Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

download Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

of 19

Transcript of Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

    1/19

    LAPORAN PRAKTIKUM

    ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA

    MODUL 5

    LINGKUNGAN KERJA FISIK

    DISUSUN OLEH:

    KELOMPOK V

    Rudini Mulya (41610010035)

    Zamaludin (41610010014)

    Stefany Soegianto (41610010042)

    Novian (41610010034)

    Azis Muksin Ardiansyah (41610010015)

    Ihsan Maulana (41610010010)

    PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS MERCUBUANA

    JAKARTA

    2013

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

    2/19

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena berkat

    rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kelompok kami bisa menyusun dan menyajikan laporan

    praktikum Analisis dan Perancangan Kerja (APK) ini dengan baik hingga akhir

    penyusunanya. Praktikum ini merupakan suatu lagka awal bagi mahasiswa untuk semaking

    mengenal bagaimana proses dalam analisis dan perancangan kerja yang baik dalam suatu

    pekerjaan yang dihadapi.

    Dengan penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini sudalah merupakan

    suatu optimalisasi dengan pertimbangan akan singkatnya waktu dan kemauan keras. Namun,

    masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan Kritik serta Saran

    yang membangun guna menjadikan bahan acuan dalam penulisan tugas-tugas yang

    selanjutnya.

    Akhir kata semoga penyusunan laporan praktikum Analisis dan Perancangan Kerja

    ini bisa berguna bagi semua pembaca, yang dengan senang meluangkan waktunya untuk

    membaca laporan praktikum ini.

    Jakarta, 10 Juni,2013

    Kelompok V

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

    3/19

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar............................................................................................................................. I

    Daftar Isi...................................................................................................................................... II

    Bab 1. Pendahuluan..................................................................................................................... III

    1.1 Latar Belakang Perencanaan Pratikum.............................................................. 4

    1.2 Batasan Masalah................................................................................................ 4

    1.3 Tujuan Pratikum................................................................................................ 4

    1.4 Alat dan Bahan yang digunakan........................................................................ 5

    1.5 Pelaksanaan Pratikum........................................................................................ 5

    Bab II. Landasan Teori................................................................................................................ 6

    2.1 Definisi...................................................................................

    2.1 Mikroklimat.................................................................................................. 6

    2.1 Kebisingan Tempat Kerja............................................................................. 7

    2.3 Penerangan Tempat Kerja.............................................................................. 7

    Bab III. Metode Penelitian....................................................................................................... 16

    Bab IV. Analisis Data............................................................................................................... 17

    4.1 Tes Pencahayaan............................................................................................. 17

    4.2 Tes Kebisingan................................................................................................ 18

    4.3 Kombinasi Keadaan Normal....................................................................... .... 18

    Bab V. Kesimpulan Dan Saran................................................................................................. 19

    5.1 Kesimpulan..................................................................................................... 19

    5.2 Saran............................................................................................................... 19

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

    4/19

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang Pelaksanaan Praktikum

    Industralisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan dan

    perlatan yang semakin kompleks dan rumit, Namun demikian, penerapan teknologi harus

    diikti dengan kesiapan SDM . Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu

    terjadinya musibah, seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan

    timbulnya penyakit akibat kerja.

    Ditempat kerja, terdapat beberapa faktor yang memperngaruhi lingkungan kerja seperti ;

    faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis dan faktor psikologis. Semua faktor tersebut dapat

    menimbulkan gangguan terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Menurut

    Manuaba (1992) bahwa lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja

    untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Oleh karena itu lingkungan kerja harus

    ditangani atay didesain sedemikian rupa sehingga menjadi kondusif terhadap pekerja untuk

    melaksanakan kegiatan dalam suasana yang aman dan nyaman. Yang termasuk faktor fisik

    lingkungan kerja seperti mikroklimat, kebisingan dan penerangan. Evaluasi lingkungan

    dilakukan dengan cara pengukuran kondisi tempat kerja dan mengetahui respon pekerja

    terhadap paparan lingkungan kerja.

