Laporan Praktikum IG

24
Laporan Praktikum Ke-1 Tanggal Praktikum : 11 September 2015 MK. Evaluasi Nilai Gizi Tanggal Selesai : 18 September 2015 PENGUKURAN INDEKS GLIKEMIK Oleh: Kelompok 6 E5 Aizzatun Nissa’ I14130053 Iklimatul Khoeriah I14130020 Rinawati I14130116 Wuri Wulandari I14144041 Zella Rizki I14144042 Zukhruf Faridho I14144043 Asisten Praktikum: Annisa Meilinda N Rifani Ridha N Koordinator Mata Kuliah: Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS

description

Ig

Transcript of Laporan Praktikum IG

Page 1: Laporan Praktikum IG

Laporan Praktikum Ke-1 Tanggal Praktikum : 11 September 2015MK. Evaluasi Nilai Gizi Tanggal Selesai : 18 September 2015

PENGUKURAN INDEKS GLIKEMIK

Oleh:

Kelompok 6 E5

Aizzatun Nissa’ I14130053Iklimatul Khoeriah I14130020Rinawati I14130116Wuri Wulandari I14144041Zella Rizki I14144042Zukhruf Faridho I14144043

Asisten Praktikum:

Annisa Meilinda NRifani Ridha N

Koordinator Mata Kuliah:

Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS

DEPERTEMEN GIZI MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015

Page 2: Laporan Praktikum IG
Page 3: Laporan Praktikum IG

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Karbohidrat menjadi sumber energi utama bagi penduduk di dunia (Winarno 2008). Pangan sumber karbohidrat mengalami proses pencernaan yang lebih cepat dibandingkan pangan sumber protein dan lemak, sehingga jumlah yang dikonsumsi oleh individu cenderung lebih banyak. Karbohidrat yang dipecah menjadi glukosa akan disalurkan dari sistem pencernaan ke pembuluh darah yang menyebabkan kadar glukosa darah akan meningkat ketika mengonsumsi pangan sumber karbohidrat. Kenaikan kadar glukosa dalam darah akan meningkatkan produksi insulin

Tingkatan makanan menurut efeknya terhadap respon kenaikan glukosa darah yang disebut indeks glikemik (Rimbawan dan Siagian 2004) dapat menjadi pengotrol kadar glukosa darah tersebut. Disinilah penting untuk memperhatikan indeks glikemik pangan yang dimakan. Makanan dengan IG rendah akan dicerna dan diubah menjadi glukosa secara bertahap dan perlahan-lahan, sehingga puncak kadar gula darah juga akan rendah yang berarti fluktuasi peningkatan kadar gula relatif pendek. Sebaliknya, makanan dengan IG tinggi akan cepat untuk di cerna sehingga dapat dengan cepat meningkatkan glukosa dalam darah (Brouns et al. 2005).

Studi klinis menunjukkan bahwa makanan dengan Indeks Glikemik rendah mempunyai kecenderungan untuk memberikan rasa kenyang lebih lama. Indeks Glikemik tidak dapat menentukan baik buruknya makanan. Akan tetapi, mengetahui nilai IG didalam makanan dapat membantu menjalankan program diet yang sedang berjalan. Pengaruh konsumsi pangan terhadap kadar glukosa darah selama periode tertentu disebut respons glikemik. Pemahaman yang baik terhadap respons glikemik sangat diperlukan, baik bagi orang sehat untuk menghindari DM, maupun penderita DM (Arif et al. 2013). Oleh karena itu, sebagai mahasiswa gizi diperlukan pemahaman terhadap nilai IG bahan pangan agar dapat menjadi landasan secara ilmiah dalam memilih jenis, bentuk asupan, dan jumlah karbohidrat yang dikonsumsi sesuai respons glikemik setiap individu.

Tujuan

Praktikum pengukuran indeks glikemik ini bertujuan untuk mengukur indeks glikemik dari beberapa jenis bahan pangan yang akan diujikan yaitu nasi dan roti tawar dengan glukosa standar sebagai pangan kontrol.

