Hukum Pesisir

77
RANCANGBANGUN HUKUM DAN PELAKSANAANNYA DALAM PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DI PROVINSI SULAWESI UTARA (Law Design and Implementation in Managing Outermost Small Islands in the North Sulawesi Province) Denny B.A. Karwur C261030051 Komisi Pembimbing Prof. Dr.Ir. Dietriech G. Bengen, DEA Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintja, Dr. Ir. Victor Ph. Nikijuluw, MSc . Prof. D. Maria F. Indrati, SH, MH

description

Rancangbangun Hukum dalam Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar di Provinsi Sulawesi Utara

Transcript of Hukum Pesisir

Page 1: Hukum Pesisir

RANCANGBANGUN HUKUM DAN PELAKSANAANNYA

DALAM PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR

DI PROVINSI SULAWESI UTARA (Law Design and Implementation in Managing Outermost

Small Islands in the North Sulawesi Province)

Denny B.A. KarwurC261030051

Komisi Pembimbing

Prof. Dr.Ir. Dietriech G. Bengen, DEAProf. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MSProf. Dr. Ir. Daniel R. Monintja,

Dr. Ir. Victor Ph. Nikijuluw, MSc . Prof. D. Maria F. Indrati, SH, MH

Page 2: Hukum Pesisir

PENDAHULUAN

• REPUBLIK INDONESIA :– Negara Kepulauan (Archipelagic State) yang berciri Nusantara, – wilayah pada posisi silang Samudra Pasifik & Samudra Hindia– Panjang pantai 95.181 km2– Luas wilayah laut 5.8 juta km2– Jumlah Pulau 17.480

• Pulau : – memiliki keaneka ragaman habitat yg tinggi, – Potensi Sumberdaya, – jasa lingkungan kelautan

• Ekosistem wilayah Pesisir: unik, dinamis dan produktif • Potensi Pulau-pulau kecil : menunjang Pembangunan perlu Konsep kebijakan : azas kelestarian dan berkelanjutan

Page 3: Hukum Pesisir

Batas Negara RI dan 10 Negara 1. India, 2. Thailand,3. Malaysia,4. Singapura,5. Vietnam, 6. Filipina, 7. Palau, 8. Papua

Nugini,9. Australia, 10. Timor

Leste.

Page 4: Hukum Pesisir

Masalah Perbatasan Negara & Analisis No Masalah Predisksi Rekomendasi Pemantauan Evaluasi

1 Batas Wilayah : belum disepakati

Ada kesepakatan Bilateral

Penetapan batas di wilayah laut

Penanagganan kasus

Program kerjasama

2 Hak berdaulat : ZEE dan Landas Kontinen

Keutuhan NKRI Rancangan UU Penegakan Hukum dilaut

Program kerjasama

3 Hukum, sosial, ekonomi : kesejahteraan masyarakat

Kesadaran hukum Penyusunan Program PPK Perbatasan

Peningkatan kesejahteraan sosial ekomoni

Program sesuai perencanaan

4 Keterpencilan : jaminan hukum, pertahanan, keamanan

Program peningkatan kesadaran hukum

Peningkatan pengawasan dan personalia

Kesadaran hukum dan penurunan jumlah kasus

Program inter dan antar Kementerian

5 Kesenjangan sosial : pekerjaan dan pendapatan

Kemiskinan dan pendidikan

Penyusunan Program terpadu

Peningkatan kesejahteraan

Penyesuaian program dan perencanaan

6 Transnasional : Penyelundupan, terosirme, illegal fishing

Ancaman keamanan negara

Program pemberantasan dan penegakan hukum

Kesadaran hukum dan penegakan hukum

Stabilitas Nasional

7 Terisolasi : Sarana dan Prasarana

Program Transportasi perbatasan

Peningkatan sarana Transportasi lokal dan antar negara

Intensitas pelintas batas

8 Pemanfaatan Sumberdaya : belum maksimal

Pendapatan Nasional

Program Terpadu Pengelolaan PPK

Peningkatan APBN/APBD

Program terpadu dan penegakan hukum

Page 5: Hukum Pesisir

Masalah Pesisir (Coastal Problems) Pulau Kecil Perbatasan Negara

1. Resources Small Islands / Outermost island– Destructive Fishing : Illegal fishing, Trawl, Boming/Explosive, Sianide, Potasium,

etc

2. Transnasional Crime (= extra ordinary crime)– Terorism, Rebel, Narcotics, Smuggling guns, good household, woman & child

traficcking, Prostitution, Gambling, etc– Environmental: Waste, Marine pollution/Oil Spills, Residential, Reclamation, port,

etc.

