Laporan PKL Manajemen Deteksi Kebuntingan dengan Metoda Palpasi Rektal Pada Pemeliharaan Pastura

20
II DETEKSI KEBUNTINGAN TERNAK DENGAN METODA PALPASI PADA PEMELIHARAAN PASTURA HEYTESBURY CATTLE COMPANY VICTORIA RIVER DOWNS STATION AUSTRALIA UTARA Ihsan Salahuddin Rabbani 200110120205 Abstrak Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 21 Mei 2014 sampai dengan 22 Juni 2014 di Victoria River Downs Station, Heytesbury Cattle Company, Northern Teritorry-Australia. Pendalaman materi yang diambil adalah mengenai manajemen reproduksi yaitu deteksi kebuntingan dengan metoda palpasi pada pemeliharaan pastura. Dengan luas lahan 2824 km² dan populasi 24.000 ekor sapi guna meningkatkan efisiensi perusahaan diperlukan manajemen kemampuan reproduksi kawanan ternak yang lebih baik, yang akan bermanfaat untuk pemasaran, manajemen nutrisi, dan kontrol penyakit. Control pada musim kawin ternak dan deteksi kebuntingan adalah dua komponen utama dalam manajemen reproduksi. Deteksi kebuntingan pada induk berkontribusi terhadap manajemen reproduksi dengan dua metode kunci: 1). memudahkan mengidentifikasi ternak produktif, dan 2). membantu mengidentifikasi ternak non- produktif untuk diafkir. Kata kunci : Deteksi kebuntingan, palpasi, reproduksi, produktif, non-produktif. Abstact The fieldwork practice (PKL) was held on May 21, 2014 until June 22, 2014 in Victoria River Downs Station, Heytesbury Cattle Company, Northern Territory-Australia. The comprehensive focus on materials given was reproduction management, which is pregnancy detection by palpation method for pastoral maintenance. With a land area of 2824 km² and a population of 24,000 cattle, in order to improve efficiency, the company needed better management of herd reproductive capabilities, which will be useful for marketing purpose, nutrient management, and disease control. Seasonal mating control and pregnancy detection are two major components in reproduction management. Detection of pregnancy in mother cows contributes to reproduction management in two key points: 1). facilitate identification of productive livestock, and 2). help identify non-productive livestock for culling. Keywords: pregnancy detection, palpation, reproductive, productive, non- productive.

Transcript of Laporan PKL Manajemen Deteksi Kebuntingan dengan Metoda Palpasi Rektal Pada Pemeliharaan Pastura

  1. 1. 16 II DETEKSI KEBUNTINGAN TERNAK DENGAN METODA PALPASI PADA PEMELIHARAAN PASTURA HEYTESBURY CATTLE COMPANY VICTORIA RIVER DOWNS STATION AUSTRALIA UTARA Ihsan Salahuddin Rabbani 200110120205 Abstrak Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 21 Mei 2014 sampai dengan 22 Juni 2014 di Victoria River Downs Station, Heytesbury Cattle Company, Northern Teritorry-Australia. Pendalaman materi yang diambil adalah mengenai manajemen reproduksi yaitu deteksi kebuntingan dengan metoda palpasi pada pemeliharaan pastura. Dengan luas lahan 2824 km dan populasi 24.000 ekor sapi guna meningkatkan efisiensi perusahaan diperlukan manajemen kemampuan reproduksi kawanan ternak yang lebih baik, yang akan bermanfaat untuk pemasaran, manajemen nutrisi, dan kontrol penyakit. Control pada musim kawin ternak dan deteksi kebuntingan adalah dua komponen utama dalam manajemen reproduksi. Deteksi kebuntingan pada induk berkontribusi terhadap manajemen reproduksi dengan dua metode kunci: 1). memudahkan mengidentifikasi ternak produktif, dan 2). membantu mengidentifikasi ternak non- produktif untuk diafkir. Kata kunci : Deteksi kebuntingan, palpasi, reproduksi, produktif, non-produktif. Abstact The fieldwork practice (PKL) was held on May 21, 2014 until June 22, 2014 in Victoria River Downs Station, Heytesbury Cattle Company, Northern Territory-Australia. The comprehensive focus on materials given was reproduction management, which is pregnancy detection by palpation method for pastoral maintenance. With a land area of 2824 km and a population of 24,000 cattle, in order to improve efficiency, the company needed better management of herd reproductive capabilities, which will be useful for marketing purpose, nutrient management, and disease control. Seasonal mating control and pregnancy detection are two major components in reproduction management. Detection of pregnancy in mother cows contributes to reproduction management in two key points: 1). facilitate identification of productive livestock, and 2). help identify non-productive livestock for culling. Keywords: pregnancy detection, palpation, reproductive, productive, non- productive.
