Laporan Proyek Optika Geometri Fisis

download Laporan Proyek Optika Geometri Fisis

of 24

Transcript of Laporan Proyek Optika Geometri Fisis

  • LAPORAN PROYEK OPTIKA GEOMETRI FISIS

    DIFRAKSI FRAOUNHOFER DENGAN CELAH PERSEGI GANDA

    Disusun Oleh:

    Januar Widakdo (11306141032)

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

    2012-2013

  • BAB I

    Tujuan: Menghitung intesitas, panjang gelombang cahaya

    A. METODE PRAKTIKUM

    1. Waktu dan Tempat Praktikum

    Tempat: Laboratorium Spektroskopi lt 2

    Waktu : Mei s/d Juni

    2. Alat dan Progam yang digunakan

    a. Laser Pointer

    b. Multimeter

    c. Kamera

    d. Celah

    e. Kertas Milimeter Block,

    f. Kalkulator.

    g. Lem

    h. Alat Tulis

    i. Aplikasi : Origin, Microsoft Excel & Word , Microsoft Mathematics

    3. Langkah Kerja

    A. Persiapan

    Pembuatan Alat

    1. Pembuatan celah sempit, celah sempit berupa celah berbentuk kotak yang

    dibuat dengan menggunakan silet yang disusun bujur sangkar (kotak)

    dengan panjang sisi-sisinya 1 mm. Kemudian silet tersebut diletakkan

    pada kerangka yang terbuat Styrofoam

    2. Pembuatan Dudukan

  • Pembuatan dudukan ini difungsikan agar celah yang telah berada pada

    kerangkanya dapat digeser naik turun, sehingga memudahkan saat

    memposisikan celah ketika disinari laser. Dudukan celah terbuat dari bahan

    styrofoam yang dilubangi pada bagian tengah. Sehingga batang kerangka

    celah sempit dapat berdiri tegak saat diletakkan pada dudukan tersebut.

    3. Skema Pembuatan Alat

    (a) Sumber Cahaya

    Sumber cahaya yang digunakan dalam penelitian difraksi oleh celah kotak ini adalah

    laser pointer. Dimana diketahui panjang gelombang dari laser pointer yang dipakai yang

    dipakai adalah 665.0 1.2 nm. Sumber yang berupa laser pointer dapat dilihat pada gambar

    3.1 dibawah ini.:

    Gambar 3.1 Laser Pointer

    (b) Celah kotak ganda

    Celah yang digunakan dalam difraksi ini yaitu celah ganda kotak yang terbuat dari

    silet yang disusun bujur sangkar lalu dipisah menjadi dua dengan silet ditengahnya. Celah

    kotak berukuran 1mm, dari celah kotak tersebutlah akan diperoleh pola gelap terang

    seperti gambar 3.2 dibawah ini:

  • Gambar 3.2 Pola difraksi yang akan dihasilkan oleh celah ganda kotak.

    Sedangkan celah kotak yang digunakan seperti gambar berikut:

    Gambar 3.3 celah kotak ganda

    B. Layar penangkap

    Layar penangkap pola difraksi yang digunakan terbuat dari kertas

    putih (millimeter block) yang ditempel pada karton. Kertas putih yang digunakan

    bertujuan untuk mempermudah pengamatan pola yang terbentuk di ruang gelap.

  • Layar penangkap dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menangkap pola difraksi

    tanpa dipegang oleh tangan. Layar penangkap pola difraksi dapat dilihat pada

    gambar 3.4.

    Gambar 3.4 Layar penangkap pola difraksi.

    C. Prosedur Penelitian

    Menemukan Ide

    Pembuatan alat-alat yang digunakan.

    Pengambilan data untuk menghitung dan

    mengukur distribusi intensitas cahaya.

    Pengolahan data hasil penelitian.

    Pelaksanaan penelitian

  • D. Teknik Analisis Data

    Setelah semua alat dan bahan yang digunakan siap, selanjutnya adalah

    pelaksanaan penelitian untuk mendapatkan pola-pola difraksi yang berupa fringi

    gelap dan terang. Setelah fringi didapatkan langkah selanjutnya yaitu mengukur

    distribusi intensitas cahaya untuk tiap-tiap orde pada pola difraksi yang dihasilkan.

