laporan radiologi
-
Upload
shinta-novadela -
Category
Documents
-
view
335 -
download
10
Transcript of laporan radiologi
PEMBAHASAN
Radiografi Kelainan Gigi dan Mulut Akibat Penyakit Sistemik
1. CHRONIC PERIODONTITIS
Merupakan suatu penyakit infeksi yang menyebabkan keradangan pada jaringan
penyangga gigi, kehilangan perlekatan yang progresif dan kehilangan tulang alveolar.
Proses perkembangan dari penyakit ini membutuhkan waktu yang lama karena
progresivitasnya yang lambat. Sehingga penyakit tersebut biasanya baru muncul pada
usia yang semakin bertambah (usia tua, disebut dengan Chronic Adult Periodontitis).
Penyakit ini dipengaruhi oleh faktor sistemik (Diabetes Mellitus), faktor
lingkungan/kebiasaan (merokok, stress), dan faktor lokal (kalkulus, karies subgingiva,
dsb)
Gambaran Klinis yang tampak pada penyakit ini adalah akumulasi plak
supra/subgingiva, kalkulus supra/subgingiva, inflamasi gingiva, adanya pocket
periodontal , resesi gingiva, pembengkakan gingiva, margin gingiva tumpul / membulat
dan juga disertai perdarahan gingiva. Sedangkan untuk gambaran radiografis dapat
dilihat adanya bone loss dan pelebaran periodontal space.
Gambar 1.1 Gambaran radiografi teknik periapikal – bone loss
2. RAKHITIS
Rakitis adalah pelunakan tulang yang berpotensi menyebabkan patah tulang dan
kelainan bentuk. Dalam rakhitis awal dan gambaran radiografi yang paling menonjol
adalah pelebaran dan berjumbai dari epifisis. Pada rakhitis,dinding kanalis mandibula
menjadi tipis. Perubahan di rahang umumnya terjadi setelah perubahan tulang rusuk
dan tulang panjang. Pada bagian cancellous dari rahang, trabekula semakin berkurang
Bone loss
Bone loss
kepadatan, jumlah, dan ketebalannya. Dalam kasus yang parah, rahang tampak begitu
radiolusen, menandakan bahwa gigi telah kehilangan jaringan yang mendukungnya.
Rakhitis pada masa bayi atau anak usia dini dapat mengakibatkan hipoplasia enamel,
dan pada umumnya penyakit ini terjadi sebelum anak berusia 3 tahun.
Gambar 2.1 Gambaran rakhitis dengan radiografi teknik lateral
Gambar 2.2 Gambaran rakhiris dengan radiografi teknik bitewing
3. HYPOPHOSPHATASIA
Hypophosphatasia adalah kelainan bawaan langka yang disebabkan oleh
berkurangnya produksi atau rusaknya fungsi dari alkali fosfatase. Enzim ini diperlukan
untuk mineralisasi normal osteoid. Perubahan yang terjadi, seperti yang terlihat hampir
sama pada rakhitis, dan perubahan lain yang termasuk kehilangan kepadatan dari tulang
dan penipisan korteks tulang.
Perubahan yang terlihat pada radiografi yang berhubungan dengan gigi yaitu
Hipoplasia dan hipokalsifikasi gigi, yaitu tidak terlihatnya struktur dari enamel.
Lamina dura mungkin tidak ada atau kurang jelas pada gambaran radiografnya .
Gambar 3.1 Gambaran radiografi hypophosphatasia teknik oklusal
Gambar 3.2 Gambaran radiografi hypophosphatasia teknik oklusal
4. PERIODONTITIS APIKALIS AKUT
Periodontitis apikalis akut merupakan penyebaran inflamasi yang berlanjut ke
jaringan periapikal. Periodontitis apikalis akut adalah peradangan lokal yang terjadi
pada ligamentum periodontal didaerah apikal. Penyebab utama adalah iritasi yang
berdifusi dari nekrosis pulpa ke jaringan periapikal seperti bakteri, toksin bakteri, obat
disinfektan, dan debris. Selain itu, iritasi fisik seperti restorasi yang hiperperkusi,
instrumentasi yang berlebih, dan keluarnya obturasi ke jaringan periapikal juga bisa
menjadi penyebab periodontitis apikalis akut.
