Hukum Pesisir
-
Upload
denny-karwur -
Category
Education
-
view
1.442 -
download
1
description
Transcript of Hukum Pesisir
RANCANGBANGUN HUKUM DAN PELAKSANAANNYA
DALAM PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR
DI PROVINSI SULAWESI UTARA (Law Design and Implementation in Managing Outermost
Small Islands in the North Sulawesi Province)
Denny B.A. KarwurC261030051
Komisi Pembimbing
Prof. Dr.Ir. Dietriech G. Bengen, DEAProf. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MSProf. Dr. Ir. Daniel R. Monintja,
Dr. Ir. Victor Ph. Nikijuluw, MSc . Prof. D. Maria F. Indrati, SH, MH
PENDAHULUAN
• REPUBLIK INDONESIA :– Negara Kepulauan (Archipelagic State) yang berciri Nusantara, – wilayah pada posisi silang Samudra Pasifik & Samudra Hindia– Panjang pantai 95.181 km2– Luas wilayah laut 5.8 juta km2– Jumlah Pulau 17.480
• Pulau : – memiliki keaneka ragaman habitat yg tinggi, – Potensi Sumberdaya, – jasa lingkungan kelautan
• Ekosistem wilayah Pesisir: unik, dinamis dan produktif • Potensi Pulau-pulau kecil : menunjang Pembangunan perlu Konsep kebijakan : azas kelestarian dan berkelanjutan
Batas Negara RI dan 10 Negara 1. India, 2. Thailand,3. Malaysia,4. Singapura,5. Vietnam, 6. Filipina, 7. Palau, 8. Papua
Nugini,9. Australia, 10. Timor
Leste.
Masalah Perbatasan Negara & Analisis No Masalah Predisksi Rekomendasi Pemantauan Evaluasi
1 Batas Wilayah : belum disepakati
Ada kesepakatan Bilateral
Penetapan batas di wilayah laut
Penanagganan kasus
Program kerjasama
2 Hak berdaulat : ZEE dan Landas Kontinen
Keutuhan NKRI Rancangan UU Penegakan Hukum dilaut
Program kerjasama
3 Hukum, sosial, ekonomi : kesejahteraan masyarakat
Kesadaran hukum Penyusunan Program PPK Perbatasan
Peningkatan kesejahteraan sosial ekomoni
Program sesuai perencanaan
4 Keterpencilan : jaminan hukum, pertahanan, keamanan
Program peningkatan kesadaran hukum
Peningkatan pengawasan dan personalia
Kesadaran hukum dan penurunan jumlah kasus
Program inter dan antar Kementerian
5 Kesenjangan sosial : pekerjaan dan pendapatan
Kemiskinan dan pendidikan
Penyusunan Program terpadu
Peningkatan kesejahteraan
Penyesuaian program dan perencanaan
6 Transnasional : Penyelundupan, terosirme, illegal fishing
Ancaman keamanan negara
Program pemberantasan dan penegakan hukum
Kesadaran hukum dan penegakan hukum
Stabilitas Nasional
7 Terisolasi : Sarana dan Prasarana
Program Transportasi perbatasan
Peningkatan sarana Transportasi lokal dan antar negara
Intensitas pelintas batas
8 Pemanfaatan Sumberdaya : belum maksimal
Pendapatan Nasional
Program Terpadu Pengelolaan PPK
Peningkatan APBN/APBD
Program terpadu dan penegakan hukum
Masalah Pesisir (Coastal Problems) Pulau Kecil Perbatasan Negara
1. Resources Small Islands / Outermost island– Destructive Fishing : Illegal fishing, Trawl, Boming/Explosive, Sianide, Potasium,
etc
2. Transnasional Crime (= extra ordinary crime)– Terorism, Rebel, Narcotics, Smuggling guns, good household, woman & child
traficcking, Prostitution, Gambling, etc– Environmental: Waste, Marine pollution/Oil Spills, Residential, Reclamation, port,
etc.