    Selain itu juga harus mengukur beberapa variabel untuk menghitung distribusi

    intensitas cahaya secara teori dengan persamaaan:

    Dengan

    dan

    Untuk mendapatkan pola difraksi langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu

    sebagai berikut:

    a. Menyusun alat

    b. Mematikan semua lampu atau apapun yang menyumbangkan cahaya selain laser.

    c. Melewatkan cahaya laser pada celah kotak.

    d. Setelah cahaya melewati celah, selanjutnya yaitu mengatur layar penangkap pola

    sedemikian rupa sehingga menangkap pola difraksi yang di hasilkan.

    e. Mengambil gambar hasil difarksi yang berupa fringi gelap terang.

    f. Setelah pola difraksi dihasilkan langkah selanjutnya yaitu mengukur distribusi

    intensitas cahaya pada setiap orde dengan menggunakan LDR dan ohmmeter.

    g. Mengukur beberapa variabel di antaranya:

    = jarak antara celah ke layar

    dan = jarak antara orde 0 atau orde pusat kesetiap celah pada posisi

    x dan y.

    h. Analisis dan pembuatan grafik

    , 02

    22

    2

  • 1. Menghitung panjang gelombang dengan menggunakan kisi difraksi (karena cahaya yang

    digunakan monokromatis)

    Kisi difraksi merupakan suatu piranti untuk menganalisis sumber cahaya. Alat ini terdiri

    dari sejumlah besar slit-slit paralel yang berjarak sama. Suatu kisi dapat dibuat dengan cara

    memotong garis-garis paralel di atas permukaan plat kaca dengan mesin terukur berpresisi

    tinggi. Celah di antara goresan-goresan adalah transparan terhadap cahaya dan area itu

    bertindak sebagai celahcelah yang terpisah. Sebuah kisi dapat mempunyai ribuan garis per

    sentimeter. Dari data banyaknya garis per sentimeter kita dapat menentukan jarak antar

    celah atau yang disebut dengan tetapan kisi (d), jika terdapat N garis per satuan panjang,

    maka tetapan kisi d adalah kebalikan dari N, yaitu:

    Difraksi adalah penyebaran atau pelenturan gelombang yang disebabkan oleh

    adanya penghalang berupa celah. Semakin kecil halangan, penyebaran gelombang semakin

    besar. Hal ini bisa diterangkan oleh prinsip Huygens, tiap bagian celah berlaku sebagai

    sebuah sumber gelombang, dengan demikian, cahaya dari satu bagian celah dapat

    berinterferensi dengan cahaya dari bagian yang lain dan intensitas resultannya pada layar

    bergantung pada arah . Sama halnya dengan gelombang, cahaya yang dilewatkan pada

    sebuah celah sempit juga akan mengalami lenturan. Difraksi cahaya terjadi juga pada celah

    sempit yang terpisah sejajar satu sama lain pada jarak yang sama. Celah sempit yang

    demikian disebut kisi difraksi. Semakin banyak celah pada sebuah kisi, semakin tajam pola

    difraksi yang dihasilkan pada layar. Jika berkas cahaya monokromatis dilewatkan pada

    sebuah kisi, sebagian akan diteruskan sedangkan sebagian lagi akan dibelokkan. Akibat

    pelenturan tersebut, apabila kita melihat suatu sumber cahaya monokromatis dengan

    perantaraan sebuah kisi, akan tampak suatu pola difraksi berupa pita-pita terang. Intensitas

    pita-pita terang mencapai maksimum pada pita pusat dan pita-pita lainnya yang terletak di

    kiri dan kanan pita pusat. Intensitas pita berkurang untuk warna yang sama bila jarak pita

    jauh dari pita pusat. Pita-pita terang terjadi bila selisih lintasan dari cahaya yang keluar dari

    dua celah kisi yang berurutan memenuhi persamaan

  • Dengan rumus ketidakpatiannya :

    (

    )2 2 (

    )2 2

    Perhitungan:

    2 2 2 2 =

    )=

    2 2 2 2 =

    22 22

    22 22

    22

    2 2 2 2

    32

    2

    2

    2

    (2 2 2 2)

    32

    2

    2

  • di mana:

    n : orde pola difraksi

    D : tetapan kisi

    : panjang gelombang

    : sudut lenturan (difraksi)

    p : jarak terang pusat ke orde-n

    L : jarak antara kisi dan layar

    Jika cahaya yang digunakan berupa cahaya monokromatis, kita akan melihat

    suatu spektrum warna. Spektrum yang paling jelas terlihat adalah spektrum dari orde pusat (n = 0).

