Laporan Praktek Kerja Lapangan All

36
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN PERBANYAKAN PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca L) DENGAN KULTUR JARINGAN DI KEBUN PLASMA NUTFAH PISANG MALANGAN GIWANGAN UMBULHARJO YOGYAKARTA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Kerja Lapangan Disusun oleh : Nama : Muhamad Said NIM : 06640022 PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2009

Transcript of Laporan Praktek Kerja Lapangan All

Page 1: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PERBANYAKAN PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca L)

DENGAN KULTUR JARINGAN DI KEBUN PLASMA NUTFAH PISANG MALANGAN GIWANGAN

UMBULHARJO YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Kerja Lapangan

Disusun oleh :

Nama : Muhamad Said

NIM : 06640022

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2009

Page 2: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

Halaman Pengesahan

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang berjudul :

“Perbanyakan Pisang Kepok Kuning (Musa paradisiaca L) Dengan Kultur

Jaringan”

Disusun oleh :

Nama : Muhamad Said

NIM : 06640022

Telah disetujui oleh pembimbing,

Yogyakarta,………………2009

Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing

Bambang Dwi Hatmoko, A.md. Jumailatus Solihah, S.Si. NIP. 19640618 199003 1 007 NIP. 19760624 200501 2 007

Ketua Prodi Biologi

Fakultas Sains dan Teknologi

Arifah Khusnuryani, M.Si NIP. 19750515 200003 2 001

Mengetahui

a.n Kepala Kantor Pertanian dan Kehewanan

Kepala UPT Kebun Pembibitan

Laksmi Kuswulandari, S.Pi

NIP. 19691006 199603 2 001

Page 3: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

DAFTAR ISI

i. Halaman Judul ............................................................................... i

ii. Halaman Pengesahan ................................................................... ii

iii.Kata Pengantar ............................................................................... iii

iv.Daftar Isi ........................................................................................... iv

v. Daftar Lampiran ............................................................................... v

I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 2

C. Batasan Masalah ................................................................... 2

D. Tujuan PKL ............................................................................... 2

E. Manfaat PKL ............................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3

A. Gambaran Umum Kebun Plasma Nutfah Pisang ................... 3

B. Biologi Pisang ................................................................... 4

C. Manfaat Tanaman Pisang ....................................................... 11

D. Pisang Kepok Kuning ....................................................... 12

E. Kultur Jaringan Pada Tanaman Pisang ............................... 12

F. Manfaat Kultur Jaringan Secara Umum ............................... 13

G. Kelebihan Dan Kekurangan Tahnik Kultur Jaringan ................... 13

H. Medium Dalam Kultur Jaringan ........................................... 14

III. METODE PELAKSANAAN PKL ........................................... 15

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ........................................... 15

B. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ........................................... 15

IV. HASIL DAN PEMBAHSAN ....................................................... 22

V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 27

A. Kesimpulan ............................................................................... 27

B. Saran ........................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 29

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 4: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

DAFTAR LAMPIRAN

A. Foto-foto Kegiatan PKL .............................................................. 30

B. Struktur Organisasi Kebun Plasma Nutfah Pisang ......................... 31

B. Surat Izin Kegiatan PKL .............................................................. 32

C. Surat Keterangan Telah Melaksanakan PKL .......................... 33

D. Lampiran Kegiatan Harian ............................................................. 34

Page 5: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan Rahmat Allah SWT penulis dapat

menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL), serta dapat menyelesaikan

penulisan laporan PKL dengan baik. Berkat Rahmat-Nyalah penulis sanggup

menjalankan niat untuk dapat menyelesaikan segala kegiatan PKL dengan baik

walaupun halanagn dan rintangan silih berganti menghadang.

Kegiatan PKL yang berjudul “Perbanyakan Pisang Kepok Kuing (Musa

paradisiaca L) Dengan Kultur Jaringan” ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur

Jaringan Kebun Plasma Nutfah Pisang kota Yogyakarta. Penyusunan Laporan ini

untuk memnuhi tugas Praktek Kerja lapangan.

Dalam penyusunan laporan ini, tidak sedikit kendala yang penulis hadapai namun

dengan keteguhan niat dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, akhirnya habis

gelap terbitlah terang dalam arti kata, penulispun dapat menyelesaikan penulisan

laporan ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima

kasih pada semua pihak yang telah membantu penyelesaian Laporan ini, terutama

kepada :

1. Ayah dan Ibuku tercinta, keluargaku tersayang, yang tidak henti-hentinya

mengirimkan Do’a hingga aku tetap tegar dan tidak kenal putus asa.

2. Ir. Udi Santosa selaku Kepala UPT Pembibitan dan Holtikultura yang telah

memberikan izin pada penulis untuk melaksanakan kegiatan PKL.

3. Mr Paul Aberfeld, yang selalu memberikan financial help.

4. Dra. Maizer Said Nahdi, M.S.i selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

5. Ibu Arifah Khusnuryani, M.Si selaku Kepala Program Studi Biologi yang

telah menjadi penanggung jawab kegiatan PKL.

6. Bapak Bambang Dwi Hatmoko, A.md. selaku pembimbing lapangan di Kebun

Plasma Nutfah Pisang yang telah sudi berbagi ilmu dan memberikan

bimbingan.

7. Ibu Jumailastus Solihah, S.Si selaku dosen pembimbing PKL yang telah

banyak memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis untuk

menyelesaikan penulisan laporan.

8. De Agil, yang telah memberikan jasa transportasi, pubilkasi serta

dokumentasi.

Page 6: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

9. Mbak Ani, Mbak Ambar, Mbak Titing, Mas Resna, Pak Darijan, Mas Slamet,

Mas Sugeng dan Pak Jumadiman. Yang telah mendampingi dan memberi

pengarahan selama melaksanakan kegiatan PKL.

10. Teman-teman seperjuangan selama melaksanakan PKL dan juga sahabat-

sahabat Biologi. Terimakasih atas kebersamaan dan dukungannya.

11. My Older Brother Muhtar, Mustafid. My Older Sister Sahiroh, Saimah dan

Wasiah, Thank for everything.

12. Teman-teman spesialku dirumah, Noni, Janah, Berlan, Rudy cs, Juki, Malik,

Bella dan Tino yang telah memberikan dukungan dan doa.

Kiranya, penyusunan laporan ini bisa bemanfaat bagi semua pihak, khususnya

penulis. Semoga Allah membalas segala kebaikan yang telah mereka lakukan. Amien.

Yogyakarta, Juli 2009

Penulis.

Page 7: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Masa depan lebih berharharga dari masa sekarang, itulah kata yang menjadi

pengacu semangat agar kehidupan semakin hari semakin baik, karena siapa yang

hari ini lebih baik dari hari yang kemarin maka dia termasuk orang yang

beruntung. Dalam hal ini pengenalan dalam dunia kerja untuk mahasiswa UIN

Sunan Kalijaga sangat penting untuk mengahadapi tantangan kehidupan di masa

depan. Dalam dunia kerja mahasiswa UIN dituntut untuk dapat bersaing dengan

mahasiswa lain baik dalam sekala nasional bahkan internasional. Guna

mempersiapkan hal itu, maka mahsiswa UIN Sunan Kalijaga khususnya fakultas

sains dan teknologi melakukan kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) yang

merupakan langkah awal perkenalan terhadap dunia kerja dan sebagai langkah

awal dalam menerapkan pengetahuan serta mempratekkan teori yang didapat

sewaktu kuliah dan juga dapat meningkatkan keterampilan kerja.

