Laporan Perkerasan Jalan ITS Kel 4 2013 BT
-
Upload
dany-nur-w -
Category
Documents
-
view
171 -
download
40
description
Transcript of Laporan Perkerasan Jalan ITS Kel 4 2013 BT
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 1
Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 2
1.2 Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 PENGUJIAN AGREGAT ................................................................................................ 3
2.1.1 Analisa Saringan Aggregat Halus Dan Kasar ............................................................ 3
2.1.2 Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus ...................................................... 20
2.1.3 Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Kasar ...................................................... 24
2.1.4 Keausan Aggregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles .......................................... 27
2.2.Pengujian Aspal.............................................................................................................. 31
2.2.1 Penetrasi Bahan Bitumen ......................................................................................... 31
2.2.2 Kehilangan Berat ..................................................................................................... 35
2.2.3 Titik Nyala Dan Titik Bakar .................................................................................... 37
2.2.4 Titik Lembek ........................................................................................................... 40
2.2.5 Berat Jenis Aspal ..................................................................................................... 43
2.2.6 Job Mix Formula ..................................................................................................... 46
2.2.7 Pemeriksaan Campuran Aspal Dengan Alat Marshall ............................................ 48
2.2.8 Tes Marshall ............................................................................................................ 53
3. PENUTUP............................................................................................................................ 54
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 54
3.2 Saran ............................................................................................................................... 54
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran jalan pada saat ini sangat penting karena merupakan prasarana infrastrukstur
yang menyangkut kehidupan masyarakat banyak. Jalan menghubungkan satu tempat dengan
tempat yang lainnya guna menunjang ekonomi, keamanan, dan segala aspek kehidupan
daerah tersebut. Apabila jalan yang merupakan penghubung antar daerah mengalami
kerusakan akibatnya akan menghambat kegiatan-kegiatan pada daerah tersebut. Oleh
karenanya diperlukan quality control terhadap material perkerasan jalan sebelum jalan
tersebut dibuat. Hal ini dimaksudkan agar jalan yang akan dibuat tahan lebih dari umur
rencana.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui kadar aspal optimum dari spesifikasi AC
2. Mengatahui quality control terhadap agregat dan aspal dari spesifikasi AC
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGUJIAN AGREGAT
2.1.1 Analisa Saringan Aggregat Halus Dan Kasar
2.1.1.1 Tujuan
Tujuan umum
Dapat mengetahui dan memahami gradasi aggregat
Tujuan khusus
1. Mampu menggunakan peralatan sesuai fungsinya
2. Mampu melakukan perhitungan persentase aggregat
3. Dapat menggambar grafik distribusi aggregat
4. Dapat mengetahui distribusi besaran atau jumlah persentase butiran baik aggregat
halus maupun aggregat kasar
2.1.1.2 Dasar Teori
Berdasarkan ASTM 1974, aggregat didefinisikan sebagai bahan yang terdiri dari
mineral padat berupa massa dalam ukuran besar ataupun berupa butiran. Analisa
Saringan Aggregat adalah penentuan persentase berat butiran aggregat yang lolos dari
satu set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik pembagian
butir. Dari analisa saringan, kemudian dapat menentukan ukuran butiran/gradasi dari
aggregate. Gradasi aggregat menurut ASTM dibedakan atas :
1. Gradasi seragam (uniform graded)
2. Gradasi rapat (dense graded)
3. Gradasi buruk (poorly graded)
Sedangkan menurut BS (British Standart), gradasi agregat dibedakan atas :
1. Zone 1, tergolong agregrat bergradasi baik
2. Zone 2, tergolong agregrat bergardasi agak baik
3. Zone 3, tergolong agregat bergradasi agak buruk
4. Zone 4, tergolong agregat bergradasi buruk
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 4
Rumus yang digunakan dalam analisa saringan adalah sebagai berikut :
Menghitung prosentase berat yang hilang
.(1) . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100%
1W
) 2
W-1
W( hilang yangberat %
Keterangan :
W1 = Berat agregat sebelum penyaringan
W2 = Berat agregat setelah penyaringan
Menghitung modulus kehalusan
(2) . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100
ahanberat tert % (FM)Kehalusan Modulus
2.1.1.3 PERALATAN & BAHAN
1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji
2. satu set saringan : 25 mm (1″); 19,1 mm (3/4″); 12,54 mm (1/2”); 9,5 mm (3/8″); No.
4 (4,75 mm); No. 8 (2,36 mm); No. 30 (0,600 mm); No. 50 (0,30mm); No. 100 (0,150
mm); No. 200 (0.075 mm).
3. Mesin pengguncang saringan
4. Talam-talam
5. Agregat kasar 3000 gram
6. Agregat sedang 2500 gram
7. Agregat halus 1500 gram
2.1.1.4 LANGKAH KERJA
1. Siapkan semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan
2. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas
3. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 5 menit
4. Setelah itu timbang agregat yang masih tertinggal pada tiap-tiap saringan
5. Lakukan langkah 1-4 untuk agregat halus, sedang, dan kasar
6. Kemudian bersihkan alat
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 5
2.1.1.5 DATA HASIL PRAKTIKUM
Hasil Pengujian aggregat halus :
Tabel 1 Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus
No Saringan Berat
Tertahan (gram)
Jumlah Berat Tertahan (gram)
Jumlah %
Tertahan
Jumlah % Lolos
1 2 3 4 5 6
1 1" 0,00 0,00 0,00 100,00
2 3/4" 0,00 0,00 0,00 100,00
3 1/2" 0,00 0,00 0,00 100,00
4 3/8" 0,00 0,00 0,00 100,00
5 No.4 0,00 0,00 0,00 100,00
6 No.8 136,96 136,96 10,75 89,25
7 No.30 446,03 582,98 45,76 54,24
8 No.50 159,00 741,98 58,24 41,76
9 No.100 10,96 752,93 59,10 40,90
10 No.200 254,04 1006,97 79,04 20,96
11 Pan 267,03 1274,00 100,00 0,00
Jumlah 1274,00 - 352,89 -
Berat agregat sebelum dilakukan penyaringan (W1) = 1274 gram
Berat agregat setelah dilakukan penyaringan (W2) = 1262 gram
Contoh perhitungan tabel 1.1 :
1. Perhitungan jumlah berat tertahan (kolom 4)
- Saringan No.8 = Jumlah berat tertahan saringan No.4 + Berat tertahan
saringan No.8
= (0 + 136,96) gram
= 136,96 gram
- Saringan No.30 = Jumlah Berat tertahan saringan No.8 + Berat tertahan
saringan No.30
= (136,96+ 446,03) gram
= 582,98 gram
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 6
- Saringan No.50 = Jumlah berat tertahan saringan No.30 + Berat tertahan
saringan No.50
= (582,98 + 159,00) gram
= 741,98 gram
- Saringan No.100 = Jumlah berat tertahan saringan No.80 + Berat tertahan
saringan No.100
= (741,98 + 10,96) gram
= 752,93 gram
- Saringan No.200 = Jumlah berat tertahan saringan No.100 + Berat tertahan
saringan No.200
= (752,93 + 254,04) gram
= 1006,97 gram
- Saringan Pan = Jumlah berat tertahan saringan No.200 + Berat tertahan
saringan Pan
= (1006,97 + 267,03) gram
= 1274 gram
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 7
100% gram 2741
gram 136,96
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
100% ram1274
gram 741,98
g
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
100% gram 2741
gram 752,93
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
100% gram 2741
gram 1006,97
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
100% gram 2741
1274gram
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
100% gram 2741
gram 582,98
2. Perhitungan jumlah % tertahan (kolom 5)
-Pada saringan No.8 =
=
= 10,75 %
- Pada saringan No.30 =
=
= 45,76 %
- Pada saringan No.50 =
=
= 58,24 %
- Pada saringan No.100 =
=
= 59,10 %
- Pada saringan No.200 =
=
= 94 %
- Pada saringan Pan =
=
= 100 %
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 8
3. Perhitungan jumlah % lolos (kolom 6)
- Pada saringan No.8 = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan No.8
= 100 % - 10,75 %
= 89,25 %
- Pada saringan No.30 = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan No.30
= 100 % - 45,76 %
= 54,24 %
- Pada saringan No.80 = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan No.80
= 100 % - 58,24 %
= 41,76 %
- Pada saringan No.100 = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan No.100
= 100 % - 59,10 %
= 40,90 %
- Pada saringan No.200 = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan No.200