  2. 2. 17 2.1. Pendahuluan Menurut survei pada RPH di Queensland mengindikasikan bahwa diperkirakan 60% sapi berada dalam kondisi bunting pada saat dipotong. Hal ini membuktikan bahwa banyaknya sapi produktif yang dipotong sementara masih banyak sapi non-produktif yang tertinggal atau tidak tersaring dalam kawanan ternak. (Boorman, J., 1991). Dalam sebagian besar kasus, pemilik pada umumnya tidak mengetahui sapi mereka dalam keadaan bunting atau kurang menyadari kerugian ekonomi yang timbul akibat penjualan sapi bunting. Tingkat kerugian ini memang sulit untuk ditentukan dengan akurat, tapi diperkirakan dapat mencapai puluhan juta dolar per tahunnya.(Boorman, J., 1991). Kerugian ekonomi ini berhubungan dengan berkurangnya kemampuan reproduksi kawanan ternak, dan berkurangnya nilai jual dari daging ternak potong. Hal ini dikarenakan kualitas daging yang menurun secara signifikan dalam masa kebuntingan. Semakin tua usia kebuntingan, semakin buruk pula akibatnya pada kualitas daging. Sapi yang bunting lebih rentan terhadap tekanan dan oleh karena itu, memiliki kemungkinan insidensi dark cutters menjadi lebih tinggi, persentase dressing lebih rendah, dan hasil karkas yang lebih rendah. 2.2. Tujuan 1. Mengetahui manfaat dan tata cara melakukan deteksi kebuntingan pada ternak. 2. Mengetahui skema diagnosa kebuntingan ternak. 3. Mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melakukan deteksi kebuntingan ternak sapi potong pada pemeliharaan pastura. 4. Mengetahui teknik perlakuan palpasi pada deteksi kebuntingan ternak.
  3. 3. 18 2.3. Metoda Pengamatan 1. Partisipasi, yaitu ikut berpartisipasi secara langsung dalam praktek kerja di lapangan. 2. Merekam situasi, yaitu metode pengamatan yang menggunakan alat bantu seperti foto atau video yang bertujuan untuk menunjang isi laporan. 3. Mengutip catatan laporan, yaitu pengambilan data atau informasi yang berkaitan dengan objek yang diamati dari pihak perusahaan, data yang tercatat diperoleh atas persetujuan manajer. 4. Wawancara, yaitu diskusi yang dilakukan dengan pihak-pihak terkait meliputi Manajer dan Staff di Vicoria River Downs station tersebut. 2.4. Hasil dan Pembahasan Pada pemeliharan ternak secara ekstensif atau penggembalaan, beef producer dapat meningkatkan efisiensi usaha dengan menerapkan manajemen reproduksi yang baik. Hal ini berpengaruh pada peningkatan keuntungan, manajemen nutrisi, dan control penyakit. Deteksi kebuntingan adalah salah satu kunci utama dalam manajemen reproduksi. Dari deteksi tersebut perusahaan dapat menentukan sapi yang produktif maupun sapi non-produktif. Berbeda dengan pemeliharaan secara intensif, deteksi kebuntingan dapat lebih mudah dilakukan, salah satunya yaitu dengan melihat ada tidak adanya gejala estrus pada siklus selanjutnya dengan bantuan pencatatan atau recording pada ternak. Sedangkan pada pemeliharaan ekstensif, ternak tidak dapat selalu dipantau setiap hari. Deteksi kebuntingan pada pemeliharaan ekstensif sangat bergantung pada environment management. Waktu yang tepat untuk melakukan deteksi kebuntingan ialah saat kegiatan weaning (penyapihan) di yard.
