LAPORAN RESMI 5
-
Upload
wigati-nuraeni -
Category
Documents
-
view
53 -
download
0
Transcript of LAPORAN RESMI 5
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS II
PEMISAHAN ZAT WARNA KIMIA
DENGAN METODE KROMATOGRAFI KOLOM
Disusun oleh :
Winda Ariyani G1F008049
Agit Liogananta G1F008050
Desiainy Sheila Sahara G1F008051
Prima Andika Citra G1F008052
Hari/Tanggal : Senin, 21 Juni 2010
Asisten : Adi Wibowo
LABORATORIUM KIMIA FARMASI
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2010
PEMISAHAN ZAT WARNA KIMIA
DENGAN METODE KROMATOGRAFI KOLOM
I. TUJUAN
Mempersiapkan kolom, memisahkan dan mengidentifikasi senyawa kimia dengan
kromatografi kolom.
II. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
Pipet tetes
Beaker glass
Gelas ukur
Spatel
Labu erlenmeyer
Seperangkat kromatrogafi kolom
Statif
Corong biasa
Cawan petri
Timbangan
Cawan porselin
Ruber bulb
Erlenmeyer
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
Etanol 96%
Hekshan
Kloroform
Pewarna merah
Pewarna kuning
Alumina
Pasir
Kapas
III. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Gambar Hasil Kromatografi Kolom
IV. PEMBAHASAN
Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu
proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih,
salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di
dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan
dalam absorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan
ion. Dengan demikian masing-masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan
metode analitik (Anonim, 1995).
Kromatografi kolom seringkali digunakan oleh para ahli kimia organik untuk
memurnikan cairan. Murni sebuah sampel dimuat ke kolom adsorbant, seperti gel silika
atau alumina. Sebuah pelarut organik atau campuran pelarut (eluen) mengalir ke bawah
melalui kolom. Komponen sampel terpisah dari satu sama lain dengan partisi antara
material kemasan diam (silika atau alumina) dan eluen mobile. Molekul dengan polaritas
yang berbeda untuk partisi luasan yang berbeda, dan karena itu bergerak melalui kolom
pada tingkat yang berbeda.
Berbagai ukuran kolom dapat digunakan, dimana hal utama yang
dipertimbangkan adalah kapasitas yang memadai untuk menerima sampel – sampel tanpa
melalui fasa diamnya. Merupakan aturan praktis yang umum bahwa panjang kolom harus
sekurang – kurangnya 10 kali ukuran diameternya. Jika kita mempunyai kolom dengan
panjang 20 cm, dan diameternya 1 atau 2 cm. Bahan pengemasnya suatu adsorben seperti
alumina atau resin penukar ion, dimasukkan dalam bentuk suspensi kedalam porsi fasa
bergerak dan dibiarkan diam didalam hamparan basah dengan sedikit cairan.
Kolom untuk analisis farmasi umumnya digunakan kolom isi dan sebaiknya
hanya isi kolom yang mempengaruhi gerak relative zat terlarut melalui system. Kolom
terbuat dari kaca, kecuali jika dinyatakan lain. Kolom dengan beragam ukuran dapat
digunakan, tetapi umumnya antara 0,6 m hingga 1,8 m serta diameter dalam 2 mm hingga
4 mm. sebagai fase cair dapat digunakan beraneka ragam senyawa kimia, seperti poly
etilen glikol, ester dan amida berbobot molekul tinggi, hidro karbon, gom, dan cairan
silicon.
Kolom harus dikondisikan dengan jalan mengoperasikan sampai keadaan stabil
pada suhu yang lebih tinggi dari suhu yang digunakan seperti yang tertera pada masing –
masing monografi. Suatu uji yang sesuai terhadap sifat inert penyangga, yang perlu untuk
fase cair dengan polaritas yang rendah, ada kalanya suatu kolom dapat dikondisikan
dengan menyuntikkan ulang senyawa yang dikromatografi
Praktikum kali ini yaitu melakukan pemisahan zat warna kimia dengan
menggunakan kromatografi kolom. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu :
1. Kloroform
Rumus Struktur Kloroform
Senyawa kloroform adalah senyawa haloalkana yang mengikat tiga atom halogen
klor (Cl) pada rantai C-nya. Senyawa kloroform dapat dibuat dengan bahan dasar berupa
senyawa organik yang memiliki gugus metil (-CH3) yang terikat pada atom C karbonil
atau atom C hidroksi yang direaksikan dengan pereaksi halogen (Cl2). Beberapa senyawa
yang dapat membentuk kloroform dan senyawa haloform lainnya adalah etanol, 2-
propanol, 2-butanol, etanol, propanon, 2-butanon. Halogenasi sering berjalan secara
eksplosif dan hampir tanpa kecuali menghasilkan campuran produk, karena lasan inilah
halogenasi kadang saja digunakan dalam laboratorium.
Kloroform disebut juga haloform disebabkan karena brom dan klor juga bereaksi
dengan metal keton, yang menghasilkan masing-masing bromoform (CHBr3) dan
kloroform (CHCl3). Hal ini disebut CHX3 atau haloform, maka reaksi ini sering disebut
reaksi haloform.
