TRAKSI DLL

31
TRAKSI Definisi Traksi adalah Penggunaan kekuatan penarikan pada bagian tubuh yang dilakukan dengan member beban yang cukup untuk mengatasi penarikan otot. Axis traksi : Traksi sepanjang sumbu seperti sumbu pelvis pada obstetri Traksi elastic : Traksi dengan tenaga elastik atau dengan menggunakan bahan elastik Traksi skeletal : Traksi yang dipasang secara langsung pada tulang panjang dengan menggunakan pen, kawat dll Traksi kulit : Traksi pada bagian tubuh yang ditahan dengan alat yang dilekatkan dengan membalutkan ke permukaan tubuh. a. Prinsip : Penetralan kekuatan memendek otot pada daerah yang patah dan membidai tulang yang patah dengan kekuatan otot. b. Keuntungan : Mudah, cepat terjadi pembentukan kalus. c. Kerugian : Pasien harus berada di tempat tidur dalam waktu yang lama ( hati-hati pneumonia, trombosis ) bila tidak dipantau dengan baik, dapat juga terjadi infeksi pin penjepit. Macam - Macam Traksi 1. Traksi Panggul Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka. 2. Traksi Ekstension (Buck’s Extention) Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot 3. Traksi Cervikal Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala. 4. Traksi Russell’s Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan. Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula. 5. Traksi khusus untuk anak-anak Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.

description

traksi

Transcript of TRAKSI DLL

Page 1: TRAKSI DLL

     TRAKSIDefinisiTraksi adalah Penggunaan kekuatan penarikan pada bagian tubuh yang dilakukan dengan member beban yang cukup untuk mengatasi penarikan otot.

         Axis traksi : Traksi sepanjang sumbu seperti sumbu pelvis pada   obstetri         Traksi elastic : Traksi dengan tenaga elastik atau dengan menggunakan bahan  elastik         Traksi skeletal : Traksi yang dipasang secara langsung pada tulang panjang dengan

menggunakan pen, kawat dll         Traksi kulit : Traksi pada bagian tubuh yang ditahan dengan  alat yang dilekatkan dengan

membalutkan ke permukaan tubuh.a.       Prinsip : Penetralan kekuatan memendek otot pada daerah yang  patah dan membidai tulang

yang patah dengan kekuatan otot.      b.      Keuntungan : Mudah, cepat terjadi pembentukan kalus.c.       Kerugian : Pasien harus berada di tempat tidur dalam waktu yang lama ( hati-hati pneumonia,

trombosis ) bila tidak dipantau dengan baik, dapat juga terjadi infeksi pin penjepit.Macam - Macam Traksi

1.            Traksi PanggulDisempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka.

2.    Traksi Ekstension (Buck’s Extention)Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot

3.            Traksi Cervikal Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.

4.      Traksi Russell’sTraksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan.Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.

5.    Traksi khusus untuk anak-anakPenderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.

      Tujuan Ø  Untuk meminimalkan spasme ototØ  Untuk Mengurangi dan mempertahankan kesejajaran tubuhØ  Untuk Mengimobilisasi FrakturØ  Untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang

Indikasi1)   Nyeri dan Spasme Otot2)   Hipomobilitas yang Reversibela)    Keterbatasan Gerak yang Progresif3)   Imobilisasi yang Fungsional

Traksi digunakan pada berbagai macam fraktur, indikasi traksi antara lain adalah :                                                            1.      Traksi rusell,Traksi rusell digunakan pada pasien fraktur

pada plato tibia                                                            2.      Traksi buck

Indikasi yang paling sering untuk jenis traksi ini adalah untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum lutut tersebut diperiksa dan diperbaiki lebih lanjut

                                                            3.      Traksi DunlopTraksi Dunlop merupakan traksi pada ektermitas atas. Traksihorizontal diberikan pada humerus dalam posisi abduksi, dan traksivertical diberikan pada lengan bawah dalm posisi fleksi

                                                            4.      Traksi kulit BryaniTraksi kulit Bryani sering digunakan untuk merawat anak kecil yang mengalami patah tulang paha

Page 2: TRAKSI DLL

                                                            5.      Traksi rangka seimbangTraksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang pada korpus pemoralis orang dewasa

                                                            6.      Traksi 90-90-90Traksi 90-90-90 diindikasikan pada penderita fraktur tulang femur pada anak-anak usia 3 thn sampai dewasa muda (Barbara, 1998)

Kontra indikasi 1)        Hipermobilitas2)        Efusi Sendi3)        Inflamasi4)        Fraktur humeri dan osteoporosis

Komplikasi 1.    Dekubitus 2.    Kongesti Paru dan Pneumonia3.    Konstipasi dan Anoreksia4.    Stasis dan Infeksi Saluran Kemih5.    Trombosis Vena Profunda

Persiapan alat: Skin traksi kit k/p pisu cukur k/p balsam perekat k/p alat rawat luka katrol dan pulley beban K/p Bantalan conter traksi k/p bantal kasur gunting bolpoint untuk penanda/ markerPersiapan alat pada traksi kulit :

o  Bedak kulito  Kom berisi air putiho  Handuko  Sarung tangan bersih

Persiapan alat pada traksi skeletal :o  Zat pembersih untuk perawatan pino  Set ganti baluto  Salep anti bakteri (k/p)o  Kantung sampah infeksiuso  Sarung tangan sterilo  Lidi kapaso  Povidone Iodine (k/p)o  Kassa sterilo  Piala ginjalo  Bantal keras (bantal pasir )

Persiapan PasienAtur posisi pasien nyaman dan rapikan

ProsedurPre Interaksi

         Menjelaskan prosedur tindakan, komplikasi tindakan pada pasien         Mencuci tangan         Memakai handschoen         Mengatur posisi tidur pasien supinasi         Bila ada luka dirawat dan ditutup kassa         Bila banyak rambut k/p di cukur

Page 3: TRAKSI DLL

         Beri tanda batas pemasangan plester gips menggunakan bolpointInteraksi

         k/p beri balsam perekat         Ambil skin traksi kit lalu rekatkan plester gips pada bagian medial dan lateral kaki secara

simetris dengan tetap menjaga immobilisasi fraktur         Pasang katrol lurus dengan kaki bagian fraktur         Masukkan tali pada pulley katrol         Sambungkan tali pada beban ( 1/7 BB = maksimal 5 kg          k/p pasang bantalan conter traksi atau bantal penyangga kaki