  4. 4. 19 Bukti penelitian menyatakan bahwa fertilitas adalah karakteristik paling ekonomis untuk pemilihan ternak. Perkiraan bervariasi, namun sebagian besar sumber menghimbau bahwa 40-60% usaha pemilihan dan praktik manajemen sebaiknya diarahkan pada peningkatan dan maksimalisasi kemampuan reproduksi. (Roger Kaus, 1997). Tingkat reproduksi bervariasi antar properti dan seiring dengan perubahan musim. Hasil perhitungan akurat untuk keseluruhan kawanan ternak sapi potong di Northern Territory tidak tersedia, namun, persentase sapi yang menghasilkan pedet dalam 12 bulan interval inter-calving diperkirakan dalam jangkauan 50- 70%. Tingginya angka sapi yang disapih dari indukan hingga 95%, dengan selang kebuntingan rata-rata 12 bulan, dan variasi umur kebuntingan (calving spread) antar induk maksimal 10 minggu menjadi tujuan utama pencapaian reproduksi dalam usaha pembibitan ternak. (Geoff Kroker, dkk, 2000). 2.4.1. Deteksi Kebuntingan Deteksi kebuntingan merupakan salah satu metode pemantauan efisiensi reproduksi dan mendeteksi permasalahan yang sering terjadi di awal siklus pemuliaan, sehingga tujuan tersebut dapat dicapai. Deteksi dini pada sapi tidak bunting adalah manfaat utama dari deteksi kebuntingan. Pada prinsipnya status kebuntingan dari breeders dapat dievaluasi melalui berbagai cara, termasuk: Mencatat siklus aktivitas Pemeriksaan hormonal dari cairan tubuh, termasuk susu, darah atau urin Beta-mode ultrasonography Real-time ultrasound
  5. 5. 20 Mengukur konduktivitas elektrik dari mucus servikal dan vaginal Palpasi rektal Namun, tidak semua deteksi kebuntingan akurat. Survei RPH seperti yang telah disebutkan sebelumnya juga menyatakan bahwa dari semua sapi yang dinyatakan tidak sedang dalam keadaan bunting melalui berbagai deteksi kebuntingan, 38% diantaranya ternyata bunting dan hampir setengahnya berada pada trimester kedua atau terakhir kebuntingan. (Roger Kaus, 1997). Dari semua deteksi kebuntingan yang disebutkan, tidak ada satupun yang cocok digunakan pada semua keadaan. Sampai pada saat ini, metode paling murah dan efektif untuk mendeteksi kebuntingan pada sebagian besar situasi adalah palpasi rektal. Di Victoria River Downs sendiri, deteksi kebuntingan biasanya dilakukan oleh tenaga ahli khusus seperti dokter hewan yang didatangkan dari Katherine. Deteksi kebuntingan ini biasa dilakukan pada saat penyapihan yaitu pada bulan April Juni pada musim pertama, lalu dibulan September Oktober pada saat penyapihan musim kedua. Dalam banyak kasus, usia janin dan waktu bunting dapat diperkirakan selama palpasi rektal. Sapi yang diharapkan akan melahirkan di awal musim dapat dipisahkan dari sapi yang diperkirakan akan melahirkan terlambat. Hal ini menjadi dasar yang berguna untuk menyisihkan sapi jika diperlukan untuk mengurangi jumlah ternak, mungkin pada saat kekurangan pakan. Variasi umur kebuntingan (calving spread) antar induk sapi bunting juga dapat dengan cepat berkurang jika sapi yang terlambat bunting diganti dengan sapi yang memiliki kecenderungan bunting lebih awal. Berbagai kelainan yang menjadi faktor infertilitas pada sapi juga dapat diidentifikasi. Lebih umum di