3. International Border Ocean– Illegal fishing, Trans Shipping, Flooting market, etc
Coastal Desease in Outermost Small Islands
Masalah Perbatasan : Indonesia - Filipina
Transnasional Crimes
Tujuan Penelitian Rancangbangun HukumNo Tujuan Metode Analisis
1 Menyelesaikan masalah pesisir di daerah perbatasan negara (pengelolaan sumberdaya pulau-pulau kecil)
AHP – SWOT Diagnosa dan Terapi Hukum
2 Menegakan Hukum Internasional dan upaya harmonisasi hukum pulau kecil
AHP – SWOT Diagnosa dan Terapi Hukum
3 Menyusun kebijakan batas negara (delimitasi)
AHP – SWOT Diagnosa dan Terapi Hukum
4 Merancangbangun hukum dan pelaksanaanya pengelolaan pulau kecil perbatasan (nasional-regional)
AHP – SWOT Diagnosa dan Terapi Hukum
PUSTAKA• PWP-PPK : adalah suatu proses
PERENCANAAN, PEMANFAATAN, PENGAWASAN, & PENGENDALIAN SD Pesisir & PPK antar sektor yaitu :
– antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, – antara Ekosistem darat dan Laut, – antara Ilmu Pengetahuan dan Manajemen,– untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Wilayah Pesisir• Wilayah pesisir : peralihan antara daratan dan lautan (Dahuri
et.al.2001)• Ditinjau dari garis pantai (coastline), : 2 macam batas (boundaries),
1. sejajar garis pantai (longshore) dan 2. tegak lurus terhadap garis pantai (cross-shore).
• UU No. 27/2007 Pasal 1 angka 2. – Wilayah Pesisir adalah : Daerah Peralihan antara Ekosistem
Darat dan Laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. (batas ekologis)
• UU No. 32/2004 Pasal 18 ayat (4): – Wilayah Laut : paling jauh 12 (dua belas) mil, laut diukur dari
garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan untuk provinsi dan 1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan provinsi untuk kabupaten/kota. (batas administratif)
Karakteristik Pulau Kecil (Bengen 2006)
1. Terpisah dari habitat atau pulau induk (main land), sehingga bersifat insuler,
2. Sumberdaya air tawar yang terbatas, dimana daerah tangkapan airnya relatif kecil,
3. Peka dan rentan terhadap pengaruh eksternal baik alami maupun akibat kegiatan manusia, misalnya badai dan gelombang besar serta pencemaran,
4. Memiliki sejumlah jenis endemik yang bernilai ekologis tinggi,
5. Area perairan yang lebih luas dari area daratannya dan relatif terisolasi dari daratan utama (benua atau pulau besar).
Jika pulau tersebut berada di batas suatu negara, maka keberadaan pulau tersebut mempunyai nilai yang sangat strategis untuk penentuan teritorial suatu negara.
6. Tidak mempunyai hinterland yang jauh dari pantai
Pengelolaan Pesisir Terpadu (Cicin-Sain & Knecht 1998)Untuk1. Mencapai
pembangunan pesisir dan lautan berkelanjutan
2. Mengurangi gangguan alam yang membahayakan daerah pesisir dan makhluk hidup
3. Mempertahankan proses ekologi, sistem pendukung kehidupan, dan keaneka ragaman hayati
Zona Maritim UNCLOS 1982Dalam UNCLOS 1982 dikenal delapan zona pengaturan (rezime)
yang berlaku di laut, yaitu
(1) Perairan pedalaman (internal waters),
(2) Perairan kepulauan (archipelagic waters),
(3) Laut teritorial (teritorial waters),
(4) Zona tambahan (contiguous zone),
(5) Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone),
(6) Landas kontinen (continental shelf),
(7) Laut lepas (high seas), dan
(8) Kawasan dasar laut internasional (international seabed area).
