Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

27
Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember 2015 LAPORAN PRE PLANNING PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SENAM LANTAI PADA KELOMPOK LANSIA DI RT 3 RW 3 LINGKUNGAN KRAJAN KELURAHAN ANTIROGO KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2015 Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II Oleh Kelompok 1F: Auliya Hidayati NIM 132310101001 Dema Novita H NIM 132310101033 Siti Aisyah D. A NIM 132310101050

description

senam lantai DM

Transcript of Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Page 1: Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember

2015

LAPORAN PRE PLANNING PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SENAM LANTAI PADA KELOMPOK LANSIA DI RT 3 RW 3

LINGKUNGAN KRAJAN KELURAHAN ANTIROGO KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN

JEMBER TAHUN 2015

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II

Oleh

Kelompok 1F:

Auliya Hidayati NIM 132310101001Dema Novita H NIM 132310101033Siti Aisyah D. A NIM 132310101050

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JEMBER

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANJl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450

Page 2: Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember

2015

BAB I. LATAR BELAKANG

1.1 Analisis Situasi

Lanjut Usia adalah suatu proses menjadi tua yang terjadi secara alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis pada jaringan tubuh dan akhirnya fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin yang bersifat kronis dengan ciri khas hiperglikemia/peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal (Awad dkk, 2013). DM adalah salah satu jenis penyakit degenerative yang mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan penduduk di dunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 menjadi 387 juta kasus.

Indonesia merupakan negara menempati urutan ke 7 dengan penderita DM sejumlah 8,5 juta penderita setelah Cina, India dan Amerika Serikat, Brazil, Rusia, Mexico. Angka kejadian DM menurut data Riskesdas (2013) terjadi peningkatan dari 1,1% di tahun 2007 meningkat menjadi 2,1% di tahun 2013 dari keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta jiwa. World Health Organization (WHO) memperkirakan prevalensi global Diabetes Melitus akan meningkat dari 171 juta orang pada tahun 2000 menjadi 366 juta tahun 2030 (Riskesdes, 2010). Penyakit DM di Jawa Timur merupakan ancaman masalah kesehatan yang serius saat ini. Terdapat 300 ribu penderita diabetes di Jawa Timur dengan penduduk 33 juta orang (Tjokroprawiro, 2010).

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember yang PBL tanggal 10 November 2015 menemukan data pada kelompok lansia di RT 3 RW 3 Lingkungan Krajan Desa Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember dengan data focus terkait DM. Data focus yang didapatkan pada kelompok lansia tersebut adalah poliuria (banyak berkemih), polidipsia (banyak minum), dan polifagia (banyak makan) dengan menurunnya berat badan.

Kontrol DM yang buruk dapat mengakibatkan hiperglikemia dalam jangka panjang, yang menjadi pemicu beberapa komplikasi yang serius baik makrovaskuler maupun mikrovaskuler seperti penyakit jantung, penyakit vaskuler perifer, gagal ginjal, kerusakan saraf dan kebutaan. Banyaknya komplikasi yang mengiringi penyakit DM telah memberikan kontribusi terjadinya perubahan fisik, psikologis maupun sosial (Boyd, 2011). Untuk meminimalkan komplikasi tersebut, maka disusunlah pre planning tentang senam lantai pada lansia.

1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah

dalam kegiatan yang akan dilakukan ini yaitu: Bagaimana melakukan senam lantai pada kelompok lansia di RT 3 RW 3 Lingkungan Krajan Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten/Kota Jember Propinsi Jawa Timur?

Page 3: Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember

2015

BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan2.1.1 Tujuan Umum

Kegiatan ini bertujuan untuk membantu melakukan senam lantai pada kelompok lansia di RT 3 RW 3 Lingkungan Krajan Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember

2.1.2 Tujuan Khusus1. Mengetahui pengertian senam lantai2. Mengetahui tujuan senam lantai3. Dapat mendemonstrasikan senam lantai dengan benar

2.2 Manfaat 2.2.1 Menambah pengetahuan kelompok lansia mengenai pengertian senam

lantai;2.2.2 melancarkan aliran darah di kaki;2.2.3 menguatkan otot perut;2.2.4 meregangkan dan mengendurkan seluruh otot tubuh.

BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (American Diabetes Association, 2010; Perkeni, 2010). Secara klinis terdapat dua tipe DM, yaitu DM Tipe 1 yang disebabkan oleh kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun dan DM Tipe 2 yang umumnya mempunyai latar belakang kelainan dalam resistensi insulin (Smeltzer, 2011).

Jumlah usia lanjut (lansia, berumur >65 tahun) di dunia diperkirakan mencapai 450 juta orang (7% dari seluruh penduduk dunia), dan nilai ini diperkirakan akan terus meningkat. Sekitar 50% lansia mengalami intoleransi glukosa dengan kadar gula darah puasa normal. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi DM maupun Gangguan Toleransi Glukosa (GTG) meningkat seiring dengan pertambahan usia, menetap sebelum akhirnya menurun. Dari data WHO didapatkan bahwa setelah mencapai usia 30 tahun, kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg%/tahun pada saat puasa dan akan naik sebesar 5,6-13 mg%/tahun pada 2 jam setelah makan. Seiring dengan pertambahan usia, lansia mengalami kemunduran fisik dan mental yang menimbulkan banyak konsekuensi. Selain itu, kaum lansia juga mengalami masalah khusus yang memerlukan perhatian antara lain lebih rentan terhadap komplikasi makrovaskular maupun mikrovaskular dari DM dan adanya sindrom geriatri.

DM disebabkan oleh berbagai macam faktor yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, pekerjaan dan pendidikan, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi adalah obesitas, aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, dan gaya hidup tidak sehat. Secara

Page 4: Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember

2015

garis besar kejadian diabetes mellitus dipengaruhi oleh kurangnya berolahraga atau beraktivitas.

Aktivitas fisik mempunyai pengaruh yang kuat terhadap keseimbangan energi dan dapat dikatakan sebagai faktor-faktor utama yang dapat diubah yang melalui faktor-faktor tersebut banyak kekuatan luar yang memicu pertambahan berat badan itu bekerja. Latihan fisik pada penderita DM memiliki peranan yang sangat penting dalam mengendalikan kadar gula dalam darah, dimana saat melakukan latihan fisik terjadi peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif sehingga secara langsung dapat menyebabkan penurunan glukosa darah.

3.2 Kerangka Penyelesaian

Pemateri menyampaikan materi tentang senam lantai

Pemateri menyampaikan materi

tentang DM dan komplikasinya

Pemateri mensimulasikan senam lantai

Klien mensimulasikan senam lantai

Klien mampu menjelaskan tentang DM dan senam lantai

Klien mampu mensimulasikan senam lantai secara mandiri

Motivasi Klien selama penyuluhan

Page 5: Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember

2015

BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah Pendidikan kesehatan yang disertai demonstrasi merupakan upaya

untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi masyarakat khususnya lansia untuk menerapkan cara-cara hidup sehat dan memperbaiki status kesehatan lansia. Dalam realisasi penyelesaian masalah mengenai diabetes mellitus adalah melakukan senam lantai.

4.2 Khalayak Sasaran Khalayak sasaran pada kegiatan pendidikan kesehatan dan demonstrasi

ini yaitu kelompok lansia dengan diabetes mellitus diajarkan mengenai senam lantai. Senam ini dilakukan agar dapat diterapkan sehari-hari untuk melancarkan aliran darah di kaki, menguatkan otot perut, serta meregangkan dan mengendurkan seluruh otot tubuh.

