isi laporan manajemen pesisir dan laut di pulau beras basah-bontang
-
Upload
mulawarman-university -
Category
Education
-
view
1.868 -
download
2
Transcript of isi laporan manajemen pesisir dan laut di pulau beras basah-bontang
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan daerah yang cukup penting di Indonesia.
Wilayah Indonesia sebagian besar didominasi oleh lautan, sehingga
sumberdaya alam yang terdapat di daerah pesisir di Indonesia juga melimpah,
karena di daerah pesisir terdapat lebih dari satu ekosistem. Menurut
Kusumastanto (2006), wilayah pesisir memiliki konsentrasi-konsentrasi
keunggulan wilayah yang tidak dimiliki wilayah lain, yaitu (1) keunggulan
sumberdaya alam misalnya mangrove, terumbu karang, dan padang lamun, (2)
karakteristik kultural yang khas dengan cirri egaliter, inward looking dan
dinamis, dan (3) adanya keterkaitan hubungan masyarakat dengan
sumberdaya wilayah pesisir
Kota Bontang merupakan salah satu kota di Kalimantan Timur yang
secara geografis terletak di daerah pesisir. Bontang memiliki wilayah laut
yang luas, yakni 70,29 persen dari luas Bontang. Menurut hasil survei Marine
Resources Evalua¬tion Project (MREP) pada 1995, diketahui bahwa sumber
pesisir dan laut di Kota Bontang meliputi: hutan mangrove sekitar 600 Ha;
padang lamuh 13.990.8 Ha; terumbu karang 8.744 Ha; dan rumput laut sekitar
16 Ha. Potensi tersebut dapat dikembangkan pembe¬rdayaan sumberdaya
alam yang akan menjadi salah satu sektor unggulan di Kota Bontang.
Kekayaan dari wilayah pesisirnya yang meliputi ekosistem mangrove, lamun
dan terumbu karang menjadikan sumber penghasilan untuk kota tersebut.
Ekosistem terumbu karang dapat dikatakan adalah salah satu daya
dukung sumberdaya yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan. Menurut
Adrianto et al. (2004), ekosistem terumbu karang memiliki fungsi ekologis
diantaranya: (1) nutrien bagi biota perairan laut, (2) pelindung fisik (dari
gelombang), (3) tempat pemijahan, (4) tempat bermain dan asuhan bagi biota
1
laut, sedangkan fungsi ekonomi sebagai habitat dari ikan karang, udang
karang, algae, teripang, dan kerang mutiara. Terumbu karang juga berfungsi
sebagai tujuan wisata dan penelitian. Kota Bontang merupakan salah satu
daerah yang memiliki ekosistem terumbu karang yang cukup luas, yaitu
sekitar 8.744 ha. Ekosistem terumbu karang tersebar hampir di seluruh bagian
pesisir dan pulau-pulau Kota Bontang yang pada umumnya berada dalam
radius 1,5 – 2 mil laut di posisi yang berhadapan dengan pabrik PT Pupuk
Kalimantan Timur dan PT Badak NGL. Lokasi ekosistem terumbu karang di
Perairan Kota Bontang terdapat di daerah Tanjung Sengkubur, Selangan,
Melahing, Pulau Agaragar, Tebok Batang, Kedindingan, Beras Basah,
Manuk-manukan, Karang Segajah, Karang Kiampau, dan Tihik-tihik
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan Kota Bontang, telah ditemukan jenis-jenis karang diantaranya
adalah karang keras (hard coral) dan karang lunak (soft coral). Hard coral
lebih dominan ditemukan daripada soft coral. Beberapa jenis hard coral yang
ditemukan yaitu Acropora, Montiphora, Euphylia, Plerogyra, Fungia,
Heliofungia, Caulastrea., Pectinia, Goniopora, Millepora.
Adanya vegetasi-vegetasi yang ada di kota bontang membuat
keindahan khususunya di perairan laut sehingga kota Bontang juga di jadikan
objek wisata, salah satu contohnya adalah pulau beras basah. Pulau beras
basah merupakan pulau yang menjadi sumber pendapatan warga bontang
tersebut. Sehingga perlu ada pengelolaan dan penjagaan terhadap pulau
terebut.