Terminasi         Atur posisi pasien nyaman dan rapikan         Beritahu pasien bahwa tindakan sudah selesai dan pesankan untuk manggil perawat bila ada

keluhan         Buka tirai/ pintu         Alat dikembalikan, dibersihkan dan dirapikan         Sarung tangan dilepas         Mencuci tangan      Cara melakukan traksi :1.       Traksi kulit

Kulit hanya bisa dapat menahan sekitar 5 kg traksi pada orang dewasa. Jika lebih dari ini tahanan yang dibutuhkan untuk mendapatkan dalam menjaga reduksi, traksi tulang mungkin diperlukan. Hindari traksi tulang pada anak-anak- plate pertumbuhan dapat dengan mudah hancur dengan pin tulang.Indikasi untuk traksi kulit

a).Anak-anak b).Traksi temporer - hanya untuk beberapa hari, missal pre operasi c).Tahanan kecil dibutuhkan untuk menjaga reduksi 5 kg d).Kerusakan kulit atau adanya sepsis diarea tersebutKontra indikasi

         nekrosis kulit,          obstruksi vaskuler,         oedem distal,         serta peroneal nerve palsy pada traksi tungkai.

Interaksi           Cuci tangan dan pasang sarung tangan           Cuci, keringkan dan beri bedak kulit sebelum traksi dipasang kembali           oleskan benzoin tinktur pada kulit dengan letakkan bilah papan pada kadua sistem ekstremitas

sampai garis patahan tulang           Balut dengan krep secara spiral ( jangan sekali-kali buat balutan melingkar dari bilah perekat.           Lekatkan sebuah pita kebilah papan menggunakan sepotong kayu. Hati-hati: jangan membalut

sampai ke proksimal garis patahan kontrol peredaran darah dan keadaan kulit secara teratur. Pemberat traksi tidak boleh lebih dari 5 kg.

           Lepas sarung tangan           Anjurkan klien untuk menggerakkan ekstremitas distal yang terpasang traksi           Berikan bantalan dibawah akstremitas yang tertekan           Berikan penyokong kaku (foot plates) dan lepaskan setiap 2 jam lalu anjurkan klien latihan

ekstremitas bawah untuk fleksi, ekstensi dan rotasi           Lepas traksi setiap 8 jam atau sesuai instruksi

2.       Traksi tulangIndikasi Traksi Tulang

a).Orang dewasa membutuhkan > 5kg traksib).Kerusakan kulit membutuhkan dressingsc).Jangka panjang Desinfeksi kulit, penutup steril, anastesi localKontra Indikasi

Page 4: TRAKSI DLL

AnakInteraksi

      Cuci tangan      Atur posisi klien dalam posisi lurus di tempat tidur untuk mempertahankan tarikan traksi yang

optimal      Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan sarung tangan steril      Insisi kulit dengan skapel      Masukkan pin stein man (2-4 mm) atau kawat kirschner (2 mm) mulai pada sisi yang sulit (femur

dan kalkaneus dari sisi medial, tibia dari sisi lateral), insisi kulit kedua pada sisi kontralateral dan masukkan pin melalui kulit

      Fiksasi pin dengan menggunakan sanggurdi Bohler dengan pin penempel tomas      Pasang pemberat traksi (numerus 2,5 %, femur 10-15 %, tibia 5 % atau 1/7 dari berat badan)      Disekeliling lempeng dibalut dengan balutan steril tutup ujung runcingnya. Perhatikan : kontrol

arah optimal traksi dan lubang pin setiap hari, kurangi beban traksi jika patahan tulang keluar. Mulai lakukan fisioterapi dini.Terminasi

      Lepas sarung tangan      Buang alat – alat yang telah dipakai ke dalam plastik khusus infeksius      Cuci tangan      Anjurkan klien menggunakan trapeze untuk membantu dalam pergerakan di tempat tidur selama

ganti alat dan membersihkan area punggung/ bokong      Berikan posisi yang tepat di tempat tidur

Komplikasi      Infeksi, misalnya infekis melalui kawat/pin yang digunakan.       Kegagalan penyambungan tulang (nonunion) akibat traksi yang berlebihan.       Luka akibat tekanan misalnya Thomas splint pada tuberositas tibia.       Parese saraf akibat traksi yang berlebihan (overtraksi) atau bila pin mengenai saraf.

Dx Keperawatan1.      Risiko cedera b.d imobilitas dan alat traksi.2.      Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan muskulskeletal.3.      Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d imobilitas.4.      Risiko tinggi kerusakan b.d imobilisai, alat traksi.

2.2.2        GIPS

Definsi         Gips dalam bahasa latin disebut kalkulus, dalam bahasa ingris disebut plaster of paris , dan

dalam belanda disebut gips powder. Gips merupakan mineral yang terdapat di alam berupa batu putih tang mengandung unsur kalsium sulfat dan air.

         Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak sesuai dengan kontur tubuh tempat gips di pasang (brunner & sunder, 2000)

         gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk imobilisasi bagian tubuh dengan mengunakan bahan gips tipe plester atau fiberglass (Barbara Engram, 1999).

Page 5: TRAKSI DLL

         Jadi gips adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang terdapat di alam dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass.Tujuan pemasangan gips1. Imobilisasi kasus dislokasi sendi2. Fiksasi fraktur yang telah di reduksi3. Koreksi cacat tulang4. Imobilisasi pada kasus penyakit tulang setelah dilakukan operasi5. Mengoreksi deformitasIndikasi

1.   pasien dislokasi sendi2.   fraktur3.   penyakit tulang spondilitis TBC4.   pasca operasi5.   skliosis6.   spondilitis TBC, dll

Kontra Indikasi1)   Fraktur terbuka.

Persiapan AlatPersiapan alat –alat untuk pemasangan gips:

1.      Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips2.      Baskom berisi air biasa (untuk merendam gips)3.      Baskom berisi air hangat4.      Gunting perban5.      Bengkok6.      perlak dan alasnya7.      waslap8.      pemotong gips9.      kasa dalam tempatnya10.  alat cukur11.  sabun dalam tempatnya12.  Handuk13.  krim kulit14.  spons rubs ( terbuat dari bahan yang menyerap keringat)15.  padding (pembalut terbuat dari bahan kapas sintetis)

Persiapan pasien 1.      siapkan pasien dan jelaskan pada prosedur yang akan dikerjakan2.      siapkan alat-alat yang akandigunakan untuk pemasangan gips3.      daerah yang akan di pasang gips dicukur, dibersihkan,dan di cuci dengan sabun, kemudian

dikeringkan dengan handuk dan di beri krim kulit4.      sokong ekstremitas atau bagian tubuh yang akan di gips.5.      Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang di tentukan dokter selama

prosedurProsedur pemasangan GipsPre Interaksi

           Menjelaskan prosedur tindakan, komplikasi tindakan pada pasien         Mencuci tangan         Memakai handschoen         Mengatur posisi pasien         Sokong ekstremitas atau bagian tubuh yang akan digips.         Posisikan dan pertahankan bagian yang akan digips dalam posisi yang ditentukan selama

prosedur pemasangan gips.         Pasang duk pada pasien.         Cuci dan keringkan bagian yang akan digips.