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kultivar pisang yang

cukup banyak, misalnya Ambon, Raja, Nangka, Emas dan kepok. Walaupun

tanaman pisang di Indonesia mempunyai kultivar yang sangat banyak tapi belum

dapat bersaing dalam pasar internasional karena permasalahan bibit yang unggul

serta kualitas yang baik. Namun demikian pisang termasuk buah yang memilki

potensi untuk di kelola secara intensif berorientasi agribisnis, di mana

pengembangan agribisnis mempunyai potensi ekonomi dan sosial yang cukup

tinggi, terutama dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat tani, perbaikan

gizi bahkan perbaikan ekspor. Melihat pentingnya pengembangan tanaman pisang

yang memiliki kualitas yang baik maka diharapkan dari kegiatan ini dapat

memberikan pengetahuan praktis perbanyakan pisang khusunya melalui tehnik

kultur jaringan, dimana jenis pisang yang digunakan adalah pisang kepok kuning

(Musa paradisiaca L). Pemilihan obyek ini dengan pertimbangan bahwa jenis

pisang ini mempunyai banyak manfaat dan dapat diolah untuk dijadikan produk

yang mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi.

Tanaman pisang umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan memakai

anakan pisang, selain itu bibit pisang juga dapat diperoleh dari bonggol tanaman

pisang itu sendiri yang dikenal dengan bibit bit atau belahan bonggol. Akan tetapi

hasil produk tanaman yang dihasilkan dengan cara itu tidak diperoleh bibit yang

unggul dan bermutu. Cara lain dari pengada’an bibit adalah dengan tehnik kultur

Page 8: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

jaringan yang saat ini sedang banyak dikembangkan karena tehnik kultur jaringan

merupakan metode penyediaan bibit yang bermutu yaitu bibit yang seragam

secara genetik dan fisik serta bebas dari segala jenis patogen yang berbahaya,

mempunyai sifat yang identik dengan induknya, mampu menghasilkan buah yang

bermutu tinggi dalam jumlah banyak selama kurun waktu tertentu.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses kultur jaringan pada pisang kepok kuning (Musa

paradisiaca L)?

2. Pisang kepok kuning mempunyai persentase keberhasilan kultur yang sangat

kecil, faktor apa yang menyebabkan persentase keberhasilan kultur sangat

kecil pada pisang kepok kuning?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan di kebun plasma nutfah

pisang ini adalah pada proses kultur jaringan pisang kepok kuning (Musa

paradisiaca L).

D. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Tujuan yang ingin dicapai pada Praktek Kerja Lapangan ini adalah :

1. Mahasiswa mengetahui proses Kultur Jaringan pada tumbuhan pisang,

khususnya pisang kepok kuning (Musa paradisiaca L).

2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami aplikasi ilmu yang telah

didapat di instansi terkait.

3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem kerja khususnya

sistem kerja di instansi terkait.

E. Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan maslah yang ada, maka Praktek

Kerja Lapangan ini bermanfaat untuk :

1. Mahasiswa dapat memahami proses kultur jaringan tumbuhan pisang

dalam skala laboratorium, khususnya pisang kepok kuning.

2. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat khususnya para petani untuk

mengetahui perbanyakan bibit tumbuhan pisang dengan tehnik kultur

jaringan.

3. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam dunia kerja yang terkait

dengan disiplin ilmu Biologi.

Page 9: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

4. Mahasiswa dapat menjadi penghubung untuk menjalin kerja sama dalam

pengembangan mutu pendidikan antara Instansi terkait dengan Perguruan

tinggi.

Page 10: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Kebun Plasma Nutfah Pisang

Kebun Plasma Nutfah Pisang dibangun sejak 1988 dan telah melaksanakan

pengumpulan, pemeliharaan, dan penyebarluasan koleksi berbagai jenis pisang.

Dengan lahan seluas 19.525 meter persegi, kebun ini telah mengembangkan sebanyak

346 varietas pisang tak hanya dari Indonesia, tapi juga dari luar negeri. Sejak 2005,

dirintis juga pengembangan kebun di Kebun Tegalrejo khususnya bagi tanaman

pisang yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Oleh Departemen Pertanian RI,

Kebun Plasma Nutfah Pisang Yogyakarta disebut sebagai kebun koleksi pelestarian

pisang terlengkap di Indonesia. Oleh sebab itu, sejak 2004 lalu kebun ini dirintis

sebagai Pusat Pisang Nasional dengan meningkatkan sarana prasarana pendukungnya.

Hingga kini, sarana dan prasarana yang telah ada di Kebun Plasma Nutfah Pisang

Yogyakarta antara lain :

1. Kebun Plasma Nutfah Pisang

2. Laboratorium Kultur Jaringan

3. Laboratorium Olahan

4. Rumah Aklimatisasi (tempat adaptasi bibit tanaman)

5. Gedung Promosi dan SDM.

Sejumlah varietas pisang seperti berbagai jenis pisang Ambon (Amerika, Taiwan,

Australia, Kongo, dan Suriname), pisang Mouli, pisang Ronggolawe, pisang Raja,

pisang Raja Bulu, pisang Emas, pisang Kepok, dll ada di Kebun Plasma Nutfah

Pisang Yogyakarta.

Dengan Kebun Plasma Nutfah Pisang Yogyakarta ini, diharapkan dapat

melestarikan, memanfaatkan, dan menyebarluaskan pisang bagi kepentingan yang

lebih berdayaguna. Kebun ini juga dapat menjadi wahana preservasi dan konservasi

lahan dalam kota. Rekreasi ilmiah juga dapat dilakukan di kebun ini, selain sebagai

fasilitas penelitian bagi mahasiswa dan umum yang ingin mengetahui tentang pisang

dan tentunya sebagai pendukung bagi pengembangan industri pisang (Anonim, 2009).

Page 11: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

B. Biologi Tanaman Pisang

1. Klasifikasi

Kedudukan tanaman pisang di dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

adalah sebagai berikut:

Divisoi : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiopermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Scitaminae

Familia : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa paradisiaca L. (Rukmana, 1999).

2. Morfologi

1). Morfologi tanaman pisang secara umum adalah :

A. Akar

Pohon pisang berakar rimpang, dan tidak mempunyai akar tunggang yang

berpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak berada di bagian bawah tanah,

akar ini tumbuh ke bawah sampai kedalaman 75-150 cm. Sedangkan akar

yang berada di bagian samping umbi batang tumbuh ke samping atau

mendatar. Dalam perkembangannya, akar samping bisa mencapai ukuran 4-5

meter (Satuhu dan Supriyadi, 2005).

B. Batang

Batang sebenarnya terdapat dalam tanah, yakni berupa umbi batang,

di bagian atas umbi batang terdapat titik tumbuh yang menghasilkan daun dan

pada suatu saat akan tumbuh bunga pisang (jantung), sedangkan yang berdiri

tegak di atas tanah dan sering dianggap batang adalah batang semu. Batang

semu ini terbentuk dari pelapah daun panjang yang saling melengkapi dan

menutupi dengan kuat sehingga berdiri tegak seperti batang tanaman. Batang

semu tingginya antara 192-240 cm dengan diameter 8,1-14,3 (Satuhu dan

Supriyadi, 2005).