I.2 Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum ini adalah mengamati keadaan beserta
sebaran terumbu karang berdasarkan titik koordinatnya serta mengamati
kondisi ekologi beserta pengelolaanya wilayah pesisir di pulau beras basah-
Bontang .
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Deskripsi kota Bontang
Kota Bontang terletak 150 km di utara Samarinda. Dengan wilayah
yang relatif kecil dibandingkan kabupaten lainnya di Kalimantan Timur
(406,70 km²), Bontang memegang peranan yang cukup penting dalam
pembangunan Kaltim maupun nasional. Karena di kota yang berpenduduk
sekitar 110.000 jiwa ini, terdapat dua perusahaan raksasa internasional yaitu
PT Badak NGL di Bontang Selatan dan PT Pupuk Kaltim di Bontang Utara.
Kota Bontang secara administratif dikembangkan sebagai Daerah Otonom
Kota sejak tahun 1999, setelah sebelumnya berada dalam wilayah administrasi
Kabupaten Kutai Kertanegara. Letaknya tergolong strategis, pada poros jalan
Trans-Kalimantan serta dilalui jalur pelayaran Selat Makassar sehingga
menguntungkan dalam mendukung interaksi wilayah Kota Bontang dengan
wilayah luar Kota Bontang.
Gambar 1. Peta letak Bontang
3
jenis penggunaan lahan untuk wilayah daratan Kota Bontang
memperlihatkan pembagian guna lahan yang secara umum terdiri dari 3
jenis penggunaan: Hutan Lindung & Pertanian, Kawasan Industri, serta
Areal terbangun Perkotaan. Adapun penggunaan lahan wilayah daratan
Kota Bontang yagn mencakup areal seluas 147,80 km² terdiri dari :
1. Kawasan Hutan Lindung/TNK : 9.025 Ha (11,96%)
2. Kawasan PT Badak NGL.Co : 1.527 Ha (3,15%)
3. Kawasan PT.Pupuk Kaltim : 2.010 Ha (4,04%)
4. Areal efektif untuk pembangunan : 1.950 Ha (10,56%)
Orientasi Wilayah kota Bontang
Secara astronomis, Kota Bontang berada dalam posisi 117º 23' -
117 º 38' Bujur Timur, serta 0 º 01' - 0 º 14' Lintang Utara. Secara
administratif, Kota Bontang semula merupakan kota administratif dari
Kabupaten Kutai dan menjadi Daerah Otonomiberdasarkan UU No.47
tahun 1999 tentang pemekaran propinsi dan kabupaten, terbagi atas 2
Kecamatan, yaitu Bontang Utara dan Bontang Selatan. Untuk kecamatan
Bontang Utara terdiri dari 4 desa yaitu desa Lok Tuan, desa Bontang
Baru, desa Bontang Kuala dan desa Belimbing. Sedangkan untuk
kecamatan Bontang Selatan terdiri dari 5 desa yaitu desa Sekambing,
desa Brebaspantai, Desa Brebes Tengah, Desa Tanjung Laut dan desa
Satimpo. Adapun batasan wilayah administratif kota adalah sebagai
berikut:
1. Sebelah Utara : Kec. Sangatta - Kabupaten Kutai Timur
2. Sebelah Timur : Selat Makassar
3. Sebelah Selatan : Kec. Marangkayu - Kabupaten Kutai
Kertanegara
4. Sebelah Barat : Kec. Sangatta - Kabupaten Kutai Timur
4
Wilayah Kota Bontang didominasi oleh permukaan tanah yang datar,
landai, dan sedikit berbukit dengan ketinggian antara 0 - 106 m di atas
permukaan laut, dengan kemiringan lereng sebagian besar antara 2-40%
dengan luas 7.211 Ha. Mayoritas wilayah (48 %) menempati kawasan
pinggir pantai yang relatif datar, sehingga relief Kota Bontang terlihat
mendatar di wilayah pantai, dan bergerak membukit dan bergelombang
dari bagian Selatan ke arah Barat.