  6. 6. 21 antaranya ovarium kistik dan infeksi rahim. Penyakit dan masalah manajemen yang mempengaruhi reproduksi ternak juga dapat diidentifikasi lebih awal jika ternak kebuntingan dilakukan. Tingkat kebuntingan yang rendah dalam satu massa tertentu, misalnya, mungkin disebabkan dari rendahnya tingkat kesuburan dari pejantan. Rendahnya tingkat kesuburan di seluruh kawanan ternak mungkin disebabkan oleh penyakit menular, atau gizi mungkin tidak memadai sebelum kawin. 2.4.2. Skema Diagnosa Kebuntingan Ternak Tujuan dari skema ini adalah menyediakan metode identifikasi ternak bunting dan tidak bunting yang akan dijual bagi pembeli maupun penjual hewan ternak. Dengan skema tersebut, seorang dokter hewan akan memeriksa ternak sebelum penjualan dan menentukan status kebuntingan setiap ternak. Ternak kemudian diberikan identifikasi per individu dengan wrap-around tail tag (tail tag yang diikatkan di sekeliling ekor), yang diberikan kode warna untuk setiap kategori kebuntingan. Pada setiap tail tag dituliskan kode angka dokter hewan yang memeriksa ternak tersebut, kode angka per individu untuk setiap ternak, dan indikasi kategori kebuntingan. Sebuah Sertifikat Pemeriksaan, ditanda tangani oleh dokter hewan yang melakukan pemeriksaan dan berisi data mendetail tentang ternak yang diperiksa, juga dipersiapkan. (Robert Hedlefs 1994). Menurut Robert Hedlefs, terdapat tiga kategori kebuntingan yang digunakan di seluruh Australia: 1. Not detectably pregnant (NDP) (Tidak Terdeteksi Bunting). Ternak yang termasuk dalam kategori ini mungkin mencakup ternak yang bunting kurang dari 6 minggu, fase dimana kebuntingan sulit dikonfirmasikan dengan pemeriksaan manual.
  7. 7. 22 2. Bunting kurang dari 4 bulan. 3. Bunting lebih dari 4 bulan. Terdapat kemungkinan adanya overlap (tumpang tindih) antara dua kategori kebuntingan sekitar kurang lebih 2 minggu. Dari ketiga kategori tersebut kita dapat mengetahui ternak yang produktif dan non-produktif. Ternak yang produktif adalah ternak yang menghasilkan pedet tepat waktu. Tetapi pada dasarnya masing-masing perusahaan memiliki kebijakan tertentu untuk menentukan proses identifikasi pada ternak produktif dan non-produktif. Di Victoria River Downs station sapi yang tidak menghasilkan pedet selama lima tahun atau non-produktif akan dimandulkan (spayed) terlebih dahulu dengan cara diambil ovariumnya menggunakan metode The Willis spay technique oleh dokter hewan. Pemandulan ini perlu dilakukan untuk memastikan sapi betina tersebut tidak bunting saat berada di perjalanan atau di tempat pemotongan hewan. Sapi non-produktif tersebut biasanya dijual ke Darwin dan diekspor ke negara Asia untuk digemukan atau langsung dipotong. Sapi non-produktif yang telah dijual atau dipotong akan diganti dengan sapi dara yang menghasilkan. Sementara sapi produktif , dalam kasus ini sedang bunting akan dilepas kembali ke kawanan. Dari perspektif genetik, meski kemampuan reproduksi dapat berulang, kemampuan ini cenderung tidak diwariskan. Jika seekor sapi menghasilkan pedet dalam waktu dekat pada tahun ini, maka ada kemungkinan sapi tersebut akan terus menghasilkan dengan cepat pada tahun-tahun berikut. Namun, anak dari induk sapi tersebut belum tentu juga merupakan pedet pada early calving.