Hukum Laut1. UU No. 17 Tahun 1985
(UNCLOS 1982) 2. UU No. 43 2008
Wilayah Negara• Laut Teritorial 12 Mil• Zona Tambahan : 24 Mil• ZEEI : 200 Mil• Landas Kontinen : 200 –
300 Mil• Laut Bebas
92 Pulau Terluar (Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar)
Rancangbangun Hukum PPKTRancang Bangun Hukum Pulau-Pulau Kecil Terluar
Sumber Daya Alam
Sosial Ekonomi
Rancang BangunHukumMenurut
Akademisi
Rancang BangunHukumMenurut
Penataan Batas Wilayah Negara
Rancang Bangun HukumMenurut
Strategi Perwilayaan
Rancang BangunHukumMenurut
Pemerintah
Rancang Bangun HukumMenurut
Budaya Lokal
Pendanaan Hukum
@Perikanan@Perkebunan
@Pendidikan@Transportasi@Adat-Istiadat@Pemasaran
@APBN@APBD@LOAN/GRANT
@Nasional@International
Kelembagaan
@Nasional@Daerahl
METODEAnalisis SWOT (Rangkuti 1997) :
• Pengambilan Keputusan untuk Penentuan Strategi berdasarkan logika
• Alat formulasi strategi:– Kekuatan (Strenghts) – Kelemahan (Weaknesses) – Peluang (Opportunities)– Ancaman (Treats)
Analisis Hierarkhi Proses [AHP] (Saaty 2003)
: Untuk Pengambilan Keputusan– Menstrukturkan masalah untuk
menghasilkan skala prioritas.– Pengambilan Keputusan :
• Perumusan tujuan, kriteria dan alternatif• Penyusunan Struktur Hierarki• Penentuan Prioritas• Konsistensi logis
– Nilai konsistensi yang dihasilkan tidak melebihi 10%
Analisis : Diagnosa dan Terapi Hukum1 Pendekatan historis
(historical approach)Menelaah : latar belakang & perkembangan
2 Pendekatan undang-undang (statue approach)
Menelaah : UU dengan Isu hukum
3 Pendekatan kasus (case approach)
Menelaah :Kasus-kasus yang sedang diproses dan sudah mempunyai keputusan hukum
4 Pendekatan komparatif (comparative approach
Membandingkan :Hukum dan perundang-undangan
5 Pendekatan konseptual (conceptual approach)
Mempelajari :Pandangan dan konsep serta doktrin untuk melahirkan asas, konsep dan pengertian hukum
LOKASI PENELITIAN
PULAU MIANGAS
PULAU MARORE
P.BANGKT P.MANTERAWU P.MAKALEHI
P.KAWALUSO P.KAWIO P.MARORE P.BATUBAWAIKANG P.MIANGAS P.MARAMPIT
P.INTATA
P.KAKARUTAN
• Waktu dan Tempat• Juli 2007 – Agustus 2008• Pulau Miangas
Kabupaten Kepulauan Talaud
• Pulau Marore Kabupaten Kepulauan Sangihe
• Sulawesi Utara• Wawancara &
Penyebaran Kuesioner
Responden : Expert & FungsiNo Expert Fungsi
1 Kementerian Luar Negeri Penyelesaian Perbatasan
2 Kementerian Dalam Negeri Pengelolaan Wilayah Pesisir Daerah
3 Kementerian Kelautan dan Perikanan Pengelolaan Wilayah Pesisir – PPK
4 Kementerian Pekerjaan Umum Pembangunan Infrastruktur
5 TNI AL Pertahanan dan Keamanan Negara
6 DPR RI Penetapan Kebijakan Nasional
7 DPRD SULUT Penetapan Kebijakan Daerah
8 Pemerintah RI Peran Internasional di PBB
9 Pemerintah Filipina Peran Internasional di PBB
10 Pemerintah Provinsi SULUT Pelaksanaan Tugas Perbantuan
11 Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe Pelaksanaan Tugas Perbantuan
12 Pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud Pelaksanaan Tugas Perbantuan
13 Akademisi Kajian Akademik
14 Investor Pengembangan Investasi
15 Tokoh Masyarakat/Adat Informasi Sejarah dan Adat Istiadat
III. Hasil & Pembahasan
FAKTOR EKSTERNAL : • PELUANG: Pengeloaan Pulau Kecil Terluar
1. Kebijakan nasional mendorong investasi2. Kebijakan pemerintah dalam pemberian otoritas pengelolaan
wilayah3. Meningkatnya kebutuhan pasar lokal dan internasional terhadap
hasil sumber daya alam4. Konvensi Internasional terhadap hukum laut Indonesia5. Kerjasama bilateral antara Indonesia dengan negara tetangga6. Kebijakan pemerintah untuk membentuk kelembagaan dalam
pengelolaan pulau-pulau kecil terluar
Hasil Analisis SWOT
• ANCAMAN : Pengeloaan Pulau Kecil Terluar1. Belum ada penetapan batas laut yang disepakati
bersama (ZEE)2. Masih lemahnya respon pengawasan perbatasan
laut antar negara3. Adanya konflik kepentingan antar stakeholer
dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar.
