LAPORAN PESISIR 2012

135
1 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012 PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut memiliki banyak fungsi, peran serta manfaat bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya karena di dalam dan di atas laut terdapat kekayaan sumber daya alam yang dapat kita manfaatkan diantaranya yaitu sebagai tempat hidup sumber makanan manusia, tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laut, tempat hiburan atau rekreasi, serta tempat barang tambang berada dan juga sebagai jalur transportasi air. Berdasarkan KepMen Kelautan dan Perikanan Nomor 10 Tahun 2002, Pesisir merupakan wilayah peralihan dan interaksi antara ekosistem darat dan laut. Pesisir dipengaruhi oleh gelombang air laut. Pesisir juga merupakan zona yang menjadi tempat pengendapan hasil pengikisan air laut dan merupakan bagian dari pantai, oleh karenanya rawan terhadap proses abrasi serta kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia di daratan. Karena begitu pentingnya arti laut dan pesisir bagi kehidupan manusia, maka adalah kewajiban manusia untuk tetap menjaganya. Salah satu ekosistem pesisir yaitu hutan bakau atau yang biasa disebut dengan hutan Mangrove. Ekosistem mangrove berfungsi sebagai tempat berlindung dan mencari makan bagi makhluk - makhluk laut yang hidup di pesisir. Tanpa hutan bakau (mangrove), perlahan-lahan ekosistem laut akan terancam kelangsungan hidupnya sehingga sumber makanan laut yang dapat diperoleh oleh para nelayan pun akan jauh berkurang. Banyak hal telah mengakibatkan rusaknya hutan mangrove antara lain disebabkan oleh pencemaran lingkungan, pembukaan besar-besaran daerah budidaya dan penangkapan ikan dengan menggunakan racun. Wilayah Laut dan Pesisir merupakan tempat hidup beberapa ekosistem yang saling berhubungan, dinamis dan produktif yang perlu dijaga kelestariannya karena menyimpan sumber keanekaragaman hayati. Ekosistem utama yang umumnya terdapat di wilayah pesisir seperti halnya mangrove, selain mempunyai

description

semoga bermanfaat

Transcript of LAPORAN PESISIR 2012

Page 1: LAPORAN PESISIR 2012

1 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laut memiliki banyak fungsi, peran serta manfaat bagi kehidupan manusia

dan makhluk hidup lainnya karena di dalam dan di atas laut terdapat kekayaan

sumber daya alam yang dapat kita manfaatkan diantaranya yaitu sebagai tempat

hidup sumber makanan manusia, tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput

laut, tempat hiburan atau rekreasi, serta tempat barang tambang berada dan juga

sebagai jalur transportasi air.

Berdasarkan KepMen Kelautan dan Perikanan Nomor 10 Tahun 2002,

Pesisir merupakan wilayah peralihan dan interaksi antara ekosistem darat dan

laut. Pesisir dipengaruhi oleh gelombang air laut. Pesisir juga merupakan zona

yang menjadi tempat pengendapan hasil pengikisan air laut dan merupakan

bagian dari pantai, oleh karenanya rawan terhadap proses abrasi serta kerusakan

yang ditimbulkan oleh manusia di daratan.

Karena begitu pentingnya arti laut dan pesisir bagi kehidupan manusia,

maka adalah kewajiban manusia untuk tetap menjaganya. Salah satu ekosistem

pesisir yaitu hutan bakau atau yang biasa disebut dengan hutan Mangrove.

Ekosistem mangrove berfungsi sebagai tempat berlindung dan mencari makan

bagi makhluk - makhluk laut yang hidup di pesisir. Tanpa hutan bakau (mangrove),

perlahan-lahan ekosistem laut akan terancam kelangsungan hidupnya sehingga

sumber makanan laut yang dapat diperoleh oleh para nelayan pun akan jauh

berkurang. Banyak hal telah mengakibatkan rusaknya hutan mangrove antara lain

disebabkan oleh pencemaran lingkungan, pembukaan besar-besaran daerah

budidaya dan penangkapan ikan dengan menggunakan racun.

Wilayah Laut dan Pesisir merupakan tempat hidup beberapa ekosistem

yang saling berhubungan, dinamis dan produktif yang perlu dijaga kelestariannya

karena menyimpan sumber keanekaragaman hayati. Ekosistem utama yang

umumnya terdapat di wilayah pesisir seperti halnya mangrove, selain mempunyai

Page 2: LAPORAN PESISIR 2012

2 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

peranan ekologis, juga mempunyai peran ekonomis, dan sosial yang sangat

penting dalam mendukung pembangunan wilayah pesisir.

Sumber daya yang ada pada laut merupakan salah satu kekayaan alam

yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Akan tetapi pemanfaatannya sampai

saat ini kurang memperhatikan kelestariannya. Akibatnya, terjadi penurunan

fungsi, kualitas serta keanekaragaman hayati yang ada. Mengetahui peranan dan

manfaat Sumber daya laut dan Pesisir penting bagi ekosistem maupun bagi

manusia, maka Sumber daya Pesisir dan Laut perlu dilestarikan.

1.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dilaksanakan kegiatan pengendalian pencemaran kawasan pesisir dan laut

ini antara lain :

Dalam rangka pelaksanaan mandat Undang – undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 18 ayat (4) “Kewenangan untuk

mengelola sumber daya di wilayah laut sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) paling jauh 12 ( dua belas ) mil laut diukur dari garis pantai ke

arah laut lepas dan / atau ke arah perairan kepulauan untuk provinsi dan

1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan provinsi untuk kabupaten / kota “.

Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999

Pasal 4 tentang Pengendalian Pencemaran dan / atau Perusakan Laut.

Sebagai Upaya pemenuhan terhadap Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut.

Memberikan Pertimbangan dalam pengambilan keputusan sebagai dasar

penentu kebijakan pengelolaan kawasan pesisir dan laut serta

pengembangan tata ruang kawasan pantai dan laut bagi kegiatan usaha

masyarakat dengan penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan serta

pemberdayaan masyarakat dan peran serta swasta sebagai mitra

pembangunan.

Page 3: LAPORAN PESISIR 2012

3 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Sasaran dilaksanakan kegiatan pengendalian pencemaran kawasan pesisir dan

laut antara lain sebagai berikut :

1. Tersedianya data kondisi kualitas air laut di kawasan pesisir dan laut

secara periodik.

2. Tersedianya analisa terhadap sebab penurunan / peningkatan kondisi

kualitas air laut di kawasan Pesisir dan Pantai.

1.3 Pelaksanaan Kegiatan

Guna menunjang kegiatan pengendalian pencemaran kawasan pesisir dan

laut, maka Pemerintah kota Surabaya melalui Badan Lingkungan Hidup secara

periodik melakukan monitoring uji kualitas air di 3 (tiga) Zona. Kegiatan pengujian

terhadap kualitas air laut dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut yang

pelaksanaannya pada bulan April (semester I) dan September (semester II) Tahun

2012 :

1. Uji Sampling Air Laut untuk Perairan Pelabuhan dilaksanakan di 2 lokasi

a. Nilam Barat

b. Nilam Timur

2. Uji Sampling Air Laut untuk Wisata Bahari dilaksanakan di 2 lokasi

a. Kenjeran pulau Pasir

b. Kenjeran pengasapan ikan

3. Uji Sampling Air Laut untuk Biota Laut dilaksanakan di 4 lokasi

a. Gunung Anyar kali UPN

b. Gunung Anyar kali Wonorejo

c. Kali Lamong 1, dan

d. Kali Lamong 2.

Lokasi-lokasi tersebut telah ditetapkan dan menjadi lokasi monitoring secara

kontinu setiap tahunnya. Sementara parameter fisik, kimia ataupun biologi

mengikuti parameter yang tercantum dalam lampiran sesuai KepMenLH Nomor

51/2004. Untuk perairan Pelabuhan mengacu pada lampiran 1, Wisata Bahari

mengacu lampiran 2, dan biota laut mengacu pada lampiran 3.

Page 4: LAPORAN PESISIR 2012

4 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Parameter yang dipantau sesuai dengan KepMen LH Nomor 51 Tahun 2004

tentang Baku Mutu Air Laut. Secara Umum pengambilan sampel air laut

dilaksanakan pada siang hari ( 09.00 s/d 12.00 WIB) pada saat air pasang

Lokasi Sampel Dermaga Nilam Barat dan Nilam Timur (Baku Mutu Kawasan

Pelabuhan )

Pengambilan sampling air laut di lokasi Dermaga Nilam Barat pada

semester I dan semester II dilakukan pada saat kondisi cuaca cerah dan

perairan cukup tenang, begitu juga pengambilan sampling pada lokasi

Nilam Timur juga dilakukan pada saat kondisi cuaca cerah dan perairan laut

tenang. Pada saat pengambilan sampling semester ke II (bulan September)

di lokasi Nilam Timur sedang dilakukan bongkar muat CPO ( Crude Palm

Oil ) dari kapal menuju pabrik yang berada di sekitar pelabuhan.

Pada lokasi Dermaga Nilam Barat banyak digunakan sebagai tempat

Pergudangan serta tempat dok perkapalan besar dan kecil. Seperti halnya

Dermaga Nilam Timur juga menjadi tempat sandar kapal besar dan kecil

(Kapal Cargo dan Kapal Layar Motor) yang juga banyak digunakan sebagai

tempat pergudangan dan bongkar muat CPO.

Lokasi Sampel Kenjeran Pengasapan Ikan dan Pulau Pasir (Baku Mutu Kawasan

Wisata Bahari)

Pengambilan sampling yang dilakukan di lokasi Kenjeran Pengasapan Ikan

dan Pulau pasir pada semester I dengan kondisi cuaca mendung ( keadaan

langit yang tertutup awan), dan perairan laut cukup bergelombang.

Sedangkan pada semester II pengambilan sampling dilakukan saat cuaca

cerah dan perairan tidak bergelombang.

Lalu lintas kapal besar maupun kecil relatif sedikit sehingga potensi wisata

dan olah raga laut berkembang di kawasan ini.

Pada wilayah ini, perumahan cukup padat di sepanjang pantai, terdapat

lokasi IPAL pencucian ikan bantuan dari Belanda, tempat pengasapan ikan,

serta industri kecil lainnya berbahan dasar hasil laut

Page 5: LAPORAN PESISIR 2012

5 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Lokasi Sampel Kali Lamong I dan Lamong II (Baku Mutu Biota Laut)

Pada saat pengambilan sampling air laut di lokasi Kali Lamong I dan Kali

Lamong II kondisi cuaca cerah pada bulan April (Semester 1) begitu

juga pada bulan September (Semester 2), kondisi gelombang pada

perairan juga relatif rendah.

Pada lokasi Kali Lamong I banyak didapati pemukiman dan disepanjang

sungai hingga muara seringkali menjadi tempat pembuangan limbah

domestik ( limbah rumah tangga ). ( Foto pada lampiran Gambar )

Secara alami lokasi ini merupakan alur pelayaran kapal, volume lalu lintas

kapal kecil cukup tinggi untuk melayani transportasi dari Pelabuhan

Tanjung Perak ke pelabuhan Gresik.

Lokasi Sampel Gunung Anyar Kali Wonorejo dan Gunung Anyar Kali UPN (Baku

Mutu Biota Laut)

Pada saat pengambilan sampling air laut di Lokasi Gunung Anyar Kali

Wonorejo dan Gunung Anyar Kali UPN pada semester I dan semester II

dilakukan saat kondisi cuaca cerah dengan kondisi perairan yang cukup

dangkal dan tidak bergelombang. Pada wilayah ini banyak ditumbuhi

mangrove disepanjang pantai.

Pada lokasi Gunung Anyar Kali UPN banyak didapati pemukiman dan

disepanjang sungai hingga muara seringkali menjadi tempat pembuangan

limbah domestik ( limbah rumah tangga ).

1.4 Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan

Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan.

3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004

tentang Baku Mutu Air Laut.

Page 6: LAPORAN PESISIR 2012

6 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004

tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove

5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 197 Tahun 2004

tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah

kabupaten dan Daerah Kota

6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 179 Tahun 2004

tentang Ralat Atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut

7. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 15 Tahun 2005 tentang

Organisasi Lembaga Teknis Kota Surabaya.

8. Undang – undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

9. Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

10. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional

1.5 Sumber Pendanaan

Pelaksanaan kegiatan pemantauan kualitas air laut ini dilaksanakan dengan

sumber pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota

Surabaya Tahun Anggaran 2012 pada kode kegiatan 1.08.16.0004 Pengendalian

Pencemaran Kawasan Pesisir dan laut.

Page 7: LAPORAN PESISIR 2012

7 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

BAB II

KONDISI KAWASAN PANTAI DAN PESISIR KOTA SURABAYA

2.1 Kondisi Umum

Kota Surabaya secara geografis terletak pada 70 9’ – 70 21’ LS dan 1120

36’ – 1120 57’ BT dengan Topografi relatif datar antara 0 – 20 Meter diatas

permukaan air laut (Bappeko Kota Surabaya). Sedangkan wilayah Pesisir Kota

Surabaya berada pada titik koordinat 70 14’ - 70 21’ LS dan 1120 37’ - 1120 57’ BT .

Wilayah pesisir Surabaya meliputi 11 Kecamatan dengan luas kota 52.087 Ha,

luas daratan 33.048 Ha sedangkan selebihnya yaitu 19.039 Ha merupakan

wilayah laut (Dinkominfo, Profil Surabaya Tahun 2011).

Kota Surabaya memiliki panjang garis pantai 37,5 km terbentang dari sisi

timur dari titik perbatasan Kabupaten Sidoarjo (disisi selatan) hingga kearah utara

dari titik perbatasan kabupaten Gresik.

2.1.1 Mangrove

Hutan mangrove merupakan formasi hutan yang tumbuh dan berkembang

pada daerah landai di muara sungai dan pesisir pantai yang dipengaruhi oleh

pasang surut air laut. Oleh karena kawasan hutan mangrove secara rutin

digenangi oleh pasang air laut, maka lingkungan (tanah dan air) hutan mangrove

bersifat salin.

Mangrove merupakan kombinasi antara kata mangue (bahasa Portugis)

yang berarti tumbuhan dan kata grove (bahasa inggris) yang berarti belukar atau

hutan kecil. Ada yang menyebutkan mangrove berasal dari kata mangal yang

menunjukkan komunitas suatu tumbuhan. (Purnobasuki, 2005). Hutan mangrove

oleh masyarakat sering disebut pula dengan hutan bakau atau hutan payau.

Namun penyebutan mangrove sebagai bakau nampaknya kurang tepat karena

bakau merupakan salah satu nama kelompok jenis tumbuhan yang ada di

mangrove.

Page 8: LAPORAN PESISIR 2012

8 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Gambar 2.1. Jenis Mangrove Rhizophora spp.

Hutan mangrove adalah tipe hutan yang terdapat di sepanjang pesisir atau

muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Untuk menghindari

kekeliruan maka istilah bakau hendaknya digunakan hanya untuk jenis – jenis

tumbuhan tertentu saja yakni dari marga Rhizophora, Karena di hutan tersebut

bukan hanya jenis bakau yang ada maka istilah hutan mangrove lebih popular

digunakan pada tipe hutan ini.

Tumbuhan mangrove memiliki daya adaptasi yang khas untuk dapat terus

hidup di peraian laut yang dangkal. Daya adaptasi tersebut meliputi :

1. Perakaran yang pendek dan melebar luas, dengan akar penyangga atau

tudung akar yang tumbuh dari batang dan dahan sehingga menjamin kokohnya

batang.

2. Berdaun kuat dan mengandung banyak air

3. Mempunyai jaringan internal penyimpan air dan konsentrasi garam yang tinggi.

Beberapa tumbuhan mangrove seperti Avicennia mempunyai kelenjar garam

yang menolong menjaga keseimbangan osmotik dengan mengeluarkan garam.

(Dahuri, 2003)

Page 9: LAPORAN PESISIR 2012

9 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Ekosistem hutan mangrove bersifat khas, salinitas tanahnya yang tinggi,

serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit

jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini

kebanyakan bersifat khas hutan mangrove karena telah melewati proses adaptasi

dan evolusi. Dilihat dari segi ekosistem perairan, hutan mangrove mempunyai arti

yang penting karena memberikan sumbangan berupa bahan organik bagi perairan

sekitarnya. Daun mangrove yang gugur melalui proses penguraian oleh

mikroorganisme diuraikan menjadi partikel-partikel dedritusm, partikel-partikel

detritus (hancuran jaringan tumbuhan atau hewan yang melapuk) ini menjadi

sumber makanan bagi berbagai macam hewan laut. Selain itu bahan organik

terlarut yang dihasilkan dari proses penguraian (dekomposisi) di hutan mangrove

juga memasuki lingkungan perairan pesisir yang dihuni oleh berbagai macam filter

feeder (organisme yang cara makannya dengan menyaring air) lautan dan

estuaria serta berbagai macam hewan pemakan hewan dasar .

Secara ekologis mangrove memegang peranan kunci dalam perputaran

nutrien atau unsur hara pada perairan pesisir di sekitarnya yang dibantu oleh

pergerakan pasang surut air laut. Interaksi vegetasi mangrove dengan

lingkungannya mampu menciptakan kondisi iklim yang sesuai untuk kelangsungan

hidup beberapa organisme akuatik. Dengan demikian dimana terdapat mangrove

berarti di situ juga merupakan daerah perikanan yang subur. (Ghufran.M , 2012)

Kondisi perairan yang tenang serta terlindung dengan berbagai macam

tumbuhan dan makanan, menjadikan tempat ini sangat baik untuk tempat

berlindung (shelter), tempat berkembang biak dan tempat pembesaran.

Hewan – hewan yang hidup di ekosistem Mangrove memiliki bentuk

adaptasi lingkungan yang sangat unik seperti adaptasi terhadap substrat yang

berlumpur (Iqbal. Andi, 2011). Salah satu spesies Ikan yang dapat ditemukan

pada ekosistem mangrove yaitu ikan Belodok atau biasa disebut juga Ikan

Gelodok. Ikan ini mempunyai mata yang besar dan mencuat keluar dari

kepalanya. Kalau berenang matanya berada diatas air. Sirip dadanya pada bagian

pangkal berotot, dan sirip ini bisa ditekuk hingga berfungsi sebagai lengan yang

dapat digunakan untuk merangkak atau melompat diatas lumpur (Nontji, 1987).

Page 10: LAPORAN PESISIR 2012

10 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Gambar 2.2. Ikan Gelodok

Keahlian yang dimiliki ikan gelodok ini, selain dapat bertahan hidup lama di

daratan (90 % waktunya dihabiskan di darat), ikan gelodok dapat memanjat akar –

akar pohon mangrove, melompat juga dan berjalan diatas lumpur.(Wikipedia.org)

A. Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut :

1. Habitat satwa langka

Hutan mangrove sering menjadi habitat (tempat hidup) jenis-jenis satwa.

Daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan tempat

mendaratnya ribuan burung migran. (Ghufran.M, 2012)

2. Pelindung terhadap bencana alam

Vegetasi hutan mangrove dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian atau

vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin. Perakaran tumbuhan

pada ekosistem mangrove yang rapat dan terpancang, dapat berfungsi

meredam gempuran gelombang laut dan ombak. (Ghufran.M, 2012)

3. Pengendapan lumpur

Perakaran tanaman pada hutan mangrove membantu proses pengendapan

lumpur. Adanya perakaran ini menjadikan proses penangkapan lumpur dan

meningkatnya permukaan. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan

penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut

seringkali terikat pada partikel lumpur. Tumbuhnya hutan mangrove di suatu

tempat bersifat menangkap lumpur. Tanah halus yang dihanyutkan aliran

Page 11: LAPORAN PESISIR 2012

11 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

sungai, pasir yang terbawa arus laut, segala macam sampah dan hancuran

vegetasi, akan diendapkan diantara perakaran vegetasi mangrove. Dengan

demikian lumpur lambat laun akan terakumulasi semakin banyak dan semakin

cepat dan juga perakaran ini membantu membentuk hamparan lumpur

hamparan lumpur yang baru sehingga dari tahun ke tahun hutan mangrove

akan bertambah luas. (Ghufran.M, 2012)

4. Penambah unsur hara

Sifat fisik hutan mangrove cenderung memperlambat aliran air dan terjadi

pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang

berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.

5. Penyerap logam berat

Bahan pencemar yang berasal dari limbah rumah tangga (hasil pencucian)

dan industri sekitar ekosistem mangrove, dapat memasuki ekosistem perairan

yang akan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi

molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu mangrove dapat

menyerap logam berat seperti Avicennia marina, Rhizophora mucronata,

Bruguiera gymnorrhiza mampu menyerap logam berat timbal ( Pb ) dan

merkuri ( Hg ). ( Penelitian Munawar Ali, Rina )

6. Tempat pemijahan, pengasuhan dan mencari makan

Berbagai fauna darat maupun fauna akuatik menjadikan ekosistem mangrove

sebagai tempat untuk reproduksi, seperti memijah, bertelur dan beranak. Akar

– akar tumbuhan selain menyediakan ruangan bagi biota untuk bersembunyi,

sistem perakaran mangrove sangat efektif meredam gelombang dan arus laut

sehingga telur dan anak ikan tidak hanyut (aman dari serangan predator

maupun arus gelombang). Sedangkan dalam kaitannya dengan makanan,

ekosistem mangrove menyediakan makanan bagi berbagai biota akuatik dalam

bentuk material organik yang terbentuk dari jatuhan daun serta berbagai

kotoran hewan yang kemudian diubah oleh mikroorganisme menjadi

bioplankton yang sangat dibutuhkan oleh biota laut seperti ikan, udang dan

biota lainnya. ( Ghufran. M , 2012 )

Page 12: LAPORAN PESISIR 2012

12 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

7. Rekreasi dan pariwisata

Hutan mangrove memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari

kehidupan yang ada di dalamnya. Hutan mangrove memberikan obyek wisata

yang berbeda dengan obyek wisata alam lainnya. Karakteristik hutannya yang

berada di peralihan antara darat dan laut memiliki keunikan dalam beberapa

hal. Para wisatawan juga memperoleh pelajaran tentang lingkungan langsung

dari alam. Kegiatan wisata ini di samping memberikan pendapatan langsung

bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu

menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan

lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti membuka warung makan,

menyewakan perahu, dan menjadi pemandu wisata.

8. Penyerapan karbon

Proses fotosintesis mengubah karbon anorganik menjadi karbon organik dalam

bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk

dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai karbondioksida. Akan

tetapi hutan mangrove justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang

tidak membusuk. Karena itu, hutan mangrove lebih berfungsi sebagai

penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon.

9. Memelihara iklim mikro

Hutan mangrove mampu menjaga kelembaban dan curah hujan kawasan

tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.

B. Ciri-ciri Ekosistem Mangrove

Ekosistem hutan mangrove bersifat kompleks dan dinamis, namun labil.

Dikatakan kompleks karena ekosistemnya di samping dipenuhi oleh vegetasi

mangrove, juga merupakan habitat berbagai satwa dan biota perairan. Bersifat

dinamis karena hutan mangrove dapat tumbuh dan berkembang terus serta

mengalami suksesi sesuai dengan perubahan tempat tumbuh alaminya. Dikatakan

labil karena mudah sekali rusak dan sulit untuk pulih kembali seperti sediakala.

Dari sudut ekologi, hutan mangrove merupakan bentuk ekosistem yang

unik, karena pada kawasan ini terpadu empat unsur biologis penting yang

fundamental, yaitu daratan, air, vegetasi dan satwa. Hutan mangrove ini memiliki

Page 13: LAPORAN PESISIR 2012

13 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

ciri ekologis yang khas yaitu dapat hidup dalam air dengan salinitas tinggi dan

biasanya terdapat sepanjang daerah pasang surut (Departemen Kehutanan,

1992).

Ciri-ciri terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari

habitatnya yang unik menurut lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove

Indonesia (2008) adalah:

memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;

memiliki akar nafas ( pneumatofora ) misalnya seperti jangkar melengkung

dan menjulang pada bakau Rhizophora spp, serta akar yang mencuat

vertikal seperti pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api

Avicennia spp.

memiliki biji yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya,

khususnya pada Rhizophora spp yang lebih di kenal sebagai propagul (biji)

memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.

C. Vegetasi Hutan Mangrove

Hutan mangrove sebagai hutan yang tumbuh pada tanah alluvial (tanah

endapan yang terbentuk dari material halus hasil pengendapan aliran sungai di

dataran rendah) yang dipengaruhi pasang surut air laut, serta ciri dari hutan ini

terdiri dari tegakan pohon Avicennia, Sonneratia, Aegiceras, Rhizophora,

Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Scyphyphora dan Nypa.

(Peraturan Menteri Kehutanan, 2004). Flora mangrove terdiri atas pohon, epifit,

liana, alga, bakteri dan fungi.

Flora mangrove terbagi menjadi tiga kelompok, yakni :

1. Mangrove mayor, jenis-jenis dalam kelompok ini mengembangkan

spesialisasi morfologis seperti sistem akar udara dan mekanisme fisiologi

khusus untuk mensekresikan kelebihan garam agar dapat beradaptasi

dengan lingkungan mangrove. Jenis-jenis ini hanya tumbuh di hutan

mangrove dan tidak terdapat di lingkungan terestrial (darat).

Berkemampuan membentuk tegakan murni dan secara dominan mencirikan

struktur komunitas, secara morfologi mempunyai bentuk-bentuk adaptif

Page 14: LAPORAN PESISIR 2012

14 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

khusus (bentuk akar dan viviparitas) terhadap lingkungan mangrove, dan

mempunyai mekanisme fisiologis dalam mengontrol garam. Contohnya

adalah Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Kandelia, Sonneratia,

Lumnitzera, Laguncularia dan Nypa.

2. Flora mangrove minor, bukan merupakan elemen utama mangrove dan

dapat tumbuh di tepi mangrove atau lebih kearah darat yang tidak mampu

membentuk tegakan murni, sehingga secara morfologis tidak berperan

dominan dalam struktur komunitas, contoh : Excoecaria, Xylocarpus,

Heritiera, Acrostichum, Camptostemon, Scyphiphora, Pemphis, Osbornia

dan Pelliciera.

3. Asosiasi mangrove, jenis-jenis ini bukan merupakan anggota komunitas

mangrove sejati dan tumbuh pada lingkungan vegetasi darat. contohnya

adalah Cerbera, Acanthus, Derris, Hibiscus, Calamus, dan lain-lain.

Kelompok pertama dan kedua dari klasifikasi tersebut sering disebut

sebagai mangrove sejati (true mangrove) sedangkan kelompok terakhir disebut

mangrove ikutan atau asosiasi (associate mangrove). ( Tomlinson,The Botany of

Mangrove ,1986 )

D. Zonasi Hutan Mangrove

Flora mangrove umumnya tumbuh membentuk zonasi mulai dari pinggir

pantai sampai pedalaman daratan (Bengen, 2001) . Zonasi di hutan mangrove

mencerminkan tanggapan ekofisiologis tumbuhan mangrove terhadap gradasi

lingkungan. Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana (satu

zonasi, zonasi campuran) dan zonasi yang kompleks (beberapa zonasi)

tergantung pada kondisi lingkungan mangrove yang bersangkutan.

Menurut (Supriharyono, 2007) beberapa faktor yang menentukan penyebaran

tumbuhan mangrove, yaitu :

1. Gelombang pasang surut, yang menentukan waktu dan tinggi

penggenangan suatu lokasi, sehingga menentukan spesies tumbuhan yang

tumbuh.

Page 15: LAPORAN PESISIR 2012

15 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

2. Salinitas, yang berkaitan dengan penyebaran tumbuhan mangrove, karena

ada beberapa spesies yang tidak tahan pada salinitas yang tinggi.

3. Substrat (Bentuk tekstur tanah dan kemantapan), tipe substrat yang sesuai

untuk pertumbuhan mangrove adalah lumpur lunak, yang mengandung silt

(debu),clay (liat), dan bahan – bahan organik yang lembut. (Walsh, 1974)

4. Suhu, suhu yang baik untuk kehidupan mangrove adalah tidak kurang dari

200C (Walsh,1974)

Berdasarkan struktur ekosistemnya, secara garis besar dikenal tiga tipe formasi

mangrove, yaitu : (Purnobasuki, 2005)

Mangrove Pantai: tipe ini air laut dominan dipengaruhi air sungai. Struktur

horizontal formasi ini dari arah laut ke arah darat adalah mulai dari

tumbuhan pionir (Avicennia sp), diikuti oleh komunitas campuran Soneratia

alba, Rhizophora apiculata, selanjutnya komunitas murni Rhizophora spp

dan akhirnya komunitas campuran Rhizophora – Bruguiera. Bila genangan

berlanjut, akan ditemui komunitas murni Nypa fruticans di belakang

komunitas campuran yang terakhir

Mangrove Muara: pengaruh oleh air laut sama dengan pengaruh air sungai.

Mangrove muara dicirikan oleh mintakat tipis Rhizophora spp. Di tepian

alur, diikuti komunitas campuran Rhizophora – Bruguiera dan diakhiri

komunitas murni N. fructicans

Mangrove sungai: pengaruh oleh air sungai lebih dominan daripada air laut,

dan berkembang pada tepian sungai yang relatif jauh dari muara. Jenis-

jenis mangrove banyak berasosiasi dengan komunitas daratan.

