Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

43
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA MODUL I PENGENALAN ALAT Oleh: Muhammad Sulaiman 26020212140030 Asisten: Rinda Nita Ratnasari 26020211130048 Rahadimas Giyan Setiyadi 26020211110074 Agustini Sinaga 26020211110075 Hadi Pranoto 26020211130016 Nopi Prihatin 26020211130031 Elok Dyah Kusumawati 26020211130040 Rinda Nita Ratnasari 26020211130048 Arintika Widhayanti 26020211130064 Maria Yosephine Simbolon 26020211130069 PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

description

Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

Transcript of Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

Page 1: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA

MODUL I

PENGENALAN ALAT

Oleh:

Muhammad Sulaiman 26020212140030

Asisten:

Rinda Nita Ratnasari 26020211130048

Rahadimas Giyan Setiyadi 26020211110074

Agustini Sinaga 26020211110075

Hadi Pranoto 26020211130016

Nopi Prihatin 26020211130031

Elok Dyah Kusumawati 26020211130040

Rinda Nita Ratnasari 26020211130048

Arintika Widhayanti 26020211130064

Maria Yosephine Simbolon 26020211130069

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2013

Page 2: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN

MODUL I : PENGENALAN ALAT

NO KETERANGAN NILAI

1. I. Tujuan Praktikum

2. II. Tinjauan Pustaka

3. III. Materi Dan Metode

4. IV. Kesimpulan Dan Saran

5. Daftar Pustaka

6. Bonus

TOTAL

Semarang, 27 Oktober 2013

Asisten Praktikan

Rinda Nita Ratnasari Muhammad Sulaiman

26020211130048 26020211140030

Page 3: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

Mengetahui,

Dosen Pengampu

Indra Budi Prasetyawan, S.Si, MT

197910032003121002

I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengetahui jenis-jenis alat yang digunakan dalam praktikum oseanografi fisika.

2. Mengetahui prinsip kerja, bentuk (gambaran), dan data yang dihasilkan dari tiap-tiap

instrumen yang digunakan dalam praktikum oseanografi fisika.

3. Mempelajari fungsi dan cara kerja alat (instrument) yang digunakan dalam praktikum

oseanografi fisika.

Page 4: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Pengukur Suhu, Salinitas, dan Kecerahan

2.1.1 CTD (Conductivity Temperature Depth)

CTD (Conductivity Temperature Depth) adalah instrumen yang digunakan

untuk mengukur karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan

densitas. Secara umum, sistem CTD terdiri dari unit masukan data, sistem

pengolahan, dan unit luaran (Thorpe,S.A, 2009).

CTD singkatan dari Conductivity, Temperature, and Depth adalah alat utama

untuk menentukan sifat fisik penting dari air laut antara lain Konduktivitas,

Temperatur (suhu), dan Kedalaman laut. Alat ini memeberikan gambaran yang

tepat dan komprehensif dari distribusi dan variasi suhu air, salinitas, dan densitas

yang membantu kita untuk memahami bagaimana pengaruh lautan terhadap

kehidupan di dalamnya (Irwansyah, 2013).

CTD (Conductivity Temperature Depth). Secara umum, sistem CTD terdiri

dari unit masukan data, sistem pengolahan, dan unit luaran. CTD digunakan untuk

mengukur karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan

densitas. Unit pengolah terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan

komputer yang dilengkapi perangkat lunak. Unit pengontrol berfungsi sebagai

pengolah sinyal CTD, penampil hasil pengukuran serta pengubah sinyal analog ke

digital. CTD mengontrol setiap kegiatan akusisi dan pengambilan sampel serta

kalibrasi. Setiap penekanan tombol fungsi sesuai pada menu, maka printer akan

mencetak posisi, kedalaman, salinitas, konduktifitas dan temperatur sehingga

Page 5: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

kronologis kegiatan pengoprasian CTD dapat terekam. Sensor adalah sebuah

piranti yang mengubah fenomena fisika menjadi sinyal elektrik. CTD memiliki tiga

sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk

mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas) (Nugroho,E, 2012).

CTD (Conductivity Temperature Depth) adalah instrumen yang digunakan

untuk mengukur karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan

densitas. Unit masukan data terdiri dari sensor CTD, rosette, botol sampel, kabel

koneksi dll. Sensor berfungsi untuk mengukur parameter karakteristik fisik air laut

yang terdiri dari sensor tekanan, temperatur, dan konduktivitas. Botol sampel

berfungsi sebagai wadah sampel air sedangkan rosset berfungsi untuk mengatur

penutupan botol. Kabel koneksi berfungsi sebagai penompang, dan juga berfungsi

sebagai pengantar sinyal. Telekomando akan memberikan sinyal kepada rosset

untuk menutup botol secara berurutan, setelah mengambil sampel air laut.Unit

pengolah terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan komputer

yang dilengkapi perangkat lunak. Unit pengontrol berfungsi sebagai pengolah sinyal

CTD, penampil hasil pengukuran serta pengubah sinyal analog ke digital. CTD

mengontrol setiap kegiatan akusisi dan pengambilan sampel serta kalibrasi. Setiap

penekanan tombol fungsi sesuai pada menu, maka printer akan mencetak posisi,

kedalaman, salinitas, konduktifitas dan temperatur sehingga kronologis kegiatan

pengoprasian CTD dapat terekam.Sensor adalah sebuah piranti yang mengubah

fenomena fisika menjadi sinyal elektrik. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni

sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui daya hantar

listrik air laut (konduktivitas) (Hutabarat,S,1984).

a. Sensor Tekanan.

Sensor tekanan merupakan sensor yang memanfaatkan hubungan langsung

antara tekanan dan kedalaman. Sensor ini terdiri dari tahanan yang berbentuk

seperti jembatan wheatsrone kemudian dinamakan strain gauge. Strain gauge

merupakan alat resistansi yang berubah ketika mendapat tekanan, Tahanan ini

akan memegang peranan ketika mendapat gaya dalam bentuk fisika seperti

tekanan, beban (berat), arus (Lewis, E.L, 1980).

b. Sensor Temperatur.

Sensor temperatur adalah sensor yang berpengaruh terhadap suatu

hambatan, dalam bentuk termistor. Termistor (tahanan termal) merupakan alat

semikonduktor yang berperan sebagai tahanan dengan besar koefisien tehanan

temperatur yang tinggi dan biasanya bernilai negative. Alatini terbuat dari campuran

Page 6: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

Oksida-Oksida logam yang diendapkan seperti mangan, nikel, kobalt dll (Lewis,

E.L, 1980).

c. Sensor Konduktifitas.

Sensor konduktifitas merupakan sensor yang mendeteksi adanya nilai daya

hantar listrik di suatu perairan. Sensor ini merupakan sensor yang terdiri dari

tabung berongga danempet buah terminal elektroda platina-rhodium di belakang

sisinya. Sebagai sensor yang melewati nilai konduktifitas maka rata-rata hasil

proses dalam pengukuran akan melewati nilai rendah (low pass fliter). Sensor ini

akan mulai mengukur ketika alat telah bergerak masuk kedalam air sampai pada

posisi yang diinginkan. Sebenarnya sensor ini mengukur nilai konduktifitas untuk

mengetahui nilai salinitas atau kadar garam di sebuah perairan sacara tidak

langsung (Lewis, E.L, 1980).

Kelebihan menggunakan CTD :

Dapat digunakan untuk penginderaan jauh

Sangat akurat karena dapat dikontrol dari atas kapal

Ringan (CTD saja)

Dapat digunakan hingga kedalaman beberapa ribu meter.

(Irwansyah, 2013).