Interaksi

Page 6: TRAKSI DLL

         Pasang bahan rajutan (nis:stokinet) pada bagian yang akan digips. Pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat. Boleh juga memakai bahan lain.

         Balutan gulungan tanpa rajutan dengan rata dan halus sepanjang bagian yang digips. Tambahkan bantalan didaerah tonjolan  tulang dan paha jalur saraf.

         Pasang gips atau material sintesis secara merata pada bagian tubuh. Pilih lebar bahan yang sesuai. Timpa bahan sekitar setengah lebarnya. Lakukan dengan gerakan yang berkesinambungan agar tejaga kontak yang konstan dengan bagian tubuh. Pergunakan bahan gips tambahan  (bidai) pada sendi dan pada titik  stes pada gips yang diperkirakan .

         Selesaikan gips:- Haluskan tepinya. - Potong dan bentuk dengan pemotong  gips atau cuter.

         Bersihkan partikel gips dari kulit.         Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan .         Pasang gips yang sedang dalam proses pengerasan dengan telapak tangan; jangna diletakan pada

permukaan keras atau pada tepi tajam; hindari tekanan pada gips.Terminasi

         Rapikan pasien         Rapikan alat         Cuci tangan          dokumentasi

Pelepasan gipsAlat yang di gunakan untuk pelepasan gips1. Gergaji listrik/pemotong gips2. Gergaji kecil manual3. Gunting besar4. Baskom berisi air hangat5. Gunting perban6. Bengkok dan plastic untuk tempat gips yang di buka7. Sabun dalam tempatnya8. Handuk9. Perlak dan alasnya10. Waslap11. Krim atau minyakProsedur pelepasan gipsPre interaksi

1.      Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan2.      Yakinkan pasien bahwa gergaji listrik atau pemotong gips tidak akan mengenai kulit3.      Gips akan di belah dengan menggunakan gergaji listrik

Interaksi 1.      Gunakan pelindung mata pada pasien dan petugas pemotong gips2.      Potong bantalan gips dengan gunting3.      Sokong bagian tubuh ketika gips di lepas4.      Cuci dan keringkan bagian yang habis di gips dengan lembut oleskan krim atau minyak5.      Ajarkan pasien secara bertahap melakukan aktifitas tubuh sesuai program terapi6.      Ajarkan pasien agar meninggikan ekstremitas atau mengunakan elastic perban jika perlu untuk

mengontrol pembengkakanTerminasi

1.   Rapikan pasien2.   Rapikan alat3.   Cuci tangan 4.   Dokumentasi

Dx Keperawatan 1)        Kurangnya pengetahuan mengenai program pengobatan2)        Nyeri yang berhubungan dengan ganguan muskuloskeletal3)        Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gips

Page 7: TRAKSI DLL

4)        Kurang perawatan diri : makan,mandi/higiene,berpakian /berdandan, atau toileting karena keterbatasan mobilitas

5)        Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan laserasi dan abrasi6)        Potensial perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan respon fisiologik thd

cedera/gips2.3  PERAWATAN LUKA

Definisi      Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka adalah

kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).      Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda

tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan (R. Sjamsu Hidayat, 1997).

      Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam.(Menurut Koiner dan Taylan).

      Luka adalah kerusakan anatomi, diskontinuitas suatu jaringan oleh karena trauma dari luar.(Djohansyah Marzoeki, 1991).

      Luka kotor atau luka terinfeksi adalah luka dimana organisme yang menyebabkan infeksi pascaoperatif terdapat dalam lapang operatif sebelum pembedahan. Hal ini mencakup luka traumatik yang sudah lama dengan jaringan yang terkelupas tertahan dan luka yang melibatkan infeksi klinis yang sudah ada atau visera yang mengalami perforasi. Kemungkinan relatif infeksi luka adalah lebih dari 27 %. (Potter and Perry, 2005)

      Luka bersih adalah luka tidak terinfeksi yang memiliki inflamasi minimal dan tidak sampai mengenai saluran pernapasan, pencernaan, genital atau perkemihan.

1.      Perawatan Luka BersihProsedur perawatan yang dilakukan pada luka bersih (tanpa ada pus dan necrose), termasuk didalamnya mengganti balutan.

2.      Perawatan Luka KotorPerawatan pada luka yang terjadi karena tekanan terus menerus pada bagian tubuh tertentu sehingga sirkulasi darah ke daerah tersebut terganggu.

Proses Penyembuhan LukaBeberapa teori proses penyembuhan luka adalah sebagai berikut:

Menurut Kozier (1995) : Penyembuhan merupakan suatu sifat dari jaringan-jaringan yang hidup; hal ini juga diartikan sebagai pembentukan kembali (pembaharuan) dari jaringan-jaringan tersebut. Penyembuhan dapat dibagi dalam tiga fase: peradangan, proliferatif, dan maturasi (bernanah luka). Proses penyembuhan untuk luka akibat operasi akan dijelaskan di bawah ini.

Gambar 3. Proses penyembuhan luka sesuai fase inflamasi (6 jam setelh kecelakaan), fase proliferatif (hari pertama dan hari kedua), dan fase maturasi (Hari ke tujuh)

a)    Fase inflamasi/ peradangan : 1)      Hari ke 0-5 2)      Respon segera setelah terjadi injuri  pembekuan darah  untuk mencegah kehilangan darah3)      Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa4)      Fase awal terjadi haemostasis5)      Fase akhir terjadi fagositosis6)      Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksib)   Fase proliferasi or epitelisasi

1)      Hari 3 – 142)      Disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka  luka

nampak merah segar, mengkilatà3)      Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru,

fibronectin and hyularonic acid4)      Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian

luka

Page 8: TRAKSI DLL

5)      Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisic)    Fase maturasi atau remodelling

1)      Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun2)      Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan

jaringan (tensile strength) 3)      Terbentuk jaringan parut (scar tissue)  50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnyaà4)      Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang

mengalami perbaikanJenis – Jenis Luka

1)   Berdasarkan tingkat kontaminasi:       Clean wound/luka bersih

Clean wound atau luka bersih adalah luka yang dibuat oleh karena tindakan operasi dengan tehnik steril , pada daerah body wall dan non contaminated deep tissue ( tiroid, kelenjar, pembuluh darah, otak, tulang)

  Clean contaminated woundMerupakan luka yang terjadi karena benda tajam, bersih dan rapi, lingkungan tidak steril atau operasi yang mengenai daerah small bowel dan bronchial.