Page 4: Laporan Praktikum IG

TINJAUAN PUSTAKA

Indeks Glikemik

Indeks glikemik merupakan indikator yang digunakan untuk membantu memilih makanan sumber karbohidrat agar dapat menjaga level glukosa darah tetap stabil (Smith 2010). Konsep indeks glikemik diperkenalkan sebagai pengklasifikasian beberapa sumber karbohidrat dan makanan kaya CHO berdasarkan efeknya terhadap glukosa darah (Brouns et al. 2005). Bahan pangan dikatakan memiliki nilai indeks glikemik tinggi apabila pangan tersebut mampu menaikan kadar gula darah dengan cepat, sedangakan bahan pangan dikatakan memiliki indeks glikemik rendah apabila pangan tersebut menaikan kadar gula darah dengan lambat. Kategori pangan menurut IG dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu IG tinggi (>70), sedang (55-70), dan rendah (<55) (Kirpitch dan Maryniuk 2011). Indeks glikemik dalam setiap bahan pangan berbeda-beda. Nilai indeks glikemik glukosa yaitu 100 (Bean 2014). Menurut penelitian Brand et al. (1985) dalam Rohman et al. (2014), nasi memiliki kandungan IG 69 , penelitian lain yang dilakukan oleh Widowati et al. (2009) menunjukan bahwa nilai indeks glikemik nasi dari beberapa varietas antara 46-97, menurut Thompson et al. (2012) nasi putih memiliki nilai indeks glikemik 80 . Menurut FAO (1997) roti memiliki nilai IG sebesar 100, sedangkan menurut Scrinis (2013) dan Gibson (2010), nilai indeks glikemik untuk roti adalah 75.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Glikemik

Faktor- faktor yang mempengaruhi indeks glikemik pangan adalah proses pengolahan, dalam proses pengolahan ukuran partikel berpengaruh semakin kecil ukuran partikel semakin besar luas penampang total, semakin mudah enzim bekerja maka IG akan semakin tinggi, dan semakin tinggi tingkat gelatinisasi pati kandungan IG dalam pangan tersebut semakin tinggi. Daya cerna pati merupakan parameter yang menunjukan kemampuan pati untuk dicerna dan diserap dalam tubuh. Daya cerna pati sangat dipengaruhi oleh faktor, seperti kadar amilosa, amilopektin, protein, lemak, serat, dan kadar anti gizi pangan. Faktor lain yang mempengaruhi skor indeks glikemik adalah struktur matriks, kandungan pati resisten, komposisi monosakarida, asam organik dan komposisi molekul karbohidrat (Brouns et al. 2005). Jenis pangan yang sama namun memiliki varietas yang berbeda akan mempunyai nilai indeks glikemik yang berbeda. Jenis makanan dengan bahan dan cara pengolahan yang berbeda juga akan menghasilkan nilai indeks glikemik yang berbeda (Powell et al. 2002).

Prinsip Pengujian Indeks Glikemik

Pengujian indeks glikemik pada suatu bahan pangan dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu seleksi responden, pengujian indeks glikemik, serta perhitungan

Page 5: Laporan Praktikum IG

indeks glikemik. Tahapan pertama yaitu seleksi responden, responden yang digunakan sebagai subjek pada pengujian IG harus memenuhi kriteria wanita dan laki-laki sehat berumur 20-38 tahun, tidak menderita penyakit metabolisme yang berkaitan dengan kelainan kadar glukosa darah, seperti diabetes melitus, hipoglisemia dan hiperglisemia, memiliki indeks massa tubuh (IMT) dalam kategori normal (WHO 2006), tidak hamil dan menyusui, memiliki kadar glukosa darah normal, tidak merokok serta bersedia menjadi responden yang akan diambil darahnya secara berulang (Arkray 2001).

Tahapan yang kedua yaitu pengujian indeks glikemik. Pengukuran kadar gula darah dilakukan setelah periode puasa selama 8-12 jam. Selama dua jam pasca konsumsi bahan pangan yang diuji, sampel darah responden diambil sebanyak 0.2 μl (finger-prick capillary blood samples method) dan diambil setiap 30 menit sekali yaitu 0 menit (kadar gula darah puasa), 30 menit, 60 menit, 45 menit, 60 menit, 90 menit, dan 120 menit. Pengambilan darah dilakukan melalui pembuluh kapiler yang terdapat di jari tangan (Raghild et al. 2004). Glukosa darah akan bereaksi dengan enzim glucose oxydase (GOD) dan potasium ferosianida yang terdapat pada test strip, kemudian menghasilkan potasium ferosianida. Jumlah potasium ferosianida yang dihasilkan setara dengan jumlah glukosa yang terkandung pada sampel (Arkray 2001).

