Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat...
Transcript of Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat...
HUBUNGAN ANTARA GENERALIZED JOINT HYPERMOBILITY DENGAN ASIMETRI TRUNKUS PADA
MAHASISWA KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh Hisyam Ismail Hamzah
NIM: 11141030000080
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLL{N KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
canturnkan sesuai dengan ketentuan yafig berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orailg lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di LIIN Syarif Hidayatullah lakarta.
?-1{fktnlrer.21l7
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBINIBING
IIUBUNGAN ANTARA G E N E RA LI Z E D J O I N T HYPE RM O B I LT TYDENGAN ASIMETRI TRUNKUS PADA MAHASISWA KEDOKTERAN
UIN SYAR.IF HIDAYATULLAH JAKARTA
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Pendidikan Dokter, FakultasKedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyatan llemperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh:
Hisyam Ismail Hamzah
NIM.I I141030000080
dr. Lucky B illiantina, M.BiomedNIDN. 9030 I 6280
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNI\TERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438IJ.t2017 M
Pembimbing II
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN A|'{TARA GENERALIZED J0INTH YPE RMOBILTT DENGAN ASIMETRI TRUNKUS PADA MAIIASISWAKEDOKTERAN UrN sYARlr HTDAYATULLAH JAKARTA yang diajukanoleh Hisyam Ismail Hamzah (NIM : 11141030000080), telah diujikan dalamsidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 30 oktober 2afi.Laporan ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SarjanaKedokteran (S.Ked) pada Program studi Kedokteran dan Pendidikan Dokter.
Ciputat, 23 Oktober 20 17
Penguji I Penguji II
dr, Achmad Zaki Sp.OT.M.EpidNIP. I 9780507200501 1005
PIMPINAN FAKULTAS
iv
ENGUJIIDANG
13 1991 03 1003
813 199103 1003
Kaprodi PSKPD FKIK UIN
w721rc32006041001
U
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat dan nikmat yang telah diberikan sehingga penulis diberi kelancaran dan
kemudahan dalam melakukan penelitian hingga menulis laporan ini. Penulis
menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka penelitian ini
tidak akan pernah terselesaikan tepat pada waktunya maka penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Arief Soemantri, S.KM, M.Kes., Prof. Dr. dr. Sardjana, SpOG
(K), SH,. Yardi, PhD, Apt., Fase Badriah, SKM, M.Kes, PhD selaku
Dekan dan pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS selaku ketua Program Studi
Kedokteran dan Pendidikan Dokter atas kesempatan yang diberikan untuk
menggali ilmu di PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
pemberian izin untuk melakukan penelitian.
3. dr. Bisatyo Mardjikoen Sp.OT selaku pembimbing 1 yang telah memberi
kesempatan kepada penulis untuk ikut andil dalam penelitiannya. Terima
kasih telah senantiasa mencurahkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk
membimbing penulis sepanjang melakukan penelitian hingga penyusunan
laporan penelitian ini.
4. dr. Lucky Brilliantina M.Biomed selaku pembimbing 2 yang senantiasa
memberikan ilmu dan nasihat. Terima kasih atas waktu, pikiran, tenaga
dan ceritanya selama menjalani bimbing dan memberikan informasi bagi
penulis dalam menyusun laporan penelitian ini.
5. Ibu Sophie, S.Psi selaku pembimbing akademik yang telah membantu dan
mendukung kelancaran bagi penulis dalam bidang akademik.
6. Bapak Chris Adhiyanto, M.Biomed sebagai penanggung jawab modul riset
yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan penelitian,
serta segala informasi yang telah diberikan demi kelancaran alur penelitian
hingga saat ini.
vi
7. Segenap responden yang telah berpartisipasi dan meluangkan waktunya.
Terima kasih telah bersedia dengan sukarela untuk melakukan
pemeriksaan.
8. Kedua orang tua penulis, dr. Sony Agusetiawan Sp.OT , FICS dan Ibu dr.
Mona Zaufi yang telah membesarkan dan merawat penulis dengan penuh
kasih sayang, memberikan nasihat, waktu, doa, dan selalu mendukung
penulis di tengah kesibukan pekerjaan dan urusan mereka lainnya. Terima
kasih telah memberikan penulis banyak kesempatan untuk belajar berbagai
hal.
9. Adik penulis, Fashan Awlya Murfidz yang telah memberi dukungan dan
doa untuk penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
10. Terima kasih kepada kekasih hati saya yaitu Fheby Syabrina yang telah
membantu skripsi saya dari awal hingga akhir.
11. Teman satu kelompok penelitian yaitu Andi Nabila Tri Ananda atas
kerjasama dan sikap saling memotivasi satu sama lain. Semoga kerjasama
kita yang telah terjalin dapat berlanjut hingga batas waktu yang tidak dapat
ditentukan.
12. Sahabat dan teman yang selalu ada, Fazra, Ipun, Andi, Hanif, Azhardin,
Nabil, Didit yang telah membantu, mendukung, dan tabah mendengarkan
keluh kesah dalam menyelesaikan penelitian ini.
13. Teman-teman satu tema penelitian yaitu Ade Wijaya, Rizal Hakim, Pandu
Nur Akbar, Farid Akbar, Jamaluddin Lukman dan Iko Firman yang telah
bekerja sama dalam pengumpulan dan pengambilan data sehingga dapat
berjalan dengan baik.
14. Teman-teman yang sudah membantu peneliti melakukan pemeriksan
terhadap responden yaitu Nurul Fathimah, St. Rafida, Annisa Triana,
Mufidatun Nafisah, Asiah Muthiah, Annisa Tristiana dan Amalina
Fitrasari.
15. Teman-teman Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan
2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan semangat
kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
vii
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna
karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Demikian
laporan penelitian ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan kedokteran di Indonesia. Amiin.
Wasslamualaikum Wr.Wb.
Ciputat, 23 Oktober 2017
Penulis
viii
ABSTRAK
Hisyam Ismail Hamzah. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Hubungan antara Generalized Joint Hypermobility dengan Asimetri Trunkus pada Mahasiswa/i Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Latar belakang: Generalized Joint Hipermobility (GJH) adalah kelainan genetik pada sintesis kolagen yang karakteristiknya berupa sendi yang longgar dan hipermobilitas. Orang-orang dengan hipermobilitas sendi dapat menimbulkan beberapa kondisi ketidakstabilan send,, salah satunya adalah cedera atau terkilir. Skoliosis adalah perubahan bentuk abnormal tulang belakang. Skoliosis yang tidak diterapi dapat menyebabkan nyeri, yang disertai gangguan dalam keseimbangan, dan lainnya. Material dan Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang dengan jumlah responden sebanyak 188 orang. Adanya GJH dinilai dengan Skor Beighton dan goniometer. Asimetri trunkus dinilai menggunakan skoliometer untuk mengetahui Angle of Trunk Rotation (ATR). Hubungan antara GJH dan simetrisitas trunkus dievaluasi menggunakan uji Chi-Square Hasil: Didapatkan hasil p-value = 0,685 (OR: 0,730 IK 95% 0,159-3,361) pada uji Chi-Square antara Generalized Joint Hypermobility dengan asimetri trunkus pada mahasiswa/i Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Kesimpulan: Pada penelitian ini, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Generalized Joint Hypermobility dengan asimetri trunkus.
