LAPORAN OSFIS STEV

22
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Oseanografi fisika adalah ilmu ini mempelajari tentang hubungan antara sifat-sifat fisika yang terjadi dalam lautan sendiri dan yang terjadi antara lautan dengan atmosfer dan daratan. Hal ini termasuk kejadian-kejadian pokok seperti terjadinya tenaga pembangkit pasang dan gelombang, iklim dan sistem arus-arus yang terdapat di lautan dunia. Dalam ilmu Fisika Oseanografi ini yang banyak dipelajari adalah mengenai arus, pasang surut, gelombasng, suhu, salinitas, angin, dan yang terjadi di lautan. Pengamatan tentang karasteristik suatu Pulau berdasarkan parameter oseanografi fisika sangat membantu dalam mengetahui pengelolaan dan pemanfaatan suatu perairan, sehingga dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang bagaimana cara memanfaatkannya, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Praktek Oseanografi fisiska yang dilakukan di Pulau Barrang Lompo Karena pada pulau ini parameter-parameter fisika yang akan diamati tersedia dan mudah didalam pengukurannya sehingga dengan adanya praktek lapang ini diharapkan dapat mengetahui karakteristik dari Pulau Badi dan mendukung pengembangan pariwisata yang ada di pulau ini. B. Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari praktek lapang Oseanografi Fisika adalah untuk mengetahui prosedur pengambilan dan pengolahan data oseanografi fisika dengan menggunakan persamaan empiris. Serta untuk mengetahui dan memahami karakteristik oseanografi fisika pada lokasi sampling.

Transcript of LAPORAN OSFIS STEV

Page 1: LAPORAN OSFIS STEV

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Oseanografi fisika adalah ilmu ini mempelajari tentang hubungan antara

sifat-sifat fisika yang terjadi dalam lautan sendiri dan yang terjadi antara lautan

dengan atmosfer dan daratan. Hal ini termasuk kejadian-kejadian pokok seperti

terjadinya tenaga pembangkit pasang dan gelombang, iklim dan sistem arus-arus

yang terdapat di lautan dunia. Dalam ilmu Fisika Oseanografi ini yang banyak

dipelajari adalah mengenai arus, pasang surut, gelombasng, suhu, salinitas,

angin, dan yang terjadi di lautan.

Pengamatan tentang karasteristik suatu Pulau berdasarkan parameter

oseanografi fisika sangat membantu dalam mengetahui pengelolaan dan

pemanfaatan suatu perairan, sehingga dapat memberikan informasi kepada

masyarakat tentang bagaimana cara memanfaatkannya, sehingga dapat

meningkatkan perekonomian masyarakat.

Praktek Oseanografi fisiska yang dilakukan di Pulau Barrang Lompo Karena

pada pulau ini parameter-parameter fisika yang akan diamati tersedia dan mudah

didalam pengukurannya sehingga dengan adanya praktek lapang ini diharapkan

dapat mengetahui karakteristik dari Pulau Badi dan mendukung pengembangan

pariwisata yang ada di pulau ini.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktek lapang Oseanografi Fisika adalah untuk mengetahui

prosedur pengambilan dan pengolahan data oseanografi fisika dengan

menggunakan persamaan empiris. Serta untuk mengetahui dan memahami

karakteristik oseanografi fisika pada lokasi sampling.

Kegunaan dari praktek lapang ini adalah kita dapat mengetahui cara

pengukuran parameter oseanografi fisika dan sebagai bahan pembanding antara

materi yang diterima pada saat kuliah dengan keadaan sebenarnya di lapangan.

C. Ruang Lingkup

Dalam praktek ini, kegiatan dibatasi pada pengukuran faktor-faktor

oseanografi yang ada di laut seperti pasang surut, suhu, salinitas, gelombang,

arus, serta kedalaman, sebagai suatu parameter dalam menentukan

karakteristik dari lokasi sampling.

Page 2: LAPORAN OSFIS STEV

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pasang Surut

Naik dan turunnya permukaan laut secara periodik selama suatu interval

disebut pasang-surut. Pasang-surut merupakan faktor lingkungan yang paling

mempengaruhi kehidupan di zona intertidal. Tanpa adanya pasang-surut atau

hal-hal lain yang menyebabkan naik dan turunnya permukaan air secara periodik,

zona ini tidak akan seperti ini, dan faktor-faktor lain akan kehilangan

pengaruhnya (Nybakken, 1992).

