laporan perhitungan slip roda traksi
-
Upload
hendrisetiawan -
Category
Documents
-
view
53 -
download
7
description
Transcript of laporan perhitungan slip roda traksi
-
PERHITUNGAN SLIP RODA TRAKSI
(Laporan Praktikum Mata Kuliah Alat dan Mesin Pertanian)
Oleh:
Hendri Setiawan
1314071028
LABORATORIUM DAYA, ALAT, DAN MESIN PERTANIAN
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
-
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia pertanian pengolahan lahan sangat diperlukan guna melakukan
penanaman dan perbaikan tanah. Pembajakan adalah salah satu caranya.
Pembajakan dengan menggunakan alat manual atau dengan tenaga hewan masih
sering digunakan. Namun sekarang petani semakin beralih untuk menggunakan
traktor sebagai alat untuk membajak lahan mereka.
Pada kegiatan kali ini ita akan melakukan pembajakan lahan menggunakan traktor
dengan bajak singkal. Tentunya dalam melakukan pembajakan traktor mengalami
sedikit hambatan pada lahan yang mungkin dianggap susah dijangkau. Oleh
karena itu, traktorsering mengalami slip pada perputaran rodanya akibat lahan
yang kurang baik. Slip tersebut berpengaruh pada lamanya waktu pekerjaan. Oleh
karena itu dilakukan praktikum pembajakan untuk mengetahui durasi dan slip
yang terjadi pada roda traktor.
2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah:
a. Mahasiswa mampu mengetahui cara membajak lahan dengan traktor.
b. Mahasiswa mampu menguasai teknik manufer saat membajak.
c. Mahasiswa mengetahui tentang slip dan mengetahui slip yang terjadi pada
roda saat membajak.
d. Mahasiswa mampu membandingkan bila terjadi slip dengan tidak terjadi slip.
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Traktor
Sejarah traktor dimulai pada abad ke-18, motor uap barhasil diciptakan dan pada
permulaan abad ke-19 traktor dengan motor uap mulai diperkenalkan, sementara
itu penelitian untuk membuat motor bakar internal mulai sekitar tahun 1800.
Antara 1800-1860 banyak motor bakar internal yang dibuat, tetapi satupun belum
ada yang memuaskan. Baeu de roches Insyiniur Prancis memberikan sumbangan
yang besar pada perkembangan traktor yang ada sekarang. Selanjutnya pada tahun
1898 Rudolf Diesel seorang Insyiniur Jerman berhasil membuat motor diesel dan
sejak itu traktor berkembang terus (Daywin, 1976).
Di Indonesia sendiri mekanisasi dimulai sejak 1914 diperkebunan gula tebu di
Sidoarjo kemudian berkembang dari perkebunan ke kehutanan. Pada tahun 1946
pemerintah mulai melakukan percobaan mekanisasi pertanian di dataran Sekom
Pulau Timur dan pada tahun 1951 sampai 1970 pemerintah berusaha mencetak
kader-kader mekanisasi dan pada tahun 1970 berhasil mencetak lulusan pertama
Fatemeta IPB (Daywin, 1976).
2.2 Klasifikasi Traktor
Menurut Daywin dkk (1976) Penggolongan traktor belum diperoleh keseragaman
karena umumnya didasarkan menurut selera dan kepentingan masing-masing.
Pada umumnya traktor digolongkan menurut daya yang tersedia pada motor
penggerak traktor, maka klasifikasi traktor menjadi berkembang.
Klasifikasi traktor yang digunakan terutama dalam bidang pertanian dapat
didasarkan pada :
-
1. Menurut besar tenaganya :
a. Traktor Besar ( diatas 15 HP )
b. Traktor Kecil ( lebih kecil atau sama dengan 15 HP )
2. Menurut bahan bakar :
a. Traktor Diesel
b. Traktor Kerosine
3. Menurut bentuk dan jumlah roda dan sistem traksinya serta putaran roda:
a. Traktor Roda Ban
Traktor dengan roda satu
Traktor dengan roda dua
Traktor dengan roda tiga
Traktor dengan roda empat
b. Traktor Roda Rantai
c. Traktor Beroda kombinasi roda ban dan rantai ( Yunus, 2004 ).