4.3 Metode yang Digunakan 1. Jenis model pembelajaran : konstruktif2. Landasan teori : diskusi dan demonstrasi3. Langkah pokok

a. Menciptakan suasana pertemuan yang baikb. Mengajukan masalahc. Mengidentifikasi pilihan tindakand. Memberi komentare. Menetapkan tindak lanjut sasaran

= Pemateri

= Mbah T

Page 6: Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember

2015

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care Vol.33: 562-569. http://care.diabetes journals.org/content/35/Supplement_1/S64.full.pdf+html. [serial online, diunduh pada tanggal 10 November 2015, 07;10 WIB].

Awad, Nadyah. 2013. Gambaran Faktor Resiko Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Poliklinik Endokrin. http://www.academia.edu/4696688 /GAMBARAN_FAKTOR_RESIKO_PASIEN_DIABETES_MELITUS_TIPE_II_Di_POLIKLINIK_ENDOKRIN_BAGIAN_SMF_FK UNSRAT_RSU_ Nadyah_Awad_2. [serial online, diunduh pada tanggal 10 November 2015, 07;00 WIB].

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.

Bare & Suzanne. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8). Jakarta: EGC.

Boyd, L. 2011. Physical, Mental & Social Effects of Diabetes. http://www.livestrong.com /article/57132-physical-mental- socialeffects. [serial online, diunduh pada tanggal 10 November 2015, 07;04 WIB].

Manaf, Asman. 2010. Insulin: Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Perkeni. 2010. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkeni.

Sherwood, L. 2010. Human Physiology: From Cells to Systems. 7th Ed. Canada: Yolanda Cossio.

Smeltzer SC. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Hal : 45-47. Jakarta: EGC.

Soegondo. 2013. Diagnosis dan Kalsifikasi Diabetes Mellitus Terkini. Jakarta: FKUI.

Tjokroprawiro, A.. 2010. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Mellitus. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Page 7: Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember

2015

Lampiran:Lampiran 1 : Berita AcaraLampiran 2 : Daftar HadirLampiran 3 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)Lampiran 4 : Standar Operasional Prosedur (SOP) bila adaLampiran 5 : MateriLampiran 6 : Media Leaflet

Jember, 11 November 2015

Pemateri

Kelompok 1F

Page 8: Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember

2015

Lampiran 1: Berita Acara

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JEMBERPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANT.A 2015/2016

BERITA ACARA

Pada hari ini, Rabu, 11 November 2015 jam 15.00-15.30 WIB bertempat di Posyandu Lansia RT 3 RW 3 Lingkungan Krajan Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten/Kota Jember Propinsi Jawa Timur telah dilaksanakan Senam Hipertensi. Kegiatan ini diikuti oleh 10 orang (daftar hadir terlampir).

Jember, 11 November 2015Mengetahui,

PengujiKeperawatan Komunitas II

Ns. Latifa Aini S, M.Kep, Sp.KomNIP. 197109262009122001

Page 9: Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember

2015

Lampiran 2: Daftar Hadir

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JEMBERPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANT.A 2015/2016

DAFTAR HADIR

Kegiatan Senam Hipertensi pada: Rabu, 11 November 2015 jam 15.00-15.30. WIB bertempat Posyandu Lansia RT 3 RW 3 Lingkungan Krajan Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten/Kota Jember Propinsi Jawa Timur.

NO NAMA ALAMAT TANDA TANGAN1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.

Lampiran 3: Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Jember, 11 November 2015Mengetahui,

PengujiKeperawatan Komunitas II

Ns. Latifa Aini S, M.Kep, Sp.KomNIP. 197109262009122001

Page 10: Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember

2015

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Senam LantaiSasaran : Kelompok LansiaWaktu : 15.00 s/d 15.30 WIB (30 menit)Hari/Tanggal : Rabu, 11 November 2015Tempat : Posyandu Lansia RT 3 RW 3 Lingkungan Krajan Kelurahan

Antirogo Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Propinsi Jawa Timur

1. Standar KompetensiSetelah dilakukan demonstrasi mengenai senam lantai, sasaran akan

dapat mengerti, memahami, dan mampu mendemonstrasikan senam lantai.

