Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

72
TUGAS MATA KULIAH TEKNOLOGI PANGAN FUNGSIONAL LAPORAN PRAKTIKUM UJI INDEKS GLIKEMIK Disusun Oleh Kelompok 1: Riska Wulandari 121710101016 Pratiwi Loelianda 121710101012 Rizki Nur Achmad 121710101036 Ari Yoga Utomo 121710101023 Jannatun Na’im 121710101010 JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

description

wfgh

Transcript of Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

Page 1: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

TUGAS MATA KULIAH TEKNOLOGI PANGAN FUNGSIONAL

LAPORAN PRAKTIKUM UJI INDEKS GLIKEMIK

Disusun Oleh Kelompok 1:

Riska Wulandari 121710101016

Pratiwi Loelianda 121710101012

Rizki Nur Achmad 121710101036

Ari Yoga Utomo 121710101023

Jannatun Na’im 121710101010

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 2: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi, perkembangan tingkat kesejahteraan suatu negara

berdampak pada perubahan gaya hidup, termasuk pola makan. Tingginya

konsumsi gula dan lemak pada pola makan dapat menyebabkan terjadinya

obesitas yang memicu terjadinya penyakit diabetes mellitus (DM). Salah satu

upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan memiliki

usia produktif yang panjang adalah dengan cara mengatur pola makan

sesuai dengan kondisi tubuh. Pengetahuan tentang hal tersebut sangatlah

penting sehingga dalam memilih makanan dan jumlah yang dikonsumsi sesuai

kebutuhan dan karakteristik kondisi tubuh. Makanan dapat membantu

memulihkan kesehatan melalui berbagai manfaat kandungan gizi yang

dimilikinya (Rusilanti 2008).

Bila seseorang mengidap penyakit tertentu maka haruslah mempelajari

cara pengaturan makanan yang sesuai dengan sifat dari penyakit tersebut dan

seberapa banyak zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Kekeliruan dalam

mengkonsumsi makanan dapat berakibat fatal bagi penderita. Kondisi ini

dapat dihindari bila kita memahami makanan yang dianjurkan dan yang harus

dihindari untuk penyakit tersebut (Rusilanti 2008). Salah satu hal yang penting

dalam mengatur kesehatan tubuh yaitu dengan menambah pengetahuan

bagaimana memilih makanan yang cocok untuk kontrol gula darah.

Karbohidrat merupaka salah satu sumber terbesar yang memiliki peranan

penting dalam pengaturan kesehatan tubuh, namun kecepatan peningkatan

kadar gula darah berbeda untuk setiap jenis pangan sumber karbohidrat yang

dikonsumsi. Oleh sebab itu pemilihan sumber karbohirat yang akan

dikonsumsi menjadi penting. Selain itu mengetahui nilai IG beberapa jenis

pangan sumber karbohirat juga perlu mengingat reaksi perubahan kadar gula

darah tiap bahan pangan. Dengan demikian, kita dapat mengetahui berapa

Page 3: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

kadar glukosa pada makanan yang dikonsumsi sehingga adanya peningkatan

penyakit di dalam tubuh dapat diminimalisir.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum yaitu untuk mengetahui kadar glukosa pada makanan

yang dikonsumsi

Page 4: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

BAB 2. METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Alat

a. Jarum

b. Alat mengukur kadar gula

c. Alat pengambilan darah

2.1.2 Bahan

a. Brokoli

b. Pepaya

c. Buncis

d. Apel

e. Sawi

f. Mangga

g. Bayam

h. Pisang

i. Buah kenitu

j. Alpukat

k. Roti

l. Alkohol 70 %

m. Kapas

n. Strip

o. Latens

Page 5: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

2.2 Skema Kerja

Subjek

Puasa sesuai waktu

yang ditentukan

Berbuka sesuai waktu

yang ditentukan

Memakan pangan uji

yang telah disediakan

Catat hasil waktu selesai

makan

Tunggu ± 1,5 jam

Pengambilan darah di UMC sebanyak

6x dengan waktu yang berbeda

(15’ dan 30’)

Catat hasil kadar gula dan

hitung IG

Page 6: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

BAB 3. DATA PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN

3.1 Data Pengamatan3.1.1 Produk Sayur dan Buah

Nama

Produk Pangan (Jam

makan produk)

TahapRentanWaktu

UlanganJam

Pengambilan (WIB)

Jam Real Pengambilan (WIB)

Kadar Gula

(mg∕dL)

Jannatun Naim

Brokoli (06.00 WIB)

1

15 menit

1 08.15 08.08 86

15 menit

2 08.30 08.24 89

15 menit

3 08.45 08.39 89

15 menit

4 09.00 08.54 85

2

30 menit

1 09.30 09.34 81

30 menit

2 10.00 10.04 80

Maulandha A. Khunandy

Pepaya(06.00 WIB)

1

15 menit

1 08.15 08.10 95

15 menit

2 08.30 08.25 92

15 menit

3 08.45 08.40 84

15 menit

4 09.00 08.55 91

2

30 menit

1 09.30 09.35 95

30 menit

2 10.00 10.05 87

Annisa Mardianti

Buncis (06.00 WIB)

1

15 menit

1 08.15 08.11 102

15 menit

2 08.30 08.26 97

15 menit

3 08.45 08.41 90

15 menit

4 09.00 08.56 94

2 30 menit

1 09.30 09.36 87

Page 7: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

30 menit

2 10.00 10.07 87

Ambar Ismaya

BuahApel(06.00 WIB)

1

15 menit

1 08.15 08.13 99

15 menit

2 08.30 08.28 99

15 menit

3 08.45 08.43 89

15 menit

4 09.00 08.58 100

2

30 menit

1 09.30 09.38 91

30 menit

2 10.00 10.08 86

Hera Fatmawati

Sawi(06.00 WIB)

1

15 menit

1 08.15 08.13 124

15 menit

2 08.30 08.29 121

15 menit

3 08.45 08.44 113

15 menit

4 09.00 09.02 122

2

30 menit

1 09.30 09.38 118

30 menit

2 10.00 10.09 113

Triska Dessy K

Mangga(06.00 WIB)

1

15 menit

1 08.15 08.17 89

15 menit

2 08.30 08.32 86

15 menit

3 08.45 08.47 80

15 menit

4 09.00 09.05 81

2

30 menit

1 09.30 09.40 83

30 menit

2 10.00 10.10 81

Iqbal Adifatiyan S

Bayam (06.00 WIB)

115 menit

1 08.15 08.14 96

15 menit

2 08.30 08.30 97

15 menit

3 08.45 08.45 92

15 4 09.00 09.04 89

Page 8: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

menit

2

30 menit

1 09.30 09.40 96

30 menit

2 10.00 10.10 90

Dinar Maharani D

Pisang (06.00 WIB)

1

15 menit

1 08.15 08.19 91

15 menit

2 08.30 08.34 93

15 menit

3 08.45 08.49 91

15 menit

4 09.00 09.06 89

2

30 menit

1 09.30 09.42 95

30 menit

2 10.00 10.12 89

M Imam Asrori

Buah Kenitu(06.00 WIB)

1

15 menit

1 08.15 08.16 100

15 menit

2 08.30 08.31 101

15 menit

3 08.45 08.46 97

15 menit

4 09.00 09.05 100

2

30 menit

1 09.30 09.41 102

30 menit

2 10.00 10.11 101

Tri LestariAlpukat(06.00 WIB)