Kota Bontang diapit oleh hutan lindung di sebelah Barat dan Selatan, serta
Taman Nasional Kutai di sebelah Utara. Karenanya, tidak heran bila
penggunaan lahan untuk hutan belukar tergolong luas, mencapai 3.575 Ha.
atau sekitar 24 % dari luas wilayah daratan. Luas lahan pertanian di Kota
Bontang mencapai 5.400 Ha atau sekitar 36,5 % dari luas daratan, terdiri
dari lahan potensial yang belum dimanfaatkan sebesar 3.150 Ha, serta
lahan fungsional pertanian dan peternakan sebesar 2.250 Ha.
5
II.2 Deskripsi Perikanan dan Kelautan kota Bontang
Kota Bontang merupakan salah satu kota di Kalimantan Timur yang
secara geografis terletak di daerah pesisir. Kegiatan perikanan di kota
Bontang meliputi kegiatan penangkapan ikan di laut dan kegiatan ini
merupakan usaha perikanan yang paling dominan dilakukan oleh masyarakat
di kawasan pesisir, hal tersebut dikarenakan selain luas areal usaha yang tidak
terbatas juga karena jenis hasil tangkapan yang relatif beragam jumlahnya.
Selain penangkapan, kegiatan perikanan seperti budidaya juga banyak di
lakukan di kota bontang macam-macam kegiatan budidaya di kota bontang
meliputi usaha budidaya kolam dan budidaya laut/pantai, usaha budidaya
karamba dan tambak.
Banyak ekosistem terumbu karang di sepanjang perairan laut, terutama
terumbu karang tepi. Sedangkan eskosistem padang lamun dan hutan
mangrove berada di sekitar Pulau Melahing, Agar-agar Panjang dan karang
sengajah. komoditi unggulan dari laut berupa udang, kepiting, ikan kerapu,
udang lobster, ikan kakap bakau, kakap merah, putih, teripang, rumput laut,
dan tiram yang banyak dicari pasar luar negeri. Sedangkan ikan kerapu
banyak terdapat di sekitar Pulau Melahing dan Kerindingan. Udang dan
kepiting di perairan Tanjung Santan, hutan mangrove banyak dijumpai di
Tanjung Paukung, Nyerakat, Tanjung Laut, dan Teluk Sekambing.
2.3 Potensi Sumberdaya pesisir dan laut
1. Terumbu karang
Sebagian besar wilayah Indonesia adalah lautan, sehingga dengan
demikian secara alamiah bangsa Indonesia merupakan bangsa bahari. Hal ini
ditambah lagi dengan letak wilayah Indonesia yang strategis di wilayah tropis.
Hamparan laut yang luas merupakan suatu potensi bagi bangsa Indonesia
untuk mengembangkan sumberdaya laut yang memiliki keragaman baik
6
sumberdaya hayati maupun sumberdaya lainnya. Terumbu karang merupakan
ekosistem yang amat peka dan sensitif sekali. Jangankan dirusak, diambil
sebuah saja, maka rusaklah keutuhannya. Ini dikarenakan kehidupan di
terumbu karang didasari oleh hubungan saling tergantung antara ribuan
makhluk. Rantai makanan adalah salah satu dari bentuk hubungan tersebut.
Tidak cuma itu proses terciptanya pun tidak mudah. Terumbu karang
membutuhkan waktu berjuta tahun hingga dapat tercipta secara utuh dan
indah. Terumbu karang perairan Indonesia terbentuk sejak 450 tahun silam
(http:id.terumbukarang.org//Pulau_Rubiah).
Ekosistem terumbu karang terdapat di lingkungan perairan yang agak
dangkal, seperti paparan benua dan gugusan pulau-pulau di perairan tropis.
Untuk mencapai pertumbuhan maksimum, terumbu karang memerlukan
perairan yang jernih, dengan suhu perairan yang hangat, gerakan gelombang
yang besar dan sirkulasi air yang lancar serta terhindar dari proses
sedimentasi. Ekosistem terumbu karang memiliki kemampuan yang baik
dalam memperbaiki bagian yang rusak bila karakteristik habitat dari berbagi
macam formasi terumbu karang dan factor lingkungan yang mempengaruhi
terpelihara dengan baik. Seperti ekosistem lainnya, terumbu karang tidak
memerlukan campur tangan atau manipulasi langsung manusia untuk
kelangsungan hidupnya (Dahuri et al, 2004).