2. Kompetensi DasarSetelah dilakukan demonstrasi senam lantai selama 20 menit sasaran

akan mampu:a. Mengerti dan mampu mempraktekkan senam lantai dengan benarb. Mampu menerapkan senam lantai secara rutin

3. Pokok BahasanSenam Lantai

4. Subpokok Bahasan a. Pengertian senam lantaib. Tujuan senam lantaic. Langkah-langkah senam lantai

5. Waktu1 x 30 menit

6. Bahan/Alat yang diperlukana. Materib. Leafletc. Baju olahraga atau baju yang longgard. Air minum

7. Model Pembelajarana. Jenis model penyuluhan: Pertemuan dengan kelompok lansiab. Langkah pokok:

1) Menciptakan suasana ruangan yang baik2) Mengajukan masalah3) Membuat keputusan nilai personal4) Mengidentifikasi pilihan tindakan5) Memberi komentar6) Menetapkan tindak lanjut

8. Setting Tempat

Page 11: Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember

2015

Keterangan:

1. Pemateri

2. Peserta

9. Persiapan Penyuluh menyiapkan materi dan SOP tentang senam lantai untuk

kelompok lansia kemudian membuat media pembelajaran yaitu leaflet.

10. Kegiatan Pendidikan Kesehatan

Proses Tindakan WaktuKegiatan Pemateri Kegiatan PesertaPendahuluan a. Salam pembuka

b. Memperkenalkan diric. Menjelaskan tujuan umum

dan tujuan khusus

Memperhatikan 3 menit

Penyajian 1. Menjelaskan tentang:a. Pengertian senam lantaib. Tujuan senam lantaic. Langkah-langkah

melakukan senam lantai2. Memberikan kesempatan

kepada kelompok lansia untuk bertanya

3. Menjawab pertanyaan4. Mendemonstrasikan senam

lantai5. Memberikan kesempatan

kepada kelompok lansia untuk ikut mempraktikkan senam lantai

Memperhatikan dan memberi tanggapan

24 menit

Penutup a. Menyimpulkan materi yang telah diberikan

b. Mengevaluasi hasil pendidikan kesehatan dan demonstrasi

c. Memberikan leaflet tentang senam lantai

d. Salam penutup

Memperhatikan dan menanggapi

3 menit

11. Evaluasi

Lampiran 4: Standar Operasional Prosedur

Page 12: Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember

2015

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PSIK UNIVERSITAS JEMBER

SENAM LANTAI PADA KLIEN DIABETES MELLITUS

PROSEDUR TETAP NO DOKUMEN:

NO. REVISI:

HALAMAN:

TANGGAL TERBIT:

DITETAPKAN OLEH :

1. PENGERTIAN Senam lantai klien DM merupakan bagian dari olahraga untuk klien DM dengan gerakan senam lantai dapat dilakukan kapan dan dimana saja

2. TUJUAN a. Memperlancar aliran darah di kakib. Menguatkan otot peruta. Meregangkan dan mengendukan seluruh

otot tubuh3. INDIKASI Pada klien diabetes mellitus4. KONTRAINDIKASI a. Klien DM dengan hiperglikemia

b. Klien DM dengan hipoglikemia5. PERSIAPAN PASIEN a. Klien memakan pakaian yang cukup

longgar dan dari bahan yang mudah menyerap keringat

b. Memakai kaos kaki cukup tebal dengan sepatu yang empuk dan pas di kaki, boleh tanpa alas kaki asalkan lantai bersih dan aman

c. Lakukan latihan sesuai kemampuan dan perhatikan semua “alam” tubuh

d. Tetaplah minum air putih sebelum dan sesudah latihan

6. PERSIAPAN ALAT a. Pakaian olahraga lengkapb. Lingkungan yang aman dan nyamana. Matras atau karpet

7. CARA KERJA a. Duduk regang kaki Duduk telunjur dengan tangan menyangga. Gerakkan ujung kaki ke depan, belakang, samping kanan dan kiri, putar ke luar-dalam