Kata kunci : Generalized Joint Hypermobility, Angle of Trunk Rotation
Hisyam Ismail Hamzah. Medical Study Program and Doctor Profession. Corelation between Generalized Joint Hypermobility and Trunkus Asymmetry in Medical Students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Background: Generalized Joint Hypermobility is a genetic disorder of collagen synthesis characterized by loose and hypermobility joints. People with hypermobility of the joint can cause several conditions of joint instability, one of which is injury or sprains. Scoliosis is a change in the abnormal shape of the spine. Untreated scoliosis can cause pain, which is accompanied by disturbances in balance, and others. Materials and Methods: This research was conducted with cross sectional design with 188 respondents. The presence of GJH is rated by Beighton Score and the goniometer. Trunks asymmetry is assessed using a scoliometer to determine the Angle of Trunk Rotation (ATR). The relationship between GJH and trunk symmetry was evaluated using Chi-Square test. Results: The results obtained p-value = 0.685 (OR: 0.730 IK 95% 0.159-3,361) on Chi-Square test between Generalized Joint Hypermobility with trunk asymmetry in students Study Program Medicine and Doctor Profession Conclusion: There is no significant relationship between Generalized Joint Hypermobility and trunkus asymmetry.
Keywords: Generalized Joint Hypermobility, Angle of Trunk Rotation
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .......................................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................... v ABSTRAK ...................................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xi BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2 1.3 Hipotesis ........................................................................................... 2 1.4 Tujuan Penelitian. ............................................................................. 3
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................... 3 1.4.2 Tujuan Khusus................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 3 1.5.1 Bagi Dunia Pendidikan...................................................... 3 1.5.2 Bagi Masyarakat ................................................................ 3 1.5.3 Bagi Mahasiswa ................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5
2.1 Tinjauan Pustaka Skoliosis .............................................................. 5 2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Vertebra ........................................ 5 2.1.2 Definisi Skoliosis .............................................................. 6 2.1.3 Epidemiologi Skoliosis ...................................................... 6 2.1.4 Etiologi Skoliosis .............................................................. 7 2.1.5 Patogenesis Skoliosis ........................................................ 7 2.1.6 Klasifikasi Skoliosis .......................................................... 7 2.1.7 Manifestasi Klinis Skoliosis .............................................. 8 2.1.8 Diagnosis Skoliosis ........................................................... 8 2.1.9 Komplikasi Skoliosis ......................................................... 10
2.2 Tinjauan Generalized Joint Hypermobility ..................................... 10 2.2.1 Struktur dan Fungsi Sendi ................................................. 10 2.2.2 Definisi GJH ...................................................................... 11 2.2.3 Etiologi GJH ..................................................................... 11 2.2.4 Diagnosis GJH ................................................................... 11
2.3 Kerangka Teori ................................................................................ 13 2.4 Kerangka Konsep ............................................................................ 13 2.5 Definisi Operasional ........................................................................ 14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 16
x
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ............................................................. 16 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 16
3.2.1 Lokasi .............................................................................. 16 3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................. 16
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 16 3.3.1 Populasi ........................................................................... 16 3.3.2 Sampel ............................................................................. 17 3.3.3 Cara pengambilan Sampel .............................................. 18 3.3.4 Kriterian Inklusi .............................................................. 18 3.3.5 Kriteria Eksklusi ............................................................. 19
3.4 Alur Kerja Penelitian ....................................................................... 19 3.5 Cara Kerja Penelitian ....................................................................... 20
3.5.1 Prosedur pengukuran ATR dengan skoliometer ............. 20 3.5.2 Prosedur penilaian GJH dengan Skor Beighton dan
goniometer ...................................................................... 20 3.6 Manajemen Data .............................................................................. 21
3.6.1 Pengumpulan Data .......................................................... 21 3.6.2 Instrumen Penelitian ....................................................... 21 3.6.3 Pengolahan Data ............................................................. 21 3.6.4 Analisis Data ................................................................... 22
3.7 Penyajian data .................................................................................. 22 3.8 Etika Penelitian ................................................................................ 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 23
4.1 Karakteristik Responden ................................................................. 23 4.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan ATR ........................................... 24 4.3 Hubungan IMT dengan ATR ........................................................... 25 4.4 Hubungan GJH dengan ATR ........................................................... 26 4.5 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 26
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 27
5.1 Simpulan .......................................................................................... 27 5.2 Saran ................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 28 LAMPIRAN ....................................................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.1 Distribusi Responden ....................................................................... 23 Tabel 4.2.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Angle of Trunk Rotation .................. 24 Tabel 4.3.1 Hubungan IMT dengan Angle of Trunk Rotation ................................ 25 Tabel 4.4.1 Hubungan Generalized Joint Hypermobility dengan Asimetri Trunkus ............................................................................................................. 26
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kurvatura Vertebra ....................................................................... 6 Gambar 2.2 Pengukuran ATR dengan Skoliometer ......................................... 9 Gambar 2.3 Ekstensi sendi MCP pada jari ke pada jari ke lima ...................... 12 Gambar 2.4 Abduksi ibu jari ke lengan bawah ................................................ 12 Gambar 2.5 Hiperekstensi siku ........................................................................ 12 Gambar 2.6 Hiperekstensi lutut........................................................................ 12 Gambar 2.7 Menyentuh lantai dengan telapak tangan ..................................... 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Informed Consent ........................................... 70 Lampiran 2. Hasil Analisis ............................................................................... 72
DAFTAR SINGKATAN
ATR : Angle of Trunk Rotation GJH : Generalized Joint Hypermobility IMT : Indeks Massa Tubuh
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Asimetri trunkus adalah sudut rotasi batang tubuh yang lebih dari 0o.
Grivas mengklasifikasikan simetrisitas trunkus berdasarkan derajat keparahan
rotasi trunkus menjadi beberapa macam, yaitu simetris atau kelompok 1 jika nilai
ATR 0 o
, kelompok 2 jika nilai ATR 1o
hingga 6 o
, dan dikatakan skoliosis atau
kelompok 3 jika ATR lebih dari sama dengan 7 o.