    Suatu kondisi lingkungan yang baik tidak bisa ditemukan dengan begitu saja, tetapi

    harus melalui tahapan percobaan, dimana setiap kemungkinan dari kondisi tersebut diuji

    pengaruhnya terhadap kemampuan manusia.

    Berdasarkan alasan diatas maka untuk melangkapi teori yang sudah didapat dan lebih memahami

    mengenai konsep-konsep, prinsip- prinsip dan teknik dalam Analisa dan Perancangan Kerjakhususnya Lingkungan Kerja Fisik maka kami melaksanakan praktikum ini. Diharapkan dengan

    praktimum ini kami dapat meningkatkan pemahaman dan pengembangan ilmu Analisa dan

    Perancangan Kerja dan kelak dapat dipraktikan dilingkungan kerja perusahaan.

    1.2Batasan masalah

    Untuk membatasi praktikum ini agar lebih terfokus maka kami hanya melakukan praktikum

    terbatas pada pengukuran faktor lingkungan kerja seperti kebisingan dan pencahayaan yang dapat

    mempengaruhi performa kerja.

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

    5/19

    1.3Tujuan Praktikum

    Tujuan umum dari praktikum ini diharapkan praktikan dapat mengukur faktor lingkungan seperti

    kebisingan dan pencahayaan yang mempengaruhi performa kerja. Sedangkan tujuan khusus dari

    praktikum ini adalah :

    1. Mengetahui hubungan antara intesitas cahaya dengan output yang dihasilkan

    2. Mengetahui dan memahami tentang kondisi lingkungan kerja (kebisingan) dapat

    mempengaruhi hasil suatu pekerjaan

    3. Mengetahui pengaruh cahaya dan kebisingan terhadap produktivitas kerja manusia

    4. Menganalisis dan mampu membuat suatu rancangan kerja dengan lingkungan kerja yang

    ergonomis

    1.4Alat dan Bahan yang Digunakan

    Untuk menunjang pelaksanaan praktikum, maka digunakan beberapa alat dan bahan, adapun alat

    dan bahan nya adalah sebagai berikut :

    1. Sound Level Meter

    2. Stopwatch

    3. Lux Meter

    4. Objek perakitan

    5. Alat tulis dan lembar pengamatan1.5Pelaksanaan Praktikum

    Praktikum Analisa dan Perancangan Kerja yang mempelajari tentang Lingkungan Kerja Fisik

    dilaksakan pada :

    Hari : Rabu, 22 Mei 2013

    Jam : 14.00 s/d 16.00 WIB

    Tempat : Ruang D-207

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

    6/19

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    Industralisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan

    dan perlatan yang semakin kompleks dan rumit, Namun demikian, penerapan teknologi

    harus diikti dengan kesiapan SDM . Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu

    terjadinya musibah, seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan

    timbulnya penyakit akibat kerja.

    Ditempat kerja, terdapat beberapa faktor yang memperngaruhi lingkungan kerja

    seperti ; faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis dan faktor psikologis. Semua faktor tersebut

    dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Menurut

    Manuaba (1992) bahwa lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja

    untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Oleh karena itu lingkungan kerja harus

    ditangani atay didesain sedemikian rupa sehingga menjadi kondusif terhadap pekerja untuk

    melaksanakan kegiatan dalam suasana yang aman dan nyaman. Yang termasuk faktor fisik

    lingkungan kerja seperti mikroklimat, kebisingan dan penerangan. Evaluasi lingkungan

    dilakukan dengan cara pengukuran kondisi tempat kerja dan mengetahui respon pekerja

    terhadap paparan lingkungan kerja.

    Suatu kondisi lingkungan yang baik tidak bisa ditemukan dengan begitu saja, tetapiharus melalui tahapan percobaan, dimana setiap kemungkinan dari kondisi tersebut diuji

    pengaruhnya terhadap kemampuan manusia.

    Lingkungan fisik disini berarti semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja,

    yang akan mempengaruhi pada pekerja tersebut baik secara langung maupun tidak

    langsung.

    Lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya temperatur,

    kelembaban, sirkulasi udara, percahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna

    dan lain-lain.