  Contaminated woundLuka ini tidak rapi, terkontaminasi oleh lingkungan kotor, operasi pada saluran terinfeksi (large bowel/rektum, infeksi broncial, infeksi perkemihan)

  Infected woundJenis luka ini diikuti oleh adanya infeksi, kerusakan jaringan, serta kurangnya vaskularisasi pada jaringan luka.

2)   Luka Menurut PenyebabTipe luka (vulnus) adalah :

Vulnus laceratum (Laserasi)Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka tepi luka tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko infeksi.

Vulnus excoriasi (Luka lecet)Penyebab  luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada permukaan kulit merupakan luka terbuka tetapi yang terkena hanya daerah kulit.

Vulnus punctum (Luka tusuk)Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit, merupakan luka terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika yang mengenai abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus).

Vulnus contussum (luka kontusio)Penyebab : benturan benda yang keras. Luka ini      merupakan luka tertutup, akibat dari kerusakan pada soft tissue dan ruptur pada pembuluh darah menyebabkan nyeri dan berdarah  (hematoma) bila kecil maka akan diserap oleh jaringan di sekitarya jika organ dalam terbentur dapat menyebabkan akibat yang serius

Vulnus insivum (Luka sayat)Penyebab dari luka jenis ini adalah sayatan benda tajam atau jarum merupakan luka terbuka akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasif, tepi luka tajam dan licin

Vulnus  schlopetorumPenyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka  tampak kehitam-hitaman, bisa tidak teratur kadang ditemukan corpus alienum.

Vulnus morsum (luka gigitan)Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar bentuk luka tergantung dari bentuk gigi.

Vulnus perforatumLuka jenis ini merupakan luka tembus atau luka  jebol.  Penyebab oleh karena panah, tombak atau proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan.

Vulnus amputatum

Page 9: TRAKSI DLL

Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi tinggi, terdapat gejala pathom limb.

Vulnus combustion (luka bakar)Penyebab oleh karena thermis, radiasi, elektrik ataupun  kimia  Jaringan kulit rusak dengan berbagai derajat mulai dari lepuh (bula – carbonisasi/hangus). Sensasi nyeri dan atau anesthesia.

3)   Berdasarkan waktu penyembuhan luka1.    Luka akut

yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.2.    Luka kronis

yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.

4)   Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka1)      Stadium Satua)    Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila dibandingkan dengan kulit yang

normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut: perubahan temperatur kulit (lebih dingin atau lebih hangat)

b)   perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak)c)    perubahan sensasi ( gatal atau nyeri)d)   Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai kemerahan yang menetap.

Sedangkan pada yang berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai warna merah yang menetap, biru atau ungu.

2)      Stadium DuaHilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau keduanya. Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau membentuk lubang yang dangkal.

3)      Stadium TigaHilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat seperti lubang yang dalam

4)      Stadium EmpatHilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium IV dari luka tekan.Tujuan 1.    luka bersih

a.       Mencegah timbulnya infeksi.b.      Observasi erkembangan luka.c.       Mengabsorbsi drainase.d.      Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis.

2.    Luka kotora.       Mempercepat penyembuhan luka.b.      Mencegah meluasnya infeksi.c.       Mengurangi gangguan rasa nyaman bagi pasien maupun orang lain.

Indikasi 1.      Luka bersih

a.       bersih tak terkontaminasi dan luka steril.b.      Balutan kotor dan basah  akibat eksternal ada rembesan/ eksudat.c.       Ingin mengkaji keadaan luka.

2.         Luka kotora.       Kotor terkontaminasi dan luka terbuka.b.      Ingin mengkaji keadaan luka.

Kontra Indikasi1.    Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab sehingga mikroorganisme dapat

hidup2.    Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan – gesekan pembalut.

Page 10: TRAKSI DLL

Komplikasi Lukaa.    Hematoma (Hemorrhage)b.    Infeksi (Wounds Sepsis)c.    Dehiscence dan Eviscerasid.   Keloid

Persiapan alat1.    Luka bersih

Alat sterila.       Pincet anatomi 1.b.      Pinchet chirurgie 1.c.       Gunting Luka (Lurus).d.      Kapas Lidi.e.       Kasa Steril.f.       Kasa Penekan (deppers).g.      Mangkok / kom Kecil

Alat tidak sterila.       Gunting pembalut.b.      Plaster.c.       Bengkok/ kantong plastik.d.      Pembalut.e.       Alkohol 70 %.f.       Betadine 10 %.g.      Bensin/ Aseton.h.      Obat antiseptic/ desinfektan.i.        NaCl 0,9 % .

2.      Luka kotorAlat steril

a.       Pincet anatomi 1.b.      Pinchet chirurgie 2.c.       Gunting Luka (Lurus dan bengkok).d.      Kapas Lidi.e.       Kasa Steril.f.       Kasa Penekan (deppers).g.      Sarung Tangan.h.      Mangkok / kom Kecil 2

Alat tidak sterila.       Gunting pembalut.b.      Plaster.c.       Bengkok/ kantong plastic.d.      Pembalut.e.       Alkohol 70 %.f.       Betadine 2 %.g.      H2O2, savlon.h.      Bensin/ Aseton.i.        Obat antiseptic/ desinfektan.j.        NaCl 0,9 %

Persiapan pasien1)      Perkenalkan diri.2)      Jelaskan tujuan.3)      Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.4)      Persetujuan pasien. Prosedur pelaksanaan

1.    Luka bersihPre interaksia.       Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.

Page 11: TRAKSI DLL

b.      Tempatkan alat yang sesuai.c.       Cuci tangan.Interaksi d.      Buka pembalut dan buang pada tempatnya.e.       Bila balutan lengket pada bekas luka, lepas dengan larutan steril atau NaCl.

f.       Bersihkan bekas plester dengan wash bensin/aseton (bila tidak kontra indikasi), dari arah dalam ke luar.

g.      Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.h.      Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada bengkok dengan larutan

desinfektan.i.        Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.

j.        Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter)  dan tutup luka dengan kasa steril.k.      Plester perban atau kasa.Terminasi l.        Rapikan pasien.m.    Alat bereskan dan cuci tangan.n.      Catat kondisi dan perkembangan luka.