C. Daun

Daun pisang letaknya tersebar, tidak mempunyai tulang pinggir yang

menguatkan lembaran daun. Helaian daun berbentuk langset memanjang, pada

bagian bawahnya berlilin. Daun ini diperkuat oleh tangkai daunyang

Page 12: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

panjangnya antara 56-61 cm, berwarna hijau, panjang helaian daun antara 140-

217 cm dan lebarnya 56-61 cm (Satuhu dan Supriyadi, 2005).

D. Bunga

Bunganya berkelamin satu, berumah satu dalam tandan, memiliki

sudut aksis karang bunga menggulung, tidak berambut, warnanya hijau. Daun

penumpu bunga berjejal rapat dan tersusun secara spiral. Bunga tersusun atas

2 baris melintang. Keseluruhan rangkaian bunga merupakan tandan dengan

bunga betina di bagian pangkal dan bunga jantan di bagian ujung

perbungaannya. Hiasan bunga terdiri dari kelopak dan mahkota (Satuhu dan

Supriyadi, 2005).

E. Buah

Sesudah bunga keluar, akan terbentuk sisir pertama, kemudian

memanjang lagi dan terbentuk sisir kedua, ketiga dan seterusnya. Jantungnya

perlu dipotong sebab sudah tidak menghasilkan sisir lagi (Satuhu dan

Supriyadi, 2005).

2). Berdasarkan hasil identifikasi di kebun Plasma Nutfah Pisang, morfologi

Pisang kepok kuning (Musa paradisiaca L) adalah :

No. Karakter Gambar Ketegakan daun Tegak 1. Ketegakan

tanaman secara umum

Kekerdilan tanaman Normal

Page 13: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

2. Batang semu/anakan

Tinggi batang ≥ 3 m

Lingkar batang 15,92 cm Aspek batang Normal Bentuk batang Conical silindris

Warna batang Hijau kekuningan Bercak pada batang Merah Keunguan Intensitas warna

bercak Sedikit

Warna pangkal

pelepah bagian dalam

Hijau gelap

Warna lendir Berair bening Jumlah anakan 1 Perkembangan

anakan

¼ - ¾ dari tinggi induk

3. Tangkai/ tulang/

Bercak pada pangkal tangkai

Bercak kecil

Page 14: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

helaian daun daun Warna bercak Coklat kehitaman Bentuk kanal

potongan melintang tangkai daun ketiga

Tepi saling menutupi

Keadaan tepi tangkai daun

Bersayap dan menjepit batang

Warna tepi tangkai daun

hijau

Pewarnaan tepi tangkai daun

Berwarna sepanjang tepi tangkai daun

Lebar tepi tangkai daun

≥ 1 cm

Panjang helaian daun

171 – 220 cm

Lebar helaian daun ≤ 70 cm Ratio helaian daun

(L/P) 210 : 10 cm

Panjang tangkai daun (cm)

≤ 30 cm

Warna helaian daun

bagian atas Hijau gelap

Kenampakan permukaan atas daun

Pudar/ kusam

Warna helaian daun

bagian bawah Hijau kekuningan

Kenampakan helaian daun bagian bawah

Pudar/ kusam

Warna bagian perut tulang daun

Kuning

Warna helaian daun bagian bawah

Hijau kekuningan

Lapisan lilin pada

permukaan daun Berlilin sedang

Page 15: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

Warna luar daun yang masih menggulung

hijau

Simetri daun pada

tangkai daun Tidak simetris

Bentuk pangkal

daun Salah satu sisi membulat

Kedudukan daun Intermediate Bentuk pangkal

daun Kedua sisi meruncing

Intensitas lapisan

lilin pada permukaan bawah daun

Sedang

Bentuk ujung daun Membulat

Warna daun muda

(sebelum berbunga) Hijau kekuningan

Permukaan atas daun akibat cabang tulang daun

Sedikit sirip

Warna punggung tulang daun

Hijau muda

Page 16: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

Pangkal tangkai daun

Terbuka lebar dengan lurus dan tegak

4. Bunga dan

perbungaan Panjang tangkai tandan

31-60 cm

Jumlah buku kosong

(tanpa buah) pada tangkai tandan

5

Warna tangkai

tandan Hijau tua

Bulu tangkai tandan Tidak berbulu Posisi tandan Menggantung dengan

sudut 45

Bentuk tandan Silinder

Kenampakan tandan Kompak Buah 2 baris Keberadaan rachis terpotong 5. Buah Posisi buah Melengkung naik Jumlah sisir per

tandan 7

Letak buah Horisontal

Panjang buah 15 cm Bentuk buah Mendekati kerucut Bentuk melengkung

buah Tonjolan jelas

Ujung buah Leher botol Sisa bekas bunga

pada ujung uah Masih terdadap stylus

Panjang tangkai buah

≥ 21 cm

Lebar tangkai buah 5-10 cm

Page 17: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

Permukaan tangkai buah

Tidak berbulu

Fungsi tangkai buah Sebagian bergabung Warna kulit buah

sebelum masak Hijau

Daging buah Mengandung daging

buah Warna daging buah

pada buah muda Putih kekuningan

C. Syarat Tumbuh

Pisang termasuk tanaman yang gampang tumbuh. Tanaman ini dapat tumbuh

di sembarang tempat. Namun, agar tanaman ini dapat tumbuh optimal, sebaiknya

ditanam pada dataran rendah. Syarat tumbuh pisang diantaranya sebagai berikut :

1. Iklim

1) Tipe iklim A, B dan C (daerah basah), berdasarkan klasifikasi iklim

menurut Schmidt-Ferguson.

2) Curah hujan merata sepanjang tahun, sekitar 1500 sampai 2500

mm/tahun.

3) Temperatur 15 - 35º C, optimum 27 ºC.

4) Ketinggian dari dataran rendah sampai 1300 meter dpl.

2. Tanah

1) Tanaman pisang tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. Pertumbuhan

optimum terjadi pada tanah-tanah bertekstur liat atau tanah alluvial,

mengandung kapur dan kaya akan bahan organik (humus).

2) pH tanah : 4,5 – 7,5 (Satuhu dan Supriyadi, 2005).

D. Manfaat Tanaman Pisang

Menurut Satuhu dan Supriyadi (2001), tanaman pisang memang banyak

dimanfaatkan untuk kehidupan manusia dan dikenal dengan dengan tanaman

Page 18: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

multiguna karena selain buahnya bagian tanaman lainpun dapat dimanfaatkan,

mulai dari bonggol hingga daunnya. Di antara manfaatnya adalah :

1. Bunga, bunga pisang biasanya digunakan sebagai sayur karena memilki

kandungan protein, vitamin, lemak dan karbohidrat yang cukup tinggi.

2. Daun, oleh masyarakat pedesaan jawa daun pisang kerap dimanfatkan

untuk pembungkus makanan, sementara daun yang sudah tua dan robek

biasanya diguanakan untuk pakan ternak karena mengandung berbagai

unsur yang dibutuhkan oleh hewan.

3. Batang, batang pisang biasanya dimanfaatkan untuk alas memandikan

mayat, sebagai tancapan wayang, membungkus bibit dan kadang

dipotong untuk dijadikan tali dan dijadikan bahan pembuatan kompos

dan juga pakan ternak.