Kekurangan CTD :

Alatnya kecil, bertenaga rendah sensor CTD yang digunakan pada

instrumen otonom seperti MP, glider, profil mengapung dan AUVs lebih kompleks

untuk beroperasi, keterbatasan utama adalah kebutuhan untuk mengkalibrasi

sensor individu. Hal ini terutama berlaku untuk instrumen otonom dikerahkan untuk

jangka waktu yang lama. ( Kapal-dikerahkan CTD yang direferensikan dengan data

sampel air yang tidak tersedia secara umum dengan penyebaran instrumen

otonom.) Oleh karena itu, sensor harus stabil untuk periode penyebaran, atau

asumsi tentang sifat-sifat air laut harus dibuat dan dirujuk ke data sensor

(Irwansyah, 2013).

2.1.2 Horiba

Horiba adalah alat pengkur kualitas suatu perairan. Horiba U-10 water

quality checker memberikan akurasi air laboratorium dan kemudahan push-tombol

operasi, untuk pengukuran kualitas air di lapangan. The U-10 sangat ideal untuk

memeriksa kualitas air dalam aplikasi seperti drainase limbah pabrik, perkotaan, air

sungai, danau dan air rawa, tangki budaya air, pasokan air pertanian dan air laut.

Page 7: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

Instrumen mengukur enam parameter: pH, suhu, oksigen terlarut, konduktivitas

elektrolitik, kekeruhan dan salinitas. Salah satu faktor salinitas otomatis koreksi

memungkinkan U-10 untuk mengukur oksigen terlarut dalam baik segar atau air

garam. Sebuah aliran-melalui sel item sewa opsional dan memungkinkan in-situ

pengukuran dari sumur pemantauan. Horiba's U-50. Instrumen ini berfungsi untuk

mengetahui kualitas air pada suatu tempat dimana memungkinkan perhitungan di

atas 11 parameter kualitas air (Zemansky,S, 1994).

Horiba adalah alat pengkur kualitas suatu perairan. Berbagai parameter

fisika-kimia sangat dibutuhkan untuk mengetahui kualitas air. Horiba memiliki fungsi

yang cukup lengkap. Melalui horiba kita dapat mendapatkan berbagai parameter-

parameter fisika kimia, diantaranya adalah : DO, PH, temperatur, konduktivitas,

kedalaman, salinitas serta turbidity. Kelebihan horiba adalah gabungan dari

berbagai alat pengukur parameter yang dijadikan satu-kesatuan dan penggunaan yang

sederhana. Kekurangannya adalah alat ini sangat sensitif terhadap cahaya (Supangat,

2000).

2.1.3 Refraktometer

Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar/

konsentrasi bahan terlarut. Misalnya gula, garam, protein, dsb. Prinsip kerja dari

refraktometer sesuai dengan namanya adalah memanfaatkan refraksi cahaya.

Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe seorang ilmuan dari German pada

permulaan abad 20 (Khopkar, S.M. 2007).

Refraktometer adalah alat ukur untuk menentukan indeks cairan atau padat,

bahan transparan dengan refrektometry. Prinsip pengukuran: oleh cahaya,

penggembalaan kejadian, total refleksi. Ini adalah pembiasan (refraksi) atau refleksi

total cahaya yang digunakan. Sebagai prisma umum menggunakan 3 prinsip, satu

dengan indeks bias disebut prisma. Cahaya merambat dalam transisi antara

pengukuran prisma dan media sampel (cairan) dengan kecepatan yang berbeda

indeks bias diketahui dari media sampel diukur dengan refleksi cahaya (Anonim,

2010).

Refraktometer analog tradisional sering digunakan sebagai sumber cahaya

sinar matahari atau lampu pijar untuk berpisah dengan filter warna detektor adalah

skala yang dapat dibaca dengan sistem optik, optik dengan mata. Contoh

refraktometer adalah Obbe refraktometer, Pulfrich refraktometer, Woltan Stans

refraktometer (1802), Jellay refraktometer (Khopkar, S.M. 2007).

Kelemahan :

Page 8: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

Zat yang terlarut dianggap seluruhnya gula (untuk refraktometer sucrose)

sedangkan untuk refraktometer garam (salt) zat terlarutnya dianggap sebagai

garam NaCl.seluruhnya. ada 2 refraktometer : digital dan manual yang digital cukup

taruh cairan pada hole sample (2-5 mL) tekan start, keluar hasil di display. yang

manual, cukup taruh 2-3 tetes dipermukaan lensa kemudian ditutup, dari ujung

lubang diintip maka akan kelihatan batas terang gelap pada sekala berapa

(Matorang,R, 2012).

Keuntungan :

Refraktometer alat ini bekerja berdasarkan indeks bias, dimana

indeks bias berubah untuk setiap perubahan brix (Matorang,R, 2012).

2.1.4 Secchi Disk

Secchi disk adalah alat yang berfungsi untuk mengukur tingkat kecerahan

serta tingkat penetrasi cahaya dalam perairan. Tingkat kecerahan menyatakan

tingkat cahaya yang diteruskan ke dalam kolom air dan yang jatuh agak lurus pada

permukaan air. Kemampuan penetrasi cahaya matahari di pengaruhi kekeruhan

air,suspensi dalam air (lumpur),planktonik,jasad renik warna air (Hutabarat,1984).

Prinsip dari secchi disk sebagai berikut,piringan di turunkan ke dalam air secara

perlahan menggunakan pengikat/tali sampai pengamat tidak melihat bayangan

secchi. Saat bayangan piringan sudah tidak tampak, tali ditahan/berhenti

diturunkan. Selanjutnya secara perlahan piringan diangkat kembali sampai

bayangan tidak tampak kembali. Kedalaman air dimana piringan tidak tampak dan

tampak oleh penglihatan dalah pembacaan dari alat ini. Dengan kata lain,

kedalaman kecerahan oleh pembaca piringan secchi disk adalah penjumlahan

kedalamman tampak dan kedalaman tidak tampak bayangan secchi di bagi dua.

Warna hitam dan warna putih di gunakan karena hitam dapat mewakili gelap dan

putih mewakili warna cerah. Jadi,pemantulan panjang gelombang dari bahan

berwarna putih dan hitam. Inilah yang menjadi dasar pengukuran kecerahan

menggunakan instrument secchi disk. Prosedur memasukkan secchi disk dalam air

menurut Davies-Colly : Gunakan ukuran secchi yang tepat untuk mengukur

kecerahan (20 mm → 0.15-0.5m , 60 mm → 0.5-1.5 m ,200mm → 1.5-5m ,600mm →

5-15m) yang dicat putih atau hitam pada kuadran dan diberi pemberat agar tali

tetap lurus. Kedalaman secchi merupakan rata-rata dari hilang munculnya kembali.

Pembacaan dimungkinkan dilakukan siang hari. Kedalaman sedikitnya 50% lebih

besar dibanding kedalaman secchi ,kecerahan laut dinyatakan dalam meter (m).

Berikut ini standar data kecerahan pada model data yang berbeda :

Data titik kecerahan disimpan dalam field kecerahan dengan presisi sebesar 0,1 m.

Page 9: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

Data garis adalah data kecerahan dalam format garis memiliki interval 2m. Garis

yang ada tergantung dari nilai minimum dan maksimum yang ada. Secchi disk

terbuat dari bahan akrilik 250-300 mm pemberat terbuat dari bahan stainless steel

dan terdiri dari dua bagian yaitu 2 bagian warna hitam dan 2 bagian warna putih

(Rhicards,1998).

Berikut adalah kelebihan dan Kekurangan dari secchi disk yaitu :

Kelebihan :

Alatnya sederhana dan mudah digunakan.

Kekurangan :

Kecerahan sangat tergantung pada keadaan cuaca dan waktu pengukuran.

