Laporan Pkl Isi (2003)
-
Upload
iqoh-faiqoh -
Category
Documents
-
view
688 -
download
39
Transcript of Laporan Pkl Isi (2003)
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan praktek kerja lapang (PKL) merupakan kegiatan belajar mengajar wajib yang
harus dilaksanakan bagi mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian
Bogor berdasarkan Surat Keputusan Rektor IPB Nomor 143/13/pp/2009. Kegiatan praktek kerja
lapang dilakukan untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai kegiatan perikanan dan
kelautan di lapangan dengan cara bersosialisasi dan berkomunikasi dengan masyarakat secara
langsung. Hasil komunikasi dan sosialisasi dengan masyarakat akan menghasilkan berbagai
informasi dan masalah yang terdapat di lapangan. Masalah yang diperoleh dari lapangan akan
menjadi bahan bagi mahasiswa untuk dipecahkan dengan pemahaman teori serta praktikum yang
sudah diterapkan di perkuliahan dan praktikum. Keberhasilan dalam indentifikasi dan penentuan
solusi terbaik dalam penyelesaian masalah di Lapangan akan menjadi bekal yang sangat baik bagi
mahasiswa untuk memasuki dunia kerja setelah menyelesaikan bangku perkuliahan.
Kegiatan praktik kerja lapang dilakukan di pelabuhan perikanan. Pelabuhan perikanan
merupakan tempat yang sangat tepat dijadikan sebagai lokasi praktik kerja lapang bagi mahasiswa
yang mendalami tentang masalah laut dan perikanan seperti Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan. Pelabuhan Perikanan menyediakan informasi kelautan dan perikanan secara lengkap
mulai dari kegiatan bongkar muat hasil perikanan, pelelangan, bisnis perikanan, kegiatan
pengoperasian kapal, keadaan pelabuhan, inventarisasi hasil perikanan, monitoring pelabuhan
perikanan dan masih banyak kegiatan lainnya yang menunjang untuk dilakukannya praktik kerja
lapang di pelabuhan perikanan.
Mahasiswa merupakan pihak yang mempunyai kewajiban dalam membenahi kondisi
masyarakat kearah yang lebih baik, sesuai dengan tugas pokok mahasiswa salah satunya adalah
pengabdian masyarakat. Sebagai mahasiswa yang bergerak dibidang perikanan dan kelautan maka
sudah menjadi tugas penting untuk melakukan perbaikan dan pembenahan kegiatan perikanan dan
kelautan di Indonesia. Salah satu usaha tersebut dengan melakukan praktek kerja lapang dalam
rangka pembelajaran, pengamatan kegiatan yang sebenarnya terjadi di lapangan dan masalah yang
terjadi serta solusi yang dapat ditawarkan utnuk menangani masalah tersebut.
Pada tahun ini praktik kerja lapang dibagi menjadi 5 lokasi pelabuhan perikanan antara lain:
PPS Cilacap, PPN Karang Antu Banten , PPP Batang, PPP Karimun Jawa dan PPP Tasikagung
Rembang. PPP Tasikagung Rembang merupakan salah satu tempat yang dijadikan tempat praktik
kerja lapang pada tahun ini. PPP Tasikagung Rembang merupakan salah satu dari sembilan
1
Pelabuhan Perikanan Pantai yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah. PPP Tasikagung terletak di desa Tasikagung kecamatan
Rembang yang berada pada koordinat 6’30-7’30 LS dan 111’00 - 111’30 BT merupakan salah satu
pelabuhan perikanan pantai yang memiliki aktivitas ekonomi tersibuk di wilayah Rembang. Hampir
semua kegiatan perekonomian masyarakat Rembang dilakukan di pelabuhan ini. Namun sebagai
pelabuhan perikanan pantai yang menjadi pusat kegiatan perekonomian, informasi tentang jenis
ikan dominan yang ditangkap serta jumlah produksi dan nilai produksi hasil tangkapan belum
terdata dan tersusun dengan baik. Jumlah produksi dan nilai produksi masih tertuang dalam bentuk
atau ilustrasi tabel, tidak dalam bentuk grafik atau diagram batang, sehingga masih cukup sulit
untuk mengetahui secara langsung tingkat produksi hasil tangkapan di pelabuhan tersebut. Oleh
karena itu penyajian informasi dalam bentuk grafik atau diagram batang sangat diperlukan untuk
mempermudah mendapatkan informasi terkait tingkat produksi di pelabuhan tersebut. Tidak hanya
itu, perlu diketahui pula berapa persentase dari total produksi hasil tangkapan tersebut yang
dijadikan sebagai ikan olahan. Informasi seperti itu sangat diperlukan sehingga pemanfaatan hasil
perikanan dapat dikelola dengan baik.
1.2 Tujuan
Secara umum kegiatan praktek lapang ini bertujuan untuk :
1. Menjalin komunikasi/bersosialisasi dengan masyarakat kelautan (nelayan, pengusaha, dan
pejabat terkait).
2. Meningkatkan kemampuan dan terampil dalam menggali data/informasi kelautan dan
perikanan.
3. Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi masyarakat kelautan dan perikanan.
4. Mengevaluasi diri atas kesesuaian kompetensi dari perkuliahan dan di lapang.
Tujuan khusus dari kegiatan praktek lapang ini adalah menghitung jumlah produksi dan
nilai produksi hasil tangkapan berupa ikan pelagis serta jenis ikan dominan yang terdapat di
TPI 1 Tasikagung, Rembang, Jawa Tengah.