Terumbu karang di Perairan Kota Bontang memiliki kondisi yang
berbeda-beda. Daerah yang masih memiliki terumbu karang yang baik
berdasarkan indeks kematian karang adalah di daerah Melahing dengan indeks
12,35%. Badak-badak merupakan daerah yang memiliki terumbu karang yang
rusak karena indeks kematian karang tertinggi yaitu sebesar 89,25%. Menurut
hasil survei Marine Resources Evalua¬tion Project (MREP) pada 1995
potensi terumbu karang di kota Bontang seluas 8.744 Ha.
7
2. Mangrove
merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, umumnya tumbuh pada
daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat aliran air, dan
terlindung dari gelombang besar banyak ditemukan di pantai-pantai teluk
yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung. Mangrove
mempunyai beberapa fungsi ekologi diantara nya :
1. Aspek fisik
a. Menyusun mekanisme hubungan antar komponen dalam ekosistem
mangrove/ekosistem lain (padang lamun, terumbu karang)
b. Pelindung pantai
c. Pengendali banjir
2. Aspek kimia
a. Penyerap bahan pencemar
b. Sumber energi bagi biota laut
c. Suplai bahan organik dalam lingkungan perairan
3. Aspek biologi
Menjaga kestabilan produktivitas dan ketersediaan sumberdaya hayati di
perairan
Lebih dari 70 macam produk langsung dan tak langsung mangrove
yang dimanfaatkan manusia (Saenger et.al, 1983) selain itu mangrove juga
memiliki nilai estetika sebagai wahana wisata alam. Di kota bontang potensi
mangrove seluas 600 Ha
3. Lamun
Lamun (sea grass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga yang
hidup terendam di dalam laut, vegetasi ini umumnya membentuk padang
lamun yang luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya
matahari yang memadai bagi pertumbuhannya, lamun hidup di perairan yang
dangkal dan jernih, dengan sirkulasi air yang baik. Hampir semua tipe substrat
8
dapat ditumbuhi lamun, mulai dari substrat berlumpur sampai berbatu.
merupakan ekosistem yang tinggi produktivitas organiknya, dimana hidup
beraneka ragam biota laut seperti ikan, krustasea, moluska, dan cacing.
Fungsi padang lamun secara ekologis, yaitu :
1. Produsen detritus dan zat hara.
2. Mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan sistem
perakaran yang padat dan saling menyilang.
3. Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah
bagi beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di
lingkungan ini.
4. Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari
sengatan matahari.
II.3 Kendala dan Tantangan Sumberdaya pesisir dan laut
Banyaknya pertambahan manusia dan pola pikirnya yang ingin
meningkatkan derajat hidupnya maka manusia melakukan berbagai kegiatan
pembangunan dari segi social maupun ekonomi. Adanya kegiatan
pembangunan yang dibuat oleh manusia seperti perindutsrian di kawasan
pesisir, serta kegiatan wisata diwilayah pesisir cenderung menjadikan tekanan
ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut itu semakin
meningkat, hal ini tentu dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan
ekosistem dan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang ada
disekitarnya.
Banyaknya pembangunan di kawasan pesisir tanpa menggunakan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan menjadikan factor yang sangat
berpengaruh terhadap rusaknya ekosistem pesisir dan pantai. Banyak
pembangunan yang bersifat ekstratif serta dominasi kepentingan ekonomi
pusat lebih diutamakan daripada ekonomi masyarakat setempat (pesisir).
9
Seharusnya pembangunan di kawasn pesisir lebih bersifat partisipatif,
transparan, dapat dipertanggung-jawabkan (accountable), efektif dan efisien,
pemerataan serta mendukung supremasi hukum.