Sebagai alat ukur kecerahan perairan dalam mengukur transparansi air,

perolehan datanya masih sebatas perkiraan atau tidak terlalu akurat.

(Matorang,R, 2012)

2.1.5 Salinometer

Salinometer adalah alat untuk mengukur salinitas dengan cara mengukur

kepadatan dari air yang akan dihitung salinitasnya. Bekerjanya berdasarkan daya

hantar listrik,semakin besar salinitas semakin Besar pula daya hantar listriknya. Alat

ini digunakan di laboratorium, berbeda dengan refraktometer yang biasa digunakan

di lapangan atau outdoor (Putry, 2012).

Cara menggunakan salinometer adalah sebagai berikut :

1. Ambil gelas ukur yang panjang, isi dengan air sampel yang akan diukur

salinitasnya.

2. Salinitas akan terbaca pada skalanya.

(Putry, 2012)

Kelebihan :

Dengan alat ini, konduktivitas dan pengukuran suhu dapat dilakukan

dilapangan.

Kekurangan :

Karena kabel suspensi agak tebal, alat ini harus diturunkan dari perahu dan

dihanyutkan untuk mengukur parameter dalam vertikal ketika arus melebihi 0,

75 m / detik.

(Matorang,R, 2012)

2.2 Alat Pengukur Arus Laut

Page 10: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

2.2.1 Current meter

Current meter atau dikenal juga dengan alat ukur arus, biasanya digunakan

untuk mengukur aliran pada air rendah. Alat ini merupakan alat pengukur

kecepatan yang paling banyak digunakan karena memberikan ketelitian yang cukup

tinggi. Kecepatan aliran yang diukur adalah kecepatan aliran titik dalam satu

penampang aliran tertentu. Prinsip yang digunakan adalah adanya kaitan antara

kecepatan aliran dengan kecepatan putar baling-baling current meter. Seluruh

current-meter mekanik mengukur kecepatan dengan melakukan pengubahan

gerakan linear menjadi menjadi angular. Sebuah current-meter yang ideal harus

memiliki respon yang cepat dan konsisten dengan setiap perubahan yang terjadi

pada kecepatan air, dan harus secara akurat dan terpercaya sesuai dengan

komponen velositas. Juga harus tahan lama, mudah dilakukan pemeliharaan, dan

simpel digunakan dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Indikator kinerja

tergantung pada inertia dari rotor, gerakan air, dan gesekan dalam bearing.Secara

umum current meter yang biasa dipergunakan memiliki dua tipe : dengan “verctical

axis meter” dan “axis meter horizontal”. Dalam kedua perbedaan tersebut rotasi dan

rotor dari propeller dipergunakan untuk menentukan kecepatan arus laut sesuai

dengan pengaturan pada current-meter. Sebelum current-meter ditempatkan,

hubungan antara rotasi dan kecepatan dengan mempergunakan “towing tank”.Tiga

type dari alat ukur kecepatan dengan mempergunakan hukum Faraday. Dimana

konduktor (air) menggerakkan daerah medan magnet (diubah dengan kumparan

berbeda kutub) yang menghasilkan voltase dengan adanya arus air. Jadi secara

umum ada tiga jenis yang sering dipergunakan saat ini, prinsip electromagnetik

dengan mengukur kecepatan mempergunakan hukum Faraday dengan

menyatakan bahwa air mengakibatkan perubahan medan magnetik yang ada

dalam bidang yang telah diatur sehingga menghasilkan tegangan yang berbeda

secara linear sebanding dengan kecepatan arus.Elektrode dalam penelitian dapat

mendeteksi tegangan yang dihasilkan oleh air. Karena current meter tidak bergerak

bagian mereka tidak terganggu banyak sehingga tidak membutuhkan pemeliharaan

yang terkait dengan permasalahan mekanik (Hutabarat,1984)

Pengukuran kecepatan arus airr disebut dengan Water current meter  yang

secara prinsip terbagi menjadi tiga sistem,yaitu :

1. Sistem Pencacah Putaran, yaitu current meter yang mengkonversi kecepatan

sudut dari propeller atau baling-baling kedalam kecepatan linear. Biasanya jenis

ini mempunyai kisaran pengukuran antara 0,03 sampai 10 m/s.

Page 11: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

2. Sistem Elektromagnetik, pada sistem ini air dianggap sebagai konduktor yang

mengalir melalui medan magnentik. Perubahan pada tegangan diterjemahkan

kedalam kecepatan.

3. Sistem Akustik, pada sistem ini digunakan prinsip Doppler pada transduser,

juga biasanya berperan sekaligus sebagai receiver, yang memancarkan pulsa-

pulsa pendek pada frekuensi tertentu. Pulsa-pulsa direfleksikan ataupun

disebarkan oleh partikel-partikel dalam air dan terjadi pergeseran frekuensi dari

yang diterima kembali oleh receiver, dimana hal tersebut dapat diukur sebagai

kecepatan arus air

( Richards,P.R, 1998 ).

Keuntungan:

Baik untuk bekerja dengan cepat dan akurat, dan rumus kalibrasi dengan

mudah dapat diubah dalam grafik kecepatan, yang membuat perluasan lebih

mudah (Matorang,R, 2012).

Kerugian:

Tidak dapat mengetahui arah arus, dan komponennya dapat menambah atau

mengurangi jumlah putaran baling-baling sehingga tidak dapat mengetahui

kecepatannya dengan benar (Matorang,R, 2012).

2.2.2 ADCP

Acoustic Doppler Current Profiler atau biasa disebut ADCP adalah suatu

instrumen yang digunakan untuk mengukur gelombang. Alat ini mengirimkan sinyal

akustik frekuensi tinggi yang dapat dipantulkan oleh plankton, sedimen tersuspensi,

dan gelembung, semua yang diasumsikan melakukan perjalanan dengan

kecepatan rata-rata air. ADCP memperkirakan kecepatan horisontal dan vertikal

sebagai fungsi dari kedalaman dengan menggunakan efek Doppler untuk mengukur

kecepatan relatif radial antara instrumen dan scatterers di laut (Anonim, 2011).

Prinsip dasar perhitungan dari perhitungan gelombang yaitu kecepatan orbit

gelombang yang berada dibawah permukaan dapt diukur dari keakuratan ADCP.

ADCP mempunyai dasar yang menjulang,dan mempunyai sensor tekanan untuk

mengukur pasang surut dan rata-rata kedalaman laut. Time series dari kecepatan,

terakumulasi dan dari time series ini, kecepatan spektral dapat dihitung. Untuk

mendapatkan ketinggian diatas permukaan, kecepatan spektrum dierjemahkan oleh

pergeseran permukaan menggunakan kinematika linear gelombang (Anonim,

2011).

Page 12: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

ADCP mempunyai dasar yang menjulang, dan mempunyai sensor tekanan

untuk mengukur pasang surut dan rata-rata kedalaman laut. Time series dari

kecepatan, terakumulasi dandari time series ini, kecepatan spektral dapat dihitung.

Untuk mendapatkan ketinggiandiatas permukaan, kecepatan spektrum

diterjemahkan oleh Pergeseran permukaan menggunakan kinematika linier

gelombang. Kegunaan ADCP pada berbagai aplikasi :

1. Perlindungan pesisir dan teknik pantai

2. Perancangan pelabuhan dan operasional

3. Monitoring Lingkungan

4. Keamanan Perkapalan

(Pariwono,J.I,1987)

Keuntungan:

Di masa lalu, mengukur profil kedalaman saat ini diperlukan penggunaan string

panjang meter saat ini. Hal ini tidak lagi diperlukan.

Tindakan arus skala kecil

Berbeda dengan teknologi sebelumnya, ADCPs mengukur kecepatan mutlak

air, tidak hanya seberapa cepat satu massa air bergerak dalam hubungannya

dengan yang lain.