Jenis-jenis pohon penyusun hutan mangrove, umumnya mangrove di

Indonesia jika dirunut dari arah laut ke arah daratan biasanya dapat dibedakan

menjadi 4 zonasi yaitu sebagai berikut :

1. Zona Api-api – Prepat (Avicennia – Sonneratia)

Terletak paling luar / jauh atau terdekat dengan laut, keadaan tanah

berlumpur agak lunak (dangkal), dengan substrat agak berpasir, sedikit

bahan organik dan kadar garam agak tinggi. Zona ini biasanya

Page 16: LAPORAN PESISIR 2012

16 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

didominasi oleh jenis api-api (Avicennia spp) dan prepat (Sonneratia

spp), dan biasanya berasosiasi dengan jenis bakau (Rhizophora spp).

2. Zona Bakau (Rhizophora)

Biasanya terletak di belakang api-api dan prepat, keadaan tanah

berlumpur lunak (dalam). Pada umumnya didominasi bakau

(Rhizophora spp) dan di beberapa tempat dijumpai berasosiasi dengan

jenis lain seperti tanjang ( Bruguiera spp )

3. Zona Tanjang (Bruguiera)

Terletak di belakang zona bakau, agak jauh dari laut dekat dengan

daratan. Keadaan berlumpur agak keras, agak jauh dari garis pantai.

Pada umumnya ditumbuhi jenis tanjang (Bruguiera spp) dan di

beberapa tempat berasosiasi dengan jenis lain.

4. Zona Nipah (N fruticans)

Terletak paling jauh dari laut atau paling dekat ke arah darat. Zona ini

mengandung air dengan salinitas sangat rendah dibandingkan zona

lainnya, tanahnya keras, kurang dipengaruhi pasang surut dan

kebanyakan berada di tepi-tepi sungai dekat laut. Pada umumnya

ditumbuhi jenis nipah (N fruticans) dan beberapa spesies palem lainnya.

( Bengen, 2001 )

E. Faktor Lingkungan untuk Pertumbuhan Mangrove

Menurut Departemen Kehutanan (1992), kondisi ekologis yang mengatur

dan memelihara kelestarian ekosistem mangrove sangat tergantung pada kondisi

berimbangnya jumlah ketersedian air tawar dan air asin yang cukup. Kondisi

lingkungan yang mempengaruhi hutan mangrove adalah kondisi sedimentasi,

erosi laut dan sungai, penggenangan pasang surut dan kondisi garam tanah serta

kondisi akibat eksploitasi. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi

pertumbuhan mangrove di suatu lokasi adalah :

Fisiografi pantai (topografi)

Pasang (lama, durasi, rentang)

Gelombang dan arus

Page 17: LAPORAN PESISIR 2012

17 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Iklim (cahaya, curah hujan, suhu, angin)

Salinitas

Oksigen terlarut

Tanah dan hara

Faktor-faktor lingkungan tersebut diuraikan sebagai berikut :

Fisiografi pantai

Fisiografi pantai dapat mempengaruhi komposisi, distribusi spesies

(penyebaran spesies) dan lebar hutan mangrove. Pada pantai yang landai,

komposisi ekosistem mangrove lebih beragam jika dibandingkan dengan

pantai yang terjal. Hal ini disebabkan karena pantai landai menyediakan

ruang yang lebih luas untuk tumbuhnya mangrove sehingga distribusi

spesies menjadi semakin luas dan lebar. Pada pantai yang terjal komposisi,

distribusi dan lebar hutan mangrove lebih kecil karena kontur yang terjal

menyulitkan pohon mangrove untuk tumbuh.

Pasang

Pasang yang terjadi di kawasan mangrove sangat menentukan

zonasi tumbuhan dan komunitas hewan yang berasosiasi dengan

ekosistem mangrove

Secara rinci pengaruh pasang terhadap pertumbuhan mangrove dijelaskan

sebagai berikut :

Lama pasang :

1. Lama terjadinya pasang di kawasan mangrove dapat mempengaruhi

perubahan salinitas air dimana salinitas akan meningkat pada saat

pasang dan sebaliknya akan menurun pada saat surutnya air laut.

2. Perubahan salinitas yang terjadi sebagai akibat lama terjadinya pasang

merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi distribusi spesies

(penyebaran spesies) secara meluas.

Durasi pasang :

Komposisi spesies dan distribusi areal yang digenangi berbeda menurut

durasi pasang atau frekuensi penggenangan. Misalnya : penggenangan

Page 18: LAPORAN PESISIR 2012

18 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

sepanjang waktu maka jenis yang dominan adalah Rhizophora mucronata

dan jenis Bruguiera serta Xylocarpus kadang-kadang ada.

Rentang pasang (tinggi pasang):

1. Akar tunjang yang dimiliki Rhizophora mucronata menjadi lebih tinggi

pada lokasi yang memiliki pasang yang tinggi dan sebaliknya

2. Pneumatophora Sonneratia sp menjadi lebih kuat dan panjang pada

lokasi yang memiliki pasang yang tinggi.

Gelombang dan Arus

1. Gelombang dan arus dapat merubah struktur dan fungsi ekosistem

mangrove. Pada lokasi-lokasi yang memiliki gelombang dan arus yang

cukup besar biasanya hutan mangrove mengalami abrasi sehingga

terjadi pengurangan luasan hutan.

2. Gelombang dan arus juga berpengaruh langsung terhadap distribusi

spesies misalnya buah atau semai Rhizophora terbawa gelombang dan

arus sampai menemukan substrat yang sesuai untuk menancap dan

akhirnya tumbuh.

3. Gelombang dan arus berpengaruh tidak langsung terhadap sedimentasi

pantai dan pembentukan padatan-padatan pasir di muara sungai.

Terjadinya sedimentasi dan padatan-padatan pasir ini merupakan

substrat yang baik untuk menunjang pertumbuhan mangrove

4. Gelombang dan arus mempengaruhi daya tahan organisme akuatik

melalui transportasi nutrien-nutrien penting dari mangrove kelaut.

Nutrien - nutrien yang berasal dari hasil dekomposisi serasah maupun

yang berasal dari run off daratan dan terjebak dihutan mangrove akan

terbawa oleh arus dan gelombang ke laut pada saat surut.

Iklim

Mempengaruhi perkembangan tumbuhan dan perubahan faktor fisik

(substrat dan air). Pengaruh iklim terhadap pertumbuhan mangrove melalui

cahaya, curah hujan, suhu, dan angin. Penjelasan mengenai faktor-faktor

tersebut adalah sebagai berikut :

Page 19: LAPORAN PESISIR 2012

19 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

1. Cahaya

Cahaya berpengaruh terhadap proses fotosintesis, respirasi,

fisiologi, dan struktur fisik mangrove

Intensitas, kualitas, lama (mangrove adalah tumbuhan yang

membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi sehingga sesuai untuk

hidup di daerah tropis) pencahayaan mempengaruhi pertumbuhan

mangrove

2. Cahaya berpengaruh terhadap pembungaan dan germinasi ( Bentuk

awal dari embrio yg berkembang menjadi sesuatu yg baru yaitu

tanaman anakan yg sempurna ) dimana tumbuhan yang berada di luar

kelompok akan menghasilkan lebih banyak bunga karena mendapat

sinar matahari lebih banyak

3. Curah hujan

Jumlah, lama, dan distribusi hujan mempengaruhi perkembangan

tumbuhan mangrove

Curah hujan yang terjadi mempengaruhi kondisi udara, suhu air,

salinitas air dan tanah

4. Suhu

Suhu berperan penting dalam proses fisiologis (fotosintesis dan

respirasi)

Produksi daun baru Avicennia marina terjadi pada suhu 18-200C dan

jika suhu lebih tinggi maka produksi menjadi berkurang.

Rhizophora stylosa, Ceriops, Excocaria, Lumnitzera tumbuh optimal

pada suhu 26 - 280C

Bruguiera tumbuh optimal pada suhu 270C, dan Xylocarpus tumbuh

optimal pada suhu 21 - 260C ( acehpedia.org )

5. Angin

Angin mempengaruhi terjadinya gelombang dan arus

Angin merupakan agen polinasi dan diseminasi biji sehingga

membantu terjadinya proses reproduksi tumbuhan mangrove

Salinitas

Page 20: LAPORAN PESISIR 2012

20 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

1. Salinitas secara langsung dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan

zonasi mangrove ,hal ini terkait dengan frekuensi penggenangan

2. Salinitas air akan meningkat jika pada siang hari cuaca panas dan

dalam keadaan pasang

3. Salinitas air tanah lebih rendah dari salinitas air

Oksigen Terlarut

1. Oksigen terlarut juga penting dalam proses respirasi dan fotosintesis

2. Oksigen terlarut berperan penting dalam dekomposisi, karena bakteri

dan fungsi yang bertindak sebagai dekomposer membutuhkan oksigen

untuk kehidupannya.

3. Oksigen terlarut berada dalam kondisi tertinggi pada siang hari dan

kondisi terendah pada malam hari

Substrat

1. Karakteristik substrat merupakan faktor pembatas terhadap

pertumbuhan mangrove .

2. Rhizophora mucronata dapat tumbuh baik pada substrat yang dalam

tebal dan berlumpur

3. Avicennia marina dan Bruguiera hidup pada tanah lumpur berpasir

Hara

Unsur hara yang terdapat di ekosistem mangrove terdiri dari hara anorganik

dan organik.

1. anorganik : P, K, Ca, Mg, Na

2. Organik : Allochtonous dan Autochtonous (fitoplankton, bakteri, alga)

Tinggi pohon mangrove dipengaruhi oleh faktor salinitas air, drainase air

dan pasang surut. Biasanya pada daerah dengan air tanah mendekati permukaan

maka mempunyai aerasi baik (mendapat cukup oksigen), begitu pun dengan

kondisi dan tinggi vegetasinya seragam. Kemudian vegetasi mangrove akan

menjadi pendek jika mendekati zona dengan kondisi permukaan air jauh dari

permukaan.

Page 21: LAPORAN PESISIR 2012

21 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

F. Dampak Kerusakan Ekosistem Mangrove

Kerusakan mangrove dapat disebabkan akibat pengalihan fungsi lahan

maupun proses alami, salah satu dampak rusaknya hutan mangrove yaitu dapat

melepaskan CO2 yang telah tersimpan di dalam lumpur mangrove (CO2 akan

dapat terlepas bebas ke udara ) .

Akibat rusaknya Hutan Mangrove diantaranya dapat menyebabkan :

1. Intrusi air laut yaitu, masuknya air laut ke arah daratan sampai

mengakibatkan air tawar menurun mutunya, bahkan menjadi payau atau

asin. Dampak Intrusi air laut ini sangat penting, karena air tawar yang

tercemar intrusi air laut akan menyebabkan keracunan bila diminum dan

dapat merusak akar tanaman.

2. Penurunan Keanekaragaman hayati di wilayah pesisir, dengan rusaknya

ekosistem pesisir termasuk hutan mangrove maka tidak dapat lagi

menjadi tempat bagi fauna yang berlindung maupun singgah di hutan

mangrove. Yang akan menyebabkan menurunnya atau perginya fauna

dan margasatwa yang terdapat dalam hutan mangrove tersebut.

3. Peningkatan abrasi (pengikisan) pantai, salah satu penyebab abrasi

pantai adalah dengan berkurangnya / rusaknya akar – akar bakau

(mangrove) yang menjadi penahan hantaman ombak yang terjadi

didaerah sepanjang pantai

4. Turunnya sumber makanan , Akibat rusaknya Hutan Mangrove sebagai

tempat pemijah dan bertelur biota laut berakibat produksi tangkapan

ikan menurun, dikarenakan di sekitar mangrove yang lingkungannya

terjaga dengan baik maka banyak plankton yang hidup di sana namun

bila hutan mangrove mengalami kerusakan maka akan sulit ditemui

plankton yang menjadi sumber makanan bagi fauna yang membutuhkan

dan berada di dalam hutan mangrove tersebut. Sehingga hutan

mangrove dapat berfungsi sebagai sumber makanan bagi fauna yang

ada di sekitar hutan mangrove tersebut. Stabilnya perairan di sekitar

hutan mangrove juga menjadikan hutan mangrove sebagai pemijah dan

Page 22: LAPORAN PESISIR 2012

22 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

tempat bertelurnya biota laut sehingga dapat terjadi regenerasi fauna,

misalnya ikan. Hal tersebut akan menyebabkan turunnya populasi ikan

sehingga berdampak pada kurangnya tangkapan ikan oleh nelayan,

5. Turunnya kemampuan ekosistem dalam menahan tiupan angin,

gelombang air laut, dengan rusaknya hutan mangrove yang

diindikasikan berkurangnya jumlah tumbuhan yang berada di dalam

ekosistem tersebut, maka kemampuan ekosistem hutan mangrove

dalam menahan tiupan angin dan terjangan gelombang laut juga akan

berkurang. Jumlah tumbuhan yang terdapat pada hutan mangrove

berbanding lurus dengan kemampuan hutan mangrove dalam menahan

angin dan menahan terjangan gelombang laut.

6. Peningkatan Pencemaran Pantai

Apabila hutan mangrove mengalami kerusakan, maka fungsi dari hutan

mangrove sebagai penyerap karbon juga akan berkurang atau bahkan

tidak berfungsi sama sekali. Hal tersebut akan menyebabkan CO2 tidak

terserap oleh hutan mangrove dan akan langsung berada pada atmosfer

sehingga terjadi peningkatan pencemaran pantai.

Mangrove di kawasan Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya)

Pamurbaya dikenal sebagai kawasan ruang terbuka hijau yang tersisa dan

menjadi benteng untuk melindungi Surabaya dari ancaman abrasi, instrusi air laut,

dan penurunan muka tanah.

Kawasan Pamurbaya terletak pada koordinat : (70 15’ 19,60” LS - 70 17’ 13,25” LS

dan 1120 48’ 35,69”BT - 1120 48’ 40,72”BT) dan luasnya mencapai + 2.503,9 Ha

(Sumber : Bappeko Kota Surabaya ) Pamurbaya terletak di bagian timur kota

Surabaya dan berbatasan langsung dengan Selat Madura. Lokasi Pamurbaya

Meliputi 4 Kecamatan, 7 Kelurahan, yaitu : (Profil wilayah Pesisir Surabaya,hasil

analisa ( Citra Lansat ) Tahun 2005)

1. Kecamatan Gunung Anyar (Kelurahan Gunung Anyar Tambak)

2. Kecamatan Rungkut (Kelurahan Medokan Ayu, dan Wonorejo)

3. Kecamatan Sukolilo (Kelurahan Keputih)

Page 23: LAPORAN PESISIR 2012

23 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

4. Kecamatan Mulyorejo ( Kelurahan Dukuh Sutorejo, Kalisari dan Kejawen Putih

5. Kecamatan Kenjeran ( Kelurahan Tambak Wedi )

6. Kecamatan Bulak ( Kedung Cowek, Bulak, Kenjeran, Sukolilo )

Kawasan Pamurbaya tergolong kawasan yang landai dengan topografi 0 –

3 m diatas permukaan laut dan Iklimnya sangat dipengaruhi oleh musim, curah

hujan tertinggi terjadi pada bulan januari, sementara terendah pada bulan agustus.

Kondisi tanah umumnya homogen yang terdiri dari jenis tanah liat dan liat berpasir

yang mempunyai daya dukung rendah pada lingkungan dan bangunan. Wilayah

Pamurbaya terletak di tepi Selat Madura yang luasnya relatif sempit. Pamurbaya

mempunyai ekosistem marine (lautan), estuarine (perairan payau) dan palustrine

(perairan tawar). Tipe ekosistem tersebut seperti kawasan hutan bakau

(mangrove), pertambakan, rawa, muara sungai, dan pesisir (Anonim, 2012).

Kawasan ini terbentuk sebagai hasil endapan dari sistem sungai yang ada di

sekitarnya dan pengaruh laut. Kondisi daerah delta dengan tanah alluvial yang

sangat kuat dipengaruhi oleh sistem tanah ini, disebut juga dengan istilah tanah

rawang laut, merupakan habitat yang baik bagi terbentuknya ekosistem

mangrove.Meski tidak terlalu luas, namun potensi hutan mangrove di Pamurbaya sangat

besar.

Berikut merupakan hasil survei (tim keanekaragaman hayati) di lokasi

Pamurbaya dengan menggunakan metode Transek dan Plot Kuadrat (yaitu

metode dengan menarik garis lurus pada lahan mangrove sejauh 100 meter dan

membuat plot seluas 20m x 20 m ) :

Kecamatan Gunung Anyar : Avicennia marina, Avicennia alba, Excoecaria

agallocha, Avicennia lanata, Xylocarpus

granatum.

Kecamatan Rungkut : Avicennia marina, Avicennia alba, Excoecaria

agallocha, Aegiceras floridum, Rhizophora

mucronata , Avicennia Officinalis.

Kecamatan Sukolilo : Avicennia marina, Avicennia alba, Avicennia

officinalis ( Zona Luar )

Page 24: LAPORAN PESISIR 2012

24 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Sonneratia caseolaris, Sonneratia alba,

Rhizopora apiculata ( Sepanjang sungai )

Kecamatan Mulyorejo : Avicennia marina, Excoecaria agallocha

Pantai Timur Surabaya menurut Badan Perencanaan dan Pembangunan

Kota Surabaya termasuk dalam kawasan perlindungan bawahan (kawasan yang

memiliki potensi untuk memperkecil atau melindungi kawasan lain dari bahaya

banjir melalui peresapan air ke dalam tanah, sehingga dapat meningkatkan

volume air tanah untuk melindungi ekosistem pada kawasan tersebut) yang

memiliki fungsi penting dalam mencegah banjir dan bencana , terutama dalam hal

resapan air. Pengembangan kawasan konservasi di wilayah timur diarahkan pada

wilayah pantai timur, hal ini untuk menyiasati perkembangan akibat adanya

sedimentasi laut yang diupayakan, atau tanah oloran. Pengembangan konservasi

pantai timur ini dengan pertimbangan kecenderungan dari masyarakat sekitar

pantai untuk memanfaatkannya, daerah tersebut merupakan daerah pantai yang

selayaknya dilindungi.Sedangkan dalam hal ekowisata dampak positif ditandai

dengan peningkatan kesejahteraan warga (warung, perahu, dan sebagainya),

sedangkan dampak negatifnya adanya aspek lingkungan yang menurun.

Page 25: LAPORAN PESISIR 2012

25 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Kondisi Ekosistem Mangrove Kota Surabaya secara Kualitatif

Berikut merupakan standar baku mutu mangrove menurut Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan

Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove:

Tabel 2.1 Kriteria Baku Kerusakan Mangrove

Kriteria Kerapatan (pohon/Ha)

Baik Sangat Padat >1500

Rusak Sedang >1000-<1500

Jarang <1000

Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004

Kondisi mangrove di daerah Pantai Timur Surabaya secara kualitatif berdasarkan

pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201 Tahun 2004 tentang

Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove untuk populasi

pohon mangrove di Wonorejo yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kerapatan Mangrove Wonorejo

Kerapatan Jumlah Spesies

Semua Plot

Avicennia marina 397

Avicennia alba 48

Excoecaria agalocha 1

Avicennia Officinallis 1

Sonneratia alba 1

Total 448

Jumlah Spesies Semua Plot/ Luas (Pohon/Ha) 1600

Sumber : Data hasil survei Kehati 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mangrove di daerah Wonorejo

berada pada level Baik - Sangat Padat dimana mangrove daerah ini mempunyai

kerapatan > 1500 pohon/Ha.

Page 26: LAPORAN PESISIR 2012

26 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Sedang untuk daerah Gunung Anyar, kondisi populasi pohon mangrovenya adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.3 Kerapatan Mangrove Gunung Anyar

Kerapatan Jumlah Spesies

Semua Plot

Avicennia marina 110

Avicennia alba 17

Excoecaria agalocha 39

Xylocarpus granatum 16

Total 182

Jumlah Spesies Semua Plot/ Luas (Pohon/Ha) 1517

Sumber : Data hasil survei Kehati 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mangrove di daerah Gunung

Anyar berada pada level Baik - Sangat Padat dimana mangrove daerah ini

mempunyai kerapatan > 1500 pohon/Ha.

Untuk daerah Kejawen Putih Tambak, kondisi populasi pohon mangrovenya

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.4 Kerapatan Kejawen Putih Tambak

Kerapatan Jumlah Spesies

Semua Plot

Avicennia marina 44

Excoecaria agalocha 4

Jumlah Spesies Semua Plot/ Luas (Pohon/Ha)

1200

Sumber: Data hasil survei Kehati 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mangrove di daerah Kejawen

Putih Tambak berada pada level Rusak - sedang dimana mangrove daerah ini

mempunyai kerapatan 1000<x<1500 pohon/Ha.

Page 27: LAPORAN PESISIR 2012

27 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Untuk daerahTambak Wedi, kondisi populasi pohon mangrovenya adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.5 Kerapatan Tambak Wedi

Kerapatan Jumlah Spesies

Semua Plot

Avicennia marina 32

Rhizophora stylosa 69

Rhizophora mucronata 2

Avicennia alba 3

Xylocarpus granatum 10

Sonneratia alba 7

Aegiceras corniculatum 18

Bruguiera gymnorrhiza 13

Aegiceras floridum 1

Ceriops tagal 2

Total 157

Jumlah Spesies Semua Plot/ Luas (Pohon/Ha) 981

Sumber : Data hasil survei Kehati 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mangrove di daerah Tambak

Wedi berada pada level Rusak - Jarang dimana mangrove daerah ini mempunyai

kerapatan < 1000 pohon/Ha.

Mangrove di Kawasan Pantai Utara Surabaya (Pantura)

Daerah Pantai Utara Surabaya mempunyai panjang garis pantai ± 9 km dan

luas kawasan ± 1.000 ha. Kelurahan yang termasuk pesisir utara adalah :

Kecamatan Benowo : Kelurahan Romokalisari, Tambak Osowilangun

Kecamatan Asemrowo : Kelurahan Tambak Langon, Greges, Kalianak

Kecamatan Krembangan : Kelurahan Morokrembangan, Perak Barat

Kecamatan Semampir : Kelurahan Ujung

Kecamatan Pabean Cantikan : Kelurahan Perak Utara, Perak Timur

Daerah Pantura umumnya memiliki keadaan ombak dan angin lebih kecil

daripada di pesisir timur. Selain itu, Pantura merupakan daerah yang didominasi

oleh industri terutama industri bongkar muat dan peti kemas dari sepanjang jalan

Page 28: LAPORAN PESISIR 2012

28 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Kecamatan Pabean Cantikan hingga Benowo. Kawasan Pantura memiliki Teluk

Lamong yang mempengaruhi ekosistem di kawasan tersebut. Kedalaman Perairan

Teluk Lamong berkisar 0,2 - 2 meter, kedalaman alur pelayaran mencapai 12

meter.

Keadaan Lingkungan Teluk Lamong adalah sebagai berikut:

o Kali Lamong adalah anak sungai Bengawan Solo.

o Sungai yang bermuara di Teluk Lamong adalah Sungai Lamong,

Sungai Kalianak, Sungai Greges, Sungai Manukan, Sungai Branjangan,

dan Sungai Sememi.

Pemanfaatan Teluk Lamong hingga saat ini adalah sebagai tempat tujuan

penangkapan ikan oleh nelayan tradisional Romokalisari, Gresik, dan wilayah

lainnya, serta merupakan daerah Konservasi.

Pada Ekosistem mangrove di Kawasan Pantura ada beberapa komponen

spesies pendukung yang ditemukan di daerah Pantura tetapi tidak ditemukan di

daerah Pamurbaya. Komponen spesies penyusun ekosistem mangrove di

kawasan ini diantaranya adalah jenis mangrove sejati, seperti:

Romokalisari : Sonneratia alba, Rhizophora apiculata, Rhizophora

stylosa, Aiegeceras, Avicennia marina, Xylocarpus

granatum, Avicennia alba.

Tambak Langon : Rhizophora stylosa, Bruguiera gymnorhiza, Rhizopora

apiculata, Sonneratia alba, Avicennia alba, Avicennia

marina

Greges : Avicennia marina, Rhizophora stylosa, Rhizophora

apiculata, Bruguiera gymnorhiza, Sonneratia alba,

Avicennia alba

( Data hasil survei Kehati 2012 )

Page 29: LAPORAN PESISIR 2012

29 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Potensi Mangrove Pantura

1. Merupakan pelindung alami yang paling kuat dan praktis untuk menahan

erosi pantai dan berperan untuk menjaga stabilitas garis pantai. Hal ini

tercermin dari spesies mangrove tertentu yang menahan gelombang

seperti Sonneratia, Avicennia, dan Rhizophora.

2. Penyaring dan perangkap bahan pencemar. Banyaknya industri yang

berada dikawasan Pantura membuat mangrove Pantura berpotensi

besar sebagai filter limbah organik sehingga bahaya limbah dapat

dikurangi.

3. Merupakan daerah asuhan, berkembang biak, dan mencari makan

berbagai jenis spesies makhluk hidup.

Fungsi Ekosistem Mangrove Pantura

1. Fungsi Fisik Mangrove Pantura

Menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai, mencegah

erosi laut, sebagai penangkap zat-zat pencemar dan limbah. Kondisi

perakaran tanaman mangrove di Pantai Utara sesuai dengan

karakteristiknya, sebagai contoh daerah didominasi oleh Rhizophora

sebagai penahan gelombang.

2. Fungsi Biologi Mangrove Pantura

Berfungsi sebagai daerah asuhan pasca larva dan jenis ikan, udang,

serta menjadi tempat kehidupan jenis-jenis kerang dan kepiting, tempat

bersarang burung-burung dan menjadi habitat alami bagi berbagai jenis

biota. Kawasan Pantura merupakan daerah tinggi aktivitas manusianya

sehingga aktivitas biologi baik flora maupun fauna terbatas pada

kawasan mangrove.

3. Fungsi Ekonomi, Produksi, dan Edukasi

Ekosistem mangrove juga sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar

untuk bahan kayu bakar dan perikanan. Masyarakat kawasan Pantura

belum banyak memanfaatkan mangrove sebagai bahan industri kecil

Page 30: LAPORAN PESISIR 2012

30 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

seperti di kawasan Pamurbaya. Mangrove oleh masyarakat hanya

dimanfaatkan sebagai tempat perlindungan tambak. Industri-industri

seperti peti kemas banyak terdapat dikawasan ini.

Pemanfaatan mangrove di kawasan Pantura hanya difokuskan sebagai

pelindung pantai dari ancaman gelombang air laut. Petani juga

memanfaatkan fungsi ekologis mangrove sebagai tempat feeding ground

(tempat mencari makan ikan) bagi ikan sehingga menanamnya di pinggir

tambak

Kondisi Ekosistem Mangrove Pantura secara Kualitatif

Kondisi mangrove di daerah Pantai Utara Surabaya secara kualitatif

berdasarkan pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201

Tahun 2004 tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove

untuk Romokalisari yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.6 Kerapatan Mangrove Romokalisari

Kerapatan Jumlah Spesies

Semua Plot

Sonneratia alba 22

Rhizophora apiculata 3

Rhizophora stylosa 77

Avicennia marina 19

Xylocarpus Granatum 1

Avicennia alba 32

Total 154

Jumlah Spesies Semua Plot/ Luas (Pohon/Ha) 962

Sumber : Data hasil survei Kehati 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mangrove di daerah

Romokalisari berada pada level Rusak – Jarang dimana mangrove daerah ini

mempunyai kerapatan < 1000 pohon/Ha.

Page 31: LAPORAN PESISIR 2012

31 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Sedang untuk daerah Tambak Langon, kondisi mangrovenya adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.7 Kerapatan Mangrove Tambak Langon

Kerapatan Jumlah Spesies Semua

Plot

Rhizophora stylosa 58

Bruguiera gymnorrhiza 3

Rhizophora apiculata 2

Sonneratia alba 6

Avicennia alba 5

Avicennia marina 5

Total 79

Jumlah Spesies Semua Plot/ Luas (Pohon/Ha) 987

Sumber : Data hasil survei Kehati 2012

Sama halnya dengan kondisi mangrove Romokalisari, berdasarkan tabel diatas

dapat disimpulkan bahwa mangrove di daerah Teluk Lamong berada pada level

Rusak-Jarang dimana mangrove daerah ini mempunyai kerapatan < 1000

pohon/Ha.

Untuk daerah Greges, kerapatan mangrovenya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.8 Kerapatan Mangrove Greges

Kerapatan Jumlah Spesies

Semua Plot

Avicennia marina 32

Rhizopora stylosa 116

Bruguiera gymnorrhiza 26

Sonneratia alba 7

Avicennia alba 4

Total 185

Jumlah Spesies Semua Plot/ Luas (Pohon/Ha) 1542

Sumber : Data hasil survei Kehati 2012

berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mangrove di daerah Greges

berada pada level Baik-Sangat Padat dimana mangrove daerah ini mempunyai

kerapatan > 1500 pohon/Ha.

Page 32: LAPORAN PESISIR 2012

32 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

2.1.2 Air Laut

Ekosistem laut mempunyai kesamaan dengan ekosistem air tawar yang

berfungsi sebagai media hidup internal dan eksternal bagi organisme yang hidup

didalamnya. Pada ekosistem air laut memiliki ciri diantaranya mempunyai salinitas

tinggi, tidak dipengaruhi variasi suhu dan iklim.