3. International Border Ocean– Illegal fishing, Trans Shipping, Flooting market, etc

Coastal Desease in Outermost Small Islands

Page 6: Hukum Pesisir

Masalah Perbatasan : Indonesia - Filipina

Page 7: Hukum Pesisir

Transnasional Crimes

Page 8: Hukum Pesisir

Tujuan Penelitian Rancangbangun HukumNo Tujuan Metode Analisis

1 Menyelesaikan masalah pesisir di daerah perbatasan negara (pengelolaan sumberdaya pulau-pulau kecil)

AHP – SWOT Diagnosa dan Terapi Hukum

2 Menegakan Hukum Internasional dan upaya harmonisasi hukum pulau kecil

AHP – SWOT Diagnosa dan Terapi Hukum

3 Menyusun kebijakan batas negara (delimitasi)

AHP – SWOT Diagnosa dan Terapi Hukum

4 Merancangbangun hukum dan pelaksanaanya pengelolaan pulau kecil perbatasan (nasional-regional)

AHP – SWOT Diagnosa dan Terapi Hukum

Page 9: Hukum Pesisir

PUSTAKA• PWP-PPK : adalah suatu proses

PERENCANAAN, PEMANFAATAN, PENGAWASAN, & PENGENDALIAN SD Pesisir & PPK antar sektor yaitu :

– antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, – antara Ekosistem darat dan Laut, – antara Ilmu Pengetahuan dan Manajemen,– untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Page 10: Hukum Pesisir

Wilayah Pesisir• Wilayah pesisir : peralihan antara daratan dan lautan (Dahuri

et.al.2001)• Ditinjau dari garis pantai (coastline), : 2 macam batas (boundaries),

1. sejajar garis pantai (longshore) dan 2. tegak lurus terhadap garis pantai (cross-shore).

• UU No. 27/2007 Pasal 1 angka 2. – Wilayah Pesisir adalah : Daerah Peralihan antara Ekosistem

Darat dan Laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. (batas ekologis)

• UU No. 32/2004 Pasal 18 ayat (4): – Wilayah Laut : paling jauh 12 (dua belas) mil, laut diukur dari

garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan untuk provinsi dan 1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan provinsi untuk kabupaten/kota. (batas administratif)

Page 11: Hukum Pesisir

Karakteristik Pulau Kecil (Bengen 2006)

1. Terpisah dari habitat atau pulau induk (main land), sehingga bersifat insuler,

2. Sumberdaya air tawar yang terbatas, dimana daerah tangkapan airnya relatif kecil,

3. Peka dan rentan terhadap pengaruh eksternal baik alami maupun akibat kegiatan manusia, misalnya badai dan gelombang besar serta pencemaran,

Page 12: Hukum Pesisir

4. Memiliki sejumlah jenis endemik yang bernilai ekologis tinggi,

5. Area perairan yang lebih luas dari area daratannya dan relatif terisolasi dari daratan utama (benua atau pulau besar).

Jika pulau tersebut berada di batas suatu negara, maka keberadaan pulau tersebut mempunyai nilai yang sangat strategis untuk penentuan teritorial suatu negara.

6. Tidak mempunyai hinterland yang jauh dari pantai

Page 13: Hukum Pesisir

Pengelolaan Pesisir Terpadu (Cicin-Sain & Knecht 1998)Untuk1. Mencapai

pembangunan pesisir dan lautan berkelanjutan

2. Mengurangi gangguan alam yang membahayakan daerah pesisir dan makhluk hidup

3. Mempertahankan proses ekologi, sistem pendukung kehidupan, dan keaneka ragaman hayati

Page 14: Hukum Pesisir

Zona Maritim UNCLOS 1982Dalam UNCLOS 1982 dikenal delapan zona pengaturan (rezime)

yang berlaku di laut, yaitu

(1) Perairan pedalaman (internal waters),

(2) Perairan kepulauan (archipelagic waters),

(3) Laut teritorial (teritorial waters),

(4) Zona tambahan (contiguous zone),

(5) Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone),

(6) Landas kontinen (continental shelf),

(7) Laut lepas (high seas), dan

(8) Kawasan dasar laut internasional (international seabed area).