2. Etanol
Rumus struktur etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja,
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa
ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan
termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang paling tua..
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH
dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol
sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5).
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang
ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum,
perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang
penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam
sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.
Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma yang
khas. Ia terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-kadang tidak
dapat terlihat pada cahaya biasa.
Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil
dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan
hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik
lainnya dengan massa molekul yang sama.
Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik lainnya,
meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilena
glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena. Ia juga larut dalam hidrokarbon
alifatik yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga larut dalam senyawa klorida
alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena.
3. Alumina (Aluminium oksida)
Kristal Corodum (bentuk alumina)
Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan oksigen,
dengan rumus kimia Al2O3. Nama mineralnya adalah alumina, dan dalam bidang
pertambangan, keramik dan teknik material senyawa ini lebih banyak disebut dengan
nama alumina.
Sifat-sifat Aluminium oksida adalah insulator (penghambat) panas dan listrik
yang baik. Umumnya Al2O3 terdapat dalam bentuk kristalin yang disebut corundum
atau α-aluminum oksida. Al2O3 dipakai sebagai bahan abrasif dan sebagai komponen
dalam alat pemotong, karena sifat kekerasannya.
Aluminium oksida berperan penting dalam ketahanan logam aluminium terhadap
perkaratan dengan udara. Logam aluminium sebenarnya amat mudah bereaksi dengan
oksigen di udara. Aluminium bereaksi dengan oksigen membentuk aluminium oksida,
yang terbentuk sebagai lapisan tipis yang dengan cepat menutupi permukaan aluminium.
Lapisan ini melindungi logam aluminium dari oksidasi lebih lanjut. Ketebalan lapisan ini
dapat ditingkatkan melalui proses anodisasi. Beberapa alloy (paduan logam), seperti
perunggu aluminium, memanfaatkan sifat ini dengan menambahkan aluminium pada
alloy untuk meningkatkan ketahanan terhadap korosi.
4. Hekshan
Rumus struktur
Heksana (C6H14) - alkana dengan enam atom karbon dalam molekul . Isomer dari
heksana sangat reaktif dan sering digunakan sebagai pelarut dalam reaksi organik karena
mereka sangat non-polar.
heksana memiliki lima isomer :
* n-heksan (heksan) n-heksana (heksana)
* izoheksan ( 2-metylopentan ) izoheksan ( 2-methylpentane )
* 3-metylopentan 3-methylpentane
* neoheksan 2,2-dimetylobutan neoheksan 2,2-dimetylobutan
5. Rohdamin B dan Metanil Yellow
Rhodamin B dan metanil yellow merupakan pewarna sintetik yang digunakan
sebagai pewarna tekstil dan dinyatakan berbahaya oleh pemerintah. Pewarna tersebut
dapat menyebabkan kanker dan sering kali digunakan untuk mewarnai produk makanan,
salah satunya adalah jelly. Rhodamin B adalah bahan untuk pewarna di industri tekstik
dan kertas. Rhodamin B berasal dari metalinilat dan dipanel alanin dan sangat mudah
larut dalam alkohol.
6. Pasir
Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasir umumnya berukuran
antara 0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida, tetapi
di beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur.
Parktikum ini diawali dengan menimbang bahan bahan yang akan digunakan
yaitu rodamin B 0,5 gr, metilen kuning 0,5 gr, alumina 20 gr, kemudian buat sampel
uji dengan campurkan rodamin B dan metilen kuning dalam cawan porselen lalu
dilarutkan dengan kloroform, lalu ditambahkan alumina sedikit dan diaduk sampai
homogen dan menjadi serbuk berwarna merah kecoklatan serta kering.
Penyiapan kolom dilakukan dengan cara kolom dicuci dahulu dengan air
kemudian dibilas dengan alkohol lalu ditunggu sampai kolom kering. Digunakan alkohol
karena alkohol lebih bersifat volatile dan dapat mengangkat kotoran pada peralatan
laboratorium (anonim,2010). Kemudian dimasukkan n-heksan kedalam kolom untuk
mengkondisikan keadaan didalam kolom. Kemudian dimasukan sedikit kapas di bagian
bawah kolom, lalu dibilas kembali dengan n-heksana untuk melihat apakah pelarut dapat
mengalir, setelah itu dimasukan sedikit n-heksana dalam kolom lalu dimasukkan alumina
yang telah di larutkan dalam n-heksan. Buka keran bagian bawah agar larutan bisa keluar.
Bersihkan sisi-sisi dinding kolom dari alumina yang tersisa. Pelarut dibiarkan turun
hingga 1 cm dari permukaan atas alumina. Kemudian ditambahkan sedikit pasir diatas
permukaan alumina lalu diratakan. Setelah permukaan pasir rata kemudian dimasukan
sampel dan diratakan kembali. Pasir ditambahkan kembali diatas permukaan sampel lalu
diratakan lagi. Fungsi penambahan pasir adalah untuk membatasi antara alumina dan
sampel agar tidak bercampur, karena sampel juga mengandung alumina.