Lingkungan perairan laut secara singkat dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian

utama yakni : ( Wibisono.M.S, 2011 )

A. Zona Pelagik

- Secara horizontal terbagi menjadi bagian neritik (perairan pantai) dan

bagian oseanik ( perairan laut terbuka )

- Secara vertikal terbagi menjadi:

1. Zona Epipelagik ( 0 - 200 meter )

2. Zona Meso Pelagik ( 200 - 1000 meter )

3. Zona Bathipelagik (1000 – 2000 meter )

4. Zona Abisopelagik ( lebih dari 2000 meter )

B. Zona Bentik

Secara umum pembagian zona bentik adalah sebagai berikut :

- Supralithoral : merupakan dasar perairan yang selalu dalam keadaan

basah karena adanya hempasan ombak yang datang

dan pergi.

- Sublithoral : merupakan daerah pasang surut sampai kedalaman ±

20 meter.

- Eu-lithoral : bagian dasar perairan dihitung mulai dari garis surut

sampai kedalaman ± 200 meter

- Archibenthal : daerah lanjutan lithoral yang melengkung kebawah

sehingga dasar laut menjadi lebih dalam lagi .

- Batial : lanjutan dari archibental sampai kedalaman ± 2000

meter

- Abisal : lanjutan Batial dengan kedalaman dari 2000 sampai

4000 meter

Page 33: LAPORAN PESISIR 2012

33 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

- Hadal : lanjutan Abisal dengan kedalaman lebih dari 4000 meter

Gambar 2.3. Pembagian zona laut berdasarkan kedalaman

Laut memiliki banyak fungsi, peran, manfaat bagi kehidupan manusia dan

makhluk hidup lainnya karena di dalam dan di atas laut terdapat kekayaan sumber

daya alam yang dapat kita manfaatkan diantaranya yaitu sebagai tempat rekreasi

dan hiburan, tempat hidup sumber makanan kita, pembangkit listrik tenaga ombak,

tempat budidaya ikan, mutiara, rumput laut , sebagai tempat barang tambang

berada, salah satu sumber air minum (proses desalinasi atau proses penghilangan

kadar garam), sebagai jalur transportasi, dan juga sebagai objek riset penelitian

dan pendidikan.

Sumber daya yang ada pada laut merupakan salah satu kekayaan alam

yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Akan tetapi pemanfaatannya sampai

saat ini kurang memperhatikan kelestariannya. Akibatnya, terjadi penurunan

fungsi, kualitas sumber daya pada laut termasuk keanekaragaman hayati yang

ada. Wilayah Laut dan Pesisir merupakan tempat hidup beberapa ekosistem yang

saling berhubungan. Karena peranan dan manfaat sumber daya laut dan Pesisir

penting bagi ekosistem maupun bagi manusia, maka sumber daya Pantai dan

Pesisir perlu dilestarikan. Pencemaran air laut dapat berasal dari bahan pencemar

senyawa anorganik atau mineral misalnya logam - logam berat seperti merkuri

(Hg), kadmium (Cd), Timah hitam (Pb), tembaga (Cu), garam-garam anorganik.

Bahan pencemar berupa logam-logam berat yang masuk ke dalam tubuh

Page 34: LAPORAN PESISIR 2012

34 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

biasanya melalui makanan dan dapat tertimbun dalam organ-organ tubuh seperti

ginjal, hati, limpa saluran pencernaan lainnya sehingga mengganggu fungsi organ

tubuh tersebut. Sedangkan bahan pencemar berupa makanan tumbuh-tumbuhan

seperti senyawa nitrat dan senyawa fosfat dapat menyebabkan pertumbuhan alga

(ganggang) dengan pesat sehingga menutupi permukaan air. Selain itu akan

mengganggu ekosistem air, mematikan ikan dan organisme dalam air, karena

kadar oksigen dan sinar matahari berkurang. Hal ini disebabkan oksigen dan sinar

matahari yang diperlukan organisme dalam air (kehidupan akuatik) terhalangi dan

tidak dapat masuk ke dalam air.

2.2 Rencana Pengembangan Pesisir Kota Surabaya

Secara Umum, Rencana Zonasi Wilayah Pesisir kota Surabaya berisi

rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap – tiap satuan

perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan

perencanaan. Rencana zonasi wilayah pesisir kota Surabaya merupakan

penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah kota Surabaya dalam bentuk

rencana zonasi yang akan dikembangkan. Dalam skala Nasional, Surabaya

merupakan pusat pembangunan di wilayah Indonesia Timur. Secara regional,

Surabaya merupakan ibukota dan pusat jasa dan kebudayaan di wilayah Jawa

Timur. Wilayah Surabaya berbatasan dengan Selat Madura di sebelah Utara dan

Timur, Kabupaten Sidoarjo di sebelah Selatan dan Kabupaten Gresik di sebelah

Barat . Surabaya memiliki luas daratan 33.048 Ha dan luas Perairan : 19.039 Ha.

Secara Geografis : 70 9’ – 70 21’ Lintang Selatan dan 1120 36’ – 1120 57’ Bujur

Timur.Topografi relatif datar antara 0 – 20 m diatas permukaan laut.

Wilayah Pesisir kota Surabaya berada pada Koordinat 7014’ - 7021’ LS dan

112037’ – 112057’ BT. Kota Surabaya memiliki panjang garis pantai ± 37,5 km,

terbentang dari sisi timur dari titik perbatasan kabupaten Sidoarjo (di sisi selatan)

hingga kearah utara dari titik perbatasan kabupaten gresik .

Page 35: LAPORAN PESISIR 2012

35 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Gambar 2.4. Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Surabaya

Page 36: LAPORAN PESISIR 2012

36 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Tabel 2.9 Pengembangan Kawasan Pantai dan Pesisir Kota Surabaya

UNIT

PENGEMBANGAN

WILAYAH FUNGSI

I Wilayah Laut I Wilayah Laut Sebelah Utara

,Disekitar Teluk Lamong

Pengembangan

Pelabuhan dan Alur

pelayaran Kapal Besar

II Wilayah Laut II Wilayah Laut Sebelah Utara

,Disekitar Pelabuhan Tanjung Perak

Pelabuhan dan Angkutan

Penyeberangan

,pangkalan militer

Angkatan Laut dan

Industri Perkapalan dan

alur pelayanan kapal

besar

III Wilayah Laut III Wilayah Laut Sebelah Timur Laut

,Disekitar Tambak Wedi dan

Kenjeran

Wisata bahari / laut,area

penangkapan dan

budidaya perikanan dan

alur pelayaran kapal

nelayan

IV Wilayah Laut IV Wilayah Laut Sebelah Timur

,Disekitar Perairan dan Pantai Timur

Kawasan Lindung dan

rehabilitasi lingkungan

laut dan pantai serta area

penangkapan dan

budidaya perikanan

Page 37: LAPORAN PESISIR 2012

37 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Gambar 2.5. Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Surabaya

Tahun 2011 Dasar Penyusunan UU Nomor 26 Tahun 2007

Page 38: LAPORAN PESISIR 2012

38 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Gambar 2.6. Rencana struktur ruang wilayah pesisir merupakan kerangka

sistem pusat – pusat pelayanan kegiatan di wilayah pesisir yang berhierarki,

dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah

( sumber : Bappeko Surabaya )

Penetapan Rencana Pola Ruang Di Wilayah Pesisir Kota Surabaya,

merupakan kebijakan rencana pola ruang wilayah yang tertuang dalam Review

RTRW Kota Surabaya jika dicermati secara spesifik hanya mengatur point

kebijakan pemanfaatan ruang di wilayah darat meski dalam penataan ruang yang

tertuang dalam undang undang penataan ruang mencakup penataan ruang di

darat, laut, udara dan ruang bawah permukaan.

Dalam rencana tata ruang laut kota Surabaya, wilayah perairan dan pesisir

kota Surabaya dibagi kedalam IV Wilayah Pengembangan (WP atau Zona),

lingkup lokasi, dan fungsi zona secara spesifik diuraikan pada Tabel 2.10

Page 39: LAPORAN PESISIR 2012

39 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

2.2.1 Rencana Detail Tata Ruang Kota ( RDTRK ) di Wilayah Pesisir

Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) terkait dengan wilayah pesisir

yang pernah disusun antara lain RDTRK UP. Tambak Oso Wilangun, RDTRK UP.

Tanjung Perak, RDTRK UP. Tambak Wedi, RDTRK UP. Kertajaya dan RDTRK

UP. Rungkut. Konstelasi

a) Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) UP. Tambak Oso Wilangun

Gambaran mengenai arahan pola ruang RDTRK UP. Tambak Osowilangun

dan kawasan sekitarnya secara spesifik dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.10

Tabel 2.10 Kebijaksanaan Dan Arahan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)

UP. Tambak Osowilangun Terhadap Wilayah Pesisir

NO KEBIJAKSANAAN ARAHAN

1 Struktur Tata

Ruang

Struktur Ruang UP. Tambak Osowilangun terbagi menjadi

1) Unit Distrik Tambak Osowilangon.

Terdiri dari 2 (dua) Unit Lingkungan yaitu :

a. Unit Lingkungan Romokalisari

b. Unit Lingkungan Tambak Osowilangon

2) Unit Distrik Sememi

Terdiri dari 2 (dua) Unit Lingkungan yaitu :

a. Unit Lingkungan.Sememi

b. Unit Lingkungan Kandangan

3) Unit Distrik Margomulyo

Terdiri dari 4 (empat) Unit Lingkungan yaitu :

a. Unit Lingkungan Tambak Langon

b. Unit Lingkungan Greges

c. Unit Lingkungan Kalianak

d. Unit Lingkungan Asemrowo

Page 40: LAPORAN PESISIR 2012

40 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

2 Fungsi Kegiatan dan

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan:

Kawasan Budidaya meliputi Pendidikan, Fasilitas Umum, kawasan

fungsional pelabuhan Teluk Lamong, Perumahan, Perdagangan dan

Jasa

Kawasan Lindung meliputi Kawasan Lindung setempat (RTH,

Sempadan Sungai dan pantai) dan cagar budaya

3 Sistem Transportasi a. Peningkatan Fungsi

Jalan – jalan dalam wilayah perencanaan khususnya jalan – jalan

utama pada umumnya sudah sesuai dengan fungsinya.

b. Pelebaran Jalan

Jalan – jalan pada wilayah perencanaan yang memerlukan

pelebaran dan disertai dengan perbaikan alinyemen horisontal

dan vertikal.

c. Perbaikan (perawatan)

Rencana perbaikan atau rehabilitasi jalan pada wilayah

perencanaan dilakukan dengan tujuan agar sirkulasi lalu lintas

dapat berjalan dengan lancar dan mengurangi kemungkinan

terjadinya kecelakaan yang diakibatkan oleh kondisi jalan yang

buruk (misalnya: berlubang, bergelombang, licin oleh lelehan

aspal, dan sebagainya). Kondisi jalan dalam wilayah

perencanaan secara umum sudah baik, tetapi maksud dari

perbaikan jalan disini, tidak semata – mata diarahkan pada

kondisi yang ada sekarang (yang rata – rata sudah dalam kondisi

baik), tetapi juga diarahkan pada kondisi jalan di masa yang akan

datang (dengan perawatan intensif).

d. Pembangunan Jalan Baru

Pembangunan jalan baru lebih banyak dikembangkan di sisi

barat pada UD. Tambak Osowilangon dan UD. Sememi

Sumber: RDTRK UP. Tambak Osowilangun b) Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) UP. Tanjung Perak

Gambaran mengenai arahan pola ruang RDTRK Tanjung Perak dan

kawasan sekitarnya secara spesifik dapat dilihat pada Tabel 2.11

Page 41: LAPORAN PESISIR 2012

41 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Tabel 2.11 Kebijaksanaan Dan Arahan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)

UP. Tanjung Perak Tahun 2010 Terhadap Wilayah Pesisir

NO KEBIJAKSANAAN ARAHAN

1 Struktur Tata

Ruang

RDTRK UP. Tanjung Perak dibagi menjadi 3 Unit Distrik yaitu:

UD. Wonokusumo dengan pusat berada disekitar Pegirian – Sidokare

terbagi menjadi 3 UL yaitu: UL Wonokusumo, Ul Pegirian, UL

Sidotopo.

UD. Kota Lama dengan pusat berada disekitar Jembatan Merah

terbagi menjadi 6 UL yaitu: UL Perak Timur – Krembangan Utara, UL

Danakarya, UL Nyamplungan – Ampel, UL Bongkaran, UL

Krembangan Selatan dan UL Kemayoran.

UD Morokrembangan – Dupak dengan pusat berada disekitar

Morokrembangan terbagi menjadi 3 UL yaitu: UL Morokrembangan –

Gresik, UL Morokrembangan, UL Dupak.

UD Morokrembangan – Perak Barat dengan pusat berada disekitar

Tanjung Perak Barat terbagi menjadi 2 UL yaitu: UL Morokrembangan

– Perak Barat, UL Perak Barat.

UD Pelindo dengan pusat berada disekitar Tanjung Perak Barat dan

Tanjung Perak Timur terbagi menjadi UL Pelindo – Tanjung Perak

Barat, UL Pelindo – Tanjung Perak Timur, UL Pelindo – Kali Anget.

UL DBAL dengan pusat berada disekitar Pati Unus terbagi menjadi 2

UL yaitu UL Ujung – Hangtuah dan UL Ujung Antara.

2 Fungsi Kegiatan

dan Penggunaan

Lahan

Penggunaan lahan:

Kawasan Budidaya meliputi Pendidikan, Fasilitas Umum, Kawasan

fungsional pelabuhan, Perumahan, Perdagangan dan Jasa

Kawasan Lindung meliputi Kawasan Lindung setempat (RTH,

Sempadan Sungai dan pantai) dancagar budaya

3 Sistem Transportasi Transportasi antarmoda adalah transportasi penumpang dan atau barang yang

menggunakan lebih dari satu moda dalam satu perjalanan yang

berkesinambungan. Transportasi intramoda adalah transportasi penumpang

dan atau barang yang menggunakan satu moda dalam beberapa jenis sarana

dalam satu perjalanan yang berkesinambungan. Transportasi multimoda

adalah angkutan barang yang menggunakan minimal dua moda yang berbeda,

yang dilakukan berdasarkan suatu kontrak berupa dokumen angkutan

multimoda antara pelaku usaha dan pengguna jasa. Jenis keterpaduan

Page 42: LAPORAN PESISIR 2012

42 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

antarmoda yang terjadi di simpul transportasi adalah Kiss and ride, Park and

ride, Ride and ride.

Sumber: RDTRK UP. Tanjung Perak Tahun 2010

c) Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) UP. Tambak Wedi

Gambaran mengenai arahan pola ruang RDTRK Tambak Wedi dan

kawasan sekitarnya secara spesifik dapat dilihat pada Tabel 2.12

Tabel 2.12 Kebijaksanaan Dan Arahan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)

UP. Tambak Wedi Tahun 2008 Terhadap Wilayah Pesisir

NO KEBIJAKSANAAN ARAHAN

1 Struktur Tata Ruang RDTRK UP. Tambak Wedi dibagi menjadi 4 Unit Unit Distrik yaitu

Unit

Distrik

Pusat Kegiatan

Unit Distrik

Unit

Lingkungan Fungsi

UD.

Sidotopo

Wetan

Kelurahan

Sidotopo Wetan

(pertigaan

jl.Kedung Mangu-

jl.Randu)

Ul. Bulak

Banteng

Permukiman,

Perdagangan dan

jasa, pendidikan

UL. Sidotopo

Wetan

Permukiman,

Perdagangan dan

jasa

UD.

Tambak

Wedi

Simpang Susun

Jembatan

Suramadu

UL. Tambak

wedi

Perdagangan dan

jasa, Pariwisata,

kawasan

komersial

UL. Kedung

Cowek Permukiman

UD.

Tanah

Kali

Kedinding

Kelurahan Tanah

Kali Kedinding

(perempatan

jl.Pogot)

UL. Tanah

Kali

Kedinding

Perdagangan dan

jasa, Permukiman

UL. Bulak Pendidikan,

Permukiman

Page 43: LAPORAN PESISIR 2012

43 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

UD.

Kenjeran

Kelurahan

Kenjeran (sub

terminal di

pertigaan jl.Abdul

Latief)

UL. Kenjeran

Permukiman,

Perdagangan,

Wisata

UL. Sukolilo Perdagangan jasa,

Permukiman

UL. Komplek

Kenjeran Wisata

2 Fungsi Kegiatan dan

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan meliputi Pendidikan, Fasiltas Umum,

Permukiman, Perdagangan dan Jasa, Pariwisata, Konservasi

3 Sistem Pematusan Pengembangan sistem pematusan dilakukan sesuai dengan

rekomendasi SDMP (Surabaya Drainage Master Plan) yaitu:

a. Peningkatan saluran Bandarejo, saluran Bulak Banteng, saluran

Sidotopo Wetan.

b. Pembuatan saluran baru antara lain Bulak Banteng Tengah,

Tambak wedi Utara.

c. Saluran muara, pada saluran ini menurut SDMP direncanakan

akan dilebarkan dari ukuran 24 meter menjadi 50 meter dan

diperdalam.

d. Pintu air Tambak wedi, menurut SDMP pada pintu air ini

direncanakan akan ditambahkan dari 4x3 meter menjadi 7x3

meter. Pintu air ini merupakan pintu air untuk pematusan primer

Tambak Wedi dan primer Pegirian mengalir menuju ke

pematusan akhir yaitu Selat Madura.

Sumber: RDTRK UP. Tambak Wedi

d) Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) UP. Kertajaya

Gambaran mengenai arahan pola ruang RDTRK Kertajaya dan kawasan

sekitarnya secara spesifik dapat dilihat pada Tabel 2.13

Page 44: LAPORAN PESISIR 2012

44 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Tabel 2.13 Kebijaksanaan Dan Arahan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)

UP. Kertajaya Tahun 2008 Terhadap Wilayah Perencanaan

NO KEBIJAKSANAAN ARAHAN

1 Struktur Tata Ruang RDTRK UP. Kertajaya dibagi menjadi 3 Unit Unit Distrik yaitu:

1) Unit Distrik Mulyorejo-Kalisari, dengan pusat UD terletak disekitar

Galaxi Mall terdiri dari 3 (tiga) Unit Lingkungan yaitu:

a. Unit Lingkungan Kalijudan-Dukuh Sutorejo

b. Unit Lingkungan Mulyorejo-Manyar Sabrangan

c. Unit Lingkungan Kalisari-Kejawan Putih Tambak

2) Unit Distrik Nginden-Semolowaru dengan pusat UD terletak disekitar

Kampus ITS, terdiri dari 3 (tiga) Unit Lingkungan yaitu :

a. Unit Lingkungan Menur Pumpungan-Klampis Ngasem

b. Unit Lingkungan Gebang Putih

c. Unit Lingkungan Semolowaru-Medokan Semampir

3) Unit Distrik Keputih dengan pusat UD terletak di Sekitar Pakuwon City

terdiri dari 1 (satu) Unit Lingkungan yaitu : Unit Lingkungan Keputih.

Wilayah pesisir pada segmen UP. Kertajaya yang perlu dicermati adalah

wilayah UD. Mulyorejo-Kalisari dan UD. Keputih

2 Fungsi Kegiatan dan

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan :

o Pendidikan

o Fasiltas Umum

o Perumahan

o Perdagangan dan Jasa

o Konservasi

3 Sistem Transportasi Optimalisasi pengembangan Jaringan Jalan dilakukan melalui :

Peningkatan Fungsi

Pelebaran Jalan

Perbaikan (perawatan)

Pembangunan Jalan Baru

Pengembangan sistem angkutan dilakukan dengan pertimbangan:

a. Mengorganisasikan kembali sistem trayek dan memadukannya

Page 45: LAPORAN PESISIR 2012

45 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

dalam sistem angkutan perkotaan dan antar kota.

b. Antara pusat – pusat kota (di luar UP. Kertajaya) dengan

perencanaan harus mempunyai akses yang paling tinggi dan

mempunyai fungsi ganda yaitu pergerakan internal (antar

kawasan di dalam unit lingkungan atau unit distrik) dan

pergerakan eksternal (antar distrik atau unit pengembangan).

c. Akses antara pusat pengembangan dengan pusat distrik, pusat

distrik dengan pusat unit lingkungan harus didukung oleh

penyediaan jaringan jalan yang memadai.

d. Pengembangan rute angkutan kota perlu mempertimbangngkan

kemudahan akses pada fasilitas penting.

Sumber : RDTRK UP. Kertajaya Tahun 2008

Tabel 2.14 Kebijaksanaan Dan Arahan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)

UP. Rungkut Tahun 2010 Terhadap Wilayah Perencanaan

NO KEBIJAKSANAAN ARAHAN

1 Struktur Tata

Ruang

RDTRK UP. Rungkut dibagi menjadi 3 Unit Distrik yaitu:

1) UD Tenggilis Mejoyo (luas ± 552,29 Ha), terdiri dari 3 (tiga) UL:

UL Panjang Jiwo-Tenggilis Mejoyo (luas ± 220,54 Ha)

UL Kendangsari (luas ±150,81 Ha)

UL Kutisari (luas ± 180,94 Ha)

2) UD Rungkut (luas ± 1315,62 Ha), terdiri dari 2 (dua) UL:

UL Kalirungkut-Rungkut Kidul (luas ± 311,21 Ha)

UL Kedung Baruk-Penjaringansari (luas ± 305,05 Ha)

UL Wonorejo (luas + 390,16 Ha)

UL Medokan Ayu (luas ± 315,47 Ha)

3) UD Gunung Anyar (luas ± 745,01 Ha), terdiri dari 2 (dua) UL :

UL Rungkut Menanggal-Gunung Anyar (luas ± 523.46 Ha)

UL Gunung Anyar Tambak (luas ± 221,56 Ha)

4) Kawasan Lindung Rungkut-Gunung Anyar (luas ±1012,21 Ha)

Page 46: LAPORAN PESISIR 2012

46 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Sistem Pusat

Pelayanan Pusat Pelayanan

Fungsi Kegiatan

Utama

Pusat UD

Rungkut

Kawasan sepanjang Jl.

Rungkut Madya

Permukiman, rekreasi,

lindung dan industri

Pusat UD

Rungkut

Jalan Raya Rungkut –

Kelurahan Kalirungkut

Industri, perdagangan

dan jasa

Pusat UD

Tenggilis

Sepanjang koridor Jl.

Kendangsari Industri

Perdagangan dan jasa

Pusat UD

Gunung Anyar

Kawasan kampus UPN Pendidikan dan

perumahan

Kawasan

Lindung

- lindung

2 Fungsi Kegiatan dan

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan:

Pendidikan

Fasilitas Umum

Perumahan

Perdagangan dan Jasa

Konservasi

3 Sistem Transportasi Optimalisasi pengembangan Jaringan Jalan dilakukan melalui:

a. Peningkatan Fungsi

b. Pelebaran Jalan

c. Perbaikan (perawatan)

d. Pembangunan Jalan Baru

Pengembangan sistem angkutan dilakukan dengan pertimbangan:

a. Mengorganisasikan kembali sistem trayek dan memadukannya

dalam sistem angkutan perkotaan dan antar kota.

b. Antara pusat – pusat kota dengan perencanaan harus

mempunyai akses yang paling tinggi dan mempunyai fungsi

ganda yaitu pergerakan internal (antar kawasan di dalam unit

lingkungan atau unit distrik) dan pergerakan eksternal (antar

distrik atau unit pengembangan)

c. Akses antara pusat pengembangan dengan pusat distrik, pusat

distrik dengan pusat unit lingkungan harus didukung oleh

Page 47: LAPORAN PESISIR 2012

47 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

penyediaan jaringan jalan yang memadai.

d. Pengembangan rute angkutan kota perlu mempertimbangkan

kemudahan akses pada fasilitas penting.

Sumber: RDTRK UP. Rungkut Tahun 2010

2.2.2 Rencana Pola Ruang - Ruang wilayah Pesisir

Rencana pola ruang wilayah pesisir merupakan rencana distribusi

peruntukan ruang di wilayah pesisir yang meliputi peruntukan ruang untuk lindung

(konservasi), pemanfaatan umum, alur dan kawasan strategis kota. Rencana pola

ruang ini merupakan hasil rumusan yang dihasilkan dari tinjauan kebijakan,

analisis daya dukung dan kesesuaian lahan.

2.2.3 Rencana Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam

dan sumber daya buatan. Kawasan lindung (konservasi) di wilayah pesisir kota

Surabaya terdiri atas beberapa zona dan sub zona sebagai berikut:

1. Zona Perlindungan Setempat

Zona perlindungan setempat bertujuan untuk konservasi dan rehabilitasi

ekosistem yaitu melindungi fungsi kawasan (sempadan sungai, sempadan

pantai dan sekitar waduk) dari kegiatan yang akan mengganggu

keseimbangan fungsi lindung. Zona perlindungan setempat ditetapkan atas

pertimbangan :

Hasil Review Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya (Perda 3

Tahun 2007)

Sesuai dengan kriteria fungsi kawasan seperti diatur dalam ketentuan

perundangan yang berlaku (UU 26 Tahun 2007, Permen PU 5 Tahun

2008, Kepres 32 Tahun 1990)

Zona perlindungan setempat di wilayah pesisir kota Surabaya terdiri atas

sub zona Ruang Terbuka hijau (dengan fungsi tertentu), sub zona

sempadan (mencakup sempadan pantai, sungai, rel kereta dan instalasi

berbahaya), sub zona sekitar waduk atau boezem dan sub zona ruang

Page 48: LAPORAN PESISIR 2012

48 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

terbuka hijau kota.

Alokasi rencana pada masing-masing sub zona dalam zona kawasan

perlindungan setempat secara spesifik akan diuraikan sebagai berikut:

a. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota

area memanjang / jalur dan / atau mengelompok, yang penggunaannya

lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara

alamiah maupun yang sengaja ditanam.

Berdasarkan hasil Review RTRW Kota Surabaya, Rencana pengembangan

RTH yang perlu dicermati adalah RTH pada skala kota. Di wilayah pesisir

kota Surabaya, RTH skala kota harus di alokasikan dengan luas prosentase

minimum 20% mencakup berupa pengembangan RTH jalur jalan, RTH

Taman Persimpangan Jalan, Monumen dan Gerbang Kota, RTH Taman,

Lapangan Olahraga Dan Makam, RTH Pengaman Jalur KA, SUTT (Saluran

Udara Tegangan Tinggi), Sungai, dan Buffer Zone.

Rencana alokasi ruang terbuka hijau pada masing-masing Unit

Pengembangan secara spesifik dapat dilihat pada Tabel 2.15

Tabel 2.15 Rencana alokasi Ruang Terbuka Hijau pada masing- masing Unit

Pengembangan

No RTH skala kota Karakter Vegetasi

Rencana Distribusi lokasi

UPP-1 UPP-2 UPP-3 UPP-4

1 RTH jalur jalan Penyerap polusi udara Pemecah

angin √ √ √ √

2 RTH Taman

Persimpangan Jalan

Memiliki kontras / penekanan

√ √ √ √

3 Monumen dan

Gerbang Kota

Monumental

√ √ √

Page 49: LAPORAN PESISIR 2012

49 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

4 RTH Taman Peneduh Penyerap polusi udara √ √ √ √

5 Lapangan Olahraga

Dan Makam

Peneduh

√ √ √

6 RTH Pengaman Jalur

KA, SUTT, Sungai,dan

Buffer Zone

Pembatas ruang, menghadirkan

unsur kejut (peringatan),

tidakmemiliki tajuk yang tinggi

√ √

Sumber: Hasil Analisis Keterangan :

UPP -1 : mencakup wilayah darat kecamatan Benowo, Asemrowo,

krembangan dan wilayah perairan sekitar teluk Lamong

UPP -2 : mencakup wilayah darat kecamatan, Pabean Cantikan,Semampir,

Kenjeran dan wilayah perairan sekitar Tanjung Perak.

UPP -3 : mencakup wilayah darat kecamatan Kenjeran, Bulak dan wilayah

perairan sekitar Kenjeran.

UPP -4 : mencakup wilayah darat kecamatan Mulyorejo, Sukolilo, Rungkut

Gunung Anyar dan wilayah perairan sekitar pantai timur Surabaya

b. Sempadan

Pengaturan kawasan sempadan yang akan diberlakukan di wilayah

pesisir kota Surabaya meliputi:

Sempadan pantai

Kawasan di sekitar pantai yang berfungsi untuk mencegah terjadinya abrasi

pantai dan melindungi pantai dari kegiatan yang dapat mengganggu dan

atau merusak kondisi fisik dan kelestarian kawasan pantai.