Page 15: Hukum Pesisir

Hukum Laut1. UU No. 17 Tahun 1985

(UNCLOS 1982) 2. UU No. 43 2008

Wilayah Negara• Laut Teritorial 12 Mil• Zona Tambahan : 24 Mil• ZEEI : 200 Mil• Landas Kontinen : 200 –

300 Mil• Laut Bebas

Page 16: Hukum Pesisir

92 Pulau Terluar (Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar)

Page 17: Hukum Pesisir

Rancangbangun Hukum PPKTRancang Bangun Hukum Pulau-Pulau Kecil Terluar

Sumber Daya Alam

Sosial Ekonomi

Rancang BangunHukumMenurut

Akademisi

Rancang BangunHukumMenurut

Penataan Batas Wilayah Negara

Rancang Bangun HukumMenurut

Strategi Perwilayaan

Rancang BangunHukumMenurut

Pemerintah

Rancang Bangun HukumMenurut

Budaya Lokal

Pendanaan Hukum

@Perikanan@Perkebunan

@Pendidikan@Transportasi@Adat-Istiadat@Pemasaran

@APBN@APBD@LOAN/GRANT

@Nasional@International

Kelembagaan

@Nasional@Daerahl

Page 18: Hukum Pesisir

METODEAnalisis SWOT (Rangkuti 1997) :

• Pengambilan Keputusan untuk Penentuan Strategi berdasarkan logika

• Alat formulasi strategi:– Kekuatan (Strenghts) – Kelemahan (Weaknesses) – Peluang (Opportunities)– Ancaman (Treats)

Page 19: Hukum Pesisir

Analisis Hierarkhi Proses [AHP] (Saaty 2003)

: Untuk Pengambilan Keputusan– Menstrukturkan masalah untuk

menghasilkan skala prioritas.– Pengambilan Keputusan :

• Perumusan tujuan, kriteria dan alternatif• Penyusunan Struktur Hierarki• Penentuan Prioritas• Konsistensi logis

– Nilai konsistensi yang dihasilkan tidak melebihi 10%

Page 20: Hukum Pesisir

Analisis : Diagnosa dan Terapi Hukum1 Pendekatan historis

(historical approach)Menelaah : latar belakang & perkembangan

2 Pendekatan undang-undang (statue approach)

Menelaah : UU dengan Isu hukum

3 Pendekatan kasus (case approach)

Menelaah :Kasus-kasus yang sedang diproses dan sudah mempunyai keputusan hukum

4 Pendekatan komparatif (comparative approach

Membandingkan :Hukum dan perundang-undangan

5 Pendekatan konseptual (conceptual approach)

Mempelajari :Pandangan dan konsep serta doktrin untuk melahirkan asas, konsep dan pengertian hukum

Page 21: Hukum Pesisir

LOKASI PENELITIAN

PULAU MIANGAS

PULAU MARORE

Page 22: Hukum Pesisir

P.BANGKT P.MANTERAWU P.MAKALEHI

P.KAWALUSO P.KAWIO P.MARORE P.BATUBAWAIKANG P.MIANGAS P.MARAMPIT

P.INTATA

P.KAKARUTAN

Page 23: Hukum Pesisir
Page 24: Hukum Pesisir

• Waktu dan Tempat• Juli 2007 – Agustus 2008• Pulau Miangas

Kabupaten Kepulauan Talaud

• Pulau Marore Kabupaten Kepulauan Sangihe

• Sulawesi Utara• Wawancara &

Penyebaran Kuesioner

Page 25: Hukum Pesisir

Responden : Expert & FungsiNo Expert Fungsi

1 Kementerian Luar Negeri Penyelesaian Perbatasan

2 Kementerian Dalam Negeri Pengelolaan Wilayah Pesisir Daerah

3 Kementerian Kelautan dan Perikanan Pengelolaan Wilayah Pesisir – PPK

4 Kementerian Pekerjaan Umum Pembangunan Infrastruktur

5 TNI AL Pertahanan dan Keamanan Negara

6 DPR RI Penetapan Kebijakan Nasional

7 DPRD SULUT Penetapan Kebijakan Daerah

8 Pemerintah RI Peran Internasional di PBB

9 Pemerintah Filipina Peran Internasional di PBB

10 Pemerintah Provinsi SULUT Pelaksanaan Tugas Perbantuan

11 Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe Pelaksanaan Tugas Perbantuan