Tahapan yang terakhir yaitu perhitungan indeks gilkemik. Perhitungan indeks glikemik dilakukan dengan menggunakan pangan acuan dan pangan standar, dimana membandingkan luasan kurva kadar gula darah terhadap waktu sampel dengan standar yaitu glukosa (Marsono 2002). Nilai kadar gula darah yang didapatkan, kemudian diplotkan menjadi sebuah grafik dengan sumbu X sebagai waktu pengukuran dan sumbu Y sebagai kadar gula darah. Indeks glikemik dihitung sebagai perbandingan antara luas kurva kenaikan kadar gula darah setelah mengkonsumsi sampel dan glukosa sebagai standar yang dikalikan dengan 100 (Haliza et al. 2006).

Metode Perhitungan Skor Indeks Glikemik

Terdapat tiga metode perhitungan skor indeks glikemik pangan, yaitu perhitungan polynomial, trapezoid, dan luas bangun. Perhitungan skor IG diawali dengan menebarkan data kadar glukosa darah dalam sumbu x dan waktu pengambilan darah (menit) dalam sumbu y. Indeks glikemik ditentukan dengan cara membandingkan luas daerah di bawah kurva antara respon glukosa makanan kontrol dan uji. Kurva polynomial respon glikemik pangan uji ditentukan dengan pendekatan Microsoft Excel. Model polynomial yang memiliki nilai R2 yang paling tinggi menghasilkan skor IG yang tertinggi (Rimbawan dan Siagian 2004). Menurut FAO/WHO (1997), terdapat metode trapezoid yang sering digunakan dalam penentuan indeks glikemik pangan yang prinsipnya mengikuti perhitungan geometris dan penerapan aturan trapesium (trapezoid).

Page 6: Laporan Praktikum IG

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum dilakukan pada Jumat, 11 dan 18 September 2015 pukul 14.00-17.00 WIB di laboratorium kimia makanan, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan pengukuran indeks glikemik adalah roti, nasi, glukosa, dan darah responden. Alat yang diperlukan yaitu laptop, penggaris, alat tulis, dan millimeter blok.

Prosedur Kerja

A. Pengukuran Indeks GlikemikPercobaan pengukuran indeks glikemik menggunakan sampel roti dan nasi

dengan memakai glukosa sebagai standar. Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur kadar glukosa darah responden sebanyak 15 orang yang telah diberikan intervensi sampel (1 responden 1 jenis bahan pangan).

Responden diwajibkan berpuasa minimal 10 jam sebelum intervensi↓

Responden diambil darah untuk mengukur kadar glukosa darah (menit ke-0)↓

Diberikan intervensi pangan yang diuji setara 50 gram (1 responden 1 jenis bahan pangan)

↓Pangan yang diuji harus dikonsumsi responden dalam waktu maksimal 10 menit

↓Setelah diberikan perlakuan, responden diambil daranhnya berturut-turut pada

menit ke 15, 30, 45, 60, 90, 120.

Gambar 1 Prosedur pengukuran indeks glikemik

B. Perhitungan Skor Indeks GlikemikSemua data kadar glukosa darah responden yang telah terkumpul dientry

ke dalam microsoft excel dan dibuat kurva untuk diolah lebih lanjut. Pengolahan data untuk menentukan skor IG ada tiga metode yaitu polynomial, trapezoid dan luas bangun.Metode Polynomial

Metode polynomial merupakan metode yang memakai persamaan kuadrat dan integral.

Page 7: Laporan Praktikum IG

Dimasukkan data kadar glukosa darah responden dalam excel↓

Dibuat kurva dengan cara klik insert, pilih chart, dan pilih tipe kurva ↓

Pada garis kurva diklik kanan, lalu pilih add tendline↓

Dipilih grafik polynomial, display equation on chart, display R squared value↓

Diklik OK↓

Didapatkan persamaan kuadrat dari glukosa, roti, dan nasi↓

Dihitung luas kurva glukosa, roti, dan nasi dengan integral↓

Dihitung nilai IG sampel dengan cara luas kurva uji dibagi luas kurva standar dikali 100

↓Didapatkan nilai IG nasi dan roti

Gambar 2 Prosedur perhitungan skor IG metode polynomial

Metode TrapezoidPerhitungan skor IG dengan metode trapezoid didasarkan pada

perhitungan luas dibawah garis kurva dengan menggunakan rumus luas trapesium.