1

15 menit

1 08.15 08.21 87

15 menit

2 08.30 08.36 87

15 menit

3 08.45 08.51 76

15 menit

4 09.00 09.07 83

2

30 menit

1 09.30 09.43 85

30 menit

2 10.00 10.13 74

Page 9: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

3.1.2 Produk Roti Tawar

Nama

Produk Pangan (Jam makan produk)

TahapRentanWaktu

UlanganJam Pengambilan (WIB)

Jam Real Pengambilan (WIB)

Kadar Gula (mg∕dL)

Jannatun Naim

Roti Tawar (11.00 WIB)

1

15 menit 1 08.15 13.18 10415 menit 2 08.30 13.33 9915 menit 3 08.45 13.48 8915 menit 4 09.00 14.03 83

230 menit 1 09.30 14.33 7930 menit 2 10.00 15.03 77

Maulandha A. Khunandy

Roti Tawar (11.10 WIB)

1

15 menit 1 08.15 13.25 11615 menit 2 08.30 13.40 12015 menit 3 08.45 13.55 12415 menit 4 09.00 14.12 137

230 menit 1 09.30 14.44 11430 menit 2 10.00 15.14 114

Annisa Mardianti

Roti Tawar (11.15 WIB)

1

15 menit 1 08.15 13.22 10315 menit 2 08.30 13.37 9915 menit 3 08.45 13.52 9515 menit 4 09.00 14.07 75

230 menit 1 09.30 14.37 6430 menit 2 10.00 15.08 79

Ambar Ismaya

Roti Tawar(06.00 WIB)

1

15 menit 1 08.15 13.20 10515 menit 2 08.30 13.35 8815 menit 3 08.45 13.50 7715 menit 4 09.00 14.06 71

230 menit 1 09.30 14.36 7430 menit 2 10.00 15.06 73

Hera Fatmawati

Roti Tawar(11.00 WIB)

1

15 menit 1 08.15 13.20 18415 menit 2 08.30 13.35 14215 menit 3 08.45 13.51 13015 menit 4 09.00 14.07 111

230 menit 1 09.30 14.37 9730 menit 2 10.00 15.07 91

Triska Dessy K

Roti Tawar (12.16 WIB)

1

15 menit 1 08.15 14.39 9715 menit 2 08.30 14.54 9815 menit 3 08.45 15.09 9415 menit 4 09.00 15.24 94

230 menit 1 09.30 15.54 11230 menit 2 10.00 16.24 86

Iqbal Adifatiyan

Roti Tawar (11.00

115 menit 1 08.15 13.21 11815 menit 2 08.30 13.36 10615 menit 3 08.45 13.52 98

Page 10: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

S WIB)

15 menit 4 09.00 14.08 77

230 menit 1 09.30 14.38 8630 menit 2 10.00 15.08 83

Dinar Maharani D

Roti Tawar (11.00 WIB)

1

15 menit 1 08.15 13.20 10915 menit 2 08.30 13.35 10715 menit 3 08.45 13.50 10815 menit 4 09.00 14.05 114

230 menit 1 09.30 14.35 10530 menit 2 10.00 15.05 78

M Imam Asrori

Roti Tawar (11.00 WIB)

1

15 menit 1 08.15 13.22 8415 menit 2 08.30 13.38 8815 menit 3 08.45 13.53 9015 menit 4 09.00 14.09 95

230 menit 1 09.30 14.39 9530 menit 2 10.00 15.09 89

Tri LestariRoti Tawar (11.20 WIB)

1 15 menit 1 08.15 13.35 13815 menit 2 08.30 13.50 12515 menit 3 08.45 14.05 11915 menit 4 09.00 14.20 95

230 menit 1 09.30 14.50 6730 menit 2 10.00 15.20 70

3.2 Hasil Perhitungan

Kelompok⅀ AUC Pangan Uji

(mg dl-1 menit)⅀ AUC Pangan Standar

(mg dl-1 menit)IG (%)

1A 9775 6850,5 142,69

2A 9780 8675 115,39

3A 9868 8546,5 115,46

4A 10787,5 8249 130,7734

5A 12456 12232,5 101.827

6A 9336,5 10372,5 90,0121

7A 10801 9692 111,44242

8A 10362 10927,5 94,8

9A 11545 9801 117,79

10A 9208,5 9892,5 93,085671

Page 11: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Indeks Glikemik Pangan

Indeks glikemik (IG) adalah tingkatan pangan menurut efeknya

terhadap gula darah. Pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan cepat

memiliki IG tinggi. Sebaliknya, pangan yang menaikkan kadar gula darah

dengan lambat memiliki IG rendah. Indeks glikemik bahan pangan

dipengaruhi oleh kadar amilosa, protein, lemak, serat, dan daya cerna pati.

Daya cerna pati merupakan kemampuan pati untuk dapat dicerna dan diserap

dalam tubuh. Karbohidrat yang lambat diserap oleh tubuh, akan menghasilkan

kadar glukosa darah yang rendah dan berpotensi mengendalikan kadar glukosa

darah.

Menurut Rimbawan 2004 dalam Bawal 2010, indeks glikemik adalah

respon glukosa darah terhadap makanan dibandingkan dengan respon glukosa

darah terhadap glukosa murni. Indeks glikemik berguna untuk menentukan

respon glukosa darah terhadap jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi.

Indeks glikemik bahan makanan berbeda-beda tergantung pada fisiologi

tubuh, bukan pada kandungan bahan makanan. Indeks Glikemik (IG)

merupakan indikator kenaikan kadar gula darah dalam waktu 3 jam yang

semakin meningkat setelah makan sesuatu. Selanjutnya kenaikan yang terjadi

ini dibandingkan dengan glukosa sebagai standarnya. Glukosa sebagai standar

memiliki indeks glikemik 100 (Hartono, A. 2009). Menurut Rimbawan dan

Siagian 2004 nilai IG dapat diartikan secara intuitif sebagai persentase pada

skala mutlak dan biasanya dikategorikan sebagai berikut:

1. IG rendah, rentang IG <55

2. IG sedang, rentang IG 55 – 70 diantaranya : beras merah, nasi putih, es

krim, kismis, gula meja, nanas, roti putih, dan lain-lain

3. IG tinggi, rentang IG > 70 diantaranya : wortel, semangka, madu, rice

instant, corn flakes, dan lain-lain (Bawal 2010).

Page 12: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Glikemik

Indeks Glikemik dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya sebagai

berikut:

a. Proses Pengolahan

Dewasa ini teknik pengolahan pangan menjadikan pangan tersedia

dalam bentuk, ukuran dan rasa yang lebih enak. Proses penggilingan

menyebabkan struktur pangan menjadi halus sehingga pangan tersebut mudah

dicerna dan diserap. Pangan yang mudah cerna dan diserap menaikan kadar

gula darah dengan cepat. Penumpukan dan penggilingan biji-bijian

memperkecil ukuran partikel sehingga mudah menyerap air menurut Liljeberg

dalam buku Indeks Glikemik Pangan, makin kecil ukuran partikel maka IG

pangan makin tinggi. Butiran utuh serealia, seperti gandum menghasilkan

glukosa dan insulin yang rendah. Namun ketika biji-bijian digiling sebelum

direbus, respon glokusa dan insulin mengalami peningkatan yang bermakna

(Rimbawan dan Siagian 2004).

b. Kadar Amilosa dan Amilopektin

Amilosa adalah polimer gula sederhana yang tidak bercabang. Struktur

yang tidak bercabang ini membuat amilosa terikat lebih kuat sehingga sulit

tergelatinisasi akibatnya mudah cerna.Sementara Amilopektin-polimer gula

sederhana memiliki ukuran molekul lebih besar dan lebih terbuka sehingga

mudah tergelatinisasi akibatnya mudah cerna. Penelitian terhadap pangan yang

memiliki kadar amilosa dan amilopektin berbeda menunjukkan bahwa kadar

glukosa darah dan respon insulin lebih rendah setelah mengkonsumsi pangan

berkadar amilosa tinggi daripada pangan berkadar amilopektin tinggi.