12 Pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud Pelaksanaan Tugas Perbantuan

13 Akademisi Kajian Akademik

14 Investor Pengembangan Investasi

15 Tokoh Masyarakat/Adat Informasi Sejarah dan Adat Istiadat

Page 26: Hukum Pesisir

III. Hasil & Pembahasan

FAKTOR EKSTERNAL : • PELUANG: Pengeloaan Pulau Kecil Terluar

1. Kebijakan nasional mendorong investasi2. Kebijakan pemerintah dalam pemberian otoritas pengelolaan

wilayah3. Meningkatnya kebutuhan pasar lokal dan internasional terhadap

hasil sumber daya alam4. Konvensi Internasional terhadap hukum laut Indonesia5. Kerjasama bilateral antara Indonesia dengan negara tetangga6. Kebijakan pemerintah untuk membentuk kelembagaan dalam

pengelolaan pulau-pulau kecil terluar

Hasil Analisis SWOT

Page 27: Hukum Pesisir

• ANCAMAN : Pengeloaan Pulau Kecil Terluar1. Belum ada penetapan batas laut yang disepakati

bersama (ZEE)2. Masih lemahnya respon pengawasan perbatasan

laut antar negara3. Adanya konflik kepentingan antar stakeholer

dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar.

Page 28: Hukum Pesisir

FAKTOR INTERNAL• Kekuatan : Pengeloaan Pulau Kecil Terluar

1. Sumber daya alam dan jasa lingkungan kelautan yang besar

2. Posisi geografis yang cukup strategis3. Adanya program dari pemerintah daerah

untuk pembangunan pulau-pulau kecil terluar.

Page 29: Hukum Pesisir

Berdasarkan Tabel Strategi Prioritas : Rancangbangun hukum :

• Prioritas : penataan batas wilayah negara. • Implementasi : peningkatan kerjasama bilateral

dan internasional. • Evaluasi : menjamin kepastian hukum untuk

pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di Provinsi Kepulauan Sulawesi Utara.

Page 30: Hukum Pesisir

• Kelemahan : Pengeloaan Pulau Kecil Terluar1. Keterpencilan pulau-pulau kecil terluar2. Terbatasnya sarana dan prasarana perekonomian.3. Terbatasnya sarana prasarana sosial4. Lemahnya koordinasi antar lembaga5. Kontrol Pendanaan yang lemah6. Batas Maritim yang belum selesai7. Belum tersosialisasinya Hukum Laut kepada masyarakat luas

termasuk pada pejabat eksekutif dan legislatif, serta implikasinya secara komprehensif.

8. Belum terencananya perencanaan nasional terpadu yang mengintegrasikan kebijakan yang berbasis kelautan dengan juridiksi maritim dalam suatu sistem Marine Space Database

9. Belum adanya UU yang khusus mengenai pulau-pulau kecil terluar

Page 31: Hukum Pesisir

Faktor eksternal : Kebijakan pemerintah untuk membentuk kelembagaan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar yang merupakan prioritas kedua dari faktor eksternal yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara dengan

bobot 0.121. • Lembaga yang terbentuk mampu melakukan

koordinasi kelembagaan yang efektif dan mampu memainkan peran sesuai kewenangannya.

• Koordinasi : Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (Perpres 12/2010)

Page 32: Hukum Pesisir

• Ancaman dalam peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar

adalah belum ada penetapan batas laut yang disepakati bersama (pada ZEE) dengan bobot 0.113.

– Hal ini perlu untuk segera diselesaikan dan disepakati dengan upaya-upaya politis dan diplomatis.

• Konflik kepentingan antar stakeholer dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar dengan bobot 0.099 dapat menjadi ancaman dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar

– diselesaikan karena tidak jelasnya kewenangan antar lembaga maupun antar pemerintahan pusat dan daerah.

• Solusi : keterpaduan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar perbatasan negara.

Page 33: Hukum Pesisir

Hasil Evaluasi External – Internal (hal. 86).

Faktor Ekternal dan Internal : – Toral Skor Ekternal : 2.339 – Total Skor Internal : 2.418 – Posisi pada kuadran V

• Artinya : Pengelolaan pulau-pulau tersebut berada pada kondisi yang stabil atau tetap

• Bahwa pengelolaan di pulau tersebut masih belum mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan baik dari aspek sumber daya alam, sosial ekonomi, pendanaan, hukum dan kelembagaan.