Kurangnya perhatian akan masyarakat pesisir juga akan memberikan
dampak pada bagaimana masyarakat pesisir mengelola wilayah pesisir yang
menjadi tempat tinggal masyarakat tersebut. Daerah pesisir di Indonesia yang
kebanyakan ditinggali oleh para nelayan, merupakan daerah yang belum
sepenuhnya digali potensinya, hal ini berkaitan dengan para nelayan itu
sendiri sekedar memanfaatkan hasil dari laut berupa ikan, rumput laut,
terumbu karang, lamun, dan sebagainya hanya untuk memenuhi kebutuhan
harian mereka. Sehingga secara garis besar, potensi pesisir yang diberdayakan
oleh para masyarakat sekitar hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan
harian untuk hidup mereka.
Sedangkan pemanfaatan potensi daerah pesisir secara besar-besaran
untuk mendapatkan keuntungan secara ekonomis dalam rangkan
peningkatan pertumbuhan perekonomian rakyat belum banyak dilakukan.
Pemanfaatan pesisir untuk usaha ekonomi dalam skala besar baru dilakukan
pada sebagian Kabupaten dan Kota yang berada di daerah pesisir. Pada
umumnya usaha ekonomi pemanfaatan daerah pesisir ini bergerak disektor
pariwisata dan sudah mempunyai kesadaran yang lebih dibandingkan dengan
daerah lain yang belum mempunyai pengolahan seperti ini.
Mengingat kewenangan daerah untuk melakukan pengelolaan bidang
kelautan yang termasuk juga daerah pesisir masih merupakan kewenangan
baru bagi daerah maka pemanfaatan potensi daerah pesisir ini belum
sepenuhnya dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten atau kota yang berada di
pesisir. Jadi belum semua Kabupaten dan Kota yang memanfaatkan potensi
daerah pesisir.
10
Banyak akan kekayaan alam Indonesia dari segi wilayah pesisr, seperti
terumbu karang, lamun, mangrove dll. Namun kekayaan tersebut mengalami
penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya pesisir dan laut, sehingga
banyak terumbu karang dan hutan mangrove terdegradasi karena ulah tangan
manusia.
11
III. METODOLOGI
III.1 Metode
a. waktu dan tempat praktikum
praktikum manajemen sumberdaya perairan di laksanakan pada hari
sabtu tanggal 21 Desember 2013 di pulau beras basah, bontang-kalimantan
timur.
b. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum kali ini adalah alat
tulis, snorkel, sepasang fin, GPS, lab jaket, dan kamera.
Metode yang di gunakan dalam survey terumbu karang yaitu melalui analisis
visual dan penggunaan GPS untuk menentukan titik koordinatnya.
III.2 Prosedur peninjauan survey lokasi
Survey terumbu karang dan ekologi pesisir diberas basah. Untuk survey
terumbu karang prosedur peninjauan survey sebagai berikut :
1. Persiapan alat menyelam ( senorkel, sepasang fin, lab jaket, GPS)
2. Menggunakan GPS untuk penentuan survey terumbu karang, yang
pertama adalah set up receiver
3. Pengukuran dan pengambilan posisi di lapangan yang terbuka
4. Processing data hasil pengukuran
5. Dokumentasi
III.3 Analisis Survey
Analisis survey abdalah terumbu karang beserta ekosistem beras basah
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
No Lokasi Titik koordinat
1 Perbatasan lamun dan pasir 00o 03’ 52”
117o 33’ 29”
2 Perbatasan lamun dan pasir 00o 03’ 54.9”
117o 33’ 29.8
3 Palung potensi teripang 00o 03’ 55.3”
117o 33’ 30.2”
4 Perbatasan media transplantasi karang 00o 03’ 56.2”
117o 33’ 30.7”
5 Perbatasan terumbu karang 00o 03’ 56.6”
117o 33’ 32.2”
6 Perbatasan terumbu karang 00o 03’ 56.2”
117o 33’ 34.5”
Table 2. hasil titik koodinat pengamatan terumbu karang di pulau beras basah
13
No Parameter Kesesuaian
1 Kedalaman dasar perairan
2 Materi dasar perairan
3 Kecepatan arus (m/det)
4 Kecerahan (%)
5 Tipe pantai
6 Penutupan lahan pantai
7 Ketersediaan air tawar
8 Kecerahan perairan
Table 3. kesesuain kondisi pulau beras basah sebagai tempat wisata
IV.2 Pembahasan
IV.2.1 potensi sumberdaya pesisir dan laut
1. Terumbu karang
Ekosistem terumbu karang dapat dikatakan adalah salah satu daya dukung
sumberdaya yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan. Menurut Adrianto et al.