Dibuat kurva glukosa, roti, dan nasi pada kertas milimeter blok↓

Dibuat garis lurus dari titik kurva menuju titik x ↓

Dihitung setiap luas bangun dengan rumus luas trapesium↓

Dihitung nilai IG sampel dengan cara luas kurva uji dibagi luas kurva standar dikali 100

↓Didapatkan nilai IG nasi dan roti

Gambar 3 Prosedur perhitungan skor IG metode trapezoid

Metode Luas BangunMetode luas bangun merupakan metode perhitungan skor IG dengan cara

menghitung luas dibawah garis kurva dengan menggunakan rumus luas bangun.

Dibuat kurva glukosa, roti, dan nasi pada kertas milimeter blok↓

Dibuat garis lurus dari titik kurva menuju titik x ↓

Ditarik garis lurus sejajar sumbu x dari titik kurva yang terendah↓

Page 8: Laporan Praktikum IG

xx↓

Dihitung setiap luas bangun↓

Dihitung nilai IG sampel dengan cara luas kurva uji dibagi luas kurva standar dikali 100

↓Didapatkan nilai IG nasi dan roti

Gambar 4 Prosedur perhitungan skor IG metode luas bangun

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengolahan data untuk menghitung skor IG pangan pada praktikum kali ini menggunakan tiga metode, yaitu metode polynomial, trapezoid, dan luas bangun. Perbedaan hasil IG untuk ketiga metode ini dapat terlihat pada tabel 1.

Tabel 1 Hasil perhitungan IG pangan berdasarkan metode polynomial, luas bangun, dan trapezoid.

Pangan Nilai IGPolynomial Trapezoid Luas Bangun

Nasi 18.69 83.12 33.11Roti Tawar 45.83 99.04 40.63

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode polynomial dan luas bangun, skor IG roti maupun nasi memiliki skor kurang dari 55 sehingga termasuk dalam kategori pangan dengan skor IG rendah sedangkan hasil perhitungan menggunakan metode trapezoid menunjukkan roti dan nasi termasuk dalam kategori pangan dengan skor IG tinggi karena memiliki skor IG lebih dari 70. Kategori pangan menurut IG dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu IG tinggi (>70), sedang (55-70), dan rendah (<55) (Kirpitch dan Maryniuk 2011).

Data skor IG yang didapatkan dari metode yang berbeda menghasilkan skor IG yang berbeda pula. Perbedaan skor IG tiap jenis pangan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perbedaan proses pengolahan, kadar protein dan kadar lemak pangan, kadar amilosa dan amilopektin, kadar serat, komposisi molekul karbohidrat, komposisi monosakarida, keasaman, struktur matriks (Brouns et al. 2005). Skor IG pangan yang sama merk ataupun sama jenis dapat memiliki nilai IG yang berbeda yang disebabkan oleh adanya perbedaan proses pengolahan. Demikian halnya dengan jenis pangan yang berbeda (Powell et al. 2002). Proses pengolahan mempengaruhi ukuran partikel dan tingkat gelatinisasi pati. Semakin kecil ukuran partikel pangan maka semakin luas penampang total sehingga semakin mudah enzim bekerja. Hal tersebut menyebabkan nilai IG menjadi tinggi. Roti mengalami proses pengolahan yang berbeda dengan nasi. Perbedaan tersebut

Page 9: Laporan Praktikum IG

menyebabkan skor indeks glikemik roti berbeda dengan skor indeks glikemik nasi.

Faktor lain yang mempengaruhi perbedaan skor indeks glikemik nasi dengan roti tawar adalah kadar amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polimer glukosa yang tidak bercabang sedangkan amilopektin merupakan polimer glukosa yang bercabang. Struktur amilopektin yang bercabang menyebabkan struktur ikatan lebih mudah terpotong dan lebih mudah dicerna sehingga skor IG lebih tinggi (Brouns et al. 2005). Bahan baku pembuatan roti berbeda dengan nasi. Jenis pangan yang berbeda memiliki kadar lemak, protein, serat, komposisi molekul karbohidrat, kandungan pati resistan, dan struktur matriks yang berbeda. Perbedaan tersebut menghasilkan skor indeks glikemik yang berbeda.