Page 34: Hukum Pesisir

Hasil Analisis AHP• 5 Faktor yang mempengaruhi dalam

pembuatan rancangbangun hukum dan pengelolaan pulau kecil terluar yaitu :1. Sumberdaya alam2. Sosial ekonomi3. Pendanaan4. Hukum 5. Kelembagaan

Page 35: Hukum Pesisir

No FAKTOR BOBOT PRIORITAS

1 Hukum 0.289 12 Sumber Daya Alam 0.255 2

3 Kelembagaan 0.231 3

4 Pendanaan 0.144 4

5 Sosial Ekonomi 0.081 5

Berdasarkan Tabel di atas yang menduduki prioritas pertama yang mempengaruhi pembuatan rancang bangun hukum adalah faktor hukum

dengan bobot 0.289.

Bobot ini menunjukkan bahwa faktor hukum memiliki peranan yang sangat besar (PENTING) dalam pembuatan rancangbangun hukum pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara.

Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya permasalahan hukum dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar, baik dari sisi eksternal ataupun internal (dalam negeri) yang belum diselesaikan.

Page 36: Hukum Pesisir

Hasil Analisis DTAL

(1) Pendekatan Historis (historical approach), (2) Pendekatan Undang-Undang (statue approach), (3) Pendekatan Kasus (case approach), (4) Pendekatan Komparatif (Comparative approach) dan(5) Pendekatan Konseptual (conceptual approach).

Page 37: Hukum Pesisir

Batas Maritim & Perjanjian BilateralNo Negara Pihak

Batas Maritim

LT ZT ZEE LK

1 INDIA TIDAK PERLU BELUM JKT, 14/1/1977

2 THAILAND JKT, 11/12/1975

3 MALAYSIA KL, 17/3/1970 SISA : Slt SING BRT/TMR

KL, 27/10/1969

4 SINGAPURA JKT, 25/5/1973Sisa Segmen TGH-TMR

TIDAK PERLU

5 VIETNAM HANOI, 26/1/2003

6 FILIPINA TIDAK PERLU BELUM BELUM BELUM

7 PALAU

8 PAPUA NUGINI JKT, 13/DES/1980 JKT, 12/2/1973

9 AUSTRALIA PERTH, 16/3/1967 JKT, 9/10/1972

10 TIMOR LESTE

JUMLAH TELAH DIPERJANJIKAN

3 0 1 6

JUMLAH BELUM DIPERJANJIAKAN

1 4 8 3

Page 38: Hukum Pesisir

I. Penekatan Historis (historical approach)• Sriwijaya dan Majapahit abad ke 12 – 14• Sejarah Kerajaan Tabukan sejak Abad 15 – Abad

20 menguasai Sangihe dan Talaud• Penjajahan Spayol di Filipina 1571- 1898• Perang Amerika Serikat – Spanyol : 12 April – 12

Agustus 1898• Jajahan AS 1898 - 4 Juni 1946 (Kemerdekaan

Filipina) .• Batas Wilayah Negara : Indonesia (1945-1950-

1945-2002) dan Filipina (1899-1935-1943-1973-1987

Page 39: Hukum Pesisir

II. Pendekatan Undang-Undang (statue approach)

• UUD 1945 (Amandemen ke IV Thn 2002)– Pasal 25 A. Negara RI

adalah Negara Kesatuan berciri Nusantara.

– Negara Kepulauan : Psl 46 UNCLOS

Page 40: Hukum Pesisir

III. PENDEKATAN KASUS (case approach)

• Belanda menjajah Indonesia : • AS menduduki Filipina 1898

– VOC 1602 – 1800– Penjajahan sd 1945

• KASUS PALMAS ISLAND 1928• MAX HUBER : MAHKAMAH

INTERNASIONAL– Keputusan 4 APRIL 1928– Tandatangan 7 Mei 1929

• PALMAS ISLAND = MIANGAS

Page 41: Hukum Pesisir

IV. PENDEKATAN KOMPARATIF (comparative approach)

• Konstitusi Negara RI – Filipina

• Produk Hukum Nasional mentaati Hukum Internasional– UU LK (1/1973)– UU HL (Unclos) 17/1985– UU ZEEI (5/83)– UU WN (43/2008)

Page 42: Hukum Pesisir

• PENGELOLOLAAN PULAU-PULAU KECIL PERBATSAN :– PERENCANAAN– PEMANFAATAN– PENGAWASAN– PENGENDALIAN

• Fungsi Pengelolaan – Sumberdaya Alam– Sosial Budaya– Sosial Politik– Sosial Ekonomi– Pertahanan Keamanan