Skoliosis adalah perubahan bentuk abnormal tulang belakang yang paling
sering terjadi dengan prevalensi bervariasi secara signifikan dari dari 0.3% - 15,3
%.1 Definisi lain dari skoliosis adalah penyimpangan atau deviasi tiga dimensi
sumbu tulang belakang ke arah lateral. Kriteria diagnostik utama skoliosis adalah
kelengkungan koronal yang lebih dari 10° pada gambar x-ray dengan posisi
anteroposterior.5,22
Sebanyak 15-25% kasus skoliosis merupakan efek samping yang
diakibatkan karena menderita kelainan tertentu, seperti distrofi otot, sindrom
Marfan, sindrom Down, dan penyakit lainnya Sedangkan 75-85% kasus skoliosis
lainnya merupakan idiopatik. 21
Skoliosis idiopatik adalah diagnosis eksklusi ketika riwayat, temuan klinis
dan radiologi tidak memberikan penjelasan yang jelas bukti penyebab yang
spesifik. Skoliosis idiopatik diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu
skoliosis infantil, skoliosis juvenile, dan skoliosis adolescent yang tergantung
dengan usia saat ditemukannya skoliosis pertama kali. 22
Skoliosis yang tidak diterapi dapat menyebabkan nyeri, yang disertai
gangguan dalam keseimbangan, fungsi kardiopulmonal, emosional dan perilaku,
serta aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Gejala yang paling menyeluruh dari
skoliosis ialah adanya suatu lekukan yang tidak normal dari tulang belakang yang
dapat berakibat nyeri, penurunan kualitas hidup dan disabilitas, deformitas yang
2
mengganggu secara kosmetik, hambatan fungsional, masalah paru, kemungkinan
terjadinya progresifitas saat dewasa, dan gangguan psikologis.19
Wisnu Murti (2013) melaporkan bahwa 80% dari semua kasus skoliosis
adalah idiopatik, dengan tipe terbanyak adalah adolescent3 dan menurut
penelitian, sekitar sepertiga penderita skoliosis idiopatik terkait faktor genetika.4
Hipermobilitas sendi menyeluruh atau Generalized Joint Hipermobility
(GJH) adalah kelainan genetik pada jaringan ikat yang karakteristiknya berupa
sendi yang longgar dan hipermobilitas. Prevalensi GJH bervariasi secara
signifikan dari 7 hingga 65%. Kondisi ini adalah kelainan genetik pada sintesis
kolagen. Orang-orang dengan hipermobilitas sendi menyeluruh dapat
menimbulkan beberapa kondisi ketidakstabilan sendi dan jaringan ikat, salah
satunya adalah cedera atau terkilir.18
Hipermobilitas sendi dapat ditegakkan ketika gerakan sendi besar dan
kecil meningkat dibandingkan dengan gerakan normal hal tersebut dapat diperiksa
menggunakan Beighton score, Carter and Wilkinson Method, Marshall Test,
Bulbena Scale. Namun pada saat ini pemeriksaan yang paling sering dilakukan
adalah Beighton Score. Pada penelitian Czaprowski tahun 2011 menunjukan
prevalensi sindrom hipermobilitas sendi pada anak usia 9-18 tahun dengan ATR
lebih dari 5 memiliki p-value sebesar 0,86 yang berarti tidak terdapat hubungan
yang siginifikan antara keduanya.17
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu untuk
mengetahui hubungan antara asimetri trunkus dengan hipermobilitas sendi
menyeluruh pada usia lebih dari 18 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara hipermobilitas sendi menyeluruh
(Generalized Joint Hipermobility) dengan asimetri trunkus?
3
1.3 Hipotesis
H0 : Tidak terdapat hubungan antara asimetri trunkus dengan hipermobilitas
sendi menyeluruh pada mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah tahap pra
klinik.
H1 : Terdapat hubungan antara asimetri trunkus dengan hipermobilitas sendi
menyeluruh pada mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah tahap pra
klinik.
1.4 Tujuan penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi dan hubungan
kejadian hipermobilitas sendi menyeluruh dan asimetri trunkus pada
mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah tahap pra klinik.
1.4.2 Tujuan Khusus
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya :
1. Proporsi kejadian hipermobilitas sendi menyeluruh (GJH) pada
mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah tahap pra klinik.
2. Proporsi kejadian asimetri trunkus pada mahasiswa kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah tahap pra klinik
3. Hubungan antara hipermobilitas sendi menyeluruh (GJH) dengan
asimetri trunkus pada mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
tahap pra klinik.
4
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Dunia Pendidikan
1. Memberikan informasi ilmiah tentang proporsi dan hubungan kejadian
hipermobilitas sendi umu dengan skoliosis idiopatik.
2. Menjadi dasar bagi penelitian berikutnya untuk mengetahui hubungan
GJH dan asimetri trunkus pada usia yang berbeda.
1.5.2 Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan tentang pentingnya skrining asimetri trunkus
dan GJH.
1.5.3 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu
kedokteran yang telah didapat serta menambah wawasan, pengalaman serta
pengetahuan penulis tentang hubungan antara hipermobilitas sendi
menyeluruh dengan skoliosis idiopatik.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka Asimetri Trunkus
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Vertebra
Tulang belakang atau vertebra terdiri dari vertebra dan diskus
intervertebra yang anatomi nya didukung oleh ligamen dan otot, semua
komponen tersebut sangat penting untuk menjaga intergritas struktur
vertebra. 26
Vertebra memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai pelindung korda
spinalis, mentransmisikan berat badan, dan sebagai aksis yang fleksibel untuk
gerakan kepala dan badan. Vertebra sendiri dapat melakukan gerakan
ekstensi, fleksi, fleksi lateral, dan rotasi. Namun gerakan tersebut bervariasi
sesuai regio vertebra. Regio vertebra terdiri dari:
1. Regio servikal yang terdiri dari tujuh buah tulang vertebra.
2. Regio torakal yang terdiri dari dua belas buah tulang vertebra.
3. Regio lumbal yang terdiri dari lima buah tulang vertebra.
4. Regio sacrococcygeal yang terdiri dari lima buah tulang sakral dan satu
buah tulang coccyx 26
Jika dilihat dari samping vertebra akan membentuk empat kurvatura
atau lengkungan, membentuk kurvatura lordosis atau konkaf pada bagian
servikal dan lumbal dan membentuk kurvatura kifosis atau konveks pada
bagian torakal dan sakral. 24
Kelainan bawaan ataupun penyakit degeneratif dapat menyebabkan
kelengkungan abnormal vertebra. Kelainan tersebut dapat berupa kifosis pada
regio torakal, lordosis pada region lumbal, dan skoliosis. 26
6
2.1.2 Definisi Asimetri Trunkus
ATR adalah sudut rotasi batang tubuh yang dapat dinilai menggunakan
skoliometer. Sudut rotasi batang tubuh dikatakan tidak simetris apabila
dihitung dengan skoliometer hasilnya lebih dari 0o.32
2.1.3 Klasifikasi Simetrisitas Trunkus
Grivas mengklasifikasikan simetrisitas trunkus berdasarkan derajat
keparahan rotasi trunkus, yaitu: 32
1. Rotasi trunkus dikatakan simetris atau kelompok 1 jika nilai ATR 0 o
2. Rotasi trunkus dikatakan kelompok 2 jika nilai ATR 1o hingga 6
o
3. Rotasi trunkus dikatakan kelompok 3 atau skoliosis jika ATR lebih dari
sama dengan 7 o.
2.1.4 Epidemiologi Asimetri Trunkus
Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang yang sering di
diagnosis selama tujuh tahun pertama kehidupan pada anak-anak. Adapun
penyebab umum yang berhasil diketahui yaitu cacat lahir, kelainan
neurologis, dan masalah genetik.11
Menurut Scoliosis Research Society,
persentasi skoliosis terbanyak pada usia 4 bulan hingga 79 tahun adalah
skoliosis idiopatik dengan persentasi sebesar 74,7%. Dan skoliosis
nonidiopatik sebesar 25,3%.28
Gambar 2.1 Kurvatura Vertebra (Sumber: Development and functional
Anatomy of the Spine.2010)
7
Skoliosis idiopatik sangat jarang terjadi pada infantil maupun masa
awal anak-anak, tetapi memliki prevalensi 1% hingga 2% pada anak usia
sekolah sampai usia 15 tahun dan meningkat hingga 8% pada orang dewasa
berusia 25 tahun dan lebih. 22
2.1.5 Etiopatogenesis Asimetri Trunkus
Terdapat beberapa teori tentang etiologi dan patogenesis terjadinya
asimetri trunkus, teori yang paling populer adalah teori tentang: 28
1. Pola pertumbuhan yang asimetris antara kolumna posterior, sisi koveks
dan sisi konkaf vertebra.