2
II. KONDISI UMUM WILAYAH PRAKTEK LAPANG
Secara administratif Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasikagung Rembang terletak di
Desa Tasik Agung, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang dan secara geografis terletak di
antara 6’30-7’30 LS dan 111’00 - 111’30 BT. Kawasan PPP Tasik Agung Rembang menempati
area seluas 20 Ha, yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti fasilitas pokok, fasilitas
fungsional, dan fasilitas penunjang.
1. Fasilitas pokok
Fasilitas pokok atau fasilitas dasar merupakan fasilitas yang langsung dibutuhkan untuk
kelancaran keluar masuknya kapal perikanan. Fasilitas pokok yang berada di PPP Tasikagung
Rembang antara lain (Tabel 1) :
Tabel 1. Fasilitas pokok di PPP Tasikagung Rembang
No Jenis Fasilitas Ukuran/Luas
1. Tanah areal pelabuhan 20 Ha
2. Dermaga bongkar 625 M
3. Dermaga muat 625 M
4. Turap/spell 200 M (Barat), 60 M (Timur)
5. Jetty 625 x 5 M
6. Jalan komplek 200 x 12 M
7. Drainase 500 x 0.3 M
2. Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupakan fasilitas yang berfungsi untuk menunjang fasilitas pokok
dengan cara memberikan pelayanan yang diperuntukkan di pelabuhan. Berikut adalah fasilitas
fungsional yang terdapat di PPP Tasikagung Rembang (Tabel 2) :
Tabel 2. Fasilitas fungsional di PPP Tasikagung Rembang
No Jenis Fasilitas Ukuran/Luas
1. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 1 65 x 48 M
2. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 2 10 x 48 M
3. Tempat pengepakan 1 10 x 60 M
4. Tempat pengepakan 2 10 x 48 M
5. Kantor ADM 212 M2
3
6. Bengkel 4 unit
7. SPDN 30.000 Liter 1 unit
8. Tangki air dan istalasi 1 unit
9. Pabrik Es (CPIB) 1 unit (tidak beroperasi)
10. Timbangan 3 unit
11. Basket 12.700 buah
12. Kereta pengangkutan ikan 75 buah
13. Tempat perbaikan jarring 150 M
14. Tempat penjemuran ikan 150 M
15. Listrik 13.000 KVA
16. Kantor Syahbandar 200 M2
17. Kantor SSB 6 M2
18. Telepon 3 unit
19. Sound system 2 unit
20. Pagar keliling 1 buah
21. Kantor PPP Tasikagung 91 M2
3. Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang secara tidak langsung dibutuhkan untuk
menunjang kelancaran pelabuhan. Fasilitas penunjang yang terdapat di PPP Tasikagung dapat
dilihat pada Tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3. Fasilitas Penunjang di PPP Tasikagung Rembang
No Jenis Fasilitas Ukuran/Luas
1. Tempat parker 300 M
2. MCK (6 x 3m) 2 unit
3. Kantor perhubungan 200 M2
4. Kantor polairud 50 M2
5. Kantor pos AL 72 M2
6. Kantor pos PSDKP 40 M2
6. Kantor HNSI 100 M2
7. Kantor KUD Mina 300 M2
8. Musholla 150 M2
4
9. Waserda 79 M
Berdasarkan pengamatan langsung terkait dengan kondisi sosial di PPP Tasikagung, secara
umum sumber mata pencarian masyarakat Tasikagung berasal dari aktivitas perikanan. Profesi yang
disandang oleh masyarakat Tasikagung adalah nelayan. Di samping itu tidak sedikit pula
masyarakat Tasikagung yang berprofesi sebagai pengusaha dalam bisnis perikanan.
Jenis usaha bisnis perikanan yang banyak dikelola oleh masyarakat di sekitar PPP
Tasikangung adalah sebagai pebisnis jual beli ikan segar, ikan pindang, ikan asin dan ikan bakar
(ikan asap). Bisnis tersebut tergabung dalam beberapa unit dagang (UD). Selain bisnis perikanan,
beberapa masyarakat juga melakukan bisnis yang mendukung bisnis perikanan seperti bisnis
keranjang pindang, bisnis basket ikan untuk pelelangan atau biasa diesbut sebagai tukang bakul,
bisnis es balok, toko yang menyediakan semua perbekalan nelayan dalam melakukan operasi
penangkapan ikan, ada juga yang berprofesi sebagai tukang angkat ikan, dan berbagai macam
warung makan yang melayani kebutuhan makanan setiap orang yang mengunjungi PPP
Tasikagung.
Selain bisnis perikanan terdapat juga beberapa masyarakat yang berprofesi sebagai peminta-
minta ikan. Masyarakat yang berprofesi sebagai peminta-minta ikan tersebut berasal dari berbagai
kalangan, mulai dari anak muda sampai orang tua. Mereka meminta ikan pada nelayan yang sedang
melakukan bongkar hasil tangkapan. Ikan yang diminta kemudian akan dijual atau dikonsumsi
sendiri. Kegiatan ini biasanya umum dijumpai pada pagi dan sore hari yaitu saat kegiatan bongkar
hasil tangkapan dilakukan oleh para nelayan.