    Untuk meminimumkan pengaruh lingkungan fisik terhadap pekerja, maka langkah

    pertama harus dipelajari mengenai manusia (pekerja atau operator) , baik sifat, tingkah laku,

    dan keadaan fisiknya.

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

    7/19

    2.2. Pengertian Mikroklimat.

    Secara fundamental, ergonomi merupakan studi tentang penyerasian antara pekerja

    dan pekerjaannya untuk meningkatkan performansi dan melindungi kehidupannya. Untuk

    dapat melakukan penyerasian tersebut, haruslah dapat diprediksi adanya stressor yangmenyebabkan terjadinya strain dan mengevaluasinya.

    Mikroklimat dalam lingkungan kerja menjadi sangat penting karena dapat bertindak sebagai

    stressor yang menyebabkan strain kepada pekerja apabila tidak dikendaliakan dengan baik.

    Mikroklimat dalam lingkungan kerja terdiri dari unsur suhu udara (kering atau basah),

    kelembaban nisbi, panas radiasi, dan kecepatan gerakan udara ( Bernard, 1996).

    Untuk negara dengan empat musim, rekomendasi untuk comfort zone pada musim dingin

    adalah suhu ideal berkisar antara 19 23 C dengan kecepatan udara antara 0,1 0,2

    m/det , dan pada musim panas adalah suhu ideal berkisar antara 22 24 C dengan

    kecepatan udara antara 0,15 0,40 m/det , serta kelembaban antara 40 60 % sepanjang

    tahun ( Granthan 1992 dan Grandjean 1993 ) . Kaitannya dengan suhu panas lingkungan

    kerja , batas toleransi suhu tinggi sebesar 35 40 C, kecepatan udara 0,2 m/det,

    kelebaban antara 40 50 %, perbedaan suhu permukaan < 4 C.

    Selama beraktivitas pada lingkungan panas , tubuh secara otomatis akan memberikan

    reaksi memelihara suatu kisaran panas lingkungan panas yang konstan denganmenyeimbangkan antara panas yang diterima dari luar tubuh dengan kehilangan panas dari

    dalam tubuh. Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh suatu pengaturan

    suhu. Suhu menetap ini dapat dipertahankan akibat keseimbangan antara panas yang

    dihasilkan dari metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan

    disekitarnya. Sedangkan produksi panas di dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh,

    makanan, gangguan sistem pengaturan panas seperti dalam kondisi demam dll. Selanjutnya

    faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pertukaran panas diantara tubuh dengan

    lingkungan sekitarnya adalah panas konduksi, panas konveksi , panas radiasi dan panaspenguapan. Pekerja dilingkungan panas juga dapat beraklimatisasi untuk mengurangi reaksi

    tubuh terhadap panas. Pada proses aklimatisasi menyebabkan denyut jantung lebih rendah

    dan laju pengeluaran keringan meningkat. Aklimatisasi tubuh terhadap panas memerlukan

    sedikit liquit tetapi sering minum. Metode terbaik untuk menentukan apakah tekanan panas

    ditempat kerja menyebabkan gangguan kesehatan adalah dengan mengukur suhu inti tubuh

    pekerja yang bersangkutan. Normal suhu inti tubuh adalah 37 C, mungkin mudah

    dilampaui dengan akumulasi panas dari konduksi, konveksi, radiasi dan panas metabolisme.

    Apabila rerata suhu inti tubuh pekerja > 38 C, diduga terdapat pemaparan suhu lingkungan

    panas yang dapat meningkatkan suhu tubuh tersebut. Selanjutnya harus dilakukan

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

    8/19

    pengukuran suhu lingkungan kerja. Salah satu parameter pengukuran suhu lingkungan

    panas adalah dengan menilai Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang terdiri dari

    parameter suhu udara kering, suhu udara basah dan suhu panas radiasi. Secara manual

    ISBB dapat dihitung dengan menggunakan rumus sbb;

    a) Pekerjaan dilakukan dibawah paparan sinar matahari (outdoor) ;

    ISBB = (0,7x suhu basah) + (0,2 x suhu radiasi) + (0,1 x suhu kering)

    b) Pekerjaan dilakukan didalam ruangan (indoor) ;

    ISBB = (0,7x suhu basah) + (0,3 x suhu radiasi)

    Untuk mengendalikan pengaruh paparan tekanan panas terhadap tenaga kerja perlu

    dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yang

    dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan untuk menilai secara cermat faktor-faktor tekanan

    panas pada masing-masing pekerjaan sehingga dapat dilakukan langkah pengendalian

    secara benar.