= 100 % - 79,04 %
= 20,96 %
- Pada saringan Pan = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan Pan
= 100 % - 100 %
= 0 %
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 9
Hasil Pengujian aggregat sedang :
Tabel 2 Pengujian Analisa Saringan Agregat Sedang
No Saringan Berat
Tertahan (gram)
Jumlah Berat Tertahan (gram)
Jumlah %
Tertahan
Jumlah % Lolos
1 2 3 4 5 6
1 1" 0,000 0,000 0,00 100,00
2 3/4" 0,000 0,000 0,00 100,00
3 1/2" 0,000 0,000 0,00 100,00
4 3/8" 105,340 105,340 4,60 95,40
5 No.4 1123,703 1229,043 53,67 46,33
6 No.8 961,113 2190,156 95,64 4,36
7 No.30 62,059 2252,215 98,35 1,65
8 No.50 0,687 2252,902 98,38 1,62
9 No.100 3,206 2256,108 98,52 1,48
10 No.200 0,916 2257,024 98,56 1,44
11 Pan 32,976 2290,000 100,00 0,00
Jumlah 2290,000 - 647,72 -
Berat agregat sebelum dilakukan penyaringan (W1) = 2290 = gram
Berat agregat setelah dilakukan penyaringan (W2) = 2273 = gram
Contoh perhitungan tabel 1.2 :
1. Perhitungan jumlah berat tertahan (kolom 4)
- Saringan 3/8” = Jumlah berat tertahan saringan 1/2" + Berat tertahan
saringan 3/8”
= (0 + 105,34) gram
= 105,34 gram
- Saringan No.4 = Jumlah berat tertahan saringan 3/8” + Berat tertahan
saringan No.4
= (105,34 + 1123,70) gram
= 1229,04 gram
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 10
- Saringan No.8 = Jumlah berat tertahan saringan No.4 + Berat tertahan
saringan No.8
= (1229,04 + 961,11) gram
= 2190,16 gram
- Saringan No.30 = Jumlah Berat tertahan saringan No.8 + Berat tertahan
saringan No.30
= (2190,16 + 62,06) gram
= 2252,22 gram
- Saringan No.80 = Jumlah berat tertahan saringan No.30 + Berat tertahan
saringan No.80
= (2252,22 + 0,69) gram
= 2252,90 gram
- Saringan No.100 = Jumlah berat tertahan saringan No.80 + Berat tertahan
saringan No.100
= (2252,90 + 3,21) gram
= 2256,11 gram
- Saringan No.200 = Jumlah berat tertahan saringan No.100 + Berat tertahan
saringan No.200
= (2256,11 + 0,92) gram
= 2257,02 gram
- Saringan Pan = Jumlah berat tertahan saringan No.200 + Berat tertahan
saringan pan
= (2257,02 + 32,98) gram
= 2290 gram
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 11
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
100% gram2290
gram 105,34
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
100% gram2290
gram 1229,04
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
100% gram2290
gram 2190,16
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
100% gram2290
gram 2252,22
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
100% gram2290
gram 2252,90
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
100% gram2290
gram 2256,11
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
2. Perhitungan jumlah % tertahan (kolom 5)
- Pada saringan 3/8” =
=
= 4,60 %
- Pada saringan No.4 =
=
= 53,296 %
- Pada saringan No.8 =
=
= 95,64 %
- Pada saringan No.30 =
=
= 98,35 %
- Pada saringan No.50 =
=
= 98,38 %
- Pada saringan No.100 =
=
= 98,52 %
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 12
100% gram2290
gram 2257,02
100% gram2290
gram 2290
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
- Pada saringan No.200 =
=
= 98,56 %
- Pada saringan Pan =
=
= 100 %
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 13
3. Perhitungan jumlah % lolos (kolom 6)
- Pada saringan 3/8” = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan 3/8”
= 100 % - 4,60 %
= 95,40 %
- Pada saringan No.4 = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan No.4
= 100 % - 53,67 %
= 46,33 %
- Pada saringan No.8 = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan No.8
= 100 % - 95,64 %
= 4,36 %
- Pada saringan No.30 = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan No.30
= 100 % - 98,35 %
= 1,65 %
- Pada saringan No.80 = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan No.80
= 100 % - 98,38 %
= 1,62 %
- Pada saringan No.100 = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan No.100
= 100 % - 98,52%
= 1,48 %
- Pada saringan No.200 = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan No.200
= 100 % - 99,8%
= 1,44 %
- Pada saringan Pan = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan Pan
= 100 % - 100 %
= 0 %
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 14
Hasil Pengujian aggregat kasar :
Tabel 3 Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar
No Saringan Berat
Tertahan (gram)
Jumlah Berat Tertahan (gram)
Jumlah %
Tertahan
Jumlah % Lolos
1 2 3 4 5 6
1 1" 0,000 0,000 0,00 100,00
2 3/4" 0,000 0,000 0,00 100,00
3 1/2" 24,854 24,854 0,82 99,18
4 3/8" 2045,016 2069,870 68,29 31,71
5 No.4 507,086 2576,956 85,02 14,98
6 No.8 407,063 2984,020 98,45 1,55
7 No.30 16,974 3000,993 99,01 0,99
8 No.50 0,909 3001,902 99,04 0,96
9 No.100 0,000 3001,902 99,04 0,96
10 No.200 1,212 3003,115 99,08 0,92
11 Pan 27,885 3031,000 100,00 0,00
Jumlah 3031 - 748,75 -
Berat agregat sebelum dilakukan penyaringan (W1) = 3031 gram
Berat agregat setelah dilakukan penyaringan (W2) = 3022 gram
Contoh perhitungan tabel 1.3 :
1. Perhitungan jumlah berat tertahan (kolom 4)
- Saringan 1/2" = Jumlah berat tertahan saringan 3/4” + Berat tertahan
saringan 1/2"
= (0 + 24,85) gram
= 24,85 gram
- Saringan 3/8” = Jumlah berat tertahan saringan 1/2" + Berat tertahan
saringan 3/8”
= (24,85 + 2045,02) gram
= 2069,87 gram
- Saringan No.4 = Jumlah Berat tertahan saringan 3/8” + Berat tertahan
saringan No.4
= (2069,87 + 507,09) gram
= 2576,96 gram
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 15
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
100% gram3031
gram 24,85
100% gram3031
gram 2069,87
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
- Saringan No.8 = Jumlah berat tertahan saringan No.4 + Berat tertahan
saringan No.8
= (2576,96 + 407,06) gram
= 2984,02 gram
- Saringan No.30 = Jumlah berat tertahan saringan No.8 + Berat tertahan
saringan No.30
= (2984,02 + 16,97) gram
= 3000,99 gram
- Saringan No.50 = Jumlah berat tertahan saringan No. 30 + Berat tertahan
saringan No.50
= (3000,99 + 0,91) gram
= 3001,90 gram
- Saringan No.200 = Jumlah berat tertahan saringan No. 100+ Berat tertahan
saringan No.200
= (3001,90 + 1,21) gram
= 3003,11gram
- Saringan Pan = Jumlah berat tertahan saringan No. 200+ Berat tertahan
saringan pan
= (3003,11 + 27,89) gram
= 3031 gram
2. Perhitungan jumlah % tertahan (kolom 5)
- Pada saringan 1/2" =
=
= 0,82 %
- Pada saringan 3/8” =
=
= 68,29 %
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 16
100% gram3031
gram 2576,96
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
100% gram3031
gram 2984,02
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
100% gram3031
gram 3000,99
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
100% gram3031
gram 3000,99
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
100% gram3031
gram 3003,11
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
100% gram3031
gram 3031
100% TertahanBerat Jumlah
TertahanBerat Jumlah
- Pada saringan No.4 =
=
= 85,02 %
- Pada saringan No.8 =
=
= 98,45 %
- Pada saringan No.30 =
=
= 99,01 %
- Pada saringan No.50 =
=
= 99,04 %
- Pada saringan No.200 =
=
= 99,08 %
- Pada saringan Pan =
=
= 100 %
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 17
3. Perhitungan jumlah % lolos (kolom 6)
- Pada saringan 1/2" = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan 1/2"
= 100 % - 0,82 %
= 99,18 %
- Pada saringan 3/8” = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan 3/8”
= 100 % - 68,29 %
= 31,71 %
- Pada saringan No.4 = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan No.4
= 100 % - 85,02 %
= 14,98 %
- Pada saringan No.8 = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan No.8
= 100 % - 98,45 %
= 1,55 %
- Pada saringan No.30 = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan No.30
= 100 % - 99,01 %
= 0,99 %
- Pada saringan No.50 = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan No.80
= 100 % - 99,04 %
= 0,96 %
- Pada saringan No.200 = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan No.200
= 100 % - 99,08%
= 0,92 %
- Pada saringan Pan = 100 % - Jumlah % Tertahan pada Saringan Pan
= 100 % - 100 %
= 0 %
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 18
2.1.1.6 Hasil Praktikum
Aggregat halus :
% 0,94 100% 1274
1262) - 1274 ( hilang yangberat %
100
ahanberat tert %(FM) Modulus Finess
3,53 100
%89,352
Aggregat sedang :
% 0,74 100% 2290
) 2273 - 2290 ( hilang yangberat %
100
ahanberat tert %(FM) Modulus Finess
6,48 100
%72,647
Aggregat kasar :
0,30% 100% 3031
3022) -3031 ( hilang yangberat %
100
ahanberat tert %(FM) Modulus Finess
7,49 100
%75,748
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 19
2.1.1.7 Kesimpulan
1. Dalam proses penyaringan agregat terjadi pengurangan berat, hal ini disebabkan
karena pada saat penggetaran dengan vibrator butiran – butiran yang terkecil bisa
keluar dari ayakan dan mudah tertiup oleh angin selain itu juga ada yang masih
tertinggal pada ayakan.