Berdasarkan tipe alat tangkap yang digunakan terdapat dua jenis alat tangkap yang
digunakan nelayan PPP Tasikagung, yaitu nelayan mini purseine dan nelayan cantrang. Nelayan
mini purseine merupakan nelayan yang menangkap jenis ikan pelagis yang melakukan operasi
penangkapan ikan selama lebih kurang 5 hari sampai 1 minggu. Sedangkan nelayan cantrang
merupakan nelayan yang menangkapa ikan demersal yang melakukan operasi penangkapan ikan
selama lebih kurang 2- 3 minggu. Hasil utama perikanan di PPP Tasikagung adalah ikan layang
(Decapterus macalarus) dari hasil tangkapan mini purseine, ikan kurisi (Nemimterus hexodon)
dan ikan kue (Caranx sp.) yang merupakan hasil tangkapan menggunakan alat tangkap cantrang.
Selain hasil tangkapan utama juga terdapat beberapa ikan hasil tangkapan yang kebanyakan
berasal dari alat tangkap cantrang seperti ikan pari (Dasyatis sp.), ikan kerapu (Ephinephelus
sp.), cumi-cumi (Loligo sp.), ikan buntal (Diodon sp.), ikan siganus ( Siganus sp.), ikan triger (
Pseudobalises sp.), ikan hiu (Carcarinus sp.) dan lain sebagainya.
5
III. METODE PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANG
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Pantai
Tasikagung, Rembang, Jawa Tengah. Kegiatan PKL ini dilaksanakan pada alih semester 6-7,
tepatnya pada tanggal 2 - 31 Juli 2012. Secara geografis PPP Tasikagung terletak di antara 6’30 -
7’30 LS dan 111’00 - 111’30 BT. Kegiatan PKL berpusat pada Tempat Pelelangan Ikan (TPI 1),
kantor TPI 1 Tasikagung, dan Dermaga. Untuk lebih jelasnya ditunjukan pada gambar 1
Gambar 1. Lokasi Praktek Kerja Lapang
3.2 Prosedur Pelaksaan Kegiatan
Metode pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapang dilakukan dengan melakukan
kegiatan sebagai berikut :
a. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengenal secara umum kondisi wilayah PPP
Tasikagung serta mengamati kegiatan yang ada di lingkungan sekitar pelabuhan. Hal ini
diperlukan sebagai pembelajaran mengenai jumlah produksi hasil tangkapan dari mulai
pendaratan hasil tangkapan, pendataan jumlah tangkapan, hingga proses pelelangan.6
b. Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan dengan cara pemberian pertanyaan terstruktur kepada
pihak yang terkait seperti nelayan, masyarakat sekitar, pegawai TPI yang terdiri dari bagian
statistik, bagian A1, dan bagian KTU, serta pegawai pelabuhan yaitu pembimbing lapang.
c. Pengumpulan data laporan
Pengumpulan data laporan terdiri dari pengumpulan data primer dan data sekunder. Data
primer didapatkan secara langsung melalui pendataan hasil tangkapan serta perhitungan hasil
tangkapan bersama pegawai TPI, dan data sekunder didapatkan dari pegawai TPI bagian
statistik. Data tersebut yang kemudian akan diolah dan dilaporkan secara tertulis dalam bentuk
laporan ilmiah.
d. Studi literature
Studi literature dilakukan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan produksi hasil
tangkapan pelabuhan sehingga dapat mendukung data yang diperoleh selama kegiatan PKL.
e. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui penyajian diagram atau grafik setelah
dilakukan perhitungan dan identifikasi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan tujuan PKL.
Ananlisis data yang dilakukan antara lain penyajian berupa diagram atau grafik produksi jenis
ikan dominan, total produksi dan nilai produksi hasil tangkapan, dan produksi ikan yang
digunakan untuk bisnis pengolahan ikan.
7
IV. HASIL KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG
4.1 Jenis Tangkapan Dominan
Jenis tangkapan yang didaratkan di TPI 1 Tasikagung, Rembang sebagian besar adalah jenis
ikan pelagis seperti layang (Decapterus macrosoma), bawal hitam (Formio niger), kembung
(Restrelliger brachysoma), selar (Selaroides leptolepsis), tembang (Sadinella fimbriata), tongkol
(Auxis thazard), siro (Amblygaster sirm), petek (Leiognathus equulus), tenggiri (Scomberomous
lineatus), japoh (Dussumiera acuta), layur (Trichiurus lepturus), bentong (Selar
crumenophthalmus), demang (Priachantus Sp), dan mladang (Coryphaena hippurus). Jenis ikan
pelagis ini ditangkap menggunakan alat tangkap mini purseine. Selain ikan pelagis, terdapat juga
ikan karang yang didaratkan, seperti ikan kerapu (Epinephelus merra). Adapun jenis tangkapan
ikan dominan yang didaratkan di TPI 1 ditunjukkan oleh diagram dibawah ini :
Gambar 2. Diagram Produksi Per Jenis Ikan Pelagis Dominan Tahun 2011 di PPP Tasikagung
(Ton)
Jenis ikan pelagis yang dominan pada tahun 2011 di PPP Tasikagung antara lain layang,
kembung, tembang, selar, bentong, dan tongkol. Hasil tangkapan utama dengan jumlah paling besar
yaitu ikan layang (Decapterus macrosoma) dengan total tangkapan sebesar 7.802,104 ton.