Pertimbangan dalam penetapan kawasan sempadan pantai di wilayah

pesisir kota Surabaya secara spesifik dapat dilihat pada Tabel 2.16

Page 50: LAPORAN PESISIR 2012

50 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Tabel 2.16 Pertimbangan Dalam Penetapan Kawasan Sempadan Pantai Di

Wilayah Pesisir Kota Surabaya

Kriteria

Sempadan

Pantai

Faktor Pertimbangan

Jarak Dan

Pengaruh

Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak

paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik

pasang air laut tertinggi ke arah darat

Aturan ini memiliki konsekuensi hukum

yang sangat besar mengingat titik pasang

tertinggi berada pada rentang jarak mulai 2

hingga 3,8 km dari bibir pantai

Kondisi fisik Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk

dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal

dengan jarak proporsional terhadap bentuk

dan kondisi fisik pantai

Tidak terdapat kriteria ini di wilayah pesisir

kota surabaya

Kasus empirik Penetapan kawasan sempadan dilakukan

untuk fungsi tertentu dalam hal

pengamanan dan keamanan kegiatan

operasional antara lain

Manufer kendaraan Kegiatan di kawasan pelabuhan:

- Bongkar muat kapal dalam terminal

pelabuhan

- Ruang tunggu/antrian kendaraan masuk

Ruang pemisah antar kegiatan atau

instalasi berbahaya

Penyediaan ruang pandang yang memadai

(waterfront city)

Pemeliharaan zona tertentu (sungai,

sedimentasi, dll)

Pembuatan jalan inspeksi

Ruang penumpukan material sedimen

Sumber: Hasil analisis

Page 51: LAPORAN PESISIR 2012

51 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Setelah mencermati hasil tinjauan kebijakan Review RTRW dan kriteria sempadan

pantai yang telah diuraikan diatas, penetapan sempadan pantai di wilayah pesisir

kota Surabaya secara spesifik dapat dilihat pada Tabel 2.17

Tabel 2.17 Penetapan Sempadan Pantai Di Wilayah Pesisir Kota Surabaya

Sempadan Kecamatan Fungsi kegiatan Jarak minimum

Wilayah

Utara

Pabean cantikan Pengamanan kegiatan operasional

bongar muat penumpang dan

barang

50 – 200 m dari dinding

struktur dermaga

Morokrembangan

Wilayah

Timur

Gunung Anyar Pengamanan pantai dan

konservasi sumberdaya air dan

perikanan

50 – 200 m dari bibir

pantai (dihitung dari titik

terluar vegetasi mangrove

pada formasi 1)

Rungkut

Sukolilo

Mulyorejo

Wilayah

Barat

Benowo Penyediaan ruang pandang yang

memadai dan ruang evakuasi serta

pemeliharaan rawa pasangsurut

30 – 170 m

Asemrowo

Sumber: Hasil analisis

Sempadan Sungai

Sempadan Sungai adalah kawasan di sekitar daerah aliran sungai

yang berfungsi mencegah dan melindungi sungai dari kegiatan yang dapat

mengganggu atau merusak bantaran / tanggul sungai, kualitas air sungai,

dasar sungai, mengamankan aliran sungai dan mencegah bahaya banjir.

Rekomendasi penetapan sempadan sungai di wilayah pesisir kota

Surabaya berikut pertimbangannya secara spesifik diuraikan pada Tabel

2.18

Page 52: LAPORAN PESISIR 2012

52 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Tabel 2.18 Rekomendasi Penetapan Sempadan Sungai Di Wilayah Pesisir Kota

Surabaya

No Sistem Sub Sistem Sempadan

Minimum

Berlaku Untuk Fungsi

1 Rayon Tandes Kali Lamong 30 -50 Semua diperuntukkan

Kali Kandangan 15 Semua diperuntukkan

Kali Sememi 15 Semua diperuntukkan

Kali Balong 20 Semua diperuntukkan

Kali Anak

6 -10 Permukiman

30 Non Permukiman

Kali Greges/Saluran Diversi

6 Permukiman Nelayan

20 Non Permukiman

2 Rayon Genteng Kali Mas 20 Semua diperuntukkan

3 Rayon Gubeng Kali Pegirian 5 – 20 Semua diperuntukkan

Kali Jeblokan 5 Semua diperuntukkan

Kali Larangan 5 Semua diperuntukkan

Kali Kenjeran 10 Semua diperuntukkan

Saluran Pantai ria 10 Semua diperuntukkan

Kali Kepiting 25 Semua diperuntukkan

Kali Dami 40 – 50 Semua diperuntukkan

Page 53: LAPORAN PESISIR 2012

53 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Saluran Kali Bokor 10 – 15 Semua diperuntukkan

Saluran Keputih - Semua diperuntukkan

4 Rayon

Jambangan

Kali Wonokromo 40 – 100 Semua diperuntukkan

Kali Wonorejo 10 Semua diperuntukkan

Kali Kebon Agung 12 – 15 Semua diperuntukkan

Kali Perbatasan 40 – 50 Semua diperuntukkan

Sumber: Hasil Planimetri

Sempadan Waduk

Kawasan sekitar boozem / waduk adalah kawasan tertentu di sekeliling

boozem/ waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan

kelestarian fungsi boozem / waduk.

Sempadan boozem adalah kawasan lindung yang ada di sekitar

boozem / waduk yang berfungsi untuk melindungi boozem / waduk dari

kegiatan yang dapat mengganngu dan atau merusak kondisi fisik

lingkungan pinggir boozem / waduk, kualitas air waduk, dan dasar waduk.

Di wilayah pesisir kota Surabaya area sempadan bozem yang akan diatur

secara spesifik dapat dilihat pada Tabel 2.19

Tabel 2.19 Rekomendasi Penetapan Sempadan Waduk / Boezem Di Wilayah

Pesisir Kota Surabaya

Hasil Planimetri

No Nama Boozem Sempadan Minimum

1 Boozem Morokrembangan 5 – 10

2 Boozem Mini Kali Dami 5 – 10

3 Boozem Wonorejo 200

Page 54: LAPORAN PESISIR 2012

54 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

2. Zona Suaka Alam, pelestarian alam Dan Cagar Budaya

Penetapan zona suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya bertujuan

untuk Melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan

alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada

umumnya. Zona suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya di wilayah pesisir

kota Surabaya terdiri atas sub zona pantai berhutan bakau, sub zona bangunan

cagar budaya.

Zona suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya ditetapkan atas

pertimbangan:

Sesuai dengan dengan rencana tata ruang

Sesuai dengan kriteria fungsi kawasan seperti diatur dalam ketentuan

perundangan yang berlaku (PP 26 Tahun 2007, Permen PU 5 Tahun

2008, Perpres 32 Tahun 1990)

Alokasi rencana pada masing-masing sub zona dalam zona suaka alam,

pelestarian alam dan cagar budaya secara spesifik akan diuraikan sebagai berikut:

A. Sub Zona Pantai Berhutan Bakau

Kawasan pantai berhutan bakau dapat dijumpai pada wilayah kecuali

segmen pelabuhan maupun di wilayah pesisir timur (kecuali segmen

permukiman nelayan sukolilo-nambangan).

Kesesuaian lahan untuk konservasi hutan mangrove di wilayah pesisir kota

Surabaya dengan kategori sesuai terbatas pada kawasan pantai timur

Surabaya. Luas area yang meliputi wilayah kelurahan Kalisari, Kejawan

Putih Tambak, Keputih, Wonorejo, Medokan Ayu dan Gununganyar Tambak

dengan luas area kesesuaian mencapai 444,65 Ha.

Kesesuaian lahan untuk konservasi mangrove dengan kategori sesuai

bersyarat diberlakukan pada beberapa lokasi antara lain:

Area sekitar muara

Penetapan kategori sesuai bersyarat khususnya pada area

sekitar muara diberlakukan pada wilayah sekitar teluk lamong, meski

dari segi kebijakan kawasan tersebut telah ditetapkan sebagai kawasan

strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi (waterfront city dan

pelabuhan teluk lamong), pengembangan kawasan perlu mencermati nilai

strategis area sekitar muara.

Page 55: LAPORAN PESISIR 2012

55 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Area sekitar muara secara alami menjadi tempat tumbuh

berkembangnya vegetasi mangrove karena kandungan substrat dan kondisi

yang cenderung tergenang. Dari sisi kerentanan dan upaya mitigasi

bencana, area sekitar muara memiliki kerentanan terhadap banjir akibat

kenaikan muka air laut, perubahan fisika-kimia-biologi air, erosi bibir pantai

akibat turbulensi arus dari muara dengan arus diperairan terbuka (laut) dan

potensi terjadinya angin dengan kecepatan tinggi.

Berkembangnya vegetasi mangrove disekitar muara membawa implikasi

positif terhadap kandungan unsur hara diperairan, sehingga menjadi daerah

persinggahan avifauna dan biota diperairan. Selain menyediakan unsur

hara, keberadaan vegetasi mangrove diharapkan dapat berperan untuk:

a. Meminimalisir meluasnya rembesan atau intrusi air laut, mengakumulasi

kandungan logam berat dalam air.

b. Mengikat substrat dan material tanah disekitar muara untuk mencegah

terjadinya erosi.

c. Menahan hempasan angin pada kondisi cuaca ekstrem

Area sekitar kolam budidaya perikanan payau

Beberapa jenis vegetasi manggrove memiliki toleransi terhadap

kondisi substrat dan salinitas yang cenderung rendah (kombinasi substrat

berpasir dengan salinitas < 25%.) keberadaan vegetasi mangrove disekitar

kolam budidaya dapat dikembangkan, karena dapat berperan sebagai

penyedia unsur hara

B. Sub Zona Bangunan Cagar Budaya

Sub zona bangunan cagar budaya di wilayah pesisir dapat dijumpai pada

wilayah UPP II. Sub Zona Bangunan cagar budaya di wilayah pesisir

kota Surabaya ditetapkan pada area sekitar pelabuhan dimana terdapat

bangunan gedung administratur pelabuhan dan Jembatan Petekan.

3. Zona Rawan Bencana

Zona rawan bencana terdiri atas sub zona rawan bencana banjir (genangan

dan rob), sub zona rawan bencana kebakaran dan perubahan sifat fisika, kimia

biologi air.

Page 56: LAPORAN PESISIR 2012

56 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Penetapan zona rawan bencana ditetapkan atas pertimbangan:

Sesuai dengan dengan rencana tata ruang

Memenuhi syarat dan kriteria kerentanan terhadap ancaman dan resiko

bencana seperti diatur dalam peraturan perundangan (PP 64 Tahun 2010,

PP 26 Tahun 2007)

Penetapan zona rawan bencana bertujuan untuk melindungi manusia dan

kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak

langsung oleh perbuatan manusia.

2.2.4 Rencana Kawasan Pemanfaatan Umum

Kawasan Pemanfaatan Umum adalah bagian dari wilayah pesisir yang

ditetapkan peruntukkannya bagi berbagai sektor kegiatan. Kawasan pemanfaatan

umum di wilayah pesisir kota Surabaya terdiri atas zona perumahan, industri dan

pergudangan, perdagangan dan jasa, kawasan khusus, kawasan pusat

pelayanan, perikanan dan kawasan alur.

Masing-masing zona diatas memiliki beberapa zub zona yang secara spesifik

akan diuraikan sebagai berikut:

a. Zona Perumahan

Zona perumahan ditetapkan atas dasar

Kondisi Fisik Dasar ( jenis tanah, topografi).

Kesesuaian terhadap rencana tata ruang

Ketersediaan sumberdaya air dan energi

Bukan merupakan daerah rawan bencana (Banjir, tanah longsor / gerakan

tanah)

Kecenderungan perkembangan kondisi eksisting pola ruang.

Penetapan zona perumahan bertujuan untuk:

Menyediakan lahan untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat untuk

fungsi hunian dengan kepadatan rendah yang aman dan teratur.

Mengakomodasi beberapa tipe hunian untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat sesuai dengan daya dukung dan daya tampung

Page 57: LAPORAN PESISIR 2012

57 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Mengendalikan perkembangan dan pengembangan kawasan

perumahan yang bersinggungan dengan kawasan perikanan dan

konservasi (hutan mangrove, Sempadan sungai / pantai).

Sub zona yang terdapat dalam zona perumahan di wilayah pesisir kota

Surabaya secara spesifik dapat dilihat pada Tabel 2.20

Tabel 2.20 Sub Zona Yang Terdapat Dalam Zona Perumahan Di Wilayah Pesisir

Kota Surabaya

No Sub zona

Wilayah Unit Pengembangan

UP XI, UP V UP V, UP

III UP III UP I, UP II

1 Sub Zona

Kampung

nelayan

Romokalisari,

Tambak

Osowilangun,Tambak

Langon,Greges,

Kalianak

Tambak

Wedi,Bulak

Banteng

Kedung

Cowek,

Kenjeran

Sukolilo

-

2 Sub Zona

Kampung

non nelayn

Romokalisari,

Tambak

Osowilangun,Tambak

Langon,Greges,

Kalianak,

Morokrembangan

Ujung,

Perak

Barat,

Perak

Utara

Tambak

Wedi,Kedung

cowek,Komplek

Kenjeran

Kalisari,Kejawan Putih

tambak,Wonorejo,

Medokan ayu, Gunung

Anyar tambak

3 Sub Zona

Perumahan

formal

Romokalisari,

Tambak Osowilangun

Perak

Utara,

ujung

Bulak Banteng Kalisari,Kejawan

Putihtambak,Wonorejo,

Medokan ayu, Gunung

Anyar tambak

Sumber : Hasil overlay

b. Zona Perdagangan Dan Jasa

Zona perdagangan dan jasa di wilayah pesisir kota Surabaya ditetapkan atas

dasar :

Page 58: LAPORAN PESISIR 2012

58 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Kondisi Fisik Dasar (jenis tanah, topografi).

Ketersediaan prasarana dan sarana penunjang yang memadai

(listrik, air bersih, telekomunikasi)

Aksesibilitas yang baik terhadap pusat-pusat perkotaan terdekat

Bukan merupakan kawasan Rawan Bencana.

Penetapan Zona perdagangan dan jasa di wilayah pesisir kota Surabaya

bertujuan untuk:

Mengakomodasi kebutuhan masyarakat dalam beraktifitas ekonomi

Mengatur pola dan distribusi fasilitas perdagangan dan jasa sesuai

dengan jenis dan skala pelayanan

Menjamin keamanan dan kenyamanan publik dalam beraktifitas

ekonomi khususnya perdagangan dan jasa

Sub zona yang terdapat dalam zona perdagangan dan jasa di wilayah

pesisir kota Surabaya terdiri atas:

sub zona perdagangan dan jasa berskala kota - regional,

Fasilitas perdagangan dan jasa berskala kota-regional, diarahkan

dapat dikembangan pada kawasan sekitar pusat regional dan pusat

unit pengembangan.

sub zona perdagangan dan jasa berskala kecamatan hingga Unit

Pengembangan

Fasilitas perdagangan dan jasa berskala kecamatan hingga unit

pengembangan diarahkan dapat dikembangan pada kawasan sekitar

pusat kecamatan

sub zona perdagangan dan jasa berskala lokal / lingkungan

Fasilitas perdagangan dan jasa berskala lokal / lingkungan diarahkan

dapat dikembangan pada kawasan pusat lingkungan.

c. Zona Pusat Pelayanan

Penetapan zona pusat pelayanan dilakukan atas dasar

- Kesesuaian dengan rencana tata ruang

- Kesesuaian daya dukung lingkungan

Page 59: LAPORAN PESISIR 2012

59 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

- Ketersediaan aset atau lahan pemerintah yang dicadangkan untuk

fasilitas umum dan sosial

- Standar kebutuhan minimum fasilitas lingkungan

- Memiliki aksesibilitas yang baik

Tujuan penetapan zona pusat pelayanan adalah

- Menyediakan lahan untuk pengembangan fasilitas sosial dan umum

sesuai dengan kebutuhan dan daya dukung lingkungan

- Mengakomodasi berbagai macam tipe fasilitas sosial dan umum untuk

mendorong penyediaan pelayanan bagi semua lapisan masyarakat

- Merefleksikan pola - pola pengembangan yang diinginkan masyarakat

pada lingkungan hunian yang ada untuk masa yang akan datang

Zona pusat pelayanan tersusun atas keberadaan sekumpulan berbagai

jenis fasilitas umum antara lain pendidikan, kesehatan, peribadatan,

pemerintahan, hiburan dan rekreasi, transportasi dll. Zona pusat pelayanan di

wilayah pesisir kota Surabaya terdiri atas beberapa sub zona yaitu:

- sub zona pusat pelayanan berskala kota-regional, diarahkan dapat

dikembangan pada kawasan sekitar pusat regional dan pusat unit

pengembangan.

- Sub zona pusat pelayanan berskala kecamatan hingga Unit

Pengembangan, diarahkan dapat dikembangan pada kawasan sekitar

pusat kecamatan

- sub zona pusat pelayanan berskala lokal atau lingkungan, diarahkan dapat

dikembangan pada kawasan pusat lingkungan

d. Zona Industri Dan Pergudangan

Zona Industri dan Pergudangan di wilayah pesisir kota Surabaya ditetapkan

atas dasar:

- Kesesuaian dengan kebijakan penataan ruang

- Kondisi Fisik Dasar (jenis tanah, topografi).

- Ketersediaan prasarana dan sarana penunjang yang memadai

(listrik, air bersih, telekomunikasi)

- Aksesibilitas yang baik terhadap simpul utama transportasi

Page 60: LAPORAN PESISIR 2012

60 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

- Memenuhi syarat keamanan dan keselamatan dalam usaha dan

keberlanjutan lingkungan

Penetapan Zona Industri Dan Pergudangan di wilayah pesisir kota Surabaya

bertujuan untuk

- Mengakomodasi kebutuhan investasi di bidang industri dan pergudangan

- Mengatur pola dan distribusi lokasi Industri dan Pergudangan sesuai

dengan jenis dan skala pengembangan

- Menjamin keamanan dan kenyamanan publik dalam berinvestasi

Sub zona yang terdapat dalam zona Industri Dan Pergudangan di wilayah pesisir

kota Surabaya terdiri atas

- sub zona industri kecil

- sub zona industri sedang/menengah

- sub zona industri besar

e. Zona Perikanan

Zona Perikanan di wilayah pesisir kota Surabaya ditetapkan atas dasar:

Kondisi fisik dasar (kondisi tanah dan air secara fisika-kimia dan

biologi)

Ketersediaan prasarana dan sarana pendukung (pintu pengatur

distribusi air, saluran irigasi, pasar)

Potensi produksi perikanan

Memiliki kesesuaian terhadap rencana tata ruang

Tujuan penetapan zona perikanan adalah:

Melindungi dan mempertahankan kawasan perikanan produktif yang

menjadi sumber mata pencaharian masyarakat.

Mengarahkan pola budidaya perikanan dan penggunaan peralatan

tangkap yang ramah lingkungan

Mengembangkan kegiatan perikanan yang prospektif sebagai mata

pencaharian masyarakat.

Page 61: LAPORAN PESISIR 2012

61 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Sub zona yang terdapat dalam zona perikanan di wilayah pesisir kota Surabaya

terdiri atas:

o sub zona budidaya perikanan

sub zona budidaya perikanan di wilayah pesisir kota Surabaya

diarahkan pada UPP II dan UPP IV.

o sub zona perikanan tangkap

sub zona perikanan tangkap di wilayah pesisir kota Surabaya

diarahkan pada wilayah perairan UPP III dan UPP IV hingga kearah

4 mil.

f. Zona Militer

Zona militer di wilayah pesisir kota Surabaya ditetapkan atas dasar:

Kesesuaian dengan kondisi eksisting dan skenario pengembangan

bidang pertahanan dan keamanan

Unity, dimana pusat pendidikan, latihan dan uji coba peralatan dan

persenjataan diupayakan berdekatan dan memiliki keterkaitan satu

sama lain

Penetapan Zona Industri dan Pergudangan di wilayah pesisir kota

Surabaya bertujuan untuk

Mempertahankan nilai eksklusifitas kawasan dimana akses umum

menuju kawasan sangat dibatasi

Menjamin ketersediaan ruang yang memadai dalam

mengakomodasi kebutuhan pengembangan untuk kepentingan

pertahanan dan keamanan nasional

2.2.5 Rencana Kawasan Strategis Kota

Kawasan strategis kota adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara makro terhadap

kepentingan, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan

Page 62: LAPORAN PESISIR 2012

62 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

lingkungan. Penetapan kawasan strategis kota di wilayah pesisir kota Surabaya

dilakukan atas pertimbangan

Hasil review RTRW Kota Surabaya

Ketersediaan prasarana dan sarana pendukung yang memadai

Memiliki dampak positif berupa multiplier efek dibidang ekonomi jika

dikembangkan

Kawasan strategis kota di wilayah pesisir kota Surabaya terdiri atas

1. Zona Strategis untuk kepentingan ekonomi , meliputi :

Kawasan Pergudangan dan Industri Margomulyo di Kecamatan Asemrowo

dan Kecamatan Benowo dengan luas area mencapai ± 167,79 Ha.

Kawasan Kota Tepi Pantai (Waterfront City) di Kecamatan Asemrowo

dan Kecamatan Benowo dengan luas area mencapai ± 821,85 Ha.

fungsi ruang kawasan strategis ini dapat menampung kegiatan pelayanan

umum, perdagangan dan jasa, industri dan pergudangan, perumahan.

Kawasan Kaki Jembatan Wilayah Suramadu - Pantai Kenjeran di

Kecamatan Bulak dengan luas area mencapai ± 165 Ha. fungsi ruang

kawasan strategis ini dapat menampung kegiatan pelayanan umum,

perdagangan dan jasa berskala kota hingga regional.

Rencana pengembangan kawasan kaki jembatan suramadu dapat

dilihat pada ilustrasi gambar berikut :

Gambar 2.7. Pengembangan Kawasan Kaki Jembatan Suramadu

Page 63: LAPORAN PESISIR 2012

63 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Gambar 2.8. Rencana Pengembangan Kawasan Waterfront City Teluk

Lamong 2. Zona strategis untuk kepentingan perlindungan lingkungan hidup

Wilayah pesisir yang ditetapkan sebagai Zona strategis untuk kepentingan

perlindungan lingkungan hidup adalah:

Kawasan Pantai Timur Surabaya.

Kawasan ini merupakan kawasan pantai berhutan bakau dengan luas

tutupan vegetasi mencapai 698,62 Ha. Kawasan ini memiliki peran yang

sangat penting dalam ekosistem yaitu:

Penyedia unsur hara dalam air untuk biota diperairan (menjadi lokasi

alur migrasi ikan) maupun kolam budidaya perikanan.

Meminimalisir terjadinya hempasan angin akibat kondisi ekstrem

yang berakibat pada kecepatan arus dan gelombang yang menghempas

bibir pantai

Menjadi area bersarang dan mencari makan bagi kelompok burung

Kawasan sekitar kali lamong

Kawasan ini merupakan kawasan yang memiliki kerentanan terhadap

bencana banjir. Kerentanan tidak hanya terjadi pada kawasan sekitar das,

pada sisi hilir / muara sungai juga memiliki kerentanan terjadinya

sedimentasi yang tinggi sehingga berpotensi menutup bentang muara.

Page 64: LAPORAN PESISIR 2012

64 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Gambar 2.9 Rencana Pengelolaan Kawasan Pantai Berhutan Bakau Di

Wilayah Pesisir Kota Surabaya

3. Zona Strategis untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi

Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan strategis ini adalah

kawasan Industri pengembangan perkapalan di Kecamatan Pabean

Cantikan dengan luasan mencapai ±75,5 Ha

Gambar 2.10. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Industri

Pembuatan dan Perbaikan Kapal

2.2.6 Rencana Kawasan Alur

Kawasan alur merupakan perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan

bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari

atau ditempatkan jaringan utilitas bawah laut.

Page 65: LAPORAN PESISIR 2012

65 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

2.2.7 Rencana strategis wilayah pesisir dan pulau - pulau kecil kota surabaya

Visi dari rencana strategis wilayah pesisir Kota Surabaya adalah sebagai

berikut: “ Terwujudnya wilayah pesisir yang produktif dan berkelanjutan dalam

menunjang Kota Surabaya sebagai kota perdagangan dan jasa berskala nasional

dan internasional ”

Sedangkan misi sebagai penjabaran dari visi yang telah dibuat dari strategis

wilayah pesisir Kota Surabaya adalah sebagai berikut :

1. Mewujudkan wilayah pesisir Kota Surabaya yang lestari melalui strategi

yang secara spesifik diuraikan dalam tabel 2.21 berikut

Tabel 2.21 Strategi, Arahan Program Dan Instansi Terkait

No Strategi Arahan Program Arahan Kegiatan Instansi

Kunci

1 Meningkatkan

kualitas

ekosistem pesisir

1. Pengawasan kualitas

bahan buangan kegiatan

wilayah darat antara lain

industri,permukiman,

pelabuhan, dll.

a) Penyusunan pedoman

dan tata cara

pembangunan wilayah

pesisir

b) Penyusunan laporan

tahunan mengenai

kualitas lingkungan

pesisir bersama instansi

terkait

Bappeko

BLH

Dinas

Pertanian

2. Pengendalian jumlah

bahan pencemar di

wilayah aliran sungai

yang memasuki wilayah

pesisir kota surabaya

a) Pembangunan IPAL

b) Pembangunan

instalasi pengolahan

limbah cair.

c) Pengolahan Sampah

Padat berbasis

masyarakat

3. Sedimentasi di wilayah

aliran sungai yang

memasuki wilayah

pesisir kota Surabaya

a) Penghijauan kembali

pada sepanjang

daerah aliran sungai.

b) Penggelontoran

sedimentasi dan

pendangkalan

sungai.

Page 66: LAPORAN PESISIR 2012

66 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

4. Peningkatan kualitas

fisik pantai di wilayah

pesisir kota Surabaya

a) Pembersihan sungai

secara berkala

b) Pemeliharaan dan

penguatan dinding

sungai.

c) Pembudidayaan ikan

di sungai.

2 Meningkatkan

Area hutan

mangrove

Pengembangan, Perbaikan

dan pemulihan kondisi

ekosistem mangrove di

Surabaya.

a) Pemetaan wilayah

ekosistem mangrove

meliputi: kondisi

sebaran dan luasan,

potensi pertumbuhan

dan permasalahan

pengembangan

spesies.

b) Ketersediaan

sumberdaya dalam

pemulihan ekosistem

lewat pembibitan

mangrove dan

pemulihan habitat.

c) Pengembangan

ekowisata magrove

untuk pendidikan dan

wisata.

BLH

Dinas

Pertanian

3 Meningkatkan

kualitas estuaria

Program peningkatan kualitas

estuaria Pesisir Kota Surabaya

Kajian terhadap wilayah

ekosistem estuaria melalui

dukungan terhadap berbagai

penelitian terkait, meliputi:

potensi aliran air laut dan

tawar, banjir dan alternatif

penanganannya, manfaat dan

permasalahan

pembangungan pesisir serta

dampak kegiatan

BLH

4 Mengembangkan

terumbu karang

buatan

Program pembuatan terumbu

karang buatan

Pelatihan pengembangan

terumbu karang

Dinas

Pertanian

5 Meningkatkan

kesadaran

lingkungan

Program pengendalian

perkembangan lingkungan

pesisir

a) Penanaman sejuta

pohon terutama di

daerah up land

BLH

Perguruan

Tinggi

Page 67: LAPORAN PESISIR 2012

67 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Pesisir

Surabaya

b) Kegiatan mencintai

lingkungan a.l dengan

tema “Sungaiku sehat

sungaiku bermanfaat”,

melalui seminar,

menerbitkan buku untuk

anak – anak hingga

dewasa, dll.

c) Pembuatan pedoman

pembangunan wilayah

pesisir terkait dengan

kegiatan reklamasi dan

pengelolaan limbah:

- Pengelolaan limbah

rumah tangga

berbasis

masyarakat

- Pengelolaan limbah

industri berbasis

kelestarian

lingkungan

d) Penertiban ijin

pengembangan di

Parabaya dan

Pamurbaya

Dinas

Pendidikan

Sumber: Renstra Pesisir Propinsi Jawa Timur, Bappeko Tahun 2011

2. Meningkatkan peran serta para pemangku kepentingan untuk mewujudkan

masyarakat yang berdaya saing tinggi, melalui strategi yang secara spesifik

diuraikan dalam tabel 2.22 berikut:

Tabel 2.22 Strategi, Arahan Program Dan Instansi Terkait

No Strategi Arahan Program Arahan Kegiatan Instansi kunci

1 Sosialisasi

perencanaan

pengelolaan

wilayah pesisir

Program

Pembangunan

masyarakat pesisir

1. Penataan fish

sanctuary berbasis

masyarakat.

2. Pelatihan

- Bappeko

- Dinas

Pertanian

- Kecamatan/kel

Page 68: LAPORAN PESISIR 2012

68 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Surabaya Surabaya Pengembangan

budidaya

perikanan laut

(mariculture).

3. Pembentukan

gugus

pengawas.

urahan pesisir

2 Meningkatkan

kualitas SDM

masyarakat

pesisir

1. Pembangunan

sekolah pesisir

2. Pelatihan

keterampilan

melalui PKK yaitu

pengolahan

sumberdaya

pesisir seperti ikan

dan hasil laut.

3. Peningkatan

pelayanan

kesehatan pesisir

3 Meningaktkan

peran serta

masyarakat

dalam

pengelolaan

kawasan pesisir

Program

pemberdayaan

masyarakat

dalam bidang

ekonomi pesisir

Program

pemberdayaan

masyarakat

dalam bidang

pemeliharaan

ekosistem

1. Mengadakan

rembug

masyarakat pesisir

Surabaya secara

berkala.

2. Pelatihan

pemandu wisata

3. Membentuk Pokja

pesisir.