Sebaliknya bila kadar amilopektin pangan lebih tinggi daripada

amilosa,respon gula darah lebih tinggi (Rimbawan dan Siagian 2004).

c. Kadar Gula dan Daya Osmotik Pangan

Pengaruh gula secara alami terdapat didalam pangan dalam berbagai

porsi terhadap respon gula darah sangat sulit diprediksi. Hal ini dikarenakan

pengosongan lambung diperlambat oleh peningkatan konsumsi gula apapun

strukturnya (Sarwono 2002).

Page 13: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

d. Kadar Serat Pangan

Menurut Miller dalam buku Indeks Glikemik Pangan, Pengaruh serat

pada IG pangan tergantung pada jenis seratnya.bila masih utuh serat dapat

bertindak sebagai penghambat fisik pada pencernaan. Akibatnya IG cenderung

melebihi rendah. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa kacang-kacangan

atau tepung biji-bijian memiliki IG rendah (30 – 40). Menurut Rimbawan dan

Siagian (2004) serat kasar mempertebal kerapatan atau ketebalan campuran

makanan dalam saluran pencernaan. Hal ini memperlambatnya lewatnya

makanan pada saluran pencernaan dan menghambat pergerakan enzim.

Dengan demikian proses pencernaan menjadi lambat dan akhirnya respon gula

darah menjadi lebih rendah.

e. Kadar Lemak dan Protein Pangan

Pangan berkadar lemak dan protein tinggi cenderung memperlambat

laju pengosongan lambung. Dengan demikian laju pencernaan makanan di

usus halus juga diperlambat. Oleh karena itu pangan berkadar lemak tinggi

cenderung memiliki IG lebih rendah daripada sejenis berkadar lemak lebih

rendah (Rimbawan dan Siagian 2004).

f. Kadar Anti Gizi Pangan

Menurut Rimbawan dan Siagian (2004) beberapa pangan secara

alamiah mengandung zat yang dapat menyebabkan keracunan bila jumlahnya

besar. Zat tersebut dinamakan zat anti gizi. Beberapa zat anti gizi tetap aktif

walaupun sudah melalui proses pemasakan. Zat anti gizi pada biji-bijian dapat

memperlambat pencernaan karbohidrat didalam usus halus. Akibatnya IG

pangan menurun.

4.3 Jenis-Jenis Indeks Glikemik

Jenis dari indeks glikemik dibedakan menjadi 3 yaitu indeks glikemik

rendah, sedang dan tinggi. Nilai Indeks Glikemik adalah sebagai berikut :

a. IG rendah, rentang IG <55

b. IG sedang, rentang IG 55 – 70

Page 14: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

c. IG tinggi, rentang IG > 70

Makanan dengan indeks glikemik tinggi memiliki kandungan serat

yang lebih rendah, sedangkan indeks glikemik yang rendah memiliki

kandungan serat yang tinggi. Semakin berserat makanan yang dimakan, maka

semakin lama pula tubuh dalam mencerna makanan tersebut.

4.4 Tabel Indeks Glikemik

Jenis makanan

Nama Indeks Glikemik

Takaran Saji(gram)

Beban Glikemik

BAKERY

Tortila gandum

30 50 8

Sponge cake 46 63 17Cake pisang dengan gula

47 60 14

Tortilla jagung

52 50 12

Cake pisang tanpa gula

55 60 12

Roti hamburger

61 30 9

Pita berad 68 30 10Roti putih 71 30 10Roti gandum utuh

71 30 9

Bagel putih 72 70 25Baguette putih

95 30 15

Sereal Nasi merah 50 150 14Oatmeal 55 250 13Jagung rebus 60 150 20Muesli 66 30 16Oatmeal instan

83 250 30

Nasi putih 89 150 43Cornflake 93 30 23

Minuman Jus apel tanpa pemanis

44 250ml 30

Jus jeruk tanpa pemanis

50 250ml 12

Soft drink 68 250ml 23Dairy product Susu skim 32 250ml 4

Page 15: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

Yoghurt rendah lemak dengan buah

33 200 11

Susu penuh lemak

41 250ml 5

Es krim 57 50 6Buah-buahan Jeruk bali 25 120 3

Pear 38 120 4Apel 39 120 6Jeruk 40 120 4Peach kalengan

40 120 5

Peach 42 120 5Pear kalengan 43 120 5Anggur 59 120 11Pisang 62 120 16Kismis 64 60 28Semangka 72 120 4

Kacang-kacangan

Kacang tanah 7 50 0Kacang kedelai

15 150 1

Kacang mede asin

27 50 3

Kacang merah

29 150 7

Kacang hitam 30 150 7Kacang panggang

40 150 6

Pasta Fettucini 32 180 15Macaroni 47 180 23Spaghetti direbus 20 menit

58 180 26

Makanan ringan

Keripik jagung asin

42 50 11

Keripik kentang

51 50 11

Berondong jagung tawar

55 50 12

Pretzel 83 20 6Sayuran Wortel 35 30 16

Green peas 51 80 2Talas 54 80 4Ubi 70 150 20Mashed 87 150 22

Page 16: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

potato instanLain-lain Chicken

nuggets dipanaskan di microwave

46 150 17

Madu 61 100 7Sumber : Nutrition Almanak, 2007

4.5 Metode Uji Indeks GlikemikPada metode uji indeks glikemik, yang dilakukan pertama kali yaitu

menyiapkan subyek penelitian. Biasanya jumlah subyek yang dibutuhkan

sebanyak 10 orang. Pengambilan subyek sebanyak 10 orang tersebut harus

mengikuti penelitian indeks glikemik sebagaimana telah disebutkan dalam

keaslian penelitian. Jumlah subyek yaitu 10 orang ini cukup representative

untuk menentukan indek glikemik. Pengambilan subyek ini harus memiliki

kriteria inklusi subyek sebagai berikut :

1. Bukan penyandang Diabetes Mellitus

2. IMT normal, yaitu 18,5-22,9 (Grundy et al., 2005)

3. Ukuran lingkar pinggang < 90 cm untuk pria dan < 80 cm untuk wanita

(Hartono and Andry, 2006).

4. Usia 20-25 tahun

Alat yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Peralatan mengukur glukosa darah berupa glukometer One Touch UltraTM (Life Scan Johnson & Johnson Co) dan test strip

2. Peralatan analisis proksimat seperti oven, desikator, alat destilasi, timbangan analit, labu erlenmeyer, cawan porselin, dan pipet

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Roti tawar

Roti tawar yang digunakan sebagai standar merupakan roti tawar buatan

sendiri dengan resep standar.