2.      Luka kotorPre intreaksi a.       Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.b.      Tempatkan alat yang sesuai.

c.       Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (mengurangi transmisi pathogen yang berasal dari darah). Sarung tangan digunakan saat memegang bahan berair dari cairan tubuh.

Interaksi d.      Buka pembalut dan buang pada tempatnya serta kajilah luka becubitus yang ada.

e.       Bersihkan bekas plester dengan wash bensin/aseton (bila tidak kontra indikasi), dari arah dalam ke luar.f.       Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.

g.      Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan pada bengkok dengan larutan desinfektan.h.      Bersihkan luka dengan H2O2 / savlon.i.        Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.

j.        Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter)  dan tutup luka dengan kasa steril.k.      Plester perban atau kasa.Terminasi l.        Rapikan pasien.m.    Alat bereskan dan cuci tangan.n.      Catat kondisi dan perkembangan luka

Dx KeperawatanMenurut  Lynda Juall C (1990)  dalam buku  Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan yang sering muncul pada pasien perawatan luka

1.     Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan kerusakan mekanis dari jaringan sekunder akibat tekanan,pencukuran dan gesekan.

2.    Nyeri yang berhubungan dengan trauma kulit, infeksi kulit dan perawatan luka.3.    Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan luka

2.4  BALUT DAN BIDAI         Balut bidai adalah tindakan memfiksasi /mengimobilisasi bagian tubuh yang mengalami cidera

dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fiksator /imobilisator.         Balut bidai adalah pertolongan pertama dengan pengembalian anggota tubuh yang dirsakan

cukup nyaman dan pengiriman korban tanpa gangguan dan rasa nyeri ( Muriel Steet ,1995 ).         Balut bidai adalah suatu cara untuk menstabilkan /menunjang persendian dalam menggunakan

sendi yang benar /melindungi trauma dari luar ( Barbara C, long ,1996 )A.  Pembalutan

Macam-macam pembalutan

Page 12: TRAKSI DLL

1. Pembalut penutup       Untuk menutup sebagian badan agar terhindar dari kotoran luar maupun tidak tersinggung dari

anggota badan yang lain

       Untuk menghindarkan di8ri dari cahaya matahari atau udara

       Sebelum luka dibngkus terlebih dahulu Luka dibersihakn atau dilakukan perawatan luka.

       Untuk menahan perdarahan

       Melekatkan obat (Zalf, serbuk, kompres)

2. Pembalut penahan       Mengistirahatkan anggota badan yang luka atau sakit

       Mengurangi gerakan yang dapat menambah beratnya sakit.

       Mengurangi rasa sakit

3. Pembalut penekan       Menekan luka

Macam-macam pembalut  Pembalut segitiga. (mitela) merupakn pembalut berbentuk segitiga

  Pembalut kassa

  Pembalut Cambrio (kain mori)

  Pembalut gulung berbentuk pita

  Pembalut perekat (plester)

  Pembalut gips

  Pembalut spesiffik

Tujuan:         Untuk mengurangi atau menghentikan perdarahan

         Untuk meminimalkan kontaminasi

         Untuk stabilisasi benda yang menancap

Indikasi         Pada luka terbuka yang memungkinkan terkontaminasi dengan lingkungan luar         Ada perdarahan eksternal, sehingga darah mengalir melalui luka yang ada

         Ada luka tusuk dengan benda yang masih menancap, dengan kemungkinan benda tersebut menembur arteri atau pembuluh darah besar

Kontra Indikasi           Luka dengan hipereksudat         Luka terinfeksi         Terdapat undermining dan tunneling

Komplikasi             Bula, kegagalan flap/graf            Risiko perdarahan/hematima yang meningkatkan            Infeksi  gram negatif, infeksi Candida            Nyeri dan perdarahan saat penggantian balutan             Iritan/dermattis kontak alergi

Persiapan Alat:         Balut tekan (balut elastik)         Mitella         Set perawatan luka

Persiapan pasien

Page 13: TRAKSI DLL

           Atur posisi pasien senyaman mungkin

Prosedur TindakanPre interaksi1. Memberikan salam2. Memperkenalkan diri3. Menjelaskan tujuan tindakan4. Menjelaskan langkah prosedur5. Menempatkan alat ke dekat pasien6. Mencuci tanganInteraksi

1.    Memeriksa bagian tubuh yang akan dibalut ; (lihat, raba dan gerakkan)2.    Melakukan tindakan prapembalutan ; membersihkan atau perawatan luka, mencukur rambut area

pembalutan, tutup dengan kasa steril3.    Memilih jenis pembalutan yang tepat4.    Membalut dengan benar ; posisi, arah dan teknik 5.    Evaluasi hasil pembalutan ; mudah lepas/longgar, terlalu ketat (mengganggu peredaran darah /

gerakan)Terminasi 1. Merapikan pasien2. Melakukan evaluasi tindakan3. Merapikan alat4. Mencuci tanganDx keperawatan

1.    Resiko terjadi infeksi akibat berhubungan dengan kurangnya perawatan pada daerah luka.2.    Nyeri akibat terputusnya kontinuitas jaringan.3.    Inkontinuitas jaringan bd luka

B.       PembidaianJenis Pembidaian :

1.    Tindakan pertolongan sementara a)    Dilakukan ditempat cidera sebelum ke rumah sakit b)   Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya c)    Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan meghindarkan kerusakan yang lebih berat.d)   Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan tehnik dasar pembidaian 2.    Tindakan pertolongan definitifa)    Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan, klinik / RSb)   Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur /dislokasi menggunakan alat dan bahan

khusus sesuai standar pelayanan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih.

Jenis-Jenis Bidai1.        Bidai keras: Merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam kesdaan

darurat.kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang mempunyai syarat dilapangan. Contoh;bidai kayu

2.        Bidai Traksi: Bidai bentuk jadi dan berfariasi tergantung dari pembuatannya hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus umumnya dipakai pada patah tulang paha. Contoh : bidai traksi tulang paha.

3.        Bidai improvisasi: Bidai yang cukup dibut dengan bahan cukup kuat dan ringan untuk menopang ,pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong. Contoh :majalah ;koran .karton.

4.        Gendongan /belat dan bebat: Pembidaian dengan menggunakan pembalut umumnya dipakai misalnya dan memanfaatkan tubuh penderita ebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cidera.