Menurut Hardjosentono dkk (2000) berdasarkan cara penggandengan peralatannya
traktor kecil diklasifikasikan dalam tiga kelompok :
1. Tipe unit (Integral Maunted Tractor) adalah traktor roda dua yang
peralatannya langsung dihubungkan dengan poros (sumbu as) dengan
gigi transmisi.
2. Tipe Gusur (Trailing Type), peralatannya digandengkan ke traktor
dengan pen (pasak) jadi bekerjanya berdasarkan kekuatan tarik maju
kedepan dari traktor.
3. Tipe Kombinasi (Combination Type), traktor yang dapat dipakai secara
tipe gusur dan tipe unit. Tipe kombinasi menggunakan rantai (chain)
sebagai penerus tenaga dari transmisi ke peralatan cangkul/garu
berputar (rotari tiller).
2.3 Traksi Roda
-
Roda traktor yang berguling akan mengalami gaya traksi, tahanan guling, gaya
kemudi, gaya dukung tanah, dan gaya akibat berat traktor (Plackett, 1985). Traksi
adalah gaya dorong yang dapat dihasilkan oleh roda penggerak atau alat traksi
lainnya (Barger et.al, 1958). Arah traksi adalah searah dengan arah gerak traktor
dan berlawanan arah dengan tahanan guling. Traksi yang dapat dihasilkan traktor
dipengaruhi oleh kondisi roda penggerak, kondisi tanah, keadaan permukaan
tanah, dan interaksi roda penggerak dengan tanah (Wanders,1978).
Menurut Wanders (1978), performansi yang dapat dihasilkan suatu traktor
dipengaruhi oleh kondisi alat traksi, kondisi tanah, keadaan pemukaan tanah, dan
interaksi alat traksi dengan tanah. Salah satu faktor yang dapat menurunkan
tenaga tarik adalah reduksi kecepatan maju (travel reduction). Reduksi kecepatan
maju (travel reduction) ini juga sering disebut dengan slip.
Traktor akan mampu menarik peralatan apabila traksi yang dihasilkan oleh roda
karena perputaran roda, mampu merubah torsi menjadi tenaga tarik yang lebih
besar dari tahanan guling. Bila traksi lebih kecil dari torsi yang disalurkan, akan
menyebabkan roda traktor slip. Hal ini sering disebut dengan roda kehilangan
traksi. Besarnya nilai traksi ini tergantung dari tenaga mesin, dimensi roda,
beban pada roda terhadap jalan dan koefisien gesek antara roda dengan jalan.
Traksi pada tanah tertentu dapat ditingkatkan dengan memperluas bidang sentuh
roda dengan tanah atau dengan menambah berat traktor (Gill dan Vanden Berg,
1968).
Faktor slip juga memiliki peran utama dalam peningkatan atau penurunan
efisiensi traksi. Besarnya tenaga maksimum yang dapat disalurkan roda
kepermukaan tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah terhadap roda yang
memungkinkan roda menghasilkan tenaga tarik yang lebih besar. Hal ini
tergantung pada ketahanan tanah terhadap keretakan, kohesi tanah, dan sudut
gesekan dalam tanah. Jika tanah memiliki ketahanan yang baik, maka tenaga yang
dapat disalurkan juga akan semakin besar.
2.4 Sistem Pengelolaan Tanah
-
Tanah merupakan medium alami pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan
sumber organik sebagai nutrisi tanaman. Tanah memiliki kesuburan yang
berbeda-beda tergantung faktor pembentuk tanah yaitu bahan induk, iklim, dan
organisme tanah. Kesuburan tanah juga dipengaruhi oleh sistem pengelolaan
tanah (Rao, N. S. Subba, 1994 :15).
Suhardi Sutedja (2001: 9) mendefinisikan sistem pengelolaan tanah merupakan
suatu proses mengelola tanah untuk menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah.