Gambaran Radiologis yang tampak adalah adanya lamina dura yang terputus,
radiolusen berbatas difus di sekitar akar gigi dan adanya pelebaran membrane
periodontal.
Gambar 4.1 Gambaran radiologi periodontitis apikalis akut teknik periapikal
5. PERIODONTITIS APIKALIS KRONIS
Periodontitis apikalis kronis biasanya diawali dengan periodontitis apikalis akut
atau abses apikalis. Peridontitis apikalis kronis merupakan proses inflamasi yang
berjalan lama dan lesi berkembang dan membesar tanpa ada tanda dan gejala subyektif.
Tes vitalitas tidak memberikan respon karena secara klinis pulpa yang terlibat telah
nekrosis. Tes perkusi memberi respon non-sensitif, sedangkan untuk tes palpasi
memberikan respon non sensitif. hal ini menunjukkan keterlibatan tulang kortikal dan
telah terjadi perluasan lesi ke jaringan lunak
Secara radiografis periodontitis apikalis kronis menunjukkan perubahan
gambaran dasar radiolusen periapikal. Perubahan berawal dari penebalan ligamentum
periodontal dan resopsi lamina dura kemudian terjadi destruksi tulang periapikal
Gambar 5.1 Gambaran radiologi periodontitis apikalis kronis teknik oklusal
6. HYPERPARATIROIDISME
Hiperparatiroidisme adalah karakter penyakit yang disebabkan kelebihan sekresi
hormone paratiroid, hormon asam amino polipeptida. Akibat dari hormon parathyroid
ini maka terjadi kelainan systemik pada tulang berupa retensi fosfat atau penipisan
tingkat serum kalsium akibatnya tulang menjadi rapuh, dapat terjadi fraktur spontan.
Hyperparathyroidism pun bias menyerang pada tulang gigi, yang menyebabkan
kekuatan gigi berkurang.
Terkadang tidak ditemukan gejala pada penyakit ini, tetapi beberapa
menunjukkan tanda dan gejala akibat terganggunya beberapa sistem organ. Gejala
apatis, keluhan mudah lelah, kelemahan otot, mual, muntah, konstipasi, hipertensi dan
aritmia jantung dapat terjadi; hal ini berkaitan dengan peningkatan kadar kalsium dalam
darah. Peningkatan kadar kalsium akan menurunkan potensial eksitasi jaringan saraf
dan otot.
Selain itu gangguan pada metabolism kalsium menyebabkan dampak pada tulang
penderita. Keadaan ini dapat menyebabkan dampak sepeti fraktur pada tulang,
hilangnya pada beberapa kasus. Pada beberapa kasus juga terjadi brown tumor, tumor
ini terdapat pada rahang.
Gambaran Radiografisnya, karena adanya gangguan pada metabolism kalsium,
menyebabkan densitas dari tulang menjadi rendah. Keadaan ini juga berpengaruh pada
tulang rahang, yang menyebabkan tulang menjadi lebih radiolusen dan homogeny saat
di rontgen. Pemeriksaan pada mandibula menunjukkan demineralisasi pada batas
inferior dan pada kanalis mandibula. Dan menyebabkan garis luar kortikal sinus
maksila menjadi tipis. Sekitar 10 % penderita hiperparatiroidisme kehilangan lamina
dura pada satu atau beberapa gigi, dan bisa kehilangan sebagian ataupun seluruh lamina
dura. Gambaran radiografis dari brown tumor, memiliki batas yang bervariasi dan
pelebaran kortikal tulang.