Pasang surut adalah gerakan naik turunnya muka laut secara berirama yang

disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Badan-badan astronomis lainnya

pun sebenarnya mempengaruhi pasang surut, tetapi pengaruhnya itu sangat

kecil dan bisa diabaikan (Nontji, 2002).

Sedangkan menurut Dahuri dkk (2001), bahwa pasang surut adalah naik

turunnya muka air laut secara hampir periodik karena gaya tarik benda-benda

angkasa, terutama bulan dan matahari. Baik turunnya muka air laut dapat terjadi

sekali sehari (pasang surut tunggal), atau dua kali sehari (pasang surut ganda).

Sedangkan pasang surut yang berperilaku diantara keduanya disebut pasang

surut campuran.

Pasang surut di berbagai daerah dapat dibedakan dalam empat tipe yaitu

(Triatmodjo, 1999):

1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide). Dalam satu hari terjadi dua

kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang

surut terjadi rata-rata yaitu 12 jam 24 menit.

2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide). Dalam satu hari terjadi satu kali

pasang surut dan satu kali surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50

menit.

3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mized tide prevailing

semidiurnal). Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut tapi

tinggi dan periodenya berbeda.

4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing

diurnal). Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali

surut, tapi kadang-kadang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan

tinggi dan periode yang berbeda.

Page 3: LAPORAN OSFIS STEV

Gerak pasang surut menimbulkan arus pasang surut, di pantai dan sekitar

muara sungai, pada umumnya akan menuju ke arah darat pada waktu air

pasang, dan ke laut pada waktu air surut, tidal current merupakan arus mendatar

yang disebabkan atau dibangkitkan oleh pasang surut. Meskipun arus pasang

surut tidak penting pengaruhnya pada laut terbuka, tetapi pasang surut dapat

membangkitkan arus yang kuat pada daerah teluk, selat, estuaria, sungai, dan

tempat yang dangkal lainnya (Ongkosongo dan Suyarno, 1989).

Pasang yang mempunyai tinggi maksimum dikenal sebagai spring tide dan

surut terendah dikenal sebagai neap tide. Spring tide tarjadi pada waktu bulan

baru (new moon) dan bulan penuh (full moon). Sedangkan neap tide terjadi pada

waktu perempatan bulan pertama dan perempatan bulan ketiga (Hutabarat dan

Evans, 1986).

B. Arus

Arus adalah gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal massa

air. Sistem arus laut utama dihasilkan oleh beberapa daerah angin secara terus

menerus, berbeda satu sama lain dengan berubah-ubah. Arus ini juga

mempengaruhi penyebaran organisme laut dan juga menentukan pergeseran

daerah biogeografi melalui perpindahan air hangat ke daerah yang lebih dingin

dan sebaliknya. Angin dapat mendorong bergeraknya air permukaan,

menghasilkan suatu gerakan arus horizontal yang lamban yang mampu

mengangkut suatu volume air yang sangat besar melintasi jarak jauh dilautan

(Nybakken, 1992).

Arus permukaan merupakan perceminan langsung dari pola angin. Jadi arus

permukaan digerakkan oleh angin dan air dilapisan bawahnya ikut terbawa.

Karena disebabkan oleh adanya gaya coriolis yaitu gaya yang di sebabkan oleh

perputaran bumi (Romimohtarto dan Juana, 2002).

Arus dibagi menjadi arus permukaan dan arus musiman upweling. Arus

permukaan utama yang ada di permukaan bumi terdiri atas :

1. Arus yang benar -benar mengelilingi daerah kutup selatan ( Antartic

Circumpolar Current ) yang terdapat pada letak lintang 60º lintang selatan.

2. Aliran air di daerah ekuator yang mengalir dari arah barat ke timur tetapi

mereka dibatasi oleh arus-arus sejajar yang mengalir dari timur ke barat,

baik dari belahan bumi utara maupun di balahan bumi selatan.

Page 4: LAPORAN OSFIS STEV

3. Arus-arus yang berputar di daerah sub tropikal yang disebut gyre. Yang

mengalir searah jarum jam dari belahan bumi utara dan berlawanan jarum

jam yang berasal dari belahan bumi selatan.