2. Syarat Mutu agregat menurut SK SNI S-04-1989-F, agregat halus harus mempunyai
modulus kehalusan (FM) antara 1,5-3,8. Sedangkan agregat kasar harus mempunyai
modulus kehalusan antara 6-8. Jadi, agregat yang digunakan baik halus maupun kasar
sudah memenuhi syarat.
3. Menurut BS (British Standart), syarat gradasi agregat halus adalah sebagai berikut :
Tabel 4 Syarat Gradasi Agregat Halus
Lubang Ayakan Persen Berat Butir Yang Lewat Ayakan
(mm) Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4
10 100 100 100 100
4,8 95-100 90-100 90-100 90-100
2,4 95-100 85-100 75-100 60-95
1,2 90-100 75-100 55-90 30-70
0,6 80-100 60-79 35-59 15-34
0,3 15-50 12-40 8-30 5-20
0,15 0-15 0-10 0-10 0-10
Jadi dapat disimpulkan bahwa, Agregat halus yang digunakan tergolong Zone 3
4. Menurut BS (British Standart), syarat gradasi agregat kasar adalah sebagai berikut :
Tabel 5 Syarat Gradasi Agregat Kasar
Lubang Ayakan
Persen Berat Butir Yang Lewat Ayakan
Besar Butiran Maksimum
(mm) 40 mm 20 mm 12,5 mm
40 100 100 100
20 95-100 90-100 90-100
12,5 95-100 85-100 75-100
10 90-100 75-100 55-90
4,8 80-100 60-79 35-59
Jadi dapat disimpulkan bahwa, agregat kasar masuk dalam kategori besar butiran
maksimum 20 mm.
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 20
2.1.2 Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus
2.1.2.1 Tujuan
Tujuan umum
Dapat mengetahui dan memahami berat jenis dan penyerapan air aggregat halus
Tujuan khusus
1. Mampu menggunakan peralatan sesuai fungsinya
2. Mampu melakukan perhitungan BJ curah, BJ permukaan jenuh, berat jenis semua
dan penyerapan air aggregat halus
2.1.2.2 Dasar Teori
Yang dimaksud dengan :
Berat jenis curah (Bulk Specific Gravity) ialah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh
pada suhu 25°C.
)tB005 B (
kB
curah jenisBerat
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(3)
Berat jenis kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry) ialah perbandingan
antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C.
(4) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .)tB - 500 B (
500permukaan keringjenuh jenisBerat
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 21
Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) ialah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering
pada suhu 25°C.
(5) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .) tB
kB B (
kB
semu jenisBerat
Penyerapan adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering, dinyatakan dalam persen.
.(6) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100%.
kB
) k
B -500 ( Penyerapan
Keterangan :
Bk = berat benda uji kering oven, dalam gram
B = berat piknometer berisi air, dalam gram
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air, dalam gram
500 = Berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh, dalam gram
2.1.2.3 Peralatan & Bahan
1. Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 kg;
2. Picnometer dengan kapasitas 500 ml;
3. Kerucut terpancung + batang penumbuk
4. Alat pemisah contoh;
5. Saringan No. 4 ( 4,75 mm );
6. Oven dilengkapi pengatur suhu 110 ± 5 0 C
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 22
2.1.2.4 Langkah Kerja
1. Benda uji / agregat halus direndam selama 24 jam;
2. Setelah itu dikeringkan (di goreng);
Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji kedalam
kerucut terpancung, padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali, kemudian
angkat kerucutnya. Keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila ketika kerucut
terpancung diangkat, benda uji runtuh 1/3 bagian;
3. Ambil piknometer dan timbang beratnya;
4. Setelah itu ambil benda uji sebanyak 500 gram
5. Beri air sedikit demi sedikit sambil diputar – putar tujuannya adalah untuk
menghilankan gelembung – gelembungnya, setelah gelembungnya sudah tidak ada
lagi beri air sampai tanda batas yang ada pada piknometer;
6. Kemudian timbang piknometer yang berisi air dan agregat tersebut ( Bt );
7. Setelah itu keluarkan dan keringakan dan kemudian timbang beratnya ( Bk );
8. Timbang picnometer yang sudah diisi air sampai tanda batas yang ada pada
picnometer (B);
9. Catat untuk setiap hasil dari proses pengujian.;
2.1.2.5 Data Hasil Praktikum
Hasil Pengujian :
Berat uji direndam selama : 7 x 24 = 168 jam
Berat picnometer : 161 gram
Berat benda uji kering permukaan jenuh : 500 gram
Berat picnometer diisi air ± 25°C (B) : 658 gram
Berat picnometer + Benda uji SSD + Air ± 25°C (Bt) : 975 gram
Berat benda uji kering oven (Bk) : 491 gram
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 23
2.1.2.6 HASIL PRAKTIKUM
a. Berat jenis curah (Bulk Specific Gravity)
b. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD)
2,73gram ) 975 - 500 658 (
gram 500
)Bt - 500 B (
500
c. Berat jenis semu ( Apparent Specific Gravity )
2,82 gram ) 975 - 491 658 (
gram 491
Bt) -Bk B (
Bk
d. Penyerapan Air
1,83% 100% gram 491
gram 491 - gram 500 100%
Bk
Bk - 500
2.1.2.7 KESIMPULAN
Berdasarkan SNI 03-1970-1990, berat jenis aggregat halus yang diijinkan yakni
minimal sebesar 2,5 dan penyerapan air maksimal sebesar 3 %. Dari hasil perccobaan
yang telah dilakukan, didapatkan hasil berat jenis aggregat kasar sebesar 2,73 dan
penyerapan air sebesar 1,83 %. Jadi jenis aggregat halus yang digunakan sudah
memenuhi persyaratan karena penyerapan air melebihi standart yang ditentukan
meskipun berat jenis aggregate halus sudah memenuhi persyaratan.