Selain dimanfaatkan untuk berbagai olahan makanan, buah pisang juga

bermanfaat sebagai obat luka lambung, menurunkan kolesterol darah, mencegah

kanker usus, menjaga kesehatan jantung, menbantu melancarkan pengiriman

oksigen ke dalam otak, menyuburkan rambut, menghaluskan kulit dan sebagainya.

Jenis pisang emas dapat dipakai sebagai obat penyakit kuning. Jenis pisang klutuk

terutama bijinya dapat digunakan sebagai obat diare karena memiliki zat tannin

yang dikandungnya (Cahyono, 1999).

E. Pisang Kepok Kuning

Pisang kepok banyak jenisnya, di antaranya adalah kepok kuning dan putih.

Pisang kepok kuning mempunyai rasa yang lebih enak dibandingkan dengan kepok

putih. Oleh karena itu, pisang kepok kuning lebih disukai dan bernilai ekonomis lebih

tinggi. Pisang Kepok kuning bentuk buahnya agak pipih sehingga sering disebut

dengan pisang gepeng (Satuhu dan Supriyadi, 2005).

Daging buahnya bertekstur agak keras. Kulit buahnya sangat tebal dan pada

buahnya yang sudah masak berwarna hijau kekuningan. Dalam satu tandan dapat

mencapai 16 sisir, dan pada tiap sisir terdiri dari 12-20 buah, berat setiap tandan dapat

mencapai 14-22 kg (Cahyono, 1999).

F. Kultur Jaringan pada Tanaman Pisang

Kultur jaringan tanaman adalah suatu tehnik isolasi bagian-bagian tanaman

seperti jaringan, organ ataupun embrio, lalu dikultur pada media buatan yang steril

Page 19: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

sehingga bagian-bagian tanaman tersebut mampu beregenerasi dan berdiferensiasi

menjadi tanaman lengkap (Winata, 1987). Jaringan yang sering digunakan dalam

kultur jaringan tanaman adalah kalus, sel dan protoplas. Sedangkan organ tanamannya

meliputu pucuk, bunga, daun dan akar.

Dalam kultur jaringan pisang, sampai saat ini yang banyak dikenal adalah kultur

dengan eksplan bonggol. Apabila dibandingkan dengan jantung pisang maka

mendapatkannya lebih mudah dan jumlah eksplan yang didapat lebih banyak bahkan

mencapai 200 eksplan setiap jantung pisang, serta lebih kecil resikonya terhadap

kontaminasi sebab bukan berasal dari tanah dan tertutup rapat oleh kelopak

(Chatimatunnisa dan Rodinah, 2005).

Tehnik kultur jaringan tanaman memililki prospek yang lebih baik daripada

metode perbanyakan tanaman secara vegetatif konvensional dikarenakan adanya

beberapa keuntungan di antaranya adalah: pertama, jutaan klon dapat dihasilkan

dalam waktu setahun hanya dari sejumlah kecil material awal. Dengan metode

vegetatif konvensional dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menghasilkan

tanaman dalam jumlah yang sama dan jumlah bahan awal yang dibutuhkanpun lebih

besar. Kedua, tehnik kultur jaringan menawarkan suatu alternatif bagi spesies-spesies

yang resisten terhadap sistem perbanyakan vegetatif konvensional dengan melakukan

manipulasi terhadap faktor-faktor lingkungan, termasuk penggunaan zat pengautur

tumbuh (Zulkarnaen, 2009).

G. Manfaat Kultur Jaringan Secara Umum

Menurut Zulkarnaen (2009), manfaat utama dari aplikasi tehnik kultur jaringan

adalah perbanyakan klon atau perbanyakan massal dari tanaman yang sifat genetiknya

identik satu sama lain. Di samping itu, tehnik kultur jaringan pun bermanfaat dalam

beberapa hal khusunya:

1. Perbanyakan klon secara cepat, pada prinsipnya, dengan tehnik kultur jaringan

setiap sel dapat diinduksi untuk beregenerasi menjadi individu tanaman

lengkap dengan sifat genetik yang identik satu sama lain.

2. Keseragaman genetik, karena prosedur kultur jaringan bersifat vegetatif maka

rekombimasi acak dari karakter genetik yang terjadi pada perbanyakan seksual

dapat dihindarkan.

Page 20: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

3. Kondisi aspetik, proses kultur jaringan in vitro menghendaki kondisi aspetik.

Pada gilirannya, kultur jaringan tanaman dapat menyediakan bahan/bibit

tanaman bebas patogen dalam jumlah besar.

4. Produksi tanaman sepanjang tahun. Melalui tehnik kultur jaringan terbuka

peluang untuk memperbanyak tanaman disepanjang tahun. Hal ini dapat

dilakukan karena tehnik ini tidak tergantung pada musim.

H. Kelebihan Dan Kekurangan Tahnik Kultur Jaringan

Keuntungan perbanyakan bibit dengan tehnik kultur jaringan adalah bibit dapat

diperoleh dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat. Sifat-sifat individu baru sama

dengan induknya, selain itu juga kecepatan tumbuh bibit merata dan saat berbuahnya

lebih cepat, contohnya untuk tanaman pisang berkisar 9 bulan dengan panen yang

kedua antara 5-6 bulan. Waktu panen serempak dan kemasakan buahnya seragam

sehingga lebih efisien dalam penanganannya. Selain itu juga, kesehatan bibit lebih

terjamin. Namun selain memiliki kelebihan, perbanyakan bibit dengan tehnik kultur

jaringan ini memiliki kelemahan yaitu : perbanyakan bibit dengan tehnik kultur

jaringan memerlukan keahlian dan keterampilan khusus, harga bibit pisang kultur

jaringan lebih mahal dibandingkan dengan bibit anakan. Selain itu terdapat masalah-

masalah dalam kultur jaringan. Tidak sedikit masalah-masalah yang muncul sebagai

pengganggu bahkan menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan kegiatan kultur

jaringan yang dilakukan. Gangguan kultur secara umum dapat muncul dari bahan

yang ditanam, dari lingkungan kultur, maupun dari manusianya. Menyangkut bahan

tanaman permasalahan yang sering muncul pada awal kegiatan kultur hingga fase

pertumbuhan adalah : bahan-bahan yang kurang baik, stagnasi pertumbuhan,

pertumbuhan tak terkendali, kontaminasi dan pencoklatan serta variasi genetik.

Berkaitan dengan faktor genetik yang sering menjadi kendala adalah matinya aliran

listrik, kerusakan AC dan matinya aliran air. Adapun yang berkaitan dengan manusia

biasanya hanya menyangkut pada soal kebocoran, kelalaian dan rendahnya tingkat

keterampilan (Santoso, 2002).