Berdasarkan data hasil tangkapan tahun 2011 (Lampiran 1), jumlah tangkapan ikan layang
mengalami peningkatan drastis dari bulan Juli – Desember. Berdasarkan wawancara dengan
nelayan setempat, ikan layang banyak tertangkap pada musim peralihan Timur hingga musim
Timur (April – September). Selama musim tersebut, tepatnya pada bulan Juni – Agustus, anakan
ikan layang (immature) yang berasal dari habitatnya di Laut Flores dan Selat Makasar bergerak ke
barat menuju ke Laut Jawa. Di sekitar perairan Pulau Bawean ikan layang telah tumbuh menjadi
dewasa dan meneruskan kegiatan ruayanya ke barat melalui Selat Gaspar dan Selat Sunda untuk
kembali ke habitat asal (Asikin, 1971; Burhanuddin dan Djamali, 1978). Kegiatan ruaya (migrasi)
8
ikan layang tersebut menyebabkan terjadinya sebaran (distribusi) ikan layang pada kawasan Laut
Jawa. Beberapa parameter oseanografi yang mempengaruhi ruaya (migrasi) dan sebaran (distribusi)
ikan layang di Laut Jawa yaitu salinitas, suhu permukaan laut, kelimpahan makanan, dan arus
(Burhanuddin et al 1983). Oleh karena itu ikan layang merupakan tangkapan yang paling dominan
di PPP Tasikagung, karena wilayah operasi tangkapan yang dilakukan oleh para nelayan PPP
Tasikagung berada di sekitar Laut Jawa. Nelayan tersebut (mini purseine) beroperasi selama kurang
lebih 5 – 7 hari di Laut Jawa dan mendaratkan hasil tangkapnnya di TPI PPP Tasikagung. Selain
itu, ikan layang mempunyai peranan penting dan nilai ekonomis didalam perikanan mini purseine
sehingga banyak dicari dan ditangkap oleh nelayan mini purseine.
4.2 Produksi Ikan
Jumlah produksi ikan pelagis yang didaratkan di TPI 1 PPP Tasikagung selama lima
tahun terakhir mengalami kenaikan. Hal ini dapat dilihat dari gambar 1. Data terakhir pada tahun
2011 menunjukkan total produksi ikan yang di daratkan di TPI 1 PPP Tasikagung sebesar
15.307,149 ton dengan total nilai penjualan sebesar Rp. 102.894.325.000. Berdasarkan data
tersebut maka pada tahun 2011 terjadi kenaikan total produksi sebesar 12.72 % dan kenaikan
nilai produksi sebesar 25.61 % dari tahun sebelumnya (2010). Kenaikan hasil tangkapan ikan
pelagis ini juga berlangsung pada tahun 2008. Namun pada akhirnya terjadi penurunan kembali
hingga tahun 2010. Hal tersebut seiiring dengan bertambah dan berkurangnya jumlah armada
kapal mini purseine yang berlayar tiap tahunnya (lampiran 2).
Gambar 3. Diagram produksi (ton) dan nilai produksi (Juta Rp) tahun 2007 – 2011 di PPP
Tasikagung
9
Perubahan jumlah hasil tangkapan ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah daerah penangkapan ikan (DPI) yang semakin jauh, pendaratan hasil tangkapan ke daerah
yang yang lebih dekat dengan DPI, serta jumlah kapal mini purseine yang jumlahnya tidak
menentu tiap tahunnya (lampiran 2). Penurunan jumlah armada kapal yang berlayar juga
mempengaruhi total produksi hasil tangkapan tiap tahunnya. Perubahan jumlah armada kapal
mini purseine yang beroperasi selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4
Gambar 4. Jumlah armada mini purseine tahun 2007 – 2011 di PPP Tasikagung
Perubahan jumlah armada kapal yang berlayar dari tahun 2007 – 2011 mempengaruhi
jumlah tangkapan. Total produksi hasil tangkapan yang didapatkan pada tahun 2008 dan tahun
2011 mengalami kenaikan. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah armada kapal yang beroperasi di
tahun tersebut meningkat. Pada tahun 2007 jumlah armada yang berlayar sebanyak 3403 kapal
dan jumlah tersebut mengalami kenaikan di tahun berikutnya (2008) yaitu sebesar 4814
(lampiran 2). Kenaikan jumlah armada juga terjadi pada tahun 2011 dengan jumlah kapal
sebanyak 5065 kapal dimana pada tahun sebelumnya (2010) kapal yang berlayar berjumlah 3351
kapal. Perubahan jumlah armada kapal yang ada di PPP Tasikagung disebabkan oleh kapal yang
akan berlayar tersebut tidak mengurus perizinan dan tidak melaporkannya ke pelabuhan
Tasikagung, namun ke pelabuhan tempat dimana kapal tersebut terakhir berlabuh dan
mendaratkan hasil tangkapannya. Selain itu, pada dasarnya kapal yang mendaratkan hasil
tangkapannya di pelabuhan Tasikagung, bukan kapal asli yang berasal dari pelabuhan tersebut
namun berasal dari pelabuhan sekitarnya seperti pelabuhan Kragan, Juwana, dan Sarang. Oleh
sebab itu, kapal yang keluar masuk pelabuhan Tasikagung jumlahnya tidak menentu.