Faktor – faktor pembangkit arus permukaan adalah sebagai berikut

(Hutabarat dan Evans, 1985):

1. Bentuk topografi dasar lautan dan pulau - pulau yang ada disekitarnya.

Beberapa sistem lautan utama di dunia di batasi oleh massa daratan dari

tiga sisi dan oleh arus ekuatorial counter dari sisi ke empat. Batas-batas ini

menghasilkan aliran yang hampir tertutup dan cenderung membuat aliran air

mengarah dalam bentuk bulatan.

2. Gaya coriolis dan arus ekman.

Gaya coriolis mempengaruhi aliran massa air dimana gaya ini akan

membelokkan arah mereka dari arah yang lurus. Gaya ini timbul sebagai

akibat dari perputaran bumi pada porosnya.

3. Perbedaan tekanan.

Pada umumnya air di daerah tropik dan sub tropik lebih tinggi daripada

daerah kutub. Walaupun perbedaan ini kecil, namun dapat menyebabkan

timbulnya perbedaan tekanan air yang berakibat air akan mengalir dari

daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah.

4. Perbedaan densitas.

Gerakan air yang luas dapat diakibatkan oleh perbedaan densitas dari

lapisan lautan yang mempunyai kedalaman berbeda-beda perbedaan ini

timbul terutama diakibatkan oleh perbedaan suhu dan salinitas.

Angin mendorong bergeraknya air permukaan, menghasilkan suatu gerakan

arus horizontal yang lamban dan mampu mengangkut suatu volume air yang

sangat besar melintasi jarak jauh di lautan.Arus-arus ini mempengaruhi

penyebaran organisme laut dan juga menemukan pergeseran daerah

biogeografis melalui pemindahan air hangat ke daerah yang lebih dingin atau

sebaliknya. Pergerakan air yang cukup besar dapat menunjang proses

fotosintesis karena dapat memperlancar proses difusi (Dahuri,1996).

C. Gelombang

Gelombang merupakan gerakan air secara osilasi dengan permukaan naik

turun serta mempunyai panjang, tinggi, periode, kecepatan, energi dan lain-lain.

Gelombang timbul akibat pengaruh dari angin, gempa bumi, gunung api bawah

Page 5: LAPORAN OSFIS STEV

laut, longsoran dan aktivitas manusia lainnya (Haruna Mappa dan Kaharudin,

1991).

Berdasarkan kedalaman laut Haruna Mappa dan Kaharudin, (1991) membagi

gelombang dalam dua jenis yaitu :

a) Gelombang laut dangkal adalah gelombang yang panjang gelombangnya

jauh lebih besar dari pada kedalaman air.

b) Gelombang laut dalam adalah gelombang yang panjang gelombangnya

lebih kecil dibandingkan dengan kedalam perairan tersebut.

Gelombang laut sangat berpengaruh terhadap peristiwa abrasi. Gelombang

merupakan faktor utama yang menyebabkan pengikisan pantai. Gelombang ini

akan lebih dirasakan pengaruhnya diperairan dangkal bila dibandingkan dengan

perairan dalam. Di perairan dalam proses abrasinya sangat rendah, hal ini

disebabkan karena gelombang tersebut hanya berpengaruh didaerah permukaan

saja (Haruna Mappa dan Kaharudin, 1991).

Gelombang selalu menimbulkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa

henti-hentinya pada lapisan permukaan laut dan jarang dalam keadaan sama

sekali diam. Hembusan angin sepoi-sepoi pada cuaca yang tenang sekalipun

sudah cukup untuk dapat menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam

keadaan dimana terjadi badai yang besar dapat menimbulkan suatu gelombang

yang besar yang dapat menimbulkan kerusakan hebat pada kapal-kapal dan

daerah-daerah pantai. Gelombang merupakan salah satu penyebab yang

berperan dalam pembentukan pantai. Gelombang yang terjadi di perairan laut

dalam pada umumnya tidak berpengaruh terhadap dasar laut dan sedimen yang

terdapat di dalamnya. Sebaliknya, gelombang terdapat di daerah pantai,

terutama di daerah pecahan gelombang mempunyai energi yang besar dan

sangat berperan dalam pembentukan morfologi pantai, seperti menyeret

sedimen (umumnya pasir dan keril) yang ada di dasar laut untuk ditumpukkan

dalam bentuk gosong pasir (Dahuri, 1996).