I. Medium Dalam Kultur Jaringan

Setiap tanaman membutuhkan paling sedikit 16 unsur untuk pertumbuhannya

yang normal. Tiga unsur di antaranya adalah C, H dan O yang diambil dari udara,

sedangkan 13 unsur lainnya berupa pupuk yang dapat diberikan melaui akar atau

melalui daun. Pada proses kultur jaringan, unsur-unsur tersebut diberikan melalui akar

yaitu dengan menambahkannya pada media agar. Media dasar MS (Murashige &

Page 21: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

Skoog) digunakan hampir untuk semua macam tanaman, terutama tanaman herbaceus

termasuk pada tanaman pisang. Media ini mempunyai konsentrasi garam-garam

mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3+ dan NH4+. Ada unsur yang

dibutuhkan dalam jumlah besar yang disebut unsur makro dan ada yang dibutuhkan

dalam jumlah kecil yaitu unsur mikro. Selain kedua unsur itu, dalam media juga

dibutuhkan vitamin, sukrosa, mio-inositol, besi dan zat pengatur tumbuh (hormon)

(Hendaryono, 1994).

Page 22: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

III. METODE PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

A. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan

Praktek Kerja Lapangan ini Dilaksanakan Pada :

Hari dan Tanggal : Senin 22 Juni – 22 Juli 2009

Waktu : Senin – Kamis pukul 07.30 – 14.30 WIB

Jumat pukul 07.30 -11.30 WIB

Sabtu pukul 07.30 -13.00 WIB

Tempat : Kebun Plasma Nutfah Pisang

Alamat : Desa Malangan, Kel. Giwangan, Kec. Umbulharjo

Yogyakarta

B. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan

1. Alat-alat yang digunakan

No. Nama Alat Fungsi

1. Gelas becker/piala Untuk menuangkan atau mempersiapkan bahan kimia

dan air aquades dalam pembuatan media.

2. Pipet Untuk mengambil cairan.

3. Timbangan analitik Untuk menimbang bahan kimia yang diperlukan dalam

pembuatan media kultur.

4. Spatula Untuk mengambil bahan kimia yang diperlukan dalam

pembuatan media kultur.

5. pH meter Untuk mengukur pH media ketika membuat media.

6. Panci Tempat memasak media.

7. Kompor Gas Untuk pemanas saat memasak media.

8. Autoklaf Untuk mensterilkan semua peralatan dan media kultur

yang dipakai dalam kegiatan kultur jaringan.

9. Botol kultur Tempat untuk mengkulturkan atau menanam eksplan.

10. Almari pendingin

untuk menyimpan bahan-bahan yang tidak tahan suhu

tinggi

Page 23: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

11. Destilator

Sebagai alat untuk penyulingan air menjadi aquades

12. Rotating Shaker Sebagai alat penggojog

13. Blender Untuk menghaluskan bahan-bahan yang akan

digunakan sebagai media alami, seperti tomat, pisang

tauge, dan lain-lain.

14. Lampu penerangan sebagai pengganti sinar matahari di inkubator.

15. Air Conditioner (AC) sebagai pendingin ruang inkubator, karena eksplan

yang ditanam membutuhkan suhu berkisar 200 C – 300

C.

16. Lampu Spiritus sebagai alat sterilisasi dissecting set di ruang penabur.

17. Dissecting set alat-alat stainlesstell, seperti scalpel, pinset, blade,

gunting, dll

18. Glassware alat-alat yang terbuat dari gelas, antara lain : tabung

reaksi, cawan Petri, beker glass, gelas ukur, pipet,

pengaduk kaca, corong kaca, pipet ukur, dan botol-

botol kultur.

19. Hot plate Sebagai alat pemanas.

2. Bahan-bahan

a. Media Murashige & Skoog (MS)

1). Bahan-bahan dan komposisi dasar Pembuatan Medium MS

No Bahan Komposisi mg/l

1. Garam makro

NH4NO3

KNO3

CaCL2.2H2O

MgSO4.7H2O

KH2PO4

1.650

1.900

480

370

170

2. Garam Mikro

Na-EDTA

37,3

Page 24: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

FeSO4 7H2O

KL

H3BO3

ZnSO4 7H2O

Na2MO4 2H2O

MnSO4. 4H20

CuSO4. 5H20

CoCl2 6H2O

27,8

0,83

6,20

8,60

0,25

22,30

0,025

0,025

3. ZPT (Stok Auksin)

IAA

NAA

IBA

2,4-D

ZPT (Stok Sitokinin)

Zeanin

BA

2-ip

PBA

Kinetin

100

100

100

100

100

100

100

100

100

4. Sukrosa

Gula

30

5. Vitamin (Stok)

Mio-inositol

Niacin (Niacin acid)

Pyridoxine-HCL

Thiamin- HCL

Glycine

100

0,5

0,5

0,1

2

Page 25: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

2). Cara Pembuatan Media MS

a) Semua bahan garam mikro dilarutkan dalam 500 ml aquades dalam gelas

beker dan ditambahkan stok mikro 4 ml, stok besi 4 ml, stok vitamin 1

ml, myo-inositol, gula 30 gr kemudian diaduk dan diukur pHnya hingga

mencapai pH 6, dan ditambahkan 7 gr agar-agar. Bila pH kurang dari 6

maka ditambahkan KOH 0,1 N namun jika pH lebih dari 6 maka

ditambahkan HCL 0,1 N. Selanjutnya ditambahkan aquades sampai

volumenya mendekati 1000 ml.

b) Medium tadi dipanaskan hingga larut dan ditambahkan 8 gr agar sambil

diaduk-aduk supaya semua bahan larut, dituang dalam botol kultur

sebanyak 20 ml – 25 ml per botol dan mulut botol ditutup rapat.

c) Botol disterilisasi didalam Autoklaf bertekanan 17,5 psi selama 30

menit.

3. Cara Kerja

a. Sterilisasi Alat dan Bahan.

Strerilisasi alat dan bahan dilakukan sebelum digunakan menggunakan

alkohol 70% dan autoklaf. Sebelum masuk laminair air flow (LAF) semua

alat yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu dengan

menyemprotkan alkohol 70 %, kemudian dilap dengan tisu, disemprot sekali

lagi, biarkan hingga betul-betul kering baru bisa digunakan.

Sterilisasi untuk glassware, dissecting set, kertas saring, alumunium

foil dan botol-botol dengan menggunakan autoklaf selama 30 menit.

Tujuannya agar peralatan kultur jaringan bebas dari mikrobia seperti jamur

dan bakteri. Alat-alat yang kurang steril biasanya akan cepat menimbulkan

kontaminan baik pada media tumbuh maupun bahan eksplan.

Sterilisasi bahan (media MS) juga menggunakan autoklaf selama 15

menit.

Langkah-langkah sterilisasi dengan autoklaf :

1) Autoklaf diisi air sampai batas sangsang

2) Alat-alat yang akan disterilisasi dimasukkan

3) Autoklaf ditutup rapat dan kompor dinyalakan

4) Setelah menunjukkan tekanan 0,15 Atm (biasanya 15 menit setelah

dinyalakan) suhu 1210 C, kemudian dihitung 30 menit.

5) Autoklaf dimatikan, tutup dibuka setelah dingin (tekanan 0).

Page 26: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

b. Proses Pengambilan Eksplan

1) Dipilih anakan pisang yang sehat dan subur serta diutamakan yang

tumbuh pada rimbun pohon pisang dari Induk pisang Varietas unggul.

2) Anakan-anakan pisang dipotong bagian ujung tunasnya dan

dimasukkan dalam ember untuk dikupas seludangnya.

3) Seludangnya dikupas dan dipotong dalam air mengalir dengan

mengguanakan pisau yang sudah di setrilisasi dengan alkohol 75 %

dan dipotong dengan ukuran 1,5 x 1,5 x 1,5 cm.