2. Gangguan sistem keseimbangan sentral dan perifer.
3. Abnormalitas jaringan lunak.
4. Faktor herediter.
5. Teori neuroendokrin.
2.1.6 Diagnosis Asimetri Trunkus
Metode dasar untuk skrining asimetri trunkus adalah pemeriksaan fisik
dengan cara posisi membungkuk kedepan (Adam Forward Test) lalu
menggunakan skoliometer untuk menilai Angle of Trunk Rotation (ATR). ATR
adalah sudut rotasi batang tubuh yang dapat dinilai menggunakan skoliometer.
Karakteristik pemeriksaan skoliometer memiliki sensitivitas yang tinggi yaitu
83,3% dan spesifisitas yang tinggi yaitu 86,8%. 23
Derajat keparahan asimetri trunkus ditentukan berdasarkan hasil
Gambar 2.2 Pengukuran ATR dengan Skoliometer (Sumber: School Screening
for Scoliosis: Can Surface Topography Replace examination with Scoliometer.
2012)
8
pengukuran Cobb Angle pada pemeriksaan radiografik. Cobb angle adalah
baku emas untuk pengukuran asimetri trunkus maupun skoliosis. Hasil
pengukuran Cobb angle yang lebih dari 10o
berarti patologis .22
Skoliosis
dikatakan ringan apabila Cobb angle yang terbentuk <25o, skoliosis sedang 25-
45o, dan skoliosis berat bila >45
o.22
Cobb angle sebesar 10o pada regio torakal memiliki sensitivitas sebesar
84% dan spesifisitas sebesar 93%, Cobb angle sebesar 20o pada regio torakal
memiliki sensitivitas sebesar 92% dan spesifisitas yang tinggi yaitu 91%, dan
Cobb angle sebesar 40o pada regio torakal memiliki sensitivitas sebesar 83%
dan spesifisitas yang tinggi yaitu 99%.
2.1.7 Komplikasi Asimetri Trunkus
Asimetri trunkus yang tidak diterapi dapat menyebabkan nyeri, yang
disertai gangguan dalam keseimbangan, fungsi kardiopulmonal, emosional dan
perilaku, serta aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Gejala yang paling
umum dari asimetri trunkus ialah adanya suatu lekukan yang tidak normal dari
tulang belakang yang dapat berakibat nyeri, penurunan kualitas hidup dan
disabilitas, deformitas yang mengganggu secara kosmetik, hambatan
fungsional, masalah paru, dan gangguan psikologis.19
Gambar 2.3 Pengukuran Cobb Angle (Sumber: BMI and Magnitude of Scoliosis
at Presentation to a Specialty Clinic. 2015)
9
2.2 Tinjauan Pustaka Generalized Joint Hypermobility (GJH)
2.2.1 Struktur dan Fungsi Sendi
Sendi merupakan pengubung antara tulang dengan tulang sehingga dapat
digerakkan. Sendi tersusun dari kartilago artikular, kartilago yang
terkalsifikasi, plat tulang subkondral, kapsul sendri, ligamen, membran
sinovial, cairan sinovial, dan pada beberapa sendi terdapat beberapa meniskus.
Komponen-komponen tersebutlah yang berkontribusi pada stabilitas dan
mobilitas sendi. 25
Setiap individu memiliki sendi yang derajat kekuatan, stabilitas,
mobilitas, dan range of motion yang berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi
oleh tiga faktor, yaitu:
1. Bentuk tulang
2. Ligamen atau jaringan ikat
3. Susunan otot. 24
Berdasarkan gerak yang dapat dilakukan, sendi di klasifikasikan menjadi
beberapa macam, yaitu :
1. Sendi synarthrosis : sendi yang tidak dapat di gerakkan, contohnya
sendi-sendi antara tulang tengkorak.
2. Sendi amphyarthrosis : sendi yang gerakannya terbatas, contohnya adalah
sendi antara tulang vertebra.
3. Sendi dyarthrosis : sendi yang dapat bergerak bebas, contohnya
adalah sendi ekstremitas.25
2.2.2 Definisi GJH
Hipermobilitas sendi menyeluruh atau Generalized Joint Hypermobility
(GJH) adalah kelainan genetik pada jaringan ikat yang karakteristiknya berupa
sendi yang longgar dan hipermobilitas. Prevalensi GJH bervariasi secara
signifikan dari 7 hingga 65%. Kondisi ini adalah kelainan genetik pada sintesis
kolagen. Orang-orang dengan sindrom hipermobilitas sendi dapat
menimbulkan beberapa kondisi ketidakstabilan sendi dan jaringan ikat, salah
10
satunya adalah cedera atau terkilir, atau gangguan pencernaan seperti refluks
asam lambung ataupun pengosongan lambung yang terlambat.18, 27
2.2.3 Etiologi GJH
Belakang ini, mutasi pada molekul non-kolagenous, yaitu tenascin-X
telah diidentifikasi pada pasien hipermobilitas sendi menyeluruh. Tenascin-X
adalah matriks glikoprotein ekstraselular. Haploinsufisiensi dari gen tenascin-
X memiliki peran pada pathogenesis hipermobilitas sendi. 29
2.2.4 Diagnosis GJH
Hipermobilitas sendi dapat ditegakkan ketika mobilitas atau gerakan
sendi besar dan sendi kecil meningkat dibandingkan dengan gerakan normal.
Hal tersebut dapat diperiksa menggunakan Beighton score, Carter and
Wilkinson Method, Marshall Test, Bulbena Scale. Namun pada saat ini
pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah Beighton Score. 18
Untuk menentukan GJH digunakan metode Beighton score yang
dilakukan menggunakan goniometer untuk menilai jarak sendi. GJH
ditegakkan apabila hasil Beighton score ≥4.18
Karakteristik pemeriksaan menggunakan Beighton score memiliki
sensitivitas sebesar 85% dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90%.30
Pemeriksaan
Beighton score terdiri dari sembilan pemeriksaan, dan apabila dapat dikerjakan
dihitung satu. Pemeriksaan Beighton score terdiri dari:
1. Ekstensi sendi MCP pada jari ke lima >90o kanan dan kiri.
2. Abduksi ibu jari ke lengan bawah kanan dan kiri.
3. Hiperekstensi siku >10o kanan dan kiri.
4. Hiperekstensi lutut >10o kanan dan kiri.
5. Menyentuh lantai dengan telapak tangan tanpa menekuk lutut.
11
Gambar 2.4 Ekstensi sendi
MCP pada jari ke pada jari
ke lima
Gambar 2.5 Abduksi ibu jari
ke lengan bawah
Gambar 2.7 Hiperekstensi
lutut
Gambar 2.6 Hiperekstensi
siku
Gambar 2.8 Menyentuh
lantai dengan telapak
tangan
12
2.3 Kerangka Teori
2.4 Kerangka Konsep
Terdapat mutasi pada gen Tenascin-X
Generalized Joint Hypermobility
(GJH)
Haploinsufisiensi gen tenascin-X
• Pola pertumbuhan yang
asimetris antara kolumna
posterior, sisi koveks dan sisi
konkaf vertebra. • Gangguan sistem keseimbangan
sentral dan perifer. • Abnormalitas jaringan lunak. • Faktor herediter.