Apabila kita melihat gelombang di lautan, kita mendapat suatu kesan seolah-

olah gelombang ini bergerak secara horizontal dari satu tempat ke tempat lain,

yang kenyataannya tidaklah demikian. Suatu gelombang membentuk gerakan

maju melintasi permukaan air, tetapi disana sebenarnya terjadi hanya suatu

gerakan kecil ke arah depan dari massa air itu sendiri. Hal ini akan lebih mudah

jika kita melihat sepotong gabus atau benda-benda yang terapung lainnya

diantara gelombang-gelombang di lautan bebas. Potongan gabus tersebut akan

Page 6: LAPORAN OSFIS STEV

tampak timbul dan tenggelam sesuai dengan gerakan berturut-turut dari puncak

(crest) dan lembah gelombang (trough) yang lebih atau kurang, tinggal pada

tempat yang sama. Gerakan individu partikel-partikel air di dalam gelombang

sama dengan gerakan potongan gabus , walaupun dari pengamatan yang lebih

teliti menunjukkan bahwa ternyata gerakan ini lebih kompleks dari gerakan yang

hanya sekedar naik dan turun saja. Gerakan ini adalah suatu gerakan yang

membentuk sebuah lingkaran bulat. Gabus atau pertikel-partikel lain yang

diangkut ke atas akan membentuk setengah lingkaran dan begitu sampai di

tempat tertinggi ini merupakan crest (puncak gelombang). Kemudian benda-

benda ini akan di bawa ke bawah membentuk lingkaran penuh, melewati tempat

yang paling bawah yang bernama trough (lembah gelombang). Namun demikian

gelombang-gelombang di lautan hanya terjadi sebatas di permukaan air yang

terletak di bagian paling atas.

Sifat-sifat gelombang dipengaruhi oleh tiga bentuk angin, yaitu : kecepatan

angin, Waktu dimana angin sedang bertiup dan jarak tanpa rintangan dimana

angin sedang bertiup (dikenal sebagai fetch) (Hutabarat, 1984).

Setiap gelombang memepunyai tiga unsur yang penting yaitu, panjang,

tinggi, dan period. Panjang gelombang adalah jarak mendatar antara dua

puncak yang berurutan, tinggi gelombang adalah jarak menegak anatar puncak

dan lembah, sedangkan period gelombang adalah waktu yang diperlukan oleh

dua puncak yang berurutan melalui satu titik (Nontji, 1993).

a. Panjang Fetch

Fetch adalah daerah yang mempunyai kecepatan dan arah angin yang

konstan, sedangkan yang dimaksud dengan Fetch Length atau jarak Fetch

adalah jarak tanpa rintangan ketika angi sedang bertiup, atau dapat dikatakan

bahwa jarak fetch adalah merupakan jarak dari sumber pembangkit gelombang

(Hutabarat dan Evans, 1984).

Sifat-sifat gelombang yang diukur tidak hanya bergantung kepada

komponen-komponen Spektral yang dibangkitkan dalam arah yang mempunyai

sudut terhadap arah angin. Hal-hal yang menjadi pembatas dari fetch adalah

garis pantai pantai yang berhadapan dengan arah datang gelombang dan arah

angin yang selalu berganti-ganti.

b. Angin

Nyibaken (1988), menyatakan bahwa gelombang terbesar biasanya terjadi

pada laut terbuka, dimana angin dapat bertiup melalui jarak tempuh yang sangat

Page 7: LAPORAN OSFIS STEV

jauh, setelah gelombang keluar dari daerah badai, maka tingginya berangsur-

angsur berkurang dan sementara gelombang itu bergulung-gulung ke darat, dan

ketika gelombang memasuki peraioran dangkal dan mulai mengalami hambatan

gesekan dari dasar perairan, gerakan maju dari gelombang akan terhambat dan

panjang gelomabng akan berkurang, akibatnya tinggi gelombang meningkat dan

menjadi makin terjal..

Akibat adanya perbedaan tekanan udara inilah terjadi gerakan udara, yaitu

dari tekanan tinggi ke tekanan yang rendah yang disebut angin. Angin yang

berhembus di atas permukaan air akan memindahkan energinya ke air.

Kecepatan angin akan menimbulkan tegangan pada permukaan laut, sehingga

air yang semula tenang akan terganggu dan riak akan timbul. Apabila kecepatan

angin bertambah maka riak ini semakin besar, begitupun apabila berhembus

terus maka akan terbentuk ombak. Semakin lama dan semakin kuat angin

berhembus maka semakin besar ombak terbentuk.