2,68 gram ) 975 - 500 658 (
gram 491
Bt) - 500 B (
Bk
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 24
2.1.3 Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Kasar
2.1.3.1 Tujuan
Tujuan umum
Dapat mengetahui dan memahami berat jenis dan penyerapan air aggregat kasar
Tujuan khusus
1. Mampu menggunakan peralatan sesuai fungsinya
2. Mampu melakukan perhitungan BJ curah, BJ permukaan jenuh, berat jenis semua
dan penyerapan air aggregat kasar
2.1.3.2 Dasar Teori
Yang dimaksud dengan :
Berat jenis curah (Bulk Specific Gravity) ialah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh
pada suhu 25°C.
..(7) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ) Ba - Bj (
Bk
Berat jenis kering permukaan jenuh (Saturated Surface Dry) ialah perbandingan
antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C.
.(8) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ) Ba - Bj (
Bj
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 25
Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity) ialah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering
pada suhu 25°C.
.(9) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ) Ba -Bk (
Bk
Penyerapan adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering, dinyatakan dalam persen.
(10) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100% .Bk
Bk - Bj
Keterangan :
Bk = Berat benda uji kering oven, dalam gram
Bj = Berat benda uji kering permukaan jenuh, dalam gram
Ba = Berat benda uji dalam air, dalam gram
2.1.3.3 Peralatan & Bahan
1. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm ( No. 6 ) atau 2,36 mm ( No. 8 ) dengan kapasitas
kira-kira 5 kg;
2. Tempat air dengan kapasitas yang sesuai untuk pemeriksaan;
3. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang;
4. Alat pemisah contoh;
5. Saringan No. 4 ( 4,75 mm );
6. Oven dilengkapi pengatur suhu 110 ± 5 0 C
7. Kain Penyerap
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 26
2.1.3.4 Langkah Kerja
1. Cuci benda uji telebih dahulu untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang
melekat pada permukaan;
2. Rendam benda uji / agregat kasar selama 24 jam;
3. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selput air pada
permukaan hilang, untuk butiran besar pengeringan harus satu per satu;
4. Timbang benda uji kering permukaan jenuh (Bj);
5. Letakkan benda uji di dalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluarkan
gelembung udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air (Ba).
2.1.3.5 Data Hasil Praktikum
Hasil Pengujian :
Berat uji direndam selama : 7 x 24 = 168 jam
Berat benda uji kering oven tertahan saringan no.4 (Bk) : 3355 gram
Berat benda uji kering permukaan jenuh (Bj) : 3427 gram
Berat benda uji dalam air (Ba) : 2125 gram
2.1.3.6 Hasil Praktikum
a. Berat jenis curah (Bulk Specific Gravity)
2,58 gram 2125) - 3427 (
gram 4590
) Ba - Bj (
Bk
b. Berat jenis kering permukaan jenuh (SSD)
2,63 gram ) 2125 - 3427 (
gram 3427
) Ba - Bj (
Bj
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 27
c. Berat jenis semu ( Apparent Specific Gravity )
2,73 gram ) 2125 - 3355 (
gram 3355
) Ba -Bk (
Bk
d. Penyerapan Air
2,15% 100% gram 3355
gram ) 3355 - 3427 ( 100%
Bk
Bk - Bj
2.1.3.7 Kesimpulan
Berdasarkan SNI 03-1969-1990, berat jenis aggregat kasar yang diijinkan yakni
minimal sebesar 2,5 dan penyerapan air maksimal sebesar 3 %. Dari hasil perccobaan
yang telah dilakukan, didapatkan hasil berat jenis aggregat kasar sebesar 2,63 dan
penyerapan air sebesar 2,15 %. Jadi jenis aggregat kasar yang digunakan memenuhi
persyaratan.
2.1.4 Keausan Aggregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles
2.1.4.1 Tujuan
Tujuan umum
Dapat mengetahui dan memahami Keausan Aggregat
Tujuan khusus
1. Mampu menggunakan peralatan sesuai fungsinya
2. Mampu melakukan perhitungan ketahanan aggregat terhadap keausan menggunakan
mesin abrasi Los Angeles
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 28
2.1.4.2 Dasar Teori
Daya Tahan Aggregat adalah ketahanan aggregat untuk tidak hancur/pecah oleh
pengaruh mekanis (Degradasi) ataupun kimia (Disintegrasi). Degradasi didefinisikan
sebagai pelapukan mekanis yang diberikan pada waktu penimbunan, pemadatan ataupun
beban lalu lintas. Disintegrasi didefinisikan sebagai pelapukan pada aggregat menjadi
butir-butir halus akibat pengaruh kimiawi seperti kelembapan, kepanasan, ataupun
perbedaan temperatur sehari-hari.
Dengan Mesin Los Angeles, hal yang dapat diuji adalah kerena pengaruh Mekanis
(Degradasi) saja. Sedangkan disintegrasi dengan metode yang lain. Pengujian ketahanan
aggregat terhadap keausan dapat dilakukan dengan salah satu dari tujuh cara berikut :
1. Cara A : Gradasi A, bahan lolos 37.5 mm sampei tertahan 9.5 mm. Jumlah bola 12
buah dengan 200 putaran
2. Cara B : Gradasi B, bahan lolos 19 mm sampei tertahan 9.5 mm. Jumlah bola 11 buah
dengan 500 putaran
3. Cara C : Gradasi C, bahan lolos 9.5 mm sampei tertahan 4.75 mm ( No.4 ). Jumlah
bola 8 dengan putaran 500 putaran
4. Cara D : Gradasi D, bahan lolos 4.75 ( No.4 ) sampei tertahan 2.63 mm ( No.8 ).
Jumlah bola 6 buah dengan 500 putran
5. Cara E : Gradasi E, bahan lolos 75 mm sampei tertahan 37,5 mm. Jumlah bola 12
buah dengan 1000 putaran
6. Cara F : Gradasi F, bahan lolos 50 mm sampei tertahan 25 mm. Jumlah bola 12 buah
dengan 1000 putaran
7. Cara G : Gradasi G, bahan lolos 37,5 mm sampai tertahan 19 mm. Jumlah bola 12
buah dengan 1000 putaran
Rumus Perhitungan nilai keausan aggregat yang biasa digunakan adalah :
.(11) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .%100
a
bakeausan
Keterangan :
a = Berat benda uji semula (gram)
b = Berat benda tertahan saringan no.12 (gram)
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 29
2.1.4.3 Peralatan & Bahan
1. Neraca / timbangan dengan ketelitian 0,02 gram
2. Cawan/Talam
3. Saringan 3/4", 1/2", 3/8", dan No. 12
4. Mesin Abrasi Los Angeles (LA) dilengkapi dengan bola-bola baja dengan diameter
rata 4,68 cm dan berat masing-masing antara 400-440 gram
2.1.4.4 Langkah Kerja
1. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Cara B
(Cara B: Gradasi B, bahan lolos 19 mm sampai tertahan 9,5 mm. Jumlah bola 11 buah
dengan 500 putaran)
2. Siapkan agregat kasar
3. Sediakan saringan No. 3/4", 1/2", 3/8", dan No.12
4. Masukkan agregat kedalam saringan yang sudah tersusun sesuai urutan (No. 3/4",
1/2", 3/8")
5. Ambil dua buah talam untuk menempatkan agregat yang tertahan pada saringan 1/2"
dan 3/8"
6. Talam ditimbang, kemudian timbang agregat yang tertahan pada saringan tersebut
masing – masing 2500 gram
7. Agregat dimasukkan dalam mesin Los Angeles sesuai dengan ketentuan untuk cara B
8. Tekan tombol on untuk menyalakan mesin
9. Setelah selesai untuk proses pemutaran di mesin Los Angeles sebanyak 500
putaran, ambil agregat dan letakkan pada cawan / talam
10. Agregat disaring dengan saringan No. 12 (1,7 mm), kemudian butiran yang tertahan
ditimbang
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 30
2.1.4.5 Data Hasil Praktikum
Hasil Pengujian :
Pengujian dengan Cara B
Berat aggregat tertahan ayakan No. 1/2" = 2500 gram
Berat aggregat tertahan ayakan No. 3/8" = 2500 gram
Berat benda uji (a) = 5000 gram
Berat benda uji tertahan saringan No.12 (b) = 3857 gram
2.1.4.6 Hasil Praktikum
Nilai Keausan = %100
a
ba
` = %1005000
38045000
= 22,86 %
2.1.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan SNI 03-2417-1991, nilai keausan aggregat yang baik adalah maksimal
40 %. Pada praktikum yang telah dilakukan, diperoleh nilai keausan sebesar 22,86%.