b. Duduk kendur tungkai Posisi sama dengan latihan a, angkat lutut kanan-kiri bergantian

a

b

Page 13: Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember

2015

c. Duduk pijak telapak Posisi duduk dengan lutut dan telapak kai saling berhadapan menyatu. Pijat kedua telapak kaki sambil bungkukkan badan

d. Duduk regang punggung Duduk dengan satu kaki ditekuk dan kaki yang lain telunju. Julukan kedua tangan sepanjang kaki dengan membungkukkan badan kearah kaki telunjur. Lakukan juluran sejauh kemampuan dan begantian kanan-kiri

e. Tidur regang kaki Posisi tidur dengan kedua lutut ditekuk. Angkat satu kaki dan gerakkan ujung kaki ke segala arah seperti pada latihan a. lakukan bergantian untuk kaki kanan dan kiri

f. Tidur kayuh sepeda Posisi tidur dan angkat kedua kaki dengan lutut ditekuk. Lakukan gerakan seperti mengayuh sepeda di udara. Rasakan adanya kontraksi otot perut

g. Tidur tegang paha Posisi tidur dengan kedua kaki menyilang di udara. Tarik kaki ke atas arah badan. Rasakan peregangan di otot paha bagian belakang.

h. Tidur regang panggul Posisi tidur kedua lutut ditekuk. Bawa kaki kearah kaki yang berlawanan. Rasakan adanya peregangan panggul.

i. Tidur regang seluruh tubuhPosisi tidur lutut ditekuk, regang seluruh tubuh, pertahankan beberapa saat dan kendurkan beberapa saat. Ulangi gerakan ini beberapaa kali. Akhiri dengan relaksasi mengambil nafas dalam

j. Duduk pijit tubuh Kembali perlahan duduk dan pijit seluruh tubuh mulai dari wajah sampai kaki

c

d

e

f

g

h

i

j

Page 14: Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember

2015

k. Berdiri ambil nafas Kembali perlahan ke sikap berdiri dan ambil nafas dengan menggerakka tangan ke atas

8. HASIL a. SubyektifKlien mengatakan badannya terasa segar

b. Obyektif1) Senam dilakukan sesuai tahapan2) Tidak ada keluhan selama dan

sesudah senam

Hal-hal yang perlu diperhatikan:1. Senam dilakukan seminggu sekali2. Setiap gerakan dilakukan selama 8 kali hitungan3. Perhatikan tanda-tanda vital dan keluhan sebelum, selama, dan sesudah latihan

k

Page 15: Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember

2015

Lampiran 5: Materi 

DIABETES MELLITUS

1. Pengertian Diabetes MellitusDiabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (American Diabetes Association, 2010; Perkeni, 2010). Secara klinis terdapat dua tipe DM, yaitu DM Tipe 1 yang disebabkan oleh kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun dan DM Tipe 2 yang umumnya mempunyai latar belakang kelainan dalam resistensi insulin (Smeltzer, 2011).

2. EpidemiologiIndonesia merupakan negara menempati urutan ke 7 dengan penderita

Diabetes Mellitus (DM) sejumlah 8,5 juta penderita setelah Cina, India dan Amerika Serikat, Brazil, Rusia, Mexico. Angka kejadian DM menurut data Riskesdas (2013) terjadi peningkatan dari 1,1% di tahun 2007 meningkat menjadi 2,1% di tahun 2013 dari keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta jiwa. World Health Organization (WHO) memperkirakan prevalensi global Diabetes Melitus akan meningkat dari 171 juta orang pada tahun 2000 menjadi 366 juta tahun 2030 (Riskesdes, 2010). Penyakit DM di Jawa Timur merupakan ancaman masalah kesehatan yang serius saat ini. Terdapat 300 ribu penderita diabetes di Jawa Timur dengan penduduk 33 juta orang (Tjokroprawiro, 2010).

3. EtiologiPenyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui dengan

pasti tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter memegang peranan penting.a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille Diabetes, yang gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia (meningkatnya kadar gula darah) (Bare & Suzanne, 2010). Faktor genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan) misalnya coxsackievirus B dan streptococcus sehingga pengaruh lingkungan dipercaya mempunyai peranan dalam terjadinya DM ( Bare & Suzanne, 2010). Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau – pulau langerhans pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin. Dapat pula akibat respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata pankreas. Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya penyakit ini (Bare & Suzanne, 2010).

b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran terjadinya NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang sangat besar. Riset melaporkan bahwa obesitas salah satu faktor determinan terjadinya NIDDM sekitar 80% klien NIDDM adalah kegemukan. Overweight membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme. Terjadinya hiperglikemia

Page 16: Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember

2015

disaat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau mengalami gangguan. Faktor resiko dapat dijumpai pada klien dengan riwayat keluarga menderita DM adalah resiko yang besar. Pencegahan utama NIDDM adalah mempertahankan berat badan ideal. Pencegahan sekunder berupa program penurunan berat badan, olah raga dan diet. Oleh karena DM tidak selalu dapat dicegah maka sebaiknya sudah dideteksi pada tahap awal tanda-tanda atau gejala yang ditemukan adalah kegemukan, perasaan haus yang berlebihan, lapar, diuresis dan kehilangan berat badan, bayi lahir lebih dari berat badan normal, memiliki riwayat keluarga DM, usia diatas 40 tahun, bila ditemukan peningkatan gula darah ( Bare & Suzanne, 2010)

4. PatofisiologiDiabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya

kekurangan insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu : a. Rusaknya sel-sel β pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia

tertentu, dll). b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas. c. Desensitasi/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer

(Manaf, 2010).Aktivitas insulin yang rendah akan menyebabkan:

a. Penurunan penyerapan glukosa oleh sel-sel, disertai peningkatan pengeluaran glukosa oleh hati melalui proses glukoneogenesis dan glikogenolisis. Karena sebagian besar sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa tanpa bantuan insulin, timbul keadaan ironis, yakni terjadi kelebihan glukosa ekstrasel sementara terjadi defisiensi glukosa intrasel.

b. Kadar glukosa yang meninggi ke tingkat dimana jumlah glukosa yang difiltrasi melebihi kapasitas sel-sel tubulus melakukan reabsorpsi akan menyebabkan glukosa muncul pada urin, keadaan ini dinamakan glukosuria.

c. Glukosa pada urin menimbulkan efek osmotik yang menarik H2O bersamanya. Keadaan ini menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria (sering berkemih).

d. Cairan yang keluar dari tubuh secara berlebihan akan menyebabkan dehidrasi, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena volume darah turun. Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki dapat menyebabkan kematian karena penurunan aliran darah ke otak atau menimbulkan gagal ginjal sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak adekuat.

e. Sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi akibat perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstrasel yang hipertonik. Akibatnya timbul polidipsia (rasa haus berlebihan) sebagai mekanisme kompensasi untuk mengatasi dehidrasi.

f. Defisiensi glukosa intrasel menyebabkan “sel kelaparan” akibatnya nafsu makan (appetite) meningkat sehingga timbul polifagia (pemasukan makanan yang berlebihan).

g. Efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak menyebabkan penurunan sintesis trigliserida dan peningkatan lipolisis. Hal ini akan menyebabkan

Page 17: Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember

2015

mobilisasi besar-besaran asam lemak dari simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak dalam darah sebagian besar digunakan oleh sel sebagai sumber energi alternatif karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.

h. Efek insulin pada metabolisme protein menyebabkan otot rangka lisut dan melemah sehingga terjadi penurunan berat badan (Sherwood, 2010).