Tujuan:

Page 14: TRAKSI DLL

1.      Mencegah gerakan bagian yang stabil sehingga mengurangi nyeri dan mencegah kerusakan lebih lanjut.

2.      Mempertahankan posisi yang nyaman.3.      Mempermudah transportasi organ.4.      Mengistirahatkan bagian tubuh yang cidera.5.      Mempercepat penyembuhan.

Indikasi 1.      Adanya fraktur ,baik terbuka /tertutup.2.      Adanya kecurigaan adanya fraktur.3.      Dislokasi persendian4.      Multiple trauma

Kontra indikasi       pernafasan dan sirkulasi penderita sudah distabilkan.       gangguan sirkulasi dan atau gangguan yang berat pada distal daerah fraktur,       resiko memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit, komplikasi a. Dapat menekan jaringan pembuluh darah / syaraf dibawahnya bila bidai terlalu ketatb. Bila bidai terlalu longgar , masih ada gerakan pada tulang yang patahc. Menghambat aliran darah , iskemi jaringan , Nekrosisd. Memperlambat transportasi penderita bila terlalu lama melakukan pembidaianPersiapan Alat       Spalk sesuai ukuran       Kasa balutan panjang, elastis verban      Gunting Persiapan pasien

      Menenangkan penderita ,jelaskan bahwa akan memberikan pertolongan.      Pemeriksaan mencari tanda fraktur /dislokasi      Menjelaskan prosedur tindakan yang dilakukan       Meminimalkan gerakan daerah luka. Jangan menggerakkan /memindahkan korban jika keadaan

tidak mendesak.      Jika ada luka terbuka tangani segera luka dan pendarahan dengan menggunakan cairan antiseptik

dan tekan perdarahan dengan kassa steril      Jika mengalami deformitas yang berat dan adanya gangguan pada denyut nadi ,sebaiknya

dilakukan telusuran pada ekstremitas yang mengalami deformitas. Proses pelurusan harus hati-hati agar tidak memperberat .

      Periksa kecepatan pengisian kapiler. Tekan kuku pada ekstremitas yang cedera dengan ekstremitas yang tidak cedera secara bersamaan. Periksa apakah pengembalian warna merah secara bersamaan /mengalami keterlambatan pada ekstremitas yang cedera.

      Jika terjadi gangguan sirkulasi segera bawa ke RS      Jika terjadi edema pada daerah cedera ,lepaskan perhiasan yang dipakai penderita .      Jika ada fraktur terbuka dan tampak tulang keluar. Jangan pernah menyentuh dan membersihkan

tulang tersebut tanpa alat steril karena akan memperparah keadaan .

Prosedur Pre interaksi       Lihat bagian yang mengalami cedera dengan jelas

       Periksa dan catat sensasi, motoris dan sirkulasi distal sebelum dan sesudah pembidaian

       Jika terdapat angulasi hebat dan denyut nadi tidak teraba, lakukan fiksasi dengan lembut. Jika terdapat tahanan, bidai ekstremitas dalam posisi angulasi.

       Tutup luka terbuka dengan kassa steril sebelum dibidai, pasang bidai di sisi yang jauh dari luka tersebut

Page 15: TRAKSI DLL

       Gunakan bidai yang dapat mengimobilisasi satu sendi di proksimal dan distal jejas

       Pasang bantalan yang memadai

       Jangan mencoba untuk menekan masuk kembali segmen tulang yang menonjol, jaga agar ujung segmen fraktur tetap lembab

       Jika ragu akan adanya fraktur, lakukan pembidaian pada cedera ekstremitas

Interaksi       Pembidaian meliputi 2 sendi, sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi dibawah dan

diatas patah tulang .Contoh :jika tungkai bawah mengalami fraktur maka bidai harus bisa memobilisasi pergelangan kaki maupun lutut

      Luruskan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur secara hati-hati dan jangan memaksa gerakan ,jika sulit diluruskan maka pembidaian dilakukan apa adanya

      Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan dapat dilakukan traksi,tapi jika pasien merasakan nyeri ,krepitasi sebaiknya jangan dilakukan traksi, jika traksi berhasil segara fiksasi,agar tidak beresiko untuk menciderai saraf atau pembuluh darah.

      Beri bantalan empuk pada anggota gerak yang dibidai       Ikatlah bidai diatas atau dibawah daerah fraktur ,jangan mengikat tepat didaerah fraktur dan

jangan terlalu ketatTerminasi       Evaluasi perasaan klien      Data-data subjektif klien      Lakukan kontrak pertemuan      Cuci tangan      DOKUMENTASIDx keperawatan

1.      resti kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah; emboli lemak.2.      resti infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer; terpajan pada lingkungan.3.      resti disfungsi neuro vaskular perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah ( cidera

vaskular; edema berlebihan; pembentukan trombus; hipovolemia)2.5    Pemasangan Cervical Collar/Collar Neck

Definisi       Pemasangan neck collar adalah memasang alat neck collar untuk immobilisasi leher

(mempertahankan tulang servikal).       Salah satu jenis collar yang banyak digunakan adalah SOMI Brace (Sternal Occipital Mandibular

Immobilizer).       Namun ada juga yang menggunakan  Xcollar Extrication Collar yang dirancang untuk  mobilisasi

(pemindahan pasien dari tempat kejadian kecelakaan ke ruang medis). Namun pada prinsipnya cara kerja dan prosedur pemasangannya hampir sama.  Waktu pemakaian

         Collar digunakan selama 1 minggu secara terus-menerus siang dan malam dan diubah secara intermiten pada minggu II atau bila mengendarai kendaraan.

Page 16: TRAKSI DLL

         Harus diingat bahwa tujuan imobilisasi ini bersifat sementara dan harus dihindari akibatnya yaitu diantaranya berupa atrofi otot serta kontraktur.

         Jangka waktu 1-2 minggu ini biasanya cukup untuk mengatasi nyeri pada nyeri servikal non spesifik. Apabila disertai dengan iritasi radiks saraf, adakalanya diperlukan waktu 2-3 bulan.

         Hilangnya nyeri, hilangnya tanda spurling dan perbaikan defisit motorik dapat dijadikan indikasi pelepasan collar. Tujuan

1. Mencegah pergerakan tulang servik yang patah (proses imobilisasi serta mengurangi kompresi pada radiks saraf)

2. Mencegah bertambahnya kerusakan tulang servik dan spinal cord3. Mengurangi rasa sakit4. Mengurangi pergerakan leher selama proses pemulihan

Indikasi         Digunakan pada pasien yang mengalami trauma leher, fraktur tulang servik.         C collar di pasangkan untuk pasien 1 kali pemasangan. Penggunaan ulang C Collar tidak sesuai

dengan standar kesehatan dan protap.