Jadi, agregat masih cukup kuat untuk menahan gaya gesek yang diberikan terhadap
agregat tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh nilai keausan yang diperoleh tidak melebihi
nilai keausan maksimal yang ditentukan.
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 31
2.2.Pengujian Aspal
2.2.1 Penetrasi Bahan Bitumen
2.2.1.1 Tujuan
Tujuan umum
Dapat mengetahui dan memahami penetrasi bahan aspal
Tujuan khusus
1. Mampu menggunakan peralatan sesuai fungsinya
2. Mampu menentukan angka penetrasi aspal keras atau lembek
2.2.1.2 Dasar Teori
Penetrasi adalah masuknya jarum penetrasi ukuran tertentu, beban tertentu ke
dalam aspal pada suhu tertentu. Metode pengujian ini dilakukan untuk memeriksa
tingkat kekerasan aspal. Aspal keras digunakan sebagai bahan pembuatan AC. Aspal
yang digunakan dapat berupa aspal keras penetrasi 40/50;60/70;80/100;120/150.
2.2.1.3 Peralatan & Bahan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
2. Alat penetrasi
3. Jarum penetrasi dan pemegang jarumnya
4. Thermometer
5. Tin box
6. Pemberat
7. Tempat air (untuk benda uji ditempatkan dibawah alat penetrasi)
8. Pengukur waktu / stopwatch
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 32
2.2.1.4 Langkah Kerja
1. Panaskan aspal hingga cair, kemudian tuangkan pada tin box
2. Diamkan benda uji selama ± 60 menit, setelah itu rendam benda uji dalam suhu 250C
selama ± 30 menit
3. Siapkan mesin alat penetrasi
4. Bersihkan jarum penetrasi
5. Pasang jarum penetrasi pada pemegang jarum
6. Atur angka 0 di arloji penetrometer
7. Siapkan cawan kaca berisi air dibawah jarum penetrasi
8. Taruh benda uji pada cawan kaca, lalu turunkan jarum penetrasi pada titik yang akan
dipenetrasi secara perlahan lalu kunci alat
9. Tekan tombol on pada alat lalu tekan tombol start, maka jarum penetrasi akan
otomatis turun
10. Baca angka yang tertera pada arloji penetrometer lalu catat
11. Angkat jarum dengan cara melepas pengunci alat
12. Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan bersihkan agar tidak ada sisa aspal yang
menempel pada jarum
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 33
2.2.1.5 Data Hasil Praktikum
Tabel 6 Tabel Formulir Perhitungan
Pemb. Waktu Pemb. Suhu oven
Pembukaan
contoh
Contoh dipanaskan
Mulai jam :
Selesai jam :
13.30
13.45
Temp. : .............
Mendinginkan
contoh
Dibiarkan pada suhu ruang
Mulai jam :
Selesai jam :
.
13.45
15.00
Mencapai suhu
pemeriksaan
Direndam pada suhu 25ºC
Mulai jam :
Selesai jam :
15.00
15.40
Pemb. suhu
waterbath
Temp. : .............
Pemeriksaan
Penetrasi pada 25ºC
Mulai jam :
Selesai jam :
15.55
16.10
Pemb. suhu
Penetromer
Temp. : .............
Tabel 7 Hasil Percobaan
Penetrasi pada
Suhu 250C
I
(mm)
Pengamatan 1
2
3
4
5
6
79
80
66
70
78
75
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 34
2.2.1.6 Hasil Praktikum
Penetrasi rata-rata = (79 + 80 + 66 + 70 + 78 + 75) / 6
= 74,67 mm
2.2.1.7 Kesimpulan
1. Pada percobaan ini diperoleh nilai penetrasi aspal antara 60-80 mm. Jadi nilai
penetrasi aspal digolongkan sebagai Pen 60.
2. Berdasarkan SNI 06-2456-1991, penetrasi bahan – bahan bitumen yang baik
digunakan untuk volume lalu lintas sedang atau tinggi dan daerah dengan cuaca iklim
panas (sesuai kondisi Indoensia) adalah pen 40/50 atau pen 60/70. Dari hasil yang
diperoleh dari praktikum, dapat disimpulkan bahwa, kualitas aspal tersebut dibawah
standart untuk digunakan di Indonesia.
3. Semakin tinggi nilai penetrasi aspal semakin jelek kualitas aspal.
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 35
2.2.2 Kehilangan Berat
2.2.2.1 Tujuan
Tujuan umum
Dapat mengetahui dan memahami metode pengujian kehilangan berat bahan aspal
Tujuan khusus
1. Mampu menggunakan peralatan sesuai fungsinya
2. Mampu menentukan nilai kehilangan berat bahan aspal
2.2.2.2 Dasar Teori
Pengujian kehilangan berat adalah untuk menentukan kehilangan berat aspal saat suhu
dan temperatur tinggi dilapangan. Dari hasil pengujian ini dapat diketahui baik atau
tidaknya mutu aspal. Untuk mengeetahui berapa besar kehilangan aspal, dapat
menggunakan rumus berikut ini :
Kehilangan berat % 100 x A
) B -A ( ……………………………………………..(12)
Keterangan :
A = Berat benda uji sebelum di oven
B = Berat benda uji setelah di oven
2.2.2.3 Peralatan & Bahan
1. Oven
2. Thermometer
3. Tin box
4. Neraca / timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 36
2.2.2.4 Langkah Kerja
1. Panaskan aspal , aduk hingga cukup cair kemudian tuangkan pada tin box
2. Dinginkan dengan dengan cara mendiamkan benda uji pada suhu ruang selama ± 1
jam
3. Setelah proses pendinginan timbang benda uji.
5. Hidupkan oven, jalankan motor pemutar pelat yang berada dalam oven, kemudian
pasang thermometer diatasnya. Setelah oven mencapai suhu 156 °C, letakkan benda
uji diatas pelat yang berputar tunggu selama ± 5 jam.
6. Timbang tin box berisi aspal yang sudah di oven.
7. Dinginkan benda uji pada suhu ruang (dengan merendamnya dalam air).
8. Setelah dingin ditimbang
9. Hitung kehilangan berat
2.2.2.5 Data Hasil Praktikum
Berat benda uji sebelum di oven (A) = 106 gram
Berat benda uji setelah di oven (B) = 105,566 gram
2.2.2.6 Hasil Praktikum
Kehilangan berat % 100 x A
) B -A (
% 100 x 106
) 105,566 - 106 (
= 0,41 %
2.2.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan AASTHO M 20-70-1990, nilai kehilangan berat yang baik untuk penetrasi 60-70
adalah maksimum 0,8 %. Dalam praktikum yang sudah dilakukan, diperoleh nilai kehilangan
berat sebesar 0,41 %. Jadi, aspal memenuhi spesifikasi
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 37
2.2.3 Titik Nyala Dan Titik Bakar
2.2.3.1 Tujuan
Tujuan umum
Dapat mengetahui dan memahami titik nyala dan titik bakar bahan aspal
Tujuan khusus
1. Mampu menggunakan peralatan sesuai fungsinya
2. Mampu mendapatkan titik nyala dan titik bakar bahan aspal dengan cleveland open
cup
2.2.3.2 Dasar Teori
Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat kurang dari 5 detik pada
suatu titik diatas permukaan aspal. Sedangkan Titik bakar suhu pada saat terlihat nyala
sek urang – kurangnya 5 detik pada suatu titik pada permukaan aspal. Titik nyala
dan titik bakar perlu diketahui untuk memperkirakan temperature maksimum pemanasan
aspal sehingga aspal tidak terbakar.