V. PENDEKATAN KONSEPTUAL (conceptual approach)

Page 43: Hukum Pesisir

• RANCANGAN– Filosofis– Sosiologis– Yuridis

• KERJASAMA– Pemerintah– Pakar– Masy

• KONSULTASI PUBLIK– Pemrakarsa - Masy

• IMPLEMENTASI

RANCANGBANGUN HUKUM

KOKOH

Tidak Rapuh

Sustainable

Page 44: Hukum Pesisir

KONSEP RBH PENGELOLAAN PPKT

• RUU PERBATASAN & PPKT– FILOSOFIS– SOSIOLOGIS– YURIDIS

• NASKAH AKADEMIS• KONSULTASI PUBLIK• DRAFT UU

Page 45: Hukum Pesisir

Rekomendasi RBH Aspek Biofisik

1. Karakteristik PPK : habitat, ekosistem,

2. RTRN-RTRW : Pulau Perbatasan3. Garis Batas4. Pencegahan Degradasi SD5. Pencemaran : RT, Laut, Tambang

Page 46: Hukum Pesisir

Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya

1. Pemberdayaan masy pulau kecil2. Kemiskinan3. Kepentingan masyarakat & adat4. Mekanisme penyelesaian konflik5. Pendidikan dan pelatihan nelayan &

perempuan.

Page 47: Hukum Pesisir

Aspek Hukum & Kelembagaan1. Kajian dan inventarisasi UU dan PP2. Kewenangan dan tanggung jawab3. Kejelasan posisi UU Pulau Perbatasan agar

tidak overlapping4. Kewenangan institusi5. Sanksi Hukum6. Proses Penegakan Hukum 7. Tidak bertentangan dgn hukum alam

Page 48: Hukum Pesisir

KESIMPULAN1. Pulau Kecil Perbatasan Negara (PKPN) :

Strategis, unik dan kompleks : Pengelolaannya : Terpadu/komprehensif dan berkelanjutan

2. Koordinasi dan Konsultasi : Regional / Nasional / Internasional

3. Pertahanan dan Keamanan : Rawan4. Terperangkap dengan Kemiskinan : Terisolasi5. Pelintas Batas Tradisional6. Belum ada kesepakatan Penetapan Batas /

delimitasi : ZEE - LK - ALKI

Page 49: Hukum Pesisir

SARAN

1. Peningkatan Pengawasan Perbatasan, Penegakan Hukum, & Peran Pengawasan Masyarakat Pulau Perbatasan

2. Indentifikasi masyarakat pelintas3. Keseriusan Pemerintah : Pertemuan Bilateral4. Penyusunan : Tata Ruang, Rancangan NA dan

UU tentang Pulau Perbatasan Negara5. Pulau Terluar : Penerbitan Sertifikat Pulau

Negara

Page 50: Hukum Pesisir

TERIMA KASIH

Page 51: Hukum Pesisir

NOVELTYMENGINTEGRASIKAN DALAM KERANGKA HUKUM DENGAN

MENDISAIN PENDEKATAN FILOSOFIS – SOSIOLOGIS – YURIDIS

DALAM KETERPADUAN PENGELOLAAN PULAU KECIL

TERLUAR PERBATASAN NEGARA

Page 52: Hukum Pesisir

Rancangbangun HukumRancang Bangun Hukum Pulau-Pulau Kecil Terluar

Sumber Daya Alam

Sosial Ekonomi

Rancang BangunHukumMenurut

Akademisi

Rancang BangunHukumMenurut

Penataan Batas Wilayah Negara

Rancang Bangun HukumMenurut

Strategi Perwilayaan

Rancang BangunHukumMenurut

Pemerintah

Rancang Bangun HukumMenurut

Budaya Lokal

Pendanaan Hukum

@Perikanan@Perkebunan

@Pendidikan@Transportasi@Adat-Istiadat@Pemasaran

@APBN@APBD@LOAN/GRANT

@Nasional@International

Kelembagaan

@Nasional@Daerahl

Page 53: Hukum Pesisir

80 85 86

87

92

1

2 6

7

10 13 16 17 18 21 22 23 31 32 33 34 35 36 38 39

78 77 76 7579 74 73 72 71 70 69 66 65 62 61 54 53 50 49 48 4664 63 44 41 40

20

19

9

827

26

25

30

29

28 373

4

588

89

52

51 4243

47 455568

67

82

83

81 12 1511

84

14

24

90

91

57

5658

60

59

Page 54: Hukum Pesisir

Jarak Tempuh Miangas – Marore /mil1mil laut =1.852km (Monaco 1929)