FAKTOR INTERNAL• Kekuatan : Pengeloaan Pulau Kecil Terluar
1. Sumber daya alam dan jasa lingkungan kelautan yang besar
2. Posisi geografis yang cukup strategis3. Adanya program dari pemerintah daerah
untuk pembangunan pulau-pulau kecil terluar.
Berdasarkan Tabel Strategi Prioritas : Rancangbangun hukum :
• Prioritas : penataan batas wilayah negara. • Implementasi : peningkatan kerjasama bilateral
dan internasional. • Evaluasi : menjamin kepastian hukum untuk
pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di Provinsi Kepulauan Sulawesi Utara.
• Kelemahan : Pengeloaan Pulau Kecil Terluar1. Keterpencilan pulau-pulau kecil terluar2. Terbatasnya sarana dan prasarana perekonomian.3. Terbatasnya sarana prasarana sosial4. Lemahnya koordinasi antar lembaga5. Kontrol Pendanaan yang lemah6. Batas Maritim yang belum selesai7. Belum tersosialisasinya Hukum Laut kepada masyarakat luas
termasuk pada pejabat eksekutif dan legislatif, serta implikasinya secara komprehensif.
8. Belum terencananya perencanaan nasional terpadu yang mengintegrasikan kebijakan yang berbasis kelautan dengan juridiksi maritim dalam suatu sistem Marine Space Database
9. Belum adanya UU yang khusus mengenai pulau-pulau kecil terluar
Faktor eksternal : Kebijakan pemerintah untuk membentuk kelembagaan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar yang merupakan prioritas kedua dari faktor eksternal yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara dengan
bobot 0.121. • Lembaga yang terbentuk mampu melakukan
koordinasi kelembagaan yang efektif dan mampu memainkan peran sesuai kewenangannya.
• Koordinasi : Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (Perpres 12/2010)
• Ancaman dalam peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar
adalah belum ada penetapan batas laut yang disepakati bersama (pada ZEE) dengan bobot 0.113.
– Hal ini perlu untuk segera diselesaikan dan disepakati dengan upaya-upaya politis dan diplomatis.
• Konflik kepentingan antar stakeholer dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar dengan bobot 0.099 dapat menjadi ancaman dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar
– diselesaikan karena tidak jelasnya kewenangan antar lembaga maupun antar pemerintahan pusat dan daerah.
• Solusi : keterpaduan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar perbatasan negara.
Hasil Evaluasi External – Internal (hal. 86).
Faktor Ekternal dan Internal : – Toral Skor Ekternal : 2.339 – Total Skor Internal : 2.418 – Posisi pada kuadran V
• Artinya : Pengelolaan pulau-pulau tersebut berada pada kondisi yang stabil atau tetap
• Bahwa pengelolaan di pulau tersebut masih belum mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan baik dari aspek sumber daya alam, sosial ekonomi, pendanaan, hukum dan kelembagaan.