2.2.4.3 Peralatan & Bahan
1. Thermometer
2. Cleveland open cup (Cawan pemanas kuningan dengan bentuk dan ukuran tertentu)
3. Pelat pemanas
4. Logam untuk meletakkan cawan Cleveland
5. Pembakaran gas sebagai sember pemanas
6. Kotak penahan angin, sebagai alat penahan angin saat pemanasan.
7. Nyala penguji
8. Sumber api
9. Aspal sebanyak ± 100 gram
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 38
2.2.4.4 Langkah Kerja
1. Panaskan contoh aspal sampai mencair
2. Isi cawan Cleveland sampai garis batas
3. Dinginkan selama beberapa menit sampai aspal dalam keadaan dingin
4. Setelah dingin letakkan cawan diatas pelat pemanas
5. Aturlah alat pemanas sehingga berada tepat di poros cawan Cleveland tersebut
6. Letakkan thermometer tegak lurus didalam benda uji, dan letakkan tepat ditengah
7. Nyalakan pemanas
8. Tunggu benda uji sampai suhu mencapai 194°C. (sesuai perkiraan suhu semula
250°C)
9. Nyalakan nyala penguji
10. Lalu putar nyala penguji dengan kecepatan konstan sampai melewati atas cawan
11. Lakukan secara terus menerus sampai pada suhu tertentu aspal akan menyala
12. Catat waktu dan derajatnya saat terjadi titik nyala
13. Catat waktu dan derajatnya saat terjadi titik bakar
2.2.4.5 Data Hasil Praktikum
Tabel 8 Pengamatan Titik Nyala
ºC dibawah titik nyala Waktu ºC Titik nyala / bakar
56 13º18'21" 198
52 18'30" 203
47 18'37" 208
41 18'49" 213
36 18'55" 218
26 19'04" 223
21 19'11" 228
16 19'20" 233
11 19'24" 238
6 19'30" 243
1 19'36" 248 titik nyala
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 39
2.2.4.6 Hasil Praktikum
Pada pukul 13.19 dengan suhu 248º terjadi titik nyala pada aspal. Berdasarkan
standart SNI 06-2433-1991 titik nyala pada aspal ini termasuk dalam aspal penetrasi 60,
karena suhu minimum untuk aspal penetrasi 60 adalah 200º. Sehingga dapat disimpulkan
aspal tersebut masuk pada penetrasi 60.
2.2.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan standart SNI 06-2433-1991 titik nyala pada aspal ini termasuk dalam
aspal penetrasi 60, karena suhu minimum untuk aspal penetrasi 60 adalah 200º. Sehingga
dapat disimpulkan aspal tersebut masuk pada penetrasi 60.
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 40
2.2.4 Titik Lembek
2.2.4.1 Tujuan
Tujuan umum
Dapat mengetahui dan memahami titik lembek aspal dan ter
Tujuan khusus
1. Mampu menggunakan peralatan sesuai fungsinya
2. Mampu menentukan angka titik lembek aspal dan ter yang berkisar 300 C sampai
2000 C dengan cara ring and ball
2.2.4.2 Dasar Teori
Titik lembek adalah suhu pada saat bola baja, dengan berat tertentu mendesak
turun suatu lapisan aspal atau ter yang tertahan pada cincin berukuran tertentu, sehingga
aspal atau ter tersebut menyentuh bidang pelat dasar yang terletak di bawah ring (cincin).
Mendesaknya bola baja disebabkan aspal atau ter yang meleleh oleh pemanasan tertentu.
Menurut SNI 06-2434-1991, aspal yang bagus adalah aspal yang memiliki nilai
titik lembek minimum 550 C.
Aspal yang mempunyai titik lembek rendah baik digunakan untuk daerah yang
dingin. Sebaliknya, aspal dengan titik lembek yang tinggi untuk daerah yang panas.
Karena aspal yang memiliki titik lembek tinggi tidak akan mudah cair jika berada di
suhu yang tinggi.
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 41
2.2.4.3 Peralatan & Bahan
1. Thermometer
2. Cincin terbuat dari kuningan
3. Bola baja dengan diameter 9,53 mm dan berat 3,50 ± 0,05 gram
4. Alat pengarah bola
5. Alat pemanas
6. Bejana gelas tahan pemanasan mendadak dengan kapasitas 800 ml
7. Dudukan benda uji
8. Penjepit
9. Aspal sebanyak ±50 gram
.
2.2.4.4 Langkah Kerja
1. Siapkan peralatan yang dibutuhkan ( pelat dan ring )
2. Pelat dilapisi dengan sabun cream supaya tidak lengket bila terkena aspal
3. Pasang / letakkan ring di atas pelat
4. Tuangkan aspal panas di atas ring (cincin) sampai penuh
5. Diamkan aspal sampai dingin ± 1 jam
6. Potong aspal dengan pisau yang dipanaskan sebelumnya
7. Letakkan kedua pelat dan ring yang permukaanya telah diratakan dengan pisau
8. Selanjutnya,pasang dan aturlah kedua benda uji di atas dudukannya dan letakkan
pengarah bola di atasnya,kemudian masukkan seluruh peralatan tersebut ke dalam
bejana gelas
9. Isilah bejana dengan air suling baru,sehingga mencapai 800 ml
10. Letakkan thermometer yang sesuai untuk pekerjaan ini di antara kedua benda uji
11. Letakkan gotri di atas dan di tengah permukaan masing-masing benda uji yang
bersuhu 5°c
12. Kemudian panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5°c /menit
13. Pengukuran dimulai dari suhu 35°c
14. Catat penurunan gotri setiap menit hingga gotri jatuh tepat di atas pelat.
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 42
2.2.4.5 Data Hasil Praktikum
Tabel 9 Data Hasil Praktikum Titik Lembek
No Waktu (detik) Titik lembek 0C
I II I II
1 60 60 29 33
2 120 120 29 37
3 180 180 30 41
4 240 240 32 46
5 300 300 35 52
6 360 38
7 420 42
8 480 47
9 540 52
2.2.4.6 Hasil Praktikum
Titik lembek rata-rata = (52 + 52) / 2
= 52 0C
2.2.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan SNI 06-2434-1991, aspal yang bagus adalah aspal yang memiliki nilai
titik lembek minimum 550 C. Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh titik
lembek sebesar 52 0C. Jadi dapat disimpulkan bahwa, aspal yang kami uji adalah aspal
yang berkualitas tidak bagus, karena nilainya berada dibawah standart.
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 43
2.2.5 Berat Jenis Aspal
2.2.5.1 Tujuan
Tujuan umum
Dapat mengetahui dan memahami berat jenis aspal
Tujuan khusus
1. Mampu menggunakan peralatan sesuai fungsinya
2. Mampu melakukan perhitungan berat jenis aspal
2.2.5.2 Dasar Teori
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal padat dan berat air suling
dengan isi yang sama pada suhu 250 C atau 15,60 C. Menurut SNI 06-2441-1991, aspal
yang bagus adalah aspal memiliki berat jenis minimum 1. Rumus yang digunakan untuk
menentukan berat jenis aspal adalah sebagai berikut :
) C - D ( - )A - B (
)A - C ( δ ………………………………………………………………..(13)
Keterangan :
δ = berat jenis aspal
A = berat piknometer (gram)
B = berat piknometer berisi air (gram)
C = berat piknometer berisi aspal (gram)
D = berat piknometer berisi aspal dan air (gram)