10
4.3 Kapal Penangkapan dan Perlengkapan yang Digunakan
Produksi hasil tangkapan di suatu pelabuhan tidak akan berjalan dengan baik tanpa
adanya peran dari kapal perikanan sebagai moda dalam pelaksanaan kegiatan perikanan. Kapal
perikanan merupakan kapal atau perahu atau alat apung lainnya yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penangkapan ikan. Jenis kapal yang beroperasi di PPP Tasikagung
dikelompokkan berdasarkan alat tangkap yang digunakan, yaitu kapal mini purseine dan kapal
cantrang. Kedua kapal ini masing-masing mepunyai komoditas utama hasil tangkapan yang
berbeda. Hasil tangkapan kapal mini purseine yaitu ikan pelagis dengan komoditas utamanya
adalah ikan layang (Decapterus macrosoma), sedangkan hasil tangkapan kapal cantrang berupa
ikan demersal dengan komoditas utama berupa ikan pari (Dasyatis sp.) dan ikan kerapu
(Ephinephelus sp). Dalam hal ini, kapal yang beroperasi untuk menangkap ikan pelagis adalah
kapal mini purseine. Kapal mini purseine yang ada di PPP Tasikagung berasal dari daerah
Sarang, Kragan, Pandangan, dan kapal yang berdomisili asli dari Tasikagung.
Kapal mini purseine merupakan kapal perikanan yang digunakan untuk melakukan
kegiatan penangkapan dengan menggunakan alat tangkap purse seine. Purse seine atau biasa
disebut sebagai pukat cincin merupakan jenis jaring lingkar yang aktif dan umumnya berbentuk
empat persegi panjang yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis besar maupun kecil,
dengan cara melingkarkan jaring tersebut pada suatu gerombolan ikan. Pengoperasian alat
tangkap purse seine dilakukan dengan melingkari gerombolan ikan sehingga membentuk sebuah
dinding besar yang kemudian jaring tersebut akan ditarik dari bagian bawah dan membentuk
seperti sebuah kolam. Dalam memudahkan penarikan jaring, alat tangkap ini dilengkapi dengan
tali kolor atau tali pengerut. Kapal ini disebut mini purseine karena kapal ini memiliki ukuran GT
yang kecil, yaitu kurang dari 30 GT (<30 GT) dengan jumlah awak kapal sebanyak 20 orang
yang terdiri dari 18 orang Anak Buah Kapal (ABK), satu orang motorist (teknisi), dan kapten
kapal. Para nelayan mini purseine ini berlayar selama kurang lebih 5 – 7 hari dengan jarak
tempuh sekitar 27 – 30 mil ke arah laut. Pengoperasian alat tangkap purseine dibantu dengan
menggunakan rumpon. Rumpon ini terbuat dari daun kelapa dan ditenggelamkan di daerah
fishing ground. Rumpon yang dipakai oleh nelayan mini purseine di PPP Tasikagung berjumlah
6 – 7 rumpon untuk satu kapal. Rumpon yang telah rusak tersebut kemudian akan ditambahkan
dengan rumpon baru, yang berasal dari daun kelapa baru tanpa membuang rumpon lama yang
telah rusak. Penggunaan rumpon ini akan mempermudah para nelayan dalam menangkap ikan,
karena rumpon ini digunakan sebagai tempat berteduh bagi ikan sehingga ikan akan berkumpul
pada rumpon yang telah dipasang. Selain rumpon, alat bantu yang digunakan dalam
pengoperasian kegiatan penangkapan adalah GPS sounder dan kompas. Dengan bantuan GPS 11
sounder tersebut, nelayan dapat dengan mudah menentukan daerah penangkapan ikan.
Sedangkan nelayan yang tidak mempunyai GPS sounder, mereka menggunakan kompas utnuk
menetukan posisi daerah penangkapan ikan.
4.4 Pengolahan dan Pemasaran Ikan
Hasil tangkapan ikan pelagis yang di daratkan di TPI 1 PPP Tasikagung diolah
berdasarkan cara perlakuannya. Terdapat tiga cara perlakuan hasil tangkapan di PPP Tasikagung,
yaitu ikan segar, olahan, dan beku. Berikut adalah persentase produksi ikan yang diolah menurut
cara perlakuannya :
Gambar 5. Diagram Produksi Ikan Yang Diolah Menurut Cara Perlakuan di PPP
Tasikagung Tahun 2011 (Ton)
Ikan hasil tangkapan yang diolah menjadi ikan segar sebesar 2296,684 ton (15%), ikan
olahan sebesar 12245,698 ton (80%), dan dalam bentuk beku sebesar 748,306 ton (5%) dari total
produksi. Sebagain besar hasil tangkapan ikan pelagis diperlakukan dengan cara diolah menjadi
suatu produk olahan. Ikan tersebut diolah dengan cara pemindangan, pengasinan, dan
pengasapan. Berdasarkan wawancara dengan penduduk setempat, sebagain besar ikan diolah
dengan cara dipindang. Hal ini didukung karena komoditas utama hasil tangkapan ikan pelagis
berupa ikan layang. Dimana ikan layang tersebut merupakan salah satu jenis ikan yang cocok
untuk diolah dalam bentuk pindang. Pengolahan dengan cara pindang menghasilkan keuntungan
yang terbilang cukup besar dibandingkan dengan pengolahan ikan asin atau ikan asap. Ikan
pindang mempunyai daya tahan yang cukup lama, yaitu sekitar 2-3 hari. Ikan pindang yang telah
diolah tersebut kemudian dipasarkan ke dalam kota yaitu Rembang, antar kota seperti Blora,
Semarang, Pati, dan antar provinsi yaitu Jawa barat dan Jawa Timur. Sedangkan untuk ikan segar
biasanya dipasarkan disekitar kota Rembang, dan ikan beku biasanya dipasarkan ke Jakarta. Ikan
dalam bentuk segar dibeli langsung oleh para pembeli. Ikan tersebut kemudian akan dijual
kembali ke para pedagang dan para pengusaha pindang yang ada di sekitar pelabuhan. 12
Sedangkan ikan yang akan diolah dalam bentuk beku sebelumnya dimasukkan ke dalam cold
storage terlebih dahulu sebelum dipasarkan.