Hasil Analisis AHP• 5 Faktor yang mempengaruhi dalam
pembuatan rancangbangun hukum dan pengelolaan pulau kecil terluar yaitu :1. Sumberdaya alam2. Sosial ekonomi3. Pendanaan4. Hukum 5. Kelembagaan
No FAKTOR BOBOT PRIORITAS
1 Hukum 0.289 12 Sumber Daya Alam 0.255 2
3 Kelembagaan 0.231 3
4 Pendanaan 0.144 4
5 Sosial Ekonomi 0.081 5
Berdasarkan Tabel di atas yang menduduki prioritas pertama yang mempengaruhi pembuatan rancang bangun hukum adalah faktor hukum
dengan bobot 0.289.
Bobot ini menunjukkan bahwa faktor hukum memiliki peranan yang sangat besar (PENTING) dalam pembuatan rancangbangun hukum pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara.
Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya permasalahan hukum dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar, baik dari sisi eksternal ataupun internal (dalam negeri) yang belum diselesaikan.
Hasil Analisis DTAL
(1) Pendekatan Historis (historical approach), (2) Pendekatan Undang-Undang (statue approach), (3) Pendekatan Kasus (case approach), (4) Pendekatan Komparatif (Comparative approach) dan(5) Pendekatan Konseptual (conceptual approach).
Batas Maritim & Perjanjian BilateralNo Negara Pihak
Batas Maritim
LT ZT ZEE LK
1 INDIA TIDAK PERLU BELUM JKT, 14/1/1977
2 THAILAND JKT, 11/12/1975
3 MALAYSIA KL, 17/3/1970 SISA : Slt SING BRT/TMR
KL, 27/10/1969
4 SINGAPURA JKT, 25/5/1973Sisa Segmen TGH-TMR
TIDAK PERLU
5 VIETNAM HANOI, 26/1/2003
6 FILIPINA TIDAK PERLU BELUM BELUM BELUM
7 PALAU
8 PAPUA NUGINI JKT, 13/DES/1980 JKT, 12/2/1973
9 AUSTRALIA PERTH, 16/3/1967 JKT, 9/10/1972
10 TIMOR LESTE
JUMLAH TELAH DIPERJANJIKAN
3 0 1 6
JUMLAH BELUM DIPERJANJIAKAN
1 4 8 3
I. Penekatan Historis (historical approach)• Sriwijaya dan Majapahit abad ke 12 – 14• Sejarah Kerajaan Tabukan sejak Abad 15 – Abad
20 menguasai Sangihe dan Talaud• Penjajahan Spayol di Filipina 1571- 1898• Perang Amerika Serikat – Spanyol : 12 April – 12
Agustus 1898• Jajahan AS 1898 - 4 Juni 1946 (Kemerdekaan
Filipina) .• Batas Wilayah Negara : Indonesia (1945-1950-
1945-2002) dan Filipina (1899-1935-1943-1973-1987
II. Pendekatan Undang-Undang (statue approach)
• UUD 1945 (Amandemen ke IV Thn 2002)– Pasal 25 A. Negara RI
adalah Negara Kesatuan berciri Nusantara.