Sistem pengelolaaan tanah dapat dilakukan dengan pemupukan organik dan
anorganik. Pengelolaan tanah secara organik banyak dikembangkan oleh
masyarakat sehubungan dengan penggunanan pupuk kimia. Penggunaan pupuk
kimia secara terus menerus dapat menyebabkan perubahan struktur tanah dan
kekurangan hara. Pengelolaan tanah organik lebih menekankan pada penggunaan
pupuk organik yang ramah lingkungan dan dapat memperbaiki struktur tanah
(Sukamto Hadisuwito, 2007: 25).
Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila
ditambahkan ke dalam tanah ataupun melalui tanaman dapat menambah unsure
hara serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, atau kesuburan
tanah. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup
yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai,
misalnya pupuk kompos dan pupuk kandang .
-
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Mata kuliah Alat dan Mesin Pertanian yang berjudul Penyambungan
Trailer ini dilaksanakan pada hari rabu, 01 April 2015 pukul 08:00 10:00 WIB.
Tempat paktikum yaitu di Laboratorium Daya, Alat dan Mesin Pertanian, Jurusan
Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah meteran, buku tulis, pena.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bajak singkal, traktor roda
empat.
3.3 Diagram alir
Disiapkan traktor dan bajak serta pengukuran panjang lahan
Dilakukan pengarahan oleh asisten saat pembajakan
Dilakukan pembajakan dengan tanpa menurunkan implemen serta perhitungan putaran roda, slip, dan durasi serta dokumentasi
Diulangi langkah di atas namun dengan menurunkan implemen
Dilakukan perhitungan terhadap slip roda
-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Parameter Tanpa Membajak Dengan Membajak
Panjang Lahan 16 m 16 m
Putaran Roda 5 Putaran 5,5 Putaran
Durasi Pembajakan 53.12 detik 40,05 detik
4.2 Pembahasan
4.2.1 Proses Praktikum
Pada praktikum kali ini kita akan melakukan pembajakan terhadap lahan guna
untuk memperoleh data yaitu putaran roda, slip jika terjadi, dan durasi pada saat
pembajakan. Pada permulaan praktikum sebelumnya disiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan seperti traktor dan bajak, meteran untuk mengukur panjang
lahan, dan alat tulis untuk mencatat hasil engukuran. Selain itu dibutuhkan juga
stopwatch untuk mengukur durasi pembajakan Selanjutnya dilakukan pengarahan
oleh asisten dosen tentang bagaimana melakukan pembajakan, pengukuran dan
sebagainya.
Setelah dilakukan pengarahan oleh asisten, langsung dilakukan pembajakan. Pada
kali satu tim dibagi tugas yaitu satu orang mengendaraitraktor untuk membajak,
dan satu orang menghitung waktu, satu orang memfoto, dan dua orang
menghitung putaran roda beserta slip yang terjadi.
-
4.2.2 Pembahasan Hasil Praktikum
Pada praktikum ini hasil praktikum adalah berupa hasil pengukuran terhadap
putaran roda, durasi waktu pembajakan serta slip yang terjadi. Lahan yang dibajak
berukuran panjang 16 m dengan kondisi masih banyak rumput atau belum diolah
sama sekali. Pembajakan dilakukan bolak-balik yaitu satu arah tanpa menurunkan
implemen dan kembali lagi dengan arah berlawanan dengan menurunkan
implemen. Hasil dari praktikum ini yaitu pada tahap tanpa menurunkan implemen
yaitu memiliki banyak putaran sebanyak 5 putaran dan dengan membajak
menghasilkan 5,5 putaran. Sedangkan untuk waktu sendiri dari hasil perhitungan
dengan stopwatch menghasilkan 53,12 detik dengan tanpa menurunkan implemen
dan 40,05 dengan membajak. Hasil ini mungkin tidak di duga karena waktu untuk
membajak lebih cepat dari tanpa membajak. Hal ini mungkin pengendara sedikit
menurunkan gas atau kecepatan pada saat tanpa membajak. Dari praktikum ini
slip roda jelas terjadi terlihat dari putaran dan waktu yang dihasilkan.