Gambar 6.1 Gambaran radiologi hyperparatiroidisme teknik oklusal
Gambar 6.2 Gambaran radiologi hyperparatiroidisme teknik oklusal
7. KARIES GIGI(manifestasi Diabetes Melitus)
Seperti yang kita ketahui bahwa karies merupakan proses demineralisasi yang
menyebabkan kerusakan jaringan keras gigi, hal ini terjadi oleh karena asam yang ada
dalam karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang ada dalam saliva. Seseorang
dengan diabetes memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena karies karena tingginya
kadar glukosa dalam saliva.
Berdasarkan hasil penelitian ini, prevalensi kejadian karies pada subjek penelitian
yang menderita diabetes mellitus terkontrol (47%) lebih rendah dibandingkan dengan
yang tidak terkontrol (53%). Temuan pada penelitian ini dapat membuktikan teori yang
menyatakan bahwa tingginya kejadian karies pada penderita diabetes mellitus
dikarenakan ketidakmampuan dalam pengendalian glukosa darah yang mengakibatkan
tingginya kadar glukosa dalam saliva.
Seseorang dengan diabetes dapat mengalami keadaan yang disebut hyposalivasi
dan gangguan fungsi saliva, dimana saliva tersebut memiliki komponen-komponen
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri kariogenik. Sehingga penurunan
produksi saliva dapat meningkatkan resistensi bakteri penyebab karies. Tingginya kadar
glukosa darah pada penderita diabetes berhubungan dengan tingginya kadar glukosa
dalam saliva. Saliva dengan kadar glukosa yang tinggi dapat meningkatkan produksi
asam melalui proses fermentasi oleh bakteri di dalam mulut, kemudian terjadi proses
demineralisasi yang menghasilkan karies gigi.
Gambar 7.1 Gambaran radiologi karies gigi dengan teknik periapikal
Pada penderita diabetes melitus tidak hanya ditemukannya karies gigi namun
dapat dilihat juga bahwa adanya pelebaran ligamen periodontal, resorpsi tulang alveolar
dan menyebabkan gigi mengalami kegoyangan.
Gambar 7.2 Gambaran radiologi pelebaran ligamen periodontal pada penderita diabetes
melitus
8. HIPOPARATIROIDSM
Hipoparatiroidsm adalah kelainan kondisi dimana terjadi kekurangan sekresi
PTH.ada beberapa penyebabnya tetapi biasanya dikarenakan kerusakan atau
pengambilan kelenjar parathyroid pada waktu operasi thyroid.
Tanda dan gejala hipoparatiroidsm ini termasuk diantaranya adalah perubahan
neurologis meliputi kegelisahan atau depresi,epilepsi parkinsonisme.
Gambaran radiologi yang tampak adanya perubahan yang paling dasar adalah
basal ganglia.Jika disangkut pautkan pada manifestasi di rongga mulut adalah
tampaknya hipoplasia dental enamel,resorbsi akar eksternal,erupsi yang terhambat dan
dilaserasi akar.
Gambar 8.1 Gambaran radiologi hipoparatiroidism dengan teknik periapikal
9. SINUSITIS MAKSILA (manifestasi Influenza)
Sinusitis dikarakteristikkan sebagai suatu peradangan pada sinus paranasal.
Disekitar rongga hidung terdapat empat sinus yaitu sinus maksilaris (terletak di
pipi), sinus etmoidalis (kedua mata), sinus frontalis (terletak di dahi) dan sinus
sfenoidalis (terletak di belakang dahi). Sinusitis selalu melibatkan mukosa pada hidung.
Sinusitis dapat disebabkan oleh beberapa patogen seperti bakteri (Streptococcus
pneumonia, Haemophillus influenza, Streptococcus group A, Staphylococcus aureus,
Neisseria, Klebsiella, Basil gram (-), Pseudomonas, fusobakteria), virus (Rhinovirus,
influenza virus, parainfluenza virus), dan jamur.