– Negara Kepulauan : Psl 46 UNCLOS
III. PENDEKATAN KASUS (case approach)
• Belanda menjajah Indonesia : • AS menduduki Filipina 1898
– VOC 1602 – 1800– Penjajahan sd 1945
• KASUS PALMAS ISLAND 1928• MAX HUBER : MAHKAMAH
INTERNASIONAL– Keputusan 4 APRIL 1928– Tandatangan 7 Mei 1929
• PALMAS ISLAND = MIANGAS
IV. PENDEKATAN KOMPARATIF (comparative approach)
• Konstitusi Negara RI – Filipina
• Produk Hukum Nasional mentaati Hukum Internasional– UU LK (1/1973)– UU HL (Unclos) 17/1985– UU ZEEI (5/83)– UU WN (43/2008)
• PENGELOLOLAAN PULAU-PULAU KECIL PERBATSAN :– PERENCANAAN– PEMANFAATAN– PENGAWASAN– PENGENDALIAN
• Fungsi Pengelolaan – Sumberdaya Alam– Sosial Budaya– Sosial Politik– Sosial Ekonomi– Pertahanan Keamanan
V. PENDEKATAN KONSEPTUAL (conceptual approach)
• RANCANGAN– Filosofis– Sosiologis– Yuridis
• KERJASAMA– Pemerintah– Pakar– Masy
• KONSULTASI PUBLIK– Pemrakarsa - Masy
• IMPLEMENTASI
RANCANGBANGUN HUKUM
KOKOH
Tidak Rapuh
Sustainable
KONSEP RBH PENGELOLAAN PPKT
• RUU PERBATASAN & PPKT– FILOSOFIS– SOSIOLOGIS– YURIDIS
• NASKAH AKADEMIS• KONSULTASI PUBLIK• DRAFT UU
Rekomendasi RBH Aspek Biofisik
1. Karakteristik PPK : habitat, ekosistem,
2. RTRN-RTRW : Pulau Perbatasan3. Garis Batas4. Pencegahan Degradasi SD5. Pencemaran : RT, Laut, Tambang
Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya
1. Pemberdayaan masy pulau kecil2. Kemiskinan3. Kepentingan masyarakat & adat4. Mekanisme penyelesaian konflik5. Pendidikan dan pelatihan nelayan &
perempuan.
Aspek Hukum & Kelembagaan1. Kajian dan inventarisasi UU dan PP2. Kewenangan dan tanggung jawab3. Kejelasan posisi UU Pulau Perbatasan agar
tidak overlapping4. Kewenangan institusi5. Sanksi Hukum6. Proses Penegakan Hukum 7. Tidak bertentangan dgn hukum alam
KESIMPULAN1. Pulau Kecil Perbatasan Negara (PKPN) :
Strategis, unik dan kompleks : Pengelolaannya : Terpadu/komprehensif dan berkelanjutan
2. Koordinasi dan Konsultasi : Regional / Nasional / Internasional
3. Pertahanan dan Keamanan : Rawan4. Terperangkap dengan Kemiskinan : Terisolasi5. Pelintas Batas Tradisional6. Belum ada kesepakatan Penetapan Batas /
delimitasi : ZEE - LK - ALKI
SARAN
1. Peningkatan Pengawasan Perbatasan, Penegakan Hukum, & Peran Pengawasan Masyarakat Pulau Perbatasan
2. Indentifikasi masyarakat pelintas3. Keseriusan Pemerintah : Pertemuan Bilateral4. Penyusunan : Tata Ruang, Rancangan NA dan
UU tentang Pulau Perbatasan Negara5. Pulau Terluar : Penerbitan Sertifikat Pulau
Negara
TERIMA KASIH
NOVELTYMENGINTEGRASIKAN DALAM KERANGKA HUKUM DENGAN
MENDISAIN PENDEKATAN FILOSOFIS – SOSIOLOGIS – YURIDIS
DALAM KETERPADUAN PENGELOLAAN PULAU KECIL
TERLUAR PERBATASAN NEGARA
Rancangbangun HukumRancang Bangun Hukum Pulau-Pulau Kecil Terluar
Sumber Daya Alam
Sosial Ekonomi
Rancang BangunHukumMenurut
Akademisi
Rancang BangunHukumMenurut
Penataan Batas Wilayah Negara
Rancang Bangun HukumMenurut
Strategi Perwilayaan
Rancang BangunHukumMenurut
Pemerintah
Rancang Bangun HukumMenurut
Budaya Lokal
Pendanaan Hukum