Page 17: TRAKSI DLL

Kontra indikasi

1.      Hindari posisi tengkurap dan trendelenburg. Beberapa kontrovesi yaitu posisipasien adalah datar, jika posisi datar di anjurkan, mungkin sebagai indikasiadalah monitoring TIK. Tipe monitoring TIK yang tersedia adalah screws,cannuls, fiberoptic probes.

2.      Elevasi bed bagian kepala digunakan untuk menurunkan TIK. Beberapaalasan bahwa elevasi kepala akan menurunkan TIK, tetapi berpengaruh juga terhadap penurunan CPP. Alas an lain bahwa posisi horizontal akan meningkatkan CPP. Maka posisi yang disarankan adalah elevasi kepala antara 15 – 300, yang mana penurunan ICP tanpa menurunkan CPP. Aliran darah otak tergantung CPP, dimana CPP adalah perbedaan antara mean arterial pressure ( MAP) dan ICP. CPP = MAP – ICP. MAP = ( 2 diastolik +sistolik ) : 3. CPP, 70 – 100 mmHg untuk orang dewasa, > 60 mmHg padaanak diatas 1 tahun, > 50 mmHg untuk infant 0-12 bulan.

3.      Kepala pasien harus dalam posisi netral tanpa rotasi ke kiri atau kanan, flexionatau extension dari leher.

4.      Elevasi bed bagian kepala diatas 400 akan berkontribusi terhadap posturalhipotensi dan penurunan perfusi otak.

5.      Meminimalisasi stimulus yang berbahaya, berikan penjelasan sebelummenyentuh atau melakukan prosedur.

6.      Rencanakan aktivitas keperawatan. Jarak antara Aktivitas keperawatan palingsedikit 15 menit .

7.      Elevasi kepala merupakan kontra indikasi pada pasien hipotensi sebab akanmempengaruhi CPP.Komplikasi

           Fleksi, ekstensi atau rotasi leher akan meningkatkan TIK karena obstruksi venous outflow.           Penumpukan secret atau kerusakan kulit mungkin terjadi bila posisi pasien tidak di rubah setiap

2 jam.           Nyeri atau kegelisahan akan meningkatkan TIK.

Persiapan Alat :         Neck collar sesuai ukuran         Bantal pasir         Handschoen

Persiapan Pasien :         Informed Consent         Berikan penjelasan tentang tindakan yang dilakukan         Posisi pasien : terlentang, dengan posisi leher segaris / anatomi

Prosedur Pre interaksi

         Informed concent         Posisikan pasien senyaman mungkin         Mencuci tangan

Interaksi          Petugas menggunakan masker, handschoen         Pegang kepala dengan cara satu tangan memegang bagian kanan kepala mulai dari mandibula

kearah temporal, demikian juga bagian sebelah kiri dengan tangan yang lain dengan cara yang sama.

         Petugas lainnya memasukkan neck collar secara perlahan ke bagian belakang leher dengan sedikit melewati leher.

         Letakkan bagian neck collar yang bertekuk tepat pada dagu.         Rekatkan 2 sisi neck collar satu sama lain         Pasang bantal pasir di kedua sisi kepala pasien

Terminasi   Catat seluruh tindakan yang dilakukan dan respon pasien  Pemasangan jangan terlalu kuat atau terlalu longgar

Page 18: TRAKSI DLL

Dx keperawatan1.    Risiko cedera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri.2.    Gangguan aktifitas sehari-hari berhubungan dengan terbatasnya gerakan.3.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.4.    Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh, sendi, bengkok,

deformitas.

2.6    Latihan Rom

Definisi ROM      

         Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal

         ROM adalah kemampuan maksimal seseorang dalam melakukan gerakan. Merupakan ruang gerak atau batas-batas gerakan dari kontraksi otot dalam melakukan gerakan, apakah otot memendek secara penuh atau tidak, atau memanjang secara penuh atau tidak.

         Adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif (Potter and Perry, 2006).

Jenis ROM

         ROM pasif   :    Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %

         ROM aktif   :    Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75 % D. Jenis gerakan Fleksi Ekstensi Hiper ekstensi Rotasi Sirkumduksi Supinasi Pronasi Abduksi Aduksi Oposisi (Potter and Perry, 2006).Prinsip Dasar Latihan ROM

1.      ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari 2.      ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien3.      Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,   diagnosa, tanda-tanda

vital dan lamanya tirah baring. 4.      Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu,

tumit, kaki, dan pergelangan kaki. 5.      ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian   yang di curigai

mengalami proses penyakit. 6.      Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah di

lakukan.Manfaat ROM

1.      Meningkatkan mobilisasi sendi2.      Memperbaiki toleransi otot untuk latihan3.      Meningkatkan massa otot4.      Mengurangi kehilangan tulang5.      Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan6.      Mengkaji tulang sendi, otot7.      Mencegah terjadinya kekakuan sendi8.      Memperlancar sirkulasi darah9.      Memperbaiki tonus otot

Gerak gerakan ROM1.    Leher, spina, serfikal

         Fleksi : Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°

Page 19: TRAKSI DLL

         Ekstensi : Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°          Hiperektensi : Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, rentang 40-45°          Fleksi lateral : Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin kearah          setiap bahu, rentang 40-45°          Rotasi : Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler,          rentang 180° Ulangi gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali. 2.    Bahu

         Fleksi : Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke          posisi di atas kepala, rentang 180°          Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh, rentang

180°          Hiperektensi : Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus, rentang 45-60°          Abduksi : Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan

telapak tangan jauh dari kepala, rentang 180°          Adduksi : Menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin, rentang 320°          Rotasi dalam : Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan menggerakan lengan sampai ibu jari

menghadap ke dalam dan ke belakang, rentang 90°          Rotasi luar : Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping

kepala, rentang 90°         Sirkumduksi : Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh, rentang 360°

Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.3.      Siku          Fleksi : Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan          sendi bahu dan tangan sejajar bahu, rentang 150°          Ektensi : Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang 150° 4.      Lengan bawah          Supinasi : Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan          menghadap ke atas, rentang 70-90°          Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke          bawah, rentang 70-90°          Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali. 5.      Pergelangan tangan          Fleksi : Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan          bawah, rentang 80-90°          Ekstensi : Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan, lengan          bawah berada dalam arah yang sama, rentang 80-90°          Hiperekstensi : Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh          mungkin, rentang 89-90°          Abduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari, rentang 30°          Adduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari, rentang 30-50°          Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali. 6.      Jari- jari tangan          Fleksi : Membuat genggaman, rentang 90°          Ekstensi : Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°          Hiperekstensi : Menggerakan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin, rentang 30-60°          Abduksi : Mereggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain, rentang 30°          Adduksi : Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°          Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali. 7.      Ibu jari          Fleksi : Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan, rentang 90°          Ekstensi : menggerakan ibu jari lurus menjauh dari tangan, rentang 90°          Abduksi : Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°          Adduksi : Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°          Oposisi : Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama          Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