MIANGAS (Luas : 3.15 km2 –

Keliling : 6.327 m2)137 KK / 684 jiwa

MARORE(Luas : 3.12 km2 –

Keliling : 6.474 m2)135 KK / 669 jiwa

1 Manado(Ibukota Provinsi)

324 Manado(Ibukota Provinsi)

216

2 Melonguane (Ibukota Kabupaten)

185 Tahuna (Ibukota Kabupaten)

75

3 Bitung 276 Bitung 200

4 Davao (Filipina)

48 Balut (Filipina)

35

5 San Agustin/General Santos(Filipina)

50 Sarangani (Filipina)

39

6 Tahuna (Ibukota Kabupaten)

240 Melonguane (Ibukota Kabupaten)

60

Page 55: Hukum Pesisir

No Propinsi Jumlah Pulau

Nama Pulau

1 NAD 7 P. Simeulucut, P. Salaut Besar, P. Raya, P. Rusa, P. Benggala, P. Rondo, P. Parubuso

2 Sumatera Utara

3 P. Simuk, P. Wunga, P. Berhala

3 Riau 20 P. Sentut, P. Tokong Malang Biru, P. Damar, P. Mangkai, P. Tokong Nanas, P. Tokong Belayar, P. Tokongboro, P. Semiun, P. Sebetul, P. Sekatung, P. Senua, P. Subi Kecil, P. Kepala, P. Batumandi, P. Iyu Kecil, P. Karimun Kecil, P. Nipa, P. Pelampong, P. Batu Berhanti dan P. Nongsa

4 Sumatera Barat

2 P. Sibarubaru dan P. Sinyaunyau

5 Bengkulu 1 P. Mega

6 Lampung 1 P. Batu Kecil

7 Banten 1 P. Deli

8 Jabar 1 P. Manuk

9 Jateng 1 P. Nusakambangan

10 Jatim 3 P. Barung, P. Sekel dan P. Panehan

Ketersebaran 92 Pulau-Pulau Terluar di Indonesia menurut menurut Provinsi (Data Bakosurtanal 2008)

Page 56: Hukum Pesisir

11 NTB 2 P. Torodoro dan P. Sophialouisa

12 NTT 2 P. Dana dan P. Mangudu

13 Kaltim 2 P. Maratua, P. Sambit

14 Sulteng 3 P. Lingian, P. Salando, P. Dolangan

15 Sulawesi Utara 11 P. Laimpangi, P. Manterawu, P. Makalehi, P. Kawalusu, P. Kawio, P. Marore, P. Batu Bawaikang, P. Miangas, P. Marampit, P. Intata dan P. Kakarutan

16 Gorontalo 1 P. Bangkit

17 Maluku Utara 1 P. Jiew

18 Maluku 16 P. Ararkula, P. Karaweira, P. Panambulai, P. Kultubai Utara, P. Kultubai Selatan, P. Karang, P. Enu, P. Batugoyang, P. Larat, P. Asutubun, P. Selaru Timur, P. Selaru Barat, P. Batarkusu, P. Fursey, P. Masela dan P. Meatimiarang