- Bappeko

- Dinas

pertanian

- Dinas

Pariwisata

4 Meningkatkan

peran serta

swasta dalam

pengelolaan

kawasan pesisir

Program

peningkatan peran

swasta dalam

membangun pesisir

a. Kegiatan sarasehan

mengenai peran

pemangku

kepentingan dalam

pengelolaan

lingkungan pesisir

b. Pelatihan

Pengembangan

Dinas

Perindustrian

dan

Perdagangan

Page 69: LAPORAN PESISIR 2012

69 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

produk perikanan.

c. Pelatihan

standarisasi produk-

produk perikanan.

d. Pelatihan pemasaran

produk.

5 Meningkatkan

peran

pemerintah

dalam

pengelolaan

pesisir

Program

pengembangan

ekonomi dan

infrastruktur wilayah

pesisir

a. Penguatan ekonomi

masyarakat melalui

b. Koperasi unit pesisir

c. Pembangunan

sanitasi lingkungan

d. Pengembangan

infrastruktur

pendukung

Dinas

Perindustrian

dan

Perdagangan

Dinas

kesehatan

Dinas PU

Sumber: Renstra Pesisir Propinsi Jawa Timur, Bappeko Tahun 2011

3. Mengembangkan potensi ekonomi wilayah pesisir berbasis perdagangan

jasa dan pariwisata melalui strategi yang secara spesifik diuraikan dalam

tabel 2.23 berikut

Tabel 2.23 Strategi, Arahan Program Dan Instansi Terkait

Strategi Arahan Program Arahan Kegiatan

Instansi

Kunci

1 Pemanfaatan

segitiga

pengembangan

ekonomi pesisir

Kota Surabaya

yaitu Kali Lamong

– Tanjung Perak

–KKJS( Kawasan

Kaki Jembatan

Suramadu )

a) Program peningkatan

perekonomian dengan

adanya segitiga

pengembangan ekonomi

pesisir

b) Program pengembangan

kawasan eksklusif KKJS

c) Program pengembangan

kawasan pelabuhan

internasional di Perairan

Kali Lamong

d) Program pengembangan

infrastruktur wilayah pesisir

- Penyusunan

rencana tata

bangunan dan

lingkungan

pesisir

- Penyusunan

rencana

pengembangan

pelabuhan

internasional

- Sinkronisasi

kebijakan tata

ruang wilayah

- Penyusunan

Bappeko

Page 70: LAPORAN PESISIR 2012

70 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

rencana sektoral

yang mengacu

pada renstra

pesisir

2 Pengembangan

pariwisata di

lingkungan

pesisir

Program pengembangan wisata

bahari Surabaya

a) Integrasi wisata

pesisir dalam

paket city tour kota

Surabaya

b) Modernisasi

kawasan wisata

kenjeran

c) Sinkronisasi

kawasan wisata

kenjeran dengan

permukiman

nelayan di

sekitarnya

d) Pemanfaatan

wisata laut dengan

fery dengan jalur

menuju jembatan

Suramadu

e) Pengembangan

wisata kuliner

dengan latar

belakang view

Suramadu

Bappeko

3

Peningkatan

pendapatan

masyarakat

di wilayah pesisir

Meningkatkan kemampuan

teknologi pasca panen dan

pemasaran produk – produk

perikanan dan pertanian di

wilayah pesisir

a) Peningkatan

kemampuan

teknologi pasca

panen

b) Peningkatan

pemasaran

produkperikanan

dan pertanian ,

melalui:

- Pelatihan

- Bantuan

- Peralatan

Dinas

pertanian

& Dinas

Perindustrian

dan

Perdagangan

Page 71: LAPORAN PESISIR 2012

71 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

c) Pengembangan

informasi pasar

Meningkatkan akses masyarakat

pesisir terhadap modal, informasi

dan teknologi untuk

pembangunan masyarakat

pesisir

a) Peningkatan

akses, informasi

dan teknologi

(Bank masuk

desa)

b) Pengembangan

informasi usaha

lokal kepada

masyarakat luar

Dinas

pertanian

&Dinas

Perindustrian

dan

Perdagangan

Memperbaiki pengelolaan usaha

perikanan melalui penerapan

pendekatan system silvofishery

a) Perbaikan usaha

perikanan

b) Peningkatan

pemanfaatan

tenaga kerja lokal

di berbagai sektor

c) Pengembangan

industri jasa

Dinas

pertanian

&Dinas

Perindustrian

dan

Perdagangan

Sumber: Renstra Pesisir Propinsi Jawa Timur, Bappeko Tahun 2011

4. Meningkatkan peran kelembagaan dalam pengelolaan pesisir dalam

menunjang Kota Surabaya sebagai kota perdagangan dan jasa berskala

nasional dan internasional melalui strategi yang secara spesifik diuraikan

dalam tabel 2.24 berikut

Tabel 2.24 Strategi, Arahan Program Dan Instansi Terkait

Strategi Arahan Program Arahan Kegiatan

Instansi

Kunci

1 Koordinasi dan

kerjasama

peningkatan

kualitas

ekosistem

pesisir antar

wilayah

Sosialisasi pentingnya

menjaga kualitas perairan

pesisir

a) Pembuatan poster/brosur

serta siaran radio mengenai

dampak kerusakan yang

diakibatkan

b) Pelatihan pengenalan jenis

dan sumber limbah serta

dampaknya terhadap

perairan

BLH

Page 72: LAPORAN PESISIR 2012

72 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

perbatasan c) Pembentukan pokja

pengendalian lingkungan

Melakukan pemantauan

dan evaluasi status

kualitas perairan pesisir

a) Membuat buku saku

pentingnya menjaga kualitas

perairan di pesisir

b) Rencana tanggap darurat

terhadap bahan pencemar

oleh masyarakat

BLH

2 Penyusunan

sistem informasi

sumberdaya

wilayah pesisir

Meningkatkan

ketersediaan data dan

informasi yang benar

sesuai dengan kebutuhan

dalam perencanaan dan

pengelolaan wilayah

pesisir

a) Pemetaan dan Inventarisasi

data potensi sumberdaya

pesisir

b) Up dating data di wilayah

pesisir terutama berkaitan

dengan data fisik perairan

Bappeko

Surabaya

3 Penegakan

hukum yang

tegas bagi

pelaku

perusakan

lingkungan

berbasis

masyarakat

Program penyusunan

peraturan tingkat

kelurahan pesisir

mengenai pengelolaan

sumberdaya di wilayah

pesisir dengan

mengetahui pemerintahan

diatasnya

a) Kegiatan penyuluhan

pembuatan peraturan pada

tingkat kelurahan

b) Konsultasi publik

c) Sosialisasi kegiatan dan

program kepesisiran

Bappeko

Surabaya

BLH

4

Peningkatan

peran lembaga

di wilayah

pesisir

Peningkatan peran

lembaga formal

a) Penentuan program insentif

dan disinsentif terkait

pengelolaan wilayah pesisir

b) Pembuatan kebijakan baru

terkait pengembangan

wilayah pesisir

c) Forum pertemuan antar

lembaga formal

Bappeko

Surabaya

Peningkatan peran

lembaga informal

a) Penambahan

jumlahkelompok non formal

terkait pengelolaan pesisir

b) Penambahan jumlah

kelompok non formal terkait

ekonomi pesisir

Dinas

Pertanian

Page 73: LAPORAN PESISIR 2012

73 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

c) Penambahan jumlah

kelompok non formal terkait

pengembangan SDM pesisir

d) Forum pertemuan antar

e) lembaga non formal

2.2.8 Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW ) Kota Surabaya

Kebijaksanaan yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota

Surabaya sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2007 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya, terdapat beberapa hal pokok yang

ditetapkan sehubungan dengan pengembangan dan perkembangan wilayah

pesisir kota Surabaya dapat dilihat pada tabel 2.25

2.2.9 Review Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW ) Kota Surabaya

Seiring dengan pemberlakuan UU 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, Kota

Surabaya pada tahun 2009 melakukan review terhadap kebijakan penataan

ruang yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2007 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya. beberapa hal pokok yang

ditetapkan sehubungan dengan hasil review RTRW yang berpengaruh terhadap

pengembangan dan perkembangan wilayah pesisir kota Surabaya dapat dilihat

pada Tabel 2.25

Tabel 2.25 Kebijaksanaan dan Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kota Surabaya Terhadap Wilayah Pesisir

No. KEBIJAKSANAAN PERDA 3 TAHUN 2007 HASIL REVIEW

1

Struktur Tata Ruang

Struktur Wilayah Kota Surabaya dibagi

menjadi 12 Unit Pengembangan,

Wilayah Pesisir Kota Surabaya menjadi

bagian dari:

1) Pengembangan UP I Rungkut

memiliki fungsi utama sebagai

permukiman, pendidikan,

konservasi dan industri dengan

Secara struktural, pembagian

wilayah menjadi beberapa unit

perencanaan tidak mengalami

perbedaan, akan tetapi

mengalami penambahan muatan

fungsi pada beberapa UP dan

perbedaan penggunaan istilah

(nomenklatur) konservasi menjadi

Page 74: LAPORAN PESISIR 2012

74 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

pusat pertumbuhan berada di

kawasan Rungkut Madya

2) Pengembangan UP II Kertajaya

memiliki fungsi uatam sebagai

permukiman, perdagangan,

pendidikan dan konservasi –

Ruang terbuka Hijau dengan

pusat pertumbuhan berada di

kawasan Kertajaya Indah

Dharmahusada Indah

3) Pengembangan UP V Tanjung

Perak memiliki fungsi utama

sebagai kawasan pelabuhan,

kawasan khusus, kawasan

industri strategis, perdagangan

dan jasa dengan pusat

pertumbuhan di kawasan Tanjung

Perak

4) Pengembangan UP XI Tambak

Oso Wilangon memiliki fungsi

utama sebagai permukiman,

perdagangan, kawasan khusus

dan konservasi dengan pusat

pertumbuhan berada di kawasan

Tambak Oso Wilangon.

5) Pengembangan UP III Tambak

Wedi memiliki fungsi utama

sebagai permukiman,

perdagangan jasa, rekreasi dan

konservasi dengan pusat

pertumbuhan berada di kawasan

Tambak Wedi di sekitar Jembatan

Suramadu.

lindung terhadap alam.

Penambahan muatan fungsi

antara lain:

o Pada UP I Rungkut terdapat

penambahan fungsi

kawasan yaitu perdagangan

dan jasa.

o Pada UP I Rungkut, UP II

Kertajaya, UP III Tambak

Wedi, UP X Wiyung, UP XI

Tambak Oso, dan UP XII

Sambikerep,fungsi kawasan

konservasi menggunakan

istilah fungsi lindung

terhadap alam.

o Pada UP V Tanjung Perak

terdapat fungsi tambahan

yaitu lindung terhadap

bangunan dan lingkungan

cagar budaya. Fungsi

kawasan khususyang

terdapat pada Perda 3/2007

didefinisikan sebagai fungsi

militer.

o Pada UP VII Wonokromo

fungsi kawasan khusus

yang terdapat pada Perda

3/2007 didefinisikan

sebagai fungsi militer

o Pada UP VIII Satelit

terdapat fungsi tambahan

yaitu industri. Fungsi

kawasan khusus yang

terdapat pada Perda 3/2007

didefinisikan sebagai fungsi

Page 75: LAPORAN PESISIR 2012

75 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

militer.

2.

Pola Ruang Rencana Pola Ruang Kawasan Pesisir

Kota Surabaya diarahkan untuk:

1) Kawasan Budidaya

a. Kawasan fungsional pelabuhan

b. Industri dan pergudangan

c. Kawasan Militer

d. Pariwisata

e. Perdagangan dan jasa

f. Perumahan

g. Fasilitas umum

2) Kawasan Lindung

a. Hutan mangrove

b. Sempadan Pantai

Pada hasil review kawasan

lindung darat dan laut tidak

dipisahkan.

Pada penetapan kawasan lindung

, terdapat muatan penetapan

kawasan rawan bencana,

kawasan perlindungan setempat

(sempadan SUTT)

Terdapat pemisahan peruntukan

antara fungsi perdagangan dan

jasa dengan peruntukan

perkantoran

Terdapat penetapan alokasi

ruang untuk sektor informal dan

ruang evakuasi bencana

3

Transportasi Sistem jaringan jalan kota

menggunakan pola grid, dengan

pengembangan jaringan jalan

alternatif yang dapat dicapai dari

fungsi jalan arteri ke jalan kolektor,

jalan kolektor ke jalan lokal dan

seterusnya.

Sistem jaringan jalan kota

dikembangkan secara terpadu dan

integrasi dengan sistem jaringan

jalan nasional dan regional

Untuk pengembangan jalan alternatif

yang menghubungkan bagian uatara

dan selatan kota dibangun jalan

lingkar timur dan barat kota,

ditingkatkan dengan pengembangan

jalan arteri alternatif timur – barat

baik yang berada di sisi utara

maupun sisi selatan

Sistem transportasi kota diarahkan

pada pengembangan transportasi

berkelanjutan

1) Transportasi darat

sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 23 ayat (1) huruf

a, dikembangkan secara

hirarki dan terkoneksi antar

moda meliputi jaringan jalan,

terminal, angkutan, kereta

api, angkutan sungai dan

penyeberangan

2) Pengembangan jaringan

jalan, meliputi jalan bebas

hambatan, jalan arteri

primer, jalan arteri sekunder,

jalan kolektor primer dan

jalan kolektor sekunder

3) Pengembangan terminal

secara hirarki meliputi:

a. Terminal tipe A: terminal

Purabaya, terminal

Tambak Oso Wilangun;

b. Terminal tipe B: terminal

Benowo, terminal di

Page 76: LAPORAN PESISIR 2012

76 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Peningkatan terminal angkutan darat

termasuk stasiun kereta yang sudah

ada dan pengembangan sub

terminal baru terutama pada wilayah

pengembangan dan pusat

pertumbuhan

Terminal dan stasiun kereta dapat

dikembangkan secara terpadu

dengan kegiatan jasa tau

perdagangan

Peningkatan dayaguna fungsi jalan

dengan mengurangi atau

menghilangkan hambata –

hambatan di ruang milik jalan

(rumija)

sekitar Made, terminal di

sekitar Tambak Wedi

c. Terminal tipe C: terminal

Joyoboyo, terminal

Bratang, Terminal

Keputih, terminal

Manukan, terminal Dukuh

Kupang, terminal di

sekitar Kendung, terminal

di sekitar pesapen,

terminal di sekitar

Gunung Anyar, terminal di

sekitar Mastrip, terminal

di sekitar Pagesangan dan

terminal di sekitar

Kalianak

4) Rencana pengembangan dan

jalur sirkulasi kendaraan

dalam kota melalui

pengembangan angkutan

massal kota dengan alternatif

pengembangan Mass Rapid

Transit (MRT) dan Light

Rapid Transit (LRT) yang

berbasis rel serta angkutan

massal berbasis jalan lainnya

yang didukung dengan

angkutan yang berfungsi

sebagai pengumpan (feeder)

5) Rencana pengembangan

angkutan massal kota dengan

alternatif pengembangan Bus

Rapid Transit (BRT), meliputi

rute:

a. Jalan Oso Wilngon sampai

dengan jalan kenjeran

b. Jalan benowo sampai

dengan jalan Kertajaya

c. Jalan Lontar sampai

dengan jalan Wonorejo

d. Jalan wiyung sampai

Page 77: LAPORAN PESISIR 2012

77 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

dengan jalan rungkut

e. Jalan Lingkar Timur

tengah (Middle East Ring

Road)

f. Jalan lingkar Timur Luar

(Outer East Ring Road)

g. Jalan lingkar barat tengah

(Middle West Ring Road)

h. Jalan Lingkar Barat Luar

(Outer West Ring Road)

i. Jalan A.Yani sampai

dengan jalan Perak

6) Pengembangan sistem

jaringan kereta api meliputi:

a. Mendukung

pengembangan

pembangunan jaringan

double tract pada jalur

regional meliputi:

o Surabaya – Sidoarjo –

Bangil – Malang –

Blitar – Kediri

o Surabaya – Mojokerto

– Madiun – Surakarta

– Yogyakarta –

Bandung – Jakarta

o Surabaya – Krian –

mojokerto – Jombang

– Kertosono – Kediri –

Blitar

o Surabaya – Gresik –

Lamongan –

Bojonegoro –

Semarang – Jakarta

o Surabaya – Sidoarjo –

Pasuruan – Jember –

Banyuwangi

o Surabaya – Waru –

Bandara Juanda

b. Mendukung

pengembangan kereta

Page 78: LAPORAN PESISIR 2012

78 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

komuter yang meliputi:

Bangil – Sidoarjo – Waru

– Wonokromo –

Gubeng – Pasar Turi –

Kandangan – Benowo

– Lamongan

Mojokerto – Krian –

Wonokromo – Gubeng

– Psar Turi –

Kandangan – Benowo

– Lamongan

c. Mengembangkan Mass

Rapid Transit (MRT) pada

jalur :

Bandara Juanda –

kawasan Wonokromo

Sidoarjo – kawasan

Wonokromo

d. Mengembangkan Light

Rapid Transit (LRT) pada

jalur kawasan

Wonokromo – kawasan

Pelabuhan Tanjung Perak

e. Mengembangkan stasiun

kereta api Gubeng,

Semut, Pasar Turi,

Wonokromo, dan

pemberhentian sementara

(Shlelter) angkutan

massal berbasis rel pada

pusat – pusat pelayanan

kota

f. Memanfaatkan stasiun

sebagai salah satu

fasilitas penunjang pusat

kegiatan ekonomi kota

7) Pengembangan angkutan

sungai dan penyeberangan,

dilakukan dengan :

a. Mengembangkan

angkutan sungai dalam

Page 79: LAPORAN PESISIR 2012

79 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

kota sebagai angkutan

umum dan angkutan

pariwisata yang

dilengkapi dengan

dermaga pada pusat –

pusat pelayaran di sungai

Kali Mas dan Kali

Wonokromo

b. Mengembangkan

angkutan penyeberangan

Ujung – Kamal yang

berfungsi sebagai

penunjang pariwisata

bahari

Pada sarana transportasi laut

dan sungai, beberapa rencana

pengembangan pada Perda

3/2007 dihapuskan. Hanya 2

rencana pengembangan:

a. Memanfaatkan dan

mengembangkan sarana

pelabuhan Tanjung Perak

sebagai sarana

transportasi laut yang

melayani angkutan kapal

penumpang dan barang

dalam skala regional,

nasional, maupun

internasional

b. Mengembangkan

pelabuhan terminal peti

kemas dan kargo berskala

internasional beserta

fasilitas penunjang

termasuk kawasan

strategis ekonomi di

kawasan Teluk Lamong

Page 80: LAPORAN PESISIR 2012

80 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

4 Sistem Pematusan Pembangunan sistem pematusan

dilakukan secara terpadu dengan

pembangunan prasarana dan sarana

kota yang lain, yang mendukung

rencana pengembangan wilayah

sehingga sistem pematusan ini dapat

berfungsi secara optimal.

Pembangunan sistem pematusan

ditekankan pada upaya optimalisasi

prasarana dan sarana pematusan yang

telah ada serta pembangunan prasarana

dan sarana pematusan baru.

Sistem pematusan Kota Surabaya dibagi

dalam 5 wilayah sistem pematusan,

yaitu Rayon genteng, Rayon Gubeng,

Rayon Jambangan, Rayon wiyung dan

Rayon Tandes. Wilayah pesisir menjadi

bagian dari Rayon Genteng, Rayon

Gubeng, Rayon Jambangan dan Rayon

Tandes.

Tidak terdapat perbedaan

5 Utilitas Kota Air Bersih

Pengembangan dan pembangunan

jaringan air bersih dilakukan untuk

mendukung kegiatan pembangunan dan

meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat terutama pada wilayah

pengembangan dan pusat – pusat

pertumbuhan baru

Rencana Pengembangan Sistem

Jaringan Sumber Daya Air

meliputi :

a. Menggunakan sumber air Kali

Surabaya dan mata air

Umbulan untuk memenuhi

kebutuhan air baku

b. Pembangunan dan

peningkatan

tampungan/resapan air

melalui pembangunan

waduk/boezem, sumur

resapan, peningkatan fungsi

waduk yang lokasinya

tersebar, pemanfaatan

saluran untuk long storage,

danpemasangan biopori

untuk ketersediaan air dalam

tanah sekaligus pengendalian

Page 81: LAPORAN PESISIR 2012

81 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

banjir

c. Mengoptimalkan dan

membangun jaringan

pelayanan hidran umum pada

lokasi – lokasi strategis dan

permukiman kota

Sistem penyediaan air minum

sebagaimana dimaksud dalam

meliputi:

a. Penyediaan air minum Kota

Surabaya menggunakan

sumber Umbulan dan

pengelolaan Kali Surabaya

b. Instalasi pengolah air minum

menggunakan IPAM Ngagel

dan Karang Pilang

c. Pengembangan distribusi

jaringan air minum ke seluruh

wilayah yang belum terlayani

Penyediaan air siap minum pada

pusat pelayanan kota, sub pusat

pelayanan kota, fasilitas umum

dan komersial serta taman kota.

Listrik

Pengembangan dan pembangunan

jaringan listrik dilakukan secara terpadu

dengan sistem jaringan listrik Nasional

Pembangkit Jawa Bali (OJB) yang

ditekankan pada peningkatan pelayanan,

penambahan kapasitas dan jangkauan

pelayanan

1) Pengembangan sistem

jaringan Saluran Udara

Tegangan Ekstra Tinggi

(SUTET) antara lain di jalur

menuju kawasan Surabaya

Barat, Rumah Sakit Surabaya

Barat, Rencana Operasional

Teluk Lamong.

2) Pengembangan gardu induk

Kota Surabaya, meliputi

gardu induk Sawahan,

Kapasan, Undaan, Kupang,

Simpang, Kenjeran, Ngagel,

Sukolilo, Wonokromo,

Rungkut, Bambe,

Simogunung, Tandes 2,

Kalisari.

Page 82: LAPORAN PESISIR 2012

82 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Pengembangan sumber energi

listrik alternatif di Kota Surabaya

dapat berasal dari pengelolaan

sampah, solar cell, biogas

maupun sumber energi lainnya

Gas

Pengembangan dan pembangunan

jaringan gas dilakukan secara terpadu

dengan sistem jaringan gas Nasional

yang ditekankan pada peningkatan

kapasitas dan perluasan jaringan

terutama perumahan dan jasa pelayanan

umum

Pengembangan jaringan gas kota

meliputi:

a. Kawasan industri meliputi

kawasan Rungkut, Tandes,

Margomulyo

b. Kawasan pelabuhan meliputi

jalur menuju Tanjung Perak

dan Teluk Lamong

c. Kawasan fungsional kota

meliputi permukiman dan

perdagangan – jasa

d. Kawasan sekitar Surabaya

meliputi jalan Margomulyo –

jalan Gresik, jalan Kedung

Cowek – jalan Kali Kedinding

dan jalur bebas hambatan

Surabaya – Gresik

Telepon

Pengembangan dan pembangunan

jaringan telekomunikasi dilakukan

dengan pemanfaatan teknologi sistem

informasi dan komunikasi

1) Sistem jaringan

telekomunikasi yang

dikembangkan meliputi:

a. Sistem kabel

b. Sistem nirkabel

2) Pengembangan jaringan

sistem telekomunikasi,

meliputi:

a. Perluasan jaringan

pelayanan telepon kabel

ke seluruh bagian

wilayah kota

b. Memberikan dukungan

kemudahan prasarana

Page 83: LAPORAN PESISIR 2012

83 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

telekomunikasi di

seluruh area terbangun

c. Penggunaan menara

telekomunikasi (base

transceiver station)

secara bersama untuk

sistem nirkabel

d. Peningkatan sistem

teknologi telekomunikasi

pada kawasan

budidaya, antara lain

pada peruntukan

perdagangan dan jasa,

perkantoran, pelayanan

umum

Rencana pengelolaan sampah:

Pembangunan prasarana dan sarana

kebersihan dan persampahan pada

skala lingkungan dilakukan dengan

penyediaan Tempat Penampungan

Sementara (TPS) yang tersebar pada

wilayah unit pengembangan di

sekitar kawasan perumahan sesuai

dengan tingkat dan lingkup

pelayanan

Pembangunan TPS pada unit

pengembangan dapat dilakukan

pada lahan – lahan yang

diremcanakan untuk fasilitas umum

dan dilengkapi dengan prasarana

dan sarana penunjang penanganan

dan pengelolaan sampah.

Pembangunan prasarana dan sarana

kebersihan persampahan skala kota

dilakukan dengan penyediaan sarana

penanganan sampah terpadu pada

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Benowo yang termasuk dalam

wilayah UP. XI Tambak Oso

Wilangon, serta diupayakan mencari

Sistem pengelolaan sampah

sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 30 huruf c dilakukan

melalui:

a. Penyediaan sistem

persampahan, meliputi

tempat penampungan

sampah sementara dan

tempat pemrosesan akhir

dilakukan dengan:

1. Penyediaan TPS pada

setiap unit lingkungan

permukiman

2. Penyediaan transfer

depo pada setiap unit

timbulan sampah pasar

3. Penyediaan TPA di

bagian timur Kota

Surabaya

b. Pengembangan sistem

pengkomposan pada TPS dan

rumah kompos

c. Pengelolaan sampah mandiri

berbasisi masyarakat dengan

pengurangan volume

Page 84: LAPORAN PESISIR 2012

84 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

lokasi baru di wilayah timur untuk

mendukung LLPA yang telah ada

yaitu di UP. I Rungkut dan atau UP.

II Kertajaya

Pengembangan kebersihan dan

persampahan skala kota juga

dilakukan dengan pemberdayaan

masyarakat dan penerapan teknologi

tepat guna yang ramah lingkungan

dalam penanganan sampah, serta

mendukung pelaksanaan program

penanganan sampah terpadu

termasuk penyediaan prasarana dan

saranan pada lingkup regional

timbulan sampah,

penggunaan kembali dan

pendaur-ulangan sampah

d. Pengembangan pengelolaan

sampah untuk energi

alternatif di TPA Benowo

Sistem pengelolaan limbah tidak dibahas

secara spesifik

Sistem pengelolaan limbah

sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 30 huruf b meliputi:

a. Pengelolaan sanitasi berupa

instalasi Pengeloaan Air

Limbah (IPAL) ditetapkan di

Unit Pengembangan I

Rungkut, Unit Pengembangan

II Kertajaya, Unit

Pengembangan III Tambak

Wedi, Unit Pengembangan V

Tanjung Perak, Unit

Pengembangan XII

Sambikerep dan

pengembangan instalasi IPAL

Komunal melalui metode

Sanitasi Berbasis

Kemasyarakatan (SANIMAS).

b. )pengelolaan limbah tinja

menggunakan instalasi

Pengolahan Limbah Tinja

(IPTL) di unit Pengembangan

II Kertajaya dan Unit

Pengembangan XII

Sambikerep

Page 85: LAPORAN PESISIR 2012

85 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

c. Penampungan sementara

limbah Bahan Berbahaya

Beracun (B3) berlokasi di Unit

Pengembangan XII

Sambikerep

6 Kawasan strategis Tidak terdapat penetapan kawasan

strategis kota

Terdapat penetapan 4 kawasan

strategis yaitu:

- Kawasan Strategis ekonomi

- Kawasan Strategis sosia –

kultural

- Kawasan Strategis teknologi

tinggi

- penyelamatan

Sumber : Hasil komparasi kebijakan (Perda 3 /2007 dengan Hasil Review Perda 3/2007)

Rencana pola ruang wilayah pesisir menurut Perda 3 dan Hasil Review secara

spesifik

Hal yang perlu dicermati dalam penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Kota

Surabaya adalah Arahan pemanfaatan ruang yang tertuang dalam Rencana Tata

Ruang Laut Kota Surabaya seperti diuraikan pada Tabel 2.26

Tabel 2.26 Indikasi Program Pengembangan Wilayah Pesisir Kota Surabaya

NO PEMANFAATAN RUANG SEKTORAL PENGENDALIAN

PEMANFAATAN RUANG

1 Program Rehabilitasi Lingkungan

Laut dan Pesisir di kawasan

Pantai Timur Surabaya

Program Pembangunan

Prasarana Jalan Pesisir

Pengaturan pemanfaatan ruang

untuk kegiatan wisata berikut

bangunan prasarana dan

sarana di laut dan pesisir /

pantai

2 Program Penataan batas Laut

dan Garis Pantai Surabaya

Program Pembangunan Kanal /

alur pelayaran di sepanjang

pesisir di kawasan Teluk

Lamong

Pengaturan pemanfaatan ruang

untuk kegiatan budidaya tambak

3 Program pengaturan batas dan

hak penguasaan dan

pemanfaatan Tanah Oloran

Program Pembangunan Ruang

Utilitas di laut dan Pesisir

Pengaturan pemanfaatan ruang

untuk budidaya laut di kawasan

perairan

Page 86: LAPORAN PESISIR 2012

86 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

4 Program Penyiapan Ruang

(pematangan lahan) untuk

Pembangunan fisik

ProgramPenyediaan Prasarana

dan Sarana Laut

Pengaturan Pemanfaatan ruang

untuk kegiatan industri dan

pergudangan

5 Program pengembangan

kegiatan dan kawasan wisata

pantai kenjeran

Program pembangunan

(penyediaan rambu – rambu

pelayaran di kawasan laut)

Pengaturan pemanfaatan ruang

untuk kegiatan perumahan dan

permukiman pesisir

6 Program pembangunan kawasan

permukiman dan perniagaan di

kawasan kaki Jembatan

Suramadu

Program pengembangan

prasarana dan sarana untuk

kegiatan pengawasan keadaan

wilayah laut dan pesisir

Pengaturan pemanfaatan ruang

untuk kegiatan perdagangan

dan jasa di kawasan laut dan

pesisir

7 Program pengembangan

kegiatan konservasi kawasan

Pulau Galang

- Pengaturan pembangunan

utilitas di kawasan pesisir

8 Program penataan kawasan

permukiman pesisir kampung

nelayan

- Pengaturan kegiatan konservasi

atau rehabilitasi lingkungan

9 Program pengembangan

perumahan pesisir (water front

city)

- Pengaturan dan ketentuan

perijinan investasi

pembangunan di kawasan laut

dan pesisir Surabaya

10 Program pembangunan

Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI)

di Romokalisari

- -

11 Program pengembangan dan

pembinaan bagi masyarakat

nelayan dan usaha tambak

- -

Sumber: RDTRK UP. Tambak Osowilangun

Page 87: LAPORAN PESISIR 2012

87 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

BAB III

ANALISA HASIL SAMPLING AIR LAUT

3.1 PARAMETER FISIKA

Kekeruhan

Kekeruhan sering disebut juga dengan turbiditas, yang dapat diartikan

sebagai kandungan bahan organik dan anorganik yang terdapat di suatu perairan,

dan kondisi ini dapat mempengaruhi proses kehidupan organisme yang ada dalam

perairan tersebut. Konsep dasarnya adalah bila kekeruhan tinggi, maka

kandungan oksigen akan menurun karena intensitas cahaya matahari yang masuk

kedalam perairan sangat terbatas sehingga phytoplankton terhambat dalam

melakukan fotosintesis untuk menghasilkan oksigen.