Eluen yang sudah disiapkan yaitu etilasetat:etanol (1:1) sebanyak 30 ml
dimasukan dalam kolom sedikit demi sedikit untuk mengelusi sampel, setelah semua
eluen masuk kemudian kolom ditutup rapat karena eluen yang digunakan merupakan
campuran yang mudah menguap. Selama proses elusi dengan eluen pertama pewarna
kuning kemudian turun lebih dulu, lalu cairan dari pewarna kuning ditampung dalam
Erlenmeyer. Pewarna kuning terelusi lebih dahulu dikarenakan sifatnya yang semi polar
sehingga terelusi pada pelarut yang semipolar juga yakni campuran dari etilasetat dan
etanol. Setelah semua pewarna kuning terelusi dan eluen sudah turun semua kemudian
ditambahkan eluen yang kedua yaitu campuran dari etanol:akuadest (1:1) sebanyak 30 ml
untuk mengelusi pewarna merah. Pewarna merah yang sudah terelusi kemudian
ditampung dalam Erlenmeyer yang berbeda. Setelah semua pewrna terelusi proses
kromatografi dihentikan.
Berikut menunjukkan gambar terjadinya proses pemisahan / elusi yang mungkin
terjadi dari waktu ke waktu.
Gambar Proses Pemisahan / Elusi
Dalam proses pemisahan dengan kromatografi kolom, adsorben silika gel harus
senantiasa basah karena, jika dibiarkan kering, kolom yang terbentuk dari silika gel bisa
retak, sehingga proses pemisahan zat tidak berjalan optimal. Selain itu, kondisi yang
senantiasa basah (tidak kering) berperan untuk memudahkan proses elusi (larutan
melewati kolom) dalam kolom (Anonim, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan kromatografi kolom, yaitu:
a. Adsorben dan eluen yang digunakan
b. Panjang dan diameter kolom
c. Laju fase gerak
Dalam bidang bioteknologi, kromatografi mempunyai peranan yang sangat besar.
Misalnya dalam penentuan, baik kualitatif maupun kuantitatif, senyawa dalam protein.
Protein sering dipilih karena ia sering menjadi obyek molekul yang harus di-purified
(dimurnikan) terutama untuk keperluan dalam bio-farmasi. Kromatografi juga bisa
diaplikasikan dalam pemisahan molekul-molekul penting seperti asam nukleat,
karbohidrat, lemak, vitamin dan molekul penting lainnya.
Dengan data-data yang didapatkan dengan menggunakan kromatografi ini,
selanjutnya sebuah produk obat-obatan dapat ditingkatkan mutunya, dapat dipakai
sebagai data awal untuk menghasilkan jenis obat baru, atau dapat pula dipakai untuk
mengontrol kondisi obat tersebut sehingga bisa bertahan lama.
Dalam bidang clinical (klinik), teknik ini sangat bermanfaat terutama dalam
menginvestigasi fluida badan seperti air liur. Dari air liur seorang pasien, dokter dapat
mengetahui jenis penyakit yang sedang diderita pasien tersebut. Seorang perokok dapat
diketahui apakah dia termasuk perokok berat atau ringan hanya dengan mengetahui
konsentrasi CN- (sianida) dari sampel air liurnya. Demikian halnya air kencing, darah
dan fluida badan lainnya bisa memberikan data yang akurat dan cepat sehingga
keberadaan suatu penyakit dalam tubuh manusia dapat dideteksi secara dini dan cepat.
Sekarang ini, deteksi senyawa oksalat dalam air kencing menjadi sangat penting
terutama bagi pasien kidney stones (batu ginjal). Banyak metode analisis seperti
spektrofotometri, manganometri, atau lainnya, akan tetapi semuanya membutuhkan kerja
ekstra dan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil analisis dibandingkan
dengan teknik kromatografi. Dengan alasan-alasan inilah, kromatografi kemudian
menjadi pilihan utama dalam membantu mengatasi permasalahan dalam dunia
bioteknologi, farmasi, klinik dan kehidupan manusia secara umum.(Anonim,2009)
V. KESIMPULAN
Kromatografi kolom dapat digunakan untuk memisahkan, memurnikan dan
mengidentifikasi zat warna kimia.
Proses pemisahan zat warna ini, warna kuning terelusi terlebih dahulu karena bersifat
semipolar sehingga bias terelusi pada campuran eluen etilasetat dan etanol sedangkan
pewarna merah yang bersifat polar terelusi dengan penambahan eluen campuran polar
yaitu etanol dan akuadest
VI. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Ed. IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RepublikIndonesia.
Anonim. 2007. Kromatografi Kolom. http://www.chemistry.org/ materi kimia/ instrumen analisis/ kromatografi/ kromatografi kolom. Diakses 25 juni 2010.
Anonim. 2009. Kuliah Kromatografi Kolom (Bagian I). http://wiro-pharmacy .blogspot.com/2009/10/kuliah-kromatografi-kolom-bagian-1.html Diakses pada tanggal 25 juni 2010
Hamdan. 2010, Molekul Polar dan Non Polar, http://kimiaman.blogspot.com /2010/06/melokul-polar-dan-non-polar.html. Diakses 25 juni 2010.
Khopkar, SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press