    Dengan demikian jelas bahwa mikroklimat yang tidak dikendalikan dengan baik akan

    berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan pekerja dan gangguan kesehatan, sehingga

    dapat meningkatkan beban kerja , mempercepat munculnya kelelahan dan keluhan subjektif

    serta menurunkan produktivitas kerja.

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

    9/19

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

    10/19

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

    11/19

    2.3. Kebisingan Tempat Kerja

    Pengertian kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat

    mengganggu pendengaran dan bahkan dapat menurunkan daya dengar seseorang

    terpapar. Sedangkan definisi menurut Kepmennaker (1999) kebisingan adalah semua suarayang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat

    kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

    Suara atau bunyi dapat dirasakan oleh indra pendengaran akibat adanya ransangan

    getaran yang datang melalui media yang berasal dari benda yang bergetar. Menurut

    Sumamur (1984) bahwa dari segi kualitas bunyi terdapat dua hal yang menentukan , yaitu

    frekuensi suara dan intensitas suara. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik

    atau Herz (Hz), yaitu jumlah getaran yang sampai ketelinga setiap detiknya. Sedangkan

    intensitas atau arus energi lazim dinyatakan dalam desibel (dB), yaitu perbandingan antara

    kekuatan dasar bunyi (0,0002 dyne/cm ) dengan frekuensi (1,000 Hz) yang tepat dapat

    didengar oleh telinga normal. Mengingat desibel yang diterima oleh telingan merupakan

    skala logaritmis , maka tingkat kebisingan 3 dB di atas 60 dB pengaruhnya akan berbeda

    dengan 3 dB di atas 90 dB. Intensitas dinilai dan dianalisis, selanjutnya hasil yang diperoleh

    harus dibandingkan dengan standar yang ditetapkan dengan tujuan untuk mengetahui

    apakah intensitas kebisingan yang diterima oleh tenaga kerja sudah melampaui Nilai

    Ambang Batas (NAB) yang diperkenankanatau belum. Dengan demikian akan dapat segeradilakukan upaya pengendalian untuk mengerangi dampak terhadap kebisingan tersebut.

    NAB kebisingan ditempat kerja berdasarkan beraturan Menaker 1978 , besarnya rata-rata

    85 dB untuk waktu kerja terus-menerus tidak lebih 8 jam / hari atau 40 jam / minggu.

    Pengendalian kebisingan dengan dua pendekatan, yakni pendekatan jangka pendek dan

    pendekatan jangka panjang. Pengendalian kebisingan yang beroreantasi dengan

    mengeliminir sumber kebisingan, penggunaan alat pelindung diri, pengendalian secara

    teknik / teknologi, mengatur merotasi kerja antara tempat yang bising dengan tempat yang

    lebih nyaman, didasarkan pada intensitas kebisingan yang dapat diterima (NAB). MenurutPulat (1992) pemakaian sumbat telinga dapat mengurangi kebisingan sebesar 30 dB,

    sedangkan tutup telinga mengurangi kebisingan sedikit lebih sebesar yaitu antara 40 50

    dB.

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

    12/19

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

    13/19

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

    14/19

    2.4. Penerangan di Tempat Kerja

    Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja dapat

    melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak

    perlu. Penerangan yang cukup dan diatur secara baik juga akan dapat membantumenciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga dapat

    memelihara kegairahan kerja. Intensitas penerangan yang sesuai dengan jenis pekerjaan,

    jelas akan meningkatkan produktivitas kerja. Secara uumum jenis penerangan atau

    pencahayaan dibedakan menjadi dua , yaitu penerangan buatan (penerangan artifisial) dan

    penerangan alamiah (dari sinar matahari). Untuk mengurangi pemborosan energi

    disarankan untuk menggunakan penerangan alamiah, akan tetapi ditempat kerja harus pula

    disediakan penerangan buatan yang memadai. Hal ini untuk menanggulangi jika dalam

    keadaan mendung atau kerja dimalam hari.