2.2.5.3 Peralatan & Bahan
1. Picnometer
2. Neraca / timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
4. Aspal
5. Air
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 44
2.2.5.4 Langkah Kerja
1. Siapkan peralatan yang dibutuhkan
2. Timbang piknometer
3. Isi piknometer dengan air suling, kemudian ditimbang beratnya.
4. Selanjutnya, bersihkan dan keringkan piknometer
5. Tuangkan aspal dalam piknometer yang telah kering hingga terisi 1/4 bagian
6. Langkah selanjutnya, biarkan piknometer sampai dingin selama ± 45 menit, lalu
kemudian timbang
7. Isi piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutuplah, diamkan agar
gelembung-gelembung udaranya keluar
8. Kemudian ditimbang beratnya
2.2.5.5 Data Hasil Praktikum
Berat piknometer (A) = 80,26 gram
Berat piknometer + Air (B) = 226 gram
Berat piknometer + Aspal (C) = 116,99 gram
Berat piknometer +Air + Aspal (D) = 227,84 gram
2.2.5.6 Hasil Praktikum
) C - D ( - )A - B (
)A - C ( δ
) 116,99 - 227,84 ( - 80,26) - 226,00 (
) 80,26 -116,99 ( δ
1,05 δ
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 45
2.2.5.7 Kesimpulan
Berdasarkan SNI 06-2441-1991, aspal yang bagus adalah aspal memiliki berat
jenis minimum 1. Dari hasil praktikum, diperoleh berat jenis aspal sebesar 1,05. Jadi,
aspal yang digunakan memenuhi standart.
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 46
2.2.6 Job Mix Formula
Tabel 10 Job Mix Formula
Saringan
Agregat kasar Agregat medium
Abu Batu ( FA ) 0-5 mm
Hasil spesifikasi kontrol Lolos ( % ) 35
Lolos ( % ) 37
Lolos ( % ) 28
1" 100,00 35,000 100,00 37,000 100,00 28,000 100,000 100 ok
3/4" 100,00 35,000 100,00 37,000 100,00 28,000 100,000 100 ok
1/2" 99,18 11,099 100,00 37,000 100,00 28,000 76,099 75-100 ok
3/8" 31,71 5,243 95,40 35,298 100,00 28,000 68,541 60-85 ok
No.4 14,98 0,5425 46,33 17,142 100,00 28,000 45,685 38-55 ok
No.8 1,55 0,3465 4,36 1,613 89,25 24,990 26,950 27-40 ok
No.30 0,99 0,336 1,65 0,611 54,24 15,187 16,134 14-24 ok
No.50 0,96 0,336 1,62 0,599 41,76 11,693 12,628 9 -18 ok
No.100 0,96 0,332 1,48 0,548 40,90 11,452 12,332 5 -12 ok
No.200 0,92 0,000 1,44 0,533 20,96 5,869 6,402 2 – 8 ok
No MIX COMPONEN PROJECT DESIGN
TRIAL SPEC SATUAN
1 Agregat Kasar 15-25mm (CA) - %
2 Agregat Kasar 10-15mm (CA) 35 %
3 Agregat Sedang 5-10mm (MA) 37 %
4 Agregat Halus 0-5mm (FA) 28 %
5 Abrasi 22,86 max 40 %
No ASPHALT
1 Aspal Penetrasi 74,67 60/80
2 Berat Jenis 1,05 >1,00
No MIX PROPERTIES RESULT SPEC
1 Stabilitas 1249,27 550-1250
2 Marshall Quotient (kg/mm) 4,45 1,8 - 5
3 Rongga dalam Campuran (%) 5,08 4,0 - 8,0
4 Aspal Efektif (%) 5,9 4,3 - 7,0
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 47
No PENGUJIAN HASIL
PENGUJIAN SPECIFIKASI SATUAN
Min Max
1 Penetrasi 74,67 60 79 0,1 mm
2 Daktilitas 160 100 - cm
3 Titik Nyala 248 200 - celcius
4 Titik Lembek 52 48 58 celcius
5 Berat Jenis 1,05 1 - gr/cc
6 Kehilangan Berat 0,4 - 0,4 %
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 48
2.2.7 Pemeriksaan Campuran Aspal Dengan Alat Marshall
2.2.7.1 Maksud Pemeriksaan
Pemeriksaan terhadap campuran aspal dimaksudkan untuk menentukan
ketahanan (stabilitas) dan kelelehan plastis (flow) dari suatu campuran aspal . Ketahanan
(stabilitas) campuran aspal ialah kempamuan suatu campuran aspal untuk menerima
beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan ke dalam kg atau pound.
2.2.7.2 Tahap Pencampuran Aspal
A. Pemeriksaan Mutu Bahan
Bahan untuk membuat campuran aspal digunakan hasil pemeriksaan bahan
yang sudah dilakukan selama pengujian praktikum .
B. Spesifikasi Terhadap Bahan
Spesifikasi bahan yaitu batasan-batasan yang harus dipenuhi agar di dapat
hasil yang sesuai standart mutu . Spesifikasi dibagi menjadi 2 bagian , yaitu :
1. Spesifikasi gradasi ( analisa saringan )
2. Spesifikasi mutu campuran ( mix property )
Dalam menentukan spesifikasi , ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan ,
antara lain :
1. Jenis Kontruksi, yaitu dimana lapisan aspal digunakan ( missal : surface course)
2. Tebal Lapisan yang direncanakan
3 .Jenis dan fungsi jalan , untuk menentukan karakteristik permukaan yang
dikehendaki .
C. Menentukan Kombinasi bahan-bahan terpakai, sehingga gradasi dari campuran dapat
memenuhi spesifikasi gradasi yang telah ditentukan .
Menentukan perbandingan agregat , dapat dilakukan dengan cara grafis atau dengan
cara analitis .
D. Job Mix Design , yaitu melakukan pengujian mutu dari campuran yang dibuat
dengan alat Marshall . Terdapat 5 variasi kadar aspal setiap campuran yang dibuat,
oleh karena itu ditentukan kadar aspal optimum yang dapat memenuhi spesifikasi
mutu campuran .
Spesifikasi untuk campuran aspal , antara lain berdasarkan :
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 49
1. Ditjen Bina Marga PU
2. The Asphalt Institut
3. Japan Road Associatin .
E. Perencanaan Campuran
Perencanaan aspal beton berdasarkan pada hasil analisa saringan ( ayakan ) .
Dari grafik kuantitatif analisa saringan ( ayakan ) dapat ditentukan jumlah prosentase
agregat dari fraksi I dan fraksi II terhadap berat total agregat dari masing-masing
fraksi .
Setelah diketahui persentase ukuran agregat , selanjutnya jumlah persentase
lolos dapat di control berdasarkan spesifikasi yang ditentukan .
Proses selanjutnya adalah menentukan berat benda uji , ditentukan setiap benda uji
seberat 1200 gram . Dibuat lima buah benda uji dengan perbedaan kandungan kadar
aspal , yaitu : 5 %; 5,5 % ; 6% ; 6,5 % ; 7 %. Pada pengujian dibuat dua group benda
uji , yaitu untuk satu group ditumbuk dengan 50 x tumbukan dan satu group lagi
ditumbuk dengan 75x tumbukan . Perbedaan dari kedua tumbukan dimaksudkan juga
sebagai membedakan
1. Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal , dan campuran aspal
2. Pengatur suhu dari logam ( metal thermometer ) berkapasitas 250 0C dengan
ketelitian 0,5 atau 1% dari kapasitas .
3. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2 kg
dengan ketelitian 0,2 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1
gram.
4. Kompor LPG.
5. Sarung tangan absent dan karet.
6. Sendok pengaduk dan perlengkapan lainnya .
2.2.7.3 Benda Uji
A. Persiapan Benda Uji
1. Agregat dikeringkan dengan suhu 105 0C , berat dipertahankan tetap. Setelah
mencapai suhu yang diperlukan , agregat dipisah-pisahkan dengan cara penyaringan
ke dalam fraksi-fraksi yang di kehendaki
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 50
2. Suhu pencampuran ditentukan , sehingga bahan pengikat yang digunakan
menghasilkan viscositas sesuai daftar berikut ini :
Tabel 11. Viscositas Aspal
Bahan
pengikat
Campuran Pemadat
Kinematik Saybolt furol Engler Kinematik Saybolt furol Engler
Aspal Panas 170 ± 20 65 ± 10 - 280 ± 30 140 ± 35 -
Aspal Dingin 170 ± 20 65 ± 10 - 280 ± 30 140 ± 35 -
Ter - - 25 ± 3 - - 40 ± 5
B. Persiapan Campuran
1. Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ±1200 gram, sehingga
menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 6,25cm ±0,125cm (2,5”±0,05”).