Mengukur kolom air sampai dengan 1000 m lama.

(Matorang,R, 2012)

Kekurangan:

Ping frekuensi tinggi menghasilkan data yang lebih tepat, tapi ping frekuensi

rendah perjalanan jauh dalam air.Jadi para ilmuwan harus membuat kompromi

antara jarak yang profiler dapat mengukur dan ketepatan pengukuran.

ADCPs diatur ke "ping" juga cepat kehabisan baterai cepat.

Jika air sangat jelas, seperti di daerah tropis, ping tidak mungkin

memukul partikel cukup untuk menghasilkan data handal.

(Matorang,R, 2012)

2.3 Alat Pengukur Gelombang Laut

2.2.1 Palem gelombang

Palem gelombang merupakan papan kayu dengan panjang 4 meter,lebar 15

cm dan tebal 3 cm yang berskala tiap 20 cm. Pengukuran tinggi gelombang

dilakukan dengan mengamati puncak dan lembah,perhitungan periode gelombang

dilakukan dengan menghitung waktu gerakan gelombang melewati titik tertentu.

Page 13: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan mengamati batas puncak

gelombang dan batas lembah gelombang yang melewati wave pole yang diletakkan

disekitar 30 m dari garis pantai untuk kemudian dicatat perhitungan periode

gelombang dilakukan dengan cara ; pertama menentukan titik tetap dari letak wave

pole dengan jarak 2 meter,3 meter,4 meter,dan 5 meter yang berfungsi sebagai

acuan jarak untuk menentukan periode waktu gelombang.Periode gelombang

dihitung pada saat gelombang melewati wave pole sampai gelombang tersebut

melewati batas titik tetap yang telah di tentukan (Wibisono, M.S, 2005). 

2.4 Alat Pengukur Pasang Surut

2.4.1 Palem pasut

Palem pasut merupakan alat pengukur pasut yang paling sederhana, berupa

papan dengan tebal 1-2 inci dan lebar 4-5 inci.Sedangkan panjangnya harus lebih dari

tunggang pasut. Dimana pemasangan palem pasut ini harus pada kondisi muka air

terendah (lowest water) skala nolnya masih terendam air, dan saat pasang tertinggi

skala terbesar haruslah masih terlihat dari muka air tertinggi ( highest water ).

Dengan demikianmaka tinggi rendahnya muka air laut dapat kita ketahui. Dan dari

data yang dicatat dari skala tersebut, kita dapat mengetahui pola pasang surut pada suatu

daerah pada waktu tertentu.Dalam pemasangannya rambu tersebut diskrup atau

ditempelkan secara vertikal pada tiang penyangga yang cocok (Hutabarat,1984).

Lokasi rambu harus berada pada lokasi yang aman dan mudah terlihat dengan

jelas, tidak bergerak-gerak akibat gelombang atau arus laut. Tempat tersebut tidak

pernah kering pada saat kedudukan air yang paling surut. Oleh karena itu panjang

rambu pasut yang dipakai sangat tergantung sekali pada kondisi pasut air laut di

tempat tersebut. Bila seluruh rambu pasut dapat terendam air, maka air laut tidak

dapat dipastikan kedudukannya.Pada prinsipnya bentuk rambu pasut hampir sama

dengan rambu dipakai pada pengukuran sifat datar (leveling).Perbedaannya hanya

dalam mutu rambu yang dipakai. Mengingat bagian bawah rambu pasut harus dipasang

terendam air laut, maka rambu dituntut pula harus terbuat dari bahan yang tahan air

laut. Rambu pasut hampir selalu digunakan pada pelabuhan-pelabuhan laut. Akan tetapi

dalam hal ini biasanya titik nol skala rambu diletakkan sama dengan muka surutan

setempat,sehingga setiap saat tinggi permukaan air laut terhadap muka surutan tersebut atau

kedalaman laut dapat diketahui berdasarkan pembacaan pada rambu (Pariwono, J.I.

1987).

2.4.2 Tide gauge

Page 14: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

Tide gauge yaitu alat yang digunakan untuk mengukur muka air laut secara

otomatis. Perubahan muka laut  disebabkan oleh pasang naik dan surut muka laut

harian (gaya tarik bulan dan matahari), angin dan tsunami. Informasi yang

diperlukankan untuk peringatan ini adalah pasang surut seketika sebelum terjadinya

tsunami untuk peringatan ini di lokasi tersebut, kemudian pasang naik akibat

tsunami adalah maklumat peringatan dini untuk lokasi yang lebih jauh.

Accelerograph dan tide gauge dipasang pada tempat yang sama dalam sebuah

shelter di pantai yang dilengkapi dengan sistem komunikasi dan sistem alarm.

Peringatan pertama untuk kewaspadaan datang dari accelerograph apabila

mencatat getaran kuat. Peringatan kedua datang dari tide gauge setelah mencatat

perubahan mendadak muka laut. Dua peringatan tersebut disampaikan kepada: 

1. Masyarakat setempat berupa alarm.

2. Aparat setempat yang bertugas untuk koordinasi evakuasi.

3. BMG pusat untuk sistem monitoring dan maklumat darurat agar disebarkan

ke lokasi lain.

(Hazis, 2011)

Tide gauge dibagi menjadi 3 yaitu floating tide gauge ,pressure tide gauge

dan tide staff.

a. Floating tide gauge

Prinsip kerja alat pengukuran pasut ini berdasarkan pada gerak naik

turunnya permukaan laut yang dapat diketahui melalui  pelampung yang

dihubungkan dengan alat pencatat. Alat ini harus dipasang pada tempat yang tidak

begitu besar dipengaruhi oleh gerakan air laut sehingga pelampung dapat bergerak

secara vertical dengan bebes. Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan,

namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan rambu pasut (Pariwono, J.I.

1989).

Di pantai dimana terdapat ombak pecah, atau dimanapun ada gangguan

permukaan air yang minimal, kisaran pasang surut dapat diukur dengan rangkaian

papan yang sudah terbagi-bagi dalam kelas-kelas tertentu. Air yang mengarah ke

pantai akan terukur pada interval-interval yang tertera pada papan. (Pariwono, J.I.

1989).

Papan yang paling dekat dengan pantai harus mencapai atas air pada saat

terjadi high water, dan yang jauh dari pantai harus mencapai mean low water level

agar pada saat surut terendah dapat terbaca skalanya. Perlu berhati-hati dalam

pembacaan pada papan yang sudah lapuk. Papan pengukur pasang surut juga

dapat dipasang pada bendungan-bendungan dekat pantai, di penggalangan kapal

dan struktur-struktur lain yang airnya tenang (Pariwono, J.I. 1989).

Page 15: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

Jika menginginkan pengukuran yang akurat maka pengukuran dilkukan di

tempat yang pengaruh gelombangnya sedikit. Dekat pantai di atas mean high water

biasanya dibuat penampungan yang dasarnya kira-kira 3 sampai 6 kaki ke bawah

dari level lowest low water (Pariwono, J.I. 1989).

Penampungan dihubungkan ke laut dengan pipa yang sempit yang menurun

sampai ke dasar. Ujung dari pipa dibuat semacam alat penyiram air yang

dimaksudkan untuk pengairan dan buoy akan menahannya pada daar laut. Jika

pengaruh gelombang tidak terasa pada kedalaman ini maka level air pada

penampungan hanya menggambarkan pergerakan pasang surut. Pada saat lautan

terlihat tenang di permukaan, maka pada penampungan air alirannya lancar dan

level air akan terukur oleh papan berskala (Pariwono, J.I. 1989).