    Menghitung Panjang Gelombang dan Ketidakpastiannya

    No (nm)

    1 665 2

    2 661 5

    3 665 7

    4 669 10

    5 665 2

    6 667 4

    7 653 2

    8 670 3

    ket s1+s2 keterangan

    1-2 4 7 cocok

    1-3 0 9 cocok

    1-4 4 12 cocok

    1-5 0 4 cocok

    1-6 2 6 cocok

    1-7 12 4 tidak cocok

    1-8 5 5 cocok

    2-3 4 12 cocok

  • 2-4 8 15 cocok

    2-5 4 7 cocok

    2-6 6 9 cocok

    2-7 8 7 tidak cocok

    2-8 9 8 tidak cocok

    3-4 4 17 cocok

    3-5 0 9 cocok

    3-6 2 11 cocok

    3-7 12 9 tidak cocok

    3-8 5 10 cocok

    4-5 4 12 cocok

    4-6 2 14 cocok

    4-7 16 12 tidak cocok

    4-8 1 13 cocok

    5-6 2 6 cocok

    5-7 12 4 tidak cocok

    5-8 3 5 cocok

    6-7 14 6 tidak cocok

    6-8 3 7 cocok

    7-8 17 5 tidak cocok

    Dari data yang cocok tersebut dianalisis menggunakan uji diskripansi sebagai berikut:

    No (nm)

    1 665 2 0.25 166.25

    2 661 5 0.04 26.44

    3 665 7 0.020408 13.5714286

    4 669 10 0.01 6.69

    5 665 2 0.25 166.25

    6 667 4 0.0625 41.6875

    Jumlah 0.632908 420.888929

  • Dari analisis menggunakan Microsoft excel didapatkan nilai panjang gelombang dan ketidak

    pastiannya yaitu

    No (nm)

    1 665 2 0.25 166.25

    3 665 7 0.020408 13.57143

    4 669 10 0.01 6.69

    5 665 2 0.25 166.25

    6 667 4 0.0625 41.6875

    8 670 3 0.111111 74.44444

    Jumlah 0.704019 468.8934

    Dari analisis menggunakan Microsoft excel didapatkan nilai panjang gelombang dan ketidak

    pastiannya yaitu:

    Nilai hambatan yang mucul saat pngukuran intensitas

    L = 60 cm

    Celah Pertama

    Celah Kedua

    orde Hambatan R (X) K Hambatan R (Y) K Hambatan R (X) K Hambatan R (Y) K

    0 20 1 21 1 22 1 22 1

    1 60 5 60 5 60 5 60 5

    -1 60 5 60 5 60 5 60 5

    2 120 2 120 2 190 2 190 2

    -2 120 2 120 2 190 2 190 2

    3 210 1 210 1 250 5 250 5

    -3 210 1 210 1 250 5 250 5

    665 0 1 2 nm

    666 0 1 1

  • BAB II

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    Berdasarkan penelitian dan analisis diperoleh hasil sebagai berikut:

    1. Hasil pola difrksi untuk celah ganda kotak dengan luas 1mm.

  • 2. Hasil untuk distribusi intensitas cahaya pada tiap orde secara percobaan

    Celah Pertama (kiri)

    a= 1mm ;b =1mm ; L= 600 mm

    No Orde X (mm) Y

    (mm)

    Intensitas~1/R (1/ohm)

    Sumbu X Sumbu Y I sumbu X I sumbu Y

    1 0 0 0 1/20000 1/21000 0.00005 4.7619E-05

    2 1 2 2 1/60000 1/60000 1.67E-05 1.6667E-05

    3 -1 2 2 1/60000 1/60000 1.67E-05 1.6667E-05

    4 2 4 4 1/120000 1/120000 8.33E-06 8.3333E-06

    5 -2 4 4 1/120000 1/120000 8.33E-06 8.3333E-06

    6 3 8 8 1/210000 1/210000 4.76E-06 4.7619E-06

    7 -3 8 8 1/210000 1/210000 4.76E-06 4.7619E-06

    Celah Kedua (kanan)

    a= 1mm ;b =1mm ; L= 600 mm

    No Orde X (mm) Y (mm) Intensitas~1/R (1/ohm)