Komposisi : tepung terigu, garam, susu skim bubuk, yeast, margarin.

b. Sponge cake sukun (hasil pertanian yang memiliki kandungan karbohidrat)

Page 17: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

Komposisi: gula, telur, tepung komposit, margarin, dan baking soda. Tepung komposit

Sponge cake merupakan campuran tepung sukun dengan tepung terigu dengan perbandingan 40 : 60 (40 untuk tepung sukun dan 60 tepung terigu). Campurkan gula dan kuning telur, aduk hingga rata. Tambahkan putih telur dan tepung komposit (tepung sukun dan tepung terigu), kemudian margarin. Setelah tercampur dimasukan ke dalam loyang. Panggang 30-45 menit dengan suhu 1500C.

c. Reagen untuk analisis proksimat

Prosedur Perlakuan Penelitian

Metode analisa data

1. Hasil pemeriksaan glukosa darah puasa, 30 menit, 60 menit, 90 menit, dan 120 menit setelah subjek mengkonsumsi bahan makanan standar berupa roti tawar dan makanan uji berupa spongecake sukun dimasukkan ke dalam tabel.

2. Menghitung luas area dibawah kurva dengan rumus (Margareth and Julia, 2006):

Page 18: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

Keterangan:

L = luas area dibawah kurva

t = Interval waktu pengambilan darah (30 menit)

Δ30 = selisih kadar glukosa darah 30 menit setelah beban dengan puasa

Δ60 = selisih kadar glukosa darah 60 menit setelah beban dengan puasa

Δ90 = selisih kadar glukosa darah 90 menit setelah beban dengan puasa

Δ120 = selisih kadar glukosa darah 120 menit setelah beban dengan puasa

3. Menghitung indeks glikemik

Luas area dibawah kurva respon glukosa darah setelah mengkonsumsi sponge cake sukun

IG = X 100

4. Menghitung available karbohidrat (Marsono et al., 2003)

Total karbohidrat setara gula = gula + (1,1) x pati

5. Menghitung beban glikemik (Campbell, 2011)

BG = X 100

4.6 Penerapan Indeks Glikemiks

Penerapan indeks glikemik digunakan untuk mengklasifikasikan

pangan berkarbohidrat berdasarkan pengaruh fisiologisnya terhadap kadar

glukosa darah. Secara metodologi, IG ditetapkan dengan cara membandingkan

luas area di bawah kurva respon glukosa darah dari pangan yang diuji

terhadap pangan rujukan yang disediakan. Secara umum pangan rujukan yang

direkomendasikan untuk uji IG yaitu glukosa (Brouns, 2005). Akan tetapi,

Page 19: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

untuk tujuan praktis pangan rujukan selain glukosa, seperti roti tawar juga

dapat digunakan (Wolever, 1991). Pada uji IG pangan, sebaiknya takaran saji

bahan pangan yang digunakan setara dengan 50 g karbohidrat tersedia.

Namun, untuk pangan dengan kandungan karbohidrat yang tersedia memiliki

jumlah rendah sampai sedang, takaran karbohidrat yang tersedia dapat

diturunkan menjadi 25 g untuk menghindari takaran saji yang terlalu besar

(Jenkins et al, 1981). Secara metabolik, pangan dengan IG rendah dan tinggi

dapat dibedakan berdasarkan kecepatan pencernaan dan penyerapan glukosa,

serta fluktuasi kadar glukosa dalam darah. Seperti dijelaskan oleh Jenkins et al

(1981), pangan dengan IG rendah memiliki karakteristik yang dapat

menyebabkan proses pencernaan di dalam perut berjalan lambat, sehingga laju

pengosongan perut (gastric emptying rate) berlangsung dengan lambat. Hal ini

mengakibatkan suspensi pangan yang telah mengalami pencernaan di perut

(chyme) lebih lambat mencapai usus kecil, sehingga pencernaan karbohidrat

lebih lanjut dan penyerapan glukosa di usus kecil terjadi secara lambat.

Demikian pula, pada pangan ber-IG rendah, sebagian besar penyerapan

glukosa terjadi di usus kecil bagian atas (duodenum) dan bagian tengah

(jejunum). Pada akhirnya, fluktuasi kadar glukosa darah pun relatif kecil yang

ditunjukkan dengan menurunnya kurva respon glikemik. Dengan karakteristik

metabolik tersebut, pangan dengan IG rendah dapat mengurangi respon

glikemik dan insulin, sehingga secara keseluruhan dapat memperbaiki kadar

glukosa dan lemak darah, baik pada pasien diabetes melitus, maupun pada

orang sehat. Proses sebaliknya terjadi pada pangan dengan IG tinggi. Pada

pangan dengan IG tinggi, laju pengosongan perut, pencernaan karbohidrat dan

penyerapan glukosa akan berlangsung lebih cepat. Sebagian besar penyerapan

glukosa hanya terjadi di usus kecil bagian atas sehingga kurva respon

glikemik mengalami kenaikan fluktuasi kadar glukosa darah. Meningkatnya

konsumsi pangan ber-IG rendah berkorelasi dengan menurunnya risiko

perkembangan penyakit-penyakit kronis, seperti diabetes, kardiovaskular, dan

kanker. Oleh karena itu, menurut Premanath et al (2011), sebagai konsep

nutrisi, IG lebih bermanfaat dibandingkan klasifikasi kimia karbohidrat seperti

Page 20: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

karbohidrat sederhana dan kompleks, gula dan pati, dan karbohidrat tersedia

dan tidak tersedia. Dalam penerapannya, konsumsi ragam pangan dengan IG

rendah sangat baik terutama pada kondisi diperlukannya pengendalian respon

glikemik yang ketat. Secara global, badan resmi yaitu FAO dan WHO telah

merekomendasikan nilai IG untuk mengklasifikasikan pangan berkarbohidrat

dengan tabel komposisi pangan sebagai panduan dalam konsumsi pangan.

4.7 Metabolisme glukosa dalam tubuh

Dalam kehidupan sehari-hari, tubuh selalu mempertahankan kadar

glukosa dalam darah secara konstan, yaitu sekitar 80-100 mg/dl bagi dewasa

dan 80-90 mg/dl bagi anak, walaupun pasokan makanan dan kebutuhan

jaringan berubah-ubah sewaktu kita tidur, makan, dan bekerja (Cranmer H. et

al. 2009). Kadar glukosa yang rendah di dalam tubuh, yaitu hipoglikemia

dapat dicegah dengan pelepasan glukosa dari simpanan glikogen hati yang

besar melalui jalur glikogenolisis dan sintesis glukosa dari laktat, gliserol, dan

asam amino di hati melalui jalur glukonoegenesis dan melalui pelepasan asam

lemak dari simpanan jaringan adiposa. Sedangkan apabila kadar glukosa darah

yang tinggi yaitu hiperglikemia dapat dicegah oleh perubahan glukosa

menjadi glikogen dan perubahan glukosa menjadi triasilgliserol di jaringan

adiposa. Keseimbangan glukosa di dalam tubuh dapat dilakukan dengan

berpuasa. Karena selama berpuasa terjadi keseimbangan antar jaringan dalam

menggunakan dan menyimpan glukosa (Ferry R.J.,2008). Metabolisme di

dalam tubuh dapat dibagi menjadi beberapa proses diantaranya sebagai

berikut:

a. Metabolisme glukosa di hati

Jaringan pertama yang dilewati melalui vena hepatika adalah hati. Di

dalam hati, glukosa dioksidasi dalam jalur-jalur yang menghasilkan ATP

untuk memenuhi kebutuhan energi segera sel-sel hati dan sisanya diubah

menjadi glikogen dan triasilgliserol. Insulin meningkatkan penyerapan dan

penggunaan glukosa sebagai bahan bakar, dan penyimpanannya sebagai

glikogen serta triasilgliserol. Simpanan glikogen dalam hati bisa mencapai

Page 21: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

maksimum sekitar 200-300 g setelah makan makanan yang mengandung

karbohidrat. Sewaktu simpanan glikogen mulai penuh, glukosa akan mulai

diubah oleh hati menjadi triasilgliserol (Marks D. B. et al., 2000) .