19 Papua 10 P. Budd, P. Fani, P. Miossu, P. Fanildo, P. Bras, P. Bepondi, P. Liki, P. Kolepon, P. Laag dan P. Amarapya

Lanjutan

Page 57: Hukum Pesisir

No Propinsi Sulawesi Utara Luas

Ha

Negara yang

berbatasanTitik Dasar Titik Referensi Posisi Geografis

1 P Bangkit 0,5 Filipina TD.047 TD.047 01° 02' 52" U 123° 06' 45" T

2 P Manterawu /Mantehage 7 Filipina TD.049 TR.049 01° 45' 47" U 124° 43' 51" T

3 P Makalehi 6,5 Filipina TD.051A TR.051 02° 44' 15" U 125° 09' 28" T

4 P Kawalusu 1,00 Filipina TD.053A TR.053 04° 14' 06" U 125° 18' 59" T

5 P Kawio 0,9 Filipina TD.054 TR.054 04° 40' 16" U 125° 25' 41" T

6 P Marore 3,12 Filipina TD.055A TR.055 04° 44' 14" U 125° 28' 42" T

7 P Batubawaikang 0,9 Filipina TD.055B TR.055 04° 44' 46" U 125° 29' 24" T

8 P Miangas 3,15 Filipina TD.056 TR.056 05° 34' 02" U 126° 34' 54" T

9 P Marampit 12 Filipina TD.057A TR.057 04° 46' 18" U 127° 08' 32" T

10 P Intata 0,15 Filipina TD.058A TR.058 04° 38' 38" U 127° 09' 49" T

11 P Kakarutan 3,15 Filipina TD.058 TR.058 04° 37' 36" U 127° 09' 53" T

Page 58: Hukum Pesisir
Page 59: Hukum Pesisir

Pulau Miangas, Pulau Marore dan P. Batubawaikang

Page 60: Hukum Pesisir

Pulau Miangas

Page 61: Hukum Pesisir

Pulau Marore

Page 62: Hukum Pesisir
Page 63: Hukum Pesisir

Titik Dasar di Pulau Marore

Page 64: Hukum Pesisir

Titik Dasar di Pulau Miangas

Page 65: Hukum Pesisir
Page 66: Hukum Pesisir

Garis Pangkal Kepulauan

Page 67: Hukum Pesisir

Batas Laut 2 Negara

Page 68: Hukum Pesisir

Zona Maritim

Page 69: Hukum Pesisir

Illegal Fishing

Page 70: Hukum Pesisir

DEFENISI DAN PENGERTIAN WILAYAH PESISIR

‘Kawasan peralihan (interface area) antara ekosistem laut dan darat

BATAS KE ARAH DARAT:

1. Ekologis : kawasan daratan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses kelautan seperti pasang surut, interusi air laut, dll

2. Administratif : batas terluar sebelah hulu dari desa pantai atau jarak definitif secara arbiter (2 km, 20 km dst dari garis pantai)

3. Perencanaan : bergantung pada permasalahan atau substansi yang menjadi fokus pengelolaan wilayah pesisir, seperti :Pencemaran dan sedimentasi : suatu kawasan darat darat dimana dampak pencemaran dan sedimentasi bersumber:Mangrove : batas terluar dari kawasan hutan mangrove

Page 71: Hukum Pesisir

BATAS KE ARAH LAUT:

1. Ekologis : kawasan laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses di daratan (aliran air sungai, run off) atau dampak kegiatan manusia, seperti pencemaran, sedimen, atau kawasan laut yang merupakan paparan benua

2. Administratif : 4 mil, 12 mil, dst dari garis pantai ke arah laut

3. Perencanaan : bergantung pada permasalahan atau substansi yang menjadi fokus pengelolaan wilayah pesisir, seperti :Pencemaran dan sedimentasi : suatu kawasan laut yang dimasih dipengaruhi oleh pencemaran.Mangrove : kawasan laut yang masih mendapatkan pengaruh dari atribut ekologis mangrove seperti bahan organik dari mangrove

Page 72: Hukum Pesisir

Pulau adalah massa daratan yang seluruhnya dikelilingi oleh air yang tetap terekspose sekalipun pada saat air pasang.

Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecilatau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometerpersegi) beserta kesatuan Ekosistemnya

BATASAN DAN KARAKTERISTIK PULAU KECIL

Page 73: Hukum Pesisir

Sasaran – Alternatif Rancangbangun Hukum

Sasaran :1. Pilihan rancang bangun hukum dan pelaksanaannya

Alternatif :• Perundang-undangan

– Internasional– Nasional– regional

• Kearifan lokal, adat / tradisional

Page 74: Hukum Pesisir

Sasaran & Alternatif ke 2

Sasaran2. Pilihan pengelolaan pulau-pulau kecil

Alternatif• Pola konservasi• Pola adat istiadat• Pola usaha

Page 75: Hukum Pesisir

Sasaran & Alternatif ke 3

Sasaran : 3. Pilihan target pengelolaan sumberdaya

Alternatif :• Pasar lokal / nasional• Swadaya masyarakat• Investasi• Swakelola

Page 76: Hukum Pesisir

Sasaran & Alternatif ke 4

Sasaran4. Pilihan kelembagaan

Alternatif :• Pola konservasi• Pola pemberdayaan• Pola kemitraan

Page 77: Hukum Pesisir

Sasaran & Alternatif ke 5

Sasaran :5. Pilihan hukum

Alternatif• Kebijakan nasional• Kebijakan regional• Kebijakan sektoral • Adat kebiasaan/tradisional