  8. 8. 23 Keuntungan utama dari dari identifikasi sapi produktif dan non-produktif adalah : Pembeli tidak akan mengalami kerugian yang berhubungan dengan proporsi yang bervariasi dari sapi yang tidak bunting dalam satu draft. Penjual akan mendapatkan harga yang lebih tinggi untuk ternaknya. Diketahuinya sapi mana yang tidak bunting, akan menarik lebih banyak pembeli dari industri pengolahan daging. Meminimalisir kerugian reproduktif yang disebabkan penyembelihan sapi yang berada dalam masa kebuntingan lanjut. 2.4.3. Waktu yang Tepat untuk Melakukan Deteksi Kebuntingan Waktu yang paling praktis dan mudah untuk melakukan deteksi kebuntingan adalah pada saat melakukan weaning (penyapihan) di yard, dimana masih cukup mudah untuk memisahkan empty cows (induk yang tidak bunting). Atau paling sedikit 13 minggu setelah sapi jantan dipisahkan pada saat penyapihan. Waktu melakukan penyapihan sendiri beragam bergantung pada manajemen, lokasi dan iklim dimana peternakan tersebut berada. Deteksi kebuntingan pada saat induk dan anak sapi berada di yard untuk penyapihan juga menghindari kesulitan yang mungkin muncul pada saat identifikasi dan drafting (pemilahan) sapi serta pada saat anak sapi tersebut telah dipindahkan kembali ke paddock. Perkawinan musiman (saat dimana sapi jantan dipisahkan untuk periode tertentu dalam satu tahun) berarti semua penyapihan, deteksi kebuntingan dan culling dapat dilaksanakan secara serentak, yang juga berdampak pada penghematan biaya pekerja. Keuntungan tambahan dari deteksi kebuntingan pada saat penyapihan adalah sapi non-produktif dapat dipisahkan dari properti sebelum masa dimana
  9. 9. 24 terdapat tekanan nutrisi yang tinggi (misal: musim dingin). April hingga awal Juni adalah waktu yang tepat untuk penyapihan dan deteksi kebuntingan. Pada musim kemarau, penyapihan dini dapat meningkatkan konsepsi pada musim calving berikutnya. 2.4.4. Palpasi Rektal Deteksi kebuntingan pada sapi dengan usia kebuntingan kurang dari 13 minggu dapat menyebabkan keguguran. Keguguran ini dapat diminimalisasi oleh tenaga ahli berpengalaman, namun dapat mencapai 10% apabila dilakukan dengan cara kasar oleh orang yang kurang berpengalaman. (Geoff Kroker, dkk, 2000). Oleh karena itu, semua deteksi kebuntingan dini, kapanpun dimungkinkan, sebaiknya dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter hewan. Pada umumnya, semakin lanjut usia kebuntingan, semakin mudah diagnosis. Deteksi kebuntingan akurat yang dapat mengindikasikan umur janin jauh lebih diutamakan dari deteksi kebuntingan yang hanya dapat menentukan ada- atau-tidaknya janin. Pengukuran umur janin berguna untuk mendeteksi beberapa penyakit reproduksi serta menentukan performa sapi jantan pada musim kawin. (Geoff Kroker, dkk, 2000). Salah satu cara untuk mendeteksi kebuntingan adalah menggunakan cara palpasi rektal. Cara diagnosis kebuntingan ini ternyata lebih praktis dan mudah prosedurnya juga mempunyai akurasi yang tinggi. Palpasi rektal tersebut didasarkan atas kondisi uterus, ovarium dan buluh-buluh darah uterus (arteri uterina mediana). (Toelihere, 1985). Meskipun praktis dan mudah deteksi kebuntingan dengan palpasi rektal bukan merupakan teknik yang sederhana. Deteksi ini membutuhkan keahlian tertentu dan terdapat resiko bagi dan calon pedet (bakal anak sapi). Deteksi
  10. 10. 25 kebuntingan mencakup penanganan ternak dalam jarak dekat, yang cukup berbahaya bahkan untuk tenaga ahli berpengalaman, Sapi yang akan diperiksa kebuntingannya akan masuk ke dalam vet crush melalui race. Penting diketahui bahwa fasilitas yang adekuat untuk mengekang ternak yaitu vet crush perlu disediakan selama proses diagnosis kebuntingan. Hal ini terutama dibutuhkan untuk menjamin akurasi pemeriksaan dan mencegah cedera dari tenaga ahli atau dokter hewan yang memeriksa. Race dan crush yang akan digunakan pun harus dalam kondisi baik dan kokoh. Ilustrasi 4. Vet crush tampak depan. Ilustrasi 5. Vet Crush tampak samping. Ilustrasi 6. Race ternak.