4) Anakan-anakan yang sudah terpotong kecil-kecil (Eksplan)

dimasukkan dalam Nampan dan direndam dengan larutan Deterjen

selama 30 menit, kemudian direndam dalam larutan bakterisida dan

fungisida selama 24 jam.

c. Proses Inokulasi

Proses ini dilakukan di dalam LAF.

1) Sebelum dipakai, terlebih dahulu bagian dalam LAF disemprot dengan

menggunakan alkohol 70%.

2) Setelah sterilisasi dengan alkohol 70 %, dilakukan sterilisasi dengan

sinar UV, pintu LAF ditutup dan dinyalakan lampu UV selama 30

menit.

3) Eksplan dibersihkan dan dikupas seludangnya supaya sisa larutan

bakterisida dan fungisida hilang.

4) Eksplan dimasukan dalam botol jam yang berisi lautan klorok dan

diletakkan di atas rotator selama 30 menit.

5) Larutan klorok dalam botol jam diganti dengan aqudes steril dan

diletakkan di atas rotator selama 15 menit.

6) Larutan Aquades dalam botol jam diganti dengan aqudes steril baru

dan diletakkan di atas rotator selama 15 menit.

7) Eksplan yang terdapat di dalam botol jam dimasukan ke dalam LAF.

8) Di dalam LAF, Eksplan dikupas seludangnya dan bonggolnya dipotong

menggunakan blade dengan ukuran 1-2 cm dan langsung dimasukkan

ke dalam botol jam berisi media MS secara steril dan aseptis.

Page 27: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

9) Botol-botol disimpan dalam ruang inokulasi dengan suhu 250 C-280 C

selama 30-37 hari.

d. Proses Multiplikasi

Proses ini dilakukan di dalam LAF.

1) Sebelum dipakai, terlebih dahulu bagian dalam LAF disemprot dengan

menggunakan alkohol 70%.

2) Setelah sterilisasi dengan alkohol 70 %, dilakukan sterilisasi dengan

sinar UV, pintu LAF ditutup dan dinyalakan lampu UV selama 30

menit.

3) Eksplan yang tumbuh dan tidak terkontaminasi dalam botol yang

berumur ≥ 0,5 bulan diletakkan di atas petri yang diberi alas tissu

kemudian dikupas seludangnya dan potong bonggolnya menggunakan

blade dan dibelah menjadi empat bagian untuk dipisahkan menjadi

satu individu baru.

4) Hasil belahan eksplan dimasukan dalam media MS dan dimasukkan

dalam ruang inokulasi dengan suhu 250 C-280 C selama 30-37 hari.

e. Proses Subkultur

Proses ini dilakukan di dalam LAF.

1) Sebelum dipakai, terlebih dahulu bagian dalam LAF disemprot dengan

menggunakan alkohol 70%.

2) Setelah sterilisasi dengan alkohol 70 %, dilakukan sterilisasi dengan

sinar UV, pintu LAF ditutup dan dinyalakan lampu UV selama 30

menit.

3) Botol-botol yang berisi eksplan yang sudah mempunyai rumpun tunas

dikeluarkan dengan pinset satu persatu dari botol keatas petri yang

berisi aquades steril.

4) Rumpun tunas dipisahkan menjadi tunas-tunas individu, kemudian

ditanam kembali pada botol yang berisi media MS sebanyak 4-5

tunas/botol secara aseptis dan steril.

5) Botol pembiakan disimpan dalam ruangan dengan suhu 250 C-280 C .

Page 28: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

f. Proses Aklimatisasi (Adaptasi)

Proses ini dilakukan di rumah Aklimatisasi

1) Bibit dari botol pembiakan berumur 9 bulan dikeluarkan menggunakan

pinset, lalu direndam dalam air selama 15 menit.

2) Bibit disterilisasi dengan cara direndam dalam larutan bakterisida dan

fungisida selama 10 menit.

3) Disiapkan Nampan tempat semai yang dilapisi plastik putih dan diisi

medium campuran antara pasir dan humus steril 1:1.

4) Bibit pisang dipindahtanamkan ke media tempat persemaian dengan

jarak 2,5 cm x 3 cm dalam kompot dan diberi larutan bakterisida dan

fungisida.

5) Nampan diberi atap plastik dan diikat supaya tidak terbuka.

6) Nampan bibit disimpan dalam sungkup selama 2-4 minggu.

g. Proses Transplanting (Pindah Tanam)

Proses ini dilakukan di rumah Aklimatisasi

1) Kantong plastik (Polybag) diisi dengan campuran antara tanah, pupuk

kandang 1:1 dan sekam secukupnya.

2) Bibit pisang dari hasil aklimatisasi diambil dan dipindahtanamkan ke

dalam Polybag kemudian dimasukan dalam sungkup selama 1-1,5

bulan.

3) Bibit pisang dipelihara secara intensif selama 2-3 bulan hingga

mencapai ketinggian sekitar ≥ 30 cm.

Page 29: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel Hasil Kultur Jaringan Pisang Kepok Kuning dan Pisang Raja.

No. Perlakuan Jumlah Hidup Mati

1. Inokulasi 10 eksplan 8 eksplan 2 eksplan

2. Multiplikasi 8 botol 2 botol 6 botol

3. Subkultur* 4 botol 3 botol 1 botol

4. Aklimatisasi* 46 tunas 45 tunas 1 tunas

5. Pindah Tanam* 50 batang 40 batang 10 batang

Ket : * Perlakuan pada pisang Raja

B. Pembahasan

Dilihat dari teknologi produksinya, perbanyakan tanaman pisang dapat

dilakukan dengan tiga cara, yaitu perbanyakan dengan anakan (Anakan diambil dari

rumpun yang baik, unggul dan sehat, tidak terinfeksi hama dan penyakit, serta sudah

dewasa), bonggol (Menggunakan bonggol pisang untuk sumber bibit) dan dengan

tehnik kultur jaringan. Perbanyakan tanaman pisang melalui kultur jaringan adalah

salah satu perbanyakan tananam pisang yang dapat memberikan sifat genetik yang

sama dengan induknya dan dapat menghasilkan jumlah anakan yang banyak.

Keuntungan menggunakan bibit kultur jaringan adalah bibit bebas penyakit. Bibit

dapat dihasilkan dalam jumlah besar dan seragam, sehingga waktu panen dapat diatur.

Di samping itu tehnik ini juga tidak lepas dari kekurangan antara lain mahalnya biaya

dan memerlukan keterampilan khusus untuk dapat menunjang keberhasilan proses

kultur jaringan ini. Di samping itu juga selama melakukan proses ini harus selalu

dalam keadaan steril dan aseptis.

Tehnik kultur jaringan tanaman didasarkan pada prinsip totipotensi sel,

pengaturan regenerasi akar dan pucuk oleh hormon, organogenesis atau

embriogenesis, serta kompetensi dan detreminasi inisiasi eksplan. Perbanyakan pisang

kepok kuning secara kultur jaringan melalui kultur meristem, di mana

perbanyakannya dilakukan dengan menggunakan anakan pisang yang sehat, bebas

penyakit dan mempunyai kualitas yang unggul. Hal ini dapat dibuktikan apabila

bonggolnya dipotong tidak terdapat warna hitam yang merupakan ciri adanya

penyakit fusarium, selain itu batas maksimal bonggol yang akan dikultur minimal

setinggi lutut orang dewasa karena hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan

Page 30: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

jaringan meristem yang akan dikultur/dijadikan eksplan. Pelapah batang semu pisang

dikelupas sampai ukuran eksplan menjadi lebih kecil dan perbatasan antara bonggol

dan batang semu juga dipotong. Perlakuan ini dilakukan dalam air mengalir. Hal ini

dimaksudkan agar eksplan tidak cepat mengalami browning yang dapat menghambat

keberhasilan proses kultur jaringan.