Mengukur pasang surut akan sulit dan akan menghabiskan waktu, untuk

mengatasi masalah ini digunakanlah marigraph. Marigraph adalah alat pengukur

pasang surut otomatis yang akan mencatat sendiri kisaran pasang surut. Alat ini

akan memberikan catatan yang konstan dari level air (Pariwono, J.I. 1989).

Pelampung, yaitu F akan naik turun dengan terisinya air di penampungan

yaitu R. Kawat tembaga dihubungkan ke pelampung yang melewati drum yaitu G,

dikerenakan pada drum akan terjadi perubahan level air. Pergerakan pada drum

ditransmisikan ke stylus (pena jarum untuk mencatat) yang akan mencatat

perubahan yang terus-menerus pada scarik kertas (Pariwono, J.I. 1989).

b. Pressure tide gauge

Prinsip kerjanya sama dengan floating tide gauge, hanya saja gerak naik

turunya permukaan air laut, dapat diketahui dengan perubahan tekanan, yang

terjadi di dasar laut. Alat ini diletakkan di dasar laut dan dihubungkan dengan alat

pencatat (recording unit), yang kemudian data diolah dengan mengkonversikan

tekanan yang tercatat ke dalam nilai kedalaman, sehingga akan kita dapatkan

model pasang surut pada daerah tersebut. Alat ini dipasang sedemikian

rupa,sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut (LLW). Namun

demikian alat ini jarang sekali digunakan untuk pengamatan pasut (Pariwono, J.I.

1989).

c. Tide Staff

Merupakan alat pengukur pasut yang paling sederhana, berupa papan

dengan tebal 1 – 2 inci dan lebar 4 – 5 inci. Sedangkan panjangnya harus lebih dari

tunggang pasut. Dimana pemasangan tide gauge ini haruslah pada kondisi muka

air terendah (lowest water)  skala nolnya masih terendam air, dan saat pasang

tertinggi skala terbesar haruslah masih terlihat dari muka air tertinggi (highest

water). Dengan demikian maka tinggi rendahnya muka air laut dapat kita ketahui.

Dan dari data yang dicatat dari skala tide gauge tersebut, kita dapat mengetahui

Page 16: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

pola pasang surut pada suatu daerah pada waktu tertentu. Dalam pemasangannya

rambu tersebut disekrup atau ditempelkan pada posisi vertical pada tiang atau

penyangga yang cocok. Lokasi rambu harus berada pada lokasi yang aman dan

mudah terlihat dengan jelas, tidak bergerak-gerak akibat gelombang atau arus

laut. Tempat tersebut tidak pernah kering pada saat kedudukan air yang paling

surut. Oleh karena itu panjang rambu pasut yang dipakai sangat tergantung sekali

pada kondisi pasut air laut di tempat tersebut. Bila seluruh rambu pasut dapat

terendam air, maka air laut tidak dapat dipastikan kedudukannya.Pada prinsipnya

bentuk rambu pasut hampir sama dengan rambu dipakai pada pengukuran sifat

datar (leveling) (Pariwono, J.I. 1989).

2.5 Alat Sampling

2.5.1 Botol Nansen

Botol nansen merupakan alat yang digunakan oleh survyor untuk

mengambil sample air laut, danau dan sungai pada kedalaman tertentu. Botol ini

terbuat dari tabung acrylic dengan ketebalan 5 mm dan bahan-bahan lainnya yang

tahan karat serta memiliki sepasang steering fins yang berguna untuk

menstabilkan botol ketika digunakan pada arus deras memiliki kapasitas 2.2 lt, 3.2

lt atau 4.2 lt dilengkapi termometer tali dan massanger Merk GET buatan

Indonesia. Harga botol nansen ini adalah Rp 6.000.000,- (Andy, 2010).

Botol nansen dirancang pada tahun 1910 oleh penjelajah awal abad ke-20

bernama Fridtjof Nansen ahli kelautan dan dikembangkan lebih lanjut oleh Shale

Niskin. Botol Nansen telah diganti dengan botol Niskin, yang terbuat dari plastik,

dengan demikian tidak menimbulkan korosi logam seperti botol nansen. botol

niskin ini juga sering disebut sebagai botol nansen karena desain dasarnya sama

seperti botol Nansen (Andy, 2010).

Botol nansen adalah alat instrumen oseanografi yang digunakan untuk

mendapatkan sampel air dan pembacaan suhu di berbagai kedalaman di laut.

Botol ini merupakan sebuah sampel botol air laut dengan katup pegas di kedua

ujungnya yang tertutup pada kedalaman yang sesuai dengan perangkat

massengger yang diturunkan untuk menghubungkan kabel botol ke permukaan

(Andy, 2010).

Jenis-jenis Botol Nansen:

1. Vertikal Point Water Sampler.

Fungsi :

Kegunaan umum water sampling.

- Fisik (Suhu).

Page 17: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

- Kimia (Gas terlarut, Nutrisi, Logam).

- Biologis (Photozooplankton).

Freeflushing, pembatasan sampel non-logam.

Sederhana, sure-fire mekanisme penurunan vertical.

Beberapa sampel di kawat tunggal dapat digunakan “inseries” mengambil

sampel dari berbagai kedalaman.

2. Horizontal Point Water Sampler.

Fungsi :

Lapisan tipis.

- Fisik (Suhu).

- Kimia (Gas terlarut, Nutrisi, Logam).

- Biologis (Phytobacteriaplankton).

Penahanan sampel non-logam.

Penurunan massenger memudahkan untuk mengisi.

(Andy, 2010).

2.5.2 Sedimen Grab

Sedimen Grab adalah alat yang sering digunakan dalam pengangkatan

sedimen permukaan dari dasar laut .Pengambilan dengan grab ini biasanya

ditujukan untuk keperluan seperti analisa besar butir, analisa organisme bentos,

dan analisa kimia sedimen terutama pada lapisan atas dari sedimen sampai

beberapa cm kedalaman (Angga, 2013).

Sedimen grab ada yang terbuat dari besi, secara pengalaman saya dalam

penggunaan grab sedimen atau metode penggunaan alat grab sedimen cukup

mudah, untuk pengambilan sampel sendiri dibutuhkan beberpa orang untuk

melakukan nya, pertama buka bagian grab dengan penarikan pada tali,setelah

grab terbuka lalu turan kan ke permukaan dasar laut secara perlahan, saat grab

sedimen sampai didasar permukaan akan terasa dengan kendornya tali, maka kita

dapat mengankat grab,setelah pengankatan kita dapat melakukan pengecekan

apakah sudah terdapat sedimen yang cukup untuk kita pakai, setelah terasa

cukup didapatlah sedimen yang terperangkap pada alat, maka sedimen dapat

disimpan diplastik untuk selanjutnya di bawa ke laboratorium untuk analisa lebih

lanjut (Angga, 2013).

Adapun kelebiahan dan kekurangan alat ini. Alat familier secara mekanik

Dalam grab sedeimen yang sederhana dibutuhkan beberapa orang untuk menarik,

Page 18: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

Mudah dalam penggunaan. Dengan grab sedimen yang sederhana dimungkinkan

tidak mendapat kan sampel karena menutup sebelum mendapatkan sampel.

Tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk pengambilan sempel sedimen, Hanya

bisa mengambil sampel di permukaan sedimen. Lokasi sampel dapat ditentukan

dengan pasti kapal harus berhenti sewaktu alat dioperasikan, prakiraan kedalam

perairan dapat diketahui sampel teraduk, dan beberapa fraksi sedimen yang halus

mungkin hilang. Bisa mengambil daerah sampel sedimen dipermukaan, Tidak bisa

untuk mendapatkan data dari beberapa lapisan yang lebih dalam (Angga, 2013).

III. MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Hari / Tanggal : Senin, 21 Oktober 2013.

Pukul : 16.20 WIB – Selesai.

Tempat : Ruang B.301, Gedung B, Lantai 3, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang.

3.2 Materi

Pada praktikum pengenalan alat oseanografi fisika materi yang disampaikan yaitu :

1. Alat Pengukur Suhu, Salinitas, dan Kecerahan

2. Alat Pengukur Arus Laut

3. Alat Pengukur Gelombang Laut

4. Alat Pengukur Pasang Surut

5. Alat Sampling

3.3 Metode

3.3.1 Alat Pengukur Suhu, Salinitas, dan Kecerahan

a. CTD (Conductivity Temperature Depth)

Page 19: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

Gambar 1. CTD (Conductivity Temperature Depth)

(Sumber : Nugroho,E, 2012)

1. Mulai dengan program akusisi data dan dilengkapi profil untuk

mengidentifikasi data. Siapkan peralatan yang akan digunakan dan letakkan

botol sesuai dengan prosedur pemasangan.

2. Setelah kerangka (Rosette) diletakan pada posisinya dan CTD (Probe atau

rangkaian sensor yang sudah di Set) diletakan di dalamnya, maka instrumen

ini akan ke sisi (pinggir) kapal, lalu dihubungkan kabel-kabek interkoneksinya

maka instrumen tersebut siap diturunkan.

3. Setelah CTD siap untuk diturunkan maka kontrol unit di set untuk kondidi

ON. Ketika kontrol unit sedang dipersiapkan maka instrumen (Rosette dan

Probe) dapat diturunkan pelan-pelan mendekati permukaan air.

4. CTD mulai diturunkan kedalam air secara pelan-pelan, dan pada saat inilah

rangkaian Probe dan kontrol unit saling berhubungan untuk merekam data

dalam benntuk sinyal analog pada tipe recorder. Pada saat ini juga prosedur

akusisi dimulai dan kerangka Rosette pada CTD diturunkan dengan

kecepatan tertentu sampai pada kedalaman yang diinginkan.

5. Pada saat CTD probe diturunkan maka pengiriman data ke kontrol unit juga

di mulai. Perhatikan data yang di dapat dan keaadaan kecepatan

penurunannya.

6. Setelah mendapatkan data yang diinginkan maka stop penerimaan data dari

Probe. Berhentikan juga perekaman data pada recorder. Kemudian dapat

ditarik ke permukaan air, dengan catatan tidak ada lagi data yang di kirim

oleh CTD dan dipastikan OFF.

7. Setelah unit data akusisi di-Offkan dan instrument diletakan di atas kapal

maka tekan End of Profile data dan diberhentikan akusisi program. Data

yang di dapat bisa langsung disambungkan ke personal Computer atau

direkam oleh Tipe Recorder.

8. Proses pengambilan data selesai.

Page 20: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

b. Horiba

Gambar 2. Horiba

(Sumber : Anonim, 2013)

1. Kita cek terlebih dulu apakah horiba tersebut berfungsi sebagaimana

mestinya sebelum digunakan, dan hindari dari sinar matahari karena alat ini

sangat sensitif terhadap cahaya.

2. kita tentukan terlebih dahulu kedalaman yang akan kita ukur.

3. lalu kita membuka penutup dari sensor untuk memulai pemerikasaan.

4. kita turunkan alat horiba tersebut perlahan-lahan atau pelan-pelan ke dasar

perairan. Yang perlu diperhatikan bahwa yang dipegang bukanlah kabel

yang tersambung pada horiba tetapi tali yang diikatkan pada kabel. Hal ini

untuk menjaga apabila kabel pada horiba putus.

5. sesudah sampai kedalaman yang telah ditentukan lihat horiba tersebut

berapa angka yang muncul. Dan data yang muncul bisanya berurutan

dimana dari pH, DO, konduktivitas, salinitas, TDS, spesifikasi air laut,

temperatur , kedalaman, dan lain-lain.

6. kita catat data yang keluar dari horiba tersebut.

7. setelah itu kita angkat horiba pelan-pelan keatas kapal dengan memegang

tali itu lagi

8. setelah selesai pengukuran dalam tiap stasiun horiba tersebut harus disiram

dengan alkohol supaya netral lagi. tutup sensor dari horiba, dan setelah

ditutup hindarkan dari sinar cahaya matahari.

c. Refraktometer

Page 21: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

Gambar 3. Refraktometer

(Sumber : Ihsan dan Wahyudi, 2010)

1. Tetesi refraktometer dengan aquadest

2. Bersihkan dengan kertas tisyu sisa aquadest yang tertinggal 

3. Teteskan air sampel yang ingin diketahui salinitasnya 

4. Lihat ditempat yang bercahaya

5. Akan tampak sebuah bidang berwarna biru dan putih

6. Garis batas antara kedua bidang itulah yang menunjukan salinitasnya

7. Bilas kaca prisma dengan aquades, usap dengan tisyu dan simpan

refraktometer di tempat kering   

d. Secchi Disk

Gambar 4. Horiba

(Sumber : Anonim, 2013)

Piringan diturunkan kedalam air secara perlahan menggunakan pengikat/tali

sampai pengamat tidak melihat bayangan secchi. Saat bayangan piringan sudah

tidak tampak,tali ditahan/berhenti diturunkan. Selanjutnya secara pelahan

piringan diangkat kembali sampai bayangan nampak kembali. Kedalaman air

dimana piringan tidak tampak dan tampak oleh penglihatan adalah pembacaan

dari alat ini. Dengan kata lain , kedalaman kecerahan oleh pembaca piringan

Page 22: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

secchi adalah penjumlahan kedalaman tampak dan kedalaman tidak tampak.

Bayangan secchi dibagi menjadi dua warna hitam dan warna putih digunakan

kerena hitam mewakili warna gelap dan putih mewakili warna cerah. Jadi

pemantulan panjang gelombang dari bahan berwarna putih dan hitam inilah

yang menjadi dasar pengukuran kecerahan menggunakan secchi disk.

Gunakan ukuran disk yang tepat untuk mengukur kecerahan (20 mm →

0.15-0.5m , 60 mm → 0.5-1.5 m ,200mm → 1.5-5m ,600mm → 5-15m). yang

dicat putih atau hitam pada kuadran dan diberi pemberat agar tali tetap

lurus

Pengukuran dilakukan disamping kapal yang terkena sinar matahari

Waktu pembacaan cukup (minimal 2 menit) ketika disk dekat atau diangkat

Catat kedalaman disk ketika disk hampir menghilang

Angkat perlahan-lahan dan catat kedalaman ketika disk mulai terlihat

kembali. Kedalam secchi disk merupakan rata-rata dari hilang muncul

kembali

Pembacaan dilakukan pada siang hari

Kedalaman sedikitnya 50% lebih besar dibanding kedalaman

secchi.Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran secchi disk :

penglihatan pada waktu pembacaan,warna air,serta materi lain yang

tersuspensi.

e. Salinometer

Gambar 5. Salinometer

(Sumber : Anonim, 2013)

Cara kerja salinometer adalah sebagai berikut : 

1. Ambil alat salinometer, taruh ujung yang panjang ke dalam permukaan air

laut .

Page 23: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

2. Salinitas akan terbaca pada skalanya secara otomatis.

3.3.2 Alat Pengukur Arus Laut

a. Current meter

Gambar 6. Current Meter

(Sumber : Anonim, 2013)

1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran.

2. Membentangkan kabel pada lokasi yang memenuhi persyaratan dan

posisi tegak lurus dengan arah arus air dan tidak melilit.