@Perikanan@Perkebunan
@Pendidikan@Transportasi@Adat-Istiadat@Pemasaran
@APBN@APBD@LOAN/GRANT
@Nasional@International
Kelembagaan
@Nasional@Daerahl
80 85 86
87
92
1
2 6
7
10 13 16 17 18 21 22 23 31 32 33 34 35 36 38 39
78 77 76 7579 74 73 72 71 70 69 66 65 62 61 54 53 50 49 48 4664 63 44 41 40
20
19
9
827
26
25
30
29
28 373
4
588
89
52
51 4243
47 455568
67
82
83
81 12 1511
84
14
24
90
91
57
5658
60
59
Jarak Tempuh Miangas – Marore /mil1mil laut =1.852km (Monaco 1929)
MIANGAS (Luas : 3.15 km2 –
Keliling : 6.327 m2)137 KK / 684 jiwa
MARORE(Luas : 3.12 km2 –
Keliling : 6.474 m2)135 KK / 669 jiwa
1 Manado(Ibukota Provinsi)
324 Manado(Ibukota Provinsi)
216
2 Melonguane (Ibukota Kabupaten)
185 Tahuna (Ibukota Kabupaten)
75
3 Bitung 276 Bitung 200
4 Davao (Filipina)
48 Balut (Filipina)
35
5 San Agustin/General Santos(Filipina)
50 Sarangani (Filipina)
39
6 Tahuna (Ibukota Kabupaten)
240 Melonguane (Ibukota Kabupaten)
60
No Propinsi Jumlah Pulau
Nama Pulau
1 NAD 7 P. Simeulucut, P. Salaut Besar, P. Raya, P. Rusa, P. Benggala, P. Rondo, P. Parubuso
2 Sumatera Utara
3 P. Simuk, P. Wunga, P. Berhala
3 Riau 20 P. Sentut, P. Tokong Malang Biru, P. Damar, P. Mangkai, P. Tokong Nanas, P. Tokong Belayar, P. Tokongboro, P. Semiun, P. Sebetul, P. Sekatung, P. Senua, P. Subi Kecil, P. Kepala, P. Batumandi, P. Iyu Kecil, P. Karimun Kecil, P. Nipa, P. Pelampong, P. Batu Berhanti dan P. Nongsa
4 Sumatera Barat
2 P. Sibarubaru dan P. Sinyaunyau
5 Bengkulu 1 P. Mega
6 Lampung 1 P. Batu Kecil
7 Banten 1 P. Deli
8 Jabar 1 P. Manuk
9 Jateng 1 P. Nusakambangan
10 Jatim 3 P. Barung, P. Sekel dan P. Panehan
Ketersebaran 92 Pulau-Pulau Terluar di Indonesia menurut menurut Provinsi (Data Bakosurtanal 2008)
11 NTB 2 P. Torodoro dan P. Sophialouisa
12 NTT 2 P. Dana dan P. Mangudu
13 Kaltim 2 P. Maratua, P. Sambit
14 Sulteng 3 P. Lingian, P. Salando, P. Dolangan
15 Sulawesi Utara 11 P. Laimpangi, P. Manterawu, P. Makalehi, P. Kawalusu, P. Kawio, P. Marore, P. Batu Bawaikang, P. Miangas, P. Marampit, P. Intata dan P. Kakarutan
16 Gorontalo 1 P. Bangkit
17 Maluku Utara 1 P. Jiew
18 Maluku 16 P. Ararkula, P. Karaweira, P. Panambulai, P. Kultubai Utara, P. Kultubai Selatan, P. Karang, P. Enu, P. Batugoyang, P. Larat, P. Asutubun, P. Selaru Timur, P. Selaru Barat, P. Batarkusu, P. Fursey, P. Masela dan P. Meatimiarang
19 Papua 10 P. Budd, P. Fani, P. Miossu, P. Fanildo, P. Bras, P. Bepondi, P. Liki, P. Kolepon, P. Laag dan P. Amarapya
Lanjutan
No Propinsi Sulawesi Utara Luas
Ha
Negara yang
berbatasanTitik Dasar Titik Referensi Posisi Geografis
1 P Bangkit 0,5 Filipina TD.047 TD.047 01° 02' 52" U 123° 06' 45" T
2 P Manterawu /Mantehage 7 Filipina TD.049 TR.049 01° 45' 47" U 124° 43' 51" T
3 P Makalehi 6,5 Filipina TD.051A TR.051 02° 44' 15" U 125° 09' 28" T
4 P Kawalusu 1,00 Filipina TD.053A TR.053 04° 14' 06" U 125° 18' 59" T
5 P Kawio 0,9 Filipina TD.054 TR.054 04° 40' 16" U 125° 25' 41" T
6 P Marore 3,12 Filipina TD.055A TR.055 04° 44' 14" U 125° 28' 42" T