Sterilisasi eksplan tahap awal dilakukan dengan merendamnya dalam larutan

deterjen selama 30 menit. Perlakukan ini bertujuan untuk membersihkan kotoran-

kotoran yang ada dalam eksplan yang mungkin terbawa pada saat pengambilan dari

kebun dan dilanjutkan dengan merendamnya dalam larutan bakterisida dan fungisida

selama 24 jam. Perlakuan ini bertujuan untuk mematikan bakteri dan fungi yang

terdapat dalam eksplan, sedangkan sterilisasi berikutnya dilakukan dengan

penggojogan di atas rotator dalam botol jam yang berisi larutan bycline, di mana

larutan bycline berfungsi sebgai disinfektan yang nantinya dibilas dengan

menggunakan aqudes steril yang berfungsi sebagai penghilang larutan bycline.

Larutan bycline harus di encerkan karena larutan bycline dapat menyebabkan

hipertonis cairan eksplan atau keluarnya cairan dalam eksplan karena perbedaan

konsentrasi (konsentrasi larutan lebih tinggi).

Tahap kedua dalam kultur jaringan adalah inokulasi, dalam proses ini melibatkan

pemotongan sejumlah komponen biologis meliputi seludang dan bonggol eksplan.

Setelah eksplan dikupas seludangnya dan dipotong bonggolnya, proses selanjutnya

adalah penanaman eksplan dalam media. Media merupakan salah satu komponen

penting dalam menentukan keberhasilan dalam proses kultur jaringan. Selain itu,

media memiliki dua fungsi yaitu untuk menyediakan nutrisi dan mengarahkan

pertumbuhan melalui ZPT. Menurut Santoso dan Nursadi (2002), hampir dipastikan

bahwa kesuksesan kegiatan kultur jaringan akan sangat ditentukan dan tergantung

oleh media yang digunakan. Harus diingat bahwa tehnik kultur jaringan menekankan

lingkungan yang cocok agar eksplan dapat tumbuh dan berkembang. Dalam proses

kultur jaringan pisang kepok kuning digunakan media MS (Murashige & Skoog).

Pemilihan media ini dikarenakan media ini dinilai sudah dapat mencukupi kebutuhan

nutrisi eksplan untuk dapat tumbuh dan berkembang. Dari sekian banyak jenis media

dasar yang digunakan dalam teknik kultur jaringan, tampaknya media MS (Murashige

& Skoog) mengandung jumlah hara organik yang layak untuk memenuhi kebutuhan

banyak jenis sel tanaman dalam kultur. Pada saat melakukan inokulasi, dari 10

eksplan pisang kepok kuning terjadi kontaminasi oleh jamur sebanyak 2 eksplan,

Page 31: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

kontaminasi ini dicirikan dengan terjadinya perubahan warna putih dan terdapat

benang-benang di atas permukaannya. Kontaminasi dapat muncul karena beberapa

faktor, diantaranya kelalaian dan sterilisasi alat dan bahan yang kurang baik.

Tahap berikutnya adalah Multiplikasi. Dalam proses ini eksplan yang dapat

tumbuh baik dan tidak terkontaminasi baik oleh jamur ataupun bakteri dikupas satu

seludangnya dan dipotong sedikit bonggolnya. Perlakuan ini bertujuan supaya

pertumbuhan eksplan dapat optimal. Eksplan dipotong menjadi empat bagian.

Pemotongan eksplan didasarkan pada prinsip kemampuan totipotensi sel yang

nantinya diharpakan setiap bagian yang terpotong akan tumbuh menjadi eksplan baru.

Pada tahap multiplikasi, terjadi kontaminasi sebanyak 6 botol. Faktor lingkungan

menjadi salah satu penyebab terjadinya kontaminasi, karena lingkungan berpengaruh

terhadap perkembangan kultur.

Proses berikutnya adalah subkultur. Proses ini merupakan tahap perakaran tunas

(regenerasi plantlet). Eksplan dalam tahapan ini sudah mempunyai akar yang

bergerombol. Untuk menghindari terjadinya perebutan unsur hara, maka dilakukan

proses subkultur supaya pertumbuhan tanaman pisang dalam botol menjadi optimal.

Pada kegiatan subkultur dari satu eksplan dapat dihasilkan lebih dari lima eksplan

untuk dijadikan bibit tanaman pisang baru. Pada tahapan subkultur, terjadi

kontaminasi 1 botol. Kontaminasi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

diantaranya sterilisasi alat dan bahan yang kurang maksimal, hingga jamur dan bakteri

masih dapat tumbuh.

Setelah eksplan berumur sembilan bulan, maka dilakukan proses Aklimatisasi

yang merupakan proses adaptasi tanaman hasil subkultur di laboratorium dengan

lingkungan terbuka. Menurut Yusnita (2003), aklimatisasi adalah suatu upaya

mengondisikan plantlet hasil perbanyakan melalui kultur in vitro ke lingkungan in

vivo yang septik. Aklimatisasi merupakan proses yang penting dalam rangkaian

proses tehnik kultur jaringan untuk mendukung pengembangan pertanian. Masa

aklimatisasi merupakan masa yang kritis karena pucuk atau plantlet yang

diregenrasikan dari kultur in vitro menunjukan beberapa sifat yang kurang

menguntungkan, seperti lapisan lilin (kutikula) belum berkembang dengan baik,

kurangnya lignifikasi batang, jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang

berkembang, dan stoma sering kali tidak berfungsi (tidak menutup ketika penguapan

tinggi). Keadaan ini menyebabkan pucuk-pucuk in vitro sangat peka terhadap

transpirasi, serangan jamur dan bakteri, cahaya dengan intensitas tinggi, dan suhu

Page 32: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

yang tinggi. Oleh karena itu pada saat proses aklimatisasi dilakukan perlakukan

khusus seperti modifikasi terhadap kondisi lingkungan terutama kaitannya dengan

suhu, kelembapan dan intensitas cahaya. Hal ini dilakukan dengan cara mengatur

jarak tanam yaitu 2,5 cm x 3 cm dan penutupan pada kompot dengan plastik bening

agar penyinaran cahaya matahari dapat tembus sekitar 65 %. Disamping itu peranan

medium tumbuhpun memiliki peran yang cukup penting, maka dalam pembuatan

media digunakan komponen yang steril dan setelah eksplan ditanampun dilakukan

penyiraman dengan menggunakan larutan bakterisida dan fungisida supaya dapat

menekan pertumbuhan bakteri dan jamur. Hingga keberhasilan dilapangan dalam

proses ini mencapai 99 %, yang berarti bibit tanaman pisang raja berhasil tumbuh

dengan baik. Dari 46 tunas, hanya 1 tunas yang mati. Kematian ini dapat disebabkan

oleh beberapa faktor, diantaranya kerapatan yang terlalu padat dan terkontaminasi

oleh jamur dan bakteri.