Tinggi dan periode ombak yang dibangkitkan oleh angin meliputi kecepatan

angin, lama berhembus, arah angin, dan fetch. Fetch adalah daerah dimana

kecepatan dan arah angin konstan. Arah angin dianggap konstan apabila

perubahan-perubahannya tidak lebih dari 150. Sedangkan kecepatan angin

masih dianggap konstan jika perubahannya tidak lebih dari 5 knot (Triatmodjo,

1999).

Angin yang berhembus dengan kecepatankurang dari 3 km per jam di atas

air, akan membangkitkan ombak yang kecil. Sebaliknya bila kecepatan lebih dari

3 km per jam, ombak akan terbangkit lebih besar dan akan merambat sesuai

dengan arah pergerakan dari angin (Kramadibrata, 1985).

Bila sebuah gelombang pecah, airnya akan dilemparkan jauh kedepan

sampai mencapai daerah pantai dan beberapa di antaranya akan kembali ke laut

mengalir sebagai arus yang berada di bawah permukaan. Jika kita melihat

gelombang di lautan, maka seolah-olah gelombang itu bergerak secara

horizontal dari satu tempat ke tempat yang lain. Namun, kenyataan tidaklah

demikian. Suatu gelombang membentuk gerakan maju melintasi gerakan angin,

tetapi di sana sebenarnya terjadi hanya satu gerakan kecil kearah depan dari

massa air itu sendiri. Gerakan ini adalah suatu gerakan yang membentuk sebuah

lingkaran bulat. Namun demikian gelombang di lautan sebatas pada lapisan

permukaan air yang paling atas. Di dalam suatu gelombang gerakan partikel

Page 8: LAPORAN OSFIS STEV

akan berkurang makin lama makin lambat sesuai dengan dalamnya suatu

perairan (Hutabarat dan Evans, 1993).

c. Transformasi Gelombang

Jika suatu muka barisan gelombang datang membentuk sudut miring

terhadap tepi pantai yang mempunyai kemiringan dasar landai dengan kontur-

kontur kedalaman sejajar dengan pantai, maka muka gelombang akan berubah

arah dan cenderung menjadi sejajar dengan garis pantai atau mengalami proses

pembiasan (refraksi). Selanjutnya arah perambatan berangsur berubah dengan

berkurangnya kedalaman (shoaling), sehingga dapat diamati bahwa muka

gelombang cenderung sejajar dengan kedalaman. Hal ini disebabkan perubahan

bilangan gelombang yang mengakibatkan perubahan kecepatan fase

gelombang. Bila keadaan pantai landai, ada kemungkinan bahwa gelombang

tersebut tidak pecah tetapi pemantulan ombak (refleksi).

Arah dari perambatan dapat juga berubah atau mengalami pelenturan, ketika

gelombang melewati perairan dengan kedalaman air yang konstan, seperti ketika

gelombang menuju kesuatu pulau atau pemecahan gelombang. Pola

difraksi/pelenturan dapat diamati bila suatu gelombang melewati suatu tanjung

atau ujung sebuah tanggul buatan, maka gelombang akan mengalami

pemanjangan puncak secara melengkung kearah sisi belakang tanjung atau

tanggul perintang tersebut. Peristiwa ini terjadi karena perembesan energi

kedalamam bayang-bayang yang merupakan daerah aliran tenang dibelakang

tanggul atau tanggul perintang. Gejala ini disebut dengan difraksi gelombang.

Dari hasil penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa selama gelombang

menjalar dari perairan dalam keperairan menengah dan selanjutnya keperairan

dangkal akan mengalami transformasi dari pada sifat-sifat dan parameter-

parameter gelomnbang sepenti proses refraksi, shoaling, refleksi maupun

difraksi. Selama penjalaran tersebut, periode dinggap konstan. Tinggi ombak

mula-mula menurun di perairan menengah dan dangkal namun tiba-tiba pada

perairan yang sangat dangkal tinggi gelombang membesar sampai terjadi pecah.

Gelombang menjadi tidak stabil (pecah) jika terlampau curam atau tinggi

gelombangnya mencapai batas tertentu. Tipe-tipe gelombang pecah dapat

dikategorikan menjadi 4 bagian yaitu : spelling, pluinging, surging dan collapsing.