b. Metabolisme glukosa di jaringan lain

Glukosa dari usus, yang tidak dimobilisis oleh hati, akan mengalir

dalam darah menuju ke jaringan perifer. Glukosa akan dioksidasi menjadi

karbon dioksida dan air. Banyak jaringan misalnya otot menyimpan glukosa

dalam jumlah kecil dalam bentuk glikogen (Raghavan V. A. et al.,2009).

c. Metabolisme glukosa di otak dan jaringan saraf

Otak dan jaringan saraf sangat bergantung kepada glukosa untuk

memenuhi kebutuhan energi. Jaringan saraf mengoksidasi glukosa menjadi

karbon dioksida dan air sehingga dihasilkan ATP. Apabila glukosa turun di

ambang di bawah normal, kepala akan merasa pusing dan kepala terasa ringan.

Pada keadaan normal, otak dan susunan saraf memerlukan sekitar 150 g

glukosa setiap hari (Aswani V., 2010).

d. Metabolisme glukosa di sel darah merah

Sel darah merah hanya dapat menggunakan glukosa sebagai bahan

bakar. Ini kerana sel darah merah tidak memiliki mitok ndria, tempat

berlangsungnya sebagian besar reaksi oksidasi bahan seperti asam lemak dan

bahan bakar lain. Sel darah merah memperoleh energi melalui proses

glikolisis yaitu pengubahan glukosa menjadi piruvat. Piruvat akan dibebaskan

ke dalam darah secara langsung atau diubah menjadi laktat kemudian

dilepaskan. Sel darah merah tidak dapat bertahan hidup tanpa glukosa. Tanpa

sel darah merah, sebagian besar jaringan tubuh akan menderita kekurangan

energi karena jaringan memerlukan oksigen agar dapat sempurna mengubah

bahan bakar menjadi CO2 dan H2O (Aswani V., 2010).

e. Metabolisme glukosa di otot

Otot rangka yang sedang bekerja menggunakan glukosa dari darah

atau dari simpanan glikogennya sendiri, untuk diubah menjadi laktat melalui

glikosis atau menjadi CO2dan H2O. Setelah makan, glukosa digunakan oleh

otot untuk memulihkan simpanan glikogen yang berkurang selama otot

Page 22: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

bekerja melalui proses yang dirangsang oleh insulin. Otot yang sedang

bekerja juga menggunakan bahan bakar lain dari darah, misalnya asam-asam

lemak (Raghavan V. A. et al.,2009).

f. Metabolisme glukosa di jaringan adiposa

Insulin merangsang penyaluran glukosa ke dalam sel-sel adiposa.

Glukosa dioksidasi menjadi energi oleh adiposit. Selain itu, glukosa

digunakan sebagai sumber untuk membentuk gugus gliserol pada

triasilgliserol yang disimpan di jaringan adiposa (Bell D. S., 2001).

4.8 Kandungan Roti

Menurut SNI 1995, definisi roti adalah produk yang diperoleh dari

adonan tepung terigu yang diragikan dengan ragi roti dan dipanggang, dengan

atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan

yang diizinkan. Jenis roti yang beredar saat ini sangat beragam dan secara

umum roti biasanya dibedakan menjadi roti tawar dan roti manis atau roti isi.

Roti tawar adalah roti yang tidak ditambahkan rasa atau isi apapun, sehingga

rasanya tawar. Biasanya konsumen menambahkan sendiri isinya sesuai dengan

keinginan dan selera masing-masing. Bisa diolesi margarin, ditaburi cokelat

mesis, diisi keju, diolesi selai buah, diisi telur, daging, atau kombinasi dari

berbagai bahan tersebut.

Menurut Gaman dan Sherington (1992), kandungan nutrien per

100 gram roti tawar dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi per 100 gram Roti Tawar

Nutrisi PersyaratanAir 39,0 gProtein 8,0 gTotal lemak 1,5 gKarbohidrat 50,0 gVitamin dan Mineral 1,5 g

Sumber : Gaman dan Sherington (1992)

Berdasarkan kandungan nutrisi yang terdapat di dalam roti tersebut

dapat diketahui bahwa roti tawar memiliki banyak kandungan karbohidrat

sehingga roti tawar biasa digunakan sebagai pengganti nasi.

Page 23: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

4.9 Analisa Data

Grafik 1. Tabel Indeks Glikemik Bahan Pangan Buah dan Sayuran

Berdasarkan grafik diatas diperoleh nilai IG pada brokoli sebesar

142,690%; papaya sebesar 115,398%; buncis sebesar 115,46%; apel sebesar

130,773; sawi sebesar 101,807%; mangga sebesar 90,012%; bayam sebesar

111,442%; buah pisang sebesar 94,8%; buah kenitu sebesar 117,79% dan

buah alpukat sebesar 93,085%. Dari nilai IG yang diperoleh, dapat dilihat

bahwa hasil uji indeks glikemik berbagai bahan pangan (sayur dan buah)

menunjukkan hasil yang sangat berbeda bila dibandingkan dengan hasil

penelitian (literatur) sebelumnya. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa

IG (indeks glikemik) tertinggi hingga terendah yaitu pada sayur brokoli

dengan IG sebesar 142,69% berdasarkan praktikum. Hal ini tidak sesuai

dengan literatur yang menyatakan bahwa sayur brokoli hanya memiliki IG

20%. Buah apel memiliki IG sebesar 130,773% berdasarkan praktikum,

namun literatur menyatakan bahwa IG buah apel sebesar 38%. Buah kenitu

memiliki IG sebesar 117,79% dalam praktikum, namun untuk literatur

mengenai nilai IG buah kenitu masih belum didapatkan. Buah pepaya

memiliki nilai IG sebesar 115,39, namun literatur menyatakan bahwa IG buah

Page 24: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

pepaya sebesar 60%. Pada sayur buncis, nilai IG yang diperoleh pada saat

praktikum sebesar 115,46%, namun literatur menyatakan bahwa IG sayur

buncis memiliki IG sebesar 32%. Pada buah pisang, nilai IG yang diperoleh

sebesar 111,442%, namun literatur menyatakan bahwa IG sayur bayam

memiliki nilai IG sebesar 20%. Nilai indeks glikemik pisang adalah 59%

sedangkan hasil pengukuran dalam praktikum sebesar 94,8%. Sedangkan

untuk Alpukat dan mangga memiliki indeks glikemik 36% dan 52%

sedangkan hasil perhitungan selama praktikum didapatkan hasil 93,0857%

dan 90,0121%. Semua data yang disajikan dalam grafik diatas menunjukkan

bahwa nilai IG selama praktikum memiliki perbedaan yang sangat signifikan,

dibandingkan dengan literatur.