Page 20: TRAKSI DLL

8.      Pinggul          Fleksi : Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120°          Ekstensi : Menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain, rentang          90-120°          Hiperekstensi : Mengerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-50°          Abduksi : Menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh, rentang 30-50°          Adduksi : Mengerakan tungkai kembali ke posisi media dan melebihi jika mungkin, rentang 30-

50°          Rotasi dalam :          Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain, rentang 90°          Rotasi luar : Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain, rentang 90°

Sirkumduksi : Menggerakan tungkai melingkarUlang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

9.      Lutut          Fleksi : Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-130°          Ekstensi : Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°          Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali. 10.  Mata kaki          Dorsifleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas, rentang 20-30°          Flantarfleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke bawah, rentang 45-50°          Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali. 11.  Kaki          Inversi : Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10°          Eversi : Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10°          Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali. 12.  Jari-Jari Kaki          Fleksi : Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°          Ekstensi : Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30 60°          Abduksi : Menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang lain, rentang 15°          Adduksi : Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°          Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali

Tujuan :

1.      Mempertahankan fungsi tubuh2.      Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka3.      Membantu pernafasan menjadi lebih baik4.      Mempertahankan tonus otot5.      Memperlancar eliminasi Alvi dan Urin

6.      Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.7.      Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau berkomunikasi

Indikasi

1. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran2. Kelemahan otot3. Fase rehabilitasi fisik4. Klien dengan tirah baring lama (Potter and Perry, 2006)

Kontra indikasi :

1.      Hypermobilitas2.      Efusi sendi

Page 21: TRAKSI DLL

3.      Inflamasi

Komplikasi

1) nekrosis kulit2) Osteomielitis3) Kompartement Sindrom4) Emboli Lemak5) Tetanus

Persiapan Alat

1.      Satu bantal penopang lengan2.      Satu bantal penopang tungkai3.      Bantal penopang tubuh bagian belakang

Persiapan Pasien

1.         Mengucapkan salam terapeutik2.         Memperkenalkan diri3.         Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang

akan dilaksanakan.4.         Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya5.         Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.6.         Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi

Prosedur Pre interaksi

1.         Privasi klien selama komunikasi dihargai.2.         Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek

selama berkomunikasi dan melakukan tindakan3.         Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)

Interaksi1.      Angkat / singkirkan rail pembatas tempat tidur pada sisi di mana perawat akan melakukan

mobilisasi2.      Pastikan posisi pasien pada bagian tengah tempat tidur, posisi supinasi lebih mudah bila di

lakukan mobilisasi lateral3.      Perawat mengambil posisi sebagai berikut :a.    Perawat mengambil posisi sedekat mungkin menghadap klien di samping tempat tidur lurus pada

bagian abdomen klien sesuai arah posisi lateral (misalnya; mau memiringkan kekana, maka perawat ada di samping kanan klien

b.    Kepala tegak dagu di tarik ke belakang untuk mempertahankan punggung pada posisi tegak.c.     Posisi pinggang tegak untuk melindungi sendi dan ligamen.d.    Lebarkan jarak kedua kaki untuk menjaga kestabilan saat menarik tubuh kliene.     Lutut dan pinggul tertekuk / fleksi

4.      Kemudian letakan tangan kanan lurus di samping tubuh klien untuk mencegah klien terguling saat di tarik ke posisi lateral (sebagai penyangga).

5.      Kemudian letakan tangan kiri klien menyilang pada dadanya dan tungkai kiri menyilang diatas tungkai kanan dengan tujuan agar memberikan kekuatan sat di dorong.

6.      Kemudian kencangkan otot gluteus dan abdomen serta kaki fleksi bersiap untuk melakukan tarikan terhadap tubuh klien yakinkan menggunakan otot terpanjang dan terkuat pada tungkai dengan tujuan mencegah trauma dan menjaga kestabilan.

7.      Letakan tangan kanan perawat pada pangkal paha klien dan tangan kiri di letakan pada bahu klien.

8.      Kemudian tarik tubuh klien ke arah perawat dengan cara :

Page 22: TRAKSI DLL

a.         Kuatkan otot tulang belakang dan geser berat badan perawat ke bagian pantat dan kaki.b.         Tambahkan fleksi kaki dan pelfis perawat lebih di rendahkan lagi untuk menjaga keseimbangan

dan ke takstabilc.          Yakinkan posisi klien tetap nyaman dan tetap dapat bernafas lega9.      Kemudian atur posisi klien dengan memberikan ganjaran bantal pada bagian yang penting

sebagai berikut :a.    Tubuh klien berada di sampingdan kedua lengan berada di bagian depan tubuh dengan posisi

fleksi, berat badan klien tertumpu pada bagian skakula dan illeum. Berikan bantal pada bagian kepala agar tidak terjadi abduksi dan adduksi ada sendi leher.

b.    Kemudian berikan bantal sebagai ganjalan antara kedua lengan dan dada untuk mencegah keletihan otot dada dan terjadinya lateral fleksi serta untuk mencegah / membatasi fungsi internal rotasi dan abduksi pada bahu dan lengan atas.

10.  Berikan ganjalan bantal pada bagian belakang tubuh klien bila di perlukan untuk memberikan posisi yang tepat

Terminasi 1.      Rapikan pakaian dan linen klien serta bereskan alat yang tidak di gunakan.2.      Cuci tangan 3.      Evaluasi respon klien 4.      Dokumentasikan tindakan yang telah di kerjakan.    

Dx Keperawatan      1.         Intoleransi aktivitas berhubungan dengan:Kesegarisan tubuh yang buruk,Penurunan mobilisasi2.      Risiko injuri berhubungan dengan:Ketidaklayakan mekanik tubuh, Ketidaklayakan

posisi,Ketidaklayakan teknik pemindahan3.      Gangguan mobilisasi fisik berhubungan denganPengurangan ROM, Tirah baring,Penurunan

kekuatan4.       Tidak efektifnya bersihan jalan napas b.d: Stasisnya sekresi paru,Ketidaklayakan posisi tubuh