7 P Batubawaikang 0,9 Filipina TD.055B TR.055 04° 44' 46" U 125° 29' 24" T
8 P Miangas 3,15 Filipina TD.056 TR.056 05° 34' 02" U 126° 34' 54" T
9 P Marampit 12 Filipina TD.057A TR.057 04° 46' 18" U 127° 08' 32" T
10 P Intata 0,15 Filipina TD.058A TR.058 04° 38' 38" U 127° 09' 49" T
11 P Kakarutan 3,15 Filipina TD.058 TR.058 04° 37' 36" U 127° 09' 53" T
Pulau Miangas, Pulau Marore dan P. Batubawaikang
Pulau Miangas
Pulau Marore
Titik Dasar di Pulau Marore
Titik Dasar di Pulau Miangas
Garis Pangkal Kepulauan
Batas Laut 2 Negara
Zona Maritim
Illegal Fishing
DEFENISI DAN PENGERTIAN WILAYAH PESISIR
‘Kawasan peralihan (interface area) antara ekosistem laut dan darat
BATAS KE ARAH DARAT:
1. Ekologis : kawasan daratan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses kelautan seperti pasang surut, interusi air laut, dll
2. Administratif : batas terluar sebelah hulu dari desa pantai atau jarak definitif secara arbiter (2 km, 20 km dst dari garis pantai)
3. Perencanaan : bergantung pada permasalahan atau substansi yang menjadi fokus pengelolaan wilayah pesisir, seperti :Pencemaran dan sedimentasi : suatu kawasan darat darat dimana dampak pencemaran dan sedimentasi bersumber:Mangrove : batas terluar dari kawasan hutan mangrove
BATAS KE ARAH LAUT:
1. Ekologis : kawasan laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses di daratan (aliran air sungai, run off) atau dampak kegiatan manusia, seperti pencemaran, sedimen, atau kawasan laut yang merupakan paparan benua
2. Administratif : 4 mil, 12 mil, dst dari garis pantai ke arah laut
3. Perencanaan : bergantung pada permasalahan atau substansi yang menjadi fokus pengelolaan wilayah pesisir, seperti :Pencemaran dan sedimentasi : suatu kawasan laut yang dimasih dipengaruhi oleh pencemaran.Mangrove : kawasan laut yang masih mendapatkan pengaruh dari atribut ekologis mangrove seperti bahan organik dari mangrove
Pulau adalah massa daratan yang seluruhnya dikelilingi oleh air yang tetap terekspose sekalipun pada saat air pasang.
Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecilatau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometerpersegi) beserta kesatuan Ekosistemnya
BATASAN DAN KARAKTERISTIK PULAU KECIL
Sasaran – Alternatif Rancangbangun Hukum
Sasaran :1. Pilihan rancang bangun hukum dan pelaksanaannya
Alternatif :• Perundang-undangan
– Internasional– Nasional– regional
• Kearifan lokal, adat / tradisional
Sasaran & Alternatif ke 2
Sasaran2. Pilihan pengelolaan pulau-pulau kecil
Alternatif• Pola konservasi• Pola adat istiadat• Pola usaha
Sasaran & Alternatif ke 3
Sasaran : 3. Pilihan target pengelolaan sumberdaya
Alternatif :• Pasar lokal / nasional• Swadaya masyarakat• Investasi• Swakelola
Sasaran & Alternatif ke 4
Sasaran4. Pilihan kelembagaan
Alternatif :• Pola konservasi• Pola pemberdayaan• Pola kemitraan
Sasaran & Alternatif ke 5
Sasaran :5. Pilihan hukum
Alternatif• Kebijakan nasional• Kebijakan regional• Kebijakan sektoral • Adat kebiasaan/tradisional