Perbedaan data tersebut dapat dikarenakan oleh pengambilan sampling

setiap orang yang berbeda-beda, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai acuan

terhadap indeks glikemik suatu bahan. Namun apabila orang tersebut

sebelumnya telah diberi perlakuan khusus dan benar–benar dikontrol, maka

dapat dijadikan acuan terhadap indeks glikemik. Menurut Rimbawa dan

Sagiana (2004) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nilai indeks

glikemik diantaranya proses pengolahan bahan, ukuran partikel, kadar amilosa

dan amilopektin, kadar gula dan daya osmotik pangan, kadar lemak dan

protein pangan, kadar anti gizi pangan serta kadar serat yang dikandung oleh

pangan tersebut.

Proses pengolahan akan menyebabkan pangan menjadi ke dalam

bentuk, ukuran, dan rasa yang berbeda menyebabkan struktur pangan tersebut

menjadi halus sehingga pangan tersebut lebih mudah dicerna dan diserap.

Semakin mudahnya bahan pangan diserap oleh tubuh, maka akan terjadi

peningkatan glukosa darah yang menyebabkan pankreas mensekresikan

insulin lebih banyak.

Ukuran partikel sangat memengaruhi proses gelatinisasi pati saat

pembuatan roti, sehingga ukuran butiran pati yang semakin kecil akan

menjadikan semakin rentan terhadap proses pendegradasian oleh enzim. Hal

Page 25: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

tersebut akan mempercepat proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat

pati, sehingga dapat dikatakan semakin kecil ukuran partikel maka semakin

tinggi nilai IG pangan tersebut. Apabila nilai indeks glikemik suatu bahan

memiliki nilai yang jauh dari literatur, maka dapat dikatakan bahwa seseorang

yang diuji memiliki kadar gula yang tinggi.

Kandungan pati di dalam pangan terdiri dari dua jenis yang berbeda,

yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa adalah polimer glukosa sederhana

yang tidak bercabang, sehingga lebih terikat dengan kuat serta lebih sulit

tergelatinisasi dan tercerna. Sementara itu, amilopektin adalah polimer

glukosa sederhana yang bercabang serta memiliki ukuran molekul lebih besar

dan lebih terbuka sehingga lebih mudah tergelatinisasi dan dicerna oleh tubuh.

Berdasarkan dari berbagai penelitian, pangan yang memiliki proporsi amilosa

lebih tinggi dibandingkan amilopektin akan memiliki nilai IG yang lebih

rendah, begitu juga sebaliknya. Pengaruh gula secara alami terdapat didalam

pangan dalam berbagai porsi terhadap respon gula darah sangat sulit

diprediksi. Hal ini dikarenakan pengosongan lambung diperlambat oleh

peningkatan konsumsi gula apapun strukturnya (Sarwono 2002).

Menurut Miller dalam buku Indeks Glikemik Pangan, Pengaruh serat

pada IG pangan tergantung pada jenis seratnya.bila masih utuh serat dapat

bertindak sebagai penghambat fisik pada pencernaan. Akibatnya IG cenderung

melebihi rendah. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa kacang-kacangan

atau tepung biji-bijian memiliki IG rendah (30 – 40). Menurut Rimbawan dan

Siagian (2004) serat kasar mempertebal kerapatan atau ketebalan campuran

makanan dalam saluran pencernaan. Hal ini memperlambatnya lewatnya

makanan pada saluran pencernaan dan menghambat pergerakan enzim.

Dengan demikian proses pencernaan menjadi lambat dan akhirnya respon gula

darah menjadi lebih rendah.

Pangan berkadar lemak dan protein tinggi cenderung memperlambat

laju pengosongan lambung. Dengan demikian laju pencernaan makanan di

usus halus juga diperlambat. Oleh karena itu pangan berkadar lemak tinggi

cenderung memiliki IG lebih rendah daripada sejenis berkadar lemak lebih

Page 26: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

rendah (Rimbawan dan Siagian 2004). Menurut Rimbawan dan Siagian (2004)

beberapa pangan secara alamiah mengandung zat yang dapat menyebabkan

keracunan bila jumlahnya besar. Zat tersebut dinamakan zat anti gizi.

Beberapa zat anti gizi tetap aktif walaupun sudah melalui proses pemasakan.

Zat anti gizi pada biji-bijian dapat memperlambat pencernaan karbohidrat

didalam usus halus. Akibatnya IG pangan menurun. Adanya peningkatan

kadar gula juga dikarenakan proses metabolisme di dalam tubuh. Karena

semakin lambat tubuh melakukan metabolisme, maka kadar gula yang

dihasilkan akan semakin banyak. Selain itu, subyek yang digunakan juga

dapat mempengaruhi penurunan nilai IG karena subyek yang gemuk akan

cenderung cepat lapar dimana kadar glukosa darah mereka akan cepat turun

sebagai respon terhadap kebutuhan energi dan metabolisme basal yang lebih

tinggi bila dibandingkan dengan orang yang lebih kurus.

Tinggi rendahnya IG pada buah disebabkan oleh adanya serat. Serat di

dalam buah akan memperlambatnya laju transportasi makanan pada saluran

pencernaan dan menghambat pergerakan enzim. Dengan demikian proses

pencernaan menjadi lambat dan akhirnya respon gula darah menjadi lebih

rendah. Rendahnya IG buah juga dikarenakan kandungan fruktosa tinggi

sehingga proses penyerapan fruktosa diusus kecil terjadi lebih lambat

dibandingkan monosakarida lainnya (Uusitupa, 1994) yaitu melalui proses

difusi yang difasilitasi glucose transporters 5 (GLUT5) (Ferraris, R.P., 2001).

Di samping itu, setelah diserap, fruktosa secara cepat akan ditarik dari

peredaran darah dan mengalami metabolisme di hati sehingga tidak

menimbulkan respon glikemik yang tinggi (Wolever, 1995). Jika terjadi

peningkatan IG buah dikarenakan oleh tingginya konsentrasi glukosa karena

proses penyerapan glukosa di usus kecil terjadi melalui transport aktif yang

difasilitasi penghantar khusus berupa sodium-glucose transport protein 1

(SGLT1) dan glucose transporter 2 (GLUT2). Nilai IG juga dapat dipengaruhi

dari tingkat kematangan bahan tersebut, sehingga tingkat kematangan suatu

bahan harus diketahui terlebih dahulu agar dapat dibandingkan dengan

Page 27: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

literatur. Apabila bahan pangan tersebut telah masak optimal, maka dapat

dikatakan bahwa bahan tersebut memiliki kadar gula yang cukup tinggi.

Perbedaan yang signifikan ini juga dapat dikarenakan penanganan

pada bahan pangan yang digunakan, seperti penepungan. Penepungan

menyebabkan ukuran partikel suatu bahan kecil dan memperluas permukaan

sehingga dapat mempercepat pencernaan dan penyerapan pada suatu bahan

pangan. Karena menurut literatur semakin tinggi daya cerna dan daya serap

suatu makanan maka akan semakin naik kadar gula darah sehingga nilai IG

akan semakin tinggi pula. Selain itu juga dapat dikarenakan ketidakdisiplinan

subjek saat mengkonsumsi pangan dan lama pengkonsumsian subjek terhadap

bahan yang dikonsumsi juga mempengaruhi peningkatan nilai IG, kita ketahui

semakin lama mengkonsumsi suatu makanan semakin cepat penyerapan yang

akan terjadi. Dari semua nilai IG pada bahan pangan sayur dan buah termasuk

dalam IG tinggi, berdasarkan literatur yang mengatakan nilai IG diatas 75%

termasuk IG tinggi. Tingginya nilai IG pada hasil praktikum dari bahan

pangan yang digunakan semua tidak sesuai dengan literatur yang ada, karena

menurut literatur buah dan sayur seperti brokoli, pepaya, buncis, apel, sawi,

mangga, bayam, pisang, kenitu dan alpukat memiliki nilai IG sedang hingga

rendah.