3. Menentukan titik pengukuran dengan jarak tertentu.

4. Memberikan tanda pada masing-masing titik.

5. Menulis semua informasi/keterangan yang ada pada pengukuran.

6. Mencatat jumlah putaran baling-baling selama interval yang ditentukan

(40-70 detik), apabila arus air lambat waktu yang digunakan lebih lama

(misal 70 detik), apabila arus air cepat yang digunakan lebih pendek

(misal 40 detik).

7. Menghitung kecepatan arus dari jumlah putaran yang didapat dengan

menggunakan rumus baling-baling tergantung dari alat bantu yang

digunakan (tongkat penduga dan berat bandul).

b. ADCP

Page 24: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

Gambar 7. ADCP

(Sumber : Anonim, 2013)

1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran.

2. Membentangkan kabel pada lokasi yang memenuhi persyaratan dan

posisi tegak lurus dengan arah arus dan tidak melilit.

3. Menentukan titik pengukuran dengan jarak tertentu.

4. Memberikan tanda pada masing-masing titik.

5. Menulis semua informasi/keterangan yang ada pada pengukuran

6. Mencatat jumlah putaran baling-baling selama interval yang ditentukan

(40-79 detik), apabila arus air laut lambat waktu yang digunakan lebih

lama (misal 70 detik),apabila arus air cepat yang digunakan lebih pendek

misal (40 detik).

7. Menghitung kecepatan arus dari jumlah putaran yang didapat dengan

menggunakan rumus baling-baling tergantung dari alat bantu yang

digunakan.

3.3.3 Alat Pengukur Gelombang Laut

a. Palem gelombang

Gambar 8. Palem Gelombang

(Sumber : Anonim, 2011)

Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan mengamati batas

puncak gelombangdan batas lembah gelombang yang melewati wave pole

yang kami letakkan di sekitar 30 meter dari garis pantai untuk kemudian dicatat.

Perhitungan periode gelombang dilakukan dengan cara ; pertama, menentukan

titik tetap dari letak wave pole dengan jarak 2 meter, 3 meter, 4 meter, dan 5

meter yang berfungsi sebagai acuan jarak untuk menentukan periode/waktu

Page 25: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

gelombang. Periode gelombang di hitung pada saat gelombang melewati wave

pole sampai gelombang tersebut melewati batas titik tetap yang tadi telah

ditentukan (perhitungan periode gelombang ini dilakukan sebanyak 5 kali

ulangan).

3.3.4 Alat Pengukur Pasang Surut

a. Palem Pasut

Gambar 9. Palem Pasut

(Sumber : Anonim, 2013)

Untuk mengamati pasut dilakukan dengan palem atau rambu pengamat

pasut.Tinggi muka air setiap jam diamati secara manual oleh operator

(pencatat) dan dicatat pada suatu fomulir pengamatan pasut. Pada palem

dilukis tanda skala bacaan dalam satuan desimeter . Pencatat akan menuliskan

kedudukan tinggi muka air laut relatif terhadap palem pada jam-jam tertentu

sesuai dengan skala yang bacaan yang tertulis pada palem.Muka air laut yang

relatif tidak tenang membatasi kemampuan pencatat dalam menaksir bacaan

skala.Walaupun demikian alat ini cukup efektif untuk memperoleh data pasut

dengan ketelitian sekitar 2,5 cm. Tinggi palem disesuaikan dengan karakter

tunggang air pada wilayah perairan yang diamati,yang biasanya 4 hingga 6

meter.

b. Tide Gauge

Page 26: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

Gambar 10. Tide Gauge

(Sumber : Anonim, 2013)

Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang

dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat

(recording unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun

yang lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut. Papan yang paling

dekat dengan pantai harus mencapai mean low water level agar pada saat

surut terendah dapat terbaca skalanya. jika menginginkan pengukuran yang

akurat maka pengukuran dilakukan di tempat yang pengaruh gelombangnya

sedikit. Dekat pantai diatas mean high water biasanya dibuat penampungan

yang dasarnya kira-kira 3 sampai 6 kaki ke bawah dari level lowest low water.

Penampungan dihubungkan ke laut denagn pipa yang sempit dan

menurun ke dasar. Ujung dari pipa dibuat semacam alat penyiram air yang

dimasukan untuk pengairan dan boy untuk menahannya pada dasar laut.

Pelampung akan naik turun dengan terisisnya air di penampungan, kawat

tembaga yang dihubungkan dengan dihubungkan dengan pelampung melewati

drum, dikarenakan pada drum akan terjadi perubahan level air. Pergerakan

pada drum diteransmisikan ke stylus (pena jarum untuk mencatat) yang akan

mencatat perubahan secara terus menerus pada secarik kertas yang terdapat

pada alat tersebut.

3.3.5 Alat Sampling

a. Botol Nansen

Page 27: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

Gambar 11. Botol Nansen

(Sumber : Anonim, 2013)

Botol nansen diturunkan dari kapal dengan menggunakan bantuan tali

yang diikat pada botol nansen dan dipasang secara terbalik, setelah itu

diturunkan pada kedalaman laut yang diinginkan, kemudian menggunakan

bantuan massengger, nansen yang dipasang terbalik tadi akan kembali

menutup secara otomatis, setelah di dalamnya terisi dengan air laut, setelah itu

botol nansen tersebut siap diangkat dari laut ke atas kapal.

Botol nansen yang terbuat dari logam atau plastik diturunkan dengan

menggunakan tali ke dalam laut, ketika telah mencapai kedalaman yang

diinginkan maka massengger akan jatuh ke tali setelah mencapai botol, botol

tersebut akan terbalik dan menjebak sampel air di dalamnya. Botol dan sampel

di ambil dan diangkut menggunakan tali. Massengger yang kedua dapat diatur

agar terlepas oleh mekanisme pembalik dan bergeser ke bawah tali sehingga

sampai mencapai botol nansen. Dengan memperbaiki urutan botol dan

massengger pada interval sepanjang tali, serangkaian sampel pada setiap

tingkatan kedalaman dapat diambil.

Suhu air laut di kedalaman akan direkam dengan menggunakan

termometer tertentu ke botol nansen. Termometer ini adalah termometer air

raksa dengan penyempitan dalam tabung kapilernya, ketika termometer

tersebut terbalik, menyebabkan tali berhenti dan termometer akan membaca

suhu. Karena tekanan air pada kedalaman akan memampatkan dan

mempengaruhi dinding termometer untuk menunjukkan suhu, maka termometer

dilindungi oleh lapisan dinding yang tebal. termometer yang tidak dilindungi

terlebih dahulu akan dipasangkan dengan pelindung, biasanya termometer ini

digunakan untuk pembacaan suhu titik sampling pada tekanan yang

memungkinkan.

Page 28: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

b. Sediment Grab

Gambar 12. Sediment Grab

(Sumber : Anonim, 2013)

Prinsip kerja

Cara penggunaan alat grab sedimen cukup mudah, untuk pengambilan

sampel sendiri dibutuhkan beberpa orang untuk melakukan nya, pertama buka

bagian grab dengan penarikan pada tali, setelah grab terbuka lalu turan kan ke

permukaan dasar laut secara perlahan, saat grab sedimen sampai didasar

permukaan akan terasa dengan kendornya tali, maka kita dapat mengangkat

grab,setelah pengangkatan kita dapat melakukan pengecekan apakah sudah

terdapat sedimen yang cukup untuk kita pakai, setelah terasa cukup didapatlah

sedimen yang terperangkap pada alat, maka sedimen dapat disimpan diplastik

untuk selanjutnya di bawa ke laboratorium untuk analisa lebih lanjut.