Spelling terjadi pada pantai yang datar (kemiringan kecil) dimana gelombang

dimulai pecah pada jarak yang cukup jauh dari pantai dan pecahnya terjadi

berangsur-angur. Pluinging terjadi apabila kemiringan gelombang dan dasar

Page 9: LAPORAN OSFIS STEV

bertambah, gelombang akan pecah dan puncak gelombang akan memutar

dengan masa air pada puncak gelombang akan terjun kedepan. Surging terjadi

pada oantai dengan kemiringan yang sangat besar seperti pada pantai

berkarang. Sedangkan colapsing merupakan kombinasi dari pluinging dan

surging (Triatmodjo, 1999).

Menurut Triatmodjo (1999) ditinjau dari profil pantai, daerah kearah pantai

dari garis gelombang pecah dibagi menjadi tiga daerah yaitu inshore, foreshore

dan backshore

D. SALINITAS

Salinitas adalah berat zat-zat organik yang larut dalam 1 kg air laut. Ciri yang

paling khas dimiliki oleh laut yang diketahui oleh setiap orang adalah rasanya

yang asin. Hal ini disebabkan karena dalam laut terdapat berbagai macam garam

terutama NaCl. Diperairan samudra salinitas berkiasar antara 34-35 o/oo.

Diperairan pantai terjadi penurunan salinita karena adanya pengenceran oleh

aliran sungai. Sebab salinitas di laut dipengaruhi oleh faktor seperti sirkulasi air,

penguapan, curah hujan, dan aliran sungai (Nontji A, 1993).

Di daerah estuaria dapat memiliki struktur salinitas yang kompleks, kerena

merupakan pertemuan antara air tawar dengan air laut. Menurut Nontji, (1993)

kemungkinan yang terjadi adalah:

a) Perairan dengan stratifikasi salinitas yang sangat kuat, terjadi dimana air

tawar merupakan lapisan tipis di permukaan sedangkan dibawahnya terdapat

air laut.

b) Perairan dengan stratifikasi sedang. Terjadi karena adanya gerakan pasang

surut.

c) Perairan dengan pengadukan vertikal yang kuat disebabkan oleh gerakan

pasang surut sehingga mengakibatkan perairan menjadi homogen secara

vertikal.

E. SUHU

Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting di laut. Bersama-sama

dengan salinitas, mereka dapat digunakan untuk mengidentifikasi massa air

tertentu dan bersama-sama dengan tekanan mereka dapat digunakan untuk

menentukan densitas air laut. Densitas ini selanjutnya dapat digunakan untuk

menentukan kejelukan air dimana suatu massa air akan menetap dalam

keseimbangan (Romimohtarto, 1999).

Page 10: LAPORAN OSFIS STEV

Perbedaan jumlah panas yang diterima oleh permukaan bumi di tempat-

tempat yang terletak pada lintang yang berbeda sebagai akibat dari bentuk bumi

yang bulat. Cahaya matahari yang jatuh di atas daerah tropik terlebih dahulu

akan melalui atmosfer dengan menempuh jarak yang lebih pendek daripada

yang ditempuh di daerah kutub. Cahaya matahari ini juga memanasi daerah

equator pada area yang lebih sempit jika dibandingkan dengan daerah kutub.

Suhu merupakan indikator yang penting untuk menunjukkan perubahan

kondisi lingkungan, lebih-lebih fluktuasi suhu yang jelas baik vertikal maupun

horizontal yang berubah dari suatu tempat ke tempat lain. Suhu air laut

cenderung menurun dari permukaan sampai dasar perairan. Penampakan suhu

di perairan tropik dan subtropik ditunjukkan oleh gradien suhu (perbedaan suhu

dan parameter kedalaman) yang kecil sampai kedalaman tertentu. Distribusi

suhu yang besar pada jarak kedalaman air yang kecil disebut thermocline (Nontji,

1987).

Suhu di laut adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

organisme lautan , karena suhu mempengaruhi baik aktifitas metabolisme

maupun perkembangbiakan organisme-organisme tersebut.

Meskipun temperatur air tidak mematikan namun dapat menghambat

pertumbuhan rumput laut. Pada umumnya rumput laut dapat tumbuh dengan

baik di daerah yang mempunyai kisaran temperatur 26 - 330C. Suhu dapat

mempengaruhi proses-proses fisiologi tanaman yaitu proses fotosinteisis, laju

respirasi pertumbuhan dan reproduksi (Afrianto dan Liviawati, 1989).