Gambaran Radiografi normal sinus maksila berupa gambaran radiolusen dengan
lokasi ke distal : M1/M2 RA; ke mesial: C RA; ke inferior: alveolus. Berbentuk lobus
dan berisi udara, serta bagian dalam ditutupi jaringan mukosa. Sedangkan pada
Sinusitis Maksila terjadi pengkabutan pada ronga radiolusen dan terdapat penebalan
mukosa. Proyeksi radiografi dengan Panoramik, Water’s, dan Lateral sinus
radiography.
Gambar 9.1 Gambaran normal sinus maksila
Gambar 9.2 Gambaran sinusitis maksilaris
10. OSTEOMALASIA
Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya
pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia
adalah ”soft bone” atau tulang lunak. Penyakit ini mirip dengan rakitis, hanya saja pada
penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan
tulang pada anak) karena pada orang dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng
epifisis.
Penyebab penyakit ini adalah kekurangan vitamin D, karena telah diketahui
bahwa vitamin D berperan dalam penyerapan kalsium melalui usus. .Selain itu, keadaan
gagal ginjal kronik dan renal tubular asidosis juga dapat menyebabkan osteomalasia.
Pada pemeriksaan darah, dapat terlihat kurangnya kadar vitamin D, kalsium, dan
fosfat. Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan untuk menegakkan kelainan ini
adalah foto roentgen tulang. Hasil yang dapat terlihat adalah berupa perubahan bentuk
yang nyata. Karena tulang menjadi lunak, maka dapat dijumpai gambaran radiolusen
yang sangat jelas seperti pada gambar.
Gambar 10.1 Gambaran radiologi penyakit osteomalasia
11. CLEIDOCRANIAL DYSPLASIA
Penyakit ini merupakan gangguan perkembangan yang langka dan diakibatkan
oleh ganggguan perkembangan atau genetik. Penyakit ini mempengaruhi kranial dan
klavikula. Kelainan pada gigi juga dapat terjadi, tetapi biasanya hanya melibatkan gigi
permanen, misalnya gangguan atau terlambatnya erupsi gigi atau adanya
supernumerary teeth.
Gambaran klinis adalah Aplasia atau hipoplasia klavikula, tengkorak melebar,
ossifikasi frontal tertunda, sejumlah besar wormian bone, rahang kecil, maksila yang
tidak berkembang, banyak gigi yang terlambat erupsi, kadang disertai terbentuknya
kista, multiple supernumerary teeth
Gambar 11.1 Gambaran tengkorak menunjukkan fitur tengkorak melebar (panah terbuka)
dan terbuka ubun (panah padat) pada cleidocranial dysplasia
Gambar 11.2 Gambaran True lateral skull memperlihatkan ubun yang terbuka (panah hitam)
dan wormian bone yang kecil (panah putih). Pembesaran occiput juga terlihat
pada cleidocranial dysplasia
Gambar 11.3 Gambaran Dental panoramic tomograph memperlihatkan anomali gigi berupa
keterlambatan erupsi dan supernumerary teeth pada cleidocranial dysplasia
12. OSTEOPETROSIS (ALBERS-SCHONBERG DISEASE)
Penyakit herediter ini ditandai dengan sklerosis dari tulang (disebut tulang
marmer), tulang yang rapuh dan anemia sekunder. Pembentukan tulang normal, tetapi
resorpsi tulang berkurang sehingga terjadi kalsifikasi berlebihan dan kurangnya ruang
rumsum. Perubahan dasar kranial dapat menyebabkan kompresi saraf kranial.
Gambaran klinisnya, sebuah bentukan padat yang homogen dan radiopak,
hilangnya tanda-tanda dan struktur tengkorak normal, peningkatan opasitas dasar
kranial dengan penyempitan foramen, penebalan lamina dura pada tahap awal,
penebalan bertahap dari trabekula dan pengurangan ukuran ruang sumsum, biasanya
gigi tampak normal, tapi kemungkinan bisa terjadi kelainan.