Berdasarkan hasil pengamatan, skor IG nasi dan roti tawar yang didapatkan berdasarkan metode trapezoid lebih besar dibandingkan metode luas bangun dan polynomial. Skor IG berdasarkan rumus polynomial memiliki nilai yang paling rendah diantara ketiga metode. Perhitungan skor IG baik menggunakan metode polynomial, trapezoid, dan luas bangun diawali dengan menebarkan data kadar glukosa darah dalam sumbu y dan waktu pengambilan darah (menit) dalam sumbu x. Skor IG hasil perhitungan menggunakan rumus polynomial lebih rendah dibandingkan metode trapezoid dan luas bangun. Menurut Rimbawan (2004), kurva polynomial respon glikemik pangan uji ditentukan menggunakan pendekatan Microsoft Excel. Skor IG pangan diperoleh dengan cara membandingkan luas daerah di bawah kurva antara respon glukosa pangan kontrol dan uji. Luas daerah bawah kurva tersebut dihitung dengan mengintegralkan persamaan persamaan kuadrat masing-masing pangan terhadap waktu yang didapat dari kurva yang dibuat menggunakan aplikasi Microsoft Excel.

Skor IG pangan menggunakan metode trapezoid memberikan nilai yang lebih besar dari metode luas bangun dan polynomial. Metode trapezoid digunakan untuk menghitung indeks glikemik pangan dengan mengikuti perhitungan geometris dan trapesium (trapezoid) (FAO 1997). Perhitungan luas bangun dibawah kurva menggunakan metode trapezoid dilakukan dengan menghitung masing-masing luas bangun yang terbentuk (luas trapesium) dari titik nol dan kemudian menjumlahkan masing-masing luas bangun untuk mendapatkan total luas bangun untuk pangan uji maupun kontrol. Skor IG didapatkan dengan membandingkan total luas bangun dibawah kurva pangan uji dengan pangan kontrol.

Skor IG pangan menggunakan metode luas bangun memiliki nilai yang berbeda pula dengan kedua metode lainnya. Skor IG pada metode ini juga didapatkan dengan cara membandingkan total luas bangun dibawah kurva pangan uji dengan pangan kontrol. Metode luas bangun dilakukan dengan cara menarik garis pada masing-masing titik kurva dengan acuan dari titik kurva terendah. Total luas bangun pada metode ini didapatkan dengan menghitung luas masing-masing bangun yang terbentuk dibawah kurva dari garis titik terendah kurva, kemudian dijumlahkan masing-masing luas bangun tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, skor IG pangan dari metode polynomial, trapezoid, dan luas bangun yang berbeda dapat disebabkan oleh berbedanya prinsip dan cara perhitungan yang dipakai setiap metode untuk mendapatkan data

Page 10: Laporan Praktikum IG

luas bangun dibawah kurva untuk pangan kontrol (glukosa) dan pangan uji (nasi dan roti tawar).

Berdasarkan hasil praktikum, metode yang paling tepat dan direkomendasikan untuk menghitung indeks glikemik pangan adalah metode trapezoid, karena skor IG hasil perhitungan metode inilah yang paling mendekati indeks glikemik pangan nasi dan roti tawar menurut literatur. Menurut Thompson et al. (2012), nasi putih memiliki indeks glikemik 80 dan literatur lainnya menyebutkan bahwa indeks glikemik nasi nilainya sekitar 46-97. Skor IG nasi hasil pengamatan yang paling mendekati literatur adalah skor IG berdasarkan metode trapezoid yaitu sebesar 83.12, sedangkan skor IG berdasarkan kedua metode lainnya jauh berbeda dengan literatur. Menurut FAO (1997) roti memiliki nilai IG sebesar 100, sedangkan menurut Scrinis (2013) dan Gibson (2010), nilai indeks glikemik untuk roti adalah 75. Sedangkan hasil pengamatan skor IG roti berdasarkan metode polynomial, trapezoid, dan luas bangun berturut-turut adalah 45.83, 99.04, dan 40,63. Dapat dilihat bahwa indeks glikemik pangan roti tawar metode trapezoid yang paling mendekati literatur.