• Teori neuroendokrin.28
Asimetri trunkus
Mahasiswa kedokteran tahap
praklinik (angkatan 2014, 2015,
2016, & 2017)
Penilaian General Joint
Hypermobility (GJH) dengan
menggunakan Skor Beighton Identidikasi Angle of Trunk Rotation
(ATR) menggunakan skoliometer
IMT dan Jenis kelamin
= Variabel perancu
= Variabel terikat
= Variabel bebas
13
2.5 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi
Operasional Alat Ukur Cara Pengukuran
Skala
Pengukuran
1. ATR
(Angle of
Trunk
Rotation)
Sudut rotasi
batang tubuh
Skoliometer a. Lihat responden dari belakang saat
posisi berdiri
b. Minta responden untuk
membungkuk perlahan ke depan
hingga posisi pundak sejajar
dengan panggul
c. Atur posisi membungkuk hingga
bentuk tulang belakang terlihat
jelas
d. Letakan skoliometer pada apeks
tulang belakang yang paling
terlihat jelas dengan angka 0 tepat
berada diatas prosesus spinosus
e. Baca derajat pada skoliometer
tanpa menekanmya dengan posisi
mata sejajar dengan skoliometer
f. Hasil pengukuran skoliometer
diklasifikasikan menjadi:
1. ATR simetris = 0°
2. Asimetri trunkus sedang= 1-6°
3. Asimetri trunkus berat ≥7°.
Kategorik
ordinal
2. GJH Kelainan genetik
pada jaringan ikat
yang
karakteristiknya
berupa sendi yang
longgar dan
hipermobilitas.
Skor
Beighton
dan
Goniometer
a. Ekstensi sendi MCP pada jari ke
lima >90o kanan
b. Ekstensi sendi MCP pada jari ke
lima >90o kiri.
c. Abduksi ibu jari ke lengan bawah
kanan
d. Abduksi ibu jari ke lengan bawah
kiri.
Kategorik
ordinal
14
e. Hiperekstensi siku >10o kanan.
f. Hiperekstensi siku >10o kiri.
g. Hiperekstensi lutut >10o kanan.
h. Hiperekstensi lutut >10o kiri.
i. Menyentuh lantai dengan telapak
tangan tanpa menekuk lutut.
j. Dinyatakan positif GJH jika
mendapat skor ≥ 4.
3.
Indeks
Massa
Tubuh
(IMT)
Nilai yang
diperoleh dari
hasil
pembagian
berat badan
dibagi tinggi
badan dalam
meter pangkat
dua.
Kriteria IMT
Kemenkes RI
2013,
timbangan
dan meteran.
a. Kurus berat atau kekurangan berat
badan tingkat berat = <17,0 kg/m2
b. Kurus ringan atau kekurangan
berat badan tingkat ringan = 17,0 –
18,4 kg/m2
c. Normal = 18,5-25,0 kg/m2
d. Gemuk ringan atau kelebihan berat
badan tingkat ringan = 25,0 – 27,0
kg/m2
e. Gemuk berat atau kelebihan berat
badan tingkat berat = >27,0 kg/m2
Kategorik
ordinal
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif-analitik
dengan menggunakan desain cross sectional.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli tahun 2017 sampai bulan
September tahun 2017.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
3.3.1.1 Populasi Target
Seluruh mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran di Indonesia.
3.3.1.2 Populasi Terjangkau
Mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Program Studi Kedokteran dan Pendidikan Dokter
tahap pra klinik.
16
3.3.2 Sampel
Berdasarkan jenis penelitian yang merupakan desain deskriptif
kategorik dan analitik kategorik yang tidak berpasangan maka rumus untuk
menentukan besar sampel yang digunakan adalah :
n =[ ( P ) (d
)]
n =[ ( P ) (
)]
=[ ( ) (
)]
=93 orang
n =[ √ √
]
2
Keterangan :
n =Besar sampel
Z =Derivat baku normal untuk
Z =Derivat baku normal untuk
=Tingkat kemaknaan
=Power penelitian
P =Proporsi total = (P1 + P2)/2
P1 =Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti
P2 = Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya
Q = 1 - P
Q1 = 1 – P1
Q2 = 1 – P2
d = Kesalahan prediksi yang bisa diterima
Diketahui :
=
β =
P1 = 0,68
P2 = 0,48
17
P = 0,58
Q = 0,42
Q1 = 0,32
Q2 = 0,52
d= 10%
dengan menggunakan kesalahan tipe 1 adalah 5%, hipotesis dua arah,
kesalahan tipe II adalah 10% dan P2 sebesar 0,4817
, maka besar sampel yang
diperlukan :
n1 = n2 =[ √ √
]
2
=[ √ √
]
2
n 1 = n2 = 94
n total = 188
Jumlah sampel minimal yang digunakan pada penelitian ini adalah 188 orang,
untuk mengantisipasi terjadinya drop out pada penelitian ini, maka sampel
ditambahkan dengan menggunakan rumus :
n’ = = = 208 sampel
n’ = besar sampel setelah antisipasi drop out
n = besar sampel yang dibutuhkan
f = prediksi drop out = 10%
jadi, jumlah sampel yang diperlukan pada penelitian ini adalah 208 orang.
3.3.3 Cara Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan stratified random sampling dengan
mengelompokkan mahasiswa berdasarkan angkatan yaitu angkatan 2014,
2015, 2016, dan 2017 setelah itu dipilih secara random untuk menjadi
sampel.
18
3.3.4 Kriteria Inklusi
Pada mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah tahap pra klinik,
dengan kriteria:
1. Mahasiswa PSKPD UIN Syarifhidayatullah angkatan 2014, 2015, 2016,
2017
2. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
3. Bersedia mengikuti penelitian.
3.3.5 Kriteria Eksklusi
1. Mahasiswa kedokteran yang terdiagnosis skoliosis oleh dokter yang
etiologinya bukan idiopatik.
2. Mahasiswa yang pernah mengalami terapi operatif skoliosis.
3. Mahasiswa yang memiliki kelainan berupa leg length discrepancy.
19
3.4. Alur Kerja Penelitian
3.5. Cara Kerja Penelitian
3.5.1 Persiapan penelitian
a. Mengajukan ethical clearance kepada Komite Etik Penelitian FKIK UIN
Syarif Hidayatullah.
b. Pengadaan Goniometer dan Skoliometer.
c. Pelatihan peneliti dan pengumpulan data (enumerator) oleh dokter
spesialis ortopedi untuk mengukur variabel yang diteliti.
Penentuan jumlah sampel & pemilihan sampel
dengan teknik simple random sampling
Memohon izin untuk penelitian
Informed consent terhadap sampel
Bersedia Tidak bersedia
Memenuhi kriteria (Inklusi) Tidak memenuhi kriteria (eksklusi)
Pengumpulan data
Analisis dan pengolahan data dengan
SPSS
Mengajukan ethical clearance kepada Komite Etik
Penelitian FKIK UIN Syarif Hidayatullah.