F. KEDALAMAN

Suatu perairan memiliki kedalam yang berbeda-beda. Dimana, kedalaman

suatu perairan menjadi penentu atau pembetas penetrasi cahaya matahari

secara langsung. Penyinaran cahaya matahari akan semakin berkurang akibat

semakin tingginya kedalaman suatu perairan (Nybakken, 1988).

G. KECERAHAN

Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi

suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air.

Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan produktif.

Page 11: LAPORAN OSFIS STEV

III. METODE PRAKTIK

A. Waktu dan Tempat

Praktek lapang Oseanografi Fisika ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal

29 april – Minggu tanggal 1 mei 2011, bertempat di Pulau Barrang Lompo, Kec.

Ujung tanah kota Makassar.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu GPS (Global Positining

System) befungsi untuk menentukan titik koordinat pengambilan data.

Handrefraktometer berfungsi untuk mengukur salinitas perairan. Thermometer

berfungsi untuk mengukur suhu. Secchi disk berfungsi untuk mengukur

kecerahan. Fish finder berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan. Layang-

layang arus berfungsi untuk mengukur arus. Tiang skala berfungsi untuk

mengukur tinggi pasang surut dan gelombang. Stopwatch berfungsi untuk

mengukur kecepatan arus. Kompas bidik befungsi untuk mengukur sudut layang-

layang arus terhadap arus. Sabak berfungsi alat menulis dalam air laut agar tidak

mudah terhapus di dalam air laut. Alat tulis menulis menulis data dari hasil

pengamatan dilapangan.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang akan dijalankan dalam praktik ini yaitu :

A. Pasang surut

1. Menentukan lokasi yang representatif untuk pemasangan rambu pasut dan

mencatat posisi dengan GPS.

2. Memasang rambu pasut pada daerah yang telah diperkirakan tetap

tergenang air surut, jika lokasi tersebut kering pada saat surut maka perlu

memasang rambu pasut yang lain pada daerah yang tergenang air (perlu

diingat untuk mengukur beda tinggi antara rambu pasut pertama dan rambu

pasut kedua).

3. Mencatat tinggi muka air dengan interval 1 jam selama 39 jam, yang

dimulai pada pukul 17.00 WITA.

Page 12: LAPORAN OSFIS STEV

B. Arus

1. Mencatat posisi dan melakukan pengukuran arah dan kecepatan arus pada

beberapa stasiun di daerah laut dangkal maupun dalam.

2. Menentukan kecepatan arus dengan menggunakan layang-layang arus,

yakni dengan menetapkan jarak tempuh layang – layang arus (5 meter)

kemudian mengukur waktu tempuh layang – layang arus tersebut dengan

menggunakan stopwatch atau alat penghitung waktu sejenisnya. Arah arus

ditentukan dengan menggunakan kaompas bidik.

3. Untuk mengontrol perubahan arah dan kecepatan arus diperlukan stasiun

permanent dekat pantai ( sebaiknya di stasiun pasut ), pengukuran

dilakukan setiap interval 1 jam selama 24 jam, yang dimulai pada pukul

00.00 waktu setempat.

C. Ombak/Gelombang

a) Pengukuran lapangan

1. Menentukan stasiun pengambilan data ombak berdasarkan bentuk

geomorfologi lokasi praktek.

2. Mencatat posisi dan melakukan pengukuran ombak pada lokasi yang

ditentukan (ombak sebelum pecah) meliputi : tinggi ombak, arah datang,

lama pengukuran, dan arah puncak ombak. Selain itu, posisi stasiun dan

arah garis pantai perlu diukur.

3. Pengamatan dilakukan dengan mencatat tinggi dan lembah ombak yang

datang pada tiang skala selama masing-masing 51 kali (ombak

signifikan). Setelah itu dengan menggunakan kompas geologi untuk

mengukur arah datang ombak dan arah kepantai.

4. Pengukuran ombak ini dilakukan pada waktu pasang dan pada waktu

surut.

b) Prediksi dari data sekunder

1. Menyiapkan peta yang menunjukkan lokasi praktek dan sekitarnya (skala

1 : 500.000 atau skala 1 : 250.000).

2. Menyiapkan data arah dan kecepatan angin selama 5 tahun yang

mewakili kondisi angin lokasi praktek.