    Penerangan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan

    penglihatan selama kerja. Pengaruh dari penerangan yang kurang memenuhi syarat akan

    mengakibatkan :

    Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan efisiensi kerja

    Kelelahan mental

    Keluhan pegal didaerah mata dan sakit kepala disekitar mata

    Kesusakan indra mata, dll

    Di dalam mempertimbangkan aplikasi penerangan ditempat kerja , secara umum dapat

    dilakukan melalui tiga pendekatan , yaitu :

    a). Desain tempat kerja untuk menghindari problem penerangan

    Kebutuhan intensitas penerangan bagi pekerja harus selalu dipertimbangkan pada waktu

    mendesain bangunan, pemasangan mesin-mesin,alat dan sarana kerja. Desain instalasi

    penerangan harus mampu mengontrol cahaya kesilauan , pantulan dan bayang-bayang

    serta untuk tujuan kesehatan dan keselamatan kerja.

    b). Identifikasi dan penilaian problem dan kesulitan penerangan

    Agar masalah penerangan yang muncul dapat ditangani dengan baik, faktor-faktor yang

    harus diperhitungkan adalah sumber penerangan, pekerja dalam melakukan pekerjaannya,

    jenis pekerjaan yang dilakukan dan lingkungan kerja secara keseluruhan. Selanjutnya teknik

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

    15/19

    dan metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai masalah penerangan

    ditempat kerja meliputi :

    Konsultasi atau wawancara dengan pekerja dan supervisor ditempat kerja

    Mempelajari laporan kecelakaan kerja sebagai bahan investigasi Mengukur intensitas penerangan, kesilauan, pantulan dan bayang-bayang yang ada

    ditempat kerja.

    Mempertimbangkan faktor lain seperti, sikap kerja, lama kerja, umur pekerja , warna,

    dll

    c). Pengembangan dan evaluasi pengendalian resiko akibat penerangan

    Setelah penerangan dan pengaruhnya telah diidentifikasi dan dinilai , langkah selanjutnya

    adalah mengendalikan resiko yang potensial menyebabkan gangguan kerja. Pengendalian

    resiko sangat tergantung dari kondisi yang ada , tetapi secara umum dapat mengikuti

    hirarkhi pengendalian yang sudah lazim yaitu pengendalian yang dipilih dari yang paling

    efektif. Langkah-langkah pengendalian masalah penerangan ditempat kerja, yaitu :

    Modifikasi sistem penerangan yang sudah ada seperti ; merubah posisi lampu,

    menambah atau mengurangi jumlah lampu, mengganti jenis lampu dan lain-lain.

    Modifikasi pekerjaan seperti ; merubah posisi kerja untuk menghindari bayang-

    bayang, kesilauan, pantulan dan merubah objek kerja baik bentuk maupun

    kedekatan dengan mata agar lebih jelas .

    Pemeliharaan dan pembersihan lampu.

    Penyediakan penerangan lokal.

    Penggunaan korden dan perawatan jendela dll.

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

    16/19

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Pada praktikum Lingkungan Kerja, kami mengukur faktor lingkungan kerja seperti

    kebisingan, dan pecahayaan apakah dapat mempengaruhi performa kerja operator. Berikut langkah-

    langkah/prosedur praktikum yang kami lakukan :

    1. Merancang ruang kerja dan meja perakitan sesuai dengan kenyamanan operator

    2. Mengatur tata letak part-part diatas meja perakitan

    3. Atur intensitas cahaya, dan kebisingan sesuai dengan ketentuan

    4. Lakukan perakitan

    5. Catat waktu tiap perakitan nya

    6. Lakukan poin 3, 4, dan 5 dengan cahaya dan kebisingan yang berbeda

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

    17/19

    BAB IV

    ANALISIS DATA

    Jarak = 47 cm

    TES PENCAHAYAAN

    Operator : M. Azis Muhksin Ardiyansyah (Laki-laki)

    Cahaya : Gelap

    Lux 1 : 0

    NO

    WAKTU

    (s)

    1 14,36

    2 12,93

    3 19,24

    4 14,15 15,74

    6 14,36

    7 15,84

    8 15,27

    9 15,68

    10 12,96

    Rata-

    rata 15,05

    S.