Praktikum ini memiliki beberapa kelemahan. Responden untuk setiap jenis pangan uji (nasi dan roti) dan standar (glukosa) berbeda. Berdasarkan referensi, reponden yang digunakan untuk pengujian skor indeks glikemik untuk setiap pangan uji maupun standar harus orang yang sama (Brouns et al. 2005). Responden yang berbeda untuk setiap jenis pangan menyebabkan skor IG setiap pangan uji tidak dapat dibandingkan dan memungkinkan menghasilkan data yang kurang akurat dikarenakan respon glikemik setiap individu berbeda. Selain itu, jumlah responden minimal yang direkomendasikan adalah 10 orang sedangkan pada praktikum yang dilakukan, jumlah responden yang digunakan hanya 5 orang. Keterbatasan jumlah responden tersebut dapat mempengaruhi keakuratan data yang dihasilkan. Kelemahan lain dari praktikum ini yaitu adanya kesalahan pada persiapan praktikum. Berdasarkan literatur, responden diharuskan berpuasa selama 8-12 jam sebelum mengonsumsi pangan yang akan diukur indeks glikemiknya agar dapat menormalkan kembali glukosa darah dan nilainya tidak terpengaruh oleh makanan yang dikonsumsi sebelumnya (Arkray 2001). Pada praktikum ini, tidak semua responden melakukan puasa selama 8-12 jam. Beberapa responden melakukan puasa lebih dari 12 jam sehingga ketika dilakukan pengambilan darah pada menit ke-0 untuk mengetahui kadar glukosa darah, tubuh responden sudah mengalami glikogenolisis yang menyebabkan kadar glukosa darah pada menit ke-0 tinggi. Hal ini menyebabkan hasil pengkuran skor indeks glikemik kurang mendekati nilai yang sebenarnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Perhitungan skor indeks glikemik pangan uji menggunakan metode berbeda menghasilkan skor yang berbeda. Metode trapezoid menghasilkan skor

Page 11: Laporan Praktikum IG

indeks glikemik yang mendekati literatur. Nasi dan roti termasuk pangan tinggi indeks glikemik.

Saran

Responden yang diberikan intervensi pangan sebaiknya individu yang sama untuk setiap pangan yang diujikan. Jumlah responden harus sesuai dengan standar yang telah ditentukan yaitu minimal 10 orang. Jadwal praktikum sebaiknya pagi hari sehingga memudahkan responden dalam melaksanakan prosedur puasa 8-12 jam.

DAFTAR PUSTAKA

Arif AB, Budiyanto A, Hoerudin. 2013. Nilai indeks glikemik produk pangan dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Arkray. 2001. Instruction Manual for Glucometer. Kyoto (JP): Arkray Corp.Bean A. 2014. Food for Fitness: How to Eat for Maximum Performance. London

(UK): Bloomsbury Publishing Plc.Brouns F, Bjorck I , Frayn KN, Gibbs AL, Lang V, Slama G, Wolever TMS.

2005. Glycaemic index methodology. J Nutrition Research Reviews 18, 145–171.

FAO/WHO Report of an FAO/WHO Expert Consultation on carbohydrates, Rome April 14–18 1997 Italy. Carbohydrates in Human Nutrition, Rome, Italy FAO. 1997. (FAO Food and Nutrition paper no. 66.)

Gibson N. 2010. Development of a rapid assessment method for the glycaemic index [disertasi]. Pretoria (SA): University of Pretoria

Haliza W, Purwani E Y, Yuliani S. 2006. Evaluasi kadar pati tahan cerna dan nilai indeks glikemik mi sagu. J. Teknologi dan Industri Pangan. 17:149-152.

Kirpitch AR dan Maryniuk MD. 2011. The 3 R's of Glycemic index: recommendations, research, and the real world. Diaclin J. 29 (4) : 155-159. doi: 10.2337/diaclin.29.4.155

Marsono Y, Wiyono P dan Noor Z. 2002. Indeks glikemik kacang-kacangan. J. Teknologi dan Industri Pangan 13 (3): 53-55.

Powell KF, Holt SHA, Miller JCB. 2002. International table of glycemic index and glycemic load values. Am J Clin Nutr. 76 : 5-56.

Raghild AL, Axelsen M, Raben A. 2004. Glycemic Index :Relevance for Health, Dietary Recommendations, and Nutritional Labelling. Scandinavian J. Nutr. 48 (2): 84-94.

Rimbawan, Siagian A. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Rohman A, Helmiyati S, Hapsari M, Setyaningrum D. 2014. Rice ini health and nutrition. J. International Food Research. 21(1): 13-24

Page 12: Laporan Praktikum IG

Scrinis G. 2013. Nutritionism: The Scienceand Politics of Diet Advice. Ney York (US): Columbia University Press.