Pengadaan Goniometer dan Skoliometer
Pelatihan peneliti dan pengumpulan data (enumerator) oleh dokter spesialis ortopedi untuk
mengukur variabel yang diteliti.
Eksklusi
20
3.5.2 Prosedur pengukuran ATR dengan skoliometer:
a. Meminta responden untuk membuka baju, responden perempuan diperiksa
oleh peneliti dan enumerator perempuan. Responden laki-laki diperiksa
oleh peneliti dan enumerator laki-laki.
b. Melihat pundak responden sejajar atau tidak.
c. Minta responden untuk membungkuk perlahan ke depan hingga posisi
pundak sejajar dengan panggul.
d. Atur posisi membungkuk hingga 90o sehingga terlihat jelas garis tulang
belakang.
e. Letakan skoliometer pada apeks tulang belakang yaitu pada tulang cervical
ke-7 hingga tulang sacrum ke-1.
f. Baca derajat pada skoliometer tanpa menekannya dengan posisi mata
pemeriksa sejajar dengan skoliometer.
g. Mengidentifikasi hasil pengukuran pada skoliometer.
h. Menginterpretasikan hasil pengukuran dengan kriteria Grivas untuk
menentukan simetrisitas trunkus, jika hasil menunjukkan angka 0o
artinya
responden memiliki trunkus simetris, jika hasil menunjukkan angka 1-6o
artinya responden mengalami asimetri trunkus sedang, dan apabila hasil
menunjukan ≥7o artinya responden mengalami asimetri berat.
3.5.3 Prosedur penilaian GJH dengan Skor Beighton dan goniometer:
a. Satu poin apabila responden dapat berdiri tegak lalu membungkuk
kedepan hingga telapak tangan dapat menyentuh lantai dengan kaki tegak
lurus.
b. Satu poin apabila responden dapat membengkokkan salah satu siku ke
belakang.
c. Satu poin apabila responden dapat membengkokkan salah satu lutut ke
belakang
d. Satu poin apabila responden dapat membengkokkan salah satu jempol ke
belakang hingga menyentuh dasar lengan bawah
e. Satu poin apabila responden dapat membengkokkan salah satu kelingking
kebelakang hingga membentuk sudut 90o
21
f. Responden dikatakan GJH apabila mendapatkan poin lebih dari ≥
3.5.4 Prosedur Identifikasi Jenis Kelamin
a. Pemeriksa melihat secara visual anatomi seks pada responden
3.5.5 Prosedur penilaian Indeks Massa Tubuh (IMT)
a. Meminta responden untuk melepas dan mengeluarkan aksesoris yang
sedang dipakai.
b. Meminta responden untuk berdiri tegak dengan pandangan menghadap ke
depan.
c. Pemeriksa menilai berat badan menggunakan timbangan dan tinggi
responden meteran.
d. Masukkan rumus sebagai berikut berat badan (kg) dibagi dengan tinggi
badan (meter) kuadrat.
e. Hasil dicocokkan dengan kriteria IMT Kemenkes RI tahun 2013.
3.6. Manajemen Data
3.6.1 Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer diperoleh dari hasil pengukuran derajat kemiringan tulang
hipermobilitas sendi menggunakan Skor Beighton yang telah dipilih
dengan simple random sampling serta memenuhi kriteria inklusi.
2. Alur pengumpulan data
3. Instrumen penelitian yang digunakan berupa skoliometer, goniometer
dan Skor Beighton.
3.6.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk pengumpulan
data. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah skoliometer,
goniometer dan Skor Beighton.
22
3.6.3 Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan dari hasil pemeriksaan akan diolah
dengan menggunakan program computer software SPSS versi 23.0. Berikut
tahapan pengolahan data, yaitu:
1. Editing
Pemeriksaan kembali konsistensi dan kelengkapan data.
2. Coding
Pada tahapan ini, data yang sudah terkumpul akan dikelompokkan dan
diberi kode untuk memudahkan dalam pemasukkan data.
3. Data Entry
Data yang sudah dikelompokkan dan diberi kode selanjutnya dilakukan
penyusunan. Proses tabulasi (penyusnan data) dapat dilakukan secara
manual maupun dengan menggunakan komputer. Proses penyusunan data
dalam komputer disebut data entry.
4. Analisis data
Melakukan analisis univariat untuk melihat frekuensi atau distribusi data
dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dan Fisher Test.
3.6.4 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan dua tahapan yaitu analisis univariat dan
analisis bivariat.
3.6.4.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik
dari variabel terikat dan bebas.
3.6.4.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variable
independen dan variabel dependen dengan menggunakan analisis uji Chi-
square, bila syarat uji Chi-square tidak terpenuhi maka akan digunakan uji
Fisher exact.
23
3.7. Penyajian Data
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.
3.8. Etika Penelitian
Jenis penelitian ini melewati kaji etik serta dalam pelaksanaannya telah
melewati informed consent.
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diamati oleh peneliti adalah jenis kelamin
dan IMT (Indeks Massa Tubuh). Sebagaimana pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1.1 Distribusi Responden
No. Variabel Kategori
Jumlah
n Persentase
(%)
1. Jenis Kelamin Laki-laki 59 30,9
Perempuan 132 69,1
2. Indeks Massa Tubuh
(IMT)
Kurus Berat
Kurus Ringan
12
13
6,3
6,8
Normal 136 71,2
Gemuk Ringan
Gemuk Berat
17
13
8,9
6,8
3. Generalized Joints
Hypermobility (GJH)
GJH 25 13,1
Tidak GJH 166 86,9
4. Asimetri Trunkus Kelompok 1 (0o) 12 6,3
Kelompok 2 (1-6 o) 162 84,8
Kelompok 3 (≥7 o) 17 8,9
Berdasarkan tabel 4.1.1 karakteristik responden pada variabel jenis
kelamin terdapat kategori laki-laki sebanyak 59 orang (30,9%) dan kategori
perempuan sebanyak 132 orang (69,1%). Pada variabel IMT terdapat beberapa
25
kategori, yaitu kategori underweight sebanyak 25 orang (13,1%), kategori
normoweight sebanyak 118 orang (61,8%), kategori overweight sebanyak 20
orang (10,5%), kategori obese class I sebanyak 21 orang (11,0%), dan kategori
obese class II sebanyak 7 orang (3,7%). Pada variabel GJH terdapat 25 orang
(13,1%) yang mengalami GJH, dan 166 orang (84,8%) yang tidak mengalami
GJH. Pada variabel asimetri trunkus terdapat 12 orang (6,3%) yang simetri
trunkus, 162 orang (84,8%) yang mengalami asimetri trunkus sedang dan 17
orang (8,9%) yang mengalami asimetri trunkus berat.