Page 28: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah diakukan, dapat disimpulkan sebagai

berikut :

a. Indeks glikemik (IG) adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap

gula darah

b. Indeks glikemik pangan dipengaruhi oleh proses pengolahan bahan,

ukuran partikel, kadar amilosa dan amilopektin, kadar gula dan daya

osmotik pangan, kadar lemak dan protein pangan, kadar anti gizi pangan

serta kadar serat yang dikandung oleh pangan tersebut

c. Roti tawar digunakan ssebagai acuan standar pada pengukuruan IG karena

memiliki kandungan karbohidrat yang cukup banyak

d. Dari hasil perhitungan IG dapat diketahui bahwa IG pada brokoli sebesar

142,690%; papaya sebesar 115,398%; buncis sebesar 115,46%; apel

sebesar 130,773; sawi sebesar 101,807%; mangga sebesar 90,012%;

bayam sebesar 111,442%; buah pisang sebesar 94,8%; buah kenitu sebesar

117,79% dan buah alpukat sebesar 93,085%.

e. Hasil IG pada literature brokoli sebesar 20%; buah apel sebesar 130,773%;

IG buah kenitu belum didapatkan; buah pepaya sebesar 60%; sayur buncis

sebesar 32%; sayur bayam sebesar 20%; buah pisang sebesar 94,8%: buah

alpukat sebesar 93,0857% dan mangga sebesar 90,0121%

5.2 Saran

a. Sebaiknya waktu untuk konsumsi pangan uji dilakukan secara bersamaan

agar data yang dihasilkan tidak banyak terjadi perbedaan

b. Sebaiknya tidak terjadi miskom antara asisten satu dengan asisten lainnya

agar saat pengerjaan laporan tidak membingungkan praktikan

Page 29: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

DAFTAR PUSTAKA

Aswani V., 2010. How Well Do You Understand Blood Glucose Levels.Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/438144[Accesed 20 Oktober 2014]

Bawal Hot. 2010. Penelitian Indeks Glikemik. Macarell Dekker Inc

Bell D. S., 2001. Importance of Postprandial Glucose Control. South Med J. 2001; 94(8). USA: Lippincott Williams & Wilkins. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/ 410819 [Accesed 20 Oktober 2014]

Brouns, F., I. Bjorck, K.N. Frayn, A.L. Gibbs, V. Lang, G. Slama, and T.M.S. Wolever. 2005. Glycaemicindex methodology. Nutrition Research Reviews,. 18(1):145-171.

BSN. 1995. SNI Roti 01-3840-1995. Dewan Standarisasi Nasional. Departemen Perindustrian.

Campbell, B. 2011. Glycemic Load Vs. Glycemic Index. Diakses dari www.nsac-lift.org pada tanggal 27 Juni 2013

Cranmer H., Shannon M., 2009. Hypoglycemia. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/802334-overview [Accesed 20 Oktober 2014]

Ferry R. J., 2008. Fructose 1,6-Diphosphatase Deficiency. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/943882- overview [Accesed 20 Oktober 2014]

Ferraris, R.P., 2001. Dietary And Developmental Regulation Of Intestinal Sugar Transport. Biochemical Journal, 360:265-276.

Gaman, P. M, Dan K. B. Sherrington. 1992. Ilmu Pangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Grundy, S. M. 2005. Metabolic syndrome: therapeutic considerations. Handbook Exp Pharmacol 170, 107–133.

Hartono, A. D. 2009. Pemanfaatan Tepung Ubi Jalar Madu (Ipomea Batatas var Kretek) sebagai Pengganti Tepung Terigu dan Gula dalam Pembuatan

Page 30: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

Roti Tawar Kaya Betakaroten. Semarang : Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian, UNIKA Soegijapranata. Skripsi.

Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diit Rumah Sakit, Edisi 2. Jakarta: EGC

Jenkins DJA, Wolever TMS, Taylor RH, Barker H, Fielden H, Baldwin JM, Bowling AC, Newman HC, Jenkins AL, Goff DV. 2012. Glycemic index of foods: a physiological basis for carbohydrate exchange. American Journal of Clinical 94 Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian Vol 8 (2), Nutrition.1981; 34:362-366.

Margareth J. 2006. Pemanfaatan Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Klon BB00105.10 Sebagai Bahan Dasar Produk Olahan Goreng Serta Evaluasi Mutu Gizi dan Indeks Glikemiknya [Skripsi]. Bogor: Institute Pertanian Bogor.

Marks D. B., MarksA. D., Smith C. M., 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Edisi Ke-1. Jakarta: EGC. Judul Asli; Basic Medical Biochemistry:A Clinical Approach.

Marsono, Y., P. Wiyono, dan Z. Noor. 2003. Indeks Glisemik Kacang-kacangan. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 13 (3) :2003.

Premanath M, Gowdappa HM, Mahesh M, Babu MS. 2011. A study of glycemic index of ten Indian fruits by an alternate approach. E-International Scientific Research Journal.; 3(1):11-18.

Raghavan V. A., Kline G. A., Corenblum B., 2009. Glucose-6 Phosphatase Deficiency.Available from:http://emedicine.medscape.com/article/119184-overview [Accesed 20 Oktober 2014]

Rimbawan, Siagian. 2004. Indeks Glikemik Pangan Cara Mudah Memilih Pangan yang Menyehatkan. Jakarta : Penerbit Swadaya

Rusilanti. 2008. Menu Sehat untuk Pengidap Diabetes Melitus. Jakarta : Kawan Pustaka.

Sarwono.2002. Indeks Glikemik Berbagai Makanan Di Indonesia. Jakarta : UI

Uusitupa, M., 1994. Fructose In the Diabetic Diet. American Journal of Clinical Nutrition. 59:753S–757S.

Page 31: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

Wolever, T.M.S., D.J. Jenkins, A.L. Jenkins, and R.G. Josse, The glycemic index: methodology and clinical implications. American Journal of Clinical Nutrition, 1991. 54:846-854.