(2004), ekosistem terumbu karang memiliki fungsi ekologis diantaranya: (1)
nutrien bagi biota perairan laut, (2) pelindung fisik (dari gelombang), (3) tempat
pemijahan, (4) tempat bermain dan asuhan bagi biota laut, sedangkan fungsi
ekonomi sebagai habitat dari ikan karang, udang karang, algae, teripang, dan
kerang mutiara. Terumbu karang juga berfungsi sebagai tujuan wisata dan
penelitian. Kota Bontang merupakan salah satu daerah yang memiliki ekosistem
terumbu karang yang cukup luas, yaitu sekitar 8.744 ha.
14
Ekosistem terumbu karang tersebar hampir di seluruh bagian pesisir dan
pulau-pulau Kota Bontang yang pada umumnya berada dalam radius 1,5 – 2 mil
laut di posisi yang berhadapan dengan pabrik PT Pupuk Kalimantan Timur dan
PT Badak NGL. Lokasi ekosistem terumbu karang di Perairan Kota Bontang
terdapat di daerah Tanjung Sengkubur, Selangan, Melahing, Pulau Agaragar,
Tebok Batang, Kedindingan, Beras Basah Manuk-manukan, Karang Segajah,
Karang Kiampau, dan Tihik-tihik Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan
oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bontang, telah ditemukan jenis-jenis
karang diantaranya adalah karang keras (hard coral) dan karang lunak (soft
coral). Hard coral lebih dominan ditemukan daripada soft coral. Beberapa jenis
hard coral yang ditemukan yaitu Acropora, Montiphora, Euphylia, Plerogyra,
Fungia, Heliofungia, Caulastrea., Pectinia, Goniopora, Millepora.
V. Mangrove
merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, umumnya tumbuh pada
daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat aliran air, dan
terlindung dari gelombang besar banyak ditemukan di pantai-pantai teluk
yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung. Mangrove
mempunyai beberapa fungsi ekologi diantara nya :
V.1.1 Aspek fisik
1.Menyusun mekanisme hubungan antar komponen dalam ekosistem
mangrove/ekosistem lain (padang lamun, terumbu karang)
2. Pelindung pantai
3. Pengendali banjir
b. Aspek kimia
1. Penyerap bahan pencemar
2. Sumber energi bagi biota laut
3. Suplai bahan organik dalam lingkungan perairan
c. Aspek biologi
15
Menjaga kestabilan produktivitas dan ketersediaan sumberdaya hayati
di perairan
Lebih dari 70 macam produk langsung dan tak langsung mangrove
yang dimanfaatkan manusia (Saenger et.al, 1983) selain itu mangrove juga
memiliki nilai estetika sebagai wahana wisata alam. Di kota bontang potensi
mangrove seluas 600 Ha
4. Lamun
Lamun (sea grass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga yang
hidup terendam di dalam laut, vegetasi ini umumnya membentuk padang
lamun yang luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya
matahari yang memadai bagi pertumbuhannya, lamun hidup di perairan yang
dangkal dan jernih, dengan sirkulasi air yang baik. Hampir semua tipe substrat
dapat ditumbuhi lamun, mulai dari substrat berlumpur sampai berbatu.
merupakan ekosistem yang tinggi produktivitas organiknya, dimana hidup
beraneka ragam biota laut seperti ikan, krustasea, moluska, dan cacing. Di
bontang potensi kekayaan lamun sebesar padang lamun 13.990.8 Ha;
Fungsi padang lamun secara ekologis, yaitu :
a. Produsen detritus dan zat hara.
b. Mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak,
dengan sistem perakaran yang padat dan saling menyilang.
c. Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar,
dan memijah bagi beberapa jenis biota laut, terutama yang
melewati masa dewasanya di lingkungan ini.
d. Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni
padang lamun dari sengatan matahari.