4.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Asimetri Trunkus
Tabel 4.2.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Angle of Trunk Rotation
Jenis
Kelamin
Angle of Trunk Rotation
Total % P value 1
(0o)
2
(1-6o)
3
(≥7o)
Laki-laki 4 (2,1%) 48 (25,1%) 7 (3,7%) 59 30.9
0,608 Perempuan 8 (4,2%) 114
(59,7%) 10 (5,2%) 132 69.1
Total 12 162 17 191 100
Berdasarkan tabel 4.2.1 menunjukan responden yang berjenis kelamin
laki-laki dengan ATR simetris sebanyak 4 orang (2,1%), kelompok 2 ATR
sebanyak 48 orang (25,1%), dan kelompok 3 ATR sebanyak 7 orang (3,7%). Pada
responden yang berjenis kelamin perempuan dengan ATR simetris sebanyak 8
orang (4,2%), kelompok 2 ATR sebanyak 114 orang (59,7%), dan kelompok 3
ATR sebanyak 10 orang (5,2%).
Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p-value = 0,608 yang artinya
p>0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara jenis kelamin dan asimetri trunkus pada mahasiswa PSKPD UIN
tahap praklinik.
26
4.3 Hubungan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan Asimetri Trunkus
Tabel 4.3.1 Hubungan IMT dengan Asimetri Trunkus
Kriteria IMT
Angle of Trunk Rotation
Total % P value 1
(0o)
2
(1-6o)
3
(≥7o)
Kurus Berat 2 9 3 14 7,3
Kurus Ringan 1 9 1 11 5,8
Normal 5 119 12 136 71,2 0,213
Gemuk Ringan 1 15 1 17 8,9
Gemuk Berat 1 11 1 13 6,8
Total 10 163 18 191 100
Kriteria Indeks Massa Tubuh (Kemenkes RI tahun 2013): Kurus berat atau
kekurangan berat badan tingkat berat = <17,0 kg/m2, Kurus ringan atau
kekurangan berat badan tingkat ringan = 17,0 – 18,4 kg/m2, Normal = 18,5-25,0
kg/m2, Gemuk ringan atau kelebihan berat badan tingkat ringan = 25,0 – 27,0
kg/m2, dan Gemuk berat atau kelebihan berat badan tingkat berat = >27,0 kg/m
2.31
Berdasarkan tabel 4.3.1 menunjukkan bahwa responden yang masuk ke
dalam kriteria IMT kurus berat dengan ATR kelompok 1 sebanyak 2 orang
(14,3%), dengan ATR kelompok 2 sebanyak 9 orang (64,3%), dan ATR
kelompok 3 sebanyak 3 orang (21,4%). Responden yang masuk ke dalam kriteria
IMT kurus ringan dengan ATR kelompok 1 sebanyak 1 orang (9,1%), dengan
ATR kelompok 2 sebanyak 9 orang (81,8%), dan ATR kelompok 3 sebanyak 1
orang (9,1%). Responden yang masuk ke dalam kriteria IMT normal dengan
ATR kelompok 1 sebanyak 5 orang (3,7%), dengan kelompok 2 sebanyak 119
orang (87,5%), dan kelompok 3 sebanyak 12 orang (8,8%). Responden yang
masuk ke dalam kriteria IMT gemuk ringan dengan ATR kelompok 1 sebanyak 1
orang (5,9%), dengan ATR kelompok 2 sebanyak 15 orang (88,2%), dan
kelompok 3 sebanyak 1 orang (5,9%). Responden yang masuk ke dalam kriteria
IMT gemuk berat dengan ATR kelompok 1 sebanyak 1 orang 7,7%), dengan ATR
27
kelompok 2 sebanyak 11 orang (84,6%), dan ATR kelompok 3 sebanyak 1 orang
(7,7%).
Pada tabel 4.3.1 dilakukan uji penggabungan sel dikarenakan tidak sesuai
dengan syarat uji Chi-Square, lalu didapatkan p-value sebesar 0,213 yang
artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara IMT dan asimetri trunkus
pada mahasiswa PSKPD UIN tahap praklinik.
4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Deviasi Trunkus
Tabel 4.4.1 Distribusi Berdasarkan Deviasi Trunkus
Devias ke
arah
Angle of Trunk Rotation
Total % 1
(0o)
2
(1-6o)
3
(≥7o)
Tidak Deviasi
Kanan
12 (6,3%)
0
0
123 (64,4%)
0
16 (8,4%)
12
139
6,3
72,8
Kiri 0 40 (20,9%) 0 40 20,9
Total 12 163 16 191 100
Berdasarkan pada tabel 4.4.1 menunjukkan bahwa responden yang memiliki
ATR simetris sebanyak 12 orang (6,3%), responden yang masuk ke dalam
kelompok 2 ATR dengan deviasi ke arah kanan sebanyak 123 orang (64,4%)
dan ke arah kiri sebanyak 40 orang (20,9%), sedangkan responden yang
masuk ke dalam kelompok 3 ATR dengan deviasi ke arah kanan sebanyak 16
orang (8,4%) dan tidak terdapat responden yang masuk kelompok 3 ATR
dengan deviasi ke arah kiri.
28
4.5 Hubungan Generalized Joint Hypermobility dengan Asimetri Trunkus
Tabel 4.5.1 Hubungan Generalized Joint Hypermobility dengan Asimetri
Trunkus
GJH
Angle of Trunk Rotation
Total % P value 1
(0o)
2
(1-6o)
3
(≥7o)
GJH 0 25 (13,1%) 0 25 13,1
0,076 Tidak GJH 12 (6,3%) 137 (71,7%) 17 (8,9%) 166 86,9
Total 12 162 17 191 100
Berdasarkan tabel 4.5.1 menunjukkan bahwa tidak terdapat responden
GJH yang memiliki trunkus yang simetri, sedangkan terdapat responden GJH
yang masuk ke dalam kelompok 2 ATR sebanyak 25 orang (13,1%), dan tidak
terdapat responden GJH yang masuk ke dalam kelompok 3 ATR. Sedangkan
responden yang tidak mengalami GJH dan memiliki trunkus yang simetri
sebanyak 12 orang (6,3%), responden tidak mengalami GJH namun masuk ke
dalam kelompok 2 ATR sebanyak 137 orang (71,7%) dan responden yang
tidak mengalami GJH namun masuk ke dalam kelompok 3 ATR sebanyak 17
orang (8,9%).
Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p-value = 0,076 yang artinya
p>0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara GJH dan asimetri trunkus pada mahasiswa PSKPD UIN
tahap praklinik
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Czaprowski pada tahun 2011 yang menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara GJH dengan orang yang memiliki ATR lebih dari 5
(p-value = 0,86). 17
29
4.6 Keterbatasan Penelitian
1. Tidak melakukan stratifikasi berdasarkan jenis kelamin pada seleksi
sampel.
2. Tidak melakukan pemeriksaan ATR dengan posisi duduk untuk
meniadakan pengaruh leg length discrepancy.
3. Belum mengajukan ethical clearance kepada Komite Etik FKIK UIN
Syarif Hidayatullah.
4. Tidak mengidentifikasi segmen tulang belakang yang mengalami asimetri
trunkus.
30
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
2.5 Simpulan
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara GJH dengan asimetri
trunkus pada mahasiswa program studi kedokteran dan pendidikan dokter
tahap praklinik.
2.6 Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan asimetri trunkus
dengan faktor risiko yang lain.
2. Melakukan stratifikasi berdasarkan jenis kelamin pada seleksi sampel.
3. Melakukan pemeriksaan ATR dengan posisi duduk untuk meniadakan
pengaruh leg length discrepancy pada penelitian selanjutnya.