4.5 Permasalahan Di PPP Tasikagung
4.5.1 Kurangnya Pengawasan Terhadap Mutu Hasil Tangkapan
Pengelolaan mutu ikan yang didaratkan di TPI 1 Tasikagung terbilang kurang baik. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya lembaga pengawasan khusus yang bertugas untuk mengawasi
mutu kualitas ikan di pelabuhan tersebut. Ikan hasil tangkapan langsung dibongkar di dermaga
pelabuhan kemudian dikelompokkan berdasarkan ciri fisiknya seperti jenis ikan, ukuran ikan,
dan tingkat kesegaran ikan. Pengelompokan ikan-ikan tersebut dilakukan oleh para Anak Buah
Kapal (ABK) dan tidak ada aturan baku yang mengaturnya, namun pengelompokan tersebut
berdasarkan ciri fisik ikan yang terlihat secara kasat mata. Ikan yang telah dikelompokkan
kemudian dimasukkan ke dalam keranjang (basket) dan disemprot dengan air tawar bersih untuk
kemudian diangkut menggunakan mobil bak kecil untuk dilakukan pelelangan di TPI. Selama
proses ini berlangsung, ikan dibiarkan terpapar cahaya matahari langsung dan dilempar secara
kasar ke dalam keranjang (basket) sehingga tidak sedikit ikan yang terjatuh ditanah dan
dibiarkan terinjak oleh nelayan lainnya. Disamping itu, kebersihan keranjang (basket) yang
digunakan sebagai wadah ikan kurang diperhatikan. Keranjang (basket) yang digunakan masih
dalam keadaan kotor dan tidak dilakukan pencucian terlebih dahulu. Hal ini dapat mencemari
dan mengotori hasil tangkapan. Penanganan hasil tangkapan seperti itu dapat menyebabkan
penurunan mutu ikan hasil tangkapan. Menurut Adi (2009), berbagai penyebab turunnya atau
rusaknya mutu hasil tangkapan antara lain tidak diperhatikannya kebersihan dek kapal dan alat
atau wadah yang digunakan, membiarkan ikan di tempat terbuka dan terkena sinar matahari
langsung, mencampur ikan yang telah busuk dengan ikan yang masih segar, dan penyusunan
ikan di dalam palka terlalu tinggi sehingga lapisan ikan yang berada di bawah tertindih oleh
lapisan ikan yang berada di atas.
Dalam hal ini sepertinya para nelayan setempat belum begitu memahami pentingnya
kualitas hasil tangkapan. Sebagian besar nelayan belum mengerti bagaimana cara penanganan
hasil tangkapan yang baik. Menurut Soetopo (1979), terdapat beberapa tahap dalam penanganan
hasil tangkapan yang baik, antar lain :
1. Mengangkat ikan secepatnya dari dalam air
2. Mencuci hasil tangkapan ikan dari lumpur dan kotoran lainnya
3. Memisahkan ikan menurut jenis, ukuran, dan kebutuhan
4. Membuang insang dan isi perut untuk ikan-ikan besar dan mencuci dengan air bersih13
5. Menyimpan ikan dalam pecahan es secukupnya atau pendingin lainnya sampai
temperature 0C, dan mengalirkan es yang telah meleleh serta menghindari tekanan dari
atas.
Solusi yang bisa diterapkan terkait masalah diatas adalah diadakannya suatu badan
pengawas khusus yang mengawasi mutu hasil tangkapan ikan, pelatihan kepada seluruh kalangan
masyarakat setempat terutama para nelayan tentang bagaimana cara penanganan ikan dengan
baik, pasokan air bersih lebih diperbanyak lagi sehingga memudahkan nelayan dalam
membersihkan alat atau wadah yang digunakan sebagai tempat hasil tangkapan, serta
penyempurnaan kualitas sarana dan prasarana gedung TPI seperti mengganti lantai TPI dengan
keramik karena lantai TPI yang kotor dapat mempengaruhi kebersihan ikan hasil tangkapan.
4.5.2 Solar Packet Dealer Nelayan (SPDN) Masih Kurang
Keberadaan tempat pengisian bahan bakar khusus nelayan atau Solar Packet Dealer
Nelayan (SPDN) di PPP Tasikagung masih kurang. Saat ini tercatat satu unit SPDN yang ada di
PPP Tasikagung. Kurangnya SPDN ini membuat para nelayan masih harus membeli bahan bakar
ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) yang ada dipinggir jalan dan memakan
waktu tempuh yang cukup lama. Untuk membeli solar di SPBU, nelayan masih harus menyewa
truk tambahan untuk mengangkut solar ke pelabuhan sehingga biaya yang dikeluarkanpun lebih
banyak jika dibandingkan dengan membeli solar di SPDN yang berada di dalam wilayah
pelabuhan, padahal harga solar di SPBU sama dengan harga di SPDN yaitu Rp. 4500/L.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak KUD setempat, kurangnya SPDN di PPP
Tasikagung disebabkan oleh jauhnya letak penyuplai solar dari pusat kota sehingga jatah solar
untuk SPDN di PPP Tasikagung diberikan per 3 bulan. Dalam menangani masalah tersebut,
solusi yang dapat diterapkan oleh pihak pelabuhan adalah pembangunan lebih banyak lagi unit
SPDN di pelabuhan serta pasokan solar di pelabuhan diperbanyak sehingga solar tersedia tiap
bulannya. Apabila pasokan solar masih belum bisa tiap bulan, setidaknya diadakannya sarana
atau transportasi bebas biaya bagi para nelayan yang akan membeli solar ke SPBU pinggir jalan
sehingga nelayan tidak mengeluarkan biaya lebih dalam pengisian bahan bakar untuk berlayar.