Parameter kekeruhan diambil di enam titik, dua di lokasi untuk wisata

bahari dan empat untuk biota laut, dengan menyesuaikan pada KepMenLH Nomor

51 Tahun 2004. Sementara di lokasi perairan pelabuhan tidak dilakukan sampling,

dikarenakan faktor alur pelayaran akan menjadi faktor bias yang akan

mempengaruhi tingkat kekeruhan.

Grafik 3.1 Kondisi parameter Kekeruhan di lokasi Kenjeran Pulau Pasir di

zona Wisata Bahari pada sampling tahun 2012

Page 88: LAPORAN PESISIR 2012

88 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Tren tingkat kekeruhan di lokasi kenjeran pulau pasir pada tahun 2012

menunjukkan tren menurun dari semester 1 ke semester 2 dari 29,4 NTU menjadi

4,2 NTU atau dibawah baku mutu. Kondisi ini diduga pada semester 1 masih

dipengaruhi oleh kondisi musim hujan sehingga membawa nutrien dan kotoran

dari hulu-hilir menuju ke muara. Sementara, pada semester 2, kondisi musim

kemarau membuat masukan air dari hulu - hilir cenderung menurun debitnya

sehingga kondisi perairan menjadi lebih jernih. Tren penurunan tingkat kekeruhan

juga terjadi pada tahun 2009 dan 2011, sementara pada tahun 2010, justru terjadi

peningkatan yang sangat tinggi, meskipun prediksi tentang hal ini masih belum

diketahui

Selain di lokasi Kenjeran Pulau Pasir, pengambilan sampel kekeruhan di

zona wisata bahari juga dilakukan di sekitar Kenjeran Pengasapan Ikan. Hasil

tahun 2012 juga mengalami penurunan dari 189 NTU menjadi 3,23 NTU atau

dibawah baku mutu (sesuai lampiran KepMen LH Nomor 51 Tahun 2004).

Sementara di zona biota laut, tren penurunan kekeruhan dari semester 1 ke

semester 2 juga mengalami penurunan pada keempat lokasi titik pengambilan.

Grafik 3.2 Kondisi parameter kekeruhan di zona Biota Laut pada sampling

tahun 2012. Grafik menunjukkan bahwa tren penurunan terjadi di semester 2

dan cenderung dibawah baku mutu yang ditetapkan yaitu < 5 NTU

Page 89: LAPORAN PESISIR 2012

89 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Jika ditinjau dari kondisi kekeruhan pada tahun 2009 – 2012 (lihat

lampiran), fluktuasi nilai kekeruhan cukup tinggi sehingga kurang bisa diprediksi

dalam hitungan semester per semester ataupun per tahun. Konsep dasar dari

kekeruhan adalah konsep flokulasi. Konsep flokulasi atau penggumpalan terjadi

pada saat air tawar membawa substrat yang bersifat suspensi bertemu dengan air

laut yang membawa ion-ion garam sehingga memudahkan terjadinya

penggumpalan. Dan pembentukan flokulasi tersebut akan meningkatkan berat

friksi substrat sehingga menimbulkan kekeruhan. Selain itu, friksi dari polutan-

polutan yang dikeluarkan dari kegiatan domestik ataupun industri memberikan

pengaruh juga terhadap keberadaan kekeruhan di suatu perairan. Dalam kegiatan

ini, tidak dilakukan pengidentifikasian kekeruhan atas dasar partikel-partikel

organik ataupun anorganik, sehingga tidak bisa ditentukan bahwa partikel mana

yang menyebabkan kontributor tertinggi nilai kekeruhan tersebut.

Padatan Tersuspensi

Kekeruhan mempunyai hubungan linier dengan padatan tersuspensi,

karena kekeruhan pada air memang disebabkan oleh adanya zat tersuspensi yang

ada dalam air tersebut. Zat tersuspensi yang ada dalam air dapat terdiri dari

berbagai macam zat, semisal pasir halus, liat ataupun lumpur alami yang

merupakan bahan-bahan anorganik, atau dapat pula berupa bahan organik yang

melayang-layang pada perairan

Bahan-bahan organik yang merupakan zat tersuspensi dapat terdiri dari

berbagai jenis senyawa seperti selulosa, lemak, protein yang melayang pada

perairan atau dapat juga berupa mikroorganisme seperti bakteri, alga, dan

sebagainya. Bahan-bahan tersebut selain berasal dari sumber-sumber alamiah,

juga berasal dari buangan kegiatan manusia seperti kegiatan industri, pertanian

dan kegiatan rumah tangga. Namun, untuk kasus ini, tidak dapat dipastikan lebih

lanjut karena tidak dilakukan identifikasi jenis padatan tersuspensi tersebut, sama

halnya dengan parameter kekeruhan.

Pada tahun 2012, terkait dengan padatan tersuspensi, di zona wisata

bahari terjadi penurunan dari semester 1 ke semester 2 di lokasi Kenjeran Pulau

Pasir dan Kenjeran Pengasapan Ikan. Di lokasi Kenjeran Pulau Pasir terjadi

Page 90: LAPORAN PESISIR 2012

90 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

penurunan dari 37 mg/l menjadi 35 mg/l dan di lokasi Kenjeran Pengasapan Ikan

terjadi penurunan dari 204 mg/l menjadi 36 mg/l. Namun, penurunan di semester 2

tersebut masih sedikit diatas baku mutu yang disyaratkan yaitu 20 mg/l (sesuai

lampiran KepMen LH 51/ 2004)

Grafik 3.3 Kondisi parameter Padatan Tersuspensi di zona Wisata

Bahari pada sampling tahun 2012

Sementara, pada lokasi wisata bahari pada tahun 2009 - 2011, tren

penurunan dari semester 1 ke semester 2 memang terlihat di tahun 2009 dan

2011. Namun sebaliknya, di tahun 2010 justru terjadi tren kenaikan. Dan jika

diperhatikan nilai padatan tersuspensi dari tahun 2009 - 2012, tidak dapat

ditentukan terjadi tren kenaikan atau penurunan dari tahun ke tahun, mengingat

fluktuasinya cukup tinggi dan dinamis.

3. 2 PARAMETER KIMIA

Oksigen Terlarut ( DO )

Parameter oksigen terlarut adalah parameter yang erat kaitannya dengan

ketersediaan oksigen bagi organisme heterotrop (organisme yang tidak dapat

menghasilkan makanan sendiri / tidak dapat melakukan proses fotosintesis

Page 91: LAPORAN PESISIR 2012

91 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

sendiri) di perairan tersebut. Nilai oksigen terlarut bisa dipengaruhi oleh banyak

hal, dan salah satu diantaranya adalah tingginya nilai kekeruhan dan juga padatan

tersuspensi.

Grafik 3.4 Kondisi parameter Oksigen Terlarut di zona Wisata Bahari pada

sampling tahun 2012

Hasil analisa kondisi oksigen terlarut pada tahun 2012, di zona wisata

bahari pada lokasi Kenjeran Pulau Pasir dan Kenjeran Pengasapan Ikan terjadi

tren penurunan dari semester 1 ke semester 2. Berturut-turut adalah 7,87 mg/l

menjadi 5,41 mg/lt di lokasi Kenjeran Pulau Pasir dan 8,46 mg/lt menjadi 3,14

mg/lt di lokasi Kenjeran Pengasapan Ikan . Kondisi ini dimungkinkan karena pada

waktu semester 1 masukan debit air dari sungai ke laut cukup tinggi. Kondisi ini

terkait dengan semester 1 masih masuk musim penghujan. Masukan debit air dari

sungai ke laut menyebabkan gerusan arus membawa material organik ke laut, dan

pergerakan arus tersebut menimbulkan efek riak dan berimbas pada asupan

oksigen dari udara masuk kedalam perairan. Konsep ini mempunyai keterkaitan

dengan konsep perairan lotik (berarus) dan perairan lentik (diam), dimana perairan

yang berkonsep lotik cenderung lebih tinggi kandungan oksigen terlarutnya

dibanding perairan lentik karena adanya arus, menyebabkan masuknya oksigen

ke perairan dan mengurangi beban bakteri aerob untuk mendegradasi bahan

organik.

Page 92: LAPORAN PESISIR 2012

92 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Sementara itu, untuk lokasi Biota laut ( Gunung Anyar Kali UPN, Kali

Wonorejo, Kali Lamong 1 dan Kali Lamong 2 ) di keempat titik lokasi mengalami

fluktuasi dengan tren penurunan dan kenaikan oksigen terlarut. Kondisi ini bisa

disebabkan banyak hal, diantaranya bisa dideteksi dengan nilai BOD atau COD.

Sebagai contoh adalah lokasi Kali Lamong 1, dengan nilai kandungan oksigen

terlarut yang cukup ekstrem dari 1,66 mg/lt dan 0,05 mg/lt dan nilai BOD berkisar

8,73 mg/lt dan 12,25 mg/lt, terdeteksi bahwa ada hubungan antara nilai oksigen

terlarut dengan BOD. Semakin rendah oksigen terlarut, semakin tinggi nilai BOD-

nya. Dan dalam kasus kali Lamong 1 yang nilai DO-nya tergolong rendah

dibanding baku mutu, ternyata nilai BOD-nya masih dibawah ambang batas.

Kondisi ini bisa mengarah bahwa partikel-partikel yang terlarut ataupun

tersuspensi memang kecenderungannya adalah bukan senyawa organik , tetapi

senyawa anorganik.

Grafik 3.5 Kondisi parameter oksigen terlarut di zona Biota laut pada

sampling tahun 2012 menunjukkan tren meningkat saat semester 2, kecuali

di kali Lamong 1. Tren peningkatan tersebut tidak memberikan pengaruh

besar karena nilai kandungan oksigen terlarut sudah diatas baku mutu atau

> 5 mg/lt.

Tinjauan oksigen terlarut untuk tahun 2009-2011, untuk zona Wisata Bahari pada

lokasi Kenjeran Pulau Pasir cenderung selalu diatas baku mutu yang ditetapkan

Page 93: LAPORAN PESISIR 2012

93 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

yaitu 5 mg/lt, sedangkan di lokasi Kenjeran Pengasapan Ikan, ada kecenderungan

fluktuasi negatif dimana pada semester 1 bernilai diatas baku mutu tetapi pada

saat semester 2 justru mengalami penurunan.

Biological Oxygen Demand (BOD)

BOD atau disebut juga dengan kebutuhan oksigen biologis adalah suatu

analisa empiris yang digunakan untuk memprediksi proses mikrobiologis oleh

bakteri aerob untuk menguraikan (mengoksidasi) hampir semua zat organik yang

terlarut dan sebagian zat organik yang tersuspensi dalam perairan.

Pemeriksaan BOD digunakan untuk menentukan beban pencemaran akibat

air buangan penduduk ataupun industri. Konsep dasarnya adalah peristiwa

alamiah berupa penguraian zat organik oleh bakteri aerob. Oleh karena bakteri

aerob, maka dibutuhkan oksigen dalam kegiatan tersebut, dan jelas akan

menghabiskan oksigen terlarut di perairan. Jika produksi oksigen terlarut tidak

dilakukan oleh para produsen seperti phytoplankton, maka kondisi perairan

lambat laun akan menjadi anaerobik. Kondisi ini akan merugikan bagi ikan dan

makhluk hidup heterotrop (tidak dapat memproduksi makanannya sendiri) lainnya.

Jika kejadian ini berlanjut terus, maka perairan akan menimbulkan bau busuk

karena hasil metabolit sekunder dari bakteri anaerob yang menggantikan kerja

bakteri aerob.

Sampling 2012 di zona Wisata Bahari, menunjukkan ada tren kenaikan nilai

BOD, meskipun masih dibawah baku mutu yang ditetapkan yaitu 20 mg/lt. Di

lokasi Kenjeran Pulau Pasir terjadi kenaikan dari 2,1 mg/lt pada semester 1

menjadi 4,79 mg/lt pada semester 2. Sementara di lokasi Kenjeran Pengasapan

Ikan terjadi kenaikan dari 1,65 mg/lt menjadi 7,09 mg/lt pada semester 2 .

Meskipun nilai BOD dikedua lokasi ini meningkat, namun masih dibawah baku

mutu yang ditetapkan, sehingga dianggap masih aman.

Sementara, hasil sampling 2012 untuk zona Biota laut, terjadi tren kenaikan

nilai BOD untuk lokasi Gunung Anyar kali UPN dan Wonorejo serta kali Lamong 1.

Namun, untuk kali Lamong 2 mengalami tren kenaikan meskipun tidak tinggi.

Untuk keseluruhan zona Biota Air, nilai BOD masih dibawah baku mutu yang

ditetapkan sehingga masih dianggap aman.

Page 94: LAPORAN PESISIR 2012

94 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Grafik 3.6 Kondisi parameter BOD di zona Biota laut pada sampling tahun

2012, menunjukkan bahwa tren kenaikan nilai BOD ditunjukkan pada lokasi

Gunung Anyar kali UPN, Gunung Anyar kali Wonorejo dan kali Lamong 1.

Sedangkan di kali Lamong 2 terjadi penurunan nilai BOD. Meskipun begitu,

nilai BOD seluruh lokasi masih dibawah baku mutu yang ditetapkan yaitu 20

mg/lt.

Tinjauan untuk tahun 2009 - 2011, baik untuk zona Wisata Bahari dan zona

Biota laut, nilai BOD masih berada dibawah baku mutu yang ditetapkan atau < 20

mg/lt. Kondisi ini cukup bagus, mengingat BOD mempunyai hubungan erat

dengan keberadaan Oksigen Terlarut, sehingga penggunaan oksigen terlarut

dapat lebih dimaksimalkan untuk biota lain dibandingkan digunakan oleh bakteri

aerob untuk mendegradasi bahan organik. Asumsi lainnya adalah, pencemaran

bahan organic di zona-zona ini cenderung rendah.

pH atau derajat keasaman

pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman

atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda atau juga perairan. pH

normal memiliki nilai 7, sementara bila > 7 menunjukkan bahwa zat tersebut

memiliki sifat basa. Sedangkan bila <7 akan menunjukkan keasaman.

Page 95: LAPORAN PESISIR 2012

95 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Grafik 3.7 Kondisi parameter pH di seluruh zona sampling tahun 2012

menunjukkan angka yang cenderung sama yaitu 7. Kondisi ini menunjukkan

bahwa perairan di seluruh lokasi sampling masih bisa dikatakan cukup

bagus dari aspek nilai pH yang merupakan salah satu parameter dasar yang

akan memberikan dampak baik negative ataupun positif pada parameter fisik

- kimia lain.

Menunjukkan bahwa kondisi perairan mempunyai pH yang cenderung

netral dengan nilai 7. Hanya beberapa lokasi saja yang menunjukkan pH

mengarah pada angka diatas 7. Untuk baku mutu, sebenarnya zona wisata bahari

disyaratkan antara 7 – 8,5, zona pelabuhan disyaratkan 6,5 – 8,5 dan zona biota

laut disyaratkan 7 – 8,5. Namun untuk grafik diatas digunakan batas tertinggi yaitu

8,5. Dan secara umum, sampling tahun 2012 memang menunjukkan kondisi pH

yang cenderung tetap dari semester 1 ke semester 2. Sedangkan sampling dari

tahun 2009 – 2011 lalu, kisaran pH juga berada pada nilai 6 – 7,5 dan dianggap

cukup aman.

Page 96: LAPORAN PESISIR 2012

96 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Amoniak sebagai N (NH3-N)

Amoniak ( NH3 ) merupakan senyawa nitrogen yang akan menjadi NH4+ jika

berada pada pH rendah, dan disebut ammonium. Amoniak sendiri berada dalam

keadaan tereduksi (-3), dimana pada air permukaan cenderung berasal dari air

seni (urine) dan tinja. Selain itu, juga bisa berasal dari oksidasi zat organis secara

mikrobiologis yang berasal dari air buangan industrI dan penduduk ataupun

alamiah.

Grafik 3.8 Kondisi parameter Amoniak sebagai N (NH3-N) di zona Wisata

Bahari pada sampling tahun 2012

Ambang baku mutu amoniak yang diperbolehkan di lokasi wisata bahari

adalah nol atau nihil. Di zona wisata bahari, pada lokasi Kenjeran Pulau Pasir

terjadi peningkatan kandungan amoniak dari 0,0102 mg/lt menjadi 0,042 mg/lt

pada semester 2. Sementara pada lokasi Kenjeran Pengasapan Ikan justru terjadi

penurunan dari 0,0663 menjadi 0,0584 mg/lt pada semester 2. Identifikasi

ditemukannya amoniak pada suatu badan perairan di zona wisata bahari memang

dapat diasumsikan karena masukan dari aktivitas manusia, terutama yang terkait

dengan pembuangan limbah air seni atau tinja ke badan perairan.

Page 97: LAPORAN PESISIR 2012

97 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Dengan ditemukannya indikasi nilai amoniak diatas baku mutu yang

ditetapkan, dan konsep sumber amoniak yang berasal dari air seni ataupun tinja,

maka akan menjadi sangat berbahaya bila diketahui berada di lokasi wisata

bahari. Alaerts dan Santika (1985) menyatakan bahwa kadar amoniak yang tinggi

pada air sungai (tawar) selalu menunjukkan adanya pencemaran. Diduga kondisi

di kedua lokasi untuk wisata bahari tersebut tercemar melalui masuknya air tawar

dari darat sehingga memberikan hasil diatas nol / nihil, meskipun tidak tertutup

kemungkinan berasal dari alam atau bersifat alamiah dari proses oksidasi zat

organis yang dilakukan oleh bakteri.

Grafik 3.9 Kondisi parameter Amoniak sebagai N (NH3-N) di zona Pelabuhan

pada sampling tahun 2012

Sementara, untuk zona Pelabuhan yang disampling pada titik lokasi Nilam

Barat terdeteksi kadar amoniak sebesar 0,0867 mg/lt pada semester 1 dan

menurun menjadi 0,0474 mg/lt pada semester 2. Sedangkan pada titik lokasi

Nilam Timur terdeteksi 0,0897 mg/lt pada semester 1 menjadi 0,0566 mg/lt pada

semester 2, atau dianggap mengalami penurunan. Dan dari kedua lokasi tersebut,

deteksi amoniak dianggap aman karena masih dibawah baku mutu yang

disyaratkan yaitu < 0,3 mg/lt.

Page 98: LAPORAN PESISIR 2012

98 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Dan, untuk zona Biota laut yang disampling pada titik lokasi Kali Lamong 1

terdeteksi 0,015 mg/lt pada semester 1 menjadi 0,0411 mg/lt pada semester 2.

Dan di titik lokasi Kali Lamong 2 terdeteksi 0,0460 mg/lt pada semester 1 menjadi

0,0495 mg/lt pada semester 2. Secara umum, terjadi kenaikan meskipun tidak

signifikan karena masih dibawah baku mutu yang ditetapkan yaitu 0,3 mg/lt.

Sulfida (H2S)

Sulfida atau hydrogen sulfide merupakan senyawa yang juga dihasilkan

oleh bakteri dalam mendegradasi bahan organik. Kondisi yang diutamakan adalah

kondisi anaerobik, atau disebut juga dengan kondisi tanpa oksigen. Oleh karena

itu, dengan menilik pada lokasi-lokasi sampling, maka kemungkinan kecil

terdeteksi gas H2S ini mengingat lokasi tersebut adalah perairan yang bersifat

lentik atau beriak gelombang.

Data hasil analisis laboratorium pada sampling tahun 2012, menunjukkan

untuk keseluruhan lokasi mengarah pada angka 0,001 mg/l baik pada semester 1

ataupun pada semester 2. Kondisi ini jika merujuk dalam informasi beberapa

literatur menyatakan bahwa gas hydrogen sulfide merupakan gas beracun,

sehingga disyaratkan nol atau nihil untuk seluruh kondisi lingkungan di lokasi-

lokasi sampling. Gas ini juga dicirikan dari baunya yang sangat khas yaitu seperti

bau telur busuk, hanya saja bau ini akan terendus bila kadarnya mencapai 0,13

mg/lt yang merupakan kadar atau konsentrasi minimal yang dapat

dirasakan/dibaui. Dan dari hasil analisis ini kisaran itu tak terpenuhi sehingga tidak

dijumpai bau tersebut.

Data zona Wisata Bahari (Kenjeran Pulau Pasir dan Kenjeran Pengasapan

Ikan), zona Pelabuhan (Nilam Barat dan Nilam Timur), dan zona Biota laut

(Gunung Anyar kali UPN, Gunung Anyar kali Wonorejo, kali Lamong 1 dan kali

Lamong 2) pada pengambilan sampel tahun 2012, ataupun dari rentang tahun

2009 - 2011, menunjukkan data yang cenderung stabil mengarah pada angka

0,001 mg/lt. Kecuali data tahun 2011, untuk beberapa lokasi sampling

menunjukkan angka > 0,001 mg lt. Dari keseluruhan data di ketiga zona tersebut,

selama rentang tahun 2009 - 2012, nilai kandungan sulfide masih dianggap

dibawah baku mutu yang disyaratkan, kecuali di zona Wisata Bahari yang

Page 99: LAPORAN PESISIR 2012

99 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

disyaratkan nol. Baku mutu untuk zona pelabuhan adalah 0,03 mg/lt dan untuk

zona Biota Air adalah 0,01 mg/lt. Sehingga secara umum, ditinjau dari parameter

sulfida, lokasi-lokasi sampling tersebut dapat dikategorikan aman, dengan

pertimbangan tertentu di zona Wisata Bahari.

Surfaktan Detergen

Terminasi surfaktan detergen lebih jelasnya adalah sebagai berikut yaitu,

konsep awal bahasan sebenarnya adalah detergen yang mempunyai definisi

campuran dari berbagai bahan yang digunakan untuk membantu pembersihan,

dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dan jika dibandingkan

dengan sabun, maka detergen mempunyai keunggulan dari daya cuci yang lebih

baik dan tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Komposisi detergen terdiri dari

surfaktan (zat aktif permukaan), builder (peningkat efisiensi kerja surfaktan), filler

(bahan tambahan untuk peningkat kuantitas detergen) , tidak memiliki fungsi

spesifik), dan aditif (suplemen untuk membuat detergen lebih menarik seperti

pewangi, pelembut dan sebagainya). Dari keempat komposisi tersebut, maka

surfaktanlah yang akan menjadi pokok pembicaraan terkait dengan pencemaran

perairan.

Surfaktan ( surface active agent ) merupakan zat aktif permukaan yang

mempunyai ujung berbeda, yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (tidak suka air

atau suka lemak). Bahan aktif inilah yang berfungsi untuk menurunkan tegangan

permukaan ( gaya yang diakibatkan oleh suatu benda yang bekerja pada

permukaan zat cair sepanjang permukaan yang menyentuh benda) air, sehingga

dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan suatu bahan, seperti

pakaian. Oleh karena itu, detergen menjadi salah satu material favorit masyarakat

dalam mencuci pakaian karena mempunyai manfaat yang tinggi. Namun,

pemakaian detergen seringkali cenderung tinggi tak terkendali, sehingga surfaktan

sebagai senyawa aktif kimia detergen menjadi mencemari perairan sekitarnya.

Fungsi semula surfaktan sebagai pencuci pakaian, kemudian berkembang

menjadi bagian dari kegiatan industri, dikarenakan fungsi utamanya sebagai

penurun tegangan permukaan, tegangan antarmuka dan meningkatkan kestabilan

sistem emulsi dapat diaplikasikan untuk industri kosmetik, farmasi, pangan, cat

Page 100: LAPORAN PESISIR 2012

100 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

dan pelapis, kertas, tekstil, pertambangan ataupun industri perminyakan. Hal ini

menimbulkan cemaran detergen menjadi semakin meluas, tidak hanya berasal

dari domestik tetapi juga dari industri komersial.

Ada dua parameter ukuran yang digunakan untuk menentukan sejauh

mana produk kimia dianggap aman di lingkungan, yaitu daya racun (toksisitas)

dan daya urai (biodegradable). Detergen jenis alkylbenzen sulfonat ( ABS ) dalam

lingkungan mempunyai tingkat biodegradable sangat rendah. Bahkan di lokasi

pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat terurai dan sekitar 50% bahan

aktif ABS akan lolos dari pengolahan dan masuk ke sistem pembuangan akhir

yaitu sungai. Sedangkan LAS (linier alkyl sulfonat) cenderung lebih mudah

didegradasi secara biologis karena gugusnya lurus dan tidak bercabang.

Selain itu, detergen ABS yang tidak mudah terurai secara biologis oleh

bakteri, maka perairan tersebut lambat laun akan dipenuhi oleh busa, kemudian

menurunkan tegangan permukaan air, pemecahan kembali dari gumpalan (flok)

koloid, pengemulsian (terdiri dari dua zat yang tidak dapat bercampur) minyak,

pemusnahan bakteri yang berguna dan penyumbatan pori-pori media filtrasi.

Kerugian lain dari penggunaan detergen adalah memicu terjadinya

eutrofikasi di perairan. Hal ini dikarenakan penggunaan detergen dengan

kandungan fosfat yang tinggi. Eutrofikasi ini akan menimbulkan pertumbuhan tak

terkendali bagi enceng gondok dan menyebabkan pendangkalan perairan. Dan

sebaliknya, detergen dengan kandungan fosfat rendah beresiko menyebabkan

iritasi pada tangan dan alat gerak lain.

Tidak dapat dipungkiri bahwa detergen memang favorit untuk digunakan

oleh masyarakat luas. Hal ini terbukti dari hasil sampling tahun 2012 di zona

Wisata Bahari yaitu Kenjeran Pulau Pasir dan Kenjeran Pengasapan Ikan yang

terdeteksi mencapai 0,484 mg/lt dan 0,532 mg/lt di semester 1, menjadi 0,5264

mg/lt dan 0,656 mg/lt di semester 2 atau mengalami kenaikan. Sementara, baku

mutu yang disyaratkan adalah hanya 0,001 mg/lt. Oleh sebab itu, kemungkinan

besar tingginya kandungan surfaktan detergen di kedua lokasi ini adalah karena

masukan dari darat dan mengalami kenaikan saat semester 2 karena minimnya

debit dari darat menuju ke laut

Page 101: LAPORAN PESISIR 2012

101 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Grafik 3.10 Kondisi parameter surfaktan detergen di zona Pelabuhan pada

sampling tahun 2012

Sedangkan di zona Pelabuhan dan zona Biota laut, meskipun kisaran

deteksi parameter surfaktan detergen adalah 0,574 – 0,613 mg/lt ( di lokasi Nilam

Timur smt 1 – smt 2 ), dapat dikategorikan aman karena berada dibawah baku

mutu yang disyaratkan yaitu 1 mg/lt.

Untuk data tahun 2009 - 2011, zona Wisata Bahari memang masih diatas

baku mutu yang ditetapkan, bahkan deteksi di tahun 2012 justru lebih tinggi

dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sementara untuk zona Pelabuhan dan zona

Biota Air, juga masih dibawah baku mutu yang ditetapkan namun data tahun 2012

juga cenderung makin tinggi.

Nitrat

Nitrat sebenarnya merupakan hasil dari proses nitrifikasi dari amoniak

dengan bantuan bakteri aerob. Sehingga pembentukan nitrat juga dipengaruhi

oleh kandungan oksigen terlarut yang ada di perairan. Amoniak yang mengalami

nitrifikasi akan berubah menjadi nitrit dan nitrat, dengan proses kimiawi sebagai

berikut :

Page 102: LAPORAN PESISIR 2012

102 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

2 NH4+ + 3 O2 -------bakteri---------- > 2 NO2

- + 4 H+ + 2 H2O + energi ( proses

pembentukan nitrit )

2 NO2- + O2 -----bakteri-------------- > 2 NO3

- + energi (proses pembentukan nitrat)

Nitrit sendiri biasanya tidak akan bertahan lama dan merupakan keadaan

sementara proses oksidasi antara amoniak dan nitrat, yang dapat terjadi pada

instalasi pengolahan air buangan ( termasuk air sungai ataupun system drainase ).