  11. 11. 26 Setelah sapi betina memasuki vet crush, tenaga ahli atau dokter hewan akan segera memeriksa kebuntingan sapi tersebut. Adapun alat dan bahan yang harus dipersiapkan adalah : Sarung tangan latek sepanjang siku (long glove) Baju kerja (bisa berupa wearpack atau baju lapangan) Cairan pelumas (lubricant) Ember Air Berikut adalah tata cara perlakuan palpasi rektal : 1. Sebelum melakukan palpasi rektal tenaga ahli atau dokter hewan akan selalu memastikan kuku jari tangan tidak panjang, hal ini agar tidak melukai rektum 2. Menggunakan long glove yang kemudian diberi pelumas seperti tragacant, vaselin, sabun, atau bahan yang tidak mengiritasi mukosa rektum (tangan yang digunakan untuk masuk pada rektum biasanya dengan menggunakan tangan kiri). Ilustrasi 7. glove yang sudah diberi pelumas.
  12. 12. 27 3. Ambil ekor dengan satu tangan (tangan yang tidak menggunakan glove), tahan ekor ke arah yang tidak menghalangi penglihatan, hal ini agar tangan dapat dengan mudah masuk ke dalam rektum. 4. Saat hendak memasukan tangan ke dalam rektum, kuncupkan seluruh jari. Selanjutnya tangan didiamkan beberapa saat bila ada kontraksi rektum dan dimasukan kembali saat kontraksi terhenti. Tetapi bila kontraksi rektum terlalu kuat, maka tangan harus dikeluarkan. 5. Bila di rektum terdapat kotoran yang tidak diinginkan yang memakan banyak ruang, maka keluarkan kotoran tersebut secara perlahan-lahan sampai cukup ruang untuk dapat mencapai dan menemukan leher rahim. Ilustrasi 8. Memasukan tangan ke dalam rektum. Ilustrasi 9. Proses mencari serviks.
  13. 13. 28 6. Lalu cari serviks. Serviks berada di dalam saluran reproduksi dan ini akan terasa berada di bawah tangan saat memasuki rektum. Serviks berbentuk keras dan silinder. 7. Setelah mendapatkan bagian serviks, masukan tangan lebih dalam dan rasakan ada tidaknya janin pada saluran rahim. Jika dapat dirasakan sesuatu yang terasa seperti rahim yang buncit, dengan bola oval kecil serta cairan mengambang di dalamnya atau sesuatu yang terasa seperti janin, maka dapat disimpulkan sapi tersebut bunting. Jika tidak terasa apa-apa berarti sapi tersebut tidak bunting atau kosong. 8. Setelah didapat hasil bahwa sapi tersebut bunting, lama bunting atau tidak bunting, tarik lengan secara perlahan, dan lepaskan kembali sapi ke kawanan, dan ulangi dengan sapi lain. Pada dasarnya dibutuhkan banyak latihan untuk mengetahui apa yang kita rasakan. Biasanya perbedaan yang mencolok ialah pada saat 2 sampai 5 bulan masa kebuntingan sapi, sehingga kita dapat merasakan sesuatu yang lebih besar dari ovarium berukuran bola tenis. Ilustrasi 10. Saluran reproduksi betina (letak rektum, serviks, dan uterus.