Cara penggunaan greb sampler :

1. Grab sampler diikatkan pada tambang

2. Grab sampler diturunkun ke perairan atau di tempat sample sedimen yang

diinginkan dalam posisi rahang terbuka

3. Ketika telah mendapatkan sampel, grab sampler diangkat dengan tenaga

manusia atau secara manual,ketika grab sampler ditarik keatas,rahang grab

sampler akan menutup dengan sendirinya agar sampler tidak berjatuhan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. CTD adalah alat yang digunakan untuk mengukur salinitas, suhu, tekanan,

kedalaman, DO, konduktivitas pada kedalaman yang diinginkan. Mempunyai 3

sensor.

Page 29: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

2. Horiba adalah alat untuk mengukur kualitas suatu perairan dengan membuka

penutup dari sensor yang diturunkan ke dasar perairan untuk mencatat data

secara otomatis.

3. Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur salinitas, dengan

cara memasukkan sampel air laut ke ujung refraktometer lalu kita lihat pada

lensa refraktometer.

4. Sechhi Disk adalah alat yang digunakan untuk mengukur kekeruhan dan

kerapatan plankton yang terdapat pada perairan, terdiri dari piringan yang

berwarna hitam dan putih disertai tali.

5. Salinometer adalah untuk mengukur salinitas dengan cara mengukur kepadatan

dari air yang akan dihitung salinitasnya.

6. Current Meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan arus suatu

perairan, mengukur lewat kecepatan baling-baling yang terdapat pada current

meter tersebut.

7. ADCP adalah alat semacam sonar yang gunanya memonitoring perairan,

rancangan pembuatan pelabuhan, mengetahui arah arus yang datang.

8. Palem Gelombang adalah alat yang terbuat dari papan yang digunakan untuk

mengukur tinggi rendah suatu gelombang air laut pada perairan dangkal.

9. Palem Pasut adalah alat sejenis palem gelombang yang digunakan untuk

mengukur pasang surut suatu perairan secara manual (pengamatan langsung)

melaui tinggi rendah gelombang yang ada pada perairan dangkal.

10. Tide gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur muka air laut secara

otomatis berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang diketahui melalui

pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit).

11. Botol Nansen adalah alat berbentuk tabung dan mempunyai dua katup, alat ini

digunakan untuk mengambil sample air laut.

12. Grab sampler adalah untuk mengambil sedimen permukaan yang ketebalannya

tergantung dari tinggi dan dalamnya grab masuk kedalam lapisan sedimen.

4.2 Saran

1. Pratikan lebih memperhatikan asisten saat menjelaskan.

2. Pratikan juga berperan aktif ketika praktikum berlangsung agar terdapat

komunikasi yang baik antara asisten dengan pratikan.

3. Lebih teliti dalam mengerjakan suatu laporan.

Page 30: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

DAFTAR PUSTAKA

Andy, 2010. Botol Nansen. www.andycuklek.wordpress.com/. (Diakses pada 24 Oktober

2013,pukul 18.13 WIB).

Page 31: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

Angga, 2013. Penjelasan Grab sedimen Core Sampler. www.anggacows3.blogspot.com/ .

(Diakses pada 24 Oktober 2013,pukul 19.15 WIB).

Anonim .2011.Palem Gelombang.http://informasipelaut.blogspot.com/2011/03/info-dan-

alat-navigasi.html. (Diakses pada 26 Oktober 2013,pukul 19.35 WIB).

Anonim.2011. Laporan Instrumentasi Kelautan Kampus Semarang.

www.adios19.files.wordpress.com/. (Diakses pada 26 Oktober 2013,pukul 19.40

WIB).

Anonim.2013.ADCP.http://ilikai.soest.hawaii.edu/sadcp/whatadcp.htm.(Diakses pada 26

Oktober 2013,pukul 19.41 WIB).

Anonim.2013.Botol Nansen. http://fedito.indonetwork.co.id/2745005. (Diakses pada 26

Oktober 2013,pukul 19.47 WIB).

Anonim.2013.Current Meter. http://www.hydrobios.de/en/products/flow-and-current-

meters/rod-held-current-meter-rhcm/. (Diakses pada 26 Oktober 2013,pukul 19.49

WIB).

Anonim.2013.Horiba. https://onlinesafetysource.com/rentals_Detail.php?ProductID=277.

(Diakses pada 26 Oktober 2013,pukul 19.50 WIB).

Anonim.2013.Palem Gelombang. http://jelajahiptek.blogspot.com/2012/07/fisika-kelautan-

oseanografi-fisik.html. (Diakses pada 26 Oktober 2013,pukul 19.55 WIB).

Anonim.2013.Palem pasut.

http://t-files-itb.tripod.com/survey_arus_laut_di_pulau_jukung_kepulauan_seribu/

index.album/tide-gauge?i=3&s. (Diakses pada 26 Oktober 2013,pukul 19.57 WIB).

Anonim.2013.Salinometer.http://store.shopping.yahoo.co.jp/hakaronet/

salinometer010.html. (Diakses pada 26 Oktober 2013,pukul 20.00 WIB).

Anonim.2013.Secchi Disk. http://www.geoscientific.com/sampling/.(Diakses pada 26

Oktober 2013,pukul 20.03 WIB).

Anonim.2013.Sediment Grab. http://www.rickly.com/as/bottomgrab.htm.(Diakses pada 26

Oktober 2013,pukul 20.05 WIB).

Anonim.2013.Tide Gauge.

http://web.vims.edu/physical/research/TCTutorial/tidemeasure.htm. (Diakses pada 26

Oktober 2013,pukul 20.13 WIB).

Hazis. 2011. Jenis-jenis Peralatan Ukur. www.hazis.wordpress.com/. (Diakses pada 26

Oktober 2013,pukul 21.48 WIB).

Hutabarat,S dan S.M Evans. 1984.Pengantar Oseanografi, Jakarta: Dirjen Dikti,

Depdikbud.

Page 32: Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan Alat

Ihsan, Fahrul dan Anang Wahyudi. 2010. Teknik Analisis Kadar Sukrosa Pada Buah

Pepaya. Buletin Teknik Pertanian, 15(1): 10-12.

Irwansyah. 2012. CTD. http://onesiklopedia.blogspot.com/2013/05/instrumen-ctd-

conductivity-temperature.html. (Diakses pada 23 Oktober 2013,pukul 19.15 WIB).

Khopkar, S.M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-PRESS

Lewis, E.L. 1980. The Practical Salinity Scale 1978 and its antecedents. IEEE J. Ocean.

Eng., OE-5(1): 3-8.

Matorang,R. 2012. Secchi Disk.

http://osfeanografifisika.blogspot.com/2012/12/pramodul.html. (Diakses pada 24

Oktober 2013,pukul 01.30 WIB).

Nugroho,E. 2012. CTD. http://ekaymarinesenior.blogspot.com/2012/11/alat-alat-aplikasi-

akustik-kelautan-1.html. (Diakses pada 23 Oktober 2013,pukul 19.30 WIB).

Pariwono, J.I. 1987. Kondisi Pasang Surut di Indonesia. Kursus Pasang Surut,

Jakarta: P3O – LIPI.

Putry. 2012. Salinometer. http://rahayu-putrysantoso.blogspot.com/2012/03/alat-

pengukur-salinitas-tekanandan-suhu.html. (Diakses pada 23 Oktober 2013,pukul

22.30 WIB).

Richards. P.R. 1998  Manual of Standard Operating Procedures for Hydrometric Surveys

in British Columbia Resources Inventory Committee. Canada: BC

Supangat, Agus. 2000. Pengantar Oseanografi. Bandung: ITB.

Thorpe, S. A. 2009. Encyclopedia of Ocean Science. 2nd Edition. Elsevier Ltd. Italy.

Wibisono, M.S. .2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta : Grasindo

Zemansky, S. 1994. Fisika untuk Universitas 3 Optika. Jakarta: Bina Cipta.