Oleh karena itu, dalam parameter kualitas perairan seringkali yang dilihat adalah

nitrat, bukan nitrit.

Nitrat adalah bentuk senyawa nitrogen yang bersifat stabil. Nitrat juga

merupakan salah satu unsur penting untuk sintesis protein tumbuhan dan hewan,

namun pada konsentrasi tinggi akan menstimulasi pertumbuhan ganggang yang

tak terbatas (bila beberapa parameter seperti fosfat juga terpenuhi) oleh karena

itu, nitrat mempunyai hubungan erat dengan fosfat dalam kaitannya dengan

parameter pengukuran kualitas air). Oleh karena itu pula, tingginya kadar nitrat

akan berakibat pada penurunan kadar oksigen terlarut yang akan berimbas pula

pada kematian ikan.

Sumber nitrat dapat berasal dari buangan industri bahan peledak, piroteknik

(semacam industri yang berkaitan erat dengan penggunaan materi untuk bahan

peledak juga, termasuk petasan), pupuk, cat dan sebagainya. Sebenarnya kadar

nitrat di alam cukup rendah, namun kadar nitrat dapat menjadi tinggi apabila lokasi

terdekat dengan lokasi sampling mengaplikasikan pupuk nitrat (termasuk NPK).

Jika kadar nitrat cukup tinggi pada usus manusia, maka akan diubah menjadi nitrit

yang dapat menyebabkan metamoglobinemi (methemoglobin) yaitu kondisi

kekurangan oksigen, terutama pada bayi (sehingga raut muka bayi cenderung

terlihat berwarna biru ~ blue babies).

Page 103: LAPORAN PESISIR 2012

103 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Grafik 3.11 Kondisi parameter nitrat di zona Wisata Bahari dan Biota Laut

pada sampling tahun 2012 menunjukkan bahwa ada tren kenaikan dari

semester 1 ke semester 2

Terjadi tren kenaikan nilai kandungan nitrat dari seluruh lokasi sampling

(kecuali Kenjeran Pulau Pasir) dari semester 1 ke semester 2. Tingginya

kandungan nitrat nantinya akan memberikan pengaruh negatif juga jika diikuti

dengan kandungan fosfat yang tinggi. Salah satu efeknya adalah penurunan nilai

oksigen terlarut, dan tentu saja akan berimbas pada kurangnya pasokan oksigen

bagi biota laut lainnya.

Data tahun 2009 - 2011 untuk nitrat, cenderung mengalami penurunan

dibanding dua tahun sebelumnya, kecuali untuk semester 2 pada lokasi kali

Lamong 1. Hal ini menandakan bahwa dinamisasi konsentrasi nitrat sangat tinggi,

yang artinya sumber nitrat dan juga kaitannya penggunaan nitrat oleh biota laut

sangat mempengaruhi.

Fosfat

Umumnya fosfat di perairan, baik alamiah ataupun limbah industri, berada

dalam bentuk ortofosfat, poli-fosfat dan fosfat organis. Ortofosfat adalah senyawa

monomer seperti H2PO4-, HPO4

- dan PO43-, sedangkan polifosfat (disebut juga

Page 104: LAPORAN PESISIR 2012

104 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

dengan condensed phosphates) merupakan senyawa polimer seperti (PO3)63-

(heksametafosfat), P3O105- (tripolifosfat) dan P2O7

4- (pirofosfat) dan fosfat organis

adalah P yang terikat dengan senyawa-senyawa organis sehingga tidak berada

dalam larutan secara terlepas. Pada air alam atau air buangan, fosfor P yang

terlepas dan senyawa P selain yang disebutkan diatas hampir tidak ditemui.

Pada air limbah, senyawa fosfat dapat berasal dari limbah penduduk,

industri ataupun pertanian. Di daerah pertanian ortofosfat berasal dari bahan

pupuk yang masuk kedalam sungai melalui drainase dan aliran air hujan.

Polifosfat dapat memasuki sungai melalui air buangan penduduk dan industri yang

menggunakan bahan detergen yang mengandung fosfat seperti industri

pencucian, industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam air

buangan penduduk (tinja) dan sisa makanan. Fosfat organis dapat pula terjadi dari

ortofosfat yang terlarut melalui proses biologis karena baik bakteri maupun

tanaman menyerap fosfat bagi pertumbuhannya. Bermacam-macam jenis fosfat

juga dipakai untuk pengolahan anti-karat dan anti-kerak pada pemanas air (boiler).

Grafik 3.12 Kondisi parameter fosfat di zona Wisata Bahari dan Biota Laut

pada sampling di tahun 2012. Tren naik dan turun dari semester 1 ke

semester 2 menunjukkan bahwa kandungan fosfat cenderung sangat

dinamis dan tidak bergantung pada konsep musim kemarau dan hujan.

Tingkatan konsentrasi tertinggi tetap di kali lamong 1, sama halnya dengan

konsentrasi nitrat yang juga sangat tinggi di kali lamong 1.

Page 105: LAPORAN PESISIR 2012

105 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Melihat kondisi teoritis tersebut diatas, maka parameter fosfat memang

mempunyai hubungan erat dengan parameter lain seperti nitrat dan juga

kandungan oksigen terlarut. Dari hasil analisa di hampir keseluruhan lokasi wisata

bahari dan biota air, nilai fosfat mempunyai kecenderungan lebih tinggi dibanding

baku mutu, kecuali di lokasi Kenjeran Pengasapan Ikan pada semester 2 yang

berkisar di angka 0,012 mg lt atau 0,003 mg/ltlebih rendah dibandingkan baku

mutu.

Dinyatakan bahwa bila kadar fosfat dalam air alam mencapai < 0,01 mg/l

maka dikatakan sangat rendah, akibatnya pertumbuhan tanaman dan ganggang

akan terhalang, dan keadaan ini dianggap sebagai oligotropi ( tidak subur ). Dan

jika melihat kadar fosfat di keseluruhan lokasi sampling berkisar pada angka 0,012

– 1,5113 mg/l, artinya klasifikasi kategori keseluruhan lokasi sampling ditinjau dari

nilai fosfatnya adalah rendah hingga tinggi.

Selain itu, parameter fosfat dalam baku mutu tersebut memang tidak

menyebutkan lebih lanjut mengenai spesifikasi fosfat yang diperoleh. Pemilihan

senyawa fosfat yang akan dianalisa tergantung pada keperluan pemeriksaan dan

keadaan badan air. Untuk sampel air alam yang jernih dan diperlukan untuk

pemanfaatan tertentu (misal penyediaan bahan baku air minum), mungkin hanya

diperlukan pemeriksaan fosfat total terlarut dan ortofosfat terlarut. Dan hal ini agak

berbeda jika peruntukannya juga berbeda.

Sementara, dibandingkan data tahun 2009 - 2011, data konsentrasi fosfat

tahun 2012 ini memiliki tren menurun, kecuali lokasi kali Lamong 1 yang masih

cukup tinggi, meskipun penurunan tersebut masih dalam lingkup diatas baku mutu

yang ditetapkan.

Senyawa Phenol / Fenol

Fenol merupakan salah bahan pencemar yang sering dianggap

menimbulkan masalah pada badan perairan. Fenol termasuk dalam golongan

hidrokarbon aromatis, dan bila mencemari perairan dapat membuat rasa dan bau

tak sedap, dan pada konsentrasi tertentu dapat menyebabkan kematian

organisme di perairan tersebut.

Page 106: LAPORAN PESISIR 2012

106 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Fenol disebut pula asam karbolat atau benzenol, berwujud zat Kristal tak

berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH, dan

strukturnya memiliki gugus hidroksil (OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Kata

fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatic yang

berikatan dengan gugus hidroksil. Dengan kelarutan terbatas dalam air yaitu, 8,3

gr/100 ml, namun fenol juga memiliki sifat cenderung asam atau dapat

melepaskan ion H- dari gugus hidroksilnya. Dan pengeluaran ion tersebut

menjadikan anion fenoksida C6H5O- dapat dilarutkan dalam air.

Secara alami, fenol berasal dari kotoran hewan dan juga material

dekomposisi organik. Namun, masukan limbah pada kilang minyak, proses

konversi batubara menjadi bahan bakar gas ataupun bahan bakar cair, dan

produksi batu arang serta buangan dari proses pengolahan limbah kota juga turut

andil dalam meningkatkan kadar fenol di perairan.

Grafik 3.13 Grafik kondisi parameter fenol di seluruh zona tahun 2012 dan

lokasi menunjukkan angka diatas baku mutu. Baku mutu untuk lokasi

kenjeran pulau pasir dan kenjeran pengasapan ikan disyaratkan nol atau

nihil dan untuk lokasi lainnya adalah 0.002 mg/lt. Tren semester 1 dan 2

untuk seluruh lokasi tidak jauh berbeda, ada dugaan hal ini terkait dengan

limit deteksi dari alat yang digunakan.

Page 107: LAPORAN PESISIR 2012

107 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Untuk lokasi wisata bahari ( kenjeran pulau pasir dan kenjeran pengasapan

ikan), baku mutu yang disyaratkan adalah nihil. Namun, hasil dari analisis

menunjukkan angka 0,001 mg/l pada kedua lokasi tersebut. Dugaan paling kuat

adalah masukan kotoran hewan dan material dekomposisi organik memegang

peran penting adanya senyawa fenol tersebut, mengingat lokasi tersebut

merupakan lokasi yang dekat padat penduduk. Namun dengan kadar 0,001 mg/l

bisa jadi dianggap terlalu kecil, sehingga belum bisa dikatakan terlalu

membahayakan.

Sementara, untuk lokasi pelabuhan (nilam barat dan nilam timur) serta

lokasi biota air ( gunung anyar kali UPN, gunung anyar kali Wonorejo, kali Lamong

1 dan kali Lamong 2 ), baku mutu yang disyaratkan adalah 0,002 mg/l. Dan di

seluruh lokasi tersebut, kadar fenol terdeteksi 0,005 mg/l atau lebih dari dua kali

lipat baku mutu yang disyaratkan. Kondisi ini, memang cukup sulit untuk dijelaskan

lebih lanjut mengingat nilai fenol dari tahun ke tahun memang selalu dalam kondisi

relatif stabil, contohnya di lokasi nilam Timur yang bernilai 0,005 mg/l selama

rentang tahun 2009 – semester pertama 2012. Ada dugaan kondisi ini diakibatkan

dari tumpahan minyak mentah ataupun oli dari kapal-kapal yang bersandar di

lokasi sampling, sehingga kadarnya terdeteksi sejumlah tersebut.

Terkait dengan toksisitasnya, nilai LC50 ( lethal concentration 50% ) fenol

pada ikan uji selama 96 jam berkisar dari 7 – 36 mg/l. Dengan merujuk hal ini,

maka konsentrasi yang terdeteksi dengan tiga angka dibelakang koma, memiliki

kemungkinan kecil untuk menjadi berbahaya di perairan tersebut.

3. 3 PARAMETER LOGAM TERLARUT

Seng (Zn)

Seng atau zink merupakan unsur kimia dengan lambang Zn, mempunyai

nomor atom 30 dengan massa atom 65,39. Secara kimiawi seng mempunyai

kemiripan dan magnesium ( Mg ) karena ion kedua unsur berukuran hampir sama.

Terletak pada golongan 12 pada tabel periodik, seng masih dikategorikan logam

yang tidak begitu berbahaya karena masih dibutuhkan oleh makhluk hidup

meskipun dalam jumlah relatif minimal.

Page 108: LAPORAN PESISIR 2012

108 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Konsentrasi seng diseluruh lokasi sampling tahun 2012 menunjukkan

angka 0,0075 mg/lt. Sementara baku mutu untuk zona wisata bahari (kenjeran

pulau pasir dan pengasapan ikan) adalah 0,095 mg/lt, zona pelabuhan (nilam

barat dan timur) 0,1 dan zona biota laut (gunung anyar kali UPN, gunung anyar

kali Wonorejo, kali Lamong 1 dan 2) adalah 0,05 mg/lt. Hal ini menandakan bahwa

konsentrasi logam berat seng masih dibawah baku mutu yang ditetapkan.

Sementara pada tahun 2009-2011, kondisi ini juga tidak jauh berbeda

dengan kondisi tahun 2012. Kemungkinan besar kontribusi seng tersebut berasal

dari sumber alamiah, bukan dari industri atau rumah tangga karena kestabilan

konsentrasi yang terdeteksi. Terlebih itu, dugaan kemampuan deteksi alat juga

terbatas sehingga terindikasi selalu pada angka yang sama, meskipun sebenarnya

tidak terlalu bermasalah karena masih dibawah baku mutu yang ditetapkan.

Sebagai zat mineral esensial yang sangat penting bagi tubuh manusia,

defisiensi seng dapat menyebabkan anak-anak mengalami gangguan

pertumbuhan, mempengaruhi kematangan seksual dan mudah terkena infeksi.

Namun, bila kelebihan dapat menyebabkan ataksia (symptom dengan ditandai

berkurangnya kemampuan koordinasi gerakan otot) dan lemah lesu. Dengan data

hasil sampling, maka seng masih dikategorikan cukup aman di seluruh lokasi

sampling.

Page 109: LAPORAN PESISIR 2012

109 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Grafik 3.14 Grafik kondisi parameter logam Seng (Zn) di seluruh zona tahun

2012 dengan ragam nilai baku mutu untuk zona yang berbeda, konsentrasi

logam berat seng berada di bawah baku mutu yang ditetapkan. Seng

merupakan salah satu logam berat yang masih dibutuhkan oleh organisme

hidup, meskipun dalam jumlah yang relative sedikit, maka keberadaan seng

di perairan ini dianggap aman.

Krom heksavalen (Cr6+)

Kata krom atau chromium berasal dari bahasa Yunani (chroma) yang

berarti warna. Dilambangkan dengan Cr, mempunyai nomor atom 24 dan massa

atau berat atom 51,996. Sumber utama Cr di lingkungan, diduga terbanyak dari

kegiatan industri, kegiatan rumah tangga, dan dari pembakaran serta mobilisasi

bahan-bahan bakar. Sementara, di perairan, Cr dapat masuk melalui dua cara,

secara alamiah ataupun non alamiah. Secara alamiah bisa melalui pengikisan

yang terjadi pada batuan mineral serta partikel-partikel Cr di udara yang terbawa

turun oleh hujan. Sedangkan non alamiah, cenderung dari kegiatan industri

ataupun rumah tangga.

Cr termasuk logam berat yang mempunyai daya racun tinggi, dan hal

tersebut ditentukan oleh valensi ionnya. Ion Cr6+ merupakan bentuk logam Cr

yang paling banyak dipelajari sifat racunnya, bila dibandingkan dengan ion-ion

Page 110: LAPORAN PESISIR 2012

110 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Cr2+ dan Cr3+. Dan sifat racun yang dibawa oleh logam ini juga dapat

mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan keracunan kronis.

Data mengenai efek kronis dari Cr umumnya merupakan hasil-hasil

penelitian atau percobaan yang dilakukan pada hewan pada skala laboratorium.

Pemberian per oral dengan kisaran dosis 1500 mg/kg BB pd tikus menunjukkan

efek atau pengaruh keracunan yang paling rendah, sementara perlakuan dengan

200-300 mg/kg melalui injeksi pada kulit memperlihatkan pengaruh keracunan

tingkat menengah. Dan pengaruh tertinggi terlihat pada dosis 10-50 mg/kg yang

dipaparkan melalui sub kulit/sub cutanea. Sedangkan data mengenai efek akut Cr

sehingga menyebabkan kematian tikus percobaan adalah 30 mg/kg, dan pada

marmot mencapai 400 mg/kg.

Dari hasil analisa tahun 2012, maupun ditahun-tahun sebelumnya (2009 –

2011) di lokasi wisata bahari (kenjeran gunung pasir dan pengasapan ikan),

terdeteksi masing-masing 0,003 mg/l sementara baku mutu yang disyaratkan

adalah 0,002 mg/l, artinya terdeteksi sedikit diatas baku mutu yang disyaratkan.

Pada lokasi biota air (gunung anyar kali UPN, kali Wonorejo, kali Lamong 1 dan

kali Lamong 2) terdeteksi juga masing-masing 0,003 mg/l, sementara baku yang

disyaratkan adalah 0,005 mg/l, yang berarti masih dibawah baku mutu. Kondisi ini

sebenarnya masih bisa dianggap belum berbahaya karena nilai Cr yang terdeteksi

masih sedikit diatas baku mutu untuk lokasi wisata bahari.

Page 111: LAPORAN PESISIR 2012

111 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Grafik 3.15 Kondisi parameter logam krom di zona biota laut tahun 2012

pada semester 1 dan 2 menunjukkan data yang tidak berubah sama sekali

yaitu pada kisaran angka 0,003 mg/lt. Untuk zona wisata bahari (kenjeran

pulau pasir dan kenjeran pengasapan ikan) lebih tinggi 0,001 mg/lt dibanding

baku mutu, sedangkan di zona biota air konsentrasi yang ditemukan masih

dibawah baku mutu yang ditetapkan.

Raksa (Hg)

Raksa atau merkuri (Hg), merupakan satu dari sedikit logam berat yang

berwujud cair. Menempati nomor atom 80 dengan massa atau berat atom 200,59,

merupakan logam berat yang paling beracun dibanding logam berat lainnya.

Pemakaian Hg cukup luas di lingkup industri, seperti bidang pertanian untuk

fungisida, dan merupakan penyebab yang cukup penting dalam peristiwa

keracunan Hg pada organisme hidup. Selain itu, penggunaan Hg juga diarahkan

untuk pembentukan senyawa organomerkuri yang berfungsi untuk menghalangi

pertumbuhan jamur pada bibit tanaman. Sehingga Hg menjadi mudah untuk

ditemukan dilokasi-lokasi yang terletak dekat dengan pertanian, termasuk juga

badan perairan.

Selain bidang pertanian, Hg juga digunakan oleh industri pulp dan kertas

untuk mencegah pembentukan kapur pada pulp dan kertas basah selama proses

Page 112: LAPORAN PESISIR 2012

112 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

penyimpanan, sehingga menjadi sangat berbahaya bila kertas digunakan sebagai

alat pembungkus makanan.

Dari hasil sampling di seluruh lokasi wisata bahari, biota laut ataupun

pelabuhan, kadar Hg yang terdeteksi adalah 0,001 mg/l. sementara baku mutu

untuk zona wisata bahari 0,002 mg/l, zona biota laut 0,001 mg/l, dan zona

pelabuhan 0,003 mg/l.

Grafik 3.16 Kondisi parameter logam Hg (raksa) di keseluruhan lokasi

sampling pada tahun 2012 adalah sama yaitu pada angka 0,001 mg/lt. Angka

ini sama dengan baku mutu untuk zona biota laut yaitu untuk lokasi gunung

anyar kali UPN hingga kali Lamong 2. Sedangkan untuk zona wisata bahari

baku mutu mengarah pada angka 0,002 mg/lt dan zona pelabuhan mengarah

pada 0,003 mg/lt. Rendahnya nilai baku mutu di zona biota laut dikarenakan

sifat raksa yang akumulatif melalui mekanisme rantai makanan sehingga

dikhawatirkan akan memberikan efek akumulatif lebih tinggi pada struktur

tropik yang lebih tinggi pula, termasuk manusia yang memanfaatkan biota

laut yang diperoleh dari lokasi sampling.

Dari data grafik gambar diatas, maka parameter raksa cukup bisa

dinyatakan aman karena masih dalam konsentrasi yang ditetapkan dan dibawah

baku mutu yang disyaratkan. Begitu juga dengan kondisi monitoring pada tahun

Page 113: LAPORAN PESISIR 2012

113 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

2009 - 2011, yang berkisar pada angka yang sama dengan tahun 2012. Hal ini

mengisyaratkan bahwa di lokasi-lokasi sampling ini, masukan raksa dapat diduga

merupakan kontribusi terbesar dari alam, dan bukan dari industri atau domestik.

Tembaga (Cu)

Tembaga dengan nama kimia cuprum (Cu). Dalam tabel periodic unsure

kimia menempat nomor atom 29 dan berat atom 63,594. Pada badan perairan,

terutama laut, tembaga dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan ion seperti

CuCO3+, CuOH- dan lain sebagainya. Umumnya sumber masukan Cu di

lingkungan, terutama diperairan dapat berasal dari industri galangan kapal karena

memanfaatkan Cu sebagai campuran bahan pengawet. Selain itu, industri

pengolahan kayu, buangan rumah tangga juga dapat memberikan kontribusi

tinggi.

Agak berbeda dibandingkan logam berat lain seperti Hg, Cd dan Cr, maka

Cu merupakan logam berat yang dipentingkan atau disebut juga logam berat

esensial. Artinya, meskipun beracun, unsur logam Cu ini sangat dibutuhkan oleh

tubuh namun dalam jumlah yang sedikit. Dan, toksisitas Cu baru akan bekerja dan

memperlihatkan pengaruhnya bila logam ini telah masuk kedalam tubuh

organisme dalam jumlah besar atau melebihi nilai toleransi organisme terkait.

Page 114: LAPORAN PESISIR 2012

114 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Kenje

ran Pulau Pasir

Kenjeran P.

Ikan

Nilam

Barat

Nilam

Timur

Gunung

Anyar Kali UPN

Gn Anyar Kali Won

o

Kali Lamo

ng 1

Kali Lamo

ng 2

Sem 1 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015

Sem 2 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015 0.015

Baku Mutu 0.05 0.05 0.05 0.05 0.008 0.008 0.008 0.008

0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

Tem

baga

Kandungan Tembaga (Cu) di seluruh Zona

Sem 1

Sem 2

Baku Mutu

Grafik 3.17 Kondisi parameter logam Tembaga (Cu) di keseluruhan lokasi

sampling pada tahun 2012 menunjukkan data yang selalu sama dari

semester 1 ke semester 2, baik untuk zona wisata bahari, pelabuhan dan

biota laut. Sementara baku mutu untuk dua zona pertama adalah sama yaitu

0.05 mg/l sedangkan untuk zona biota laut disyaratkan kurang dari 0.008

mg/lt. Artinya, untuk dua zona pertama kondisi perairan ditinjau dari logam

Cu dianggap tidak bermasalah, sedangkan untuk zona biota laut bernilai

lebih tinggi dan dianggap beresiko.

Konsentrasi logam Cu untuk sebagian zona memang dibawah baku mutu

yang disyaratkan. Tapi untuk zona biota laut, konsentrasinya cenderung melebihi.

Kondisi ini dianggap beresiko mengingat jika kandungan logam berat di perairan

sudah melebihi yang disyaratkan, maka ada kemungkinan mekanisme akumulasi

pada biota laut juga akan cukup tinggi. Yang di khawatirkan adalah apabila biota

laut yang dipanen dari lokasi atau zona dengan kandungan logam Cu yang tinggi,

maka manusia sebagai konsumen terakhir mempunyai resiko lebih tinggi untuk

mengakumulasi logam Cu yang tinggi pula, yang sebenarnya kebutuhan akan Cu

relatif rendah. Tingginya kadar Cu dalam tubuh manusia akan menyebabkan efek

samping yang tidak diinginkan, diantaranya dapat merusak hati dan memacu

terjadinya sirosis (kerusakan hati yang sangat parah). Gejala dini umumnya

adalah sakit kepala, keringat dingin, nadi lemah, sakit perut, mual dan muntah.

Page 115: LAPORAN PESISIR 2012

115 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Beberapa informasi terkait dengan efek dari Cu, diantaranya adalah apabila

kelebihan konsentrasi Cu dalam tubuh manusia akan menyebabkan penyakit

Wilson, yaitu suatu penyakit genetik yang mana tubuh tidak mampu untuk

mencegah masuknya zat tembaga atau Cu dalam jumlah lebih. Pada penyakit ini ,

Cu akan mengumpul di hati, otak, mata dan organ lain. Dan penyakit ini

diestimasikan terjadi pada 1 dari 30.000 orang didunia. Akan tetapi, bila

kekurangan Cu (terutama pada bayi premature, bayi dalam masa penyembuhan,

dan malnutrisi berat) dalam waktu yang lama akan menyebabkan suatu penyakit

keturunan yang disebut dengan sindroma (Menkes).

Timbal (Pb)

Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam,

dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum dan disimbolkan Pb. Termasuk

dalam kelompok logam golongan IV-A dengan nomor atom 82 dan berat atom

207,2.

Penggunaan Pb di dunia industri sudah cukup banyak, diantaranya

industeri bateri sebagai grid yang merupakan alloy (suatu persenyawaan) dengan

logam bismuth (Pb-Bi). Selain itu, juga digunakan sebagai bahan aktif dalam

pengaliran arus elektron. Pb di perairan dapat diakibatkan mekanisme alamiah

ataupun dampak dari aktivitas manusia. Secara alamiah, Pb masuk ke badan

perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Disamping

itu, proses korosifikasi dari batuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin

juga berpengaruh. Sebagai dampak dari aktivitas kehidupan manusia, masuknya

Pb di perairan berkaitan erat dengan air buangan atau limbah, baik dari industri

pertambangan biji timah hitam ataupun industri baterai.

Senyawa Pb di perairan dapat ditemukan dalam bentuk ion-ion divalent

atau ion-ion tetravalent (Pb2+, Pb4+). Ion Pb divalent digolongkan kedalam

kelompok ion logam kelas antara (logam transisi yang memiliki sifat khusus

sebagai pengganti logam – logam kelas A dan B), sedangkan ion Pb tetravalent

digolongkan pada kelompok ion logam kelas B (logam yang mudah bereaksi

dengan belerang dan nitrogen). Pb tetravalent mempunyai daya racun lebih tinggi

bila dibandingkan dengan ion Pb divalent, namun ada penelitian juga yang

Page 116: LAPORAN PESISIR 2012

116 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

menyatakan sebaliknya. Pada intinya, baik divalent ataupun tetravalent

mempunyai toksisitas yang tinggi di perairan.

Dari hasil analisa laboratorium, lokasi wisata bahari, biota laut ataupun

pelabuhan semua titik sampling terdeteksi Pb sebesar 0,0036 mg/l. Sedangkan

baku mutu untuk wisata bahari sebesar 0,005 mg/l, biota laut sebesar 0,008 mg/l

dan pelabuhan sebesar 0,05 mg/l. Sehingga dari hasil analisa laboratorium

diperoleh kesimpulan bahwa keseluruhan titik sampling masih berada dibawah

baku mutu yang ditetapkan.

Grafik 3.18 Kondisi parameter logam Timbal (Pb) tahun 2012 untuk seluruh

lokasi mengindikasikan angka yang sama pada parameter logam Pb yaitu

0,0036 mg/lt. Kondisi ini juga terjadi dalam rentang tahun 2009-2011.

Sementara baku mutu untuk seluruh zona tidak terpenuhi, artinya nilai

konsentrasi atau kadar dari parameter logam Pb masih dibawah baku mutu

atau dapat dikatakan masih aman.

Nikel (Ni)

Nikel yang memiliki sImbol Ni mempunyai nomor atom 28, bersifat tahan

karat sehingga seringkali dipadukan dengan krom dan besi untuk menghasilkan

baja tahan karat (stainless steel) yang banyak diaplikasikan untuk peralatan

Page 117: LAPORAN PESISIR 2012

117 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

didapur, ornamen rumah dan juga komponen industri. Oleh karena itu, Ni menjadi

salah satu logam berat yang cukup sering dijadikan komoditas industri, dan tentu

saja berpotensi mencemari lingkungan termasuk perairan.

Grafik 3.19 Kondisi parameter logam Nikel (Ni) di zona Wisata Bahari dan

Biota Laut pada sampling tahun 2012. Konsentrasi Ni yang terdeteksi adalah

0,0339 mg/lt untuk seluruh lokasi sampling, sementara nilai baku mutu untuk

zona wisata bahari adalah 0.075 mg/lt dan zona biota laut adalah 0.05 mg/lt.

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar logam Ni untuk seluruh lokasi

sampling masih dianggap normal atau tidak membahayakan.

Cadmium (Cd)

Cadmium atau Cd merupakan salah satu logam berat yang mempunyai

toksisitas tertinggi setelah merkuri atau raksa atau Hg. Sumber utama Cd di

lingkungan terbanyak dari efek samping aktivitas manusia, bahkan boleh

dikatakan semua bidang industri yang melibatkan Cd dalam proses operasional

industrinya menjadi sumber pencemaran.

Page 118: LAPORAN PESISIR 2012

118 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Grafik 3.20 Kondisi parameter logam Cadmium (Cd) tahun 2012 di seluruh

lokasi menunjukkan angka yang sama yaitu 0,001 mg/lt. Sekali lagi, kondisi

perairan dengan parameter tertentu mempunyai nilai yang sama pada semua

lokasi sampling. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya konsentrasi

kadmium di perairan tersebut bisa jadi lebih kecil dari 0,001 mg/lt, namun

karena keterbatasan deteksi limit alat yang digunakan maka nilai yang keluar

adalah 0,001 atau batas minimal deteksi alat terhadap suatu material /

substansi tertentu.

Data dari hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa seluruh lokasi

sampling (wisata bahari, biota laut dan pelabuhan) terdeteksi sekitar 0,001 mg/l.