5. Tanda dan Gejalaa. Gejala Akut Penyakit Diabetes Mellitus

Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi bahkan, mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu. 1) Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi:

a) Banyak makan (poliphagia)b) Banyak minum (polidipsia)c) Banyak kencing (poliuria)

2) Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala: a) Banyak minumb) Banyak kencingc) Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat (turun

5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu)d) Mudah lelahe) Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan

jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik. b. Gejala Kronik Diabetes melitus

Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita Diabetes melitus adalah sebagai berikut: 1) Kesemutan2) Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum3) Rasa tebal di kulit4) Kram5) Mudah mengantuk6) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata7) Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita8) Gigi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan seksual menurun,

bahkan impotensi9) Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam

kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg

6. KomplikasiKontrol DM yang buruk dapat mengakibatkan hiperglikemia dalam

jangka panjang, yang menjadi pemicu beberapa komplikasi yang serius baik makrovaskuler maupun mikrovaskuler seperti penyakit jantung, penyakit vaskuler perifer, gagal ginjal, kerusakan saraf dan kebutaan. Banyaknya komplikasi yang mengiringi penyakit DM telah memberikan kontribusi terjadinya perubahan fisik, psikologis maupun sosial (Boyd, 2011).

Page 18: Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember

2015

7. Senam LantaiLangkah pertama dalam menangani DM adalah penanganan non

farmakologis, berupa perencanaan makan dan kegiatan jasmani. Kemudian jika dengan langkah-langkah tersebut sasaran pengendalian DM yang ditentukan belum tercapai, dilanjutkan dengan langkah berikut, yaitu penggunaan obat atau pengelolaan farmakologis. Umumnya pada kebanyakan kasus dapat diterapkan langkah penanganan dengan farmakologis. Pengelolaan farmakologis pada keadaan kegawatan tertentu (ketoasidosis, diabetes dengan infeksi, stres) dapat langsung diberikan, umumnya berupa suntikan insulin. Tentu saja dengan tidak melupakan pengelolaan non farmakologis (Soegondo, et.,al, 2013).

Penatalaksanaan non farmakologis pada penderita DM diantaranya latihan fisik atau jasmani. Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai continuous, rhythmical, interval, progressive, endurance training (CRIPE). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220 dikurangi umur), disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olahraga sedang adalah berjalan cepat selama 20 menit dan olahraga berat misalnya jogging (Soegondo, et.,al, 2013).

Olahraga pada penderita DM tipe 2, berperan utama dalam pengaturan kadar glukosa darah. Produksi insulin umumnya tidak terganggu terutama pada awal menderita penyakit ini. Masalah utama pada DM tipe 2 adalah kurangnya respons reseptor terhadap insulin (resistensi insulin). Adanya gangguan tersebut insulin tidak dapat membantu transfer glukosa ke dalam sel. Kontraksi otot memiliki sifat seperti insulin (insulin-like effect). Permeabilitas membran terhadap glukosa meningkat pada otot yang berkontraksi. Saat berolahraga resistensi insulin berkurang, sebaliknya sensitivitas insulin meningkat, hal ini menyebabkan kebutuhan insulin pada diabetisi tipe 2 akan berkurang. Respons ini hanya terjadi setiap kali berolahraga, tidak merupakan efek yang menetap atau berlangsung lama, oleh karena itu olahraga harus dilakukan terus menerus dan teratur. Olahraga pada DM tipe 2 selain bermanfaat sebagai glycemic control juga bermanfaat untuk menurunkan BB dan lemak tubuh (Soegondo, et.,al, 2013). Salah satu olahraga yang dapat diterapkan pada lansia yaitu senam lantai.

Page 19: Laporan Pre Planning Senam Lantai DM Kelompok 1F

Laporan PBL Keperawatan Komunitas II – PSIK Universitas Jember

2015

Lampiran 6: Media Leaflet