16
V.1.2 Tabel kendala dan tantangan sumberdaya pesisr dan laut
No Kendala Tantangan
1 Pertambahan penduduk yang terus-
menerus
Meningkatnya pembangunan
secara pesat di wilayah pesisir
2 adanya pembangunan yang pesat di
wilayah pesisir
Tekanan ekologis terhadap
sumberdaya pesisir dan laut
semakin meningkat
3 Praktek pembangunan yang belum
sesuai dengan prinsip pembangunan
berkelanjuatan
Kerusakan lingkungan pesisir
dan laut
4 Ekonomi pusat lebih di utamakan
daripada ekonomi masyarakat pesisir
Kurangnya pertanggung
jawaban di wilayah pesisir
5 Kurangnya perhatian terhadap
masyarakat pesisir
Masyarakat pesisir tidak
mengetahui arti penting
pengelolaan pesisir.
Table 4. kendala dan tantangan sumberdaya pesisir dan laut
V.1.3 pengelolaan pesisir dan laut berbasis masyarakat
Pengelolaan Berbasis Masyarakat atau biasa disebut Community Based
Management (CBM) menurut Nikijuluw (1994) merupakan salah satu
17
pendekatan pengelolaan sumberdaya alam, misalnya perikanan, yang meletakkan
pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar
pengelolaannya.
Di Indonesia Pengelolaan Sumberdaya berbasis Masyarakat sebenarnya
telah di tetapkan dalam Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 yang menyebutkan
bahwa bumi da air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Ketentuan tersebut secara tegas menginginkan agar pelaksanaan penguasaan
negara atas sumberdaya alam khususnya sumberdaya pesisir dan lautan
diarahkan kepada tercapainya manfaat yang sebesarbesarnya bagi kemakmuran
rakyat banyak, dan juga harus mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan
sekaligus memperbaiki kehidupan masyarakat pesisir serta memajukan desa-desa
pantai. Atas dasar tersebut dan dengan adanya kebijakan pemerintah Republik
Indonesia tentang Otonomi Daerah dan desentralisasi dalam pengelolaan
sumberdaya wilayah pesisir dan lautan, maka sudah semestinya bila pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya pesisir secara langsung melibatkan partisipasi
masyarakat lokal baik dalam perencanaan, implementasi, monitoring dan
evaluasi, sehingga mampu menjamin kesejahteraan dan kelangsungan hidup
masyarakat lokal serta kelestarian pemanfaatan sumberdaya pesisir tersebut.
Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat dengan Mengupayakan
Pengembangan Masyarakat Pantai.
Strategi pengembangan masyarakat pantai dapat dilakukan melalui dua
pendekatan yaitu, yang bersifat struktural dan non struktural. Pendekatan
structural adalah pendekatan makro yang menekankan pada penataan sistem dan
struktur social politik. Pendekatan ini mengutamakan peranan instansi yang
berwewenang atau organisasi yang dibentuk untuk pengelolaan pesisir laut.
Dalam hal ini peranan masyarakat sangat penting tetapi akan kurang kuat karena
18
aspek struktural biasanya lebih efektif bila dilakukan oleh pihak-pihak yang
mempunyai kewenangan, paling tidak pada tahap awal.
VI. KESIMPULAN
Wilayah pesisir merupakan daerah yang cukup penting di Indonesia.
Wilayah Indonesia sebagian besar didominasi oleh lautan, sehingga sumberdaya
alam yang terdapat di daerah pesisir di Indonesia juga melimpah, karena di
daerah pesisir terdapat lebih dari satu ekosistem
Terumbu karang merupakan salah satu daya dukung sumberdaya yang
terdapat di wilayah pesisir dan lautan. hidup di lingkungan perairan yang agak
dangkal, seperti paparan benua dan gugusan pulau-pulau di perairan tropis.
Pengelolaan wilayah pesisir harus dilaksanakan mengingat pentingnya
fungsi ekologi pesisir yang sangat berpengaruh terhadap lingkungan, ekonomi
wilayah pesisir tersebut.
19