14
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Secara umum, jenis tangkapan yang didaratkan di TPI 1 PPP Tasikagung sebagian besar
adalah jenis ikan pelagis kecil seperti ikan layang, tembang, kembung, tongkol, dan lainnya.
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, total produksi dan nilai produksi hasil tangkapan ikan
pelagis di PPP Tasikagung mengalami kenaikan pada tahun 2008 dan 2011. Hal ini ditunjang
dengan perubahan jumlah armada kapal pada tiap tahunnya. Hasil tangkapan yang didaratkan di
TPI 1 PPP Tasikagung sebagian besar diolah dengan cara pemindangan dan sebagian lagi diolah
menjadi ikan segar dan beku. Ikan hasil tangkapan tersebut dipasarkan ke wilayah sekitar
Rembang seperti Blora, Semarang, Pati bahkan dipasarkan hingga antar provinsi seperti Jawa
Barat dan Jawa Timur. Analisis permasalahan yang terdapat di PPP Tasikagung diantaranya
adalah kurangnya pengawasan terhadap mutu hasil tangkapan serta masih kurangnya unit Solar
Packet Dealer Nelayan (SPDN). Penanganan mutu hasil tangkapan yang ada di pelabuhan
terbilang kurang baik karena belum adanya badan khusus yang mengawasinya. Sedangkan untuk
jumlah SPDN yang kurang, terdapat kendala di dalamnya seperti letak pemasok solar yang
cukup jauh dari pelabuhan.
5.2 Saran
Apabila dilakukan kegiatan praktek lapang berikutnya dengan topik yang sama, diharapkan
menggunakan data yang lebih luas misalnya data kurun waktu satu dasawarsa terakhir agar lebih
dapat mewakili keadaan yang sebenarnya terjadi di pelabuhan terkait dengan total produksi dan
nilai produksi hasil tangkapannya. Selian itu, diharapkan pula melakukan survey tempat PKL
terlebih dahulu agar memudahkan dalam mobilitas dalam pencarian data serta usahakan untuk ikut
serta dalam trip kapal bersama nelayan.
15
VI. PENUTUP
Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilakukan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Tasikagung, Rembang berlangsung selama 30 hari dan berjalan lancar. Dalam pelaksanannya, kami
dibantu oleh pembimbing lapang yang merupakan salah satu pegawai pelabuhan. Pembimbing
lapang tersebut bertugas memandu serta mengarahkan kita dalam pelaksanakan praktek di lapangan
dan telah banyak memberikan informasi serta wawasan mengenai kegiatan perikanan yang terjadi
di lokasi PKL yaitu PPP Tasikagung. Demikian laporan ini dibuat dan semoga dapat memberikan
informasi yang berguna dan berperan dalam memajukan perikanan dan kelautan Indonesia.
16
DAFTAR PUSTAKA
Adi,D B S. 2009. Analisis Kuasalitas Penurunan Kualitas Ikan Tangkapan: Studi Kasus Pelabuhan
Perikanan Nusantara Prigi Trenggalek Jawa Timur. [Tesis]. Surabaya. Institut Teknologi
Sepuluh November.
Asikin, D. 1971. Synopsis Biologi Ikan Layang (Decapterus spp). Jakarta : Lembaga Penelitian
Perikanan Laut Departemen Pertanian. hlm. 3-27
Burhanuddin, Djamali A. 1978. Oseanologi di Indonesia. No. 9, Parasit Anisakis Sebagai Petunjuk
Perbedaan Populasi Ikan Layang, Decapterus ruselli Ruppel, Di Laut Jawa. Jakarta :
Lembaga Oseanologi Nasional - LIPI. hlm 1-11
Burhanuddin, Djamali A, Martosewojo S, Muljanto. 1983. Evaluasi Tentang Potensi dan Usaha
Pengelolaan Sumberdaya Ikan Layang (Decapterus spp). Di dalam : Burhanuddin, Djamali
A, editor. Jakarta : Lembaga Oseanologi Nasional – LIPI. hlm 61
Soetopo, H. 1979. Suatu Studi Pendahuluan Tentang Penanganan Hasil Tangkapan Ikan [Karya
Ilmiah]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. hlm 79
17
LAMPIRAN
1. Jumlah Kapal mini purseine Tahun 2007 – 2011 di PPP Tasikagung
TahunTotal Produksi
(Ton)Nilai Produksi
(Juta Rp) Jumlah Kapal2007 12304.047 56325.82 34032008 17704.593 91191.121 48142009 13683.96 70537.036 45522010 11851.949 60939.053 33512011 15307.149 102894.325 5065
2. Produksi Ikan (ton) Tahun 2011 Yang diolah Menurut Cara Perlakuan
di PPP Tasikagung