    Sumbu X Sumbu Y I sumbu X I sumbu Y

    1 0 0 0 1/21000 1/22000 4.7619E-05 4.54545E-05

    2 1 2 2 1/60000 1/60000 1.67E-05 1.6667E-05

    3 -1 2 2 1/60000 1/60000 1.67E-05 1.6667E-05

    4 2 4 4 1/190000 1/190000 5.26E-06 5.2632E-06

    5 -2 4 4 1/190000 1/180000 5.26E-06 5.5556E-06

    6 3 8 8 1/250000 1/250000 0.000004 0.000004

    7 -3 8 8 1/250000 1/250000 0.000004 0.000004

  • Grafik distribusi intensitas cahaya

    Celah Pertama (kanan)

    Keterangan:

    B = grafik distribusi intensitas sumbu x secara pengukuran

    C = grafik distribusi intensitas sumbu y secara pengukuran

    Celah Kedua (kiri)

  • Keterangan:

    B= grafik distribusi intensitas sumbu x secara pengukuran

    C= grafik distribusi intensitas sumbu y secara pengukuran

    3. Hasil distribusi intensitas cahaya tiap orde secara perhitungan

    Celah Pertama (kiri)

    a= 1mm ;b =1mm ; L= 600 mm

    No Orde X

    (mm)

    Y

    (mm)

    Intensitas~1/R (1/ohm)

    Sumbu X,Y Intensitas

    1 0 0 0 1/20000 0.00005

    2 1 2 2 0.074203/20000 3.71016E-06

    3 -1 2 2 0.074203/20000 3.71016E-06

    4 2 4 4 0.000985/20000 4.92576E-08

    5 -2 4 4 0.000985/20000 4.92576E-08

    6 3 8 8 0.00034/20000

    1.70008E-08

    7 -3 8 8 0.00034/20000 1.70008E-08

  • .Grafik distribusi intensitas cahaya

    Celah Pertama (kiri)

    Keterangan:

    B= grafik distribusi intensitas sumbu x=sumbu y secara perhitungan

  • Celah Kedua (kanan)

    a= 1mm ;b =1mm ; L= 600 mm

    No Orde X

    (mm)

    Y

    (mm)

    Intensitas~1/R (1/ohm)

    Sumbu X,Y Intensitas

    1 0 0 0 1/20000 0.00005

    2 1 2 2 0.074203/20000 3.71016E-06

    3 -1 2 2 0.074203/20000 3.71016E-06

    4 2 4 4 0.000985/20000 4.92576E-08

    5 -2 4 4 0.000985/20000 4.92576E-08

    6 3 8 8 0.00034/20000

    1.70008E-08

    7 -3 8 8 0.00034/20000 1.70008E-08

    Gambar celah kedua (kanan)

  • B. Pembahasan

    Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menemukan pola difraksi fraunhofer

    dengan celah persegi ganda, dimana sisi-sisinya sama. Selain itu tujuan lain dari

    penelitian ini yaitu untuk mengetahui distribusi intensitas cahaya pada setiap orde (n).

    Difraksi sendiri diartikan sebagai pelenturan cahaya yang diakibatkan oleh

    adanya penghalang atau celah sempit yang dilalui cahaya tersebut. Sebenarnya difraksi

    sendiri tidak terlepas dari adanya peristiwa interferensi karena pola-pola yang

    dihasilkan merupakan hasil interferensi gelombang-gelombang cahayanya. Sehingga

    menghasilkan pola gelap dan pola terang,berupa fringi, dimana pola gelap yang

    dihasilkan merupakan interferensi destruktif (saling menghilangkan) sedangkan pola

    terang yang teramati merupakan interferensi konstruktif (saling menguatkan).

    Dalam dunia spektroskopi, difraksi sangat banyak diaplikasikan. Secara

    sederhana adalah difraksi dengan cahaya tampak untuk mengetahui panjang gelombang

    cahaya tampak (Tippler, 1991). Contoh lain adalah difraksi sinar-x, atau yang lebih

    dikenal dengan difraksi Bragg, digunakan untuk spektroskopi suatu unsur yang

    terkandung dalam suatu material atau dapat juga untuk menentukan jarak kisi serta

    orientasi suatu Kristal (Kittel, 2005).