  14. 14. 29 Menurut (Toelihere, 1985), tanda-tanda kebuntingan pada sapi yang diidentifikasi secara palpasi rektal adalah : Tabel 8. Tanda-tanda kebuntingan pada sapi. Bulan Keterangan 3 Kornua sebesar bola voli, letaknya sudah sedikit tertarik ke rongga perut, arteri uterina media jelas teraba dan terasa seperti desiran air mengalir, teraba kotiledon sebesar kedelai, membran fetus teraba. 5 Fetus sudah masuk ke rongga abdomen dan sulit teraba. Servik teraba seperti selang pipih, karena uterus tertarik ke rongga perut disebabkan karena berat fetus dan volume amnion bertambah volumenya. Plasentom teraba sebesar uang seratus rupiah, fremitus arteria uterina media teraba mendesir dengan pembuluh darah yang sebesar sedotan. 6 Posisi fetus sudah kembali sejajar dengan pelvis, osifikasi fetus sudah teraba jelas, teraba adanya fremitus arteria uterina media. Servik terletak di depan tepi cranial pubis dan hampir tegak lurus ke bawah. 7 Fetus sudah teraba teracak dan mulut, teraba adanya arteria uterina media. 9 Ujung kaki depan dan moncong fetus sangat dekat dengan rongga pelvis, pada akhir masa kebuntingan otot-otot sekitar tulang panggul kelihatan mengendur, vulva sedikit membengkak dan lendir banyak keluar. Teracak, mulut, ukuran fetus semakin membesar dan fremitus arteria uterina media semakin jelas. Sumber: Toelihere, (1985). Sedangkan menurut (Manan, 2000) dalam skripsinya Ilmu Kebidanan Ternak. Indikasi bahwa ternak bunting adalah sebagai berikut: 1. Palpasi rektal terhadap cornua uteri, teraba cornua uteri membesar karena berisi cairan plasenta (amnion dan alantois). 2. Palpasi rektal terhadap cornua uteri, kantong amnion. 3. Selip selaput fetal, alanto-corion pada penyempitan terhadap uterus dengan ibu jari dan jari telunjuk secara lues. 4. Perabaan dan pemantulan kembali fetus di dalam uterus yang membesar yang berisi selaput fetus dan cairan plasenta. 5. Perabaan plasenta.
  15. 15. 30 6. Palpasi arteri uterina media yang membesar, berdinding tipis dan berdesir (fremitus). Adapun menurut Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu. Indikasi yang pasti tentang adanya kebuntingan pada ternak sapi melalui pemeriksaan per-rektal adalah : 1. Palpasi secara halus dan sangat hati-hati terhadap kantong amnion pada kebuntingan muda, 35 sampai 50 hari. 2. Palpasi cornua uteri yang membesar berisi cairan plasenta dari hari ke 30 sampai ke 90 periode kebuntingan. 3. Selip selaput fetal, allantochorion, pada penjepitan secara luwes terhadap uterus diantara ibu jari dan jari telunjuk pada kebuntingan muda, 40 sampai 90 hari. 4. Perabaan dan pemantulan kembali fetus didalam uterus yang membesar yang berisi selaput fetus dan cairan plasenta. 5. Perabaan plesentoma 6. Palpasi arteria uterine media yang membesar, berdinding tipis dan berdesir (fremitus) Dalam beberapa situasi, terkadang tidak semua sapi yang kosong akan langsung dijual ke RPH atau di ekspor ke negara Asia. Menurut manajer Victoria River Downs Russel Ricther, ada baiknya untuk menunda menjual sapi yang tidak bunting. Jika kondisi pakan berlimpah, dan khususnya pada saat harga daging sapi turun, strategi terbaik adalah untuk melepaskan kembali sapi yang tidak bunting ke paddock khusus dan menggemukkan mereka untuk penjualan di kemudian hari. Keputusan lainnya yang juga dapat menguntungkan adalah untuk menjual sapi-sapi tersebut setelah penyapihan anak sapi mereka. Praktik yang umum
  16. 16. 31 adalah dengan bang-tailing (memotong sekitar 100 mm) ekor untuk memudahkan identifikasi sapi-sapi yang akan disembelih di kemudian hari, hingga enam bulan kedepan. Pilihan lainnya adalah untuk mengawinkan kembali sapi yang tidak hamil, terutama sapi dara, untuk masa kebuntingan berikutnya. Strategi ini dapat diaplikasikan pada properti dengan lebih dari satu periode kebuntingan tiap tahunnya. Pada properti dengan satu periode kebuntingan, sekelompok kecil induk yang bunting terlambat dapat menyebabkan kesulitan manajemen. Jika sapi yang tidak bunting dikawinkan kembali, pencatatan yang baik harus dilakukan untuk memastikan sapi yang mandul tidak disimpan dan dipindahkan diantara kawanan dengan periode kebuntingan yang berbeda. Diagnosis kebuntingan juga memiliki implikasi dalam pemasaran. Sapi yang dijual berdasarkan berat hidup akan memiliki harga yang lebih tinggi apabila memiliki sertifikasi tidak hamil dari dokter hewan.