3. Menghitung Fetch length (Jarak pembangkitan ombak) pada peta.

4. Menghitung tinggi periode ombak menurut metode Wilson.

D. Kedalaman

Page 13: LAPORAN OSFIS STEV

1. Pengukuran kedalaman perairan dilakukan pemeruman menggunakan

echosounder pada beberapa titik (representatif) yang membentuk lintasan

(tracking) sepanjang lokasi.

2. posisi setiap titik pemeruman dicatat dangan menggunakan GPS (global

positioning sistem). Hasil pemeruman ini dikoreksi dengan hasil

pengukuran pasang surut sehingga dapat diketahui kedalaman

sesungguhnya terhadap referensi Mean Sea Level.

E. Kecerahan

1. Pengukuran kecerahan dilakukan dengan menggunakan secchi disk yang

diikat dengan tali kemudian diturunkan perlahan-lahan kedalam perairan

hingga tidak terlihat lagi.

2. Kedalaman pada saat secchi disk tidak terlihat ditambah dengan

kedalaman pada saat secchi disk mulai nampak pada saat ditarik kemudian

dibagi dua merupakan tingkat kecerahan perairan.

3. Mengukur kedalaman secchi disk dan mencatat posisi stasiun.

F. Suhu dan Salinitas

1. Mengukur suhu dan salinitas secara vertical maupun horizontal. Secara

horizontal, dilakukan pada beberapa stasiun didaerah laut dangkal hingga

ke laut dalam. Secara vertical, dilakukan pada stasiun yang berbeda di laut

dalam dengan kedalaman 1 m, 10 m, dan seterusnya hingga kedalaman

maksimal.

2. Mencatat posisi dan mengambil sampel air laut dengan menggunakan alat

pengambil sampel air, kemudian memasang salinometer kedalam sampel

yang dituangkan kedalam ember, membiarkan hingga beberapa saat, lalu

membeca skala yang ditunjukkan oleh salinometer. Dan untuk suhunya,

mencelupkan thermometer kedalam kolom perairan.

D. Analisis Data

1. Pasang surut

MSL =∑ HixCi

∑ Ci

Keterangan: MSL = Tinggi muka air rata-rata (Cm)

Page 14: LAPORAN OSFIS STEV

H = Tinggi muka air (Cm)

Ci = Konstanta Doodson

2. Arus

V = St

Keterangan :

S = Panjang lintasan layang – layang arus(m)

t = Waktu tempuh layang – layang arus (detik)

3. Ombak/Gelombang

a. Tinggi ombak :

H = (Puncak ombak – lembah ombak)

b. Tinggi ombak signifikan (H1/3) :

H 1/3 = 1/3 rata-rata dari gelombang terbesar

H1/3 =∑i=l

n/3

Hi

n/3

c. Tinggi rata-rata (H):

H̄=H1+H 2+H3+. . .. ..H N

N

d. Periode ombak (T) :

T = t/n

e. Periode ombak signifikan (H1/3) :

T 1/3 = 1,1 . T

Page 15: LAPORAN OSFIS STEV

f. Panjang ombak (Lo) :

L = 1,56 T2

g. Prediksi ombak (metode Wilson) :

gH 1/3

U 2= 0,3 [1-{1+0,004(

gF

U2)1/2 }-2]

gT2πU = 1,37 [1-{1+0,008(

gF

U2)1/3 }-5]

h. Tinggi Ombak Pecah (Hb) :

Hb = H1/3 [

0 ,563

[H1/3

L]0,2

]

i. Kedalaman ombak pecah dari data prediksi :

Hb = 0,78 Hb

Keterangan :

F = Fetch Length (m)

U = Kecepatan Angin (m/s)

g = Percepatan gravitasi Bumi (9,8 m/s)

T =Periode Ombak (detik)

t = Waktu pengamatan

N = Banyaknya ombak

Hi = Tinggi ombak (m)

L = Panjang ombak (m)

H1/3 = Tinggi ombak signifikan

T1/3 = Periode ombak signifikan

4. Kedalaman

Ds = DT + (MSL-hT)

Keterangan : Ds = Kedalaman sebenarnya (m)

Page 16: LAPORAN OSFIS STEV

DT = Kedalaman yang teratur (m)

MSL = Nilai muka air rata-rata

hT = Kedalaman di rambu pasut saat pengukuran (m)

5. Kecerahan

Kecerahan perairan=

Kondisi secchi disk tidak terlihat + secchi disk terlihat2