4.2.3 Manufer
Pada saat melakukan pembajakan atau pengolahan lahan kondisi traktor harus
prima atau dapat digunakan. Pada praktikum kali ini sebelum melakukan
pengolahan lahan maka harus dicek dulu bagian traktor seperti radiator, dan
sebagainya. Pengemudi traktor harus dalam keadaan sehat.
Pada praktikum ini satu orang anggota kelompok kami yang bernama Haposan
Simorangkir yang sebagai pengemudi traktor di dampingi oleh asisten. Pengemudi
diarahkan oleh asisten ke arah sepanjang lintasan yang sudah ditentukan
sepanjang 16 m. Setelah sampai pada ujung lintasan bajak selanjutnya kembali
lagi pada awal star dengan arak berlawanan. Pada keadaan ini pengemudi harus
memiliki keahlian khusus mengemudikan traktor.
4.2.4 Slip Roda
Slip Roda Adalah Selisih jarak tempuh roda traktor dengan implemen tanpa
beroperasi dengan jarak tempuh roda traktor dengan implemen saat operasi dibagi
-
dengan jarak tempuh roda traktor dengan implemen tanpa operasi pada kondisi
tanah yang sama.
Slip sendiri terjadi akibat tanah yang tidak rata atau licin. Pada saat praktikum
kemarin memang tanah pada lahan tidak rata dengan banyak sekali rerumputan
karena blum dilakukan pengolahan sama sekali. Oleh karena itu mungkin sering
terjadi slip pada roda traktor. Slip yang terjadi pada praktikum ini adalah sebesar
9,375 %. Untuk perhitungan slip dapat dilihat pada lampiran.
-
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu:
1. Slip roda terjadi apabila lahan licin dan kurang rata.
2. Pada saat pembajakan waktunya lebih sedikit dari pada tanpa menurunkan
implemen.
3. Perputaran pada saat tanpa menurunkan implemen lebih kecil dari yang
menurunkan implemen dengan perbandingan 5:5,5.
4. Slip yang terjadi yaitu sebesar 9,375 %.
-
DAFTAR PUSTAKA
Daywin, F.J., L.Katu., M.Djojomartono., R.G.Sitompul dan S.Supardjo. 1976.
Diktat Kuliah Tenaga Pertanian. IPB Press. Yogyakarta.
Gill, W.R and G.E. VandenBerg .1968. Soil Dynamics in Tillage and Tractor.
Agricultural Research Service United Stated Departement of Agricultural.
Rao, N. S. Subba. (1994). Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanah.
Penerjemah: Herawati Susilo, pendamping: Subiyanto. Jakarta: Percetakan
Universitas Indonesia .
Sukamto Hadisuwito. (2007). Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta: Agro Media
Pustaka.
Wanders, A.A. 1978. Pengukuran Energi. Didalam Strategi Mekanisasi
Pertanian. Departemen Mekanisasi Pertanian-Fatema-IPB. Bogor.
-
LAMPIRAN
-
Perhitungan
Slip Roda Traksi (Si)
Rumus dari Si adalah:
Si = (1 (Sb/So)) x 100%
Keterangan:
Si = Slip Roda Traksi (%)
So = Jarak Tempuh Traktor Tanpa Beban Dalam 5 Putaran Roda
Traksi (m)
Sb = Jarak Tempuh Trakor Saat Pengolahan Tanah Dalam 5 Putaran
Roda Traksi (m)
Dari praktikum kali ini didapat:
So = 16 m
Sb = 14,5 m
Ditanya Si....?
Si = (1 (Sb/So)) x 100%
Si = (1 (14,5m/16m)) x 100%
Si = 0,09375 x 100%
Si = 9,375 %
-
Gambar
Gambar disamping adalah manufer
traktor tanpa menurunkan implemen.
Gambar disamping adalah pembajakan
dengan menurunkan bajak atau
implemen.