Bulan ikan segar olahan bekuJan 56,220 299,837 18,739Feb 76,533 408,175 25,510Maret 134,574 717,732 44,858April 116,536 621,525 38,846Mei 113,852 607,207 37,950Juni 146,620 781,971 48,873Juli 171,815 916,345 50,272Agt 326,272 1,740,117 108,758Sept 282,767 1,508,089 94,256Okt 313,057 1,669,634 104,352Nov 272,576 1,453,688 90,855Des 285,862 1,521,369 85,037total (kg) 2,296,684 12,245,689 748,306total (ton) 2296.684 12245.689 748.306
3. Total Produksi Ikan Pelagis (ton) yang Didaratkan di TPI 1 PPP Tasikagung tahun 2007-2011
18
Bulan 2007 2008 2009 2010 2011Januari 951.213 849.067 966.855 1137.776 374.798Februari 1134.081 574.844 731.359 772.705 510.218Maret 1406.93 1278.848 943.84 1010.288 897.164April 1098.283 931.975 659.34 1030.306 776.907Mei 499.676 1020.016 704.914 587.143 759.009Juni 249.312 1362.415 289.901 537.401 977.464Juli 554.499 2798.709 1153.61 349.187 1145.432Agustus 1196.173 2346.238 1820.02 952.878 2175.147September 1272.083 1629.948 1667.572 1423.178 1885.112Oktober 947.252 1466.088 1972.984 2059.803 2087.043November 1546.2 1910.887 1195.649 1452.78 1817.11Desember 1448.345 1535.558 1577.916 538.504 1901.745TOTAL 12304.047 17704.593 13683.96 11851.949 15307.149
4. Dokumentasi kegiatan Praktek Kerja Lapang
Gambar 1. Wawancara dengan petugas TPI Gambar 2. Ikut serta dalam pencatatan jumlah hasil tangkapan
Gambar 3. Pencatatan data hasil tangkapan Gambar 4. Wawancara dengan nelayan
19
Gambar 5. Hasil tangkapan yang didaratkan Gambar 6. Wawancara dengan pegawai
di TPI 1 Tasikagung TPI Bagian KTU (Ibu Sri Hartanti)
Gambar 7. Wawancara dengan pegawai Gambar 8. Nelayan sedang melakukan bongkar
TPI bagian Statistik (Ibu Sri Astuti) hasil tangkapan
Gambar 9. Ikan rucah di TPI 1 Tasikagung
20
5. Jumlah Produksi (ton) Hasil Tangkapan Ikan Dominan Tahun 2011 di TPI 1 PPP Tasikagung, Rembang
No Jenis Ikan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov DesTotal(Kg)
Total(ton)
1Layang (Decapterus macrosoma) 238,079 201,995 183,160 107,318 24,800 26,110 356,752 1,500,647 1,272,287 1,417,181 1,288,490 1,185,285 7,802,104 7802.104
2Bawal hitam (Formio niger) 105 3,265 27,005 20,265 24,585 5,825 5,190 8,260 18,690 15,645 4,610 5,945 139,390 139.39
3Kembung (Restrelliger brachysoma) 18,880 61,460 157,502 97,585 160,285 366,082 190,031 262,885 151,095 129,990 52,990 171,285 1,820,070 1820.07
4Selar (Selaroides leptolepsis) 44,250 71,100 101,425 83,953 50,165 95,725 92,365 77,420 84,350 122,634 116,725 135,065 1,075,177 1075.177
5Tembang(Sadinella fimbriata) 21,595 54,245 210,118 217,584 317,262 265,363 125,168 85,605 152,250 106,645 119,595 96,075 1,771,505 1771.505
6 Tongkol (Auxis thazard) 22,062 54,249 28,435 7,560 15,339 7,245 69,370 82,040 67,655 77,428 92,015 16,555 539,953 539.953
7 Siro(Amblygaster sirm) 0 770 770 4,445 4,935 695 4,130 2,500 3,980 4,165 590 127,295 154,275 154.275
8Petek (Leiognathus equulus) 1,015 7,245 35,805 83,764 43,680 37,335 19,815 22,925 14,315 32,095 8,805 14,875 321,674 321.674
9 Cumi (Loligo pealii) 315 1,830 11,535 8,350 17,300 16,410 54,300 24,590 7,900 12,450 10,990 13,750 179,720 179.72
10Tenggiri(Scomberomous lineatus) 385 2,605 3,905 2,370 3,920 674 435 770 490 4,340 2,155 1,530 23,579 23.579
11Ponggo (Epinephelus merra) 0 7,735 33,985 14,545 14,365 14,385 12,000 10,640 6,615 20,230 7,560 4,410 146,470 146.47
12Japuh (Dussumieria acuta) 0 0 0 1,190 0 0 490 0 0 0 0 0 1,680 1.68
13Layur (Trichiurus lepturus) 0 0 7,105 6,325 11,025 532 0 0 0 0 0 0 24,987 24.987
14 Tunul (baracuda) 140 0 2,939 3,925 5,385 1,455 1,015 2,555 4,200 6,895 3,185 1,575 33,269 33.269
15Mladang (Coryphaena hippurus) 1,190 2,642 630 315 0 0 0 0 665 36,450 625 0 42,517 42.517
16Bentong (Selar crumenophthalmus) 10,255 28,440 62,115 98,158 46,400 119,468 185,834 38,185 76,225 101,730 58,365 78,260 903,435 903.435
17 Lain-lain 16,525 12,627 30,730 17,255 29,560 20,160 37,537 56,735 24,395 32,175 49,420 49,840 376,959 376.959
21