2. Agegrat dipanaskan dengan wajan dengan suhu mencapai kira-kira 28 0C diatas suhu
pencampuran ( 150 0C ) untuk aspal panas, sedangkan untuk pencampuran aspal dingin suhu
14 0C dan diaduk hingga merata.
3. Panaskan aspal hingga mencair sehingga dapat dituangkan ke dalam agregat sebanyak
yang sudah ditentukan. Kemudian diaduk dengan cepat pada suhu yang sudah ditentukan
pada 13.1.4.A.(2) sampai agregat terlapisi oleh aspal denga merata.
C. Pemadatan Benda Uji
1. Cetakan benda uji beserta perlengkapannya dan permukaan alat penumbuk
dibersihkan dengan seksama , lalu dipanaskan sampai 93,9 0C dn 148,9 0C
2. Letakkan pada alat cetakan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah
dipotong bulat ( sesuai bentuk cetakan ).
3. Masukkan seluruh campuran ( seberat 1200 gram ) ke dalam cetakan . Kemudian
campuran ditusuk-tusuk dengan spatula ( sendok semen ) dengan kertas pada bagian tepi
keliling cetakan sebanyak 15 kali tusukan , dan 10 kali tusukan pada bagian tengah ( merata )
4. Leher cetakan dilepas , ratakan permukaan campuran dengan menggunakan sendok
semen menjadi bentuk sedikit cembung.
5. Waktu akan dipadatkan , suhu campuran dalam cetakan harus tetap pada batas-batas
suhu pemadatan . Kemudian letakkan cetakan di atas landasan pemadat dan diperkuat dengan
pemegang cetakan.
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 51
6. Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk , untuk fraksi I ditumbuk sebanyak 75
kali , sedangkan untuk fraksi II ditumbuk sebanyak 50 kali , dengan tinggi jatuh 45 cm ( 18” )
. Selama pemadatan diusahakan sumbu alat pemadat dalam keadaan tegak lurus pada alas
cetakan .
7. Lepaskan keeping alas dan lehernya , kemudian cetakan benda uji dibalik . Pasang
kembali alas keeping dan lehernya dan diperkuat kembali dengan pemegang cetakan . Ulangi
perlakuan pada 13.1.4.C.(6) pada benda uji yang sudah dibalik tadi .
8. Lepaskan keeping alas dan pasanglah cetakan benda uji pada alat pengatur atau
pengeluar benda uji . Keluarkan benda uji dari cetakan dengan hati-hati . Kemudian benda uji
dibiarkan pada suhu ruangan selama 24 jam .
2.2.7.4 Langkah Kerja
Cara/Prosedur Pengujian Marshall
1. Benda Uji dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel , kemudian diberi tanda
pengenal pada masing-masing benda uji untuk ketelitian pengujian
2. Benda uji diukur dengan ketelitian 0,1 mm , dan ditimbang untuk memperoleh berat
kering
3. Benda uji direndam dalam air selama 24 jam dalam suhu ruangan
4. Setelah direndam selama 24 jam , benda uji dikeluarkan kemuadian di lap hingga
permukaan kering lalu ditimbang untuk mendapatkan berat basah ( berat kering
permukaan jenuh ) . Langkah selanjutnya, benda uji ditimbang dalam air untuk
mendapatkan berat dalam air .
5. Berikutnya benda uji direndam dalam oven air panas dengan suhu 600C selama 30
menit
6. Bersihkan dahulu batang penuntun ( guide rod ) beserta permukaan dari kepala
penekan ( test heads ) sebelum melakukan pengujian dengan alat marshall .
7. Lumasi dengan cairan pelumas batang penuntun hingga kepala penekan yang atas
dapat meluncur dengan bebas, apabila dikehendaki kepala penekan dapat pula
direndam bersama-sama benda uji pada suhu 210-380 0C.
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 52
8. Setelah direndam 30 menit, benda uji dikeluarkan dari oven perendam kemudian
diletakkan pada segmen bawah kepala penekan .Sedangkan sebelah atas benda uji
dipasang segmen bagian atas. Keseluruhannya diletakkan pada alat penguji.
9. Arloji kelelehan (flow meter) dipasang pada kedudukannya, putar pengatur jarum
arloji kelelehan sampai menunjukkan angka nol . sementara selubung tangki arloji
(sleve) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan ( breaking head ).
10. Kepala penekan beserta benda uji dinaikkan hingga menyentuh atau menempel alas
cincin penguji dengan memutar tombol up pada mesin penguji. Kedudukan jarum
arloji penekan diatur pada angka nol.
11. Pemberian beban terhadap benda uji dengan memutar tombol up pada mesin penguji.
Pembebanan terhadap benda uji dengan kecepatan yang tetap, yaitu 50mm/menit.
Pembebanan dikatakan maksimum apabila putaran jarum arloji penekan menunjukkan
gerak kebalikan arah. Selubung tangki arloji kelelahan pada segmen atas dari kepala
penekan, ditekan selama pembebanan berlangsung.
12. Apabila pembeban sudah mencapai maksimum, angka kelelehan dicatat yang
ditunjukkan oleh jarum arloji kelelehan. Begitu pula angka ketahanan dicatat yang
ditunjukkan oleh jarum arloji ketahanan. Lepaskan selubung tangki arloji kelelehan,
untuk mengeluarkan benda uji.
13. Waktu yang diperlukan saat diangkatnya benda uji dari rendaman air sampai
tercapainya beban maksimum melalui alat Marshall tidak boleh melebihi 30 detik.1.5
Laporan Praktikum Perkerasaan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Tansportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
53
2.2.8 Tes Marshall
Kelompok : 4
Tanggal : 14 April 2015
Kalibrasi : 13,85 Kg
%
Aspal
No.
Benda
Uji
A B c d e f g H i j k l M n o p q r MQ
5% 1 5,263 5,000 1187,000 1213,000 702,000 511,000 2,323 2,350 10,559 88,270 1,171 11,730 90,014 1,171 49,000 678,650 678,650 550,000 0,012
5,50% 2 5,820 5,500 1174,000 1195,000 688,000 507,000 2,316 2,336 11,578 87,529 0,893 12,471 92,839 0,893 48,000 664,800 691,392 650,000 0,010
6% 3 6,383 6,000 1169,000 1194,000 689,000 505,000 2,315 2,323 12,626 87,038 0,335 12,962 97,415 0,335 47,000 650,950 676,988 329,000 0,020
6,50% 4 6,952 6,500 1163,000 1188,000 683,000 505,000 2,303 2,309 13,608 86,131 0,260 13,869 98,122 0,260 47,000 650,950 676,988 565,000 0,012
7% 5 7,527 7,000 1159,000 1182,000 677,000 505,000 2,295 2,295 14,605 85,376 0,019 14,624 99,868 0,019 45,000 623,250 648,180 640,000 0,010
Tabel 12. Data Praktiktikum Marshall
Laporan Praktikum Perkerasan Jalan
Kelompok 4 – Bangunan Transportasi 2013
Diploma Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 54
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan terhadap bahan campuran untuk persyaratan Asphalt Concrete (AC),
maka dapat disimpulkan bahwa persyaratan bahan campuran telah memenuhi spesifikasi
teknis dengan kadar aspal optimum sebesar 5,8%. Dalam praktikum dapat disimpulkan aspal
yang digunakan dalam pengujian menggunakan aspal jenis pen 60/80
3.2 Saran
a. Selama praktikum pada proses tertentu seperti penimbangan dan penyaringan ayakan alat
kurang banyak sehingga harus menunggu giliran.
b. Faktor keselamatan kurang diperhatikan sehingga dalam praktikum kurang aman.