Gambar 12.1 Gambaran True lateral skull menunjukkan tengkorak yang radiopak,
padat, dan basis menebal pada osteopetrosis (albers-schonberg disease)
Gambar 12.2 Gambaran yang menunjukkan hilangnya pola trabekula normal dan
digantikan dengan tulang padat menebal pada osteopetrosis (albers-schonberg
disease)
13. SKLEROSIS SISTEMIK PROGRESIF
Sklerosis sistemik progresif merupakan penyakit pada jaringan ikat yang
menyebabkan pengerasan (sklerosis) pada kulit dan jaringan lain. Keterlibatan antara
saluran pencernaan, jantung, paru-paru, dan ginjal biasanya menghasilkan komplikasi
yang lebih serius. Penyebab penyakit ini tidak diketahui. Gambaran klinis pada pasien
adalah kulit yang terkena akan mengalami penebalan dan bertekstur kasar, serta
keterlibatan pada daerah wajah dapat mengakibatkan terhambatnya pembukaan
mandibula normal. Pasien dengan penyakit sistemik ini didapati adanya poket
periodontal yang dalam dan gingivitis dengan skor tinggi.
Gambaran radiografi pada rahang. Terjadi bone loss mandibula pada daerah
perlekatan otot, antara lain : angulus, prosessus koronoid, dan kondil. Tipe resorpsinya
adalah bilateral dan cukup simetris. Dan tepi mandibula yang terresorpsi bertekstur
halus dan tajam. Resorpsi ini dapat berlanjut diiringi dengan penyakitnya.
Gambar 13.1 Gambaran radiografi yang berhubungan dengan gigi. Terlihat adanya
pelebaran periodontal space. Hampir sebagian pasien dengan periodontal space yang
melebar, mengalami resorpsi mandibula. Dengan teknik panoramic
Gambar 13.2 Gambaran radiografi yang berhubungan dengan gigi. Terlihat adanya
pelebaran periodontal space. Hampir sebagian pasien dengan periodontal space yang
melebar, mengalami resorpsi mandibula. Dengan teknik periapikal
14. THALASSEMIA
Thalassemia merupakan penyakit herediter yang mengakibatkan kerusakan dalam
sintesis hemoglobin. Sel-sel darah merah yang dihasilkan memiliki kandungan
hemoglobin yang kurang, tipis, dan memiliki jangka hidup yang singkat. Bentuk
heterozigot penyakit ini (Thalassemia Minor) masih bersifat ringan, sedangkan bentuk
homozigot (Thalassemia Major) berat dan bersifat letal, karena hemoglobin pada
penderita tidak terbentuk sama sekali. Gambaran klinis penyakit dalam bentuk parah,
pada masa bayi dan waktu kelangsungan hidup dapat menjadi pendek. Pada wajah,
tulang pipi menonjol dan premaxilla protrusive, menghasilkan bentukan wajah
menyerupai tikus. Bentuk ringan dari penyakit terjadi pada orang dewasa.
Gambaran radiografi pada rahang terdapat adanya ekspansi rahang atas yang
mengakibatkan maloklusi. Rahang tampak radiolusen, dengan penipisan perbatasan
kortikal dan pembesaran trabekula dan bertekstur kasar, Lamina dura tipis, dan akar
gigi mungkin pendek.
Gambar 14.1 Gambaran radiologi pada penderita thalassemia
DAFTAR PUSTAKA
Peter J. Aquilina, Anthony Lynham. 2003. Serious Sequele of Maxillofacial. Royal Brisbane
Hospital, Spring Hill.
Watanabe, Plauto Christopher Aranha, dkk. 2008. Radiographic Signals Detection of
Systemic Disease. Orthopantomographic Radiography. Int. J. Morphol., 26(4):915-
926.
White and Pharoah. 2004. Oral Radiology : Principles and Interpretation, Fifth Edition.
Missouri : Mosby.
Anggita Putri Sekarsari. 2012. Laporan Akhir Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah “Pengaruh
Status Diabetes Mellitus Terhadap Derajat Karies Gigi”. Program Pendidikan Sarjana
Kedokteran Universitas Diponegoro
Ghovindrao. AG. Textbook of Oral Radiology. New Delhi. Elsevier.2008