4. Mengidentifikasi segmen tulang belakang yang mengalami asimetri
trunkus pada penelitian selanjutnya.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell, R.S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC;
2006
2. Rizzo, D.C. 2001. Delmar’s Fundamental of Anatomy and Physiology. USA :
Thomson Learning.
3. Premkumar.K. 2004. Anatomy and Physiology. USA : Lippincott Williams
and Wilans.
4. Seeley, R. R., T.D. Stephens, P. Tate. 2003. Essentials of Anatomy dan
Physiology fourth edition. McGraw-Hill Companies.
5. Andre Yanuar (2002). Anatomi, Fisiologi dan Biomekanika Tulang Belakang
. Simposium Dokter Periode 142, Surakarta 21 Desember.
6. Pearce Evelyn C., 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
7. Kuntono, H.P. 2004. Aspek Fisioterapi Syndroma Nyeri Bahu dalam Kupas
Tuntas Frozen Shoulder. Surabaya.
8. Moore, Keith. L, Anne M. R. Agur. 2002. Anatomi Klinik Dasar. Jakarta:
Hipokrates.
9. Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya
Media
10. Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
11. S.M, Paul. 2005. Scoliosis and other spinal deformities, Physical Medicine
and Rehabilitation. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
12. Harjono J. 2005. Skoliosis. Temu Ilmiah Tahunan Fisioterapi XX. Cirebon
32
13. Murphy K, Wunderlich. 2010. Orthopaedic and musculoskeletal condition,
Pediatic Rehabilitation Principles and Practice. New York: Demos Medical
Publishing.
14. Mao Ren-Jau dan James Bristow. 2001. The Ehlers.Danlos Syndrome on
Beyond Collagen. J Clin Invest.
15. Grahame R. 2001. Joint Hypermobility and Genetic Collagen Disorders. Arch
Dis Child.
16. E.F Jessee. 2005. The Benign Hypermobile Joint Syndrome. Arthritis Rheum.
17. Czaprowski D, Kotwicki T, Pawlowska P, Stolinski L. 2011 Joint
hypermobility in Children with Idiopathic Scoliosis. Journal of scoliosis. 9-10
18. Hauser, Ross A., Phillips, Hilary J. 2011. Treatment of Joint Hypermobility
Syndrome, Including Ehlers-Danlos Syndrome, with hackett-Hemwall
Prolotherapy. Journal of Prolotherapy Vol. 3(2): 612
19. Pelealu, Jane., Angliadi, Leonard S., Angliadi, Engeline. 2014. Rehabilitasi
Medik pada Skoliosis. Jurnal Biomedik. hlm. 8-13
20. Konieczny, Markus., Senyurt, Husseiyn., Krauspe, Rudiger. 2012.
Epidemiology of Adolescent Idiopathic Scoliosis.Germany: Department of
Orthopedic Surgery, University Hospital Dusseldorf
21. Winata, Handi. Hipermobilitas Sendi pada Anak-anak dengan Skoliosis
Idiopatik. Jakarta:
22. Trobisch, Per., Suess, Olaf., Schwab, Frank. 2010. Idiopathic Scoliosis. Dtsch
Arztebl Int. hlm. 875-84
23. Chowanska, Joanna., kotwicki, Tomasz., Rosadzinski, Krzystof., Sliwinski,
Zbigniew. 2012. School Screening for Scoliosis: Can Surface Topography
Replace examination with Scoliometer?. Scoliosis Journal. hlm. 2-7
24. N, Hamilton. 2008. Kinesiology: Scientific Basis of Human Motion 11th ed.
New York: McGraw-Hill
33
25. Barbe, Mary., Driban, Jeffrey B., Safadi, Fayez F,. et al. 2009. Structure and
Function of Joints. Diunduh pada :
https://www.researchgate.net/publication/226788729 diakses pada tanggal 29
September 2017 pukul 21:07
26. Rawls, Alan., Fisher, Rebecca F. 2010. Development and functional Anatomy
of the Spine. Hlm 21-22
27. Pocinki, Alan G. 2010. Joint Hypermobility and Joint Hypermobility
Syndrome. Diunduh dari www.dynainc.org/docs/hypermobility.pdf pada
tanggal 29 September 2017 pukul 12:22
28. Yong Qiun et al. 2009. Clinical etiological classification of scoliosis: report
of 1289 cases. China: Tianjin Hospital and Blackwell Publishing Asi.
Hlm.12-16
29. Malfait et al. 2006. The Genetic Basis of The Joint Hypermobility Syndromes.
London: Oxford University Press. Hlm. 502-503
30. Hakim et al. 2004. The Genetic Epidemiology of Joint Hypermobility: A
Population Study of Female Twins. America: American College of
Rheumatology. Hlm. 2641
31. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman Praktis Status
Gizi Dewasa. Diunduh dari https://gizi.depkes.go.id pada tanggal 29
September 2017 pukul 12:22
32. Grivas, Theodoros B., Vasiliadis, Elias S. 2006. Study of Trunk Asymmetry
in Normal Children and Adolescents.
33. Gilbert, Shawn., Savage, Albert., Whitesell, Rebecca., Conklin, Michael.,
Fineberg, Naomi. 2015. BMI and Magnitude of Scoliosis at Presentation to a
Specialty Clinic. American of Pediatrics Journals
34
LAMPIRAN
1. Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Hubungan Generalized Hypermobility Joint terhadap Asimetris Trunkus
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah yang terhormat,
Saat ini saya, Hisyam Ismail Hamzah sebagai peneliti di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian mengenai
“Hubungan Generalized Hypermobility Joint terhadap asimetris trunkus”.
Sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan di universitas kami, maka Anda
akan menjalani penelitian ini melalui pemeriksaan dengan menggunakan alat
yaitu Goniometer dan juga skoliometer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah penderita asimetris trunkus mengalami hipermobilitas sendi.
Anda berkesempatan untuk menanyakan segala hal yang berhubungan dengan
penelitian ini dan berhak menolak ikut serta dalam penelitian ini atau sewaktu-
waktu ingin berhenti dalam penelitian ini. Oleh karena penelitian ini penting
sekali, diharapkan agar Anda dapat menjalani ini dengan sebaik-baiknya. Data
yang terisi hanya akan digunakan untuk penelitian ini dan akan saya jaga
kerahasiaannya.
Peneliti,
Hisyam Ismail Hamzah
Mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter
Jalan Ophir 1 no 5 Kebayoran Baru, Pakubuwono 6
Tlp. 082299020275
35
(lanjutan)
Surat Persetujuan untuk Mengisi Kuesioner
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama :
Usia :
Kelas :
Alamat :
Nomor telp/ hp :
Menyatakan bahwa saya telah mengerti sepenuhnya atas penjelasan yang
diberikan oleh Hisyam Ismail Hamzah dari PSKPD FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan bersedia menjalani penelitian mengenai “Hubungan
Generalized Hypermobility Joint dengan Asimetri Trunkus”.
Pernyataan ini dibuat dengan kesadaran penuh tanpa paksaan.
Ciputat, 2017
Mengetahui,
Peneliti
Peserta Penelitian
(Hisyam Ismail Hamzah) ( )