RAPAT : ltulah yang saya tawarkan disepakati disini dipotong ancamannya

kebelakang atau apa kalau bab itu yang bapak sepakati saya akan tawarkan kepada yang lain-lain

F. TNI/POL ( SLAMET SUPRIADI, S.IP., MSc., MM.): Menurut pendapat kami segenap bangsa masih dilanjutkan dari segala

bentuk ancaman baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri kemudian pengertian ancaman kalau tidak nanti, berarti didalam ancaman itu didalam penjelasan munculah disini konfensional dan non konfensional supaya tidak menunjukan kontofersi itu yang nanti dibahas didalam Panja pak, rumusan ini Cuma dihapuskan konfensional maupun non konfensional ini kalau disepekati oleh teman-teman pak, karena mungkin dari teman-teman kita membahas UU Kepolisian jadi akan bertanya-tanya ini kaitannya dengan gree area yang dipermasalahkan pak, demikian pak.terima kasih.

Page 70: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

70

KETUA RAPAT : Jadi usul dari TNI ancamannya tetap hidup disini Cuma tidak pakai istilah

konfensional tapi ancaman dari luar dan dari dalam lalu yang dimaksud ancaman dijelaskan sedangkan rekan kami dari FPPP begitu berbicara mengenai ancaman lebih baik kita berhenti karena kita sudah sepakat untuk tidak mendefinisikan itu ada dua hal, silahkan Pemerintah.

PEMERINTAH/MENHAN : Saya setuju dengan pendapat TNI/POLRI karena sebenarnya loby kita

kemarin sepakat untuk mengeluarkan ancaman itu dalam pengertian umum bukan menghapus setiap kata ancaman yang berada dibelakang hanya dikeluarkan tidak usah diberi pengertian karena begitu konpleks kalau diartikan tapi kalau Pasal-pasal didalam kemudian ada kata ancaman tidak berarti harus dikelurkan dari situ tapi kata konfensional non konfensional itu, itu dicoret saja karena itu bagian persoalan yang rumit kemarin, jadi ancaman baik yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam negeri saya kira itu saja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Dengan pengertian ancaman diberi penjelasan?

PEMERINTAH/MENHAN : Ia dipenjelasan kan ada penjelasannya.

KETUA RAP AT : Ia, silahkan rekan kami dari FPPP.

F. PPP (DRS. ARIEF MUDATSIR MANDAN): Ia saya kira saya tadi membaca notulen/notulasi diantaranya itu berbunyi

begini saya kira mungkin begitu juga ya, dalam UU ini yang dimaksud dengan pertahanan negara adalah segala upaya untuk mempertahankan kedaulatan negara keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara, saya kemarin mungkin jadi ingat usul dari Pemerintah untuk mengembalikan kepada bunyi Tap secara utuhsaya kira mungkin kalau berhenti disitu memang tidak ada apa-apa karena disini untuk penjelasannya agar tidak rancuh kemudian disetujui DIM 18 di hapus, saya baca notulasi dari itu, jadi saya mungkin bisa memahami dan bisa sepakat dengan mengurangi konfensional maupun non konfesional seperti usulan TNI/POLRI tetapi sepanjang ancaman ini tidak didefinisikan lagi karena sudah setuju dihapus saya kira saya membaca notulen saya ini, saya kira tentang penambahan dari luar maupun dalam negeri ini juga mengkin bisa diterima tapi terserah dikusinya seperti apa.

Terima kasih.

KETUA RAPAT : Baik kalau begitu saya ulangi lagi konkritnya, yang pertama usul

penambahan kata Republik Indonesia dan semangat tujuan lnternasional yang diusuikan KKI dan Kebangkitan Bangsa akan dibahas perlu tidaknya akan dicantumkan itu di dalam panitia kerja.

Page 71: LAPORAN SINGKAT RUU TENTANG PERTAHANAN NEGARA DAN …berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200415-035106-4639.p… · 2 fraksipartaigolkar 1. andi mattalatta, sh., mh 2. drs.

71

Kesepakatan yang kedua, mengenai ancang-ancang redaksi kata-kata konfensional maupun non konfensional diganti dengan ancaman dari dalam dihapus dan dan diganti dengan ancaman iya menghilangkan konfensional dan ancaman kita sepakati untuk diberikan keterangkan didalam penjelasan semaua pekerjaan itu akan kita lakukan di Panitia kerja sepakat.

(RAPAT SETUJU)

Tolong sekretariat jangan salah simpul ya, sekarang jam sudah menujukan 17.30 WIB saya kira sudah saatnya mengahiri rapat kita dan kita bersyukur hari ini kita berhasil 13 mengumpulkan Daftar lnventarisasi Masalah dan mudah-mudahan besok bisa masuk kebutir 35 yang berbicara mengenai Pasal3.

Bapak dan lbu demikian saya kira rapat pada sore hari ini atas nama seluruh Anggota Pansus izinkan kami mengucapkan terima kasih kepada Saudara Pemerintah dan seluruh jajarannya dengan mengucapkan Alhamdullillahi'robil alamin rapat kami tutupdan akan dibuka kembali besok.

( KETOK PALU 2 X)

Ada satuhal yang saya lupa atas namaseluruh Anggota Pansus mengucapkan selamat kepada Kepolisian Republik Indonesia yang sudah melaksanakan dan merayakan ulang tahunnya kemarin.

Terima kasih.

( RAPAT DISKORS PADA PUKUL 17.30 WIB.)

Jakarta, 2 Juli 2001 a.n. KETUA RAPAT

SEKRETARIS RAPAT

~_£ DRS. ISKANDAR N. BASRI

NIP. 210001160