Proses terakhir dari tehnik kultur jaringan adalah pindah tanam (Transplanting).

Proses ini dilakukan dengan memindahtanamkan bibit yang sudah diaklimatisasikan

selama 2-4 minggu kedalam kantong Polybag yang didalamnya berisi medium

campuran antara pupuk kandang, tanah (1:1) dan sekam. Perlakukan ini terbilang

paling mudah dibandingkan dengan proses-proses sebelumnya karena dalam proses

ini bibit pisang sudah tumbuh baik dan sudah mempunyai akar serta sudah bisa

beradaptasi dengan lingkungan. Proses ini memerlukan perawatan yang rutin dengan

melakukan penyiraman supaya proses fotosintesis dapat berlangsung dengan baik.

Setelah tanaman mencapai ketinggian sekitar ≥ 30 cm, maka bibit siap untuk ditanam.

Pada tahap pindah tanam pisang raja, dari 50 batang pisang raja terjadi kematian

sebanyak 10 batang, kematian ini dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya

perawatan dan penyiraman yang kurang optimal.

Selama melakukan proses kultur jaringan pisang kepok kuning dan pisang raja,

tidak sedikit masalah yang muncul sebagai penyebab ketidakberhasilan proses ini.

Masalah itu antara lain kontaminasi jamur dan bakteri, pencoklatan, hingga gangguan

yang muncul dari lingkungan kultur dan mannusia. Pada pisang kepok kuning, dalam

proses inokulasi dan multiplikasi mengalami perubahan warna yang sangat cepat

dibandingkan dengan pisang lainnya. Peristiwa ini dikenal denga istilah browning

atau pencoklatan. Pencoklatan adalah suatu karakter munculnya warna coklat atau

hitam yang sering tidak membuat terjadinya pertumbuhan dan perkembangan ekpslan.

Peristiwa pencoklatan ini mejadi salah satu penyebab keberhasilan proses kultur

Page 33: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

jaringan pisang kepok kuning sangat tipis hingga perlu dilakukan perlakuan khusus

dalam menanganinya. Menurut Fitriani (2003), warna coklat pada kalus menandakan

sintesis senyawa fenolik. Dalam hal ini, sel mengalami cekaman luka pada jaringan,

selain cekaman dari medium. Senyawa fenol sangat toksik bagi tanaman dan dapat

menghambat pertumbuhan. Untuk mencegah timbulnya warna coklat (browning) pada

luka bekas potongan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan

Polivinylpyrrolidone (PVP) yang cukup efektif mampu menyerap senyawa toksik,

dengan dosis 1 ppm (Widiastoety, 2001).

Page 34: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1) Proses perbanyakan pisang kepok kuning (Musa paradisiaca L) dengan kultur

jaringan dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Sterilisasi alat dan Bahan

b. Pembuatan Media pertumbuhan

c. Proses pengambilan eksplan

d. Proses Inokulasi

e. Proses Multiplikasi

f. Proses Subkultur

g. Proses Aklimatisasi

h. Proses Pindah tanam

2) Tehnik kultur jaringan tanaman (kultur in vitro) didasarkan pada prinsip

totipotensi sel, pengaturan regenerasi akar dan pucuk oleh hormon,

organogenesis atau embriogenesis, kompetensi dan detreminasi inisiasi

eksplan serta selalu dalam keadaan aseptis dan steril.

3) Pisang kepok kuning mempunyai keberhasilan proses kultur jaringan yang

sangat minim. Hal ini dimungkinkan selain karena pengaruh kontaminasi,

jenis pisang ini cepat mengalami perubahan warna menjadi coklat (Browning).

Warna coklat kalus menandakan sintesis senyawa fenolik, dimana Senyawa

fenol sangat toksik bagi tanaman dan dapat menghambat pertumbuhan.

Page 35: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

B. SARAN

1. Saran untuk perguruan tingggi

a. Melihat perkembangan dunia kerja, maka mata kuliah yang ada kaitannya

dengan kemajuan keilmuan yang potensial supaya dimasukkan, seperti

tehnik kultur jaringan.

b. Melihat lamanya waktu dan pentingnya pemahaman terhadap apa yang

dilakukan disaat praktek kerja lapangan, maka disarankan SKS dalam PKL

dinaikan menjadi 3 SKS.

2. Saran untuk instansi Kebun Plasma Nutfah Pisang Yogyakarta.

a. Pisang kepok memiliki tingkat keberhasilan yang mimim dalam proses

kultur jaringan, maka disarankan untuk memberikan perlakuan khusus

supaya tingkat keberhasilannya menjadi optimal.

b. Kontaminasi merupakan salah satu penyebab ketidakberhasilan proses

kultur, maka disarankan setiap ada fasilitas yang sudah rusak harap segera

diperbaiki atau diganti, seperti pintu dalam laboratoriun kultur jaringan.

c. Menurunkan harga bibit pisang, karena dalam proses pembuatannya semua

fasilitasnya dari pemerintah.

d. Melihat dari manfaat pisang, maka diharapkan adanya pelatihan gratis baik

dalam hal budidaya ataupun perbanyakan bibit untuk para petani pisang.

Page 36: Laporan Praktek Kerja Lapangan All

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Kebun Plasma Nutfah Pisang. Kantor Kehewanan dan Pertanian.

Yogyakarta.

Cahyono, Bambang. 1992. Pisang Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Cetakan ke-5.

Kanisius. Yogyakarta.

Chatimatunnisa dan Rodinah. 2005. Kultur Jaringan Beberapa Kultivar Buah Pisang

(Musa paradisiaca L) Dengan Pemberian Campuran NAA dan Kinetin. Jurnal

Bioscientiae. Volume 2, Nomor 2, Halaman 23-36.

Fitriani, A. 2003. Kandungan Ajmalisin pada Kultur Kalus Catharanthus roseus (L.)

G. Don Setelah Dielisitasi Homogenat Jamur Pythium aphanidermatum Edson

Fitzp. Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702). Program Pasca Sarjana / S3.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hendaryono, D.P., Wijayani, A. 1994. Tehnik Kultur Jaringan. Kanisius. Yogyakarta.

Rukmana, Rahmat. 1999. Usaha Tani Pisang. Cetakan ke-1. Kanisius. Yogyakarta.

Santoso, U. Dan F. Nursadi. 2002. Kultur Jaringan Tanaman. UMM Press. Malang.

191 p.

Satuhu, S. dan Supriyadi, A. 2005. Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar Pisang.

Cetakan ke-12. Penerbit Swadya. Jakarta.

Widiastoety, D. dan A.Santi. 1994. Pengaruh Air Kelapa terhadap Pembentukan

Proticorm Like Bodies (PLBs) dari Anggrek Vanda dalam Medium Cair. Jurnal

Hortikultura Volume 4 No. 2.

Winata, L. 1987. Tehnik Kultur Jaringan. Bogor : Pusat Antar Universitas Institut

Pertanian Bogor.

Yusnita. 2003. Kultur Jaringan : Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. Agro

Media Pustaka. Jakarta.

Zulkarnaen, H. 2009. Kultur Jaringan Tanaman, Solusi Perbanyakan Tanaman

Budidaya. Bumi Aksara. Jakarta.