Smith LW. 2010. The Everything Glycemic Index Cookbook. Avon MA (US): Adams Media

Thompson S, Winham D, Hutchins A. 2012. Bean and rice meals reduce postprandial glycemic response in adults with type 2 diabetes: a cross-over study. Nutrition Journal. 11:23.

Widowati S, Santosa S, Astawan M, Akhyar. 2009. Penurunan indeks glikemik berbagai varietas beras melalui proses pratanak. J. Pascapanen 6(1): 1-9

Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi Ed. Terbaru. Bogor (ID): Mbrio.World Health Organization. 2006. Physical status: The Use and Interpretation of

Anthropometry. Geneva (CH): WHO Technical Report.

LAMPIRAN

Gambar

Gambar 1 Grafik kadar glukosa darah subjek terhadap pangan kontrol (glukosa standar) metode Polynomial

Page 13: Laporan Praktikum IG

Gambar 2 Grafik kadar glukosa darah subjek terhadap pangan uji (nasi) metode Polynomial

Gambar 3 Grafik kadar glukosa darah subjek terhadap pangan uji (roti tawar) metode Polynomial

Gambar 4 Grafik kadar glukosa darah subjek terhadap pangan kontrol (glukosa standar) metode Trapezoid

A D E FCB

Page 14: Laporan Praktikum IG

Gambar 5 Grafik kadar glukosa darah subjek terhadap pangan uji (nasi) metode Trapezoid

Gambar 6 Grafik kadar glukosa darah subjek terhadap pangan uji (roti tawar) metode Trapezoid

Gambar 7 Grafik kadar glukosa darah subjek terhadap pangan kontrol (glukosa standar) metode luas bangun

A B C D E F

A B C D E F

A FEDCB

Page 15: Laporan Praktikum IG

Gambar 8 Grafik kadar glukosa darah subjek terhadap pangan uji (nasi) metode luas bangun

Gambar 9 Grafik kadar glukosa darah subjek terhadap pangan uji (roti tawar) metode luas bangun

Tabel Hasil Percobaan

Tabel 2 Respon kadar glukosa darah subjek terhadap pangan kontrol (glukosa)

Responden Waktu (menit)0 15 30 45 60 90 120

1 134 137 126 140 119 119 882 103 107 129 143 144 81 753 110 137 142 157 161 154 954 96 129 155 154 155 143 1005 110 119 115 128 125 98 77

Rata-rata (mg/dL)

111 126 133 144 141 119 87

B C D E F

A B EC

A

D F

Page 16: Laporan Praktikum IG

Tabel 3 Respon kadar glukosa darah subjek terhadap pangan uji (nasi)

Responden Waktu (menit)0 15 30 45 60 90 120

1 104 137 129 119 101 90 872 96 88 107 123 113 96 993 110 101 114 93 100 84 1034 110 136 125 98 108 87 1005 101 101 108 108 98 100 108

Rata-rata (mg/dL)

104 113 117 108 104 91 99

Tabel 4 Respon kadar glukosa darah subjek terhadap pangan uji (roti tawar)

Responden Waktu (menit)0 15 30 45 60 90 120

1 101 106 107 123 123 94 812 107 107 119 129 119 133 110`3 115 112 139 128 132 149 1064 107 107 117 115 131 128 1215 120 114 131 157 150 155 121

Rata-rata (mg/dL) 110 109 123 130 131 132 108

Contoh Perhitungan

Perhitungan skor IG menggunakan metode Polynomial :Pangan uji 1 (roti tawar) y1= - 2.302 x2 + 20.09 x + 86.05Pangan standar (glukosa) y2= - 4.907 x2 + 36.50 x + 75.11

Luas y1 = )

= [ 0|120

= [ -

[

= 1170978

Luas y2 = 75.11)

= [ 0|120

Page 17: Laporan Praktikum IG

= [ -

[

= 2554618.8

Skor IG roti tawar =

=

= 45.83Perhitungan skor IG menggunakan metode Trapezoid :

Pangan uji 2 (nasi) Luas bangun =

Skor IG nasi =

= 83.12Perhitungan skor IG menggunakan metode luas bangun :

Glukosa standar: Luas bangun =

= 472.5

Pembagian Tugas

Nama Tugas Tanda tanganIklimatul Khoeriah Pendahuluan, lampiran

Aizzatun Nissa Metode

Rinawati Pembahasan 2

Zella Rizky Sanjaya Tinjauan pustaka

Wuri Wulandari Pembahasan 1

Zukhruf Editor, kesimpulan dan

saran