    Deviasi 1,82

    Cahaya : Normal

    Lux : 84

    NO

    WAKTU

    (s)

    1 12,98

    2 12,64

    3 13,1

    4 11,925 14,81

    6 12,04

    7 13,92

    8 12,79

    9 12,85

    10 15

    Rata-rata 13,21

    S. Deviasi 1,05

    Cahaya :Terang

    sekali

    Lux : 185

    NO

    WAKTU

    (s)

    1 13,68

    2 13,51

    3 16,68

    4 16,31

    5 17,01

    6 12,46

    7 10,46

    8 12,11

    9 13,99

    10 10,53

    Rata-rata 13,67

    S. Deviasi 2,39

    MUR RING KONTAINER

    OPERATOR

    BAUT

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

    18/19

    TES KEBISINGAN

    Keadaan : Hening

    Suara : 47 dB

    NO

    WAKTU

    (s)

    1 14,3

    2 11,6

    3 11,38

    4 12,52

    5 12,11

    6 11,7

    7 13,09

    8 11,64

    9 13,1

    10 11,26

    Rata-rata 12,27

    S. Deviasi 0,97

    Keadaan : Normal

    Suara : 60 dB

    NO

    WAKTU

    (s)

    1 12,38

    2 15,84

    3 9,06

    4 9,66

    5 11,98

    6 11,44

    7 10,28

    8 15,58

    9 9,78

    10 10,31

    Rata-rata 11,63

    S. Deviasi 2,39

    Keadaan : Bising

    Suara : 88 Db

    NO

    WAKTU

    (s)

    1 13,03

    2 12,15

    3 10,2

    4 10,53

    5 10,72

    6 10,4

    7 11,02

    8 15,94

    9 11,2

    10 12,36

    Rata-rata 11,76

    S. Deviasi 1,74

    KOMBINASI KEADAAN NORMAL

    Pencahayaan : 84 lux

    Kebisingan : 60 Db

    NO

    WAKTU

    (s)

    1 12,68

    2 10,2

    3 9,06

    4 10,79

    5 14,68

    6 10,74

    7 15,51

    8 13,15

    9 10,06

    10 9,4

    Rata-rata 11,63

    S. Deviasi 2,24

  • 7/28/2019 Laporan Praktek Analisa Perancangan Kerja (Modul 5)-Lingkungan Kerja Fisik.

    19/19

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan bahwa :

    1. Kondisi lingkungan kerja (pencahayaan dan kebisingan) dapat mempengaruhi hasil suatu

    pekerjaan.

    2. Kondisi pencahayaan yang tidak normal (gelap/terlalu terang) dapat menghambat pekerjaan.

    Berdasarkan percobaan waktu penyelesaian pada kondisi cahaya gelap maupun sangat terang

    lebih lambat dibandingkan bekerja pada kondisi cahaya normal.

    3. Lingkungan kerja yang terlalu hening maupun bising juga dapat menghambat pekerjaan.

    Waktu penyelesaian yang paling baik didapat pada kondisi suara yang normal.4. Kombinasi pencahayaan serta tingkat kebisingan yang normal memiliki waktu paling baik.

    Dengan pencahayaan sebesar 84 lux dan suara sebesar 60 dB dihasilkan rata-rata waktu

    sebesar 11,63 detik. Karena itu lingkungan kerja yang paling baik adalah dalam kondisi

    normal.

    5.2 Saran

    Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, kami ingin memberikan saran kepada pihak yang

    terkait dengan praktikum Analisa dan Perancangan Kerja, yaitu:

    1. Penjelasan mengenai modul agar lebih mendalam

    2. Penggunaan waktu praktikum agar dapat lenih efisien