    Difraksi yang sedang dipelajari dalam penelitian ini yaitu difraksi Fraunhofer

    dimana pola difraksi akan ditemukan pada jarak yang cukup jauh. Sedangkan celah

    yang digunakan merupakan celah kotak ganda dengan sisi-sisi yang hampir sama yaitu

    1mm. Sumber cahaya yang digunakan ialah laser pointer dengan panjang gelombang

    665 0 1 2 nm. Untuk mengetahui distribusi intensitas yang tersebar pada tiap orde

    mula-mula haruslah mengukur intensitas cahaya pada tiap-tiap orde. Dalam

    pengukuran ini detektor yang digunakan yaitu LDR (Light Dependet Resistor), dimana

    keluarannya berupa resistansi atau hambatan (Ohm). Sehingga dalam hal ini yang

    menjadi acuan dalam pengamatan intensitas cahayanya yaitu resistansi, diketahui dari

    hasil pengukuran bahwanya semakin besar ordenya dalam arti jarak terang ke-n dengan

    terang pusat semakin jauh, resistansi yang terukur semakin besar. Sehingga dalam hal

    ini dapat dikatakan bahwa nilai intensitas cahaya dengan resitansi berbanding terbalik

    atau ,

    . Jarak antara celah dengan layar yang digunakan dalam

  • pengamatannya tetap yaitu 60 cm. Dengan jarak ( ) ini dan beberapa variabel seperti

    , sisi-sisi celah; , jarak tiap orde pada sumbu x dan y, panjang gelombang

    ( ), serta 0 adalah intensitas (

    ) dari orde nol (terang pusat).

    dapat dihitung nilai dari distribusi intensitasnya menggunakan persamaan

    dengan

    dan

    .

    Pola difraksi yang dihasilkan untuk celah persegi secara percobaan langsung sebagai

    berikut:

    Dari pola diatas dapat dilihat bahwa terdapat pola gelap terang yang mengarah

    pada sumbu y (vertikal) dan sumbu x(horisontal). Distribusi intensitas pada dua sumbu

    tersebut seharusnya sama apabila celah yang digunakan benar-benar memiliki sisi-sisi

    yang sama persis. Namun, karena keterbatasan dalam pembuatan celah distribusi pada

    sumbu x dan y secara pengukuran tidaklah sama melainkan intensitas untuk sumbu x

    , 02

    22

    2

  • lebih besar daripada sumbu y. Sedangakan untuk grafik perbandingan distribusi

    intensitas antara percobaan dan perhitungan adalah sebagai berikut:

    Celah Pertama (kiri)

    Keterangan:

    B = grafik distribusi intensitas sumbu x secara pengukuran

    c = grafik distribusi intensitas sumbu y secara pengukuran

    D = grafik distribusi intensitas sumbu x=sumbu y secara perhitungan

  • Celah Kedua (kanan)

    Keterangan:

    B = grafik distribusi intensitas sumbu x secara pengukuran

    c = grafik distribusi intensitas sumbu y secara pengukuran

    D = grafik distribusi intensitas sumbu x=sumbu y secara perhitungan

    Grafik secara pengukuran memiliki distribusi intensitas yang lebih besar dari pada

    distribusi intensitas secara perhitungan. Dapat dilihat bahwa distribusi intensitas cahaya

    secara pengukuran untuk sumbu x distribusi intensitasnya lebih besar daripada sumbu

    y

  • BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian, analisis, dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan sebagai

    berikut:

    1. Pola difrasi Fraunhofer untuk celah persegi ganda dengan luas 1 mm yaitu,

    2. Distribusi intensitas untuk tiap orde baik secara pengukuran maupun secara

    perhitungan disajikan dalam grafik berikut:

  • Celah Pertama (kanan)

    Celah kedua (Kanan)

  • Keterangan:

    B = grafik distribusi intensitas sumbu x secara pengukuran

    C = grafik distribusi intensitas sumbu y secara pengukuran

    D = grafik distribusi intensitas sumbu x=sumbu y secara perhitungan.

    B. Saran

    Dalam penelitian yang saya lakukan ini masih banyak kekurangan, terlihat dari

    hasil distribusi intensitas percobaan dan perhitungan grafik dan kurang

    ketelitian terhadap pembacaan multimeter (terlalu dikira-kira) .Untuk

    penelitian serupa peneliti lain dapat berkosentrasi pada ketepatan ukuran celah

    dan alat pendeteksi intensitas cahaya, agar hasil yang diperoleh lebih teliti lain.