Sementara, baku mutu untuk lokasi wisata bahari sebesar 0,002 mg/l, lokasi biota

laut sebesar 0,001 mg/l dan lokasi pelabuhan sebesar 0,01 mg/l. Artinya, dari

keseluruhan lokasi sampling, nilai Cd terdeteksi masih dianggap sama atau

dibawah baku mutu yang disyaratkan. Oleh karena itu kondisi perairan dianggap

aman dari kemungkinan pencemaran oleh logam cadmium atau Cd.

Page 119: LAPORAN PESISIR 2012

119 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

3.4 Parameter Biota

Plankton

Data hasil pengambilan sampel plankton (Fitoplankton dan zooplankton) di

dua lokasi kegiatan pemantauan yaitu muara kali Wonorejo dan muara kali UPN

menunjukkan bahwa antara phytoplankton dan zooplankton dalam laporan sampel

digabung menjadi satu, dan kemudian dicari nilai indeks keanekaragamannya.

Ada beberapa hal yang mendasari penggabungan antara phytoplankton dan

zooplankton untuk kemudian dicari nilai indeks keanekaragamannya, diantaranya

adalah baku mutu air laut untuk biota laut (lampiran III) berdasar KepMen LH

No.51/2004 memang tidak menyebutkan secara detail untuk memisahkan antara

phytoplankton dan zooplankton. Oleh karena itu data sampel oleh pihak

laboratorium diarahkan untuk digabung.

Sebenarnya, konsep awal masuknya parameter plankton dalam peraturan

perundangan tersebut lebih diarahkan ke mekanisme terjadinya blooming atau

tidak, dengan keterangan lebih lanjut, konsep blooming adalah terjadinya

pertumbuhan yang berlebihan yang dapat menyebabkan eutrofikasi ( peningkatan

unsur hara yang berlebih dapat menyebabkan pencemaran air yang disebabkan

oleh munculnya nutrien yang berlebih pada ekosistem air ) , dimana pertumbuhan

tersebut bisa jadi dipengaruhi oleh nutrient, cahaya, suhu, kecepatan arus, dan

kestabilan plankton itu sendiri. Ada beberapa kelemahan terkait dengan

keterangan tersebut, yaitu tidak dicantumkannya criteria kategori blooming dengan

nominal jumlah sel per 100 ml, sesuai dengan satuan untuk parameter plankton

tersebut. Oleh karena itu, konsep blooming pada parameter plankton menjadi bias.

Sebenarnya kategori blooming, dengan mengarah pada konsep eutrofikasi

bisa ditinjau dari beberapa sumber diantaranya :

- Pihak Departemen Kelautan dan Perikanan, dalam kaitannya dengan

keterangan, menetapkan bahwa fitoplankton yang berbahaya (terkait

dengan red tide ataupun HABs) disyaratkan < 5000 individu / ml

(Aunurohim dkk., 2009)

- Goldman and Horne (1983), menyatakan bahwa suatu perairan

dikategorikan blooming fitoplankton jika kelimpahannya mencapai 5 x 106

Page 120: LAPORAN PESISIR 2012

120 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

sel/liter. Dan hal ini akan berakibat eutrofikasi, sehingga dikenal dengan

nama algal blooms.

Jika mengacu pada beberapa sumber dan kriteria tersebut, maka kondisi plankton

di lokasi sampling tidak masuk dalam kategori bloom, dalam artian kemungkinan

eutrofikasi terjadi relatif kecil. Hanya saja konsep eutrofikasi bila dibahas lebih

lanjut juga bisa dikaitkan dengan rumus tertentu dengan menggunakan data

fisikokimia yang dikenal dengan TRIP (Tropical Index for Marine) nantinya index

ini akan mengarahkan konsep pencemaran bahan organik.

Sampling untuk plankton hanya disyaratkan di lampiran III peraturan

perundangan KEPMEN LH Nomor 51/2004, yang dalam hal ini diwakili oleh zona

biota laut yaitu kali Lamong 1 dan kali Lamong 2. Data rincinya sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kompilasi data plankton (phyto dan zoo) dari sampling tahun 2012

di zona Biota Laut yang diwakili lokasi kali Lamong 1 dan kali Lamong 2

No Nama Spesies

jumlah plankton (liter)

kali Lamong 1 kali Lamong 2

sem 1 sem 2 sem 1 sem 2

ni Di ni Di ni Di ni Di

1 Ankistrodesmus sp 85 16.70 102 16.04

2 Oscillatoria sp 136 26.72 161 25.31

3 Nitzschia sp 178 34.97 49 10.84 212 33.33 73 12.72

4 Micractinum sp 25 4.91 17 2.67

5 Navicula sp 51 10.02 51 8.02

6 Volvox sp 17 3.34

7 Ulothrix sp 17 3.34

8 Ghamposphaeria sp 68 10.69

9 Spyrogyra sp 8 1.26

10 Chloroccum sp 17 2.67

11 Pleurosigma sp 86 19.03 49 8.54

12 Achromatium oxaliferum 24 5.31 24 4.18

13 Stauroneis sp 37 8.19 73 12.72

14 Chilodonella uncinata 147 32.52 98 17.07

15 Tabellaria sp 86 14.98

16 Amphora ovalis 24 5.31

17 Elakatrothrix viridis 12 2.65

18 Synedra sp 61 10.63

19 Tetraspora sp 12 2.65

20 Coscinodiscus oculusiridis 61 13.50 37 6.45

21 Euchaeta marina 12 2.09

22 Chlorella variegatus 24 4.18

23 Geminella mutabilis 37 6.45

Page 121: LAPORAN PESISIR 2012

121 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

jumlah individu / lt 509 452 636 574

jumlah taksa 7 9 8 11

indeks diversitas (H’) 1.63

1.91

1.7

2.26

Indeks kemerataan (E) 0.84 0.87 0.82 0.94

Keterangan :

ni = jumlah individu per liter air sampel

Di = kelimpahan relatif tiap spesies (dalam %)

E = indeks kemerataan dengan rentang 0 – 1

(semakin mendekati angka 1 berarti semakin merata)

Data kompilasi dari tabel 1 diatas cukup menarik untuk disimak, salah

satunya adalah spesies yang ditemukan pada semester 1 sangat berbeda jauh

dengan spesies yang ditemukan pada semester 2 pada kedua lokasi sampling

tersebut, kecuali spesies Nitzschia sp yang ditemukan kontinu sepanjang tahun.

Diduga hal ini ada kaitannya dengan konsep musim penghujan dan juga musim

kemarau, dimana debit air dan juga faktor fisikokimia memberikan sedikit

pengaruh terhadap keberadaan spesies plankton tersebut. Selain itu, plankton

sebagai tumbuhan dan hewan mikroskopis di perairan yang mempunyai

pergerakan pasif dan sangat bergantung pada arus, menjadikannya tidak

konsisten keterdapatan pada suatu area titik sampling dengan hanya

menggunakan satu titik saja. Oleh karena itu, konsep tabel diatas yang

merupakan arahan untuk menuju ke synekology description dapat ditambahkan

dengan melakukan outecology description.

Sebenarnya, antara konsep blooming dan indeks keanekaragaman relatif

lemah jika dihubungkan. Konsep blooming terkait erat dengan jumlah individu atau

sel yang mendiami luasan atau volume tertentu, sehingga konsep ini berhubungan

erat juga dengan pemanfaatan ruang sebagai tempat hidup. Pada konsep

blooming tidak diperdulikan jenis spesies dan dan juga jumlah individu dari

spesies tersebut merata atau tidak. Sementara pada konsep indeks

keanekaragaman, jumlah spesies dan terutama jumlah individu setiap spesies

sangat mempengaruhi nilai indeks. Secara kebetulan, dalam kasus ini, jumlah total

individu masih < 5 x 106 sel/liter dan individu-individu penyusun setiap spesies

cenderung merata dengan nilai berkisar 0,82 – 0,94 yang berarti jumlah individu

Page 122: LAPORAN PESISIR 2012

122 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

setiap spesies penyusun komunitas merata. Tingginya nilai indeks diversitas

dipengaruhi oleh dua hal, yang utama adalah jumlah individu dari masing-masing

spesies penyusunnya relatif merata. Hal ini akan mengarah pada konsep

kestabilan komunitas. Jika terjadi dominasi spesies tertentu, akan berimbas pada

turunnya nilai indeks diversitas karena pemanfaatan ruang ataupun makanan

didominasi spesies tersebut. Kondisi ini akan menyebabkan aliran energi di lokasi

tersebut menjadi hanya terfokus pada spesies dominan tersebut, sehingga energi

tidak bisa merata dimanfaatkan oleh spesies yang lainnya

3.5 Parameter Bakteri

Parameter bakteri mengacu pada baku mutu KepMenLH Nomor 51/2004,

mengarah pada Coliform (total) untuk zona perairan Pelabuhan, E coliform (faecal)

dan Coliform (total) untuk zona Wisata Bahari, kemudian Coliform (total) dan

pathogen untuk zona Biota Laut. Mengacu pada parameter tersebut, maka focus

pembahasan untuk parameter bakteri adalah pada Coliform (total), E coli (faecal)

dan pathogen.

Bakteri Pathogen

Konsep dasar parameter ini keluar pada peraturan perundangan tersebut

mempunyai beberapa hal penentu. Salah satu diantaranya adalah memahami

bahwa, bakteri-bakteri tersebut dapat membahayakan kesehatan umum

(pathogen) seperti Salmonella thyposa (penyakit tipus), Shigella dysenteriae

(disentri) ataupun Vibrio comma (kolera). Bakteri-bakteri tersebut tumbuh dalam

suasana yang cocok bagi dirinya yaitu usus manusia dan hewan berdarah panas

(burung dan mamalia). Jika tinja manusia yang sakit dan mengandung bakteri

tersebut masuk ke badan perairan, maka bakteri-bakteri tersebut akan tetap hidup

selama beberapa hari sebelum mati. Bila air tersebut diminum oleh manusia,

maka bakteri pathogen yang masih hidup akan masuk sekali lagi ke usus manusia

dan kemudian berkembang hingga dapat menyebabkan penyakit.

Namun, bakteri pathogen cenderung mempunyai konsentrasi yang sangat

rendah di perairan, sehingga menyulitkan untuk melakukan deteksi. Analisa

mikrobiologi akhirnya mengarah pada bakteri-bakteri yang bersifat “organisme

Page 123: LAPORAN PESISIR 2012

123 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

petunjuk” (indikator organism). Bakteri-bakteri ini salah satunya akan mengarah

pada petunjuk adanya cemaran dari tinja manusia atau hewan berdarah panas,

dan tentu saja mudah untuk dideteksi. Dengan demikian, bila organisme petunjuk

tersebut ditemukan dalam sampel air, berarti air tersebut dianggap telah tercemar

oleh tinja, dan ada kemungkinan cukup besar bahwa air tersebut mengandung

bakteri pathogen. Dan begitu juga sebaliknya. Tes dengan organisme petunjuk

adalah paling umum dan dapat dilaksanakan secara rutin, namun hasil tes ini tidak

boleh dianggap sebagai jawaban yang definitif.

Dari sekian banyak tes yang tersedia, maka ada beberapa tes yang bisa

dikaitkan dengan kualitas perairan, diantaranya bakteri total (coli total) dan E.coli.

Tes bakteri total akan memberi hasil mengenai jumlah semua bakteri yang ada

dalam sampel, sehingga tes tersebut menjadi kurang spesifik karena banyak jenis

bakteri yang bukan bakteri pathogen asal tinja akan ikut dijumlahkan. Bakteri

Escherichia coli (E.coli) merupakan petunjuk yang paling efisien sebagai

penanda, karena bakteri ini hanya terdapat dan selalu terdapat dalam tinja. Oleh

karena itu pula, tes E coli dianjurkan untuk digunakan dalam tes mikrobiologi,

meskipun pada beberapa sumber literature dan daftar standar mutu air, tes bakteri

total atau coli total masih digunakan.

E. coli merupakan kelompok bakteri heterotrop yang bersifat anaerob

fakultatif, artinya kelompok bakteri ini menggunakan bahan organic sebagai

sumber C dan sumber energinya. Kelompok bakteri ini dapat mendegradasi bahan

organic menjadi precursor anorganik melalui respirasi aerob sempurna atau

respirasi menggunakan oksigen sebagai electron aseptor terakhirnya, atau juga

dapat mendegradasi bahan organic menjadi asam-asam organic atau alcohol

ketika ketersediaan oksigen di lingkungannya menjadi terbatas. Kondisi keasaman

(pH) bisa menjadi salah satu parameternya. Bila pH cenderung asam, maka

proses metabolism yang dominan adalah fermentasi. Sedangkan bila pH

cenderung netral, maka proses metabolism yang terjadi didominasi oleh respirasi.

Total Coliform (Coliform total)

Dengan melihat pada paragraf awal sub bab parameter bakteri diatas,

maka penentuan parameter terkait dengan mikrobiologi pada pembahasan ini

Page 124: LAPORAN PESISIR 2012

124 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

adalah coliform total atau total koliform, dan grafik hasil sampling pada tahun 2012

ditampilkan pada gambar dibawah :

Gambar 3.21. Total coliform yang terdeteksi dari keseluruhan lokasi

sampling menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi naik turun dari semester 1 ke

semester 2. Namun, secara umum dengan memperhatikan data tabel, terlihat

bahwa hanya lokasi kali Lamong 2 yang konsisten selalu dibawah baku mutu

yang disyaratkan (1000 MPN/100 ml). Sedangkan lokasi kali Lamong 1

menjadi lokasi yang sangat tinggi konsentrasi total koliform pada semester

2.

Dengan mengacu pada konsep yang telah disebutkan diatas, maka total

coliform lebih cenderung hanya menampilkan keseluruhan bakteri yang terdeteksi,

tanpa bisa menspesifikkan kearah faecal coliform. Oleh karena itu, data sampling

2012 hanya bisa menunjukkan kondisi lokasi-lokasi sampling terkait dengan data

total coliform saja tanpa bisa menjelaskan lebih lanjut. Namun data ini penting

manakala disandingkan dengan data faecal coliform, sehingga arahan selanjutnya

adalah memprediksi bahwa keberadaan total coliform disuatu lokasi bisa lebih

dipahami

Dari grafik diatas, pada semester 1, nilai total coliform pada seluruh lokasi

cenderung diatas baku mutu yang disyaratkan (sesuai KepMenLH Nomor

Page 125: LAPORAN PESISIR 2012

125 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

51/2004) kecuali pada lokasi kali Lamong 1 dan kali Lamong 2. Sementara pada

semester 2, beberapa lokasi sampling mengalami penurunan berada dibawah

baku mutu yang disyaratkan yaitu kenjeran pulau pasir, kenjeran pengasapan

ikan, nilam barat dan gunung anyar kali wonorejo serta kali lamong 2. Namun

sebagian juga mengalami kenaikan dengan sangat drastis dan jauh melebih baku

mutu yang disyaratkan, yaitu kali Lamong 1. Hanya saja, diagnose dan hipotesis

kenaikan ini apakah berhubungan dengan bakteri pathogen ataukah faecal

coliform masih belum bisa dipastikan lebih lanjut sebelum dilakukan

pembandingan dengan data kedua parameter tersebut.

Faecal Coliform

Terkait dengan faecal coliform, maka secara umum mengarah pada

Escherichia coli. Nama genus Escherichia diambilkan dari nama penemunya yaitu

Theodore Escherich pada tahun 1885. E. coli merupakan kelompok bakteri

heterotrop yang bersifat anaerob fakultatif, artinya kelompok bakteri ini

menggunakan bahan organik sebagai sumber C dan sumber energinya. Kelompok

bakteri ini dapat mendegradasi bahan organik menjadi precursor anorganik

melalui respirasi aerob sempurna atau respirasi menggunakan oksigen sebagai

elektron aseptor terakhirnya, atau juga dapat mendegradasi bahan organik

menjadi asam-asam organik atau alcohol ketika ketersediaan oksigen di

lingkungannya menjadi terbatas. Kondisi keasaman (pH) bisa menjadi salah satu

parameternya. Bila pH cenderung asam, maka proses metabolism yang dominan

adalah fermentasi. Sedangkan bila pH cenderung netral, maka proses

metabolisme yang terjadi didominasi oleh respirasi.

Page 126: LAPORAN PESISIR 2012

126 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Gambar 3.22. Faecal coliform yang terdeteksi pada semester 1 dan 2 tahun

2012 menunjukkan bahwa seluruh lokasi sampling bernilai diatas ambang

baku mutu yang disarankan yaitu nol atau nihil. Namun lokasi yang memiliki

kecenderungan tinggi adalah kali Lamong 1, termasuk juga untuk total

coliform-nya. Bisa jadi, kontribusi faecal coliform untuk total coliform

menjadi yang tertinggi, artinya tingginya total coliform di kali Lamong 1

memang didominasi oleh faecal coliform.

Jika mengacu pada hasil gambar diatas, maka nilai faecal coliform di lokasi

Kali Lamong 1 sangat tinggi, hingga mencapai 7800 MPN/100 ml. Kondisi ini jika

disandingkan dengan data total koliform, seolah linier atau mempunyai hubungan

erat. Oleh karena itu, dapat disampaikan bahwa total koliform di kali Lamong 2

pada pengambilan data semester 2 besar kemungkinan di kontribusi oleh faecal

coliform atau E.coli. Dengan begitu, kemungkinan besar di lokasi kali Lamong 1

kontributor E coli adalah dari limbah rumah tangga. Terlebih waktu pengambilan

sampel adalah saat musim kemarau.

E coli yang merupakan bakteri komensal ( bersifat anaerobik dan parasit )

di dalam usus manusia untuk membantu proses kehidupannya. Selain manusia,

bakteri ini juga menghuni usus hewan. E coli masuk dalam familli

Enterobacteriaceae, dan mempunyai kekerabatan dekat dengan Klebsiella,

Page 127: LAPORAN PESISIR 2012

127 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Proteus, Enterobacter, Serratia, Citrobacter, Morganella, Providencia, dan

Edwardsiella. Sebenarnya E coli membantu kehidupan manusia, karena usus

manusia dilengkapi dengan pertahanan tubuh untuk mempertahankan diri dari

serangan bakteri lewat saluran pencernaan. E coli berfungsi untuk menutup

permukaan usus besar agar bakteri lain (terkhusus pathogen) tidak mempunyai

tempat di usus sehingga langsung keluar melalui kotoran. E coli juga bisa

menghasilkan bahan antibiotik seperti Kolisin yang bisa membunuh bakteri

pathogen lain. Selain itu, E coli bersama dengan bakteri lain juga berperan

mencerna makanan sisa di usus besar sehingga dihasilkan asam amino yang bisa

dimanfaatkan olehnya atau manusia juga. Selain itu, E coli juga selalu melakukan

sedikit intervensi ke lapisan dinding usus, artinya bagi manusia dapat berimbas

menjaga keadaan tubuhnya menjadi lebih sehat dan berfungsi untuk melatih otot

sel dinding usus terhadap bakteri pathogen.

Namun, dibalik kegunaannya tersebut, bakteri E coli juga seringkali

dianggap sebagai penyebab gangguan pencernaan, diantaranya diare. Hal ini

dimungkinkan karena fungsi E coli di lapisan dinding usus besar seperti tersebut

diatas yaitu sebagai pengikis bagian epidermis usus. Selain itu, British Medical

Journal juga menemukan bahwa orang yang mengonsumsi air tercemar E coli

akan memiliki peningkatan resiko terkena tekanan darah tinggi, masalah ginjal dan

juga penyakti jantung di kemudian hari. Gangguan tersebut akan terjadi dalam

waktu sekitar 8 tahun sejak mengalami gastroenteritris dari air minum yang

tercemar E coli. Sekitar 54 % pasien yang mengalami gastroenteritris akut

beresiko 1,3 kali lebih mungkin mengalami hipertensi ; 3,4 kali lebih mungkin

mengembangkan kerusakan ginjal dan 2,1 kali lebih mungkin mengalami penyakit

kardiovaskuler seperti serangan jantung atau stroke.

Terlepas dari hal tersebut diatas, maka perlu ditelaah lebih lanjut penyebab

tingginya total coliform dan faecal coliform di kali Lamong 1, sehingga bisa

dilakukan tindakan yang bersifat preventif antisipatif untuk meminimalisasikan hal

tersebut. Penelitian di Denpasar Selatan, Bali pada pebruari-april 2008

menunjukkan tidak terdeteksinya bakteri E.coli di sumur penduduk sekitar. Hal ini

diduga terkait erat dengan kondisi tiap rumah yang sudah mempunyai jamban dan

tertib dalam memahami konsep cara hidup sehat, hewan peliharaan tidak

berkeliaran bebas di halaman rumah serta mencuci bersih tangan dengan sabun

Page 128: LAPORAN PESISIR 2012

128 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

setelah buang air besar. Didukung pula oleh kondisi jenis tanah dilokasi tersebut

yang berjenis tanah regusol coklat yaitu tanah yang mempunyai tekstur mendekati

kondisi tanah liat, memiliki sifat permeabilitas rendah sehingga tidak mudah

melewatkan air yang meresap kedalam tanah.

.

Page 129: LAPORAN PESISIR 2012

129 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan kegiatan pemantauan kualitas air laut pada

pengendalian pencemaran kawasan pesisir dan laut di 3 ( tiga ) zona Pada

Tahun 2012, sesuai dengan yang tertera pada KepMen LH Nomor 51

Tahun 2004, sebagai berikut :

1. Tingkat Kekeruhan di zona Wisata Bahari pada tahun 2012

mengalami penurunan dan berada dibawah baku mutu yang telah

ditetapkan, sama halnya di keempat lokasi pada zona Biota laut

mengalami penurunan dan di bawah baku mutu. Sedangkan untuk

tingkat kekeruhan pada zona Pelabuhan tidak tercantum dalam

Kepmen Nomor LH 51 / 2004.

2. Padatan tersuspensi (padatan tidak terlarut) mengindikasikan

adanya partikel atau senyawa yang terdapat pada perairan baik

dalam keadaan melayang, terapung maupun mengendap. Semakin

banyak padatan tidak terlarut ini pada perairan maka menyebabkan

air berwarna keruh. Di zona Wisata Bahari pada tahun 2012

mengalami penurunan walaupun masih berada sedikit diatas baku

mutu, sedangkan pada zona Biota laut (Gunung Anyar kali UPN,

Gunung Anyar Kali Wonorejo, Kali Lamong I ) meningkat dan berada

diatas baku mutu yang telah ditetapkan, hanya lokasi Kali Lamong 2

yang menunjukkan angka penurunan dan dibawah baku mutu.

Sedangkan pada zona Pelabuhan mengalami peningkatan tetapi

tergolong masih berada dibawah baku mutu yang telah ditetapkan.

3. Kadar pH (Derajat keasaman) Pada zona Wisata Bahari

menunjukkan cenderung konstan (pH = 7) yaitu netral dan berada

dibawah baku baku, seperti halnya pada zona Pelabuhan

menunjukkan pH netral dan di bawah baku mutu, begitu juga pada

Page 130: LAPORAN PESISIR 2012

130 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

zona Biota laut hanya pada Lokasi Kali Lamong II yang

menunjukkan PH = 8,5 (basa) berada sedikit diatas baku mutu

,tetapi masih pada batas toleran untuk perairan aquatik.

4. Kandungan Surfaktan Detergen pada zona Wisata Bahari Pada

tahun 2012 berada diatas baku mutu yang telah ditetapkan.

Sedangkan pada Zona Pelabuhan dan Zona Biota laut mengalami

penurunan dan berada di bawah baku mutu.

5. Kandungan Nitrat dan Fosfat pada perairan yang berlebih akan

berakibat terjadi penyuburan dan pertumbuhan alga yang berlebih

(blooming) , keadaan ini disebut eutrofikasi, kandungan Nitrat dan

Fosfat di zona Wisata Bahari tahun 2012 berada di atas baku mutu,

sama hal nya dengan zona Biota Laut juga berada diatas baku mutu

yang telah di tetapkan.Pada zona Pelabuhan nitrat dan Fosfat tidak

tercantum dalam KepMen LH Nomor 51/2004.

6. Secara Umum , melihat data 2012 , limbah anorganik ( seperti logam

terlarut ) berada di bawah baku mutu yang telah ditetapkan.

7. Total Koliform di zona Wisata Bahari pada tahun 2012 menunjukkan

penurunan dan berada di bawah baku mutu yang telah ditetapkan,

pada zona pelabuhan (Nilam Timur) berada diatas baku mutu, untuk

zona Biota Laut (Gunung Anyar Kali UPN dan Kali Lamong I) berada

diatas baku mutu sedangkan Gunung anyar Kali Wonorejo dan Kali

Lamong 2 berada di bawah baku mutu yang telah ditetapkan.

3.2 Saran

Dalam kegiatan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut

pada Tahun 2013 antara lain, sebagai berikut :

1. Pada perairan laut yang padat pemukiman di sepanjang pantai

khususnya untuk perhatian lebih lanjut mengenai limbah domestik,

misalnya diberikan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat yang

hidup dipemukiman, pentingnya agar menjaga sanitasi (upaya yang

dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi

persyaratan kesehatan) salah satunya dapat dengan mewujudkan

MCK (Mandi cuci kakus) terpadu dan agar rencana pembangunan

Page 131: LAPORAN PESISIR 2012

131 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

IPAL (instalasi Pengolahan Air Limbah) segera diwujudkan

sehingga dapat mempengaruhi kualitas dari cemaran limbah

Domestik.

2. Untuk mengetahui adanya logam berat yang terkandung pada

hewan / biota laut sekitar perairan misalnya : ikan, kerang –

kerangan agar dilakukan pengambilan contoh sampel untuk dapat

dianalisa di laboratorium.

Page 132: LAPORAN PESISIR 2012

132 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Daftar Pustaka

Alaerts, G., Santika, S.S., 1985. Metoda Penelitian Air. Penerbit Usaha Nasional,

Surabaya, Indonesia. 309 hal

Aunurohim. 2010. Biomonitoring ; seri 1. Buku Ajar. Kalangan sendiri.

Aunurohim, D. Saptarini, D. Yanthi., 2009. Fitoplankton penyebab harmful algae

blooms (HABs) di perairan Sidoarjo. Proceedings of 6th Basic Science National

Seminar, Brawijaya University, Indonesia. hal I 31 – I 37.

Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Surabaya. Kumpulan

Peraturan Pengendalian Kerusakan Pesisir dan Laut. 82 hal.

Badan Perencanaan Pembangunan Pemerintah Kota Surabaya. Workshop JICA

2012 : Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Kawasan Pesisir & Mangrove Kota

Surabaya.

Bengen, Dietriech G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan

Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan –IPB, Bogor.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran ; Hubungannya dengan

toksikologi senyawa logam. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

179 hal.

Dahuri, 2003. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan Berkelanjutan

Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Dinkominfo. Profil Kota Surabaya. http://dinkominfo.surabaya.go.id/dki.php?hal=30

Goldman, C.R., and A.J. Horne. 1983. Limnology. McGraw-Hill Book Co. New

York. 464 p.

Ghufran.M.H. Kordi K, Ekosistem Mangrove Potensi, Fungsi dan Pengelolaan.PT

Rineka Cipta. Jakarta.16 hal

Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan. P03/MENHUT-V/2004. Pedoman

Pembuatan Rehabilitasi Hutan Mangrove Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

Page 133: LAPORAN PESISIR 2012

133 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove Indonesia, 2008. Ekosistem

Mangrove di Indonesia. www.imred.org/?q=content/ekosistem-mangrove-di-

indonesia ( diakses tanggal 22 Agustus 2012 )

M.S.Wibisono , Pengantar Ilmu Kelautan. Penerbit Universitas Indonesia ( UI-

Press ). Jakarta.29 hal

Munawar Ali,Rina. 2009. Kemampuan Tanaman Mangrove Untuk Menyerap

Logam Berat Merkuri ( Hg ) dan Timbal ( Pb ). Universitas Pembangunan Nasional

“ Veteran “ . Jawa Timur

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan . Jakarta

Nybakken,J.W , 1988. Biologi laut suatu pendekatan Ekologis. Gramedia. Jakarta.

Palar, Heryando. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. PT Rineka

Cipta. Jakarta. 152 hal

Purnobasuki, 2005. Tinjauan Perspektif Hutan Mangrove. PT Airlangga University

Press. Surabaya

Salinan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 201 Tahun 2004.

Kriteria Baku dan Pedoman Kerusakan Mangrove

Supriharyono, 2007. Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati di Wilayah

Pesisir dan Laut Tropis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Tomlinson, PB. 1986. The Botany of Mangroves. Cambridge University Press.

Massachusetts

Wibisono.M.S, 2011.Pengantar Ilmu Kelautan. Penerbit Universitas Indonesia ( UI-

Press ). Jakarta.29 hal

http://id.wikipedia.org/wiki/Gelodok. (diakses tanggal 3 Desember 2012)

Page 134: LAPORAN PESISIR 2012

134 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

www.e-h2s.sokoguru.net/pdf/umum.pdf . (diakses tanggal 2 Agustus 2012)

http://acehpedia.org/Faktor_Yang_Mempengaruhi_Pertumbuhan_Mangrove.

(diakses tanggal 3 Desember 2012 )

Page 135: LAPORAN PESISIR 2012

135 Laporan Pengendalian Pencemaran Kawasan Pesisir dan Laut Tahun 2012

PEMERINTAH KOTA SURABAYA BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH)

Kawasan Pemukimam Kali Lamong I