Page 32: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

Lampiran data perhitungan

Kelompok 1

Nama subjek : Jannatun Na’im

Produk : Brokoli

AUC uji 1 =

=

=

= 87,5 x 16 = 1400

AUC uji 2 =

=

=

= 89 x 15 = 1335

AUC uji 3 =

=

=

= 87 x 15 = 1305

Page 33: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

AUC uji 4 =

=

=

= 83 x 40 = 3320

AUC uji 5 =

=

=

= 80,5 x 30 = 2415

AUC uji total 1400+1335+1305+3320+2415 = 9775

Produk : roti tawar

AUC standart 1 =

=

=

= 101,5 x 15 = 1522,5

AUC standart 2 =

Page 34: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

=

=

= 94 x 15 = 1410

AUC standart 3 =

=

=

= 86 x 15 = 1290

AUC standart 4 =

=

=

= 81 x 18 = 1458

AUC standart 5 =

=

=

= 78 x 30 = 1170

Page 35: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

AUC stndart total = = 6850,5

IG =

=

= 1,426903146

= 142, 6903146%

Kelompok 2

Bahan : Pepaya

AUC uji 1 =

=

=

= 93,5 x 15 = 1402,5

AUC uji 2 =

=

=

= 88 x 15 = 1320

Page 36: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

AUC uji 3 =

=

=

= 92,5 x 15 = 1387,5

AUC uji 4 =

=

=

= 93 x 30 = 2790

AUC uji 5 =

=

=

= 96x 30 = 2880

AUC uji total = 1402,5+1320+1387,5+2790+2880 = 9780

Bahan : roti tawar

AUC standart 1 =

Page 37: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

=

=

= 101 x 15 = 1515

AUC standart 2 =

=

=

= 97 x 15 = 1455

AUC standart 3 =

=

=

= 85 x 15 = 1275

AUC standart 4 =

=

=

= 69,5 x 30 = 2085

Page 38: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

AUC standart 5 =

=

=

= 71,5x 30 = 2145

AUC stndart total =

= 8475

IG =

=

= 115,39823%

Kelompok 3

Bahan : Buncis

AUC Uji :

AUC Uji 1:

AUC Uji 2:

AUC Uji 3:

Page 39: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

AUC Uji 4:

AUC Uji 4:

Jumlah AUC uji :

Bahan : Roti tawar

AUC Standart:

AUC Standart 1:

AUC Standart 2:

AUC Standart 3:

AUC Standart 4: 0

AUC Standart 5:

Jumlah AUC standar :

IG =

=115,46 %

Kelompok 4

Bahan : buah apel

Page 40: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

AUC =

AUC uji 1 = = = 99 x 15 = 1485 mg dL-1menit

AUC uji 2 = = = 94 x 15 = 1410 mg dL-1menit

AUC uji 3 = = = 94,5 x 15 = 1417,5 mg dL-1menit

AUC uji 4 = = = 95,5 x 40 = 3820 mg dL-1menit

AUC uji 5 = = = 88,5 x 30 = 2655 mg dL-1menit

AUC uji total = 1485+1410+1417,5+3820+2655 = 10787,5 mg dL-1menit

Bahan : roti tawar

AUC standart 1 = = = 96,5 x 15 = 1447,5 mg dL-1menit

AUC standart 2 = = = 82,5 x 15 = 1237,5 mg dL-1menit

AUC standart 3 = = = 74 x 16 = 1184 mg dL-1menit

AUC standart 4 = = = 72,5 x 30 = 2175 mg dL-1menit

AUC standart 5 = = = 73,5 x 30 = 2205 mg dL-1menit

AUC stndart total = = 8249 mg

dL-1menit

Page 41: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

IG =

=

= 130,7734%

Kelompok 5

- AUC uji (sawi)

1)

2)

3)

4)

5)

- AUC standar (roti)

1)

2)

3)

4)

Page 42: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

5)

%IG = x 100% = x 100% =

= x 100% = 101,827%

Kelompok 6

Mangga

AUC Uji 1 =

AUC Uji 2 =

AUC Uji 3 =

AUC Uji 4 =

AUC Uji 5 =

AUC Standar (roti tawar):

AUC Uji 1 =

Page 43: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

AUC Uji 2 =

AUC Uji 3 =

AUC Uji 4 =

AUC Uji 5 = 2970

IG =

Kelompok 7

Bahan: Bayam

AUC uji 1 =

=

=

= 96,5 x 16 = 1544

AUC uji 2 =

Page 44: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

=

=

= 94,5 x 15 = 1417,5

AUC uji 3 =

=

=

= 90,5 x 19 = 1719,5

AUC uji 4 =

=

=

= 92,5 x 36 = 3330

AUC uji 5 =

=

=

= 93 x 30 = 2790

Page 45: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

AUC uji total = 1544 + 1417,5 + 1719,5 + 3330 + 2790 = 10801

Bahan : roti tawar

AUC standart 1 =

=

=

= 112 x 15 = 1680

AUC standart 2 =

=

=

= 102 x 16 = 1632

AUC standart 3 =

=

=

= 87,5 x 16 = 1400

AUC standart 4 =

Page 46: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

=

=

= 81,5 x 30 = 2445

AUC standart 5 =

=

=

= 84,5 x 30 = 2535

AUC stndart total = 1632

= 9692

IG =

=

= 111,44242%

Kelompok 8

Bahan : buah pisang

AUC uji 1 =

=

Page 47: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

=

= 99 x 15 = 1380

AUC uji 2 =

=

=

= 92 x 15 = 1380

AUC uji 3 =

=

=

= 90 x 17 = 1530

AUC uji 4 =

=

=

= 92 x 36 = 3312

AUC uji 5 =

Page 48: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

=

=

= 92 x 30 = 2760

AUC uji total = 1380+1380+1530+3312+2760 = 10362

Bahan : roti tawar

AUC standart 1 =

=

=

= 108 x 15 = 1620

AUC standart 2 =

=

=

= 107,5 x 15 = 1612,5

AUC standart 3 =

=

Page 49: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

=

= 111 x 15 = 1665

AUC standart 4 =

=

=

= 109,5 x 30 = 3285

AUC standart 5 =

=

=

= 91,5 x 30 = 2745

AUC stndart total = 1620+1612,5+1665+3285+2745

= 10927,5

IG =

=

= 94,8 %

Kelompok 9

Page 50: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

a. Produk Pangan Uji (Buah Kenitu)

AUC = x t

AUC1 = x 15

= 1507,5 mg dL-1menit

AUC2 = x 15

= 1485 mg dL-1menit

AUC3 = x 19

= 1871,5 mg dL-1menit

AUC4 = x 36

= 3636 mg dL-1menit

AUC5 = x 30

= 3045 mg dL-1menit

AUC Total = AUC1 + AUC2 + AUC3 + AUC4 + AUC5

= 1507,5 + 1485+ 1871,5+ 3636 + 3045

= 11545 mg dL-1menit

b. Produk Pangan Acuan (Roti Tawar)

AUC1 = x 16

= 1376 mg dL-1menit

AUC2 = x 15

= 1335 mg dL-1menit

Page 51: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

AUC3 = x 16

= 1480 mg dL-1menit

AUC4 = x 30

= 2850 mg dL-1menit

AUC5 = x 30

= 2760 mg dL-1menit

AUC Total = AUC1 + AUC2 + AUC3 + AUC4 + AUC5

= 1376 + 1335 + 1480 + 2850 + 2760

= 9801 mg dL-1menit

Nilai IG9 = x 100%

= x 100%

= 117,79 %

Kelompok 10

Bahan : Alpukat

AUC Uji:

AUC Uji 1:

AUC Uji 2:

Page 52: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

AUC Uji 3:

AUC Uji 4:

AUC Uji 5:

Jumlah AUC uji :

Bahan Roti tawar

AUC Standart:

AUC Standart 1:

AUC Standart 2:

AUC Standart 3:

AUC Standart 4:

AUC Standart 5:

Jumlah AUC standar :

IG = =93,085671 %

Page 53: Laporan Praktikum Ig Kel 1 Fix Bunda

Lampiran foto

Alat uji Kapas alkohol Jarum tusuk

Persiapan alat Pembersihan tangan Proses penusukan

Pengambilan darah Hasil