  17. 17. 32 2.5. Kesimpulan dan Saran 2.5.1. Kesimpulan Pada metoda pemeliharaan ternak secara pastura, deteksi kebuntingan merupakan salah satu kunci utama pada manajemen reproduksi guna meningkatkan efisiensi usaha. Hal ini berpengaruh pada peningkatan keuntungan, manajemen nutrisi, dan kontrol penyakit yang berpengaruh kepada profit perusahaan ternak. Dari deteksi tersebut perusahaan dapat menentukan sapi yang produktif maupun sapi non-produktif. Dua hal yang menjadi pertimbangan utama untuk memutuskan apakah sapi dara yang tidak bunting akan diberikan kesempatan kedua untuk bunting kembali adalah breeding value dan biaya untuk mempertahankan sapi dara tersebut. Metoda deteksi kebuntingan dengan melakukan palpasi rektal dianggap merupakan cara yang paling efektif serta tidak memakan banyak biaya dan banyak tenaga kerja. Adapun waktu yang tepat saat melakukan deteksi kebuntingan adalah pada saat weaning (penyapihan) yakni dari awal April hingga awal Juni. 2.5.2. Saran Pada praktik di lapangan, proses deteksi kebuntingan saat weaning tak jarang sapi betina merasa stress, akibat kasarnya perlakuan stockman terhadap ternak, baik yang bunting maupun tidak bunting. Hal ini selain berpengaruh terhadap performa reproduksi ternak, juga dapat membahayakan stockman akibat sapi induk yang stress cenderung sulit untuk dikontrol. Untuk itu dibutuhkan kesabaran dan pengetahuan lebih untuk menangani sapi induk terutama sapi yang sedang bunting.
  18. 18. 33 Deteksi kebuntingan sebaiknya dilakukan oleh tenaga ahli berpengalaman yang sudah memiliki sertifikat. Hal ini guna menghindari ketidaktepatan prediksi kebuntingan, mengingat pentingnya hasil tes kebuntingan untuk rencana breeding ke depan. Cara dan metoda kebuntingan ini memang belum umum digunakan di Indonesia, khususnya untuk sapi potong. Namun, pada peternakan seperti daerah Sumba, yang mana sapi masih dipelihara secara pastura, pengetahuan tentang seasonal mating dan deteksi kebuntingan dapat diterapkan.
  19. 19. 34 DAFTAR PUSTAKA Asmoro, Dwi. Palpasi Rektal dan Pemeriksaan Kebuntingan (PKB). Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Mesuji. [Online]. Tersedia: http://dkpp.mesujikab.go.id/artikel/33-palpasi-rektal-dan- pemeriksaan-kebuntingan-pkb (3 April 2015). Australian Brahman Breeders Association Limited. Pregnancy Testing of Cattle. [Online].Tersedia:http://www.brahman.com.au/technical_information/rep roduction/pregnancyTestingCattle.html (3 April 2015) Boorman, J. (1991). Bonechewing Country: Cattle Management for Northern Australia. 56 pp. Queensland. The Department of Primary Industries. Hedlefs, R. 1994. Cattle Pregnancy Diagnosis Scheme. Queensland. The Department of Primary Industries. Kaus R, Lapworth J, Carroll P. 1997. The Stockmans Handbook 6th Edition. Queensland. The Department of Primary Industries. 36-37. Kroker G, Bendigo, Clarke L, Hamilton. 2000. Pregnancy testing of beef cattle. Department of Environment and Primary Industries. [Online]. Tersedia: http://www.depi.vic.gov.au/agriculture-and food/livestock/beef/breeding/pregnancy-testing-of-beef-cattle (27 Maret 2015). Manan, D. 2000. Ilmu Kebidanan Pada Ternak. Nangroe Aceh Darussalaam. Universitas Syahkuala. Toelihere MR. 1985. Ilmu Kebidanan Pada Ternak sapi dan Kerbau. Salemba. Jakarta Universitas Indonesia.
  20. 20. 35